LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Tuban

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Tuban"

Transkripsi

1 LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Tuban Tuban, 8-10 Oktober 2012 Disusun Oleh : Tim PDPM-LPPM ITS

2 1. Latar Belakang Permasalahan ketenagakerjaan, seperti pengangguran dan pengaruhnya seperti kemiskinan, merupakan permasalahan sosial yang kita hadapi bersama. Program penciptaan lapangan kerja produktif, yaitu lapangan kerja yang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki dan dapat berkelanjutan, sangatlah dibutuhkan untuk merespon hal ini. Pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk membuat program dan memfasilitasi pelaksanaan program ketenagakerjaan. Namun, program ketenagakerjaan ini sangatlah kompleks. Pengetahuan dan kemampuan pemerintah untuk merancang, melaksanakan, memonitor serta mengevaluasi program terbatas. Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama adalah memahami dan melakukan diagnosa terhadap kondisi ketenagakerjaan yang ada, serta menyusun program dan prioritas untuk menyelesaikannya. Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) adalah sebuah kegiatan untuk membantu proses perencanaan pembangunan yang lebih baik dengan mengedepankan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antara pemangku kepentingan yang terkait dengan isu ketenagakerjaan di tingkat daerah serta mendorong para pemangku kepentingan untuk ikut mengambil bagian dari perencanaan dan pelaksanaan program ketenagakerjaan. Metodologi dalam Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK)ini diperkenalkan oleh ILO (Badan Perburuhan Internasional) dan terus dikembangkan melalui kerjasama Pusat Potensi Daerah dan Pemberdayaan masyarakat (PDPM) ITS Indonesia dan Stockholm School of Economics (SSE) Swedia, dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bappenas, dengan bantuan pendanaan dari pemerintah Swedia melalui Swedish International Development Agency (SIDA). 2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan(PBPK) ini adalah agar pemangku kepentingan permasalahan ketenagakerjaan (Pemerintah, swasta dan masyarakat): a. Memiliki pemahaman lebih baik tentang permasalahan, tantangan dan peluang dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan. 1

3 b. Bersama-sama melakukan analisa ketenagakerjaan sehingga kualitas perencanaan program ketenagakerjaan dapat lebih baik. c. Berdialog untuk menciptakan forum diskusi di antara pemangku kepentingan sebagai wadah identifikasi permasalahan dan tantangan dalam menciptakan lapangan kerja produktif serta sarana pemberi masukan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan terkait. d. Memberikan landasan yang kuat bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan dalam penyusunan kebijakan strategi pengembangan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Daerah. e. Bersama-sama berkomitmen untuk memperkuat dialog sosial antara pemerintah dan para pemangku kepentingan di Daerah. Sedangkan manfaat / luaran dari Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) ini adalah: a. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang arah dan rencana pembangunan di daerah, termasuk permasalahan dan tantangannya. b. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang konsep perencanaan bersama program ketenagakerjaan sebagai upaya penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan. c. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang) pengembangan sumber daya produktif (SDM &SDA) serta kemampuannya untuk mendapatkan kerja dengan kesempatan yang setara di daerah. d. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi ekonomi, yang mencakup identifikasi permasalahan, tantangan dan peluang pertumbuhan ekonomi yang kondusif di daerah serta kesempatan yang adil yang berkelanjutan. e. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang) kesetaraan dan keberlanjutan pembangunan sosial ekonomi di daerah. f. Teridentifikasinya potensi sektor unggulan di daerah yang dapat menciptakan lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan. g. Adanya rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk menindaklnajuti peluang dan menjawab permasalahan dan tantangan penciptaan lapangan kerja di daerah melalui sektor unggulan ini. h. Adanya rekomendasi studi lanjut untuk mendukung hal-hal tersebut diatas. Dalam kerangka untuk mendukung pencapaian visi Kabupaten Tuban yaitu: Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Tuban Yang Lebih Maju, Religius, Sejahtera dan Bermartabat dalam Tata Pemerintahan yang Kreatif dan Bersih. 2

4 3. Definisi Seperti tertulis dimuka, tujuan lokakarya ini adalah menyusun masukan alternatif arahan kebijakan dan program penciptaan lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan. Berikut definisi dari terminologi diatas: Lapangan kerja produktif: lapangan kerja yang mampu memberikan kesempatan kerja dengan penghasilan yang layak bagi seseorang untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya, serta keluar dari garis kemiskinan. Untuk itu, lapangan kerja produktif erat kaitannya dengan pengurangan pengangguran dan pekerja miskin. Inklusif: seluruh warga masyarakat, baik pria maupun wanita, baik di kota maupun di desa memiliki kesempatan yang samadalam memperoleh lapangan kerja produktif. Hal ini terkait erat dengan kesetaraan. Berkelanjutan: lapangan kerja produktif yang memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga dapat tersedia tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi mendatang. 4. Metodologi Untuk mencapai tujuan diatas, kegiatan Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK)ini terdiri dari dua tahapan: - Pra Lokakarya, sebagai tahapan persiapan, untuk mengetahui APA karakteristik ketenagakerjaan dan tantangan yang dihadapi daerah. Kegiatan ini dilakukan oleh tim ITS bersama dengan SSE dengan cara melakukan eksplorasi data statistik. - Lokakarya, dengan tujuan mempresentasikan data ketenagerjaan dan tantangannya, melakukan konfirmasi temuan awal, serta mencari tahu MENGAPA permasalahan ketenagakerjaan dan kemiskinan dapat terjadi dan mencari masukan BAGAIMANA tantangan tersebut dapat diatasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama, yang difasilitasi oleh Bappeda setempat, dengan dukungan narasumber dan fasilitator dari ITS. Kerangka berpikir dari tahapan analisa diagnostik mengacu pada diagram ketenagakerjaan (lihat Gambar 4.1). Gambar 4.1 Diagram ketenagakerjaan menunjukkan bahwa lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan mengakar pada 4 faktor pembangunan yaitu: - Tersedianya sumber daya produktif (Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam) - Adanya dukungan faktor penggerak ekonomi - Yang dilaksanakan dengan mengedepankan aspek kesetaraan 3

5 - Dijalankan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan Gambar 4.1. Diagram Ketenagakerjaan Kerangka diagnosa ketenagakerjaan menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja berdasarkan pada dua sumber daya produktif, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam. Keduanya perlu diberdayakan dalam kerangka ekonomi produktif, yang ekonomi yang mempertimbangkan kesetaraan dan keberlanjutan, dengan melibatkan 3 unsur pembangunan, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Jika hal ini dijalankan maka pembangunan berkelanjutan dengan kesetaraan diharapkan dapat mengatasi defisit kesempatan kerja produktif serta kemiskinan. Untuk itu, tahapan perencanaan menjadi tahapan awal yang kritis, dan Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) ini ditujukan sebagai sarana perencanaan bersama dan diskusi dengan mengacu kepada konsep diatas. 5. Agenda dan Peserta Lokakarya ini dilaksanakan pada tanggal Oktober 2012, dengan hasil diskusi pada satu sesi dijadikan masukan bagi sesi berikutnya, yaitu: 4

6 Hari 1: Hari 2: Hari 3: (a) Paparan visi dan misi pemerintah kab. Tuban; (b) Penjelasan metodologi; (c) Gambaran ketenagakerjaan dikab. Tuban; (d) Dinamika ketenagakerjaan kab. Tuban serta (e) Analisis diagnosa sumber daya manusia dan sumber daya produktif lainnya. (a)analisis diagnosa ekonomi; (b) Ke(tidak)setaraan (a) Keberlanjutan dan diskusi ; (b) Masukan kebijakan Jadwal lengkap lokakarya ini dapat dilihat pada lampiran A. Kerangka lokakarya dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1.Kerangka Lokakarya Lokakarya ini diikuti oleh 34 peserta, terdiri dari 15 pemerintah, 3 swasta dan 16 masyarakat, serta 82,35% ( 28 orang) laki laki dan 17,65% (16 orang) perempuan. Daftar peserta lokakarya dapat dilihat pada lampiran B. 6. Hasil Lokakarya Laporan ini disusun dengan sesuai proses lokakarya, dan terdiri dari 4 bagian, yaitu: gambaran tentang kabupaten Tuban, dilanjutkan dengan analisa diagnostik 1 tentang sumber daya manusia 5

7 dan sumber daya produktif lainnya, analisa diagnostik 2 tentang aspek ekonomi, analisa diagnostik 3 tentang aspek kesetaraan dan analisa diagnostik 4 tentang aspek keberlanjutan dan diakhir dengan masukan kebijakan dan program Struktur Demografi Jumlah dan sebaran penduduk 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Laki-laki Perempuan 24,09 Kota 22,86 75,91 Desa 77,14 Sumber: Susenas Kab. Tuban, 2011 Gambar 6.1 Distribusi Penduduk Desa/Kota di Kabupaten Tuban Kabupaten Tuban memiliki luas daratan 1.893,94 km 2 dan luas lautan km 2. Kabupaten ini terdiri dari 20 kecamatan, 328 desa/kelurahan. Jumlah penduduk kabupaten Tuban di tahun 2011 adalah sebanyak juta jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 684 orang/km 2, yang tersebar 77% di desa dan 23% di kota Struktur penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin Jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 6.2. Penduduk kabupaten Tuban terdiri dari 50,59% perempuan dan 49,41% laki-laki. Sebagian besar pendudukusia paska produktif yaitu diatas 65 tahunadalah wanita. Jumlah penduduk laki-laki usia produktif terutama pada usia tahun lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan Female Male 6,0 4,0 2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 Sumber: SensusPenduduk 2010 Gambar 6.2.Piramida Penduduk KabupatenTuban 6

8 6.2. Dinamika Ketenagakerjaan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan tingkatan pendidikan, profil angkatan kerja kabupaten Tuban masih berpendidikan rendah, yaitu 27,8% tidak menyelesaikan SD, 38,2% berpendidikan SD dan 19,2% berpendidikan SLTP (total berpendidikan SLTP ke bawah adalah sebesar 85,2%). 0,3% 2,1% 12,5% 27,8% S2/S3 D3/D4/S1 59,2% 16,7% 40,8% 83,3% 19,2% SLTA/Sederajat SLTP/Sederajat 59,5% 49,8% 40,5% 50,2% 38,2% SD/Sederajat Tidak punya ijazah SD 53,1% 51,8% 46,9% 48,2% Tidak punya ijazah SD SLTP/Sederajat D3/D4/S1 SD/Sederajat SLTA/Sederajat S2/S3 0% 25% 50% 75% 100% Laki-laki Perempuan Sumber: Susenas 2011 a) Berdasarkan pendidikan b) Berdasarkan Pendidikan dan Jenis kelamin Gambar 6.3. Penduduk Angkatan Kerja berdasarkan tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Komposisi pencapaian pendidikanpun tidak seimbang. Jumlah angkatan kerja laki-laki selalu lebih banyak dari perempuan hampir di seluruh tingkatan pendidikan, kecuali di tingkat pendidikan tinggi, (D3, D4 dan S1), sebanyak 83% dari mereka adalah perempuan Partisipasi Angkatan Kerja dan Defisit Tenaga Kerja Produktif Tingkat partisipasi kerja secara umum masih belum merata. Hal tersebut diukur dari tingkat kegiatan, yaitu perbandingan penduduk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Tingkat kegiatan penduduk usia kerja di Kab. Tuban adalah 70,9%, artinya terdapat 29,1% penduduk yang tdak bekerja karena menganggur atau memang tidak aktif bekerja (ibu rumah tangga, sekolah dsb). Jika dilihat lebih jauh, ternyata, tingkatan kegiatan laki-laki mencapai hampir 87% sedangkan perempuan hanya 56%. Sedangkan tingkat bekerja di kabupaten Tuban, yaitu perbandingan penduduk yang bekerja dibandingkan penduduk usia kerja adalah sebesar 68% (lihat Tabel 6.1). 7

9 Tabel 6.1. Prediksi Tingkat aktifitas Penduduk, Pekerja dan Pengangguran Distribusipendudukdalamusiakerjaberdasarkanjeniskelamin Laki-laki Perempuan Total 1 Populasi* Pendudukusiakerja 15+* Dalamangkatankerja** Bekerja Pengangguran Tidakaktif Rasioketergantungan, aktual 0,58 1,45 0,93 8 Rasioketergantungan, berdasarkanusia 0,33 0,29 0,31 9 Activity rate (%) = [3]/[2]*100 86,9% 55,7% 70,9% 10 Employment rate (%) = [4]/[2]*100 84,0% 52,7% 68,0% 11 Unemployment rate (%) = [5]/[3]*100 3,0% 4,3% 3,5% Sumber: * Sensus Penduduk, 2010, ** Pusdatinaker, 2010 Jumlah angkatan kerja sebanyak jiwa, jiwa diantaranya adalah penduduk yang bekerja, sehingga pengangguran terbuka sebesar jiwa (tingkat pengangguran sebesar 3,5%). Meskipun tingkat pengangguran di Kabupaten Tuban relatif lebih rendah dari pada rata-rata Jawa Timur, namun tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban masih tinggi. Artinya, tingkat pengangguran tidak dapat dijadikan indikator tunggal dalam defisit lapangan kerja produktif di Kabupaten Tuban. Dengan tingkat kemiskinan 36,84% di tahun 2010, maka perkiraan jumlah pekerja miskin adalah sebanyak jiwa, yang menjadikan Tuban memiliki defisit lapangan kerja produktif (penciptaan lapangan kerja yang layak, baik bagi penganggur maupun pekerja miskin) sebanyak jiwa. 8

10 Sumber: * Sensus Penduduk, 2010, ** Pusdatinaker, 2010 Gambar 6.4. Prediksi Defisit Lapangan Kerja Produktif di Kabupaten Tuban Dari segi usia, pengangguran di kabupaten Tuban ini meliputi pekerja berada pada usia yang sangat produktif, yaitu kurang dari 40 tahun, dimana mereka berpendidikan rendah, lebih dari 80% berpendidikan SLTP ke bawah Pengangguran Bekerja Th Th Th Th Th Th Th Th Th 60+ Th Sumber : Gambar 6.5.DistribusiAngkatanKerjaMenurutUsia di Kabupaten Tuban 9

11 Penyerapan Tenaga Kerja di Berbagai Sektor Ekonomi Penyerapan tenaga kerja di kabupaten Tuban masih terfokus pada 3 sektor utama, yaitu pertanian (dengan jumlah pekerja di sektor ini sebesar 51,3% dari total pekerja), diikuti sektor perdagangan, hotel dan restaurant (jumlah pekerja sektor ini sebesar 18,8% dari total pekerja), kemudian pertambangan & jasa (jumlah pekerja sektor ini sebesar 11,6%) Tantangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Tuban Secara singkat, Kabupaten Tuban memiliki defisit angkatan kerja produktif sekitar orang yang terdiri dari pengangguran dan pekerja miskin. Tantangan ketenaga-kerjaan di Kabupaten Tuban meliputi: - Rendahnya kualitas pendidikan angkatankerja - Domisili tenaga kerja sebagian besar di desa, - Sektor yang mampu menyerap tenaga kerja tersebut adalah sektor pertanian. - Perempuan masih memiliki tingkat kegiatan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. - Perlunya fokus ke penanganan pekerja miskin di Tuban. Sedangkan diskusi selama lokakarya menghasilkan temuan bahwa: - Masyarakat Tuban masih belum berjiwa wirausaha, masih banyak yang ingin menjadi PNS dan tidak siap untuk meninggalkan daerah asal, namun juga tidak siap untuk mengembangkan pertanian (kaum muda tidak mau menjadi petani). - Pembangunan SDM masih belum merespon kebutuhan pasar tenaga kerja (tuntutan industri yang ada), termasuk di dalamnya minim koordinasi antara pembuat kebijakan pendidikan dan pelaku - Minimnya etos kerja dan kemampuan berkompetisi. - Minimnya kesempatan kerja yang diberikan kepada wanita - Kesempatan kerja yang ada hanya sesaat, misalnya pada saat konstruksi pembangunan industri. Belum tersedianyalapangan kerja yang berkelanjutan. - Masih belum adanya lembaga pelatihan keahlian yang ada di desa serta tingginya biaya pendidikan tinggi. 10

12 6.3. Ketidaksetaraan Terdapat tiga aspek ketidaksetaraan di Kabupaten Tubanyang perlu diperhatikan, yaitu: ketidaksetaraan penghasilan - sektor, ketidaksetaraan gender dan ketidaksetaraan desa-kota Ketidaksetaraan Penghasilan Sektor penyedia lapangan kerja di Tuban tidak tumbuh secara berimbang. Sektor penambangan dan penggalian menawarkan tingkat penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor perdagangan dan pariwisata; pengolahan dan pertanian. Sektor pertanian meruapakan sektor yang memiliki tingkat penghasilan ter-rendah, sedangkan jasa keuangan, asuransi merupakan sektor dengan tingkat penghasilan tertinggi. Tingkat penghasilan tinggi di desa juga diberikan oleh sektor penambangan dan penggalian. Tabel 6.2.Rata-Rata Upah/Gaji Per Sektor Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja. Lapangan Usaha Daerah (Rp) Perkotaan Pedesaan Rata-rata (Rp) 1 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas Dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel & Restaurant Angkutan, Pergudangan & Komunikasi Keuangan, Asuransi, Real Estate Jasa Kemasyarakatan Lainnya Sumber: Pusdatinaker, 2011 Hal ini bisa terjadi karenarendahnya tingkat pendidikan pekerja di sektor pertanian dan belum produktifnya sektor pembangunan non penambangan dan penggalian. Sebagai contoh, penduduk Tuban sebagian besar berada di desa, namun masih banyak sektor ekonomi berbasis pedesaan seperti pengolahan hasil pertanian, yang belum dilakukan di desa, yang bisa terjadi karena belum semua desa memiliki infrastruktur yang memadai. Hal ini pun terlihat dari pergerakan penduduk desa ke kota pada usia 15-29tahun Ketidaksetaraan Gender Lapangan kerja produktif akan bisa tercapai jika ada kesetaraan kesempatan kerja bagi perempuan dan laki-laki. Tingkat partisipasi antara perempuan dan laki-laki diukur dari tingkat kegiatan, yaitu ratio antara jumlah orang yang bekerja dibandingkan dengan penduduk usia kerja. Tingkat partisipasi perempuan di Kabupaten Tuban masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, yaitu: 11

13 1) Tingkat kegiatan perempuansebesar 55,7% sedangkan laki-laki yang mencapai lebih dari 86,9%. 2) Tingkat pekerjaan / Employment rate (perbandingan penduduk yang bekerja dan penduduk usia kerja) untuk laki-laki 84,0% dan perempuan 52,7%. (Lihat Tabel 6.1). Yang menjadi pertanyaan adalahmengapa perempuan memiliki tingkat kegiatan yang jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki? Diskusi selama lokakarya menemukan bahwa - Perempuan sebagian besar menjadi ibu rumah tangga dan sebagian dari mereka membantu suami, namun pekerjaan membantu suami bukanlah dianggap suatu pekerjaan, sehingga tidak tercatat. - Tingkat pendidikan yang tinggi, seperti diploma dan sarjana sebagian besar dimiliki oleh perempuan. - Budaya masih menekankan untuk tetap tinggal di daerah asal, tidak meninggalkan daerah untuk bekerja diluar daerah. Hal ini menunjukkan perlunya pengembangan ekonomi di desa Ketidaksetaraan Desa Kota Diskusi diatas menemukan bahwa ketidaksetaraan penghasilan maupun gender karena adanya ketidaksetaraan pembangunan antara desa kota meliputi beberapa hal, yaitu: - Terbatasnya kesempatan kerja sektor non pertanian di desa. - Terbatasnya kesempatan kerja bagi perempuan di desa. - Masih minimnya wirausaha di desa, khususnya bagi perempuan Sektor Ekonomi dan Pemilihan Sektor Unggulan Tingkat pertumbuhan ekonomi Tuban adalah sebesar 6,22% di tahun 2010, yang terus berada di kisaran 6% sejak tahun Pemerintah Kabupaten Tuban, dalam perencanaan strategisnya, telah menetapkan 4 (empat) zona kawasan industri seluas Ha, yaitu: 12

14 Gambar 6.6.Peta Wilayah Kabupaten Tuban a. Zona I, berpusat di Kecamatan Bancar dengan luas lahan Ha. Potensi pengembangan : Industri menengah/kecil/ringan, pertambangan, pariwisata dan agroindustri. b. Zona II, berpusat di Kecamatan Tambakboyo, Jenu, Kerek dan Merakurak dengan luas lahan Ha. Potensi pengembangan : Industri berat, pertambangan, agroindustri (pertanian, perikanan dan peternakan), pariwisata, kehutanan dan industri kecil. c. Zone III, berpusat di Kecamatan Palang, Semanding, Widang, Plumpang, Rengel dan Soko dengan luas lahan Ha. Potensi pengembangan : Pertambangan mineral dan batuan, pariwisata, Agroindustri (Perikanan dan Pertanian) d. Zona IV, berpusat di Kecamatan Bangilan, Jatirogo, Kenduruan, Singgahan, Senori, Parengan, Montong dan Grabagan dengan luas lahan 141 Ha. Potensi pengembangan : Industri rumah tangga, rokok, meuble, pertanian, peternakan, batako dan genteng. 13

15 100% 90% 11,55 0,59 21,4 Pertambangan dan penggalian 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 18,75 6,11 7,58 51,28 9,69 15,42 0,46 22,9 28,12 Keuangan dan jasa-jasa Angkutan, pergudangan dan komunikasi Pedagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel Bangunan Industri pengolahan 10% Pertanian, kehutanan, perikanan 0% Lapangan Pekerjaan Utama PDRB Sumber: * RPJM 2010, **Pusdatinaker, 2010 Gambar 6.6.PerbandinganLapanganPekerjaandenganKonstribusi Per Sektordalam PDRB Gambar di atas menunjukkan perbandingan antara kontribusi sektor terhadap PDRB dan terhadap penciptaan lapangan kerja. Terlihat bahwa dari sudut ekonomi, sebanyak 28,1% PDRB disumbang oleh sektor pertanian, dilanjutkan sektor industri pengolahan (22,9%) dan penambangan/penggalian (21,4%), namun kontribusi sektor ini dalam penciptaan lapangan kerja belum proporsional dengan nilai ekonomisnya. Sektor pertanian menyediakan tenaga kerja hingga 51,28% sedangkan industri pengolahan hanya menyediakan lapangan kerja sebesar 7,6%. Untuk itu, pemilihan sektor yang dapat terus menyediakan pekerjaan yang layak perlu dipertimbangkan. Lapangan kerja yang ada di kabupaten Tuban dapat dibagi menjadi dua, yaitu disediakan oleh industri besar dan industri kecil. Indsutri besar merupakan industri yang padat modal, dan sebagian besar dilakukan di usaha-usaha penambangan. Pembangunan sektor perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: a. Keterkaitan antara usaha besar dan usaha kecil b. Tidak terfokus hanya di satu sektor saja, namun sepanjang rantai nilai untuk dapat menghasilakn nilai tambah yang optimal. c. Perlunya mempertimbangkan ketersediaan lapangan kerja di desa dan di kota. d. Sektor tersebut harus terus tumbuh dan berkelanjutan, tidak merusak lingkungan. e. Mempertimbangkan nilai budaya lokal. 14

16 Untuk itu, sektor industri penambangan dan penggalian tidak termasuk dalaam sektor penyedia lapangan kerja yang berkelanjutan bagi masyarakat Tuban, karena baik bahan baku maupun energi yang digunakannya berbasis Sumber daya alam tak terbarukan. SDM Pendidikan rendah, sulit meninggalk an tempat tinggal saat ini, pilih2 kerjaan Lokasi Desa Banyak di sektor UKM, Partisipasi wanita masih rendah dalam angkatan kerja Pekerja miskin perdagangan & jasa = PERTANIAN OLAHAN HASIL PERTANIAN / PERIKANAN PERIKANAN Pekerja miskin industri = Pariwisata (DOMESTIK) Pekerja miskin pertanian = PASAR WISATA & AGRO Paket wisata BATIK Defisit lapangan kerja produktif sebesar = pengangguran (21 311) + Pekerja miskin ( ) 5 Gambar 6.7.DefisitLapanganKerjaProduktifMenurutSektor Peserta diminta untuk menelaah ulang, bahwa kabupaten Tuban memiliki defisit lapangan kerja produktif (di sisi kanan), yang terdiri dari pengangguran dan pekerja miskin. Di sisi lain (kiri), kondisi SDM masih berpendidikan rendah serta belum adanya peluang yang sama bagi pria dan wanita. Untuk itu, sektor yang dapat menyediakan lapangan kerja bagi mereka yang berpendidikan rendah dan dapat menciptakan juga kesempatan bagi wanita, yang berada di desa, adalah dengan mengedepankan industri pertanian, industri kecil dan perdagangan, hotel dan restaurant. Diskusi tentang pemahaman sektor dilakukan untuk mengidentifikasi input, peluangan dan tantangan sektor tersebut (lihat Tabel 6.3) pada baris pertama hingga ketiga. Diskusi ini dilanjutkan dengan mencari solusi bagaimana mengatasi permasalah yang ada. 15

17 Peserta lokakarya sepakat untuk mengembangkan sektor yang ada dengan membuat program yang terintegrasi, dengan memanfaatkan pariwisata sebagai sektor pengikat mengingat kabupaten Tuban memiliki potensi wisata pertanian, perikanan (pantai), alam (gua) maupun religi (Islam makam sunan Bonang dan Klenteng). Kerangka donat sistem pasar digunakan untuk memandu hal yang perlu diperbaiki untuk masing-masing sektor, yaitu dengan mengeksplorasi: (a) Efisiensi rantai nilai; (b) Dukungan regulasi bagi penciptaan iklim usaha, (c) Ketersediaan fungsi pendukung. I N P U T 2. FUNGSI PENDUKUNG DAN LAYANAN USAHA 1. RANTAI NILAI SEKTOR UTAMA 3. PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH Gambar 6.8.Kerangka Donat Sistem Pasar P A S A R Tabel 6.3.Peta Pemahaman Sektor Pencipta Lapangan Kerja di Tuban Sektor Pertanian Industri Kecil Input rantai nilai Peluang rantai nilai Tantangan rantai nilai Lahan bertani, irigasi, dan tingkat ketrampilan petani Adanya pasar yang terus menerus, dan kesadaran masryakat untuk mengkonsumsi produk local, dan daya beli yang meningkat karena Tuban menjadi daerah industri dan banyak pendatang Belum adanya pengelolaan yang professional, rantai distribusi yang panjang, sarana dan prasarana masih minim, kualitas produk masih jelek, belum adanya dukungan lembaga keuangan khususnya di perikanan Bahan baku local (batik dari produk local), ketrampilan turun temurun, motif khas Batik disuarakan menjadi produk unggulan, yang mampu menyerap tenaga kerja di desa Industri masih tradisional, pemasaran masih terbatas, regenerasi tenaga kerja belum direncanakan dengan baik Perdagagangan, Hotel & Restaurant Peraturan kebijakan usaha, modal investasi, sumber daya yang memadai Tuban sebagai kota industry dan wisata, banyak investor yang dapat membuka usaha dan menyerap tenaga kerja Perlunya jaminan keamanan, kemudahan dan kenyamanan, SDM local masih belum berkualitas Fungsi pendukung yang dibutuhkan Adanya sosialisasi yang efektif melalui temu PKK dan pertemuan masyrakat lainnya. Adanya lokasi pasar agro dan los grosir produk pertanian, dengan lembaga penjamin produk dan pasar yang terkait Adanya hubungan yang lebih erat antara perbankan dan industri kecil, melalui sosialisasi Adanya jaringan kerjasama dan asosiasi pengusaha local restarant & perdagangan untuk 16

18 Sektor Pertanian Industri Kecil Regulasi yang dibutuhkan dengan lembaga keuangan. Adanya system magang untuk mempromosikan sector ini Perlunya penyederhanan prosedur dan secara berkala dilakukan inspeksi rutin pinjaman lunak. Industri kecil, serta fasiltiasi pembentukan kelompok dan system bapak angkat. Industri kecil juga diperkenalkan dengan IPAL dan dilakukan pembinaan rutin, Adanya sosialisasi ijin usaha, dan klasfisikasi pajak berdasarkan kelas usaha. Adanya standard upah sector informal Perdagagangan, Hotel & Restaurant melakukan promosi pariwisata bersama serta kerjasama dengan lembagalembaga lain. Adanya kemudahan ijin usaha pariwsata dan perdagangan, kejelasan biaya dan administrasi serta pembinaan usaha. 7. Diskusi Upaya Pencapaian Target Lapangan Kerja Produktif di Berbagai Sektor Diskusi sektor telah mengidentifikasi penyebab permasalahan dan rekomendasi program maupun kebijakan. Sub bab ini ditujukan untuk dapat membantu merancang target pencapaian penciptaan lapangan kerja dan mengukur keberhasilannya. Kriteria pemilihan dan rekomendasi program: Menyerap tenaga kerja Memberi nilai tambah besar Keterkaitan dengan sektor lain (multiplier effect) Dijamin keberlanjutannya (pasar) Memberikan peluang kerja yang setara Mudah diimplementasikan Biaya terjangkau Berikut adalah usulan program dan indikator keberhasilan program untuk tiga sektor usulan: 17

19 Tabel 6.4.Usulan Program Dan Indikator Keberhasilan Program Pertanian Sektor Temuan Lahan yang terbatas, biaya hidup tidak cukup dipenuhi oleh sector ini saja Penggunaan lahan belum optimal karena pemahaman komoditi terbatas Usulan Program / Kebijakan Wisata agro Dan pengolahan produk pertanian Mengefektifkan monitoring penggunaan lahan Sosialisasi potensi lahan Industri kecil Kualitas produk masih rendah Pelatihan peningkatan kualitas produk Pemasaran dan pengembangan produk terbatas Usaha masih informal dan bantuan tidak terkoordinir regenerasi tenaga kerja belum direncanakan dengan baik Pengenalan IPAL di industri kecil Perlombaan inovasi produk baru Pelatihan dan pendampingan akses pasar Fasilitasi pembentukan anak angkat bapak angkat Fasilitasi ijin usaha Standarisasi upah di sektor informal & pelatihan manajemen SDM Koordinasi kegiatan dukungan usaha Indikator Jumlah kelompok tani yang dibina untuk menjadi kelompok wisata agro Jumlah usaha wisata agro Banyaknya kerjasama kelompok tani dengan pengolah hasil tani Jumlah izin usaha yang sesuai dengan tata ruang dan tata wilayah Jumlah studi potensi lahan yang disosialisasikan Jumlah pelatihan yang ditindaklanjuti dengan pendampingan akses pasar Jumlah industri kecil dengan pengolaahn limbah Jumlah lomba inovasi produk yang diadakan Jumlah fasilitasi pertemuan dagang yang dilaksanakan Jumlah kerjasama industri kecil industri besar yang terlaksana Formalisasi sektor informal ke formal Jumlah pertemuan untuk penentuan standard upah Jumlah pelatihan SDM Jumlah pertemuan koordinasi lintas 18

20 Tabel 6.4.(lanjutan) Sektor Perdagangan, hotel dan restaurant Temuan Perlunya jaminan keamanan, kemudahan dan kenyamanan, SDM lokal masih belum berkualitas Usulan Program / Kebijakan Promosi layanan polisi untuk wisatawan Promosi wisata melalui pusat informasi wisata Pembuatan paket wisata dan kerjasama dengan travel agent Indikator Adanya call center polisi dan wisata Berdirinya pusat informasi wisata Jumlah paket wisata yang bisa dilakukan oleh masyarakat 19

21 LAMPIRAN Lampiran A. Agenda lokakarya WAKTU SESI Hari 1, Tujuan hari 1: Memahami arahan strategis, kondisi pembangunan ekonomi di daerah, serta mengidentikasi sector unggulan serta strategi nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan 08:00 08:30 Pendaftaran 08:30-09:00 Pembukaan Ucapan Selamat Datang Ketua Panitia Lokakarya Pidato dan Pembukaan Resmi Sekretaris Daerah Kabupaten Tuban Sesi Foto 09:00 09:15 Rehat Kopi 1 09:15 09: :00 11:00 Perkenalan Fasilitator Utama Tim ITS (Lantip Trisunarno, MT) Sesi 1. Pengenalan Metodologi Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan Narasumber: Dr Janti Gunawan Sesi 2. Strategi Pembangunan Daerah Tuban Narasumber : Ketua Bappeda Kab. Tuban Sesi 3. Meningkatkan Kesempatan Kerja Fokus Pada Tingkat dan Kualitas 11:00 12:00 Pembangunan Ekonomi pemahaman fakta pembangunan ekonomi di Tuban Nara Sumber: Dr. Janti Gunawan 12:00 13:00 Rehat Makan Siang 13:00 13:15 Energizer Sesi 4. Meningkatkan Kesempatan Kerja Fokus Pada Tingkat dan Kualitas Pembangunan Ekonomi (lanjutan) memahami sector unggulan Fasilitator kelompok 14:30 15:00 Rehat Kopi 15:00 16:30 Sesi 5. Meningkatkan Kesempatan Kerja Fokus Pada Tingkat dan Kualitas Pembangunan Ekonomi (lanjutan) rantai nilai dan nilai tambah Fasilitator 20

22 Hari 2 Tujuan hari 2: Memahami kondisi sumber daya produktif dan tantangan pembangunan berbasis sumber daya (manusia dan alam) serta bagaimana implikasinya 08:30 08:45 08:45 09:45 Meninjau kembali kebijakan dan langkah yang ada, bagaimana pembangunan lebih adil dan berkelanjutan menyusun masukan kebijakan dan rencana aksi 09:45 10:00 Rehat Kopi 10:00 12:00 12:00 13:00 Rehat Makan Siang 13:00 13:15 Energizer 13:15 15:15 15:15 15:45 Rehat Kopi Pembukaan Hari 2 Rangkuman Hari 1, Pengenalan Kegiatan Hari 2 dan Ice Breaking Fasilitator utama Sesi 7. Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Kab Tuban Presentasi dan tanya jawab mengenai kondisi, dinamika dan karakteristik yang unik dari ketenagekarjaan, ekonomi dan bursa tenaga kerja Daerah. Narasumber: Dr.Agnes Tuti Sesi 8. Diskusi tantangan aspek sumber daya produktif di Tuban Tujuan: Memperoleh prioritas tantangan pembangunan sumber daya produktif di Tuban Diskusi kelompok Sesi 9. Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan Nara sumber: Dr. Eddy Soedjono Sesi 10: Rangkuman dan Kesimpulan serta Implikasi Kebijakan dan Studi Lanjutan Diskusi dan presentasi kelompok untuk mengajukan rekomendasi kebijakan dan studi 15:45 16:45 lanjutan jika diperlukan untuk menindaklanjuti diskusi di Hari 1,2 dan 3 dengan cara mengulas kembali permasalahan, tantangan dan peluang yang telah diidentifikasi. Fasilitator:Dr Janti Gunawan 16:45 16:55 Evaluasi 16:55 17:00 Penutupan Lokakarya 21

23 Lampiran B. Daftar peserta lokakarya Perusahaan ( Swasta) No. Nama JK Instansi No. HP 1 IQBAL L BANK JATIM DARMAJI L PHRI SUPRAPTO L BRI Pemerintah No. Nama Instansi No. HP 4 YP. Puspita P BLKI Teguh Yuwono L Bambang S.uprayitno L Dinas Pertanian 7 M. Amena H. L Dinas Perikanan Nurjanah P Dinas Sosnaker Bambang Indarto L BPS Kab. Tuban Rahmawati T. Y. P BLH Kab. Tuban Amik Faldhori L Bapemas Danang Setyanawan F. L Bappeda Moch. Syarief L Dinas Pendidikan Christiawan L Dinas Perekonomian dan Pariwisata Harsono Tri Asworo L Dinas Sosnaker 16 Hymawan Zaldy L Disnaker 17 IR. M. AMENAH, MT. L Perikanan 19 M. Musha L DPRD MASYARAKAT No. Nama Instansi No. HP 20 H. Ahmad Rahmat SH L PCNU 21 Kusmen, S.pd L SPN Tuban IR. H. Asmajid L KTNA Yayuk P PKK Dwi S. Budiarti P PKK Khoirul L RPS Achmad Chairul Mizan L SMK TJP Sholihin L SMKN 1 Tuban Basuki L SMKN 1 Tuban Abdul Wahab L SMKN 2 Tuban Bambang K. L SMK TJP Nashirul Umam L KNPI Syaiful L KNPI 33 Darkun L Muh/ PDM Nimiek P SMK 2 Tuban Edy Sukarno L SMK TJP Tuban

24 Lampiran C. Harapan, Kekhawatiran & Kontribusi lokakarya Sebelum lokakarya dimulai, peserta diminta untuk menuliskan harapannya, kekhawatiran dan kontribusi yang akan diberikan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan adanya kesepamahaman harapan demi efektifnya lokakarya, dan mempertimbangkan ketidak efektifan lokakarya di masa lampau (jika ada) untuk menjadi lebih baik, serta mengajak peserta sebagai pelaku pembangunan untuk dapat berperan aktif sejak tahapan perencanaan pembangunan. Rangkuman harapan peserta dapat dilihat tabel berikut: Harapan Kekhawatiran Kontribusi Selama lokakarya (output) Memiliki pemahaman yang sama tentang arah pembangunan Mengerti konsep ketenagakerjaan dan lapangan kerja produktif dari berbagam sudut pandang pemangku kepentingan Gambaran terkini tentang permasalahan tantangan dan peluang terkait dengan SDM, Ketenagakerjaan,Kesempatanker-ja di daerah Memahami pertumbuhan ekonomi yg kondusif Menyuarakan kesetaraan gender dalam peluang memperoleh kesempatan kerja Membantu pemerintah daerah Tuban untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ketenagakerjaannya Metode lokakarya dilakukan dengan cara diskusi dan lebih partisipatif. Peserta dianggap lebih memahami kondisi lokal wilayah Tuban dan fasilitator hanya membantu Waktu dan langkah2 akan diatur sedemikian rupa untuk membuat workshop menjadi lebih menyenangkan dalam waktu 3 hari ke depan Data di laporan tidak sesuai dengan lapangan. Data-data terlalu indah, padahal pada kenyataan nya pengangguran lebih banyak. Ada pengangguran yg tidak nampak. Lokakarya ini tidak menghasilkan sesuatu sesuai harapan Tidak terakomodir dalam penentuan kebijakan dan tidak terealisasi dlm kegiatan Tidak memiliki pengaruh bisnis secara langsung, karena implementasinya masih lama. Lokakarya tidak ada follow up, pada tatanan teori, tanpa implementasi Peserta bergantian sehingga lokakarya tidak efektif Sebatas teori sulit ditindaklanjuti terkait kedalaman pengalaman Tidak dapat mengikuti penuh karena adanya tugas kantor Kawatir tidak dpt mengikuti sema sesi sehingga kontribusi tdk maksimal Permaslahan naker tidak terselesaikan karena tidak dapat merespon perubahan jaman dan keinginan masyarakat Membantu pemikiran penyelesaian permasalahan ketenagakerjaan di Tuban Memberikan informasi bisnis mikro Memberikan informasi ketenagakerjaan, khususnya di desa Memberikan data yang aktual Menyuarakan perlunya tenaga kerja di bidang lingkungan hidup yang belum tergali potensinya Berbagi pengalaman Menginformasikan peluang usaha pertanian dan peternakan di Tuban. Sosialisasi program dinas pertanian Dapat memberikan informasi bahwa : UPT PK Tuban dapat mengisi kekuranagan tenaga kerja sebelum masuk dunia kerja melalui pelatihan Ikut aktif dalam pembahasan permasalahan ketenagakerjaan Menyiapkan usaha yang dapat menampung tenaga kerja yang ada di tuban Menginformasikan permasalahan tentangketenaga kerjaan, khususnya pemuda Memberikan informasi pada pemangku kepentingan terkait peran sebagai staf pemerintah agar dapat 23

25 Harapan Kekhawatiran Kontribusi mengatasi masalah di lapangan Realita permasalahan & solusi ketenaga kerjaan dapat diketahui Mengetahui masalah yang ada di Tuban, mencari pemecahan masalah yang mendasar dan mendesak Adanya tindaklanjut dari lokakarya ini, seperti kebijakan pemda Tuban Ada rumusan konsep perluasan dan penciptaan lapangan kerja, yang menguntungkan semua pihak (pemerintah, pengusaha, tenaga kerja) Bisa memberikan solusi dan keyakinan para petani dan pelaku usaha bidang pertanian bahwa pertanian berprospek baik dan sebagai penyangga ekonomi Mengetahui permasalahan ketenagakerjaan sekaligus dapat mencarisolusi/jalan keluar terbaik dari permasalahan. Mampu membuat merumuskan kebijakan yang menguntungkan bagi tenaga kerja, pengusaha dan pemerintah daerah Memahami problem naker, mencari solusi yang sesuai problem Adanya solusi penempatan naker lokal dalam keterlibatan bekerja di perusahaan Mengetahui tingkat perkembangan tenaga kerja di kab Tuban dan permasalahan Mendapat solusi masalah naker di kab tuban Tersusunnya rancangan utuh/berkelanjutan untuk tenaga kerja di Tuban Hasil lokakarya tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata Kekompakan peserta kurang karaena kesibukan masing-masing Tidak terbahas habis permasalahan ketenagakerjaan karena waktu lokakarya yang terbatas sedang permasalahan kompleks. 24

26 Harapan Kekhawatiran Kontribusi Mengetahui masalah, potensi, dan solusi ketenagakerjaan khusus di kab. Tuban yang dapat digunakan untuk perencanaan ketenagakerjaan Warga Tuban lulusan sekolah menengah dapat bekerja pada perusahaan di Tuban sehingga mampu mengurangi pengangguran dan mengantas kemiskinan Pasca lokakarya (outcome) Bisa membantu perekonomian di kab. Tuban 25

27 Lampiran D. Evaluasi lokakarya Peta Pemahaman Peserta 100% 90% 80% 6.3% 68.8% 66.7% 12.5% 62.5% 100.0% 25.0% 14.3% 71.4% 8.3% 7.7% 7.7% 66.7% 76.9% 84.6% 12.5% 68.8% M1 M2 Strategi Pembangunan Daerah Tuban Kondisi Ketenagakerjaan di Tuban 70% 60% 50% 73.7% 68.4% 78.9% 77.8% 80.0% 75.0% 94.7% 88.9% 100.0% 84.2% 94.7% M3 M4 M5 Tantangan Pembangunan Sumber Daya Pemahaman Fakta Pembangunan Pemahaman penyebab permasalahan 40% M6 Bagaimana mengatasinya? 30% 33.3% M7 Tantangan pembangunan ekonomi 20% 10% 0% 25.0% 25.0% 25.0% 26.3% 21.1% 21.1% 22.2% 20.0% 14.3% 11.1% 5.3% 5.3% 5.3% 18.8% 15.4% 15.8% 7.7% 5.3% Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir M8 Kesetaraan M9 Keberlanjutan M10 Implikasi Kebijakan M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 75% - 100% 50% - 75% 25% - 50% 0-25% Hasil evaluasi pelaksanaan lokakarya: 1) Metodologi Uraian Metodologi ini bermanfaat untuk membuat keputusan yang terkait dengan kebijakan. Metodologi ini sangat membantu dalam menyusun analisa tentang pekerjaan. Rata-rata penilaian* Saya dapat menggunakan metodologi ini sendiri Saya akan menggunakan metodologi ini di masa mendatang 3.58 Rata-rata penilaian mengenai metodologi 3.80 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi) Peserta ingin menggunakan metodologi ini lagi dalam konteks: - Digunakan dalam rapat, khususnya pada waktu menentukan pemecahan masalah tentang tenaga kerja, perencanaan pengembangan ketenagakerjaan serta dalam menentukan prioritas pengembangan, juga dalam penyusunan perencanaan dinas selanjutnya. - Digunakan dalam penelitian dengan metode partisipatori. Instruksi 26

28 Uraian Rata-rata penilaian Metodologi ini sampaikan dengan sangat baik Presenternya memiliki pengetahuan yang luas Presentasinya sangat menarik dan praktis 4.33 Diskusi kelompok dan interaksi sangat bermanfaat Rata-rata penilaian mengenai instruksi 4.40 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi) Komentar tentang mutu instruksi: o Penyampaian materi terlalu cepat, sehingga di beberapa hal masih kurang detail dan membingungkan. o Dapat dipahami dengan baik, dan metode penyampaian juga baik tetapi tetap perlu ditingkatkan. o Mengetahui pentingnya pengetahuan dalam pelaksanaan program 2) Materi Uraian Rata-rata penilaian Materi yang diberikan sangat bermanfaat Materi yang diberikan sangat luas Rata-rata penilaian mengenai materi 4.50 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi) Materi atau informasi lain yang mungkin bermanfaat bagi peserta: o Cara penyampaian materi serta penyampaian data o Bisa tidaknya suatu kebijakan diterapkan secara real o Informasi ketenagakerjaan tentang Tuban, regulasi pemerintah Kabupaten Tuban, UU Ketenagakerjaan o Bisa dibuat memperdalam analisis program/kegiatan o Perlunya peningkatan skill tenaga kerja 3) Jangka Waktu Uraian Rata-rata penilaian Jangka waktu lokakarya ini cukup memadai Beban kerjanya tidak terlalu padat 3.44 Waktu yang disediakan untuk diskusi cukup memadai Rata-rata penilaian mengenai jangka waktu 3.43 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi) Hal-hal mengenai jangka waktu yang kurang memuaskan menurut peserta: o Waktunya terlalu singkat sehingga eksplorasi pemahaman kasus menjadi terburuburu. o Tempat kurang luas 27

29 4) Pengaturan Uraian Rata-rata penilaian Lokakarya ini diumumkan dengan baik dan tepat waktu Perjalanan dan tempat tinggal kami memuaskan Pengaturan selama lokakarya sangat memuaskan Rata-rata penilaian mengenai pengaturan 3.77 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi) 5) Terjemahan Uraian Tidak ada informasi yang hilang selama interpretasi yang dilaksanakan secara langsung. Rata-rata penilaian 4.41 Tidak ada informasi yang hilang dalam terjemahan teks Rata-rata penilaian mengenai terjemahan 4.38 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi) 6) Keseluruhan Uraian Bagaimana pendapat Anda tentang mutu lokakarya ini secara keseluruhan? Rata-rata penilaian 4.42 Lokakarya ini akan membantu saya dalam bekerja Pelatihan dalam analisa pekerjaan sangat bermanfaat Setelah lokakarya ini, saya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tantangan pekerjaan di Tuban Setelah lokakarya ini, ada pemahaman bersama tentang masalah yang ada serta kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan produktif di Tuban Rata-rata penilaian mengenai terjemahan 4.43 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi) Tujuan dan harapan peserta mengikuti lokakarya: - Memahami akar masalah tentang ketenagakerjaan sehingga dapat ikut menyumbang saran/ ide dalam menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran. - Ada tindak lanjut dari hasil yang direkomendasikan dalam lokakarya. - Ada bantuan pemerintah untuk masyarakat - Bisa mengetahui program kerja Tuban tentang tenaga kerja, serta strategi dan realisasinya - Ada desain perancangan detail ketenagakerjaan per bidang - Mempelajari metodologi riset partisipatori. - Memahami proses perencanaan yang efektif sehingga mungkin bisa diterapkan dalam perencanaan ke depan 28

30 Seberapa jauh harapan-harapan tersebut sudah tercapai: - Hasil lokakarya masih memerlukan pembahasan menyeluruh dengan melibatkan pemerintah, masyarakat dan swasta karena hasil lokakarya ini masih dalam tahap wacana/ perencanaan. - Dalam proses tindak lanjutnya membutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah, swasta dan masyarakat - Perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil perencanaan. Materi apa yang ingin ditambahkan peserta dalam lokakarya ini: - Waktu yang cukup dan ruangan yang memadai - Motivasi untuk menghadapi tantangan ke depan - Adanya pemisahan sub sector untuk memperdalam pemahaman sehingga dapat dihitung peluang tenaga kerja per sub sector - Khususnya kebijakan pengentasan kemisikanan dan pengangguran - Materi yang berkaitan kebijakan publik dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan - Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah - Metode aplikasi dari perencanaan yang telah disusun Jenis bantuan apa yang diinginkan peserta setelah lokakarya ini: - Kebijakan secara nyata sehingga dapat menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dengan memetakan tenaga kerja sesuai dengan bidangnya/ kualifikasinya. - Perumusan program-program mendatang di Kabupaten Tuban supaya dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah. - Pengawasan bersama program tenaga kerja - Rencana aksi dari SIDA untuk membantu ketenagakerjaan di Kabupaten Tuban - Bantuan program CSR - Regulasi dan dana stimulan untuk pengembangan UKM dan ekonomi produktif - Pelatihan dan modal bagi pengembangan wirausaha Aspek terbaik dari lokakarya: 1) Metodologi lokakarya: diskusi yang sistematik, baik dari instrumen maupun aplikasinya 2) Materi, karena menyentuh pada persoalan ketenagakerjaan sehingga diharapkan dapat mengatasi kesenjangan tenaga kerja dan kemiskinan. 3) Pemateri yang sangat menguasai materi Hal-hal yang seharusnya lebih baik: - Komunikasi yang baik antar satuan kerja di pemerintah daerah - Tindak lanjut hasil lokakarya - Sarana dan tempat lokakarya - Waktu lokakarya tidak terlalu lama tetapi tetap cukup memadai dalam menyelesaikan diskusi 29

31 Komentar lain: - Lokakarya yang bagus dan sangat penting, dapat dijadikan metode dalam menyusun perencanaan pembangunan di Kabupaten Tuban. - Dapat dilakukan lokakarya lagi dengan materi yang lebih luas lagi. - Diharapkan tindak lanjut lokakarya segera terealisasi - Lokakarya ini bermanfaat sebagai fungsi control dalam implementasi kebijakan - Perlu juga dilakukan evaluasi yang berkelanutan terhadap hasil lokakarya apakah dapat diaplikasikan dalam menjawab permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Tuban. 30

32 Lampiran E. Dokumentasi Lokakarya Pembukaan Lokakarya Proses Penyampaian Materi dan Diskusi 31

33 Proses Penyampaian Materi dan Diskusi Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi: Pusat Studi PDPM LPPM-ITS Kampus ITS Sukolilo-Surabaya Telp

LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Trenggalek

LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Trenggalek LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Trenggalek Trenggalek, 21 22 Mei 2013 Disusun Oleh : Tim PDPM-LPPM ITS 1. Latar Belakang Permasalahan ketenagakerjaan, seperti pengangguran

Lebih terperinci

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif LOKAKARYA April 2011 SURABAYA

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif LOKAKARYA April 2011 SURABAYA LOKAKARYA Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif 0405 April 2011 SURABAYA PANDUAN LOKAKARYA Desain Proses: Endro Catur Fasilitator: Janti Gunawan Endro

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan LOKAKARYA APRIL 2011 AMBON, MALUKU. Desain Proses: Endro Catur

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan LOKAKARYA APRIL 2011 AMBON, MALUKU. Desain Proses: Endro Catur LOKAKARYA Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan 1113 APRIL 2011 AMBON, MALUKU PANDUAN LOKAKARYA Desain Proses: Endro Catur Fasilitator: Janti Gunawan Endro Catur Lucky Ferdinand Lumingkewas A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

Isu Strategis Kota Surakarta

Isu Strategis Kota Surakarta Isu Strategis Kota Surakarta 2015-2019 (Kompilasi Lintas Bidang) Perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan ke Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Sinkronisasi

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Bangka Tengah

LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Bangka Tengah LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Bangka Tengah Bangka Tengah, 15-16 Maret 2013 Disusun Oleh : Tim PDPM-LPPM ITS 1. Latar Belakang Permasalahan ketenagakerjaan, seperti

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017-2022 DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KEBUMEN DASAR HUKUM PERENCANAAN TENAGA KERJA Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

LAPORAN LOKAKARYA Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Blora

LAPORAN LOKAKARYA Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Blora LAPORAN LOKAKARYA Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Blora Blora, 19-20 Februari 2013 Disusun Oleh : Tim PDPM-LPPM ITS 1. Latar Belakang Permasalahan ketenagakerjaan, seperti pengangguran

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DISAMPAIKAN OLEH: ASISTEN DEPUTI INFORMASI GENDER DALAM PERTEMUAN KOORDINASI DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Berdasarkan analisis data dan informasi yang telah dilakukan, analisis

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dalam hierarki struktur pemerintahan, desa adalah menempati posisi terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi terdepan dan langsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BAPPEDA KABUPATEN LAHAT Sumber daya Bappeda Kabupaten Lahat

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010 Pertumbuhan ekonomi & kestabilan harga di Jateng tdk dpt mengindikasikan peningkatan kesejahteraan. Indikator

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pencapaian tujuan daerah diawali dengan perumusan perencanaan yang berkualitas.

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

BUPATI TUBAN PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI TUBAN PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI TUBAN PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Berdasarkan hasil rapat Koordinasi Daerah Pembangunan Perempuan Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

Selamat Pagi. Sri Kadarwati, S.Si., M.T. Kepala BPS Kabupaten Lamongan. E :

Selamat Pagi. Sri Kadarwati, S.Si., M.T. Kepala BPS Kabupaten Lamongan. E : PENGENALAN BPS 2 Selamat Pagi Sri Kadarwati, S.Si., M.T. Kepala BPS Kabupaten Lamongan E : srikadar@bps.go.id 3 Overview : 1. Institusi statistik resmi BPS 2. Indikator Kinerja Utama 3. Peta Spasial 4

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2017 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH -67- BAB V ARAH KEBIJAKAN, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1. Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 Tujuan Rencana Jangka Panjang tahun 2005-2025 adalah mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur Surabaya, 4-5 April 2011 LAPORAN LOKAKARYA Supported by: SWEDISH INTERNATIONAL DEVELOPMENT COOPERATION AGENCY LAPORAN LOKAKARYA Daftar Isi A. Latar Belakang

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Malang 2014 SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH 1 Penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan memperhatikan

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*)

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*) PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA Oleh: Iwan Setiawan*) ABSTRAKS Indonesia sedang dihadapkan pada masalah ketenagakerjaan yang cukup kompleks. Permasalahan tersebut, sebagian

Lebih terperinci