Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Teori Penokohan Menurut Burhan Nurgiyantoro

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Teori Penokohan Menurut Burhan Nurgiyantoro"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Menurut Burhan Nurgiyantoro Definisi tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro adalah sebagai berikut, Tokoh cerita (character) adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2002:165). Melalui tokoh cerita, penulis juga dapat menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang memang ingin disampaikannya kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2002:167). Dalam bukunya, Nurgiyantoro (2002: ) membedakan jenis-jenis tokoh dari segi peranan, fungsi penampilan tokoh, dan berdasarkan perwatakan. Akan tetapi, karena fokus penelitian penulis bukanlah pada masalah penokohan, maka penulis hanya akan menggunakan dua dari jenis pembedaan tokoh, yakni pembedaan tokoh dari segi peranan dan fungsi penampilan tokoh, sebagai berikut: a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting / terpenting dalam cerita. Dialah yang menjadi pendukung ide / tema utama dalam cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian, maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama dalam beberapa novel tertentu senantiasa hadir dalam setiap kejadian bahkan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan, namun ada juga novel yang tidak selalu menampilkan tokoh utamanya dalam setiap kejadian, tapi setiap kejadian itu tetap berkaitan erat dengan tokoh utama. Tokoh utama itu 11

2 mungkin hanya seorang, mungkin pula lebih dari seorang. Tokoh utama yang paling penting dinamakan tokoh inti atau tokoh pusat. Sementara tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung cerita dan perwatakkan tokoh utama. Dia diperlukan untuk mempertajam dan menonjolkan peranan dan perwatakkan tokoh utama serta memperjelas tema pokok atau tema mayor yang disampaikan. Tokoh pembantu itu mungkin seorang, mungkin pula lebih dari seorang sesuai dengan keterlibatan serta sumbangan mereka dalam menampilkan tokoh utama dan jalannya cerita. b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Tokoh protagonis merupakan pemeran atau pemain pertama / utama yang mendukung ide prinsipal dalam cerita dan biasanya mempunyai rencana dan maksud tertentu. Ia menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain, waktu yang digunakan untuk mengisahkan pengalaman protagonis lebih panjang. Kadangkala judul cerita juga mengungkapkan siapa yang dimaksudkan sebagai protagonis. Tokoh ini mewakili yang baik dan yang terpuji, karena itu biasanya menarik simpati pembaca. Berbeda dengan tokoh protagonis, tokoh antagonis berarti peran lawan atau pemain kedua yang biasanya menentang atau berusaha menggagalkan rencana dan keinginan pemain pertama. Tokoh antagonis biasanya mewakili pihak yang jahat atau yang salah. Oleh karena itu, tokoh antagonis seringkali 12

3 disebut sebagai penyebab terjadinya konflik dalam sebuah cerita. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin. Tokoh-tokoh cerita ini kemudian oleh penulis dihadirkan kepada pembaca dengan menggunakan teknik ekspositori, yakni teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung, atau dengan menggunakan teknik dramatik, yakni teknik pelukisan tokoh dimana penulis membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 2002: ). 2.2 Konsep Transeksualitas Menurut Angel Juan Gordo Lopez Definisi transeksualitas menurut Lopez (1996:171) adalah sebagai berikut: The term transsexualism refers to those people, who not long ago were diagnosed as having sexual and mental disturbance. Technologies and the social conditions which reshape their (discursive) design and development allowed sex-changes which in turn work to harmonize relationships between gender identities, bodies and medical discourses. Terjemahan: Istilah transeksualisme mengacu pada orang-orang yang tidak berapa lama waktu lalu didiagnosis mengalami gangguan seksual dan mental. Teknologi dan kondisi sosial yang telah berubah dan semakin berkembang memungkinkan penggantian kelamin yang mana dilakukan untuk menyelaraskan hubungan antara identitas gender, tubuh dan cakupan medis. Transeksualitas telah lama dikenal sebagai gangguan seksual oleh para pakar biomedis dan psikologi. Orang-orang yang menderita transeksualitas lazim disebut 13

4 transeksual. Para transeksual ini, menurut Lopez (1996:175) mengklaim bahwa diri mereka terjebak dalam tubuh yang salah berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu mereka menginginkan agar anatomi tubuh mereka dibetulkan melalui operasi ganti kelamin. Menurut jenisnya, Lopez membedakan transeksual ke dalam dua kelompok, yakni: - male to female transsexual (transeksual pria) yaitu wanita yang merasa dirinya terjebak dalam tubuh pria, sehingga melakukan operasi ganti kelamin dari laki-laki menjadi perempuan. - female to male transsexual (transeksual wanita) yaitu laki-laki yang merasa dirinya terjebak dalam tubuh wanita, sehingga melakukan operasi ganti kelamin dari perempuan menjadi laki-laki. Penyebab dari munculnya transeksualitas sendiri, menurut Lopez, hingga saat ini belum dapat dipastikan. Akan tetapi, Lopez (1996:181) memiliki pandangan tersendiri terhadap hal ini dengan mengungkapkan argumennya demikian, You have to remember that people who believe they are transsexuals are often in terrible state, depressed, worried. (Terjemahan: Anda harus ingat bahwa orang yang yakin bahwa dirinya adalah transeksual seringkali berada dalam keadaan emosi yang buruk, tertekan, dan khawatir.) Menurutnya keadaan demikian disebabkan oleh adanya suatu goncangan secara psikis maupun suatu krisis batin akibat suatu hal yang terjadi dalam hidup seseorang yang merasa dirinya transeksual sebagaimana diungkapkan Lopez (1996:181) demikian, Transsexual candidates are more likely to suffer psychological breakdown or crises than any others. (Terjemahan: Orang yang merasa dirinya transeksual lebih sering mengalami goncangan batin dan krisis dibandingkan orang-orang pada umumnya.) 14

5 2.3 Teori Sikap dan Persepsi Dalam Interaksi Sosial Definisi interaksi sosial sebagaimana dikutip dalam Gerungan (1988:61) adalah demikian, Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Hubungan antar individu itu menurut Wooworth dalam Gerungan (1988:59) pada dasarnya dapat dibedakan menjadi empat jenis hubungan, yakni individu dapat bertentangan dengan lingkungan, individu dapat menggunakan lingkungannya, individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya dan individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Gerungan (1988:68) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mendasari interaksi sosial adalah rasa simpati. Ia mengatakan bahwa terdapat suatu kecenderungan yang besar bahwa individu menyenangi orang-orang yang mempunyai pandangan yang sama dengan dirinya. Istilah simpati disini dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Orang tiba-tiba merasa diri tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan dirinya sendiri, dan tertariknya itu bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku orang tersebut. Timbulnya simpati merupakan proses yang sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Faktor simpati ini akan menghasilkan suatu hubungan kerjasama, dimana orang yang satu ingin lebih mengerti orang yang lain demikian dalamnya hingga ia dapat merasa dan berpikir seakan-akan ia adalah orang lainnya itu. Keberadaan 15

6 simpati memungkinkan diperolehnya suatu saling pengertian yang lebih mendalam/ mutual understanding (Gerungan, 1988:73-75). Sementara hasil dari interaksi sosial ini, menurut Mar at (1981:9) adalah apa yang kita kenal dengan istilah sikap. Menurutnya sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Dalam prakteknya, menurut Mar at (1981:10) sikap seringkali dihadapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional terhadap objek tertentu di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut. Mar at (1981:13) memaparkan bahwa sikap harus dilihat sebagai suatu sistem atau inter relasi antar komponenkomponen sikap, yang terdiri dari: 1. komponen kognisi yang hubungannya dengan beliefs, ide-ide, dan konsep; 2. komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang; 3. komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku. Hubungan antara ketiga komponen di atas, menurut Mar at (1981:13-19) adalah bahwa kognisi sikap yang merupakan kumpulan dari konsep, keyakinan, dan pengetahuan kemudian memasuki tahap penilaian yang menghasilkan evaluasi negatif atau positif yang bersifat emosional yang disebabkan oleh komponen afeksi seperti yang tertera di atas. Komponen afeksi yang memiliki sistem evaluasi emosional mengakibatkan timbulnya perasaan senang/ tidak senang atau takut/ tidak takut, sehingga pada proses evaluasi ini terdapat suatu valensi positif atau negatif. Komponen afeksi ini kemudian akan menghasilkan tingkah laku tertentu yang disebut dengan komponen konasi. Ditambahkan Mar at (1981:14) bahwa dalam proses evaluasi dapat terjadi konflik yang mengakibatkan pula konflik dalam tingkah laku. Semua hal ini tentu saja berhubungan dengan objek atau masalah yang disebut the attitude object. 16

7 Sikap, menurut Mar at (1981:13) bersifat konstan dan agak sukar berubah, kecuali jika terdapat suatu tekanan yang kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap melalui proses tertentu. Menurutnya, sikap juga memiliki nilai ekspresif dimana dirasakan bahwa setiap individu terkadang mengekspresikan sikapnya berdasarkan nilai-nilai yang ia miliki, misalnya seorang yang egois akan mengekspresikan sikapnya dimana segala kepentingannya akan lebih diutamakan untuk dirinya sendiri. Manusia sendiri, ditegaskan Sarwono (2002:94) memiliki kecenderungan sikap untuk menilai orang lain maupun dirinya sendiri. Proses menilai orang lain ini dalam psikologi sosial adalah dasar dari segala jenis hubungan pribadi, karena berdasarkan penilaian itulah orang menentukan apa yang akan dilakukannya terhadap orang lain, sebagaimana yang telah dipaparkan Mar at mengenai hubungan afeksi dan konasi. Salah satu dari proses penilaian itu adalah apa yang disebut dengan persepsi. Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau koginisi. Dalam hal persepsi mengenai orang itu atau orang-orang lain dan untuk memahami orang dan orang-orang lain, persepsi itu dinamakan persepsi sosial dan kognisinya pun dinamakan kognisi sosial. (Sarwono, 2002:94) Dalam persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini melalui komunikasi non-lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh, dan sebagainya) atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada dibalik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi, dan sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab dari kondisi saat ini. (Sarwono, 2002:95) Persepsi, menurut Sarwono (2002:95), bersifat subjektif, yakni tergantung kepada subjek yang melaksanakan persepsi. Bagaimana persepsi seseorang tentang orang lain sangat tergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya. Komunikasi yang 17

8 dimaksud meliputi komunikasi lisan (seperti dalam percakapan) dan komunikasi nonlisan (seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sebagainya). Proses penilaian ini, menurut Sarwono (2000:95) kemudian berujung pada tindakan atribusi sosial, dimana individu cenderung memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain berperilaku tertentu. Dalam prakteknya, persepsi sosial antara orang yang satu dengan yang lain tidak selalu sama, namun dapat juga berbeda-beda. Perbedaan-perbedaaan antara individu ini mendorong timbulnya garis lintang penerimaan (latitude of acceptance), garis lintang penolakan (latitude of rejection) dan garis lintang ketidakterlibatan (latitude of noncommitment). Garis lintang penerimaan adalah rangkaian posisi sikap yang dapat diterima atau ditolerir oleh individu. Sebaliknya, garis lintang penolakan adalah rangkaian posisi yang tidak dapat diterima oleh individu. Sementara, garis lintang ketidakterlibatan adalah posisi-posisi dimana individu tidak menerima, tetapi tidak juga menolak, acuh tak acuh (Sarwono, 2000: ). Salah satu bentuk sikap yang juga merupakan implikasi dari persepsi sosial menurut Sarwono (2002:267) adalah prasangka. Istilah prasangka dalam bahasa Inggris disebut dengan prejudice, namun kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Latin, yakni prejudicium. Definisi prasangka menurut Aiba (1969:87) adalah sebagai berikut:... 我々が偏見と言う言葉を使用する場合 ある対象があり その対象に対して 十分の知識を持たぬままに 主観性の強い 感情的な判断をくだすと言った時に用いる しかも その主観性は 対象を好意的 あるいは ひいき目に見るのではなく 非好意的 排他的に見ることを意味しており 不当に対象が不利になるような見解であることを意味している しかも こうした偏見は 個人的なものにとどまらず その社会全体がある対象に対して偏見をいだくということが多いため 個人の枠を超えて 社会全体の異常現象としての意味あいをもっているのである 18

9 Terjemahan : Istilah prasangka digunakan pada saat kita, tanpa memiliki pengetahuan yang cukup, memberikan penilaian secara subjektif dan emotif terhadap suatu objek. Selain itu, penilaian yang secara subjektif itu bukan berarti menilai hal-hal positif atau menganak-emaskan objek tersebut, melainkan melihat sesuatu dari sisi negatifnya dan dirasa patut untuk dikucilkan, sehingga secara tidak adil, si objek menerima penilaian yang merugikan dirinya. Penilaian yang seperti ini tidak terbatas pada satu pribadi saja, namun banyak kasus dimana seluruh masyarakatnya memberikan penilaian berdasarkan prasangka terhadap suatu objek, sehingga dengan melampaui kacamata individual, hal ini telah menjadi suatu penyebab terjadinya fenomena abnormal dalam setiap masyarakat. Menurut Aiba (1969:88), prasangka sosial terdiri atas attitude-attitude sosial yang negatif terhadap golongan lain dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain tadi. Prasangka sosial bukanlah suatu hal yang dibawa manusia sejak ia dilahirkan, namun terbentuk selama perkembangannya, baik melalui proses belajar dan sosialisasi. Prasangka sosial yang pada mula-mulanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif itu saja lambat laun menyatakan dirinya dalam tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk golongan yang diprasangkai itu., tanpa terdapat alasan-alasan yang obyektif pada pribadi orang yang dikenakan tindakantindakan diskriminatif. Yang termasuk tindakan-tindakan diskriminatif yakni tindakantindakan yang bercorak menghambat-hambat, merugikan perkembangannya, bahkan mengancam kehidupan pribadi orang-orang hanya oleh karena mereka kebetulan termasuk golongan yang diprasangkai itu. Akan tetapi, Aiba (1969:91) menambahkan bahwa tentu saja, prasangka sosial tidak dapat dikatakan mutlak dimiliki oleh setiap anggota masyarakat tertentu yang memang memiliki penilaian sebelah mata terhadap suatu komunitas tertentu. Sangat mungkin bila satu atau dua orang atau lebih merasakan bahwa prasangka itu suatu hal 19

10 yang tidak semestinya dilakukan, hanya saja ia tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti. Aiba (1969: 92) menguraikan demikian 人間が社会的な存在であり 社会的に強く規制されて生活している以上 自分の属している社会に偏見が存在し それが正当なものでないと感じたとしても その偏見に対して強く抵抗する事は容易な事ではないのである Terjemahan : Karena manusia berada dalam suatu masyarakat dan hidup dengan aturan yang cukup ketat yang berlaku dalam masyarakatnya, maka meski ia merasakan bahwa keberadaan prasangka dalam masyarakatnya adalah hal yang tidak semestinya, ia tidak dapat melakukan perlawanan terhadap tindak prasangka itu dengan mudah. 2.4 Konsep Budaya Omoiyari Dalam Masyarakat Jepang Menurut Takie Sugiyama Lebra Istilah omoiyari dalam bahasa Indonesia kita kenal dengan kata empati atau lebih akrab dengan sebutan tenggang rasa. Omoiyari diantara manusia, menurut Lebra (1976:38), sangatlah diperlukan seseorang dalam konteks kebajikan agar seseorang tersebut dapat menjadi lebih manusiawi, lebih matang secara psikis, dan lebih pantas untuk dihargai. Omoiyari refers to the ability and wilingness to feel what others are feeling, to to vicariously experience the pleasure or pain that they are undergoing, and to help them satisfy their wishes. Kindness and benevolence becomes omoiyari only if it is derived from such sensitivity to the recipient s feeling (Lebra, 1976:38). Terjemahan: Omoiyari mengacu pada kemampuan dan kesediaan seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, ikut mengalami kebahagiaan atau kesusahan yang orang lain alami seperti dia yang mengalaminya sendiri, dan membantu pihak lain tersebut memenuhi keinginannya. Keramahan dan 20

11 kebaikan akan menjadi omoiyari hanya jika hal itu datang dari hati yang tulus kepada perasaan penerimanya. Bagi orang Jepang, menurut Lebra (1976:38-42) omoiyari termanifestasi dalam kesiapan diri individu untuk ikutserta merasakan apa yang dirasakan orang lain dan membuat orang lain itu lebih nyaman dengan menyediakan apa yang dia suka atau perlukan dan menghindari apapun juga yang dapat mengakibatkan pertentangan dengan pihak lain itu. Kemampuan untuk berusaha memahami pihak lain merupakan satu hal yang sangat penting bagi orang Jepang pada umumnya. Bahkan terkadang empati atau omoiyari dalam bangsa Jepang ini terkesan berlebihan dan melampaui batas kenyamaan pihak lain. Yang dimaksud dengan kenyamanan pihak lain ini adalah bahwa seorang haruslah bersikap menyenangkan seperti yang disukai pihak lain dan menghindari halhal yang membuat pihak lain merasa tidak nyaman. One shold note how often in speech the Japanese refer to the need not to cause meiwaku, trouble for another person, not to be in his way, and not to hurt his feeling. In actual behaviour, too, they tend to be circumspect and reserved so as not to offend other people (Lebra, 1976:41). Terjemahan: Seseorang harus tahu bahwa dalam interaksi sosialnya, orang Jepang acapkali menghindari hal-hal yang membuat meiwaku atau masalah kepada pihak lain, atau menghalangi jalan orang lain, atau bahkan melukai perasaan pihak lain. Bahkan dalam perilaku kesehariannya pun, orang Jepang cenderung sangat berhati-hati dan pendiam agar tidak menyakiti pihak lain. Lebra (1976:41) juga mengemukakan bahwa, Indeed, the Japanese believe that the ability to empathize with others depends upon the amount of hardship and suffering one has gone through. (Terjemahan: Bahkan, orang Jepang meyakini bahwa kemampuan untuk bertenggangrasa dengan pihak lain tergantung dari seberapa sulit dan menderitanya seseorang atas apa yang telah dialaminya dalam hidup ini.) 21

12 Bagi orang Jepang, perasaan terluka haruslah segera disembuhkan. Cara yang paling efektif dalam hal ini, menurut Lebra (1976:43) adalah melalui interaksi sosial. Di dalam interaksi sosial itulah, orang akan menemukan pemulihan dengan jalan penghiburan oleh pihak lain. Akan tetapi, bila luka tersebut tidak segera disembuhkan, maka besar kemungkinan akan menjadi sebuah urami atau kebencian yang mendalam. Hal ini, menurut Lebra (1976:44) disebabkan karena kepribadian orang Jepang yang sangat rapuh ibarat cangkang telur yang mudah pecah. 22

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam BAB 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam menganalisis penyakit hiperseksual yang diderita oleh tokoh Yuriko Hirata. 2.1. Teori Penokohan Menurut

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi tercipta dari bahasa. Untuk menyampaikan informasi tentu kita akan berkomunikasi, untuk dapat melakukan itu Tuhan menganugrahkan bahasa yang dapat kita

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat

Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan:

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Di antaranya teori mengenai konsep kemampuan berbahasa, penerjemahan dan Keigo. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Dan untuk melakukan hal tersebut, bahasa adalah aspek penting yang menjadi

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari* ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Mei Ambar Sari* Abstrak Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibaca oleh

Lebih terperinci

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI 0911123035 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah hikikomori ditemukan oleh seorang psikolog Jepang yang bernama Saito

Bab 2. Landasan Teori. Istilah hikikomori ditemukan oleh seorang psikolog Jepang yang bernama Saito Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Hikikomori Istilah hikikomori ditemukan oleh seorang psikolog Jepang yang bernama Saito Tamaki ( Janti, 2006:189). Saito dalam Janti (2006: 189) menjelaskan bahwa gejala

Lebih terperinci

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え )

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え ) Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Masyarakat Jepang yang Berhubungan dengan Amae ( 甘え ) Konsep masyarakat Jepang bersifat tidak logis dan lebih intuitif, kenyataan ini berhubungan erat dengan besarnya pengaruh

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak

Bab 2. Landasan Teori. yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak Bab 2 Landasan Teori Dalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi antara individu dalam kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam. Keberagaman bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE OLEH NINA JULIANA HELMI 0701705035 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2011

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia 2.1.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Menurut Fujisawa (1981) dalam bukunya yang berjudul Zusetsu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,

Lebih terperinci

DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA

DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA 0911120097 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI OLEH HELDA DEWI ARINDAH NIM 105110200111005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: LAILA TURROHMAH

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Sintaksis Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik yang berkembang di Indonesia. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang memiliki makna dengan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk Bab 5 Ringkasan Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan. Sedangkan Green (1972, hal.25), berpendapat bahwa bahasa

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut :

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut : 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori shuujoshi Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か ぜ ぞ さ わ よ ね disebut sebagai shuujoshi. Yang dimaksud dengan shuujoshi menurut gendai nihongo bunpo

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi berarti:

Bab 2. Landasan Teori. dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi berarti: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Sintaksis Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya dilatarbelakangi oleh

Bab 2. Landasan Teori. Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya dilatarbelakangi oleh Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ie Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya dilatarbelakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung-rugi, melainkan diikat dengan oleh sifat shinzoku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut :

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Bushido Menurut Nitobe Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : 武士道は文字通り武人あるいは騎士の道であり 武士がその職分を尽くす ときでも 日常生活の言行においても 守らなければならない道であって いいかえれば 武士の掟であり

Lebih terperinci

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA Aji Setyanto Universitas Brawijaya adjie_brawijaya@yahoo.co.jp ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa asing, goi (kosa kata), adalah

Lebih terperinci

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 SKRIPSI OLEH: AHMAD ALFIAN NIM 105110213111001 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif ABSTRAK Skripsi ini berjudul Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama Ichi Rittoru no Namida karya Masanori Murakami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur tidak langsung literalyang

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. Bab 2 Landasan Teori Pada bab 2 ini penulis memaparkan teori-teori yang digunakan sebagai pegangan dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. 2.1 Teori Pragmatik Asal-usul kata pragmatik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN 0911120059 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM 115110201111004 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RESEPSI PEMBACA TERHADAP CERPEN HASHIRE MEROSU KARYA DAZAI OSAMU. Fajria Noviana ABSTRAK

RESEPSI PEMBACA TERHADAP CERPEN HASHIRE MEROSU KARYA DAZAI OSAMU. Fajria Noviana ABSTRAK RESEPSI PEMBACA TERHADAP CERPEN HASHIRE MEROSU KARYA DAZAI OSAMU Fajria Noviana fajrianoviana0701@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini memaparkan mengenai analisis dengan pendekatan resepsi sastra untuk mengetahui

Lebih terperinci

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Agar memperoleh ketepatan dalam penggunaan kata pada sebuah kalimat, maka diperlukan pengetahuan untuk menguasai makna dan konsep dalam kata-kata yang dipilih. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang digunakan dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan ide, gagasan,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab satu Pendahuluan telah dijelaskan bahwa bahasa dapat menunjukan dari lingkungan sosial seperti apa seseorang itu berasal. Selain itu bahasa juga dapat mengidentifikasi sisi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dapat diartikan begitu saja. Inoue (1989 : 70) menyatakan bahwa:

Bab 2. Landasan Teori. dapat diartikan begitu saja. Inoue (1989 : 70) menyatakan bahwa: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Kanyouku 慣用句 Dalam bahasa Jepang, penggunaan kanyouku 慣用句 dapat ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Kanyouku 慣用句 sendiri sering disalah artikan. Pada umumnya, petutur

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan

Bab 2. Landasan Teori. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Menurut Nurgiyantoro. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

GAYA HIDUP HEDONISME TOKOH KOMINE NANAKO DALAM DRAMA TSUBASA NO ORETA TENSHITACHI KARYA SUTRADARA AYA MORIYASU SKRIPSI

GAYA HIDUP HEDONISME TOKOH KOMINE NANAKO DALAM DRAMA TSUBASA NO ORETA TENSHITACHI KARYA SUTRADARA AYA MORIYASU SKRIPSI GAYA HIDUP HEDONISME TOKOH KOMINE NANAKO DALAM DRAMA TSUBASA NO ORETA TENSHITACHI KARYA SUTRADARA AYA MORIYASU SKRIPSI OLEH: BRILLIAN CYNDI ANTIKA NIM 0911120013 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiawati (2005, hal.114), menerangkan bahwa semantik merupakan bidang linguistik

Bab 2. Landasan Teori. Setiawati (2005, hal.114), menerangkan bahwa semantik merupakan bidang linguistik Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Semantik Setiawati (2005, hal.114), menerangkan bahwa semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Menurut Ogden dan Richards dalam Setiawati

Lebih terperinci

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA 105110201111014 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci