INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA: MASA DEPAN DAN TANTANGANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA: MASA DEPAN DAN TANTANGANNYA"

Transkripsi

1 Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA: MASA DEPAN DAN TANTANGANNYA Hari G. Soeparto 1, Bambang Trigunarsyah 2 ABSTRAK: Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, industri konstruksi nasional belum siap menghadapi persaingan dalam globalisasi dan perdagangan bebas, perbaikan struktur industri, kemampuan pengelolaan usaha konstruksi, kapasitas individuil pekerja dan profesional konstruksi, efisiensi usaha dan pemerintahan perlu dilakukan dengan segera, karena kalau tidak maka industri konstruksi nasional akan menghadapi ancaman yang serius dari para kompetitor asing. Diperlukan usaha bersama dan sungguh-sungguh diantara pelaku jasa konstruksi nasional dengan koordinasi yang baik dan diinisiasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional yang sekaligus juga harus berani mereformasi dirinya menjadi lembaga kerjasama dibidang industri konstruksi nasional (lembaga kolaborasi) sehingga struktur industri ini dapat menjadi lebih efisien dan efektif mampu membuat industri konstruksi nasional bergairah dan berdaya saing tinggi secara global. Pemahaman mengenai aturan-aturan perdagangan bebas sangat diperlukan sehingga dapat dimanfaatkan peluangnya, dikurangi ancamannya untuk meningkatkan kekuatannya dan mengurangi kelemahannya. Bila dilakukan strategi yang tepat industri konstruksi nasional akan dapat menjadi tulang punggung pembangunan nasional. KATA KUNCI: globalisasi, perdagangan bebas, daya saing, lembaga kolaborasi. 1. LATAR BELAKANG Sebagai dampak keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian GATS (General Agreement on Trade of Sevices) -WTO (World Trade Organization) hasil dari pertemuan Uruguay 1994 (Uruguay Round) (Gallagher 2000) dan telah diratifikasi oleh parlemen, persaingan global tidak dapat dihindari lagi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Tim Pengembangan Industri Konstruksi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) pada bulan Juni 2004 yang melibatkan para pelaku industri, dilanjutkan dengan penelitian oleh Agung Budiwibowo (Budiwibowo 2005), pada saat ini industri konstruksi nasional belum siap benar untuk menghadapi perdagangan bebas. Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas dan globalisasi harus disikapi dengan tepat bagaimana memanfaatkan segi-segi positifnya dan meminimalkan dampak buruknya bagi kepentingan Industri konstruksi nasional. Dengan pengalaman melaksanakan berbagai proyek di tanah air industri konstruksi telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi ekonomi nasional. Sektor industri yang sehat dan efisien akan berdampak dua arah yakni mendukung daya saing industri yang lain dan meningkatkan daya saing industri konstruksi itu sendiri. Akan tetapi kelemahannya dalam kenyataannya Indonesia masih kekurangan tenaga terampil dan profesional dan sistem pembinaan keahlian yang belum tertata rapi, struktur industri, efisiensi usaha dan pemerintahan, pengelolaan usaha konstruksi memerlukan perbaikan yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak akan menghambat pertumbuhan industri konstruksi. 1 Ketua Umum Ikatan Ahli Manajemen Proyek Inonesia, Ir, MT, PMP, Mahasiswa Pascasarjana Program S3 FT UI. 2 Kepala Jurusan Teknik Sipil Universitas Indonesia, Ir, PhD, PMP, Dosen Pascasarjana FT UI.

2 2. TUJUAN PEMAPARAN Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia Maksud pemaparan ini adalah untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kondisi konstruksi nasional saat ini, tantangan dan masalah yang dihadapi dan masa depannya. 3. KERANGKA PEMBAHASAN Untuk membandingkan masa sekarang dan masa depan diperlukan ditetapkannya suatu kerangka pembahasan, sehingga dengan demikian dapat dengan mudah dapat dibandingkan antara apa yang telah terjadi di masa sekarang, di masa lalu dan masa depan. Untuk itu dipilih kerangka pembahasan sebagai berikut (Porter 1985; Porter 1990; Porter 1998): Tabel 1. Variabel yang ditinjau Kondisi Faktor. Perburuhan Efisiensi Usaha Efisiensi Pemerintahan Pendidikan Lembaga Kerja sama Kondisi Industri Pendukung. Bahan Bangunan Transportasi Kondisi Struktur & Persaingan. Spesialisasi. Ukuran Perusahaan. Kondisi Demand. Tingkat Tuntutan Besar Pasar. Kemampuan perusahaan: IT Teknologi Sumbe Daya Manusia Keungan dan Pendanaan Manajemen Proyek Logistik dan Pengadaan 4. PERMASALAHAN Kondisi Saat ini Industri konstruksi sebagai penyumbang GDP (gross domestic product) yang cukup besar 6-7% (BPS- 2002) dan penyedia lapangan kerja yang sangat dominan sekitar 4 juta tenaga kerja (BPS-2002) seharusnya dapat berkembang dengan pesat dan penuh gairah. Kenyataannya industri konstruksi belum tumbuh secara sehat dan bergairah sehingga masih belum mampu menjadi andalan bagi ekonomi nasional, sejak krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997 sampai sekarang masih cukup menderita akibat dampak tersebut terbukti dengan penurunan yang sangat tajam pada saat krisis sampai sekarang belum pulih benar belanja pembangunan dari total sekitar 25 triliyun rupiah turun sampai sekitar 7 triliyun rupiah pada tahun 1999 dan mulai berangsur-angsur naik sejak tahun Keterpurukan itu tentu akan mengurangi kesempatan industri konstruksi untuk menyiapkan diri dalam menghadapi globalisasi yang terus mendekat dan akan berlaku secara penuh tahun 2020, sementara itu secara progressive pemerintah harus melonggarkan ketentuan pembatasan sesuai aturan yang telah disepakati dalam WTO. Kondisi Faktor Pekerja dan Profesional Konstruksi, masalah mendasar yang dihadapi para pekerja kosntruksi dan profesional konstruksi adalah masalah pengaturan spesialisasi keahlian yang belum terbakukan dan belum tuntasnya kesepakatan saling pengakuan secara internasional sehingga tidak dapat menikmati kesempatan kerja secara antar negara (crossborder), kecuali untuk skill dan unskilled labour dengan

3 Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia upah yang rendah. Pada saat ini asosiasi profesi sedang mencoba untuk membenahinya dengan melakukan koordinasi yang baik antara perguruan tinggi, pemerintah, asosiasi profesi dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. Efisiensi Usaha, biaya transaksi ekonomi masih terlalu tinggi, mengakibatkan biaya overhead perusahaan menjadi tinggi menyebabkan kegiatan usaha secara umum belum efisien. Privatisasi, privatisasi dan investasi dari sektor prasarana, seperti telekomunikasi, jalan, jembatan, pelabuhan udara serta pelabuhan dan pembangkit tenaga listrik, belum lancar dan karena dana yang masuk umumnya dari luar negeri tidak akan banyak membuka kesempatan bagi jasa konstruksi nasional, kebanyakan mereka sudah membawa pelaku jasa konstruksi dari negara masing-masing, kalau diadakan persaingan bebas pelaku jasa konstruksi nasional belum tentu mampu bersaing sebagai kontraktor utama, karena persyaratan yang terlalu berat terutama pengalaman dan kekayaan perusahaan (networth). Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Lembaga Kerja sama, penelitian di bidang industri konstruksi masih sangat kurang, baik dari sektor pemerintah maupun swasta. Pendidikan dan kerja sama dengan perguruan tinggi, pelaku usaha, asosiasi dan Lembaga Pengembangan Konstruksi Nasional maupun daerah masih belum efektif. Efisiensi Pemerintahan, efisiensi pemerintahan juga masih belum tinggi dan masih sangat perlu ditingkatkan. Pendanaan, pendanaan konstruksi selama ini didapat dari berbagai sumber yaitu modal asing, ekspor kredit, project financing, kredit perbankan, modal dalam negeri dan anggaran pemerintah. Pendanaan dengan project financing dan pola-pola in-konvensional lainnya untuk proyek-proyek infrastruktur sangat diharapkan. Aturan/code/standard, pada dasarnya standar yang diacu adalah standar ISO 2000 dan ISO (untuk manajemen lingkungan hidup) akan tetapi belum semua pelaku jasa konstruksi menerapkan. Design Standar dan pelaksanaan konstruksi disusun oleh Badan Badan Terpisah yang sekarang dilebur menjadi Standardisasi Industri Indonesia (SII). Kondisi Struktur Dan Persaingan Jumlah perusahaan yang bergerak sebagai kontraktor spesialis belum seimbang dengan perusahaan generalis, demikian juga jumlah perusahaan besar dan kecil masih timpang sehingga struktur persaingannya belum sehat. Kondisi Industri Pendukung Industri Bahan Bangunan sudah tersedia dengan jenis yang beranekaragam dan harga yang cukup berdaya saing. Industri Transportasi merupakan penunjang yang penting bagi industri konstruksi seirama dengan kondisi prasarana transportasi nasional yang belum cukup memadai industri transportasi masih menjadi kendala bagi industri konstruksi. Kondisi Demand Tuntutan pemberi tugas dalam mutu, waktu dan harga masih belum tinggi dan belum seragam. Besar pasar, pembelanjaan konstruksi sangat merosot pada saat terjadi krisis pada tahun 1998 dan mulai merambat naik sejak tahun 2000 diharapkan kenaikan tersebut akan mampu menggairahkan kembali kegiatan konstruksi. Kegiatan konstruksi mulai dari sebagian proyek-proyek konstruksi yang tertunda semasa krisis, pembangunan apartemen dan bangunan komersial telah mulai tampak, proyekproyek baru kebanyakan bangunan komersial. Sementara proyek-proyek energi juga masih berjalan tetapi investasi di bidang industri umumnya masih belum banyak bergerak kembali. Pasar lokal dan regional, Industri Konstruksi Indonesia belum banyak dikenal di lingkungan negara tetangga yang tergabung baik dalam AFTA maupun APEC, karena pengusaha jasa konstruksi lebih mengutamakan pasar dalam negeri yang dianggap lebih aman dan tidak terlalu beresiko. Demand supply, demandsupply pada tahun 2003 adalah supply yang dihasilkan sektor konstruksi sebesar Rp 8.46 triliun,- demand antara yang dihasilkan industri konstruksi adalah sebesar Rp triliun,- sehingga nilai tambah brutonya adalah Rp10.96 triliun, (Statistik ). Kemampuan perusahaan Information Communication Technology (ICT), belum banyak dimanfaatkan secara efektif oleh perusahaan-perusahaan konstruksi nasional. Teknologi, penerapan dan pengembangan teknologi dirasakan kurang pesat sehingga peningkatan nilai tambah kurang tinggi dibanding dengan negara

4 Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia berkembang lain, Sumber Daya Manusia, kompetensi sumberdaya dalam bidang Manajemen Usaha, Manajemen Proyek, Profesional, dan tenaga terampil belum standar dan belum merata., Keuangan dan Pendanaan, kemampuan perusahaan dalam memobilisasi dana belum tinggi. Manajemen Proyek, Secara umum penerapan manajamen proyek berstandar internasional belum membudaya dalam pelaksanaan proyek-proyek konstruksi. Logistik dan Pengadaan, Kemampuan pengadaan outsourcing internasional belum cukup tangguh, baik dalam hal networking dan negosiasi. 5. TANTANGAN YANG DIHADAPI Masalah Produktivitas Kinerja dan Project Delivery Masa depan industri konstruksi Indonesia sangat tergantung kepada kemampuannya untuk mengantisipasi, membangun dirinya dan tanggapannya terhadap masalah-masalah pokok, tantangan dan peluang. Masalah paling besar yang sedang dihadapi adalah masalah globalisasi, desentralisasi, penggunaan teknologi informasi, penataan dan pengembangan tenaga kerja profesional, kekurangan tenaga terampil dan kurangnya kolaborasi diantara pelaku jasa konstruksi nasional sehingga produktivitasnya rendah sesuai dengan data-data Badan Pusat Statistik dan hasil penelitian yang dilakukan sehingga daya saingnya masih rendah (Budiwibowo 2005). Industri konstruksi nasional secara sektoral masih mengalami kendala dan kelemahan dibidang organisasional, dan struktural. Secara individual perusahaan masih kurang memuaskan baik dari sudut schedule performance index, cost performance index dan compliant terhadap persyaratan, akibat dari kelemahan organisasi dan management, penerapan ICT, research dan pengembangan serta kelemahan dalam bidang pendanaan Penelitian dan Pengembangan Kegiatan research dan pengembangan sangat rendah dan boleh dikatakan hampir belum tersentuh oleh kebanyakan pelaku usaha jasa konstruksi, baik dalam bidang manajemen proyek, manajemen konstruksi, construction engineering, information communication technology, apalagi material engineering. Ini disebabkan karena persaingan yang terlalu ketat sehingga profit margin-nya sangat tipis, dan struktur yang kurang sehat, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan investasi di bidang penelitian dan pengembangan apalagi bagi perusahaan kecil. Usaha-usaha yang tidak terkoordinir dari berbagai sektor dalam bidang penelitian dan pengembangan yakni sektor perusahaan, pemerintah, perguruan tinggi makin memperparah kondisi kekurangan dana riset dan pengembangan. Peluang Dalam Privatisasi Perusahaan Jasa kontruksi nasional belum mampu mengambil kesempatan dari privatisasi di dalam maupun di luar negeri yang seharusnya merupakan potensi pasar konstruksi yang cukup besar. Tambahan lagi perusahaan Indonesia kurang mempunyai kemampuan in-house dalam design-buildoperate-maintain dan belum menganggap kemampuan ini sebagai satu keperluan. Sehingga kesempatan ini banyak diambil oleh kontraktor asing. Globalisasi dan Perdagangan bebas Tantangan yang dihadapi industri konstruksi adalah kesiapan dalam menghadapi era persaingan bebas global. Seperti telah disampaikan di atas globalisasi dan perdagangan bebas merupakan tantangan besar dan akan menjadi masalah bagi industri konstruksi nasional bila tidak segera dilakukan tindakan yang memadai untuk meningkatkan produktivitas industri konstruksi nasional. Penyebab Berdasarkan survey didapati penyebab rendahnya daya saing karena rendahnya produktivitas tersebut terutama karena: 1). penempatan tenaga kerja belum sesuai, 2). intensitas penggunaan teknologi yang masih rendah, 3). kurangnya koordinasi antar pelaku usaha jasa konstruksi (belum ada kerja sama dalam pemanfaatan sumber daya, kerja sama operasional, kerja sama pemasaran, kerja sama pengembangan dan penelitian), 4). belum berfungsinya secara maksimal lembaga untuk kerjasama

5 Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia antar pelaku jasa konstruksi, pemerintah maupun perguruan tinggi, 5). struktur dan persaingan yang belum sehat, 6). kemampuan pengelola usaha jasa konstruksi yang masih belum optimal (Porter 1985), 7). belum terlalu menuntutnya (demand sophistication) para pengguna jasa konstruksi dalam mutu dan waktu, 8). struktur industri belum ideal dan 9). biaya transaksi terlalu tinggi. 6. HARAPAN MASA DEPAN Globalisasi dan Perdagangan Bebas Globalisasi akan memberikan ancaman sekaligus peluang apabila salah dalam memahami manfaat dan kekurangan WTO dapat diambil kesimpulan yang salah (Gallagher 2000): Tabel 2. Dampak Positif dan Negatif WTO Dampak positif 1. Melancarkan perdagangan alih teknologi. 2. Membeli barang modal dengan harga competitive. 3. Membeli brainware dengan harga competitive. 4. Meningkatkan kemampuan menciptakan nilai tambah. 5. Meningkatkan export untuk mata dagangan yang berpotensi karena comparative advantage. 6. Meningkatkan kapasitas infrastruktur komunikasi, transportasi dan perbankan. Dampak negatif 1. WTO merusak lingkungan hidup. 2. WTO menginjak-injak hak azasi manusia. 3. WTO mematikan orang.. 4. WTO meningkatkan ketidak merataan. 5. WTO menggerogoti perkembangan lokal dan menghukum negara miskin. 6. WTO menggerogoti kedaulatan nasional. 7. WTO hanya melayani kepentingan perusahaan transnasional. 8. The WTO is a stacked court. Tabel 3. Pemanfaatan kekurangan dan peluang WTO untuk mengatasi ancaman Memanfaatkan Kesempatan yang timbul 1. Meningkatkan kapasitas infrastruktur komunikasi, transportasi dan perbankan. 2. Meningkatkan export untuk mata perdagangan yang mempunyai komparative advantage. 3. Melancarkan perdagangan dan alih tekonologi. 4. Membeli barang modal dengan harga competitive. 5. Meningkatkan kemampuan menciptakan nilai tambah. 6. Keterbukaan access terhadap informasi dan pengetahuan. 7. Keseimbangan perdagangan, dan harga komoditas yang adil. 8. Kesempatan kerja. Menggali Comparative advantage 1. Sumberdaya alam galian dan energi. 2. Sumberdaya kelautan. 3. Sumberdaya manusia. 4. Pertumbuhan ekonomi. 5. Pengembangan pertanian, kehutanan dan perkebunan. 6. Segera memetakan cluster-cluster industri. Kesehatan Industri Konstruksi Jangka panjang Kesempatan di dalam dan di luar negeri untuk membangun prasarana umum seperti transportasi, kelistrikan, air bersih, irigasi dan juga fasilitas produksi akan sangat besar: Dalam hal negara berkembang adalah pembangunan baru dan di negara maju adalah penggantian yang sudah lapuk dan ketinggalan jaman. Kesempatan ini masih akan sangat terbuka bagi kontraktor nasional bila mampu meningkatkan daya saingnya secara global, maupun lokal.

6 Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia Pasar Regional dan Global Pertumbuhan pasar regional dan global dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia, yang dapat mengimbangi penurunan pasar dalam negeri dan mengambil kesempatan pertumbuhan yang pesat di luar negeri. Kontraktor nasional harus bersiap untuk memperoleh kesempatan dari pertumbuhan pasar global, khususnya regional. 7. PERAN PEMERINTAH DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI Karena industri konstruksi memberikan konstribusi yang cukup besar dalam meningkatkan kemakmuran maka seharusnya menjadi vested interest bagi pemerintah dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) untuk memastikan kekuatan dan daya saing industri konstruksi naional. Pemerintah sebagai pengguna, pengatur, dan partner, pemerintah mempunyai peran yang sangat besar untuk mengarahkan masa depan industri konstruksi dengan menciptakan lingkungan usaha yang sehat dan menunjang kegiatan industri konstruksi guna mempercepat tercapainya tujuan nasional. Pendanaan Pendanaan adalah masalah besar yang dihadapi bagi perumbuhan industri konstruksi apalagi bila ingin memperoleh kesempatan dalam pasar global. Dalam hal ini pemerintah hendaknya dapat memfasilitasi setidaknya untuk mendapatkan dukungan dana dari lembaga-lembaga internasional seperti ADB, IBRD dan pendanaan lain melalui financial engineering yang kreatif. Membuka Pasar Global Pemerintah dan LPJKN hendaknya membantu untuk membuka akses pasar global, dengan kebijakan hubungan bilateral sementara WTO belum berlaku secara penuh. Membantu mengurangi resiko dengan program bantuan pendanaan melalui lembaga semacam Bank Expor Impor dalam membantu resiko karena masalah valuta dan masalah politik, misalnya. Menata Persaingan Yang Sehat Pemerintah harus mempromosikan persaingan yang sehat, tanpa adanya praktek-praktek korupsi, kolusi dan persaingan yang tidak sehat lainnya. Strategi Teknologi dan Penelitian Pengembangan Usaha-usaha dalam pengembangan teknologi hendaknya dikoordinasikan dengan baik antara perusahaan, pemerintah, perguruan tinggi, salah satunya misalnya data bank pengembangan teknologi konstruksi agar tidak terjadi overlap, duplikasi dan area yang tertinggal sehingga dana pengembangan teknologi dapat digunakan secara efektif dan efisien, selain itu pemerintah harus menetapkan kebijakan mempermudah penyebaran penerapan dan pengembangan teknologi, misalnya dengan kebijakan insentif, preferential contracting (affirmative action), sistem evaluasi pemenang tender dengan nilai terbaik bukan penawaran terendah. Penataan profesional Di bidang Konstruksi Penataan klasifikasi dan sertifikasi serta peningkatan kompetensi dari para profesional dan pekerja konstruksi dalam hal ini pemerintah dan LPJKN hendaknya segera membuat pengaturan yang jelas dan transparan. Dan memperoleh pengakuan internasional dengan menandatangani Mutual Recognition Agreement (MRA). Penanaman Modal dan Privatisasi Masalah privatisasi hendaknya juga menjadi fokus perhatian dari pemerintah sehingga laju pembangunan dapat meningkat tanpa melupakan perlunya kestabilan hubungan sosial, dengan mengusahakan partisipasi kontraktor nasional secara maksimal melalui program affirmative action yang legal menurut WTI.

7 Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia Standardisasi Industri konstruksi masih menghadapi masalah peraturan, standar dan code yang kompleks, dan overlapping. Pemerintah pusat, daerah, lembaga-lembaga pemerintah dan LPJKN hendaknya mengkonsolidasikannya, menyederhanakan dan menjelaskan syarat-syarat tersebut sehingga tidak membingungkan masyarakat industri konstruksi. Penyusunan standar pengadaan konstruksi dan kontrak konstruksi. 8. KESIMPULAN Agar industri konstruksi nasional dapat bertahan dan berdaya saing tinggi dalam persaingan global perlu dilakukan langkah-langkah kebijakan sebagai berikut: 1. Perbaikan kekurangan a. Kebijakan kompetensi nasional dalam bidang keahlian, sertifikasi dan regulasi, badan pelatihan. b. Kebijakan kerjasama antara pelaku dan pendukung jasa konstruksi dalam bidang pengembangan, penyebaran best practice. c. Kebijakan mengenai badan kerja sama antar pelaku, pendukung, universitas dan memfungsikan LPJKN sebagai lembaga untuk kolaborasi, pengembangan sumber daya, kemampuan, dan pemasaran. d. Kebijakan dalam menegakkan Governance dan persaingan sehat. e. Kebijakan peningkatan kemampuan manajemen bisnis dan manajemen proyek para pelaku jasa konstruksi. f. Kebijakan penetapan standar tinggi dan sosialisasi kampanye mutu. g. Kebijakan untuk penurunan entry barrier untuk meningkatkan persaingan sehat. h. Kebijakan penurunan biaya transaksi agar ekonomi berjalan lebih efisien. 2. Pemanfaatan potensi a. Kebijakan dalam mengamankan pasar dalam negeri untuk kontraktor nasional. b. Kebijakan mendorong tumbuhnya industri bahan bangunan. c. Pelatihan ketrampilan dan profesional bertaraf internasional di bidang konstruksi. d. Kebijakan dalam memanfaatkan kondisi politik dan ekonomi guna menunjang pertumbuhan industri konstruksi nasional. 3. Merubah tantangan menjadi peluang a. Kebijakan penyusun strategi bertahan dan menyerang sekaligus. b. Kebijakan dalam kerja sama dengan badan-badan internasional, dan kontraktor internasional. 4. Memanfaatkan harapan untuk perbaikan a. Kebijakan dasar untuk mengoperasionilkan lembaga kerja sama (institution for collaboration). b. Kebijakan dalam pemanfaatan pertumbuhan permintaan jasa konstruksi yang meningkat. 9. PENUTUP Industri konstruksi nasional di masa depan dapat tumbuh cepat dan bergairah bila ditetapkan kebijakan yang tepat dan secara konsisten dilaksanakan sesuai prioritasnya, kemungkinan sebaliknya terjadi bila tidak segera dilakukan tindakan yang sesuai. Demikian wawasan yang dapat disampaikan mengenai industri konstruksi nasional semoga dapat menjadi masukan bagi sektor industri konstruksi nasional.

8 10. REFERENSI Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia Budiwibowo, A. (2005). Cluster Konstruksi Indonesia. Bidang kekhusuan Manajemen Konstruksi, Program Pascasarjana Bidang Ilmu Teknik. Universitas Indonesia. Magister Ilmu Teknik. Jakarta. Gallagher, P. (2000). Guide to the WTO and developing Countries. London, Kluwer Law International, London. Porter, M. (1985). Competitive Advantage. Free Press. New York, USA. Porter, M. E. (1990). The Competitiveness Advantages of Nations. The Free Press. New York. Porter, M. E. (1998). On Competition. A Harvard Buisness Review Book. Boston. Biro Pusat Statistik. ( ). Statistik Konstruksi Indonesia. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa sekarang ini semakin ketat. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan usaha dan perubahan.

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan BAB 3 ISU ISU STRATEGIS 1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN a. Urusan Perdagangan, menghadapi permasalahan : 1. Kurangnya pangsa pasar

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di industri building construction yang sudah masuk di listing Bursa Efek Indonesia per 8 Agustus 2011.

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

1. Pengertian dan Latar Belakang Globalisasi.

1. Pengertian dan Latar Belakang Globalisasi. GLOBALISASI Modul ke: 15 Fakultas Udjiani Ekonomi dan Bisnis 1. Pengertian dan Latar Belakang Globalisasi. 2. Tantangan dan Ancaman Globalisasi. 3. Indonesia Menghadapi Globalisasi. 4. Memperkuat Daya

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan di segala aspek kehidupan. Contoh konkrit dapat dilihat dari berbagai bangunan yang berdiri

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 Disampaikan pada acara Forum Perangkat Kerja Perekonomian, MUSRENBANG 2017 Konsep Pertumbuhan Ekonomi DIY Ke Depan INDIKATOR

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN 4.1 UMUM Pada bab ini, hasil dari pengumpulan data eksisting akan dianalisis berdasarkan teori yang

Lebih terperinci

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Pembangunan mengandung makna yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin liberalnya perdagangan dunia akan menuntut peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global. Kemampuan bersaing produk Indonesia khususnya yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini menunjukan perubahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan wilayah tersebut dengan meningkatkan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Master Plan Latar belakang Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin secara garis besar adalah Dalam rangka mewujudkan Visi

Lebih terperinci

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Pada Launching Road Map Keuangan Berkelanjutan dan Buku Pedoman Energi Bersih yang dilanjutkan dengan Seminar Nasional Jakarta, 5 Desember 2014 Assalamu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan nasional, jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) 1 Merkantilisme suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB nasional. Hal ini merupakan tantangan berat, mengingat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB nasional. Hal ini merupakan tantangan berat, mengingat perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor konstruksi adalah salah satu sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan selalu dituntut untuk tetap meningkatkan kontribusinya melalui tolak ukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

TPP FOR INDONESIA S PUBLIC PROCUREMENT. Direktur Pengembangan Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional 2016

TPP FOR INDONESIA S PUBLIC PROCUREMENT. Direktur Pengembangan Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional 2016 TPP FOR INDONESIA S PUBLIC PROCUREMENT Direktur Pengembangan Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional 2016 1 TUJUAN PENGADAAN PEMERINTAH Tujuan Primer Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Tujuan Sekunder

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

Aspek ekonomi dan sosial

Aspek ekonomi dan sosial Aspek ekonomi dan sosial Pengertian Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh apa yang akan terjadi dengan adanya perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat tempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi tinggi merupakan salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Keunggulan SDM juga penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH Oleh : Marsuki Disampaikan dalam acara Workshop Inn Red International dengan Tema : Manajemen Pembiayaan Infrasturktur Regional Pemerintah Daerah. Hotel

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK 9 Juli 2015 Oleh : DPN APINDO Intervensi khusus diperlukan untuk mengatasi masalah tingginya insiden pekerjaan berupah rendah, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL 1 STRATEGI OPERASI DALAM LINGKUNGAN GLOBAL Manajemen Operasional di lingkungan global dan pencapaian keunggulan kompetitif melalui operasional 2 APA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian nasional dan dunia saat ini ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pertumbuhan industri baja saat ini sedang tumbuh dengan cepat (fast growing), seiring meningkatnya konsumsi baja nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya persaingan di era globalisasi saat ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya persaingan di era globalisasi saat ini, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan meningkatnya persaingan di era globalisasi saat ini, maka tantangan terbesar bagi suatu lembaga baik itu dari pihak swasta ataupun lembaga pemerintahan negeri

Lebih terperinci

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Implikasi Secara Umum Implikasi Terhadap Manajemen Mutu Implikasi Terhadap Arus Barang Implikasi Terhadap Organisasi Implikasi Biaya & Nilai Tambah Implikasi

Lebih terperinci