PANDUAN IDENTIFIKASI JENIS POHON TENGKAWANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN IDENTIFIKASI JENIS POHON TENGKAWANG"

Transkripsi

1 PANDUAN IDENTIFIKASI JENIS POHON TENGKAWANG EDITOR Kade Sidiyasa PENYUSUN Rizki Maharani Puruwito Handayani Asef K. Hardjana BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA, BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN, DEPARTEMEN KEHUTANAN BEKERJASAMA DENGAN ITTO PROJECT PD 586/10 Rev.1 (F) SAMARINDA INDONESIA Oktober 2013 i

2 PANDUAN IDENTIFIKASI JENIS POHON TENGKAWANG Editor Kade Sidiyasa Desain Cover Alifianuari H.F. Foto Agus Kholik Asef K. Hardjana Ahmad Rojikin M. Fajri Layout Puruwito Handayani Buku ini diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan sebagai bagian dari program kerjasama dengan ITTO Project PD 586/10 Rev.1 (F) Operational Strategies for the Conservation of Tengkawang Genetic Diversity and for Sustainable Livelihood of Indigenous People In Kalimantan ISBN Dipublikasikan oleh Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Indonesia. Jl. A. Wahab Syahranie, No.68 Sempaja Samarinda, Indonesia Telp. : Fax. : admin@diptero.or.id ii

3 KATA PENGANTAR Buku panduan ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Pelatihan Identifikasi Jenis-jenis Pohon Shorea Penghasil Tengkawang dan beberapa kegiatan lapangan terkait, yang merupakan bagian dari program kegiatan dalam proyek International Tropical Timber Organization (ITTO) PD 586/10 Rev.1 (F), bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa melalui anggaran DIPA (TA 2012 dan 2013). Buku panduan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan dasar yang bermanfaat di bidang pengenalan jenis-jenis famili Dipterocarpaceae, khususnya jenis Shorea penghasil tengkawang. Dengan adanya buku ini, diharapkan pula akan meminimalkan terjadinya kesalahan tebang yang sering terjadi dalam pemanfaatannya, mengingat jenis tengkawang merupakan jenis yang dilindungi dan terancam punah, meskipun dari segi pemanfaatan kayunya sangat komersial. Di samping itu, buku ini hadir sebagai bentuk dukungan pada program konservasi keragaman genetik tengkawang, sekaligus memenuhi kebutuhan para tenaga teknis di lapangan. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun penyusunan buku panduan ini. Besar harapan kami agar buku ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, September 2013 PENYUSUN iii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR I. Pendahuluan A. Latar Belakang 1 B. Prosedur 2 II. Keanekaragaman dan Penyebaran Marga Shorea 3 III. Marga Shorea Penghasil Tengkawang A. Deskripsi Marga Shorea 5 B. Pengenalan Jenis Shorea Penghasil Tengkawang 5 C. Deskripsi Jenis Tengkawang 1. Shorea macrophylla (de Vriese) P.S. Ashton 9 2. Shorea stenoptera Burck Shorea pinanga Scheff Shorea seminis (de Vriese) Sloot Shorea beccariana Burck Shorea mecistopteryx Ridl Shorea splendida (de Vriese) Ashton Shorea palembanica Miq Shorea amplexicaulis P.S. Ashton Shorea pilosa Ashton Shorea scaberrima Burck Shorea hemsleyana Shorea macrantha Brandis Shorea sumatrana (Sloot. ex Thorenaar) Sym. ex Desch Shorea singkawang (Miq.) ssp. singkawang Shorea rotundifolia Ashton Shorea praestans Ashton 54 D. Kunci Determinasi Lapangan Jenis Tengkawang 56 GLOSARI 60 REFERENSI 64 LAMPIRAN 65 iv

5 DAFTAR GAMBAR 1. Peta kerapatan Dipterocarpaceae di Malesia, total jumlah jenis di tiap pulau 4 2. Peta kerapatan Dipterocarpaceae di Malesia, endemik (di atas garis) dan non-endemik (di bawah garis) 4 3. Shorea macrophylla di lapangan Daun dan buah Shorea macrophylla, skala garis = 2 cm Shorea stenoptera di lapangan Daun dan buah Shorea stenoptera, skala garis = 2 cm Shorea pinanga di lapangan Daun dan buah Shorea pinanga, skala garis = 2 cm Shorea seminis di lapangan Daun dan buah Shorea seminis, skala garis = 5 cm Shorea beccariana di lapangan Daun dan buah Shorea beccariana, skala garis = 2 cm Shorea mecistopteryx di lapangan Daun dan buah Shorea mecistopteryx, skala garis = 2 cm Shorea splendida di lapangan Daun dan buah Shorea splendida, skala garis = 2 cm Shorea palembanica di lapangan Daun dan buah Shorea palembanica, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea amplexicaulis, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea pilosa, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea scaberrima, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea hemsleyana ssp. hemsleyana, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea hemsleyana ssp. grandiflora, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea macrantha, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea sumatrana, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea singkawang ssp. singkawang, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea rotundifolia, skala garis = 2 cm Daun dan buah Shorea praestans, skala garis = 2 cm 55 v

6 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Tengkawang adalah jenis meranti-merantian (Shorea spp) berbuah besar dari famili Dipterocarpaceae yang merupakan sebagian kecil dari 267 jenis Dipterokarpa yang ada di Kalimantan. Tengkawang memiliki peran ekologis sebagai penjaga keseimbangan ekosistem dan juga merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) terkenal yang digunakan dan dikumpulkan oleh masyarakat lokal sekitar hutan sebagai salah satu sumber penghidupan. Biji tengkawang mengandung lemak sampai 70%, mirip dengan lemak coklat namun dengan titik leleh yang lebih tinggi dan di Eropa digunakan untuk pembuatan coklat dan kosmetik. Secara tradisional lemak biji tengkawang digunakan sebagai minyak sayur dan obat-obatan. Tengkawang di Indonesia umumnya berada di Kalimantan, tapi beberapa juga tersebar di Sumatra. Akibat dari praktik kegiatan kehutanan yang tidak berkelanjutan dan tingginya tingkat deforestasi, tengkawang saat ini mulai sulit ditemukan. Redlist IUCN menetapkan status tengkawang sebagai terancam punah, langka, dan rentan. PP No.7/1999 dan Kemenhut No.692/Kpts-II/1998 juga telah menetapkan tengkawang sebagai jenis yang dilindungi dan dilarang untuk ditebang. Beberapa jenis tengkawang yang rentan dan dilindungi adalah S. macrophylla, S. palembanica, S. splendida, S. stenoptera, S. seminis, S. beccariana, S. mecistopteryx dan S. pinanga. Meskipun telah dilindungi secara legal, kelestarian jenis tengkawang tetap terancam. Fragmentasi dan penebangan hutan telah mengakibatkan berkurangnya keragaman genetik tengkawang, baik di tingkat jenis maupun populasi. Sangat sulit untuk menghindarkan tengkawang dari penebangan. Salah satu alasannya adalah karena sulitnya membedakan tengkawang dengan pohon komersil lainnya, contohnya dengan meranti merah. Kesalahan identifikasi ini juga sering terjadi dalam kegiatan penebangan hutan di HPH. Selain itu, pemahaman tentang status legalitas tengkawang masih belum tersebar luas di masyarakat, pihak pemerintah, bahkan para praktisi kehutanan. Dalam upaya konservasi jenis tengkawang, perlu adanya suatu panduan identifikasi jenis tengkawang yang dapat digunakan dan dipahami dengan mudah oleh semua kalangan, baik praktisi kehutanan, peneliti 1

7 maupun masyarakat awam. Diharapkan panduan identifikasi jenis tengkawang ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung konservasi jenis tengkawang. B. Prosedur Penyusunan dan penulisan buku panduan ini dilakukan sebagai jawaban atas kebutuhan praktisi kehutanan akan perlunya sebuah panduan untuk mempermudah identifikasi jenis tengkawang di lapangan dalam rangka mendukung konservasi jenis tengkawang. Data yang telah dikumpulkan berasal dari kegiatan survei dan eksplorasi lapangan pada kegiatan proyek ITTO PD 586/10 Rev.1 (F) dan proyek DIPA Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. 2

8 II. Keanekaragaman dan Penyebaran Marga Shorea Marga Shorea biasa disebut meranti dan termasuk dalam famili Dipterocarpaceae. Famili ini sebagian besar tumbuh dan mendominasi struktur tegakan hutan di hutan hujan tropis, dari dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian dpl. Marga Shorea memiliki keanekaragaman jenis yang paling tinggi dengan wilayah penyebaran yang cukup luas, yakni terdiri dari 194 jenis yang tersebar di Sri Lanka, India, hingga Indochina. Sebanyak 163 jenis tersebar di Malesia, dimana sekitar 114 jenis diantaranya tersebar di Indonesia: Kalimantan : 127 jenis (45 endemik) Sumatera : 50 jenis (3 endemik) Maluku : 3 jenis (1 endemik) Sulawesi : 2 jenis Jawa : 1 jenis Semenanjung Malaysia : 57 jenis (7 endemik) Filipina : 17 jenis (9 endemik) Dalam perdagangan kayu di Indonesia, meranti dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan warna kayu gubal saat masih segar, yaitu meranti merah, meranti kuning, meranti putih dan meranti balau. Kelompok meranti merah memiliki jenis terbanyak, disusul oleh kelompok meranti kuning, meranti putih dan meranti balau. Beberapa jenis yang termasuk dalam kelompok meranti merah adalah S. acuminata, S. lepidota, S. leprosula, S. johorensis, S. macroptera, S. ovalis, S. palembanica, S. parvifolia, S. pauciflora, S. pinanga, dan S. stenoptera. Kelompok meranti kuning antara lain adalah S. acuminatissima, S. retinodes, S. ochracea, dan S. virescens. Kelompok meranti putih adalah S. javanica dan S. bracteolata. Sementara kelompok meranti balau antara lain S. atrinervosa, S. elliptica, S. glauca, dan S. maxwelliana. Beberapa jenis Shorea dikenal sebagai jenis meranti penghasil tengkawang. Tidak kurang dari 17 jenis meranti penghasil tengkawang yang diketahui dan penyebarannya berada di Thailand, Malaysia (Sarawak dan Sabah), Filipina dan Indonesia (Kalimantan dan Sumatra). Di Indonesia ditemukan sebanyak 15 jenis tengkawang, yakni 12 jenis terdapat di Kalimantan dan 4 jenis lainnya terdapat di Sumatera. Dilihat dari tingginya keragaman jenis tengkawang di Kalimantan, dapat dikatakan bahwa Kalimantan merupakan pusat penyebaran tengkawang di Malesia. 3

9 Gambar 1. Peta kerapatan Dipterocarpaceae di Malesia, total jumlah jenis di tiap pulau Gambar 2. Peta kerapatan Dipterocarpaceae di Malesia, endemik (di atas garis) dan non-endemik (di bawah garis) 4

10 III. Marga Shorea Penghasil Tengkawang A. Deskripsi Marga Shorea Shorea merupakan salah satu marga dalam anak suku Shoreae yang berasal dari sub famili Dipterocarpoidae, famili Dipterocarpaceae. Ciri morfologi sub famili Dipterocarpoidae adalah kepala benang sari melekat pada dasarnya dan dapat dijumpai di Asia dan Malesia. Ciri anak suku Shoreae adalah helai kelopak buah bertumpuk/overlap dan jelas menebal di tengah, membengkak di dasarnya, jumlah kromosom x=7. Yang termasuk dalam anak suku Shoreae ada 5 marga yaitu Dryobalanops, Parashorea, Neobalanocarpus, Hopea, dan Shorea. Ciri-ciri umum marga Shorea : - Kulit kelabu hingga kehitaman, licin, beralur, bersisik, hingga mengelupas - Damar berwarna putih bening, kuning hingga cokelat dan hitam mengkilap - Daun penumpu kecil hingga besar, lekas luruh hingga persisten - Daun mempunyai domatia atau tidak - Buah dengan 3 sayap panjang dan 2 sayap pendek, atau tidak bersayap B. Pengenalan Jenis Shorea Penghasil Tengkawang Karena genus Shorea memiliki jumlah jenis terbanyak dalam famili Dipterocarpaceae, maka para ahli botani mengelompokkannya ke dalam 11 section (kelompok) yang terdiri dari beberapa jenis. Section tersebut adalah Doona, Pentacme, Anthoshorea, Neohopea, Shorea, Brachypterae, Mutica, Ovalis, Pachycarpae, Rubella, dan Richetioides. Dikenal sebanyak 17 jenis Shorea penghasil tengkawang, 15 jenis berada di Indonesia yaitu 4 jenis di Sumatra dan 12 jenis di Kalimantan. Jenis-jenis tengkawang tersebut termasuk ke dalam 4 section, yaitu Brachypterae, Mutica, Pachycarpae dan Shorea. a. Section Brachypterae S. palembanica (Ulu Kapuas, Sarawak, Sabah, Brunei) S. scaberrima (Sarawak, Sabah, Purukcahu) b. Section Mutica S. macrantha (Malaya, Sarawak, Sumatra bagian timur) S. singkawang (Thailand, Malaya, Sumatra bagian timur, Lampung) S. hemsleyana (Malaya, Sarawak, Sumatra bagian timur, Kapuas bagian hilir) 5

11 c. Section Pachycarpae S. amplexicaulis (Borneo, kecuali di bagian barat daya) S. macrophylla (Borneo) S. mecistopteryx (Borneo) S. pilosa (Kalimantan Barat hingga Sabah) S. pinanga (Borneo) S. praestans* (Sarawak bagian tengah), jarang S. rotundifolia* (Sarawak bagian tengah), punggung bukit S. splendida (Kalimantan Barat, Sarawak, Muara Teweh) S. stenoptera (Kalimantan Barat, Sarawak, Muara Teweh) S. beccariana (Borneo utara: Kapuas, Sarawak, Sabah, Kalimantan Timur bagian utara) d. Section Shorea S. seminis (Borneo, Filipina) S. sumatrana (Thailand bagian selatan, Semenanjung Malaya, Sumatra) *) Belum diketahui keberadaannya di Indonesia Jenis tengkawang dalam Section Brachypterae, Mutica dan Pachycarpae tergolong dalam kayu ringan (light hardwood) meranti merah, sedangkan tengkawang dalam section Shorea tergolong dalam kayu berat (heavy hardwood) meranti balau. Jenis tengkawang dalam section Pachycarpae adalah jenis endemik Borneo yang sangat mudah dikenali, dengan ciri kunci sebagai berikut: - Kulit batang awalnya licin, lalu pada beberapa jenis berkembang menjadi bersisik besar-besar - Buah geluk besar dengan panjang 1,8-6 cm, beberapa jenis buahnya bernilai ekonomis tinggi sebagai penghasil lemak nabati (tengkawang) - Kayu ringan meranti merah Jenis-jenis meranti merah memiliki banyak kemiripan. Berikut ini adalah ciri-ciri diagnostik yang dapat digunakan sebagai pembeda jenis-jenis tengkawang yang tergolong dalam meranti merah: - S. amplexicaulis. Ranting cenderung kecil, hampir bundar, ruas-ruas agak membengkak; bekas daun penumpu memeluk ranting (amplexicaul). Daun dan daun penumpu biasanya gundul dan kurang lebih licin saat segar, saat pertama membuka berwarna merah cerah; jorong (elliptical) atau bundar telur (ovate) cm x 6-11 cm. 6

12 - S. beccariana. Ranting mirip dengan S. amplexicaulis tapi bekas daun penumpu pendek dan horizontal. Daun yang mengering biasanya kelabu kusam atau coklat keemasan, bagian bawah daun berbulu halus, bagian yang baru berwarna lebih gelap. - S. pilosa. Bekas daun penumpu amplexicaul. Tangkai daun agak pendek. Daun jorong, pangkal daun membaji (cuneate), bagian bawah daun berbulu kusut halus dan lebat. - S. pinanga. Ranting memipih, bekas daun penumpu jelas melengkung ke bawah. Dasar daun kurang lebih membulat atau sedikit menjantung, bulu dan pertulangan bervariasi. Cabang menjuntai. - S. rotundifolia. Mirip seperti S. amplexicaulis tapi berdaun jorong, bundar telur sampai hampir membulat, 9-21 x 6-14 cm. - S. spendida. Daun penumpu lebar, menjantung, bekas daun penumpu amplexicaul. Daun lebar, seperti menjantung, pertulangan daun sedikit, 913 pasang. Cabang menjuntai. - S. palembanica. Daun yang mengering coklat lembayung, pertulangan daun 2-12 pasang. Batang umumnya tidak lurus. - S. scaberrima. Daun dengan bulu coklat kekuningan, lonjong-jorong, seperti kertas, tulang daun pasang. - S. macrantha. Dahan menjuntai. Daun besar berbulu dan tidak simetris, buah tidak bersayap. - S. hemsleyana. Tumbuh di rawa gambut. Daun dan daun penumpu besar dan berbulu, berwarna coklat kekuningan, jika disayat terasa lengket. Buah besar dengan sayap pendek yang tidak sempurna. - S. singkawang. Daun besar, daun kering berwarna coklat kelabu. Buah besar dengan sayap tidak sempurna. Tumbuh di daerah dengan drainase baik di dekat sungai maupun daerah berbukit-bukit. Sementara karakter diagnostik untuk S. seminis dan S. sumatrana dari section Shorea yang tergolong meranti balau adalah serupa, yaitu tumbuh di tepi sungai, tangkai daun agak pendek dan jika mengering berwarna hitam, daun berbulu jarang berwarna coklat kelabu pada tulang daun bagian bawah, buah tidak bersayap tapi mempunyai kelopak buah berbentuk cuping pendek dan berkayu. 7

13 No Penyebaran tengkawang dan statusnya di Indonesia Nama Jenis S. palembanica S. scaberrima S. hemsleyana S. macrantha S. singkawang S. amplexicaulis S. beccariana S. macrophylla S. mecistopteryx S. pilosa S. pinanga S. splendida S. stenoptera S. seminis S. sumatrana Penyebaran Endemik K K SK S S K K K K K K K K K S Borneo Borneo Borneo Borneo Borneo Borneo Borneo Borneo PP No.7/1999 critically endangered Redlist IUCN critically endangered vulnerable endangered endangered critically endangered Keterangan: K=Kalimantan. S=Sumatra. SK=Sumatra dan Kalimantan 8

14 C. Deskripsi Jenis Tengkawang 1. Shorea macrophylla (de Vriese) P.S. Ashton (Meranti merah) Tumbuh di tepi sungai. Daun besar, jorong sampai lonjong, pangkal daun tumpul atau sedikit menjantung, midrib berbulu, pertulangan daun besar dan cukup berjarak dengan jumlah pasang, tangkai daun gemuk. Kulit batang halus atau bersisik kecil-kecil, batang utama pendek. NAMA DAERAH DISTRIBUSI EKOLOGI POHON KULIT DAUN DAUN PENUMPU BUNGA DAN BUAH Tengkawang, tengkawang jantung, tukung, tengkawang tungkul putih (Kalbar), kekawang buah (Berau), mengkalang (Tidung), orai toloi (Muara Teweh). Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sarawak Banyak dijumpai di tanah endapan dan tepi sungai, jarang di bukit. Mencapai tinggi 50 m, tajuk lebar, lonjong atau setengah bundar, terbuka. Batang lurus atau condong, diameter mencapai 130 cm. Banir tinggi hingga 2 m, melebar, cekung atau membulat, tebalnya ±15 cm. Ranting pipih, lebar 2,5-4 mm dan tebal 2-3 mm. Batang kelabu pucat sampai coklat, licin dan mengelupas besarbesar tak beraturan, meninggalkan tanda gulungan dangkal di permukaan batang. Kulit luar tipis, keras, berwarna coklat. Kulit dalam ±7 mm, berwarna kuning pucat sampai coklat. Daun jorong atau bulat telur, pangkal tumpul atau agak menjantung, kaku, panjang cm dan lebar cm, sisi bawah dengan sedikit indumentum warna coklat/kuning coklat atau gundul. Indumentum pada midrib di permukaan atas daun. Tulang daun sekunder pasang dan melengkung dekat tepi daun. Tulang daun tersier sangat jelas dan tegak lurus. Tangkai daun panjang 1,5-3 cm, gemuk, kadang bengkok seperti lutut, tak berbulu atau berbulu halus rapat warna coklat kelabu. Daun penumpu berbulu halus rapat, berbentuk ujung tombak, tumpul atau jorong, berkerut di pangkal, panjang hingga 5 cm dan lebar 1,3 cm, persisten, bekas daun penumpu membentuk cincin. Mahkota bunga merah muda pucat, benang sari 15. Sayap buah 3 panjang ukuran hingga 11x3 cm dan 2 pendek ukuran hingga 8x1,5 cm. Biji 6x4 cm, bulat telur sungsang, kulit biji berbulu halus. 9

15 KAYU ANAKAN Kayu gubal kuning pucat, kayu teras kehitaman dan lunak, damar menetes pelan jika ditoreh. Berbulu pada batang, ranting, tangkai daun dan permukaan atas daun pada midrib dan tulang daun sekunder. Daun penumpu berpasangan berhadapan, oblong, agak melengkung, besar, 2-3 x 0,5-0,8 cm, pertulangan 8-10, dasar sedkit menjantung. Daun x 5-8 cm, ujung daun meruncing, tulang daun sekunder pasang. Ranting silinder. Gambar 3. Shorea macrophylla di lapangan 10

16 Gambar 4. Daun dan buah Shorea macrophylla, skala garis = 2 cm 11

17 2. Shorea stenoptera Burck (Meranti merah) Daun besar, jorong sampai lonjong, midrib di permukaan atas daun gundul. Permukaan kulit kayu berbercak-bercak, licin, bergelang. Tumbuh di daerah hutan kerangas berdrainase buruk dan daerah endapan sungai berpasir yang terendam secara berkala. NAMA DAERAH DISTRIBUSI EKOLOGI POHON KULIT DAUN DAUN PENUMPU BUNGA DAN BUAH Tengkawang layar, tengkawang tungkul merah (Kalbar), tengkawang rambai, tengkawang telur (Kalbar). Kalimantan Barat (lembah Kapuas), Kalimantan Tengah (Muara Teweh), Sarawak dan Sabah. Tanah berpasir pada daerah aluvial dan dataran rendah. Kecil sampai sedang, tinggi hingga 50 m, tajuk mengerucut sampai lonjong. Batang lurus, silindris, diameter hingga 50 cm. Percabangan rendah, tersebar memanjang dan seperti menjuntai. Banir tipis. Ranting menjuntai, pipih dengan diameter 3-4 mm, kadang-kadang agak membundar, gundul. Ranting mati memipih. Batang licin dan mengelupas, ada tanda melingkar, warna coklat tua. Kulit dalam tebal 5 cm, kuning kecoklatan. Tangkai daun 2,4-4,4 cm, gundul. Daun lonjong atau jorong, pangkal tumpul hingga menjantung, ujung daun sedikit lancip, kaku seperti kulit, halus jika disentuh di kedua permukaannya, sisi atas gundul, x 8,5-25,5 cm. Sisi atas daun kering coklat kelabu/ coklat dan gundul. Sisi bawah daun kering coklat/coklat kemerahan, kusam atau mengkilap, gundul atau ada sedikit indumentum coklat pada urat daun. Tulang daun sekunder sangat jelas, pasang, lurus lalu melengkung dekat tepi daun, ramping sampai gemuk, saat kering jelas lebih pucat dari permukaan daunnya. Tulang daun tersier terlihat, tegak lurus, tidak ada domatia. Daun penumpu menyegitiga atau berbentuk ujung tombak, x mm, tumpul, agak melebar pada pangkal membentuk seperti daun telinga (sub-auriculate), menggulung, bekas daun penumpu membentuk cincin, persisten. Bunga merah muda atau merah. Benang sari 15. Sayap biji 3 panjang ukuran 3,5-7,5 x 1,5-2,5 cm dan 2 pendek ukuran 2-5,5 x 12

18 KAYU ANAKAN 0,5-1 cm. Biji x mm, berbulu pendek. Kayu gubal kuning pucat. Damar kuning sampai coklat, mengkilap atau seperti susu. Tangkai daun cm, berbentuk silinder. Daun jorong, ujung meruncing. Daun penumpu persisten, berwarna merah gelap. Gambar 5. Shorea stenoptera di lapangan 13

19 Gambar 6. Daun dan buah Shorea stenoptera, skala garis = 2 cm 14

20 3. Shorea pinanga Scheff. (Meranti merah) Batang halus, kulit kayu bergelang, meretak dan sedikit bersisik pada pohon tua. Daun ukuran sedang, jorong atau bundar telur menyempit, permukaan bawah daun kering berwarna oranye karat cerah. Daun penumpu besar warna magenta, jelas terlihat dengan teropong. Bekas daun penumpu besar, pucat dan tampak jelas melengkung ke bawah di rantingnya yang memipih. NAMA DAERAH DISTRIBUSI EKOLOGI POHON KULIT DAUN Langgai (Iban), awang lanying (Kalimantan bagian timur dan selatan), engkabang bukit, tengkawang telur, tengkawang telaga, tengkawang minggi (Kalbar). Pulau Kalimantan. Punggung bukit di bawah 700 m dpl. Pohon sedang hingga besar, batang lurus silindris mencapai tinggi 60 m, diameter mencapai 130 cm. Tajuk terbuka. Percabangan menyebar, menaik di pangkalnya dan menjuntai di ujungnya dimana jelas terlihat gugus daun, daun muda dan daun penumpu warna magenta yang berselang-seling horisontal. Ranting umumnya menjumbai dan ranting mati memipih. Banir tebal dan tingginya hingga 1,5 m, menyebar, cekung membulat. Kulit batang licin dan mengelupas besar-besar, warna coklat merah muda pucat, bergelang, berlentisel kecil warna oranye. Kulit luar tipis. Kulit dalam sampai 1 cm, warna coklat merah muda atau kuning pucat kecoklatan pada kambium. Tangkai daun 1,1-2,2 cm, gundul atau ada indumentum rapat warna coklat kelabu. Daun 11,5-21 x 4,9-9 cm, kaku seperti kulit, lonjong atau bundar telur menyempit, ujung melancip panjang atau pendek melebar, pangkal membaji, membulat atau sedikit menjantung. Sisi atas daun kering coklat kemerahan, gundul atau ada indumentum kuning coklat/coklat keemasan pada midrib. Sisi bawah daun kering coklat kemerahan, kusam atau mengkilap, gundul atau ada indumentum lebat/jarang warna coklat, kuning coklat/coklat keemasan di helai daun dan pertulangannya. Tulang daun sekunder pasang, melengkung, saat kering jelas lebih pucat daripada atau sama dengan daunnya, tulang tengah kadang muncul, tulang tersier jelas dan tegak lurus, tidak ada domatia. 15

21 DAUN PENUMPU BUNGA DAN BUAH KAYU ANAKAN Daun penumpu x mm, menyegitiga, lancip, merah atau magenta ketika muda, lambat laun menjadi hijau, persisten. Bekas daun penumpu jelas terlihat, berbentuk bulan sabit. Bunga merah muda gelap. Benang sari 15. Sayap buah 3 panjang ukuran x 2,5-3,5 cm, 2 pendek ukuran 8-17 x 0,8-1,4 cm. Biji bundar telur, x mm, umumnya panjang lebar kurang lebih sama yaitu sekitar 2,3 cm. Kayu gubal krem, kayu teras merah muda dan berserat halus. Daun seperti kulit, umumnya lebih besar daripada daun pohon dewasa, mengkilap di permukaan atas daun, daun penumpu menyegitiga dan persisten, warna hijau muda. Gambar 7. Shorea pinanga di lapangan 16

22 Gambar 8. Daun dan buah Shorea pinanga, skala garis = 2 cm 17

23 4. Shorea seminis (de Vriese) Sloot. (Meranti balau) Tumbuh di tepi sungai. Tangkai daun agak pendek dan yang kering berwarna hitam. Daun berbulu jarang, berwarna coklat kelabu pada pertulangan permukaan bawah daun. Buah tidak bersayap tapi memiliki kelopak berbentuk cuping berkayu. NAMA DAERAH DISTRIBUSI EKOLOGI POHON KULIT DAUN Tengkawang air, tengkawang batu, tengkawang pelepak/kelepak, tengkawang tengkawang terendak (Kalimantan). Kalimantan, Sarawak, Sabah, Brunei, Filipina. Tumbuh berkelompok sepanjang daerah aliran sungai. Pohon sedang sampai tinggi, mencapai 30 m. Batang silindris atau terpilin, coklat tua sampai kehitaman, sering menggantung di atas sungai. Tajuk rapat berbentuk setengah bulat terbuka, sedang atau besar, daun muda tampak hijau kekuningan, percabangan rendah hampir menyebar. Banir membulat, pada pohon yang kurang baik rendah dan kecil, pada bentuk pohon yang baik tinggi banir mencapai 2 m, bentangan 1,5 m dan tebal ±6 cm, seperti papan, lurus atau cekung. Ranting membundar, kadang terkulai, diameter 1,5 mm, berbulu pendek warna kelabu dan sangat halus. Kulit batang mengelupas tidak beraturan, licin, berwarna coklat kehijauan sampai coklat kehitaman, ketika muda licin atau bersisik dangkal tidak terartur, pada pohon dewasa merekah dangkal, rapat, vertikal, dengan lebar rekahan ±5 cm, lalu menjadi sisik tipis, rata di seluruh permukaan. Kulit dalam coklat kekuningan. Tangkai daun 1-1,6 cm, ada indumentum pendek jarang atau rapat warna coklat kelabu. Daun lanset atau jorong atau bundar telur, seperti kulit, 9-18 x 2,5-8 cm, ujung melancip panjang, pangkal membaji atau membundar, simetris. Permukaan atas daun kering coklat lembayung dengan indumentum jarang atau rapat warna coklat kelabu pada midrib. Permukaan bawah daun kering coklat kelabu/coklat kuning, gundul atau ada indumentum halus lebat atau jarang warna coklat kelabu, atau pada pertulangan ada indumentum pendek jarang warna coklat kelabu. Tulang sekunder 9-17 pasang, lurus lalu melengkung dekat tepi atau melengkung sepanjang tulang daun, menonjol tapi memipih, jika kering sama warnanya seperti daun. Tulang tersier tak tampak atau hampir 18

24 DAUN PENUMPU BUNGA DAN BUAH KAYU ANAKAN terlihat, bentuk tangga. Jika ada domatia, letaknya di ketiak pertulangan daun Kecil, lonjong, 6-13 x 3-7,5 mm, jorong, tumpul dan cepat luruh, berbulu pendek warna coklat kelabu dan sangat halus. Bekas daun penumpu tak mudah terlihat, pendek, hingga 1 mm. Bunga kecil, kuncup memanjang, mahkota bunga putih dan semburat merah muda pada pangkal bunga, benang sari Sayap buah 5 sama panjang, 1-2 x 1-2 cm. Biji bulat atau bulat telur, garis tengah 1 cm, 9-14 x 9-14 mm. Kayu teras kuning kecoklatan, sangat keras. Tangkai daun 3-5 cm, pangkal licin. Daun lanset hingga lonjong, 1219 x 4-7 cm, ujung meruncing, panjang runcingan hingga 2,5 cm, lebih meruncing daripada daun pohon dewasa. Ujung dengan pucuk mencapai 3 cm, permukaan bagian atas licin, permukaan bagian bawah berbulu halus agak kelabu. 19

25 Gambar 9. Shorea seminis di lapangan 20

26 Gambar 10. Daun dan buah Shorea seminis, skala garis = 5 cm 21

27 5. Shorea beccariana Burck (Meranti merah) Batang halus, bergelang, sedikit meretak dan kulit batang tua menggugurkan sisik besar-besar tak beraturan. Daun sedang, kaku seperti kulit, bundar jorong sampai lanset, gundul atau dengan bulu pendek. Umumnya permukaan bawah daun kusam dan berwarna biru telur asin, ketika mengering sering menjadi coklat lembayung. Tangkai daun panjang. Bekas daun penumpu pendek, menyolok, agak horisontal atau sedikit melengkung ke atas. NAMA DAERAH DISTRIBUSI EKOLOGI POHON KULIT DAUN Langgai (Brunei, Sarawak), seraya langgai (Sabah), tengkawang tengkal, tengkawang layar, tengkawang benua, tengkawang bagok, tengkawang raraing, tengkawang tangga, engkabang maha (Kalimantan). Kapuas, Sarawak, Brunei, Sabah dan Nunukan. Umum berada di dataran rendah dan pegunungan kering hingga ketinggian m. Pohon besar, diameter mencapai 110 cm, batang bebas cabang tinggi, lurus, silinder, sedikit melancip. Tinggi banir hingga 1,5 m, rendah, membulat, cekung, tebal. Tajuk kecil, kurang lebih setengah bundar merata, kadang asimetris. Ranting memipih. Kulit permukaan batang berwarna kelabu hingga coklat lembayung berbercak, licin, jelas bergelang, lama-lama meretak beralur dangkal dan mengelupas dengan ketebalan ±5 mm. Di batang bawah ada bagian-bagian tak beraturan yang permukaannya licin dengan tanda menggulung berwarna coklat lembayung. Takikan kulit luar tipis, keras. Kulit terluar yang kasar (periderm) merah gelap kecoklatan. Kulit dalam merah muda atau merah kecoklatan, warna merata tapi pada pohon tua biasanya ada sejumlah lapisan garis merah dan kuning kemerahmudaan. Tangkai daun 1,5-2,7 cm, kadang melutut, ada indumentum pendek yang jarang atau lebat warna kelabu, kelabu coklat atau coklat. Daun lonjong atau bundar telur, 8-26 x 2,9-8 cm, seperti kulit, licin jika disentuh di dua permukaannya. Pangkal membaji, membundar, atau agak menjantung, ujung melancip pendek. Sisi atas daun kering coklat lembayung, gundul tapi ada indumentum pendek jarang warna coklat/coklat kelabu pada midrib. Sisi bawah daun 22

28 DAUN PENUMPU BUNGA DAN BUAH KAYU ANAKAN kering kemerahan atau coklat lembayung, atau seperti bersisik/berbedak, kusam atau mengkilap dengan indumentum pendek jarang atau kadang lebat warna kuning atau merah coklatpada helai daun dan pertulangan. Tulang daun sekunder 1013, melengkung, saat kering jelas lebih pucat daripada permukaan daun, tulang daun tersier terlihat jelas, tegak lurus. domatia tidak ada x 8-9 mm, lekas luruh, menyegitiga, melancip. Bekas daun penumpu pendek, kurang lebih lurus agak melengkung ke atas. Bunga kecil, mahkota bunga putih dengan sebuah garis merah muda di tengah atau warna merah muda saja. Benang sari 15. Sayap buah 3 panjang 12,5-17,5 x 2,4-4 cm, 2 sayap pendek 6,5-9 x 0,7-1,3 cm. Biji x mm. Kayu gubal berwarna kuning pucat, kayu agak keras, kayu teras merah muda, damar putih dan jarang terlihat di permukaan batang. Daun lebih besar, lebih tipis, dengan ujung panjang, tangkai daun sangat panjang hingga 5-10 cm. Daun muda kemerahan di sisi bawah. 23

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat tinggi dan formasi hutan yang beragam. Dipterocarpaceae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) adalah sistem silvikultur yang digulirkan sebagai alternatif pembangunan hutan tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia dan menjadi salah satu pulau yang memiliki keragaman biologi dan ekosistem yang tinggi (MacKinnon, 1997). Hakim

Lebih terperinci

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw. DESKRIPSI TANAMAN Acriopsis javanica Reinw. Marga : Acriopsis Jenis : Acriopsis javanica Reinw Batang : Bulat mirip bawang Daun : Daun 2-3 helai, tipis berbentuk pita, menyempit ke arah pangkal Bunga :

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi , II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS POHON FAMILI DIPTEROCARPACEAE DI KAWASAN ARBORETUM SYLVA UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

IDENTIFIKASI JENIS POHON FAMILI DIPTEROCARPACEAE DI KAWASAN ARBORETUM SYLVA UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK IDENTIFIKASI JENIS POHON FAMILI DIPTEROCARPACEAE DI KAWASAN ARBORETUM SYLVA UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK (Identifaction Of Dipterocarpaceae Family In Area Of Arboretum Sylva University Of Tanjungpura

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Inventarisasi Hutan Menurut Dephut (1970), inventarisasi hutan adalah pengumpulan dan penyusunan data mengenai hutan dalam rangka pemanfaatan hutan bagi masyarakat secara lestari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) No. Karakteristik Deskripsi Notasi Data 1 Kecambah : Panjang Sangat pendek 1 hipokotil (*) Pendek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: (http://www.google.com/earth/) Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat sumber: (http://www.google.com/earth/) Lampiran 2. Data spesies dan jumlah Amfibi yang Ditemukan Pada Lokasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi herbarium yang dilakukan mempertegas bahwa ketiga jenis kayu yang diteliti adalah benar burmanii Blume, C. parthenoxylon Meissn., dan C. subavenium Miq. 4.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Volume Pohon Secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang paling lazim dipakai sebagai dasar penaksiran,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki TINJAUAN PUSTAKA Bibit Sungkai (Peronema canescens) 1. Morfologi Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus, sungkai, sekai termasuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo' Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

E U C A L Y P T U S A.

E U C A L Y P T U S A. E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 66 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur Kabupaten Deli Serdang 67 Kabupaten Langkat Kabupaten Serdang Berdagai 68 Lampiran 2. Panduan Identifikasi Karakter Tanaman Parameter deskripsi tanaman

Lebih terperinci

Amomum cardamomum Willd

Amomum cardamomum Willd Amomum cardamomum Willd Kapulaga Sinonim Amomum kapulaga Sprague Amomum compactum Solad ex Maton Alpinia striata Horst. Cardamomum minum Rumph Elettaria cardamomum Maton Elettaria major Smith Familia Zingiberaceae

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka( Lili paris (Chlorophytum comosum) Kingdom : plantae divisi : magnoliophyta kelas : liliopsida ordo :liliaceae family : anthericaceae genus :chlorophytum spesies : chlorophytum comusum var. vittatum Batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya

Lebih terperinci

ISBN : MANUAL PEMBANGUNAN PLOT KONSERVASI IN-SITU SHOREA PENGHASIL TENGKAWANG

ISBN : MANUAL PEMBANGUNAN PLOT KONSERVASI IN-SITU SHOREA PENGHASIL TENGKAWANG ISBN : 978-602-9096-10-1 MANUAL PEMBANGUNAN PLOT KONSERVASI IN-SITU SHOREA PENGHASIL TENGKAWANG Penulis : Sapto Indrioko Editor : Rizki Maharani Dipterocarps Research Center, Forestry Research and Development

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA 15-146 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK MARGA Tarenna DI SUMATERA Novita Kartika Indah Jurusam Biologi FMIPA Univ. Negeri Surabaya E-mail : kartikanovi@rocketmail.com ABSTRAK Tarenna merupakan kerabat dekat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar

Lebih terperinci

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni Nyamplung tentu tanaman itu kini tak asing lagi di telinga para rimbawan kehutanan. Buah yang berbentuk bulat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Kecicang PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn., M.Sn PAMERAN International Exhibition International Studio for Arts & Culture FSRD ALVA Indonesia of

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Magnoliophyta. : Magnoliopsida. : Dilleniidae. : Theales. : Dipterocarpaceae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Magnoliophyta. : Magnoliopsida. : Dilleniidae. : Theales. : Dipterocarpaceae BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Meranti Tembaga a. Klasifikasi Kingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Dilleniidae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Tectona grandis Linn. f. atau jati merupakan salah satu tumbuhan yang masuk dalam anggota famili Verbenaceae. Di Indonesia dikenal juga dengan nama deleg, dodolan, jate,

Lebih terperinci

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI DAN Cara perbanyakannya Macam2 BENIH berdasarkan asal tetuanya : 1. Benih LEGITIM : hasil persilangan buatan 2. Benih PROPELEGITIM : biklonal / poliklonal Propelegitim

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Tanaman Mentimun Mentimun termasuk suku Cucurbitaceae (suku labu-labuan). Kedudukan tanaman mentimun dalam sistematika tumbuhan menurut Sumpena (2004) di klasifikasikan

Lebih terperinci

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN TANAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH Gladiolus hybridus BOTANICAL DECONSTRUCTION Pemanfaatan Media Digital dalam Analisis Morfologi Tumbuhan LATAR BELAKANG Salah satu yang harus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

Lithocarpus indutus (Blume) Rehder. FAGACEAE Synonim : Quercus induta Blume., Synaedris induta (Blume) Koidz. Pasania induta (Blume.) S.Moore. Nama lokal : Pasang (TNGM), Pasang Baturawa (Sunda) Habitus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Orangutan Secara morofologis orangutan Sumatera dan Kalimantan sangat serupa, tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya (Napier dan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) Tanaman kamboja (Plumeria sp.) merupakan salah satu contoh dari famili Apocynaceae. Kamboja diketahui merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, serta pengamatan dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

Press. tengkawang. untuk kayu pertukangan, bahan makanan dan kerajinan

Press. tengkawang. untuk kayu pertukangan, bahan makanan dan kerajinan Press Budidaya tengkawang untuk kayu pertukangan, bahan makanan dan kerajinan KEMENTERIAN KEHUTANAN TEKNIK BUDIDAYA TENGKAWANG UNTUK KAYU PERTUKANGAN, BAHAN MAKANAN DAN KERAJINAN JAKARTA, NOVEMBER 2014

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 Nama Kelompok Rizky Ratna Sari Rika Dhietya Putri Ahmad Marzuki Fiki Rahmah Fadlilah Eka Novi Octavianti Bidayatul Afifah Yasir Arafat . Swietenia macrophylla

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu Undang-undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, menerangkan bahwa hasil hutan merupakan benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu semenanjung Malaysia, Thailand, Myanmar dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci