III. METODE PENELITIAN
|
|
- Deddy Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, serta pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian UNS. Penelitian dimulai pada bulan Maret 2015 hingga September B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian Bahan penelitian adalah 20 tanaman sawo yang tersebar di pekarangan milik penduduk lokal di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. 2. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya; GPS ( Global Positioning System), Klinometer, Hand refractometer, meteran, kamera Digital, deskriptor Tanaman manggis ( Garcinia mangostana L.) dan mangga ( Mangifera indica) yang diterbitkan IBPGRI (International Board Plant Genetic Recources Institute), colour chart, timbangan analitik, timbangan buah dan jangka sorong. C. Perancangan Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif dan deskriptif yang dilaksanakan secara bertahap. Langkah awal yang dilakukan adalah praeksplorasi, yaitu dengan cara penggalian informasi tentang keberadaan tanaman sawo di daerah Manyaran, Wonogiri. Penggalian informasi dilakukan dari dinas pertanian dan narasumber lainnya (masyarakat setempat). Informasi ini kemudian dikembangkan pada waktu melakukan eksplorasi ke lokasi sasaran, kemudian dilakukan metode deskriptif. Penggunaan analisis deskriptif menurut Kountur (2003) digunakan untuk menjabarkan data hasil pengamatan secara langsung dalam bentuk kelas atau kelompok supaya dapat memudahkan interpretasi data yang telah didapatkan, 8
2 9 sehingga dapat dijelaskan morfologi dari organ tanaman pada setiap sampel tanaman sawo. D. Teknik Penentuan Sampel Pemilihan sampel secara sengaja ( purposive random sampling) dilakukan pada 20 pohon sawo yang terdapat di Desa Kepuhsari, Manyaran, Wonogiri. Menurut Sutrisno (2010) purposive random sampling ialah metode dengan pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat- sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dan dilakukan secara sengaja. Penelitian ini dilakukan dengan pedoman deskriptor IPBGRI (Internasional Plant Board for Genetic Recources) dengan menggunakan skoring yang dimodifikasi. Kriteria pemilihan sampel adalah tanaman yang sudah pernah berbuah. E. Jenis dan Sumber Data Data primer didapatkan dari pengamatan karakter morfologi tanaman sawo secara langsung di lapangan beserta dokumentasi bagian-bagian tanaman. Data sekunder, seperti data curah hujan, beserta kondisi iklim makro daerah Wonogiri didapatkan dari Stasiun Meteorologi Kabupaten Wonogiri. F. Teknik Pengumpulan Data Pengamatan morfologi tanaman sawo dilakukan langsung pada tempat tumbuh aksesi, pengamatan meliputi kenampakan tanaman secara keseluruhan, pohon, percabangan, daun, bunga, buah dan biji. Data hasil survei pengamatan diberi nilai (skor) berdasarkan pedoman deskriptor pada masing -masing variabel lalu mencatatnya pada blanko yang sudah disiapkan.
3 10 Variabel Pengamatan : 1. Pengamatan Kondisi Lingkungan Penelitian Pengamatan kondisi lingkungan meliputi kondisi geografis yang terdiri dari letak lintang dan bujur, ketinggian tempat, intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara yang diamati langsung di lapangan sebagai data primer, serta topografi, jenis tanah, informasi sifat fisik tanah dan curah hujan sepuluh tahun terakhir sebagai data sekunder. 2. Pengamatan Morfologi Tanaman Pengamatan morfologi tanaman sawo ini meliputi habitus tanaman, morfologi daun, bunga, buah dan biji. a. Morfologi Pohon Variabel yang digunakan pada pengamatan karakter morfologi pohon sawo, meliputi: 1) Tinggi pohon diukur menggunakan klinometer. Tinggi pohon total yaitu jarak terpendek dari titik puncak pohon dengan titik proyeksinya pada bidang datar. Pengukuran dengan klinometer digunakan untuk menentukan sudut elevasi dan selanjutnya diolah melalui bantuan rumus phytagoras. 2) Letak cabang pertama diukur dengan menggunakan meteran dari titik tumbuh pohon hingga cabang pertama pohon muncul 3) Lingkar batang pohon diukur menggunakan meteran dengan titik pengukuran di dekat percabangan tanaman. Pengukuran lingkar batang pohon diukur pada (50 cm) dari permukaan tanah. 4) Permukaan batang diamati secara langsung dan dikelompokkan berdasar skor : 1 = lembut (smooth), 2 = beralur halus, 3 = agak kasar, 4 = kasar, dan 5 = sangat kasar. 5) Diameter tajuk diukur dari dua ujung titik terluar tajuk tanaman yang lurus menggunakan pengukuran dua arah (utara -selatan dan timurbarat) lalu didapatkan diameter rata-ratanya. Pengukuran dilakukan
4 11 saat matahari berada tepat di atas pohon sehingga terlihat bayangan tajuknya. 6) Identifikasi bentuk tajuk tanaman sawo merujuk pada daftar deskriptor mangga yang dikeluarkan oleh IPGRI tahun Penggunaan pendekatan deskriptor manga dipilih karena bentuk tajuk tanaman sawo memiliki kemiripan atau kedekatan sifat dengan tanaman mangga. Bentuk tajuk pohon diamati secara langsung untuk mengetahui tipe pertumbuhan tajuk tanaman, dalam praktik budidaya bentuk tajuk penting untuk menentukan jarak tanam pohon. Tajuk kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = oblong, 2 = broadly-pyramidal, 3 = semi-circular dan 4 = spherical Gambar 1. Bentuk Tajuk Tanaman 7) Kepadatan cabang diamati secara langsung dan dikelompokkan berdasar skor sebagai berikut : 1 = jarang sekali, 2 = jarang, 3 = agak rimbun, 4 = rimbun dan 5 = sangat rimbun 8) Identifikasi pola percabangan tanaman sawo merujuk pada daftar deskriptor manggis yang dikeluarkan oleh IPGRI tahun Penggunaan pendekatan deskriptor manggis dipilih karena pola percabangan tanaman sawo memiliki kemiripan atau kedekatan sifat dengan tanaman manggis. Pola percabangan (kebiasaan tumbuh pohon) diamati secara langsung dan dikelompokkan berdasar skor
5 12 sebagai berikut: 1 = tegak ( erect), 2 = semi-erect, 3 = mendatar (horizontal), 4 = tidak beraturan (irregular) dan 5 = condong ke atas (patens) Gambar 2. Pola Percabangan Tanaman 9) Tipe percabangan diamati secara langsung kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = monopodial, 2 = simpodial, dan 3 = menggarpu 10) Bentuk batang tanaman diamati secara langsung dengan melihat bentuk dasar dari batang tanaman, kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = bentuk batang bulat, 2 = bentuk batang bersegitiga, 3 = bentuk batang bersegi empat, 4 = bentuk batang phyllocaldium dan 5 = bentuk batang cladodium. 11) Intensitas berbuah diamati secara langsung dengan melihat banyaknya buah yang dihasilkan suatu sampel pada saat tesebut, kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = jarang sekali berbuah, 2 = jarang berbuah, 3 = berbuah agak sering, 4 = sering berbuah dan 5 = sangat sering berbuah. b. Morfologi Daun Variabel yang digunakan pada pengamatan karakter morfologi daun sawo, meliputi: 1) Panjang daun diamati dengan mengukur rata-rata panjang daun secara langsung menggunakan jangka sorong, kemudian dikelompokkan menjadi lima kelas. Pengukuran panjang daun yang digunakan meliputi daun tua dan daun muda.
6 13 2) Lebar daun diamati dengan mengukur rata-rata lebar daun secara langsung menggunakan jangka sorong, kemudian dikelompokkan menjadi lima kelas. Pengukuran panjang daun yang digunakan meliputi daun tua dan daun muda. 3) Panjang tangkai daun diamati dengan mengukur rata-rata panjang tangkai daun secara langsung menggunakan jangka sorong, kemudian dikelompokkan menjadi lima kelas. 4) Warna daun muda diamati dengan mencocokkan warnanya dengan colour chart kemudian mengelompokkan berdasarkan skor: 1 = hijau kekuningan (5GY 6/10), 2 = hijau muda (5GY 5/8), 3 = hijau (5GY 3/6), 4 = hijau pupus (2.5 GY 3/6) dan 5 = hijau tua (5GY 2/4) 5) Warna permukaan atas daun tua diamati dengan mencocokkan warnanya dengan colour chart kemudian mengelompokkan berdasarkan skor: 1 = hijau muda (5GY 5/8), 2 = hijau (5GY 3/6), 3 = hijau pupus (2.5GY 3/6), 4 = hijau tua (5GY 2/4) dan 5 = hijau kebiruan (7.5GY 2/4) 6) Warna permukaan bawah daun tua diamati dengan mencocokkan warnanya dengan colour chart kemudian mengelompokkan berdasarkan skor: 1 = hijau pucat kebiruan (7.5GY 5/6), 2 = hijau pucat (5GY 5/6), 3 = hijau pupus (5GY 3/6), 4 = hijau tua (2.5GY 3/6) dan 5 = hijau kebiruan (5GY 2/4) 7) Bangun daun diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut: 1 = jorong (elliptic), 2 = bulat memanjang ( oblong), 3 = bulat telur ( ovate), 4 = bulat telur sungsang (obovate), 5 = lanset (lanceolate) dan 6 = (oblanceolate)
7 14 Gambar 3. Bangun Daun 8) Bangun pangkal daun diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut: 1 = oblique, 2 = rounded, 3 = cuneate, 4 = shortly attenuate, dan 5 = truncate. Gambar 4. Bangun Pangkal Daun 9) Bangun ujung daun diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut: 1 = runcing/acutus (acute), 2 = meruncing dengan sisi-sisi yang tajam ( acuminate), 3 = retuse, dan 4 = obtuse.
8 15 Gambar 5. Bangun Ujung Daun 10) Tepi daun diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut: 1 = rata/integer ( entire) dan 2 = berombak / repandus (undulate). Gambar 6. Bentuk Tepi Daun 11) Kilap permukaan atas daun diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut: 1 = mengkilap (glossy), dan 2 = tidak mengkilap (not glossy). 12) Kilap permukaan bawah daun diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut: 1 = mengkilap (glossy), dan 2 = tidak mengkilap (not glossy). 13) Susunan tulang daun diamati secara langsung kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = menyirip, 2 = menjari, 3 = melengkung dan 4 = sejajar 14) Daging daun diamati dengan cara merobek tepi daun kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = tipis seperti selaput, 2 = seperti kertas, 3 = tipis lunak, 4 = seperti perkamen dan 5 = berdaging
9 16 c. Morfologi Bunga Identifikasi bunga sawo merujuk pada daftar deskriptor deskriptor manggis yang dikeluarkan oleh IPGRI tahun 2003, kemudian dilakukan beberapa penyesuaiani pada beberapa variabel. Identifikasi bunga sawo dilakukan dengan mengamati sifat-sifat morfologi yang dapat teramati seperti rangkaian bunga dan jumlah bunga per rangkaian. Kemudian dilakukan pengamatian benang sari, mahkota, dan kelopak bunga bunga sawo. Variabel bunga yang diamati meliputi: 1) Panjang bunga diamati dengan mengukur rata-rata panjang bunga secara langsung dengan menggunakan jangka sorong kemudian dikelompokan menjadi lima kelas 2) Diameter bunga diamati dengan dengan mengukur rata-rata diameter bunga secara langsung dengan menggunakan jangka sorong kemudian dikelompokan menjadi lima kelas 3) Panjang tangkai bunga diamati dengan dengan mengukur rata-rata panjang tangkai bunga secara langsung dengan menggunakan jangka sorong kemudian dikelompokan menjadi lima kelas 4) Bentuk mahkota bunga diamati secara langsung kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = tabung, 2 = terompet, 3 = mangkuk, 4 = corong dan 5 = lonceng 5) Warna mahkota bunga diamati secara langsung kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = putih susu (5Y 9/3), 2 = putih agak nila (2.5Y 9/3), 3 = putih agak hijau tua (5GY 9/3), 4 = putih agak hijau muda (5GY 9/4) dan 5= putih kecoklatan (7.5Y 8/6) 6) Warna kelopak bunga diamati secara langsung kemudian dikelompokan dengan skor sebagai berikut: 1 = hijau semburat merah, 2 = hijau semburat coklat, 3 = hijau kecoklatan, 4 = hijau semburat kuning dan 5 = coklat muda 7) Jumlah benang sari dihitung secara langsung dengan cara memotong bunga secara melintang, hasilnya kemudian dikelompokan menjadi lima kelas
10 17 8) Jumlah bunga perrangkaian diamati dengan menghitung jumlah bunga secara langsung kemudian dikelompokkan berdasar skor sebagai berikut: 1 = sangat sedikit, 2 = sedikit, 3 = medium, 4 = banyak, 5 = sangat banyak d. Morfologi Buah Identifikasi morfologi buah sawo merujuk pada daftar deskriptor deskriptor manggis yang dikeluarkan oleh IPGRI tahun 2003, karena sifat morfologi buah sawo memiliki kemiripan atau kedekatan dengan buah manggis. Variabel pengamatan dalam morfologi buah adalah sebagai berikut: 1) Panjang buah (cm) diukur dari pangkal hingga ujung buah menggunakan jangka sorong 2) Diameter buah (cm) diukur pada bagian buah yang paling besar menggunakan jangka sorong 3) Berat buah (g) ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik 4) Panjang tangkai buah (cm) diukur dari pangkal hingga ujung tangkai buah menggunakan penggaris. 5) Bentuk/tipe buah diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut: 1 = spherical/round, 2 = flatenned, 3 = ovoid, 4 = oblong dan 5 = narrow eliptic Gambar 7. Bentuk Buah 6) Kenampakan buah diamati berdasarkan bentuk, ukuran dan penampilan dari buah kemudian mengelompokan berdasarkan skor sebagai berikut : 1 = sangat jelek ( very poor), 2 = jelek ( poor), 3 = medium (intermediet), 4 = baik (good) dan 5 = sangat baik (excellent)
11 18 7) Warna daging buah matang diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan pilihan warna sebagai berikut : 1 = jingga (10YR 8/10), 2 = jin gga kecoklatan (10YR 7/10), 3 = coklat muda (7.5YR 6/10), 4 = coklat tua (7.5YR 6/8) dan 5 = coklat susu (10YR 7/8) 8) Warna kulit buah diamati secara langsung kemudian mengelompokan berasarkan pilihan warna sebagai berikut: 1 = hijau tua (7.5Y 6/6), 2 = hijau kecoklatan (5Y 7/8), 3 = coklat susu (7.5GY 8/6), 4 = coklat muda (2.5Y 6/6) dan 5 = coklat tua (10YR 4/6) 9) Tekstur daging buah diamati dan dirasakan menggunakan indra peraba kemudian mengelompokan sebagai berikut: 1 = lembut, 2 = agak berpasir, 3 = berpasir, 4 = agak keras dan 5 = keras 10) Kandungan air buah diamati kemudian mengelompokan sebagai berikut: 1 = kering/tidak ada, 2 = sedikit, 3 = medium, 4 = agak banyak dan 5 = banyak 11) Jumlah biji perbuah dihitung secara langsung kemudian dikelompokan menjadi 5 kelas 12) Umur simpan buah diamati dengan menyimpan buah dalam suhu ruang hingga rusak 75% 13) Padatan gula terlarut diukur dengan menggunakan hand refractometer. e. Morfologi Biji Identifikasi morfologi biji sawo merujuk pada daftar deskriptor manggis yang dikeluarkan oleh IPGRI tahun 2003, karena sifat morfologi biji sawo memiliki kemiripan atau kedekatan dengan biji manggis. Variabel pengamatan dalam morfologi biji adalah sebagai berikut: 1) Panjang biji (cm) diukur dari pangkal hingga ujung biji menggunakan jangka sorong 2) Lebar biji (cm) diukur dari pangkal hingga ujung biji menggunakan jangka sorong
12 19 3) Ketebalan biji (cm) diukur dari pangkal hingga ujung buah menggunakan jangka sorong 4) Berat per biji (g) ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik 5) Bentuk biji diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut : 1 = bulat ( spheroid), 2 = bulat panjang ( ellipsoid), 3 = elongate, 4 = oblong, 5 = reniform, dan 6 = irregular. Gambar 8. Bentuk Biji 6) Warna kulit biji diamati secara langsung kemudian mengelompokkan berdasarkan skor sebagai berikut: 1 = coklat muda (5YR 4/8), 2 = coklat tua (5YR 3/6), 3 = coklat sangat tua (5YR 2/4), 4 = coklat pekat (5YR 1/2) dan 5 = hitam (5YR 1/1) Skoring pengamatan parameter morfologi tanaman yang bersifat kuantitatif terlampir pada bagian lampiran. G. Metode Analisis Data Data hasil pengamatan morfologi disajikan secara skoring dalam bentuk kelompok, kemudian dijelaskan secara deskriptif untuk menjabarkan data hasil pengamatan. Data kemudian dianalisis menggunakan aplikasi Numerical Taxonomy and Multivariate System (NTSYS) versi 2.2i, menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Methode Arithmatic Average) cluster analysis, sehingga dendogram keragaman tanaman sawo dapat terlihat.
III. METODE PENELITIAN
7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data
16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2013 di dua lokasi, yaitu
9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2013 di dua lokasi, yaitu Gebang Hanura (Kecamatan Gedong Tataan) dan Kurungan Nyawa (Kecamatan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan
Lebih terperinci6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun
LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa
I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang
Lebih terperinciNo. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga
Lampiran 1. Spesifikasi bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bambu tali (G. apus (Schult.f.) Kurz) yang terdapat di pinggiran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tulungrejo, Batu dekat Raya Selekta, Wisata petik apel kota Batu, dan Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara
66 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur Kabupaten Deli Serdang 67 Kabupaten Langkat Kabupaten Serdang Berdagai 68 Lampiran 2. Panduan Identifikasi Karakter Tanaman Parameter deskripsi tanaman
Lebih terperinciIII. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,
III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
Lebih terperinciPENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015
PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun
Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciBADAN BENIH NASIONAL. Jakarta, zi- Mei 2009
DEPARTEMEN PERIANIAN BADAN BENIH NASIONAL SEKRETARIAT : DIREKTORAT PERBENIHAN Jl. AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 l(otak Pos 40/.lKS. PSM. Telp. :(021) 78l59ll -78847047 Fax. (02t) 78t59ll Nomor
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal
III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai
3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 303/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN SAWO SEDAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 303/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN SAWO SEDAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciDESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.
DESKRIPSI TANAMAN Acriopsis javanica Reinw. Marga : Acriopsis Jenis : Acriopsis javanica Reinw Batang : Bulat mirip bawang Daun : Daun 2-3 helai, tipis berbentuk pita, menyempit ke arah pangkal Bunga :
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,
Lebih terperinciLampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)
Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) No. Karakteristik Deskripsi Notasi Data 1 Kecambah : Panjang Sangat pendek 1 hipokotil (*) Pendek
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,
Lebih terperinciSUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH
SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN TANAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH Gladiolus hybridus BOTANICAL DECONSTRUCTION Pemanfaatan Media Digital dalam Analisis Morfologi Tumbuhan LATAR BELAKANG Salah satu yang harus
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun
Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Keterangan : Daerah Penelitian K Lampiran 2. Analisis Data umum Kuisioner Desa Dolok Saribu KUESIONER I. IDENTITAS RESPONDEN a. Nama : Andi Saragih/ 14 April
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani
III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2013. Pemilihan tempat penelitian berdasarkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk mendata dan mengevaluasi karakteristik morfologi daun, duri, buah, mata dan mahkota pada
Lebih terperincihingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales, famili liliaceae, genus Allium,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Menurut Setyosari (2010) penelitian deskriptif
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung pada bulan Agustus tahun 2015. 3.2 Bahan dan Alat
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI
ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nanda Marlian Iriani, Nery Sofiyanti, Fitmawati Mahasiswa
Lebih terperinciLAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU
LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,
Lebih terperinciASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.
ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 512/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR MERAH DELIMA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 512/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR MERAH DELIMA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciVARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU
VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU Heria Nova 1, Nery Sofiyanti 2 dan Fitmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,
Lebih terperinciVarietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45
Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,
Lebih terperinciMORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION
833. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGIS SALAK SUMATERA UTARA (Salacca sumatrana Becc.) DI BEBERAPA DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies
Lebih terperinciDESKRIPSI KEMIRI SUNAN POPULASI KEMIRI SUNAN 1. Nama yang diusulkan : KEMIRI SUNAN 1
format-1 DESKRIPSI KEMIRI SUNAN POPULASI KEMIRI SUNAN 1 Asal calon varietas Cinunuk, Garut Nama asal Banyuresmi Nama yang diusulkan KEMIRI SUNAN 1 Umur pohon 70-80 tahun Tinggi pohon (m) 16 ± 1,80 Batang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009 hingga Juni 2010. Penanaman di lapang dilakukan di Kebun Percobaan IPB, Leuwikopo, Darmaga. Lokasi penanaman berada
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciHASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.
6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi
Lebih terperinciLampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST
Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's
Lampiran. Hasil Karakterisasi tiap OTU's No. Parameter/ciri morfologi Karakterisasi 5 5 5 5 5 5 5 Lebar Kanopi (m) Tinggi Pohon (m) Bentuk Kanopi. m., -,0 m., m. m., -,0 m., m. Bulat. Oval. Abu-Abu Bentuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu
Lebih terperinciPERAKITAN VARIETAS SALAK :
PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Lebih terperinciSiti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)
Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat Lokasi di Wilayah Bogor pada Dua Musim (Morphological Performance and Fruit Quality of Papaya on Four Locations at Bogor Areas in Two Seasons) Siti
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari
Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin
Lebih terperinciVol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:
KARAKTER KUALITATIF DAN HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) (The Qualitative Characterization and The Genetic Relationship of Chillies Genotypes (Capsicum annuum L.)) Anis
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang
Lebih terperinciSIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"
Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto
Lebih terperinciMETODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)
19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Lebih terperinciINVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya
INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu program pembangunan perkebunan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:
Lebih terperinci