MODUL VI. KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL VI. KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON"

Transkripsi

1 MODUL VI. KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON Modul keenam membahas tentang klasifikasi dan tatanama pohon mengikuti aturan klasifikasi tumbuhan dan sistim tatanama yang diakui secara global. Dalam modul ini juga dijelaskan mengenai sejarah klasifikasi, tipe klasifikasi dan mengapa klasifikasi botani yang terbaik yang dikenal dengan phylogenetic classification, dan sistim tatanama serta mengapa dan bagaimana menggunakan bahasa latin dalam penamaan jenis tumbuhan dalam hal ini pohon. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir pembelajaran modul klasifikasi dan tatanama pohon para mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan untuk: 1. Menjelaskan dengan tepat apa yang dimaksud dengan klasifikasi tumbuhan terutama pohon. 2. Memahami alasan pentingnya klasifikasi dan asal mula klasifikasi tumbuhan (pohon) dilakukan 3. Mengenal jenis pohon bukan hanya dari nama umum atau perdagangan tetapi juga secara ilmiah dalam bahasa latin. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah menyelesaikan modul klasifikasi dan tatanama pohon mahasiswa dapat: VI-1

2 1. Melakukan klasifikasi jenis pohon dengan tepat sesuai aturan klasifikasi tumbuhan. 2. Membedakan tipe klasifikasi yang benar dan mengapa klasifikasi botani yang terbaik. 3. Mengerti tata cara penulisan nama ilmiah yang benar sesuai dengan aturan internasional dalam penamaan pohon. 4. Memahami mengapa menggunakan bahasa latin dalam penamaan pohon dan bagaimana nama jenis pohon selalu berubah. Pengorganisasian pengetahuan kita mengenai biodiversitas adalah kunci penting yang telah diterapkan oleh berbagai herbaria di dunia seperti herbarium Kew, Bogor, Leiden dan termasuk Manokwari. Salah satu peran penting herbarium adalah membuat catalog keanekaragaman tumbuhan di dunia. Ada berjuta-juta tumbuhan berbunga yang diperkirakan sebesar jenis (Baumgradt 1982, Jeffrey 1982, Stace 1989, Mabberley 1997, dan APG 1998). Guna memahami keanekaragaman ini dan bagaimana caranya untuk harus dituangkan ke dalam suatu system yang terorganisir. Sementara itu ada banyak jenis yang belum ditemukan dan dideskripsi, yang lainnya diketahui cukup detail karakternya. Ada segudang informasi yang para ahli botani, taksonomi, kimia, petani, dokter, juru masak, dan ahli kehutanan yang telah belajar mengenai tumbuhan, dan kita perlu kerangka acuan untuk mengorganisir pengetahuan mereka mengenai tumbuhan termasuk pohon. VI-2

3 Klasifikasi ini berfungsi sebagai satu type atau model data-base, di mana nama ilmiah tumbuhan adalah kunci untuk mengungkap dunia tumbuhan yang sangat menakjubkan dan perlu untuk dijelajah secara ilmiah benefitnya. Dalam pengenalan jenis diperlukan tahapan seperti klasifikasi dan pemberian nama yang sah (valid) menurut hukum tatacara penamaan jenis tumbuhan yang digunakan dan diakui secara global Klasifikasi (Classification) Klasifikasi adalah proses pengelompokkan sesuatu jenis ke dalam group berdasarkan perawakan yang sama. Seperti sistim file (filing system) atau menyusun berdasarkan urutannya, apa saja bisa diklasifikasi tetapi disini kita mengacu pada organism hidup khususnya pohon. Sesungguhnya studi mengenai klasifikasi ini dikenal dengan istilah Taksonomi (asal dari kata Taxon- group-kelompok) dan itu dilakukan oleh ahli botani yang disebut Taxonomist. Klasifikasi juga merupakan suatu hirarki yang disusun menurut kategori taksonomi yang diakui oleh Kode Internasional Tatanama Botani (International Code of Botanical Nomenclature/ICBN) sebagai barikut: Table 6.1. Hirarki klasifikasi pohon menurut standar ICBN. Kategori Kindom Divisi Subdivisi Kelas Sub-kelas Super-ordo Ordo Sub-ordo Standar akhiran -bionta -phyta -phytina -opsida -idae -anae -ales ineae VI-3

4 Super-famili Famili Sub-famili Suku Sub-suku Marga Jenis -ariae -aceae -oideae -eae -inae Tidak ada; cetak miring, huruf awalnya huruf kapital Tidak; nama marga diikuti spesies epitet, cetak miring dan ditulis huruf kecil Contoh aplikasi dari sistim klasifikasi menurut ICBN adalah sebagai berikut: Table 6.2. Hirarki klasifikasi pohon matoa menurut standar ICBN. Kategori Kindom Divisi Subdivisi Kelas Sub-kelas Super-ordo Ordo Sub-ordo Super-famili Famili Sub-famili Suku Sub-suku Marga Jenis Standar akhiran Chlorobionta Embriophyta Tracheophytina Angiospermopsida Angiospermidae Sapindanae Sapindales Sapindineae Sapindariae Sapindaceae Sapindoideae -eae -inae Pometia Pometia pinnata Kode internasional tatanama botani dalam prakteknya umumnya mengakui 7 kategori utama yaitu: kingdom, divisi atau filum, kelas, ordo, famili, marga dan jenis. Tetapi tidak membatasi kategori ini dalam artikel ilmiah atau publikasi bidang botani, dimana terjadi penambahan super- atau sub- dalam susunan hirarki botani. VI-4

5 a. Sejarah klasifikasi tumbuhan (pohon) Ketrampilan untuk mengelompokkan pohon dan fenomenanya adalah penting bagi manusia bahkan ada yang sudah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti kemampuan untuk membedakan pohon beracun dan tidak, yang bisa dimakan dan tidak, kesemuanya merupakan alat yang berguna, yang sudah digunakan sejak jaman dulu hingga sekarang. Klasifikasi tumbuhan yang awal mungkin serupa dengan saat ini. Klasifikasi ini mengkategorikan tumbuhan berdasarkan kegunaannya seperti untuk makan, obat, magic dan kayu. Bukti klasifikasi yang pertama kali dikembangkan dan masih digunakan hingga sekarang, dikembangkan oleh orang Yunani Kuno seperti Theophrastus (d. 287 BC- abad 287 sebelum masehi) dan Dioscorides (c. 40 c. 90 AD-abad sesudah masehi). Buku Dioscorides berjudul Materia Medica adalah buku pertama untuk tumbuhan herba, dan hanya satu selama kurang lebih 1000 tahun. Theophrastus menyediakan klasifikasi tumbuhan rudiment berdasarkan 500 atau lebih pada Botanic Gardens di Athena. Studi ilmiah klasifikasi tumbuhan di Eropa bermula tepatnya pada abad ke 18. Ahli botani asal Swedia Carolus Lineus ( ) diakreditasi atas kerjanya membuat system penamaan yang kita gunakan sekarang untuk semua organisma hidup. Ia juga sebagai orang pertama yang mengelompokkan organism kedalam hirarki yang logis berdasarkan kesamaan karakter. Klasifikasi tumbuhannya berdasarkan pada bagian-bagian tumbuhan dan bertahan kurang lebih selama 200 tahun sampai dikembangkannya system dengan penggunaan karakter yang lebih lengkap belakangan ini yaitu penggunaan perawakan anatomi dan genetika. VI-5

6 Pada abad ke 19, teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace dan teori pewarisan genetic (Gregor Mendel) menuntun untuk menghasilkan Klasifikasi Phylogenic- yang merefleksikan perubahan dalam pandangan teori evolusi. Banyak sistim klasifikasi yang dikembangkan di akhir abad 19 dan awal abad 20 yang diklaim sebagai phylogenetic atau pohon kekerabatan. Akan tetapi ahli botani hanya menggunakan pencirian karakter yang dapat dilihat (karakter morfologi), dan memutuskan perbedaan karakter yang penting dan mana yang diabaikan adalah sangat spekulatif dan berdasarkan pada penilaian individu (prejudices of individual). Misalnya bagaimana kita memutuskan jika bentuk petal lebih signifikan dari jumlah stamen. Juga karena hanya satu saja yang betul-betul mengikuti sistim kekerabatan (yang mengikuti alur evolusi). Banyak sistim yang sudah dikembangkan tetapi tidak semua tepat. Belakangan ini banyak pendekatan yang lebih modern dalam klasifikasi. Tujuannya untuk mengurangi atau memindahkan keinginan ahli botani pada karakter tertentu saja, sehingga tidak dapat di salah artikan. Lebih penting lagi karena berdasarkan pengujian, hipotesa dan ilmiah sifatnya. Tujuan utama klasifikasi adalah secara akurat mewakili evolusi tumbuhan, yang saat ini hampir dicapai melalui penggunaan karakter genetika. b. Type klasifikasi dan mengapa klasifikasi botani yang terbaik Klasifikasi prosesnya bisa sangat intuitif yang cenderung dilakukan secara otomatis. Pohon misalnya dapat dikelompokkan berdasarkan kegunaannya seperti sebagai penghasil buah-buah yang dimakan, sebagai sayuran, tanaman hias, dan kayu industry atau gulmatumbuhan pengganggu. Klasifikasi yang demikian adalah buatan. Yang dilakukan dengan VI-6

7 maksud mengelompokkan pohon yang tidak saling terkait kekerabatannya. Itu dapat juga mengungkap hanya satu bagian informasi, sebutlah karakter dimana klasifikasi berdasar- dalam hal ini bagaimana pohon dimanfaatkan. Klasifikasi tumbuhan modern sangat berbeda dari klasifikasi yang sudah dibuat terdahulu, semata hanya karena perangkat ini berbeda dalam tujuan penggunaannya. Klasifikasi botani bertujuan untuk lebih alamiah dimana dicoba untuk mengelompokkannya berdasarkan keeratan hubungan kekerbatannya. Tipe ini dikenal dengan sebutan PHYLOGENETIC CLASSIFICATION- bertujuan untuk merefleksikan sejarah evolusi tumbuhan, sehingga tumbuhan dalam group dapat dipertimbangkan sebagai kelompok yang memiliki tetua yang sama. Kemungkinan klasifikasi ini akan terlihat sebagai sesuatu yang kurang memiliki point penting ketika terdapat cara lain yang lebih efektif dalam mengelompokkan tumbuhan, sebuah klasifikasi yang berdasarkan pada keeratan karakter memiliki suatu kekuatan akurasi yang bias diprediksi. Jika kita mengetahui group alamiahnya di mana tumbuhan seharusnya terkelompok, kita dapat secara langsung menduga serangkaian karakter umum yang di-share bersama group dimaksud. Jika seseorang berkata pada anda mereka memiliki tumbuhan Primula dalam tamannya, kita dapat langsung berkata bahwa tumbuhan tersebut memiliki karakter petal (Corolla) yang melingkar seperti cincin dan berbentuk tabung pada dasar bunganya, kemudian stamen terletak berhadapan dengan lengkungan pada petal dan stigmanya berbentuk seperti kepala (head-like). Sebuah contoh nilai dari prediksi yang demikian adalah ditemukannya obat AIDS di Tumbuhan Amazon Alexa. Komponen kimia yang disebut castanospermine yang ditemukan pada jenis pohon di Australia dalam genus Castanospermum. Para ahli taksonomi dari Kew, VI-7

8 bekerja dalam mengklasifikasi family, mampu memperkirakan bahwa komponen kimia yang serupa dapat dijumpai terkandung dalam Alexa, yang tumbuh di belahan dunia lainnya. Kerja lapang di Brazil yang dilanjutkan dengan analisa laboratorium di Jodrell Laboratory di Kew membuktikan hal tersebut. c. Bagaimana mengklasifikasi pohon atau tumbuhan. Untuk membuat suatu klasifikasi diperlukan antara lain: 1. Objek yang akan diklasifikasi, 2. Karakter yang akan diidentifikasi yang akan digunakan dalam mengelompokkan objek, 3. Proses yang logis dalam menyusun kelompok tumbuhan yang dihasilkan nanti. Objek yang akan diklasifikasi haruslah tumbuhan, specimennya dikoleksi dan kemungkinan species baru akan terus ditemukan. System klasifikasi lainnya haruslan fleksibel untuk dapat mencakup tambahan karakter yang baru dan temuan baru. Beranekaragam bentuk tumbuhan menyediakan beragam perawakan identifikasi atau karakter yang berguna dalam mengelompokkannya. Salah satu metode lama dan umum digunakan dalam mengelompokkan tumbuhan bergantung pada sifat fisik (MORFOLOGI). Pencirian demikian melalui penampakan visual dengan kasat mata atau lensa tangan dan banyak menggunakan cirri-ciri seperti: ukuran, bentuk, jumlah dan tataletak bagian perhiasan bunga, tataletakk bunga dalam tangkai perbungaan, cara pembukaan alat bunga jantan, bentuk daun, tekstur daun, pola pertulangan daun, letak dudukan daun pada batang pohon, tipe dan bentuk buah, habitus (pohon, memanjat annual, aquatic perennial, dst), warna getah, dan aroma. VI-8

9 Kesemuanya adalah karakter yang digunakan dalam proses identifikasi. Demikian halnya dengan perawakan yang mudah dilihat secara kasat mata, ahli botani juga menggunaka karakter lain dalam proses identifikasi. Banyaknya stuktur perawakan yang hanya bias dilihat dengan penggunaan mikroskop, misalnya bentuk serbuk polen, dan permukaannya. Dengan perlakuan yang tepat dan pewarnaan, kromoson dalam dinding sel, ditambah bagian sturktur sel lainnya dapat diamati di bawah mikroskop. Bentuk dan jumlah dapat menjadi karakter pembeda jenis. Biokimia juga merupakan perangkat yang berguna, karena beberapa komponen kimia hanya ditemukan pada group tertentu dari tumbuhan termasuk tumbuhan berkayu. Pada banyak kasus diindikasikan bahwa anggota dari group tumbuhan yang berkerabat adalah sangat terkait erat. Ada metode terbaru yang ditambahkan oleh ahli botani dalam mengelompokkan tumbuhan yaitu Analisa genetika. Sekelompok ahli yang dipimpin oleh ahli botani dari The Royal Botanic Gardens Kew, baru saja membuat perangkat system klasifikasi family tumbuhan berbunga, berdasarkan pada perbedaan karakter genetika. Gen merupakan rangkaian pita instruksi untuk membuat protein. Instruksi tersebut memiliki kode 4 huruf (Citosin-Timin-Adenin-Guanin dan Urasil atau DNA bases). Gen diteruskan melalui generasi, jika satu huruf berubah dalam tumbuhan, maka turunan berikutnya akan mewarisi perubahan dimaksud. Perubahan ini akan terakumulasi secara berkala, sehingga dapat dilacak tetuanyanya (nenek moyangnya). Dua jenis nampaknya memiliki kemiripan karakter, jika mereka memperlihatkan beberapa perbedaan dalam pita-pita genetikanya, dan jika perbedaannya cukup besar. VI-9

10 Para ilmuan memilih tiga gen yang ditemukan dalam semua tumbuhan, dan 565 jenis tumbuhan mewakili semua family tumbuhan berbunga. Untuk setiap tumbuhan, ketiga gen adalah berantai, dan rantainya (sederat daftar kode gen yang panjang) yang dibandingkan menggunakan analisa computer. Hasilnya adalah pohon kekerabatan yang cukup besar dari tumbuhan dengan percabangan yang menunjukkan bagaimana jenis dipilah kedalam kelompoknya secara alamiah. Klasifikasi terbaru dari tumbuhan berbunga ini mewakili evolusi dalam hubungan kekerabatan yang lebih baik dari metode atau system klasifikasi sebelumnya Tatanama (Nomenclature) Prinsip penamaan pohon pada dasarnya mengikuti ketentuan tatanama botani (botanical nomenclature). Prinsip ini telah dikembangkan dan diadaptasi dalam suatu rangkaian kongres botani internasional dan tercatat resmi dalam ICBN (Greuter et al., 1994). Tujuan utama dari tatanama menurut ICBN adalah untuk menyediakan dan melegalkan satu nama yang tepat untuk setiap kelompok taksonomi dalam sistim tatanama yang stabil (klasifikasi) dan diakui keabsahannya secara global oleh pemerhati tumbuhan. Setiap tumbuhan telah terdeskripsi oleh ilmuan dan diberikan nama ilmiahnya. Setiap tumbuhan memiliki nama genus (seperti nama marga) dan nama jenis atau epithet (seperti nama yang diberikan). Kedua nama itu identik dengan tumbuhannya. Contohnya Pometia pinnata adalah nama untuk jenis pohon di Papua yang buahnya bias dimakan dan kayu dijadikan kayu bahan bangunan atau konstruksi, tidak tumbuhan lain di dunia yang memiliki nama serupa tumbuhan tersebut. VI-10

11 Sekali kita mengetahui nama ilmiahnya, sangatlah mudah untuk mendapatkan atau mencari informasi terkait dengan jenis itu, seperti nama lain yang diketahui, dimana tumbuhnya atau habitatnya, apa kegunaannya, apakah bias dimakan atau beracun, atau memiliki keunikan budaya lainnya. Penggunaan nama umum bias mengecohkan dan kurang deskriptif atau menggambarkan ciri-cirinya. Untuk mencari referensi nama yang baku dapat diunduh dari situs International Plant Name Index (IPNI). a. Mengapa menggunakan nama ilmiah. Mengapa nama ilmiah lebih penting dari nama lain seperti nama dalam bahasa Inggris atau nama umum. Nama ilmiah akan memberitahukan informasi banyak terkait jenis. Dengan cara serupa anggota dalam keluarga bersama menggunakan nama keluarga, demikian halnya kelompok tumbuhan yang berkerabat dekat akan menggunakan nama marga yang sama. Pometia pinnata, Pometia acuminata, Pometia coriacea, misalnya adalah jenis-jenis pohon yang dikelompokkan bersama karena memiliki sejumlah karakter serupa sehingga diperkirakan berkerabat. Hal ini berarti member nama tumbuhan, jika kita terbiasa dengan tumbuhan lain dalam marga tersebut, kita dapat membuata tebakan terdidik mengenai perawakannya, aromanya, kandungan kimia dari tumbuhan baru bahkan yang belum diidentifikasi sebelumnya. Dengan kata lain nama marga sangat prediktif. Keunikkan dari penggunaan nama ilmiah adalah vital karena mencegah terjadinya kebingungan. Penggunaan nama umum yang sama dapat dipakai juga untuk tumbuhan lain yang berbeda. Misalnya Kayu Cina yang diberikan pada Podocarpus amara, yang memiliki perawakan warna kayu global kuning atau cerah. Lainnya halnya dengan Kayu Cina yang VI-11

12 dimaksud pada jenis yang tumbuhah di Pegunungan Nothofagus sp. Jika kita membaca suat tulisan menyebautkan kayu cina, bagaimana kita tahu pasti jenis yang dimaksud? Satu jenis tumbuhan dapat juga memiliki beberapa nama umum yang beragam sesuai dengan wilayah dan jangka waktu. Banyak tumbuhan memiliki banyak nama local, Kayu sengon (Paraserianthes falcataria), misalnya, juga dikenal dengan sebutan kayu lamtoro, atau kayu putih. Memperoleh informasi mengenai suatu jenis pohon adalah hamper tidak mungkin jika kita melacaknya mengacu pada semua nama umum, atau nama yang pernah diketahui. Nama ilmiah diketahui dan diakui secara global. Hal ini berarti bahwa ketika seorang ahli botani dari Inggris, Amerika, Belanda atau Indonesia menyebutkan nama Intsia bijuga, maka mereka menyebutkan tumbuhan yang sama. Alasan baik lainnya dalam penggunaan nama ilmiah adalah sebagian besar dunia tumbuhan tidak menggunakan nama dalam bahasa Inggris yang merupakan bahasa universal. b. Mengapa menggunakan nama latin Botani latin adala bahasa internasional digunakan oleh ahli botani didunia dalam pemberian nama tumbuhan dan deskripnya. Asal dari Latin dari seorang penulis berkebangsaan Romania yaitu Pliny Elder (23-79 sebelum masehi). Ahli botani berkebangsaan Swedia Carolus Linnaeus (tahun ) pertama kali menetapkan kebiasaan bahwa semua tumbuhan harus diberi nama latin (dalam sebutan Latin) dan pekerjaan terkait dengannya dalam bahasa Latin juga. Tradisi menggunakan bahasa Latin terus berlanjut untuk berbagai tujuan. Bahasa Latin adalah bahasa yang mati, sehingga arti dari kata dimaksud tidak berubah dengan cara serupa VI-12

13 untuk bahasa yang hidup. Selain itu juga Botani Latin sangat deskriptif, dengan banyak istilah (terminology) bentuk, teksture dan warna. Kelebihan lainnya adalah Latin tidak menginspirasi kecemburuan politik yang akan memicu jika ahli botani ingin menunjukkan ego ras seperti Inggris or Spanyol. c. Nama Tumbuhan bagaimana cara menuliskan nama ilmiah dalam Latin? Genus (marga) dan species (jenis) harus ditulis miring (atau digaris bawahi). Pengutipan lengkap dari suatu nama juga akan terkandung nama, atau singkatan nama orang yang pertama kali mempublikasikan jenis dimaksud. Orang yang pertama kali mendeskripsi Pometia pinnata dan memiliki nama dan deskripsi dipublikasikan adalah Blume biasanya disingkat (Bl.) didalam pengutipan nama tumbuhan tersebut. Nama ilmiah dapat dijabarkan dan diuraikan untuk mengartikan tumbuhan dimaksud (Lampiran 7.). Contoh: Pometia pinnata Bl.- dalam teks botani, ada kesepakatan bahwa sekali marga disebutkan, selanjutna dapat disingkat (biasanya pada nama marga menjadi satu huruf saja yaitu P. pinnata). Demikianlah cara penulisannya dalam isi tulisan selanjut akan tertera. Equisetum giganteum (disebut ekor kuda raksasa), berasal dari Equus=kuda, setum= duri atau rambut Cocos nucifera (Kelapa), berarti monyet ( karena buahnya memilik tiga lubang kecil yang biala dipandang terlihat seperti monyeti/kera d. Mengapa nama tumbuhan selalu berubah? Salah satu alasan umum untuk perubahan nama adalah karena terjadi kesalahana dalam identifikasi jenis. Tumbuhan dapat dimasukkan ke dalam kelompok hortikultura di bawah nama yang kurang tepat dan dengan cepat tersebar sehingga menjadi terbiasa sebelum diperbaiki. Juga menurut serangkaian aturan penamaan tumbuhan (ICBN- International Code for Botanical VI-13

14 Nomenclature), jika suatu tumbuhan telah dideskripsi lebih dari sekali, maka nama terdahulu lebih diprioritaskan. Sebagaimana ahli taksonomi mempelajari tumbuhan dengan seksama, mereka mungkin akan merubah pandangan mengenai keeratan hubungan diantara tumbuhan yang dipelajari. Marga dapat dipilah menjadi dua atau lebih grup, atau satu tumbuhan dapat dipindahkan dari satu marga ke lain marga. Misalnya pada abad ke 19 Azalea digabungkan ke dalam kelompok Rhododendron, dan Chrysanthemum dipilah menjadi beberapa marga. Mungkin kurang meyakinkan, menggunakan pengetahuan terkini mengenai marga suatu tumbuhan terkelompok untuk menambah perkiraan, atau sejumlah informasi yang dapat diduga mengenai tumbuhan yang sedang dibahas. Nama yang akurat menempatkan suatu jenis tumbuhan pada tempat yang tepat di dalam system klasifikasi botani. e. Botani Latin- dan istilah umum dalam penamaan Mengetahui nama asli atau arti dari nama akan membantu membuatnya jenis menjadi lebih menarik, informative dan teringat. Banyak nama dapat menggambarkan perawakan jenis tumbuhan atau bagian dari tumbuhan. Selain itu dapat memberitahu wilayah atau tempat tumbuh di mana jenis berada. Beberapa ahli menyarankan kepemilikan medis atau penggunaan lain, sementara ahli lain hanya mau menghargai penemu dari tumbuhan atau ahli botani yang bekerja banyak mengenai jenis tumbuhan dimaksud. Suatu bagian yang cukup membingungkan dengan penggunaan nama Latin adalah bagian akhiran dari suatu nama jenis. Alasan nya bahwa dalam Bahasa Latin biasanya adjective VI-14

15 (kata sifat) membenarkan atau mengakui gender dengan kata bendanya. Misalnya niger, nigra atau nigrum yang semuanya berarti hitam adalah bagian yang dikenal dari identitas tumbuhan dimaksud. Pertanyaan: 1. Mengapa perlu dilakukan klasifikasi tumbuhan seperti pohon? 2. Bagaimana melakukan klasifikasi pohon? 3. Jelaskan sejarah klasifikasi tumbuhan? 4. Mengapa menggunakan nama latin dalam penamaan pohon? 5. Bagaimana menuliskan nama pohon dengan benar? Pustaka yang direkomendasikan: APG An Ordinal Classification for the Families of Flowering Plants. Annals of the Missouri Botanical Gardens. USA. Baumgradt JP How to identify flowering plants families. Timber Press, Portland, Oregon USA. Jeffrey C An Introduction to Plant Taxonomy. 2 nd edn. Cambridge University Press. Cambridge UK. Johnson AT and AH Smith Plant Names Simplified. Landsmans Bookshop Ltd., Bromyard, Herefordshire. Garden Gate website: glossary of roots of botanical names. Mabberley DJ The Plant Book: a protabel dictionary of the fascular plants. Cambridge University Press. Cambridge UK. Ross HH, Biological systematic. Massachusetts, USA. Pp Stace CA Plant Taxonomy and Biosystematics. 2 nd edn. E Arnold, London UK. Stearn WT Botanical Latin. 4 th edn David and Charles, Newton Abbot. Devon. VI-15

KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN CARA ORGANISME MERUSAK TANAMAN (1) Memakan bagian tanaman Mengganggu proses fisiologis Persaingan sumberdaya Perantara penularan CARA ORGANISME MERUSAK TANAMAN (2) Tempat

Lebih terperinci

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup B. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi 2. Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A LEMBAR KERJA SISWA TIPE A A. DASAR TEORI Klasifikasi Makhluk Hidup adalah Klasifikasi makhluk hidup adalah mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan atau unit-unit tertentu berdasarkan persamaan

Lebih terperinci

D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH

D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH Dr. Dra. Meitini W.Proborini, M.Sc.St. Dra. Ni Made Gari, M.Sc. Dra. Yunita Hardini, M.Si. LABORATORIUM TAKSONOMI TUMBUHAN PROGRAM STUDI BIOLOGI

Lebih terperinci

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI. Billyardi Ramdhan UMMI 2009

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI. Billyardi Ramdhan UMMI 2009 TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI Billyardi Ramdhan UMMI 2009 Keanekaragaman di Dunia Keanekaragaman Flora di dunia sebanyak 300.000 jenis,, yang terdiri: Schizophyta : 35.000 jenis. Thallophyta : 60.000 jenis.

Lebih terperinci

Resume. Kode Internasional Tatanama Tumbuhan 2012 (Kode Melbourne)

Resume. Kode Internasional Tatanama Tumbuhan 2012 (Kode Melbourne) Nama : Shohib Manzili Offering : H/2015 NIM : 150342607634 Resume Kode Internasional Tatanama Tumbuhan 2012 (Kode Melbourne) Diadopsi oleh XVIII Kongres Botani International di Melbourne, Australia, pada

Lebih terperinci

VII. HERBARIUM. Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi

VII. HERBARIUM. Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi MODUL VII. HERBARIUM Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi pengertian dan sejarah singkat mengenai herbarium, nilai suatu herbarium, prinsip pengelolaan

Lebih terperinci

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2 Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak SMK Hang Tuah 2 1. Perbedaan yang ditemukan antar kambing dalam satu kandang disebut... A. Evolusi B. Adaptasi C. Variasi D. Klasifikasi 2. Diantara individu

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Kelas : 7 Waktu : 07.45-09.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP Standar Kompetensi : Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan prinsip dasar klasifikasi makhluk hidup Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Hutan Inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah tempat tumbuhnya.

Lebih terperinci

BAB III TATA NAMA (NOMENKLATUR)

BAB III TATA NAMA (NOMENKLATUR) BAB III TATA NAMA (NOMENKLATUR) Sudah menjadi naluri manusia untuk memberi nama kepada apa saja yang ada di sekitarnya. Nama itu merupakan sesuatu yang mutlak perlu dalam kehidupan sehari-hari, sebab tanpa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun Raya Bogor (KRB) memiliki keterikatan sejarah yang kuat dalam pelestarian tumbuhan obat. Pendiri KRB yaitu Prof. Caspar George Carl Reinwardt merintis kebun ini

Lebih terperinci

TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP KONSEP Pengertian keanekaragaman hayati Tujuan klasifikasi Dasar klasifikasi Beberapa model klasifikasi Klasifikasi Menurut Carolus Linnaeus Binomial Nomenclatur Sistem

Lebih terperinci

Review Pertemuan ke-4

Review Pertemuan ke-4 lmu Kealaman Dasar (AD) Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya Pertemuan ke-5 Prepared by AKA-T UMS Review Pertemuan ke-4 Menjelaskan pembentukan alam semesta. Menjelaskan tentang tata surya Menjelaskan

Lebih terperinci

KODE INTERNASIONAL TATA NAMA TUMBUHAN. Siti Muslichah

KODE INTERNASIONAL TATA NAMA TUMBUHAN. Siti Muslichah KODE INTERNASIONAL TATA NAMA TUMBUHAN Siti Muslichah 1 Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) Hasil kongres botani Kongres I th 1867 : Paris code Kongres II th 1900 di Paris Kongres III th 1905 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia teknologi terus melakukan kemajuan yang begitu pesat di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia teknologi terus melakukan kemajuan yang begitu pesat di seluruh dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi terus melakukan kemajuan yang begitu pesat di seluruh dunia, diantaranya yaitu telepon seluler dengan sistem operasi berbasis Android yang kini sudah

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU TAKSONOMI

PENGANTAR ILMU TAKSONOMI PENGANTAR ILMU TAKSONOMI Kepentingan dan keeratan hubungan penamaan terhadap pengelompokkan sangat besar sekali Dengan penamaan maka pengacuan atau penyebutan sesuatu obyek dapat dengan mudah dilakukan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) I. KULIAH

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) I. KULIAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEHUTANAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR MAJOR INTERDEPARTEMEN, STRATA 1 (S-1) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) I. KULIAH A. Mata Kuliah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Biosistematika Tumbuhan Lanjut Kode : Semester : 2 SKS : 3 Program Studi : Magister Biologi Dosen Pengampu : Ir. Made Pharmawati, M.Sc., Ph.D Dr. Drs. Anak Agung Ketut Darmadi, MSi Dr. I

Lebih terperinci

UKBM BIO

UKBM BIO UKBM BIO-3.3-4.3-1-3.3 BIOLOGI PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIOLOGI UKB BIO-3.3/4.3/1/3-3 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran

Lebih terperinci

TROPICAL CURRICULUM PROJECT

TROPICAL CURRICULUM PROJECT MODUL 1 PEMBELAJARAN PESTISIDA HAYATI Oleh: MARTHEN THEOGIVES LASUT TROPICAL CURRICULUM PROJECT Kerjasama USAID-TEXAS A&M UNIVERSITY UNIVERSITAS SAM RATULANGI 2011 DISCLAIMER This publication is made possible

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah,

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 1-9 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat II. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang baik beberapa bagian atau keseluruhan dari bagiannya memiliki khasiat obat yang digunakan sebagai obat dalam penyembuhan

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MATA KULIAH DASAR TAKSONOMI

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MATA KULIAH DASAR TAKSONOMI GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MATA KULIAH DASAR TAKSONOMI (PAB 105/ 2 SKS) Oleh: LILIH KHOTIM PERWATI, S.Si. M.Si NIP 132 093 200 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Klasifikasi

Prinsip Dasar Klasifikasi KLASIFIKASI Prinsip Dasar Klasifikasi Fakta menunjukkan bahwa adanya makhluk hidup di dunia ini sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup yang banyak dan beranekaragam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SMP : SMP Negeri 1 Berbah Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) Kelas/Semester : VII/1 Materi Pokok : Makhluk Hidup Submateri : Klasifiasi Makhluk Hidup

Lebih terperinci

Bumi memiliki lebih dari spesies tanaman hidup.

Bumi memiliki lebih dari spesies tanaman hidup. Bumi memiliki lebih dari 400.000 spesies tanaman hidup. Tanaman, didukung oleh cahaya matahari, karbon dioksida dari udara, dan nutrien dari tanah, mengalirkan energi menjadi bentuk kehidupan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid. TAMBAHAN PUSTAKA Distribution between terestrial and epiphyte orchid. Menurut Steeward (2000), distribusi antara anggrek terestrial dan epifit dipengaruhi oleh ada atau tidaknya vegetasi lain dan juga

Lebih terperinci

PENGACUAN, CATATAN KAKI, CATATAN AKHIR, DAN BIBLIOGRAFI. Ali Saukah

PENGACUAN, CATATAN KAKI, CATATAN AKHIR, DAN BIBLIOGRAFI. Ali Saukah PENGACUAN, CATATAN KAKI, CATATAN AKHIR, DAN BIBLIOGRAFI Ali Saukah alisaukah@yahoo.com DEFINISI (1) Pengacuan adalah pengutipan secara langsung (persis seperti aslinya), parafrase (mengambil idenya dengan

Lebih terperinci

Catatan Akhir adalah sistem pengacuan dengan cara menempatkan informasi tentang identitas lengkap suatu sumber rujukan di bagian akhir sebuah artikel

Catatan Akhir adalah sistem pengacuan dengan cara menempatkan informasi tentang identitas lengkap suatu sumber rujukan di bagian akhir sebuah artikel PENGACUAN, CATATAN KAKI, CATATAN AKHIR, DAN BIBLIOGRAFI Ali Saukah alisaukah@yahoo.com DEFINISI (1) Pengacuan adalah pengutipan secara langsung (persis seperti aslinya), parafrase (mengambil idenya dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 1. Sejarah Singkat Ubi jalar (Ipomoea batatas) termasuk tanaman palawija penting yang diduga berasal dari Benua Amerika. Para

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN Jawaban: C Jawaban: A Jawaban: E

SOAL DAN PEMBAHASAN Jawaban: C Jawaban: A Jawaban: E SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Protozoa dikelompokkan ke dalam empat filum, yaitu Rhizopoda, Flagellata, Ciliata, dan Spororzoa berdasarkan A. Jenis pigmennya B. Jenis makanannya C. Alat geraknya D. Habitatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) Tanaman kamboja (Plumeria sp.) merupakan salah satu contoh dari famili Apocynaceae. Kamboja diketahui merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

Perbedaan antara ordo

Perbedaan antara ordo Perbedaan antara ordo Ordo Geraniales Bakal biji tenggelam dengan raphe ventral dan microphyle ke atas, atau tegak dengan raphe dorsal dan microphyle ke bawah Ordo Sapindales Bakal biji menggantung dengan

Lebih terperinci

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012 HERBARIUM Purwanti widhy H 2012 Agar suatu tumbuhan dapat terus dilihat keberadaannya, maka pengawetan tumbuhan menjadi alternative cara untuk melindungi keberadaan tumbuhan Salah satu pengawetan tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar dan dibudidayakan di seluruh dunia. Jumlah spesies

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar dan dibudidayakan di seluruh dunia. Jumlah spesies 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Genus Mangifera diketahui berasal dari daerah tropis disekitar Asia yang kemudian menyebar dan dibudidayakan di seluruh dunia. Jumlah spesies Mangifera terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam, dimana kondisi lingkungan geografis antara suku yang satu dengan suku yang lainnya berbeda. Adanya

Lebih terperinci

TEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI. Disusun Oleh Kelompok 1

TEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI. Disusun Oleh Kelompok 1 TEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI Disusun Oleh Kelompok 1 PERKENALAN KELOMPOK PENGERTIAN EVOLUSI Evolusi dari segi bahasa (Bahasa Inggris: evolution), berarti perkembangan. Dalam ilmu sejarah,

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Klasifikasi Makhluk Hidup dan Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

1. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya

1. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya 1. Pengertian Taksonomi, Sistematik, dan Klasifikasi Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, tata nama, dan klasifikasi, yang biasanya terbatas pada objek biologi, bila terbatas pada tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI TUMBUHAN

BAB IV IDENTIFIKASI TUMBUHAN IDENTIFIKASI TUMBUHAN Hal yang pertama mesti dilakukan untuk kepentingan ilmiah dari suatu tumbuhan adalah nama ilmiah. Identifikasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan nama ilmiah yang merupakan bahagian

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI- UNDIP GBPP 0.09.02 2 Revisi ke 0 Tanggal 28 Juni 203 Dikaji Ulang Oleh Ketua PS Magister Biologi Dikendalikan Oleh GPM Magister Biologi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI (Biodiversitas)

KEANEKARAGAMAN HAYATI (Biodiversitas) KEANEKARAGAMAN HAYATI (Biodiversitas) Keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai keanekaragaman makhluk hidup di berbagai kawasan di muka bumi, baik di daratan, lautan, maupun tempat lainnya. Keanekaragaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai

Lebih terperinci

SISTEMATIKA HEWAN. Trijoko, M.Si Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc.

SISTEMATIKA HEWAN. Trijoko, M.Si Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc. SISTEMATIKA HEWAN Trijoko, M.Si Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc. SISTEMATIKA HEWAN PENDAHULUAN KEANEKARAGAMAN HEWAN SANGAT TINGGI, 1 JUTA YANG TELAH DIKENAL DAN 3 10 JUTA YANG BELUM DIKENAL KEANEKARAGAMAN/VARIASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 1. Urutan takson yang paling tepat untuk hewan adalah... Divisi-kelas-ordo-famili-genus-spesies Divisi-famili-kelas-genus-spesies

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGANTAR ANTROPOLOGI SOSIAL BUDAYA. Dr. Hj. RITA RAHMAWATI, M.Si

MATA KULIAH PENGANTAR ANTROPOLOGI SOSIAL BUDAYA. Dr. Hj. RITA RAHMAWATI, M.Si MATA KULIAH PENGANTAR ANTROPOLOGI SOSIAL BUDAYA Dr. Hj. RITA RAHMAWATI, M.Si Teori Sejarah Kehidupan : Teori Penciptaan Terpisah: Spesies tidak berubah dan ada banyak asal mula spesies sebanyak spesiesnya.

Lebih terperinci

Makalah Pemuliaan Tanaman

Makalah Pemuliaan Tanaman Makalah Pemuliaan Tanaman Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri Disusun oleh: Ahmad Aliudin Hilmi 125040201113002 Ari Romadloni 125040218113015 Ayu Soekardi 125040218113019 Hito Nixon Gozali 125040218113027

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika (Adrianto dkk,2011). Suhartini (2009) menyebutkan. sebanyak jenis yang hidup secara alami (Astirin,2000).

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika (Adrianto dkk,2011). Suhartini (2009) menyebutkan. sebanyak jenis yang hidup secara alami (Astirin,2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati di bumi ini sangat beragam jenisnya. Indonesia sendiri yang merupakan negara tropis yang tercatat sebagai negara kaya akan keanekaragaman hayati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di muka bumi ini merupakan bagian keindahan dari ciptaan Allah swt.

BAB I PENDAHULUAN. di muka bumi ini merupakan bagian keindahan dari ciptaan Allah swt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi tempat makhluk hidup berdomisili ini seluruhnya adalah karunia Allah swt termasuk di dalamnya adalah tumbuhan. Sesungguhnya bagi orang yang sudi merenung, pada

Lebih terperinci

Sistem Penamaan Serangga NOMENKLATUR

Sistem Penamaan Serangga NOMENKLATUR Sistem Penamaan Serangga NOMENKLATUR Carolus Linneaus (1758) Systema Natural Tatanama pada tumbuhan dan hewan digunakan sistem penamaan binomial Fabricius (1775) Systema Entomology Tatanama pada serangga

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN BAB II

KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN BAB II PPL 206 SMP NEGERI MUNGKID Jl.Raya labak - Magelang Telp. (0293) 78239 Kode Pos. 5655 KISI-KISI SOAL ULANGAN HARIAN A II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas / Semester : VII / Gasal Materi : Klasifikasi

Lebih terperinci

Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson ABSTRACT

Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson ABSTRACT Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson Budi Prasetyo budi-p@mail.ut.ac.id ABSTRACT Generally character state were identificated, analysis, and synthesized, were standard material characteristic

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan merupakan tanaman yang tergolong dalam tanaman yang tahan terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan merupakan tanaman yang tergolong dalam tanaman yang tahan terhadap 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nanas (Ananas comosus L.) Tanaman nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun dan merupakan tanaman yang tergolong dalam tanaman yang tahan terhadap

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al.

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al. 4 II. TELAAH PUSTAKA Jabon (Neolamarckia sp.) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah beriklim muson tropika seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Filipina. Jabon juga ditemukan tumbuh di Sri Lanka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ seperti akar,batang, daun dan organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kutipan yang berkaitan dengan pengertian sistem, antara lain :

BAB III LANDASAN TEORI. Kutipan yang berkaitan dengan pengertian sistem, antara lain : BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Kutipan yang berkaitan dengan pengertian sistem, antara lain : 1. Menurut (Jogiayanto,H.M,2003:34), suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Wijen (Sesamum indicum L) 1. Sistematika Tanaman Tanaman wijen mempunyai klasifikasi tanaman sebagai berikut : Philum : Spermatophyta Divisi : Angiospermae Sub-divisi

Lebih terperinci

GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP ) MATA KULIAH: BOTANI EKONOMI 437H413. Dr. Hj. Sri Suhadiyah, M.Agr. Dr. Elis Tambaru, M.Si.

GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP ) MATA KULIAH: BOTANI EKONOMI 437H413. Dr. Hj. Sri Suhadiyah, M.Agr. Dr. Elis Tambaru, M.Si. 1 GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP ) MATA KULIAH: BOTANI EKONOMI 437H413 Dr. Hj. Sri Suhadiyah, M.Agr. Dr. Elis Tambaru, M.Si. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus Kaktus termasuk dalam kelompok famili Cactaceae. Dalam famili ini terdapat beberapa genus, sedangkan kaktus termasuk dalam genus Cereus. Adapun klasifikasi buah kaktus

Lebih terperinci

PERTELAAN NAMA ILMIAH. (2 spasi) Nama ilmiah pribadi lengkap beserta author

PERTELAAN NAMA ILMIAH. (2 spasi) Nama ilmiah pribadi lengkap beserta author PERTELAAN NAMA ILMIAH (2 spasi) Nama ilmiah pribadi lengkap beserta author *cetak miring, kecuali author (3 spasi) *logo ukuran 7 cm x 7 cm, atau bila hanya panjang/lebar saja yang bisa disesuaikan jadi

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam Uraian Materi Variasi Genetik Terdapat variasi di antara individu-individu di dalam suatu populasi. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan genetis. Mutasi dapat meningkatkan frekuensi alel pada individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Studi Arkeologis dan Genetik Masyarakat Bali

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Studi Arkeologis dan Genetik Masyarakat Bali BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Studi Arkeologis dan Genetik Masyarakat Bali Masyarakat Bali saat ini merupakan hasil perkembangan masyarakat Bali yang menghuni Bali sejak zaman prasejarah. Hal tersebut dapat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah

Lebih terperinci

Ralstonia solanacearum

Ralstonia solanacearum NAMA : Zuah Eko Mursyid Bangun NIM : 6030066 KELAS : AET-2A Ralstonia solanacearum (Bakteri penyebab penyakit layu). Klasifikasi Kingdom : Prokaryotae Divisi : Gracilicutes Subdivisi : Proteobacteria Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, warna serta ciri lainnya yang tampak dari luar. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, warna serta ciri lainnya yang tampak dari luar. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi, keanekaragaman tersebut ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk, susunan tubuh, warna serta ciri lainnya yang

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8.

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8. PENGANTAR PENULIS Indonesia menempati urutan ke dua di dunia, dalam hal memiliki keragaman flora dan fauna dari 17 negara paling kaya keragaman hayatinya. Brasil adalah negara terkaya dengan hutan Amazonnya.

Lebih terperinci

!. Jelaskan tentang teori seleksi alam yang dianut oleh charles darwin!

!. Jelaskan tentang teori seleksi alam yang dianut oleh charles darwin! !. Jelaskan tentang teori seleksi alam yang dianut oleh charles darwin! seleksi alam yang dimaksud dengan teori evolusi adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Secara umum kerabat durian (Durio spp.) merupakan tanaman buah yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Jangkauan pasarnya sangat luas dan beragam mulai dari pasar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang mempunyai lebih dari 4000 spesies anggrek yang tersebar di pulau. Kalimantan, Papua, Sumatera, dan

Lebih terperinci

Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah

Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah Fitmawati, Anggi Suwita, Nery Sofiyanti, Herman Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love Tanaman Anthurium Wave of Love termasuk ke dalam famili Araceae, berbatang sukulen dan termasuk tanaman perennial. Ciri utama famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Setiap organisme dikenali berdasar nama

Setiap organisme dikenali berdasar nama Identifikasi Tumbuhan Ahmad Shobrun Jamil, S.Si, Si MP. Pengantar Setiap organisme dikenali berdasar nama Masing masing punya nama Masing masing punya nama spesifik... Kita biasa membayangkan satu bentuk

Lebih terperinci

Makhluk Hidup di Dalam Pohon

Makhluk Hidup di Dalam Pohon Makhluk Hidup di Dalam Pohon Chita Najmi Nabila (13509015) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13509015@std.stei.itb.ac.id

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

BAB I.PENDAHULUAN. tersebut menghasilkan ciri khas tersendiri untuk masing-masing daerahnya, salah satunya

BAB I.PENDAHULUAN. tersebut menghasilkan ciri khas tersendiri untuk masing-masing daerahnya, salah satunya BAB I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan kebudayan. Berbagai kebudayaan tersebut menghasilkan ciri khas tersendiri untuk masing-masing daerahnya, salah satunya

Lebih terperinci

ADAPTASI DAN EVOLUSI. Oleh : Aisyah Wardani

ADAPTASI DAN EVOLUSI. Oleh : Aisyah Wardani ADAPTASI DAN EVOLUSI Oleh : Aisyah Wardani EKOLOGI? EKOLOGI Ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya (jembatan ilmu alam dengan ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tersebar luas di Daratan Asia Tenggara, Lempeng Sunda, Kepulauan Filipina, dan daerah Wallacea Selatan. Monyet ekor panjang di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Buah-buahan Lokal Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

Lecture 1 Tatap Muka 2

Lecture 1 Tatap Muka 2 1/5 Maret 2010 Lecture 1 Tatap Muka 2 Biological Diversity I: A. Filogeni dan Pohon Kehidupan B. Bacteria dan Archaea C. Protista D. Fungi Kompetensi: 1. Mahasiswa mampu menerangkan pohon filogeni 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Perkembangan Antropologi A. Sejarah Antropologi Sebagai Ilmu B. Ruang Lingkup Antropologi:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

umbuhan berbunga * Magnoliopsida - Dikoil * Liliopsida - Monokoil

umbuhan berbunga * Magnoliopsida - Dikoil * Liliopsida - Monokoil umbuhan berbunga Tumbuhan berbiji tertutup (Magnoliophyta) Rentang fosil: Zaman Jurasik - Sekarang bunga Magnolia virginiana bunga Magnolia virginiana Klasiikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta

Lebih terperinci

Floribunda 5(2) 2015 PERBEDAAN VEGETATIF DUA JENIS EKONOMI ETLINGERA YANG DIPAKAI PENDUDUK BOGOR

Floribunda 5(2) 2015 PERBEDAAN VEGETATIF DUA JENIS EKONOMI ETLINGERA YANG DIPAKAI PENDUDUK BOGOR 48 PERBEDAAN VEGETATIF DUA JENIS EKONOMI ETLINGERA YANG DIPAKAI PENDUDUK BOGOR Dina Handayani 1,2 & Nunik Sri Ariyanti 3 1 Program Studi Magister Biologi Tumbuhan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Lebih terperinci