Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur"

Transkripsi

1 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur Surabaya, 4-5 April 2011 LAPORAN LOKAKARYA Supported by: SWEDISH INTERNATIONAL DEVELOPMENT COOPERATION AGENCY

2 LAPORAN LOKAKARYA Daftar Isi A. Latar Belakang 3 B. Executive Summary 5 C. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan: Kesimpulan dan Pokok-Pokok Diskusi 7 D. Lampiran 31 2 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

3 A. LATAR BELAKANG Menindaklanjuti permintaan kerjasama dalam bidang analisa ketenagakerjaan dan perencanaan ketenagakerjaan di tingkat provinsi dari BAPPENAS (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional), sebuah lokakarya mengenai analisa diagnostik ketenagakerjaan yang berfokus pada Jawa Timur diselenggarakan bersama oleh ILO dan Bappeda Provinsi Jawa Timur (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) di Surabaya, 4-5 April Tujuan utama dari lokakarya ini adalah untuk mencapai pemahaman bersama mengenai sifat hambatan dan tantangan utama dalam menciptakan lapangan kerja produktif di Jawa Timur sebagai dasar untuk mengembangkan kebijakan yang efektif. Lokakarya selama dua hari ini merupakan kegiatan yang sangat interaktif dimana para peserta mengambil peran utama dalam melakukan analisa dan identifikasi terhadap hambatan, tantangan dan peluang utama untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja produktif di Jawa Timur. Analisa bersama yang terstruktur ini berdasarkan pada sebuah metodologi yang dikembangkan khusus untuk tujuan ini oleh ILO. 1 Kesimpulan dari analisa bersama ini menjadi dasar untuk diskusi mengenai prioritas-prioritas pembuatan kebijakan dan intervensi publik lainnya, dengan pandangan untuk mendorong penciptaan lapangan kerja produktif secara meluas dan berkelanjutan baik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Hasil-hasil utama dari lokakarya tersebut adalah: 1. Pemahaman bersama terhadap hambatan dan tantangan dalam mewujudkan pertumbuhan yang merata dan menghasilkan banyak lapangan kerja. Pemahaman bersama ini dapat membantu dalam menentukan masalah-masalah prioritas yang menghambat pertumbuhan kesempatan kerja sehingga respon kebijakan yang diambil dapat menjadi lebih fokus dan efektif. 2. Kesepakatan bersama mengenai kebijakan dan intervensi yang diperlukan guna meningkatkan jumlah lapangan kerja produktif di Maluku, khususnya untuk mendorong pengembangan lapangan kerja produktif di tiga sektor di Maluku, yaitu sektor pertanian, perikanan dan pariwisata, yang diidentifikasi sebagai sektor-sektor strategis dalam strategi pembangunan provinsi. 3. Pelatihan dengan praktik langsung mengenai analisa diagnostik ketenagakerjaan. 1 Conceptual dan Methodological Guide to Employment Diagnostic Analysis / Panduan Konseptual dan Metodologi untuk Analisa Diagnostik Pekerjaan, (Geneva & Jakarta: ILO, 2010) Draf. 3

4 LAPORAN LOKAKARYA 4 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

5 B. RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam lokakarya selama dua hari tersebut terdapat partisipasi aktif dari pejabat pemerintah (Provinsi Jawa Timur dan 3 kabupaten: Sampang, Sidoarjo dan Probolinggo), serikat pekerja (termasuk Serikat Pekerja Migran), KADIN (Kamar Dagang Indonesia), Bank Indonesia, Bank Jatim, Koperasi Perempuan, Asosiasi Petani, Asosiasi UKM dan perwakilan dari akademisi. Diskusi kelompok didasarkan pada temuan-temuan analisa diagnostik awal yang terstruktur, yang dipresentasikan kepada peserta selama dua hari lokakarya. 2 Lokakarya dibuka oleh Kepala Bidang Pemerintahan dan Masyarakat, Ibu Yuniarti SH, MSi dari Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Direktur Kantor ILO di Jakarta, Bp. Peter van Rooij. Pada hari pertama lokakarya, situasi perekonomian dan bursa tenaga kerja di Jawa Timur saat ini dibahas secara ekstensif. Kepala Bidang Pemerintahan dan Masyarakat, Ibu Yuniarti SH, MSi, mempresentasikan visi dan fokus utama Rencana Pembangunan Jawa Timur (lihat Lampiran 3). Ahli Ketenagakerjaan dan Pembangunan Senior, Dr. Per Ronnas (ILO Jenewa), kemudian memperkenalkan dasar-dasar konseptual dari metodologi analisa diagnostik ketenagakerjaan. Setelah peserta mengenal dan memahami metodologi tersebut, Dr. Ronnas menyajikan temuan-temuan utama dari analisis situasi awal, serta dinamika ekonomi dan bursa tenaga kerja di Jawa Timur (lihat Lampiran 4 dan 5). Hasil dari analisa diagnostik awal menunjukkan dua persoalan utama pembangunan di Jawa Timur, yaitu persoalan dengan kualitas pembangunan sumber daya manusia dan kapasitas sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan produktif di satu sisi, dan akses ke lahan di sisi yang lain. Persoalan-persoalan ini secara khusus kemudian dibahas dalam sesi siang. Presentasi singkat dari Leyla Shamchiyeva (ILO Jenewa) mengenai sumber daya produktif di Jawa Timur (lihat Lampiran 6) diikuti oleh diskusi kelompok dimana peserta memilih pertanyaan-pertanyaan yang mereka anggap paling relevan untuk diskusi kelompok. Para peserta mengakui adanya persoalan pengembangan sumber daya manusia dan membahas tantangan-tantangan untuk meningkatkan relevansi dan kualitas, serta akses yang merata ke pendidikan. Analisa sistuasi ketenagakerjaan menyimpulkan bahwa terdapat dua persoalan yaitu pendidikan dan lapangan kerja di Jawa Timur. Di satu sisi, terdapat pekerja miskin dengan tingkat pendidikan yang rendah dan produktivitas yang rendah, sementara di sisi lain, terdapat tingkat pengangguran yang tinggi diantara mereka yang berpendidikan tinggi. Persoalan kedua ini khususnya mempengaruhi kaum muda yang tampaknya mengalami kesulitan untuk masuk ke bursa tenaga kerja sejak dini. 2 Untuk rinciannya lihat agenda dalam Lampiran 1. 5

6 LAPORAN LOKAKARYA Sesi terakhir hari itu fokus kepada kinerja ekonomi Jawa Timur serta tingkat dan kualitas pertumbuhan di provinsi tersebut. Sesi ini menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan perluasan peluang lapangan kerja yang produktif (lihat Lampiran 7). Dalam diskusi kelompok selanjutnya, para peserta membahas tentang bagaimana meningkatkan produktivitas dan penghasilan dari sektor pertanian dan pengolahan hasil pertanian (agro-processing) kedua sektor ini diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan di Jawa Timur dan berpotensi mengurangi defisit lapangan kerja produktif di provinsi Jawa Timur. Sebagai hasil dari diskusi kelompok dalam sesi ini, lima bidang penting untuk meningkatkan lapangan kerja produktif di Jawa Timur diidentifikasi, yaitu (lihat Lampiran 7b): 1. Pengembangan sumber daya manusia (khususnya pendidikan dan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan permintaan bursa tenaga kerja melalui pengumpulan dan penyebaran informasi bursa tenaga kerja yang lebih baik) (Aspek 1.2 dari pohon ketenagakerjaan.) 2. Akses ke keuangan yang belum maksimal (Aspek 2.1.2) 3. Rendahnya imbal balik sosial dari investasi, khususnya infrastruktur (Aspek 2.1.3) 4. Pasar yang kurang berfungsi dengan baik dan kurang berkembang (Aspek 2.1.6). 5. Masih terbatasnya dukungan terhadap lingkungan usaha (Aspek 2.2.2). Hari terakhir fokus pada diskusi mengenai penyebab-penyebab ketidaksetaraan dalam akses ke lapangan kerja produktif (lihat Lampiran 8); serta membahas tiga dimensi ketidaksetaraan yang dianggap sangat penting: Kesetaraan berbasis gender Ketidakmerataan antara daerah pedesaan dan perkotaan Ketidakmerataan antara daerah-daerah yang berbeda (kabupaten/kota) dalam provinsi. Guna memastikan bahwa pembangunan mempertimbangkan kesetaraan, semua kebijakan dan intervensi perlu dirancang sedemikian rupa dengan memastikan bahwa pembangunan tersebut memberikan manfaat bagi semua orang dan tidak hanya beberapa orang dan mengurangi ketidaksetaraan dengan efektif. Untuk mencapai ini, para peserta lokakarya melakukan kerja kelompok untuk mengidentifikasi dan menanggapi aspek-aspek kesetaraan yang penting dalam tiga dimensi yang diidentifikasi berbasis gender, pedesaan-perkotaan, dan geografis berkaitan dengan lima bidang penting untuk meningkatkan lapangan kerja produktif yang telah diidentifikasi sebelumnya. Hasil dari latihan-latihan ini disajikan dalam Lampiran 9. Sesi terakhir lokakarya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi yang pro-rakyat miskin, pro-pekerjaan dan pro-pertumbuhan perlu diarusutamakan kedalam kebijakan dan intervensi-intervensi lainnya yang ditujukan untuk menanggapi tantangan-tantangan pembangunan di lima bidang prioritas yang telah diidentifikasi. 2. Sektor jasa, khususnya layanan publik dan swasta, saat ini adalah sektor utama penyedia lapangan pekerjaan di Jawa, jauh diatas sektor pertanian dan manufaktur, yang tidak berkelanjutan. 3. Sebagian besar penduduk usia kerja di Jawa Timur berkeahlian rendah, sementara mayoritas dari pengangguran adalah lulusan sekolah menengah pertama dan atas. Pengembangan 6 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

7 keterampilan yang rendah membatasi kapasitas pekerja untuk menjadi produktif. Alasan dibalik sumber daya manusia yang kurang berkembang dan kurangnya akses serta kualitas pendidikan dan pelatihan keterampilan yang rendah serta informasi bursa tenaga kerja terutama di daerah, dan biaya pendidikan menengah yang tinggi, membuat kesempatan kerja tidak dapat diakses oleh seperlima kuintil penduduk miskin dari populasi. 3 Dicatat juga bahwa sejumlah besar keluarga menempatkan anak mereka di pesantren karena pesantren merupakan pilihan lebih terjangkau untuk sekolah konvensional, namun hal ini tidak tercermin dalam statistik karena pesantren seringkali tidak diakui secara resmi. Karena sekolah-sekolah ini tidak bertanggungjawab terhadap badan pengawas atau peraturan publik apapun, kualitas pendidikan yang disediakan tidaklah terstandard dan bahkan bisa dipertanyakan pada saat mencari kerja. Seringkali pendidikan yang diperoleh di sekolah (formal maupun informal, seperti pesantren) berkualitas rendah dan tidak sesuai dengan permintaan bursa tenaga kerja. Alhasil, bahkan lulusan sekolah menengah pun menghadapi persoalan dalam memasuki bursa tenaga kerja. Akhirnya, tidak ada mekanisme untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi bursa tenaga kerja serta menggunakan informasi ini untuk membangun sumber daya manusia dan menyiapkan pelatihan yang sesuai. Pelatihan keterampilan dan penyebaran informasi juga diperlukan di tingkat sektoral, contohnya di sektor pertanian dalam bentuk program pelatihan kejuruan untuk para petani termasuk pelatihan dalam mengoperasikan dan mengelola koperasi, dan layanan penyuluhan pertanian. 4. Koperasi keuangan mikro dan kredit desa serta bentuk-bentuk pendanaan lain kurang aktif melakukan pendekatan bagi petani, berakibat pada kurangnya akses modal bagi petanipetani skala kecil yang diidentifikasi sebagai hambatan utama dalam pembangunan di sektor pertanian. Tingkat simpanan rendah, yang membatasi jumlah modal yang tersedia untuk investasi pada kepemilikan lahan. Lembaga keuangan lokal tidak menanggapi kebutuhan kredit musiman (selama periode penanaman ke panen) di sektor pertanan dan sebagai akibatnya, petani seringkali terpaksa masih menggunakan jasa ijon. 5. Kurangnya akses informasi pasar khususnya mengenai harga dan pembeli serta tren dalam pasar internal dan eksternal mengarah ke kurang memadainya pengelolaan hasil panen di banyak wilayah. Fasilitas pengolahan hasil pertanian juga kurang berkembang; rantai antara sektor pertanian dan menufaktur tidak dikembangkan dengan baik. 6. Infrastruktur yang kurang berkembang dan tidak dipelihara dengan baik juga dilaporkan sebagai sebuah hambatan terhadap penciptaan ekonomi yang dinamis, yang dapat mengintegrasikan semua wilayah dalam provinsi menjadi satu pasar tunggal. Persoalan infrastruktur ini juga memperparah perkembangan pertumbuhan pedesaan-perkotaan dan ketidakmerataan. Dibandingkan provinsi-provinsi lain, baik investasi swasta dan publik di Jawa Timur tampaknya relatif rendah. 7. Tingkat pembangunan pendukung ekonomi yang rendah ini memperlambat pertumbuhan ekonomi yang seharusnya terjadi dan produktivitas tenaga kerja di provinsi Jawa Timur. 8. Lingkungan bisnis juga tidak berkembang dengan merata antar kabupaten; beberapa kabupaten masih tertinggal di belakang yang lain contohnya, Madura. Kurangnya transparansi dan ketersediaan informasi serta birokrasi yang rumit dan tidak konsisten telah mengakibatkan rendahnya investasi di sektor pertanian (baik investasi asing dan dalam negeri). 3 Pendidikan dasar bersifat wajib sejak tahun

8 LAPORAN LOKAKARYA 8 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

9 C. ANALISA DIAGNOSTIK KETENAGAKERJAAN: KESIMPULAN DAN POKOK- POKOK DISKUSI Dinamika Ketenagakerjaan, Bursa Tenaga Kerja dan Ekonomi Sebuah ulasan mengenai dinamika ketenagakerjaan, bursa tenaga kerja dan perekonomian di Jawa Timur diberikan sebagai pendahuluan sesi analisis (lihat Lampiran 4). Ulasan ini didasarkan pada sebuah studi yang dilakukan oleh ILO sebagai input untuk lokakarya ini. Ulasan ini ditujukan untuk menciptakan pemahaman bersama mengenai fitur-fitur dan tantangan pembangunan di Jawa Timur selama beberapa dasawarsa belakangan ini dari perspektif penciptaan lapangan kerja produktif. 4 Sampai beberapa waktu yang lalu, Jawa Timur memiliki populasi penduduk usia muda dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kini, pertumbuhan penduduk telah melambat dengan tingkat pertumbuhan hanya 0.54% per tahun selama tahun Lebih jauh lagi, populasi di provinsi ini semakin menua: penduduk berusia paruh baya semakin besar dan terus tumbuh seperti halnya jumlah penduduk lanjut usia. Tingkat kegiatan populasi saat ini tinggi, namun dalam sepuluh tahun kedepan, rasio ketergantungan akan mulai memburuk karena jumlah penduduk lanjut usia dalam populasi meningkat. Dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, angkatan kerja akan semakin besar karena penduduk yang saat ini berusia 5-15 tahun akan memasuki usia kerja, sementara kelompok usia yang akan meninggalkan angkatan kerja (55-65 tahun) jumlahnya relatif kecil. Jawa Timur telah menjadi sumber migrasi terbesar di Indonesia, dengan mayoritas pekerja migran adalah perempuan dan kaum muda (di kelompok usia tahun). Migrasi dapat menjadi salah satu faktor dibelakang jatuhnya angka kelahiran. Ekspor tenaga kerja secara sementara mengurangi tekanan pada angkatan kerja untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja selama beberapa tahun belakangan ini. Karena sebagian besar pekerja migran rata-rata memiliki komitmen kontrak hanya selama dua tahun, fokus pada migrasi tidaklah berkelanjutan. Sebagian besar pekerja migran kemungkinan besar akan kembali setelah dua sampai lima tahun, dan perekonomian serta bursa tenaga kerja provinsi perlu menyediakan lapangan kerja produktif baik untuk pendatang baru dalam angkatan kerja serta para pekerja migran yang kembali di tahun-tahun mendatang. Apabila, di sisi lain, para pekerja migran 4. Janti Gunawan dan Per Ronnås, Dinamika Pekerjaan, Pasar Tenaga Kerja serta Perekonomian di Jawa Timur (The Dynamics of Employment, the Labour Market and the Economy in East Java) (Jenewa dan Jakarta: ILO, 2011). 9

10 LAPORAN LOKAKARYA tetap bekerja permanen di luar negeri, maka tekanan terhadap bursa tenaga kerja akan berbeda: jumlah penduduk lanjut usia yang semakin besar yang berakibat pada memburuknya rasio ketergantungan. Di saat bersamaan, pengalaman dari tempat lain menunjukkan bahwa migrasi tenaga kerja ke luar negeri seringkali menawarkan solusi jangka pendek saja terhadap permasalahan dalam menciptakan lapangan pekerjaan produktif di dalam negeri. Rasio ketergantungan Jawa Timur, dihitung sebagai penduduk usia kerja banding penduduk yang tidak bekerja, cukup tinggi yaitu 1.0 (2010). Ini berarti bahwa tiap satu orang yang bekerja di Jawa Timur harus menanggung satu orang tambahan yang tidak bekerja. Tingkat kegiatan diantara perempuan jauh lebih rendah daripada laki-laki. Sementara pada hakekatnya semua laki-laki dalam kelompok usia tahun aktif secara ekonomi, sepertiga perempuan dalam kelompok usia ini tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja sama sekali. Upaya-upaya dengan target spesifik diperlukan guna meningkatkan tingkat kegiatan perempuan. Mengintegrasikan perempuan kedalam bursa tenaga kerja dan menyediakan pekerjaan untuk mereka akan dapat meningkatkan penghasilan rumah tangga, mengurangi tingkat kemiskinan dan mendorong pertumbuhan. Guna mempertahankan standar kehidupan, produktivitas dari pekerja perlu ditingkatkan dan guna mengakomodasi angkatan kerja yang semakin banyak, penciptaan lapangan kerja produktif haruslah dipercepat. Terdapat dua bentuk defisit lapangan kerja produktif di Jawa Timur: pekerja miskin dan pengangguran terbuka. Tingkat kemiskinan di Jawa Timur sekitar 15% (2010), sedikit lebih tinggi daripada rata-rata nasional. Tingkat kemiskinan beragam di tiap kabupaten, dengan konsentrasi kemiskinan tertinggi di Pulau Madura. Variasi yang besar ini dapat dihubungkan dengan perbedaan dalam akses ke pendidikan, kesehatan serta perbedaan dalam hal peluang lapangan kerja produktif. Umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah risiko kemiskinan. Mayoritas dari masyarakat miskin lebih dari 80 persen, adalah penduduk yang hanya paling tinggi menyelesaikan sekolah dasar. Tingkat pengangguran yang tertinggi ada diantara mereka yang berpendidikan tinggi, namun tampaknya mereka bukanlah orang miskin. Walaupun kemiskinan telah menurun baik di daerah pedesaan dan perkotaan, tingkat kemiskinan cukup tinggi ditemukan d daerah pedesaan dibandingkan di daerah perkotaan. Kemiskinan tersebut terkonsentrasi di wilayah-wilayah dengan tingkat pengangguran yang rendah (seperti Sampang dan Probolinggo). Fakta bahwa kemiskinan tersebut marak di daerah-daerah dengan tingkat pengangguran rendah berarti bahwa mereka yang bekerja seringkali tidak memperoleh penghasilan yang cukup untuk mengangkat diri mereka sendiri keluar dari kemiskinan. Menurut perkiraan ILO, ada sekitar 3 juta pekerja miskin di Jawa Timur. 5 Mayoritas adalah pekerja miskin yang dipekerjakan di sektor pertanian. Lebih dari 60 persen dari rumah tangga termiskin dibandingkan dengan kurang dari 10 persen dari rumah tangga terkaya mendapatkan penghidupannya dari pertanian. Sebaliknya, lebih dari 75 persen dari rumah tangga terkaya berada di sektor jasa, bersama dengan hanya 25 persen rumah tangga termiskin. Kurangnya keterampilan dan pendidikan formal dinyatakan sebagai hambatan utama bagi kaum miskin untuk memperoleh pekerjaan produktif guna membantu mereka untuk dapat keluar dari jerat kemiskinan. Satu cara untuk menanggapi persoalan pekerja miskin adalah meningkatkan akses ke pendidikan yang terjangkau dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya di daerah pedesaan di Jawa Timur. Namun, hal ini harus digabungkan 5 Perhitungan pekerja miskin dibuat berdasarkan metodologi yang dijelaskan dalam catatan mengenai Deriving productive employment targets from poverty rate targets ( Menemukan target lapangan kerja produktif dari target tingkat kemiskinan ). 10 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

11 dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan, serta menyesuaikannya dengan permintaan bursa tenaga kerja. Pendidikan dasar bersifat wajib di Jawa Timur; namun, pendidikan lanjut di sekolah menengah menjadi tantangan dengan sejumlah alasan mulai dari biaya pendidikan menengah yang tinggi sampai ke ketersediaan sekolah menengah yang terbatas. Selain itu, tingkat putus sekolah di sekolah menengah diantara laki-laki cukup tinggi karena mereka seringkali terpaksa mulai bekerja lebih awal. Perempuan, di sisi lain, tetap tidak aktif secara ekonomi, yang mempengaruhi rasio ketergantungan aktual di provinsi. Pengangguran khususnya mempengaruhi kaum muda (37 persen dari pengangguran berusia dibawah 24 tahun). Sekitar 700,000 kaum muda berusia tahun adalah pengangguran. Tampaknya hal ini disebabkan karena kesulitan yang dialami kaum muda dalam memasuki bursa tenaga kerja, dan mendapatkan pekerjaan pertama mereka, walaupun memiliki pendidikan yang tinggi. Bahkan, pengangguran tampaknya semakin tinggi seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, hal ini bisa terlihat dari hanya 2 persen dari kaum muda yang hanya memiliki pendidikan dasar menganggur sedangkan 10 persen diantara kaum muda penganggur lulus perguruan tinggi. Patut dicatat bahwa lebih dari setengah pengangguran memiliki setidaknya ijazah sekolah menengah atas dan banyak yang memiliki ijazah perguruan tinggi. Ini mungkin karena fakta bahwa mereka yang dapat mebiayai pendidikan, dapat menunggu dan tidak bekerja sampai menemukan pekerjaan yang lebih baik dan sesuai dengan yang mereka inginkan, berbeda dengan mereka yang tidak mampu membiayai pendidikan dan terpaksa mengambil pekerjaan yang berupah rendah dan dengan keahlian yang rendah serta tidak produktif. Di sisi lain, ini mungkin menjadi fakta bahwa sistem pendidikan saat ini masih kurang berkualitas dan belum sesuai dengan permintaan bursa tenaga kerja, sehingga seringkali lulusannya menjadi pengangguran. Statistik menunjukkan bahwa lulusan universitas memperoleh gaji setidaknya dua kali dari gaji mereka yang menyelesaikan sekolah menengah atas, dan empat kali lebih tinggi dari gaji mereka yang hanya menyelesaikan pendidikan dasar. Perbedaan dalam upah juga mencerminkan kesenjangan gender dalam provinsi. Perempuan cenderung untuk memperoleh upah yang lebih rendah daripada laki-laki di semua tingkat pendidikan. Namun, dicatat bahwa perbedaan ini sesuai dengan kelompok usia. Perbedaan upah yang besar antara laki-laki dan perempuan ditemukan dalam kelompok usia lebih tua, namun perbedaan upah antara pekerja yang lebih muda jauh lebih kecil. Pertumbuhan PDB provinsi sejalan dengan pertumbuhan PDB di tingkat nasional, walaupun belum kembali ke tingkat pertumbuhan sebelum krisis tahun Sejak tahun 2000, pertumbuhan PDB stabil dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 5.2 persen. Tingkat pertumbuhan ini jauh lebih lambat dibandingkan dengan sebelum krisis serta lebih lambat dari tingkat pertumbuhan di sebagian besar negara lain di Asia Tenggara. Semua sektor mengalami pertumbuhan yang moderat sejak tahun 2000, namun hanya ada sedikit perubahan struktural. Sebelum krisis finansial, sektor pertanian dan industrialisasi berkembang pesat. Pertumbuhan yang pesat dalam sektor manufaktur adalah mesin pertumbuhan utama bersama-sama dengan pertanian dan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB meningkat dengan tajam dan bahkan naik menjadi dua kali lipat antara tahun 1975 dan

12 LAPORAN LOKAKARYA Setelah krisis finansial, perubahan struktural tersebut berakhir. Pertumbuhan manufaktur melambat. Beberapa industri, seperti kulit dan alas kaki, tidak lagi dapat bersaing dengan negara-negara lain dengan upah yang lebih rendah, dan terpaksa tutup. Agar manufaktur tetap dapat bersaing, sektor tersebut harus bergeser untuk memproduksi produk-produk yang lebih rumit, yang memerlukan teknologi dan pengetahuan yang lebih tinggi, namun pergeseran ini belum terjadi. Di saat bersamaan, pertumbuhan sektor pertanian mencapai batasnya karena semakin sulit untuk meningkatkan hasil beras dengan lahan yang terbatas. Tidak adanya perubahan struktural dan kurang dinamisnya sektor pertanian dan manufaktur tampaknya menjadi faktor-faktor utama dibelakang melambatnya pertumbuhan setelah krisis finansial. Pergeseran tenaga kerja keluar dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian terhenti, walaupun produktivitas di sektor pertanian masih jauh lebih rendah dibandingkan sektor-sektor ekonomi yang lain. Oleh karena itu pertanian tetap menjadi sumber lapangan pekerjaan utama yang menyerap 42 persen dari penduduk bekerja namun hanya menghasilkan 15 persen PDB pada tahun Sektor jasa (perdagangan besar dan eceran, restoran dan hotel) sekarang merupakan sektor ekonomi terbesar di Jawa Timur dan menyumbang 31 persen ke PDB pada tahun 2010, diikuti oleh sektor manufaktur (25 persen) dan pertanian (15 persen). Namun, distribusi pekerjaan per sektor berbeda. Pertanian masih menjadi sumber utama pekerjaan (42 persen pada tahun 2010), diikuti oleh jasa (39 persen pada tahun 2010) dan manufaktur (13 persen pada tahun 2010). Peran sektor pertanian dan manufaktur dalam penciptaan lapangan kerja telah menjadi tidak signifikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Kedua sektor ini bersama-sama hanya menyediakan 10 persen dari lapangan pekerjaan baru, sementara 90 persen dari lapangan pekerjaan telah diciptakan dalam sektor jasa sejak tahun Memang benar bahwa dua sektor layanan sosial (terutama publik) dan perdagangan menyumbang 85 persen pertumbuhan lapangan pekerjaan, namun bertanggungjawab untuk kurang dari 50 persen pertumbuhan PDB. Hal ini mencerminkan jatuhnya produktivitas dalam sektor ini karena pertumbuhan lapangan pekerjaan di sektor-sektor ini jauh melebih pertumbuhan nilai tambah yang diciptakan. Pembangunan semacam ini tidaklah berkelanjutan. Manufaktur harus memainkan peranan yang lebih besar dalam ekonomi karena manufaktur memiliki potensi tinggi untuk menciptakan nilai tambah dan menghasilkan lapangan pekerjaan yang produktif. Pertumbuhan secara keseluruhan dalam beberapa tahun belakangan ini belum menciptakan banyak kesempatan kerja. Elastisitas kesempatan kerja sebesar 0.2 berarti bahwa untuk tiap sepuluh persen pertumbuhan PDB, kesempatan kerja hanya tumbuh sebesar 2%, sementara sisa pertumbuhan lainnya dicapai karena peningkatan produktivitas. Alasan utama dibalik kegagalan pertumbuhan ekonomi untuk menghasilkan kesempatan kerja yang memadai adalah: Pertumbuhan di sektor pertanian dicapai karena peningkatan produktivitas dan bukan melalui pertumbuhan kesempatan kerja. Di satu sisi, hal ini sebenarnya positif karena ini berarti bahwa penghasilan dalam sektor pertanian telah meningkat. Hal ini pun mungkin merupakan alasan utama dibalik jatuhnya tingkat kemiskinan dan dalam hal jumlah pekerja miskin selama beberapa tahun belakangan ini. Meski terdapat pertumbuhan produksi di manufaktur, namun tidak ada pertumbuhan kesempatan kerja dalam sektor ini. Ini kemungkinan besar karena sektor manufaktur yang padat karya, seperti makanan dan tembakau, menyusut. 12 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

13 Pertumbuhan dalam pertanian telah menjadi stagnan, salah satunya karena masalah terkait dengan kepemilikan lahan menjadi hambatan untuk terus meningkatkan produktivitas di sektor ini. Terdapat kebutuhan yang kuat untuk mengembangkan keterkaitan antar sektor, menghubungkan pertanian ke manufaktur dan jasa dan untuk meningkatkan imbal balik ke lahan dan tenaga kerja melalui pengembangan teknologi dan produksi yang berorientasi pasar dan lebih kuat. Lokasi geografis Jawa Timur yang unik cukup kondusif untuk mengembangkan ekspor. Terutama, karena pertanian dominan di daerah pedesaan dan sektor jasa di daerah perkotaan, upaya memperkuat peran manufaktur untuk menjembatani kesenjangan antar sektor dan antara pembangunan desa dan kota memerlukan kebijakan khusus lebih lanjut. Secara keseluruhan, langkah-langkah ini akan memudahkan pergeseran tenaga kerja secara perlahan dari pertanian ke sektor ekonomi lainnya. Dalam upaya untuk menghitung tantangan dalam mencapai target penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang ditetapkan dalam strategi pembangunan, 6 perhitungan dibuat untuk memperkirakan jumlah pekerjaan baru yang akan diperlukan untuk mencapai target-target ini, serta jumlah pekerjaan dimana produktivitas dapat didorong. Perkiraan kasar menunjukkan bahwa untuk dapat mencapai target-target ini dan menciptakan pekerjaan untuk sejumlah besar kaum muda yang akan memasuki angkatan kerja dalam lima tahun mendatang, jumlah pekerjaan produktif perlu ditingkatkan sebesar lebih dari 1.5 juta, dari juta menjadi juta. Dari jumlah ini, juta diperlukan dalam bentuk pekerjaan produktif baru, sementara jumlah pekerja miskin perlu dikurangi menjadi setidaknya 373 ribu melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan penghasilan melalui pekerjaan yang ada saat ini atau dengan memindahkan mereka ke pekerjaan yang lebih produktif. Oleh karena itu, guna mencapai target-target tersebut, produktivitas di pertanian perlu terus meningkat, bersamaan dengan pertumbuhan di sektor non-pertanian yang tinggi dan bersifat padat karya. Manufaktur harus memainkan peranan penting dalam proses ini. Meningkatkan investasi pada sumber daya manusia dan infrastruktur fisik haruslah menjadi batu lompatan untuk strategi apapun dalam meningkatkan basis produktif ekonomi. Terdapat juga kebutuhan untuk menanggapi persoalan-persoalan yang terkait dengan kesetaraan, seperti ketidaksetaraan akses ke pendidikan menengah berkualitas untuk kaum miskin dan beberapa kabupaten/kota. Poin-poin utama dalam diskusi: Peserta diminta untuk menjawab dua pertanyaan berikut dan menjelaskan pendapatnya: 1. Apa saja karakteristik, isu atau persoalan pembangunan ekonomi yang paling penting di Jawa Timur? 2. Apa saja karakteristik, isu atau persoalan ketenagakerjaan yang paling penting di Jawa Timur? Terkait dengan pertanyaan pertama berkenaan dengan pembangunan ekonomi di Jawa Timur, para peserta mengidentifikasi pertanian, investasi yang rendah, pertumbuhan pengangguran dan inflasi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi informal yang terutama mempengaruhi perempuan, pembangunan ekonomi yang tidak merata, sub-sektor laut yang kurang berkembang dan ekonomi berskala kecil sebagai permasalahan yang paling penting. 6 Penurunan tingkat kemiskinan menjadi 13.8% dan penurunan pengangguran menjadi 5.3% pada tahun

14 LAPORAN LOKAKARYA Terkait dengan ketenagakerjaan, para peserta menyebutkan permasalahan seperti tingkat pendidikan dan pengembangan keterampilan angkatan kerja yang rendah, khususnya diantara mereka yang bergerak di sektor pertanian dan manufaktur, keahlian kewirausahaan yang masih sangat kurang, upah yang rendah, tingginya jumlah pekerja migran, pekerja miskin, penegakan hukum ketenagakerjaan yang lemah, dan pertumbuhan ekonomi yang belum cukup menghasilkan lapangan pekerjaan. Analisa diagnostik ketenagakerjaan bersama Analisa diagnostik ketenagakerjaan bersama dilakukan selama lokakarya dengan mengikuti sebuah pendekatan langkah per langkah yang terstruktur dan merujuk pada pohon diagnostik ketenagakerjaan (Lihat Gambar 1-2). Sesi pertama fokus pada memahami karakteristik kuantitatif dan kualitatif dari sumber daya produktif yang tersedia, terutama sumber daya manusia (tingkat pendidikan, kesehatan, dst.) dan sumber daya alam (lahan dan laut). Tahapan ini kemudian diikuti oleh sebuah sesi untuk menggali kendala dan tantangan dalam mencapai pembangunan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah banyak, yang diperlukan dalam tahun-tahun mendatang, dengan berfokus pada tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi Sesi berikutnya fokus pada penyebab ketidaksetaraan dalam akses ke peluang lapangan kerja produktif. Di sesi akhir, kesimpulan dari diskusi kelompok dan temuan-temuan utama dari analisa diagnostik ketenagakerjaan digabungkan bersama. 14 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

15 1.1. Demografis Peningkatan lapangan kerja produktif dan pertumbuhan yang kaya lapangan kerja dan bersifat inklusif 1. Tingkat SDM/ daya layak kerja 2. Peluang untuk dan pengembalian keuntungan ke SDM (kesempatan kerja) 3. Keberlanjutan 1.2. Aspek 1.3. Investasi 2.1. Pertumbuhan Ekonmi 2.2. Kualitas Pertumbuhan 2.3. Ketidakmerataan sumber daya, akses dan peluang 3.1. Kelestarian lingkungan/ perubahan iklim 3.3. Investasi pada kaum muda 3.3. Kerentanan terhadap guncangan Gambar 1. Pohon Diagnostik Ketenagakerjaan: 1-2-level cabang 15

16 LAPORAN LOKAKARYA 2. Peluang untuk dan pengembalian ke SDM (kesempatan kerja) 2.1. Pertumbuhan Ekonmi Integrasi dalam ekonomi global Biaya keuangan Laba sosial atas investasi Kebijakan makro ekonomi Faktor kelembagaan 2.2. Kualitas pertumbuhan Komposisi sektor/teknologi Kualitas lingkungan bisnis Nilai tukar dagang dalam negeri Ekstraksi keuntungan (Rent Extraction) Institusi pasar tenaga kerja 2.3. Ketidakmerataan sumber daya, akses dan/atau peluang Daya layak kerja yang tidak sama Akses ke pasar tenaga kerja & peluang kerja Jaminan sosial Ketersediaan Kegagalan pasar Konsentrasi pertumbuhan regional Terms of Trade (Nilai tukar dagang)/faktor siklis Gambar 2. Pohon Diagnostik Ketenagakerjaan: 2-3 level cabang 16 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

17 Sumber daya manusia dna sumber daya produktif lainnya Presentasi pendahuluan mengenai sumber daya manusia mencatat bahwa kinerja Jawa Timur lebih baik daripada rata-rata nasional dalam beberapa aspek penting. Angka partisipasi sekolah dasar dan menengah berada diatas kinerja nasional (lihat Lampiran 6). Namun, proporsi angkatan kerja dengan pendidikan perguruan tinggi jauh lebih rendah dibandingkan tingkat nasional secara keseluruhan atau di negara-negara tetangga seperti Malaysia. Hal ini berarti, meskipun menjangkau pendidikan dasar bukanlah sebuah masalah, akses ke pendidikan menengah serta pelatihan kejuruan masih terbatas. Empat pertanyaan utama dibahas dalam kelompok kerja: 1. Apa saja 3-4 persoalan/isu utama yang perlu ditanggapi guna meningkatkan tingkat dan kualitas pendidikan dari angkatan kerja yang ada sekarang dan di masa mendatang di Jawa Timur? 2. Apa alasan utama dibalik tingginya tingkat pengangguran diantara lulusan sekolah menengah atas? 3. Apa masalah utama dalam sistem pendidikan dan pelatihan yang mengarah pada: a. Ketidaksesuaian antara pendidikan dan permintaan bursa tenaga kerja? b. Akses yang tidak merata untuk pendidikan? Ketika mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan diatas, ketidakmerataan akses ke pendidikan yang berkualitas tinggi diidentifikasi sebagai sebuah persoalan utama, khususnya di daerah pedesaan. Sekolah menengah, khususnya sekolah kejuruan tidak selalu tersedia di seluruh wilayah provinsi. Universitas hanya ditemukan di beberapa kota saja. Fasilitas sekolah sudah usang dan banyak guru kurang memenuhi kualifikasi. Infrastruktur yang buruk mempersulit akses ke sekolah di daerah-daerah pedesaan (jarak yang jauh dan biaya transportasi yang tinggi). Biaya tambahan sekolah selain dari iuran sekolah, seperti seragam, buku, materi-materi tambahan, adalah beban yang berat untuk rumah tangga miskin. Hal ini menempatkan anakanak di daerah pedesaan di posisi yang dirugikan dalam hal akses ke pendidikan berkualitas. Di sisi lain, tingkat putus sekolah menengah cukup tinggi diantara anak laki-laki, seringkali karena tekanan untuk bergabung kedalam angkatan kerja. Selain itu, lulusan dari sekolah menengah tidak menjamin pekerjaan, imbal balik sosial dan swasta serta biaya pendidikan menjadi hal yang dikhawatirkan / menjadi perhatian. Pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan tidak dikembangkan dengan baik, dimana pendidikan kejuruan dan pelatihan yang ada seringkali tidak sesuai dengan permintaan pasar. Dianjurkan bahwa pelatihan haruslah dilaksanakan menurut kurikulum yang terstruktur dengan baik dan mencerminkan permintaan pasar, serta dilakukan oleh pelatih-pelatih yang berkompeten. Fasilitas sekolah perlu diperbarui. Pendidikan berkualitas haruslah terjangkau dan dapat diakses oleh anak-anak dari rumah tangga miskin. Sebuah sistem beasiswa dapat diberikan untuk anak-anak dengan potensi tinggi yang berasal dari keluarga lebih miskin. Pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai peluang bursa tenaga kerja dan pelatihan yang tersedia haruslah ditingkatkan, khususnya di daerah pedesaan. Transisi dari sekolah-kepekerjaan juga perlu difasilitasi. Saat ini bursa tenaga kerja untuk tenaga kerja berkeahlian seringkali memiliki persyaratan usia minimum yaitu 21 tahun, yang menciptakan kesenjangan beberapa tahun antara kelulusan dan persyaratan untuk mulai pertama kali bekerja. Disebutkan juga bahwa stigma budaya yang kuat mencegah perempuan dari bergabung kedalam angkatan kerja, dan kadangkala dari masuk sekolah. 17

18 LAPORAN LOKAKARYA MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA PRODUKTIF Fokus Pada Aspek Ekonomi Penciptaan peluang kerja produktif terkait erat dengan tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Guna menciptakan lapangan kerja produktif untuk sejumlah besar kaum muda yang masuk ke bursa tenaga kerja tiap tahunnya dan mengurangi jumlah pekerja miskin dan pengangguran, ekonomi perlu tumbuh dengan tingkat yang tinggi dan sifat pertumbuhan haruslah dapat meningkatkan lapangan kerja produktif dengan efektif secara meluas (inklusif) dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang pesat sebelum krisis finansial pada tahun 90-an dikaitkan dengan perubahan struktural yang dinamis dan perkembangan sektor manufaktur. Namun, perkembangan ini terhenti setelah krisis keuangan, dan pertumbuhan di sektor pertanian melambat. Hal ini berakibat pada pertumbuhan menyeluruh yang lebih rendah selama berapa dasawarsa belakangan ini (lihat Lampiran 7). Pertumbuhan yang lambat dengan muatan lapangan kerja yang terbatas telah berakibat pada kurangnya peluang lapangan kerja produktif di luar sektor pertanian. Sebagai hasilnya, tenaga kerja semakin banyak yang mulai bermigrasi ke luar negeri dan ke daerah lain di Indonesia guna mencari pekerjaan-pekerjaan produktif. Pertanian ditandai dengan tingkat penyerapan kesempatan kerja tertinggi, namun juga tingkat kontribusi terendah terhadap PDB provinsi. Produk-produk utama adalah beras dan tanaman pangan lainnya. Kekurangan lahan membatasi perluasan sektor ini, sementara intensifikasi pertanian telah mencapai batas atasnya, dengan mempertimbangkan penggunaan cara-cara produksi serta kombinasi tanaman yang ada. Profitabilitas produksi pangan rendah karena biaya produksi yang tinggi dan harga pasar yang rendah; produktivitas dari pekerja semakin turun oleh tingkat keterampilan yang rendah dan intensitas teknologi yang rendah di sektor ini. Sektor manufaktur bukan lagi pendorong pertumbuhan karena pertumbuhan di sektor ini telah menjadi stagnan sejak krisis keuangan, utamanya karena penurunan daya saing yang berakibat pada perginya industri kulit dan pembuatan alas kaki. Selain itu, kesempatan kerja juga semakin menurun karena pergeseran dari produksi padat karya ke yang lebih bersifat padat modal. Manufaktur saat ini didominasi oleh industri pengolahan makanan dan tembakau. Manufaktur terkonsentrasi di Surabaya dan kota-kota sekitarnya (Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Pasuruan). Sektor ini perlu pindah ke produksi produk yang lebih mutakhir dan ke produksi yang padat teknologi dan pengetahuan serta diversifikasi produksi untuk ekspor. Ada ketidaksesuaian antara sektor-sektor dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sektor-sektor dimana sebagian besar kesempatan kerja diciptakan. Pertumbuhan lapangan pekerjaan terkonsentrasi di sektor jasa, terutama layanan sektor publik dan juga perdagangan. Hal ini sebagian besar karena ketidakmampuan pertanian untuk menyerap tenaga kerja apapun dan karena pada hakekatnya tidak ada pekerjaan di sektor manufaktur. Pola pertumbuhan pekerjaan ini tidaklah berkelanjutan. Sementara pengembangan sektor pertanian mungkin harus fokus pada meningkatkan produktivitas dan tidak pada mendorong kesempatan kerja guna mengurangi sejumlah besar pekerja miskin dalam sektor ini, sumber-sumber lain untuk pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja haruslah ditemukan. Oleh karena itu, manufaktur harus memainkan peran yang jauh lebih besar dalam pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. 18 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

19 Semua bagian Jawa Timur haruslah terintegrasi dengan baik dalam ekonomi provinsi dan pembangunan ekonomi haruslah meluas ke semua bagian dari provinsi. Saat ini aktivitas ekonomi terkonsentrasi di lima kabupaten dari 38 kab/kota yang ada di provinsi Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kota Kediri, Kab. Gresik and Kab. Malang kelima kabupaten ini bersama-sama bertanggungjawab untuk 52 persen dari PDB provinsi secara keseluruhan. Terdapat kesenjangan yang besar dalam PDB per kapita antar kabupaten. Walaupun akses ke pasar nasional dengan 250 juta orang didalamnya dan pasar ASEAN yang jauh lebih besar, tingkat integrasi ekonomi Jawa Timur dengan pasar eksternal rendah, dan begitu juga dengan kemampuan untuk menghasilkan produk-produk baru yang berdaya saing untuk ekspor. Saat ini, Jawa Timur semakin banyak mengekspor tenaga kerja dibandingkan barang. Ekonomi perlu ditempatkan di jalur yang berkelanjutan dan pertumbuhan pesat untuk memastikan kesempatan kerja produktif untuk semua dan pengentasan kemiskinan akan memerlukan upaya: Meningkatkan pertanian yang berorientasi pasar dan fokus pada produk dengan nilai tambah tinggi Mengembangkan kegiatan-kegiatan di luar pertanian, seperti pengolahan hasil pertanian skala kecil dan medium di daerah pedesaan. Diversifikasi ekonomi, dengan prioritas diberikan untuk mengembangkan keterkaitan (linkage) ke dan dari pertanian, rantai nilai tambah domestik yang kuat, menargetkan ceruk pasar ekspor dan mengadopsi teknologi yang lebih tinggi dalam sektor manufaktur. Mencapai pertumbuhan dengan kesetaraan. Pembangunan ekonomi haruslah bersifat inklusif dan pro-rakyat miskin. Meningkatkan kualitas infrastruktur dalam provinsi dan antar provinsi guna mendukung mobilitas produk dan jasa. Analisis berikutnya fokus pada identifikasi kendala dan tantangan utama untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh banyak faktor. Pohon referensi diagnostik ketenagakerjaan digunakan untuk memandu dan menyusun struktur analisa. Struktur ini menjadi basis untuk analisis terstruktur selanjutnya atas sejumlah besar faktor yang diketahui dari teori ekonomi dan studi empiris dari tempat lain memiliki pengaruh pada tingkat dan struktur serta kualitas pertumbuhan ekonomi. The following factors were concluded to affect economic and productive employment growth in the province: Faktor-faktor terkait dengan tingkat pertumbuhan, yang mencakup faktor-faktor di luar kendali pejabat berwenang provinsi Jawa Timur, seperi kebijakan ekonomi makro, integrasi dalam perekonomian global, dan imbal balik sosial dari investasi. Faktor-faktor terkait dengan kualitas pertumbuhan, terkait dengan tantangan-tantangan penting untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan lapangan kerja produktif di Jawa Timur dengan cepat. Faktor-faktor ini meliputi komposisi sektor dalam PDB, kualitas lingkungan bisnis, ekstraksi keuntungan dan lembaga pasar. Faktor-faktor pendukung untuk menciptakan pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang produktif di Jawa Timur saat ini, seperti jaminan sosial. 19

20 LAPORAN LOKAKARYA Guna mengidentifikasi faktor-faktor pada cabang-cabang diatas, peserta lokakarya mendisksusikan dua tantangan utama terhadap pertumbuhan lapangan kerja produktif di Jawa Timur: (i) Apa saja persoalan dan tantangan utama dalam meningkatkan penghasilan dari sektor pertanian dan perikanan? Solusi apa yang dapat Anda ajukan? (ii) Apa saja persoalan dan tantangan utama dalam meningkatkan kesempatan kerja dan penghasilan dari sektor manufaktur dan pariwisata? Solusi apa yang dapat Anda tawarkan? Analisis menyimpulkan bahwa kendala-kendala utama berada pada cabang-cabang berikut ini: 1. Aspek 1.2. Pembangunan sumber daya manusia (terutama pendidikan & pelatihan termasuk informasi terkait dengan pembangunan sumber daya manusia) 2. Aspek Akses ke keuangan 3. Aspek Imbal balik sosial dari investasi (khususnya infrastruktur) 4. Aspek Pengembangan pasar (khususnya pasar yang kurang berfungsi dengan baik) 5. Aspek Lingkungan bisnis Aspek sumber daya manusia telah dibahas dalam sub-bagian sebelumnya, dimana peserta sepakat bahwa kualitas dan relevansi pendidikan yang rendah berakibat pada rendahnya daya layak kerja atau kemampuan memperoleh pekerjaan dari penduduk, kurangnya keterampilan teknis yang berakibat pada produktivitas kerja yang rendah dan keahlian kewirausahaan yang kurang berkembang. Persoalan dengan akses ke keuangan dan kredit untuk petani dan petani usaha kecil dan menengah menjadi fokus dari diskusi selanjutnya. Dinyatakan bahwa sulit bagi petani dan usaha kecil untuk memperoleh pinjaman, walaupun faktanya pemerintah mendorong pemberian pinjaman kepada petani. Dalam pertanian, dimana fluktuasi musiman yang besar dalam hal penghasilan dan pengeluaran menciptakan kebutuhan khusus atas kredit, para petani menemukan kesulitan untuk mengakses kredit dengan persyaratan yang wajar. Sistem perbankan tidak memiliki kebijakan yang dibuat khusus untuk menyediakan kredit dalam pertanian, yang mempertimbangkan karakter musiman dari produksi dan penghasilan dalam sektor ini. Sebagai hasilnya, para petani seringkali menjadi korban dari tengkulak yang memberlakukan tingkat bunga yang sangat tinggi. Walaupun jumlah pinjaman bank telah meningkat cukup pesat, sebagian besar pinjaman dihabiskan untuk konsumsi dan proporsi pinjaman jangka panjang untuk investasi produktif cukup kecil. Aspek lain dari akses ke keuangan dan kredit yang sulit adalah tingkat simpanan yang sangat rendah. Rendahnya tingkat simpanan berakibat pada sedikitnya dana yang tersedia untuk modal investasi dan kapasitas meminjamkan yang rendah dari bank-bank lokal. Untuk mengatasi persoalan tingkat investasi yang rendah dan akses ke keuangan yang sulit maka upaya ini perlu dilakukan sejalan dengan upaya yang kuat untuk mendorong simpanan di bank dan koperasi kredit. Dicatat juga bahwa kurangnya pengetahuan akan pengelolaan keuangan (financial illiteracy) tampak jelas diantara populasi, khususnya diantara pekerja migran. 20 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

21 Kualitas infrastuktur yang jelek dan biaya transportasi yang tinggi menjadi salah satu kendala mobilitas (pergerakan) tenaga kerja serta integrasi ekonomi dalam provinsi Jawa Timur. Persoalan pasar yang kurang berfungsi dengan baik memiliki banyak wujud. Pasar yang terdisintegrasi, sistem informasi pasar yang kurang berkembang, akses ke pasar yang buruk, dan lingkungan bisnis yang tidak memadai semuanya mencegah pemanfaatan penuh dari potensi provinsi. Meskipun pemerintah provinsi telah mengerahkan upaya untuk meningkatkan lingkungan bisnis dengan memfasilitasi akses ke pasar untuk petani melalui pasar hasil petanian dan lelang pertanian di satu sisi, dan promosi koperasi di sisi lain, persoalan tetap muncul. Pasar yang berfungsi dengan lebih baik dan lebih dapat diperkirakan akan menciptakan insentif bagi petani untuk melakukan intensifikasi produksi, yang pada akhirnya akan disalurkan ke pengolahan dan manufaktur. Peningkatan dalam produksi pertanian akan memberikan manfaat bagi pekerja miskin, dan pengembangan manufaktur akan menghasilkan lapangan pekerjaan yang sangat diperlukan. Peraturan, prosedur yang rumit serta biaya yang tinggi membuat sulit untuk membangun dan menjalankan bisnis. Inisiatif dan kebijakan negara yang secara aktif mempromosikan bisnis di provinsi tidak terlalu banyak, dan inisiatif serta kebijakan yang ada, seperti membangun kantor dagang di ibukota provinsi, tidaklah disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Sebagai hasilnya, hanya sedikit yang memperoleh manfaat dari inisiatif-inisiatif ini. Terdapat kebutuhan untuk meningkatkan dialog antara pemerintah dan sektor swasta. Peserta mengusulkan sejumlah proposal atas tindakan yang diperlukan dalam menanggapi persoalan-persoalan yang diidentifikasi, beberapa usulan tersebut ditulis di bawah ini. Kebutuhan atas kebijakan yang kuat dalam mempromosikan pembangunan ekonomi yang merata secara aktif, mendorong pengembangan pasar yang berfungsi baik dan terintegrasi dengan baik, dan keterlibatan aktif dari sektor publik dan swasta untuk menjadi kekuatan pendorong pembangunan ekonomi ditekankan: Promosi kewirausahaan, pelatihan membangun dan menjalankan bisnis untuk masyarakat, mulai dari sekolah menengah atas, dengan fokus khusus pada pengangguran. Mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan berpindah ke pupuk organik dan pertanian organik. Membangun kapasitas koperasi pedesaan. Mempromosikan lembaga keuangan mikro, dan bank pertanian (agro-bank). Mempermudah peraturan mengenai akses ke keuangan untuk petani-petani kecil. Mengembangkan rantai nilai tambah, memperkuat keterkaitan (linkage) pasar untuk mendorong penciptaan kesempatan kerja di luar pertanian. Intensifikasi produksi dalam pertanian melalui peningkatan investasi dan kemajuan teknologi. Memperbaiki pengumpulan dan penyebaran informasi ke seluruh daerah di provinsi. Investasi dalam infrastruktur terkait dengan irigasi dan mobilitas produk-produk pertanian. Integrasi berbagai bidang yang berbeda menjadi sebuah pasar tunggal provinsi dan integrasi ekonomi provinsi dengan pasar nasional/ global. 21

22 LAPORAN LOKAKARYA Mencapai Pembangunan Ekonomi yang Merata Di sepanjang lokakarya, ketidakmerataan dalam beragam bentuk diangkat dalam diskusi sebagai aspek penting tantangan pembangunan. Memang benar, dalam semua faktor yang diidentifikasi sebagai tantangan penting untuk pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya produktif lain serta untuk menciptakan peluang kerja produktif untuk pertumbuhan ditemukan memiliki dimensi ketidakmerataan yang penting. Presentasi singkat diberikan sebagai pendahuluan dari sesi mengenai mencapai pertumbuhan dengan kesetaraan (lihat Lampiran 8). Dalam presentasi ini diidentifikasikan dua sumber utama ketidaksetaraan. Peluang pekerjaan yang tidak sama antara laki-laki dan perempuan. Akses kearah peluang pekerjaan produktif yang tidak setara antar daerah karena infrastruktur yang kurang dikembangkan. Perbedaan kinerja pasar tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan sekali lagi menjadi fokus diskusi. Partisipasi tenaga kerja perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Namun bahkan ketika perempuan benar-benar ikut serta dalam angkatan kerja, mereka lebih mungkin menganggur dibanding laki-laki, karena kesempatan bagi mereka lebih sedikit. Akhirnya, ketika perempuan mulai bekerja, mereka cenderung menerima upah lebih rendah dibanding laki-laki. Sedikitnya kesempatan bagi perempuan daripada laki-laki untuk mendapatkan pekerjaan yang memberikan upah, seringkali membuat perempuan lebih banyak bekerja di sektor informal. Ketidaksetaraan juga terdapat diantara kota-kota dan kabupaten, dan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Ketidaksetaraan ini terlihat dalam akses yang tidak setara ke pendidikan menengah, serta dalam rendahnya mutu pendidikan diluar perkotaan. Sekolah menengah dan pendidikan kejuruan serta badan-badan pelatihan terkonsentrasi di daerah perkotaan. Informasi juga lebih mudah diakses di daerah perkotaan. Peluang ekonomi tidaklah terdistribusikan secara merata ke semua kabupaten didalam propinsi, namun terkonsentrasi pada beberapa lokasi. Ini dapat dilihat pada konsentrasi pekerjaan yang menghasilkan upah di daerah perkotaan, dan dalam kemiskinan yang biasanya terdapat di daerah pedesaan. Karena pembangunan yang pro rakyat miskin adalah salah satu prioritas pemerintah, lokakarya ini mencoba menyelami potensi untuk perkembangan inisiatif pro kaum miskin secara rasional. Ada dua pertanyaan yang didiskusikan: a. Dengan pertimbangan ketidak-setaraan, apakah tiga hambatan utama bagi kaum miskin untuk keluar dari perangkap kemiskinan? Apa solusinya? b. Mohon, tuliskan dua isu utama tentang ketidak-setaraan akses terhadap pekerjaan berupah (formal) di Jawa Timur. Antara laki-laki dan perempuan? Perkotaan - pedesaan? Antar kabupaten? Para peserta lokakarya menekankan bahwa rendahnya perkembangan keahlian dan sistem informasi pasar tenaga kerja yang kurang dikembangkan menghasilkan bursa tenaga kerja yang tidak berfungsi dngan baik, rendahnya produktifitas tenaga kerja, kemiskinan serta ketidak-setaraan dalam segala macam bentuk. Solusi yang digagaskan adalah akses ke pendidikan gratis bagi kaum miskin (setidaknya hingga lulus dari sekolah menengah), akses ke pelatihan serta informasi pasar tenaga kerja gratis di tingkat pedesaan. Perlunya upaya untuk menghilangkan anggapan umum bahwa kemiskinan adalah takdir dan tidak ada jalan 22 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

23 keluar; masyarakat dan para pemimpin keagamaan sebagai motivator berperan penting sebagai motivator dalam hal ini. Diskusi tersebut mengidentifikasikan dimensi-dimensi penting tentang ketidak-setaraan dalam akses ke pekerjaan yang produktif dan juga ditemukan bahwa sebagian besar dari isu utama dan tantangan di bidang perkembangan sumberdaya manusia serta tingkat dan mutu dari perkembangan ekonomi memiliki dimensi kesetaraan yang penting. Untuk mencapai tujuan untuk mewujudkan pembangunan yang merata, maka diputuskan bahwa sesi akhir harus didedikasikan pada upaya untuk mengarusutamakan ketiga aspek utama dari ketidak-setaraan kedalam gagasan untuk menangani tiga dari lima bidang prioritas yang teridentifikasi. Pengembangan sumber daya manusia, perbaikan akses ke keuangan, pasar-pasar yang berfungsi dengan baik, imbal balik sosial atas investasi, serta meningkatkan lingkungan usaha. Hasil-hasil diskusi ini dipresentasikan di matriks berikut. 23

24 LAPORAN LOKAKARYA MATRIKS HASIL DISKUSI MENGENAI KESETARAAN Apa saja persoalan-persoalan utama dalam akses ke pekerjaan produktif antara: Gender (laki-laki vs perempuan) Perkotaan-pedesaan Aspek Permasalahan Solusi Permasalahan Solusi Sumber daya manusia Kesediaan perempuan untuk bekerja kurang. Ada persepsi mengenai batasanbatasan biologis perempuan untuk bisa menjadi sama produktifnya dengan laki-laki Mengubah paradigma melalui peningkatan kesadaran dalam komunitas dan antara pengusaha; Pembuktian berdasarkan fakta bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama seperti lakilaki Kurangnya pendidikan & pusat pelatihan keterampilan di daerah pedesaan Mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk balai latihan kerja di pedesaan Mempromosikan distribusi sekolah yang merata pesedaan dan perkotaan Peran gender yang semakin ketat: laki-laki adalah pencari nafkah dan perempuan adalah pengurus rumah tangga. Melibatkan komunitas/ pemimpin agama untuk mengubah persepsi peran perempuan Pengembangan pasar Peluang pekerjaan yang terbatas untuk perempuan Peningkatan kapasitas untuk perempuan Tindakan afirmatif yang menargetkan perempuan Pembangunan daerah (kotakabupaten) Permasalahan Solusi Pengetahuan pemerintah dan pemain swasta yang terbatas mengenai potensi-potensi lokal. Pemerintah dan lembaga lainnya (mis. Bank Indonesia, LSM) harusnya mempublikasikan hasil dari studi mengenai potensipotensi lokal yang dapat dengan mudah diakses semua orang Kapasitas produsen/ manufakturer yang terbatas untuk mengolah dan memasarkan produk-produk lokal. Adaptasi teknologi rendah Mendorong teknologi terapan yang sesuai dengan produkproduk Jawa Timur 24 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

25 Aspek Investasi sosial pada infrastruktur Gender (laki-laki vs perempuan) Perkotaan-pedesaan Permasalahan Solusi Permasalahan Solusi Menyediakan insentif kepada pengusaha untuk mempromosikan kesetaraan gender di tempat kerja. Mempromosikan pengusaha perempuan melalui pelatihan keterampilan untuk perempuan untuk membangun dan menjalankan bisnis Biaya transportasi yang tinggi Infrastruktur dan sistem transportasi perlu dikembangkan khususnya untuk mengangkut produk-produk hasil pertanian ke pasar Pembangunan daerah (kotakabupaten) Permasalahan Solusi 25

26 LAPORAN LOKAKARYA Aspek Lingkungan bisnis Gender (laki-laki vs perempuan) Perkotaan-pedesaan Permasalahan Solusi Permasalahan Solusi Pembangunan daerah (kotakabupaten) Permasalahan Solusi Tingkat integrasi yang buruk lintas provinsi, tingkat desentralisasi yang tinggi. Mempromosikan peraturan no. 19/2010 untuk memberikan wewenang kepada gubernur sebagai koordinator Menetapkan indikator pencapaian pembangunan lintas bidang / kabupaten - kota Mempromosikan sebuah konsep Jawa Timur bersatu 26 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

27 Sintesis kesimpulan dan pengarusutamaan semua dimensi-dimensi tantangan utama Selama hari terakhir dari lokakarya, temuan dan kesimpulan utama dari analisis dikumpulkan, disintesiskan dan distrukturkan berdasarkan pohon diagnostik ketenagakerjaan Tiga bidang yang menjadi fokus diskusi dalam sesi ini adalah pengembangan sumber daya manusia, akses ke keuangan dan pengembangan pasar. Dua faktor lainnya: akses ke keuangan dan imbal balik sosial dari investasi (pengembangan infrastruktur) tidak dipilih untuk diskusi karena peserta percaya bahwa pemerintah saat ini sedang menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek ini. Lihat Lampiran 9. Peserta dalam diskusi kelompok diminta untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Apakah Jawa Timur memiliki kebijakan yang menanggapi persoalan dengan pengembangan sumber daya manusia, akses ke keuangan dan berfungsinya pasar? 2. Apa yang harus diperbaiki dari kebijakan yang ada dan tindakan tambahan apa yang harus diambil? 3. Bagaimana kita memastikan bahwa kebijakan bersifat pro-rakyat miskin? Terkait dengan pengembangan sumber daya manusia, Jawa Timur telah memiliki kebijakan kualitas sumber daya manusia di Jawa Timur. Sebagian besar dinas pemerintah memiliki pusat pelatihan -- Disnaker (Dinas Ketenagakerjaan) memiliki balai latihan kerja; Departemen Pertanian memiliki Balai Latihan Penyuluh Pertanian) serta pusat informasi untuk mempromosikan aktivitas-aktivitas mereka (Balai Informasi Penyuluh Pertanian), Dinas Pemuda memiliki balai pelatihan untuk kaum muda. Namun, balai-balai latihan kerja tidak terkoordinasi dengan baik, baik lintas departemen atau lintas kabupaten: masing-masing memiliki program sendiri dan beberapa program tumpang tindih. Program dirancang sesuai dengan kesediaan sumber daya bukan berdasarkan permintaan pasar. Oleh karena itu, sebuah program pelatihan harus dilengkapi dengan penilaian kebutuhan pasar dan kelompok sasaran. Program haruslah dikoordinasikan dengan departemen terkait guna menghindari tumpang tindih dan didukung dengan sebuah proses pemantauan dengan melibatkan pemerintah atau LSM. Mereka yang bekerja dalam kemiskinan perlu secara spesifik ditargetkan, khususnya ketika terkait dengan pelatihan keterampilan yang dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja. Terdapat peraturan untuk mempromosikan akses ke keuangan yang lebih baik (peraturan No. 03/2010 mengenai pembangunan yang adil), serta kebijakan untuk mempromosikan koperasi perempuan di tiap desa. Kebijakan dapat ditingkatkan dengan melengkapi mereka dengan pelatihan peningkatan kapasitas, khususnya dalam manajemen keuangan, pengolahan dan pemasaran. Pemberian kredit ke masyarakat miskin haruslah dilengkapi dengan bantuan teknis dan bimbingan. Para peserta menyimpulkan bahwa pasar tidak berfungsi dengan memadai. Kebijakan dan inisiatif yang ada tidak selalu dipromosikan dan dilaksanakan dengan tepat dan perlu disosialisasikan ke kelompok-kelompok sasaran. Perlunya kebutuhan untuk memperkuat peran koperasi produsen guna mendukung petani dan mengembangkan pertanian. Koperasi dapat berperan penting dalam implementasi kebijakan. Contohnya, koperasi lokal dapat berperan sebagai pengumpul, pengangkut, distributor dan pemasaran produk-produk pertanian. Untuk membuat kebijakan yang pro-masyarakat miskin, kebijakan harus secara eksplisit mengakomodasi kebutuhan masyarakat miskin. Petani miskin harus dilengkapi dan dilatih untuk menjadi lebih produktif. Rantai nilai perlu dikembangkan lebih lanjut. 27

28 LAPORAN LOKAKARYA Singkatnya, dari analisa, lima bidang yang perlu ditingkatkan adalah pengembangan sumber daya manusia (fokus pada akses dan kualitas pendidikan menengah dan pelatihan keterampilan), akses ke keuangan (khususnya untuk petani kecil dan produsen di pedesaan), imbal balik sosial dari investasi (meningkatkan infrastruktur dan transportasi, dan membuatnya dapat diakses untuk kelompok populasi yang lebih miskin), pasar yang berfungsi dengan baik dan lingkungan bisnis yang mendukung. Selain itu, tiga dimensi utama ketidaksetaraan digarisbawahi: gender, pedesaan-perkotaan dan kota-kabupaten. Hasil dari analisis dan diskusi ini menegaskan pesan bahwa ketidaksetaraan haruslah diatasi bersamaan dengan lima persoalan utama. Terdapat sejumlah kebijakan yang diterapkan dan belum memberikan manfaat sepenuhnya kepada kelompok sasaran. Koordinasi yang lebih baik diperlukan untuk memaksimalkan dampak kebijakan-kebijakan ini, dan persoalan ketidaksetaraan dalam manifestasinya yang sudah teridientifikasi harus diarusutamakan dalam semua kebijakan ini. Kemajuan teknologi dan pengembangan sistem informasi pasar adalah dua aspek yang harus didorong guna meningkatkan pembangunan sektor-sektor utama, khususnya pertanian dan pengolahan hasil pertanian. 28 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

29 Gambar 3. Pohon Diagnostik Ketenagakerjaan Jawa Timur 29

30 LAPORAN LOKAKARYA 30 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

31 LAMPIRAN 1. Agenda 2. Daftar Peserta 3. Presentasi Strategi Pembangunan Jawa Timur oleh Yuniarti, SH, MSi, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bappeda Jawa Timur (dalam Bahasa Indonesia). 4. Presentasi metodologi Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan oleh Per Ronnas, ILO Jenewa. 5. Presentasi Dinamika Ketenagakerjaan, Ekonomi dan Bursa Tenaga Kerja di Jawa Timur oleh Per Ronnas, ILO Jenewa. 6. Presentasi Sumber Daya Produktif oleh Leyla Shamchiyeva, ILO Geneva 7. Presentasi Tingkat dan Kualitas Pertumbuhan: Meningkatkan Kesempatan Kerja dengan fokus pada aspek ekonomi oleh Per Ronnas, ILO Jenewa 8. Presentasi Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan oleh Janti Gunawan 9. Hasil latihan interaktif 31

32 LAPORAN LOKAKARYA Lampiran 1. Agenda WAKTU SESI Hari 1, 4 April :30 09:00 Pendaftaran 09:00-09:40 PEMBUKAAN Laporan Panitia BAPPEPROP PERKENALAN Sambutan Pembukaan Bapak Peter Van Rooij, Country Director, ILO Jakarta Sambutan dan Pembukaan Resmi Ibu Yuniarti SH, MSi, Head of Government and Community Department Perkenalan tentang lokakarya: tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Menyetujui jadwal, metodologi dan aturan permainan lokakarya. Perkenalan antar peserta lokakarya. Bapak Per Ronnas & Fasilitator Sesi 1. Pembangunan di Provinsi JAWA TIMUR, Permasalahan dan Tantangannya Presentasi dan tanya jawab mengenai pembangunan di Provinsi JAWA TIMUR, termasuk permasalahan dan tantangannya. Ibu Yuniarti SH, MSi 10:15 10:30 Rehat Kopi 10:30 11:00 Sesi 2. Konsep Dan Metode Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Presentasi dan tanya jawab tentang konsep dan metode Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Bapak Per Ronnas 11:10 12:00 Sesi 3. Dinamika Ketenagakerjaan, Ekonomi dan Bursa Tenaga Kerja di JAWA TIMUR Presentasi dan tanya jawab mengenai kondisi, dinamika dan karakteristik yang unik dari ketenagekarjaan, ekonomi dan bursa tenaga kerja di JAWA TIMUR. Ibu Janti Gunawan & Bapak Per Ronnas 32 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

33 WAKTU SESI 12:00 13:00 Rehat Makan Siang 13:00 15:00 Sesi 4. Pengembangan Sumber Daya Manusia JAWA TIMUR 15:00 15:15 Rehat Kopi Presentasi dan diskusi kelompok mengenai konsep pengembangan SDM, pendidikan & ketrampilan dan kemampuan mendapat kerja spesifik untuk JAWA TIMUR, baik dari aspek permasalahan, tantangan dan kesempatannya. Ibu Leyla Shamchiyeva/Bapak Per Ronnas & Fasilitator 15:15 17:35 Sesi 5. Meningkatkan Kesempatan Kerja Fokus pada Aspek Ekonomi Presentasi dan diskusi kelompok mengenai konsep pertumbuhan ekonomi yang kondusif spesifik untuk JAWA TIMUR, baik dari aspek permasalahan, tantangan dan kesempatannya Bapak Per Ronnas dan Fasilitator 15:35 17:45 Penutupan Hari 1 Bapak Per Ronnas dan Fasilitator WAKTU SESI Hari 2, 5 April :00 09:10 Tinjauan ulang Hari 1 Fasilitator 09:10 09:35 Presentasi Kelompok: Sesi 5 09:35 10:55 Sesi 6. Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan 10:55 11:10 Rehat kopi Presentasi dan diskusi kelompok mengenai konsep kesetaraan pada pembangunan sosial-ekonomi spesifik untuk JAWA TIMUR, baik dari aspek permasalahan, tantangan dan kesempatannya. Ibu Janti Gunawan & Fasilitator 11:10 12:15 Sesi 6. Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan (Lanjutan) 12:15 13:15 Rehat Makan Siang 33

34 LAPORAN LOKAKARYA WAKTU SESI 13:15 15:00 Sesi 7: Analisa Hasil Diskusi Diskusi kelompok untuk menganalisa hasil diskusi (permasalahan, tantangan, kesempatan), mengidentifikasi rekomendasi kebijakan dan studi lebih lanjut yang diperlukan untuk mendukung implementasi Analisis Diagnostik Ketenagakerjaan di JAWA TIMUR. Fasilitator 15:00 15:15 Rehat kopi 15:15 16:15 Sesi 7: Analisa Hasil Diskusi (Lanjutan) 16:15 16:30 Evaluasi Lokakarya 16:30 16:40 PENUTUPAN Kata Penutup Bapak Per Ronnas 34 Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

35 Lampiran 2. Daftar Peserta No. Nama Nama Lembaga Yuniarti, SH, Msi Widati Bambang Harsojo Fitri Artuti Fty P Agus Yuda W Darmanto Sukaryantho Dhonna Widya P Anton Widodo Heru Mulyo Kukuh Tri Sandi Denny Kurniawan Rudi Sarwoto Bambang Hendratto Atin Herawati Lela Koestjandawati Lexi Yunarto Didi Achmadi Muhadi Suyanti Farid Heryadi Hari Subagio Agus Ismintono Bambang Purwoko, Drs. H.M. Mustarom Salim Soredjo Indri Soerjani JP Sunyoto Mutida Ulta Miming Merina S.Sos MM Totok Nur Handajanto Bappeda Provinsi Jawa Timur Bappeda Provinsi Jawa Timur Bappeda Provinsi Jawa Timur Bappeda Provinsi Jawa Timur Bappeda Provinsi Jawa Timur Bappeda Provinsi Jawa Timur Biro Adm Kesra Jawa Timur Dinas Pendidikan Jawa Timur Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur Bappemas Jawa Timur Dinas Pertanian Jawa Timur Dinas Peternakan Jawa Timur Badan Penanaman Modal Jawa Timur Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Bappeda Kabupaten Sidoarjo Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo Bappeda Kabupaten Sampang Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sampang Bappeda Kabupaten Probolinggo Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Probolinggo Bank Indonesia Bank Jatim KADIN Jatim HKTI Jatim HKTI Jatim Koperasi Wanita Jawa Timur, Setiabakti Wanita DPD SPSI Jawa Timur Serikat Buruh Migran Jawa Timur Forda UKM Jawa Timur Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur 35

36 LAPORAN LOKAKARYA Lampiran 3. Presentasi Strategi Pembangunan Jawa Timur oleh Yuniarti, SH, MSi, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bappeda Jawa Timur (dalam Bahasa Indonesia). KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DI BIDANG KETENAGAKERJAAN Disajikan oleh : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI JAWA TIMUR Surabaya, 18 Nopember 2010 VISI DAN MISI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR (RPJMD ) Terwujudnya Jawa Timur Yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia MISI VISI Mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk Rakyat Bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa Timur, bukan untuk segelintir orang tertentu. Kemakmuran Jawa Timur yang ingin diwujudkan adalah kemakmuran bersama, terutama t wong cilik 2 VISI DAN MISI RPJMD PROPINSI JAWA TIMUR RPJMD STRATEGI PEMBANGUNAN KERANGKA LOGIS RPJMD JAWA TIMUR VISI Terwujudnya Jawa Timur Yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia MISI Mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk Rakyat Bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa Timur, bukan untuk segelintir orang tertentu. Kemakmuran Jawa Timur yang ingin diwujudkan adalah kemakmuran bersama, terutama wong cilik PRIORITAS AGENDA PRIORITAS PEMB. PROGRAM 1 1 Peningkatan 2 Aksesibilitasdan kualitas Pendidikan Peningkatan aksesibilitas dan INDIKATOR 4 7 SEKTOR/ TARGET 8 kualitas Kesehatan SKPD KINERJA (MEMORANDA 9 ( 5 UTAMA 10 Perluasan lapangan PROGRAM) kerja Memelihara kualitas 14 dan fungsi lingkungan 8 15 hidup AGENDA PEMBANGUNAN JAWA TIMUR RPJMD TAHUN Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, terutama bagi masyarakat miskin ; 2. Memperluas lapangan kerja, meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan, memberdayakan ekonomi rakyat, terutama wong cilik dan meningkatkan kesejahteraan sosial rakyat ; 3. Meningkatkan percepatan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/ agrobisnis, serta pembangunan & perbaikan infrastruktur, terutaman pertanian dan perdesaan ; 4. Memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkan perbaikan pengelolaan SDA dan penataan ruang. 5. Mewujudkan percepatan p reformasi birokrasi, dan meningkatkan pelayanan publik ; 6. Meningkatkan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial. 7. Meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta terjaminnya kesetaraan gender dan meningkatkan peran pemuda serta mengembangkan dan memasyarakatkan olah raga ; 8. Meningkatkan KAM-TIB, supremasi hukum, dan penghormatan HAM ; 9. Mewujudkan percepatan penanganan rehabilitasi i dan rekonstruksi k sosial ekonomi dampak lumpur panas Lapindo PRIORITAS PEMBANGUNAN 1. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan. 2. Peningkatkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan. 3. Perluasan Lapangan Kerja. 4. Peningkatan Efektivitas it Penanggulangan Kemiskinan. 5. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Rakyat. 6. Revitalisasi Pertanian dan Pengembangan Agroindustri/Agrobisnis. 7. Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 8. Peningkatan Investasi, Ekspor Non-Migas, dan Pariwisata. 9. Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

37 10. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur. 11. Pemeliharaan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup, serta t Perbaikan P b ik Pengelolaan P l l Sumber S b Daya D Alam, Al dan d Penataan Ruang. 12. Percepatan p Pelaksanaan Reformasi Birokrasi,, dan Peningkatan Pelayanan Publik. 13. Peningkatan Kualitas Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial. 14. Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan di Semua Bidang, dan Terjaminnya Kesetaraan Gender. 15 Peningkatan 15. P i k t Peran P Pemuda P d d dan P Pengembangan b Olahraga. 16. Penghormatan, g Pengakuan g dan Penegakan g Hukum dan Hak Asasi Manusia. 17. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban, dan Penanggulangan Kriminalitas. 18. Percepatan Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sosial Ekonomi Dampak Lumpur Panas Lapindo. 4 PROGRAM PRIORITAS 1 1. PENINGKATAN AKSESBILITAS d dan KUALITAS PENDIDIKAN Pendidikan g gratis sepenuhnya y untuk Wajar j Dikdas 9 tahun dan rintisan 12 tahun 2. PENINGKATAN AKSESBILITAS dan KUALITAS PENDIDIKAN - Peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas Pemberian alat kontrasepsi gratis Pelayanan gratis di puskesmas (6 jenis pelayanan Æ menkes) Pengobatan gratis sepenuhnya untuk maskin (Pilot Projek di Kab. Gresik dan Kota Kediri) - Pembenahan manajemen kesehatan PERLUASAN LAPANGAN KERJA Komposisi pendidikan : rasio SMA : SMK = 40: 0:6 60 Pengembangan BLK berkualitas internasional Pengembangan Agroindustri Percepatan P t realisasi li i iinvestasi t i Indikator Kinerja Utama 4 MEMELIHARA KUALITAS dan 4. d FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP P Pemeliharaan lih kkualitas lit d dan ffungsii LH LH, perbaikan b ik SDA dan penataan ruang pengelolaan l l PROGRAM PRIORITAS STRATEGI PEMBANGUNAN PERTISIPATORIS PRO POOR PRO-POOR PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT Rakyat, subyek pembangunan KESEIMBANGAN PEMERATAAN DAN PERTUMBUHAN KESETARAAN GENDER SOLUSI KINERJA KEMISKINAN DI JAWA TIMUR NO KONDISI 2009 PENGANGGURAN KESEHATAN Angka A k Kematian K ti B Bayii : 31 31,41 41 Angka Harapan Hidup : 69,15 Persalinan oleh tenaga kesehatan : 101,85% Laju pertumbuhan penduduk masih tinggi PAPAN Renovasi Rumah Tidak Layak Huni sebanyak rumah dengan biaya renovasi Rp. 5 Juta dibutuhkan biaya Rp. 3,42 Trilyun Trilyun. SOLUSI Komposisi pendidikan : rasio SMA : SMK = 40: 40:60 Pengembangan BLK berkualitas internasional Pengembangan Agroindustri Percepatan realisasi investasi Peningkatan P i k t kualitas k lit pelayanan l Puskesmas Pelayanan gratis di puskesmas (6 jjenis p pelayanan y Æ menkes)) Pengobatan gratis sepenuhnya untuk maskin Pembenahan manajemen kesehatan Peningkatan polindes menjadi Ponkesdes : Setiap tahun dikerjakan rumah/thn x Rp. 5 Juta = Rp. 190 M/thn Target yang ingin dicapai selama 5 tahun sebanyak rumah x Rp Rp. 5 Juta = Rp. 1 Trilyun 13 SOLUSI KINERJA KEMISKINAN DI JAWA TIMUR NO 4 KONDISI 2009 PENDIDIKAN Adanya Kesenjangan Angka P i i Partisipasi is Sekolah k l h d darii SD (99,79%), SLTP (99,60%), SLTA (58,90%) SOLUSI Pendidikan gratis sepenuhnya untuk W j Dikdas Wajar Dikd 9 tahun h d dan rintisan i i 12 tahun *Sumb. Data Dinas P&K 14 37

38 LAPORAN LOKAKARYA Isu Strategis : di Bidang Ketenagakerjaan A. Meningkatnya pengangguran, dikarenakan k : 1. Tidak seimbangnya persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja; 2. Pemulangan TKI bermasalah; 3. Faktor sosial budaya; B. Kualitas SDM rendah hingga kurang memiliki daya saing dalam mendapatkan peluang kerja (penyerapan p dipasar kerja tidak optimal), dikarenakan : 1. Masih rendahnya tingkat pendidikan; 2. Missmacth antara skill/kualitas angkatan kerja dengan kebutuhan dunia kerja; 3. Informasi pasar kerja belum optimal; C. Kesempatan Kerja disektor formal terbatas akibat penurunan daya serap tenaga kerja yang disebabkan oleh terbatasnya investasi, krisis global dan pasar bebas; D. Perlindungan pekerja maupun tingkat kesejahteraan pekerja belum memadai, serta iklim hubungan industrial kurang kondusif; Permasalahan : A. Dilihat dari tingkat pendidikan, pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja didominasi yang tidak tamat SD dan tamat SD sebesar 56,45%, tapat t SLTP sebesar 18,58% dan SLTA sebesar 19,22% sisanya lulusan Diploma dan Sarjana sebesar 6,16%; B. Setiap tahun terdapat penambahan angkatan kerja baik dari lulusan l sekolah maupun PHK; C. Sarana Prasarana BLK sudat out to date; 17 C. Penyebaran kualifikasi keluaran pendidikan dengan persyaratan dunia kerja; D. Kebijakan dan program mengarah pada upaya penyediaan lapangan kerja menjadi kebutuhan yang sangat mendesak, khususnya upaya penyediaan lapangan kerja alternatif bagi angkatan kerja yang belum mendapatakan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasinya. i 18 Solusi dan upaya tindak lanjut : A. Provinsi Jawa Timur mulai Tahun telah menetapkan 4 (empat) UPT Pelatihan Kerja (BLK) berstandar Internasional : BLK Singosari i Malang, Surabaya, Kediri dan Jember. Selanjutnya ke 12 BLK lainnya secara bertahap; B. Program Zero pengiriman TKI ilegal; C. Program perluasan lapangan pekerjaan (merupakan program prioritas RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun ); Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

39 Lampiran 4. Presentasi metodologi Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan oleh Per Ronnas, ILO Jenewa. 1 Tujuan dan dasar konseptual Indonesia April Pendekatan dan metode Diagnostik Ketenagakerjaan dalam sebuah 3 kerangka kerja yang lebih besar 1 2 Analisa diagnostik Ketenagakerjaan bertujuan untuk memberikan fokus yang lebih kuat pada lapangan kerja produktif dan pekerjaan yang layak dalam kebijakan pembangunan dengan tujuan utama untuk mencapai pertumbuhan inklusif if (mengedepankan pemerataan) yang menghasilkan banyak lapangan pekerjaan. Untuk mencapai hasil tersebut analisa ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai hambatan, tantangan dan peluang terkait dengan konteks khusus untuk meningkatkan lapangan pekerjaan produktif melalui pertumbuhan iklusif dan menghasilkan banyak lapangan pekerjaan Sebagai dasar untuk dialog sosial dan desain serta penentuan prioritas kebijakan. Lapangan kerja produktif menyediakan link (keterkaitan) k antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan/ penurunan tingkat kemiskinan Pandangan bahwa sumber daya manusia merupakan penghasil pertumbuhan melalui lapangan kerja yang produktif, dan bukannya pandangan bahwa lapangan kerja produktif merupakan hasil dari pertumbuhan Situasi negara yang spesifik berlaku sebagai titik awal: tidak mungkin ada solusi satu untuk semua bagi masalahmasalah spesifik Pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk merancang dan melaksanakan kebijakan semua harus dilibatkan dalam semua tahapan analisis 3 4 Sumber: World Development Indicators (Indikator Pembangunan Dunia)

40 LAPORAN LOKAKARYA Working poverty 15+ (%) Bolivia Congo India Sierra Leone Vietnam Seseorang dapat memikirkan teori-teori untuk menjelaskan angka-angka ini, namun tiap teori tidak dapat berdiri sendiri karena lapangan kerja produktif cenderung memiliki faktor penyebab yang rumit. Selain itu, tiap masalah harus dilihat dalam konteksnya masing-masing. Banyak negara dapat menghadapi situasi serupa namun penyebabnya mungkin berbeda satu sama lain, membuat situasi masing-masing negara menjadi unik. Jadi.tidak ada solusi satu untuk semua. Tiap negara bersifat unik dan memerlukan sebuah pendekatan dk yang disesuaikanik guna mengatasi masalah yang dihadapinya. Sumber: KILM Edisi ke 6 ILO 7 8 Diagnostik Ketenagakerjaan adalah pendekatan yang disesuaikan ini. Ini adalah alat untuk mengdiagnosa hambatan dan kelemahan serta kekuatan yang spesifik dengan konteks yang ada dari perspektif penciptaan lapangan kerja produktif. Pendekatan yang disesuaikan ini mengikuti sebuah kerangka kerja umum sehingga bukan merupakan preferensi individual ataupun bersifat ad-hoc. Pendekatan ini mengikuti sebuah struktur yang dapat direplikasi. Jadi, analisis diagnostik ketenagakerjaan ini disesuaikan dengan konteks, namun juga bersifat umum. Sebuah pendekatan yang terstruktur dan ditandai dengan langkah-langkah yang terpadu diperlukan Untuk menggabungkan g sebuah pendekatan yang luas dengan analisis mendalam isu/persoalan-persoalan kunci dengan secara perlahan-lahan menyingkirkan isu-isui yang kurang penting dan mempersempit fokus pada faktor-faktor kunci. Untuk memfasilitasi partisipasi para pemangku kepentingan kunci (utama) kepentingan kunci (utama) 9 10 Fokus pada APA yang telah terjadi dan meliputi pemetaan dan analisis terhadap: Konteks demografi dan faktor-faktor tertentu Tingkat dan pola pertumbuhan ekonomi (termasuk secara sektoral) Pola dan dinamika ketenagakerjaan, pendapatan, ketidaksetaraan dan kemiskinan Menghasilkan pemahaman yang baik mengenai konteks pembangunan spesifik negara serta karakteristik pengembangan ekonomi dan pasar tenaga kerja baru-baru ini di negara tersebut. Memungkinkan k identifikasi i pertama yang bersifat luas terhadap hipotesis-hipotesis mengenai tantangan ekonomi idan pasar tenaga kerja utama. Memberikan informasi penting untuk menetapkan target-target ketenagakerjaank Miskin Tidak miskin Bekerja Bekerja secara produktif Pengangguran Jumlah pekerja miskin (working poor), tidak termasuk kaum muskin pengangguran = tingkat t kemiskinan ki x total penduduk yang bekerja berusia 15+ (atau 15-65) Bersama dengan tingkat t pengangguran, makamenjadi jdi defisit dari lapangan kerja produktif. Ini sama dengan Angkatan kerja total minus mereka yang bekerja secara produktif if( (mereka yang memiliki pekerjaan dan tidak miskin) Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

41 1. Kumpulkan informasi mengenai tingkat kemiskinan, angkatan kerja, penduduk bekerja dan pengangguran dan hitung jumlah mereka yang bekerja secara produktif dan defisit lapangan kerja produktif yang ada. 2. Tentukan target-target untuk penanggulangan kemiskinan / penurunan tingkat pengangguran untuk akhirperiode i yang direncanakan atau strategi. 3. Perkirakan pertumbuhan angkatan kerja selama periode rencana/ strategi. 4. Perkirakan defisit lapangan kerja produktif pada akhir periode rencana/ strategi berdasarkan pada (2) dan (3) di atas. 5. Perkirakan jumlah lapangan kerja produktif yang diperlukan untuk mencapai target dalam mengurangi dfiil defisit lapangan kerjaproduktif k Hitunglah kontribusi sektor-sektor ekonomi utama terhadap (A) pertumbuhan dalam PDB dan (B) pertumbuhan kesempatan kerja baru-baru ini, serta produktivitas tenaga kerja dalam sektor-sektor ekonomi utama Gunakan analisa mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan guna memperkirakan k tingkat t dan komposisi i sektor pertumbuhan yang diperlukan guna mencapai target dalam mengurangi defisit lapangan kerja produktif Fokus pada MENGAPA? Tahap kedua terdiri dari analisa diagnostik ketenagakerjaan. Th Tahap ini iibertujuan untuk menggali pola sebab bbakibat, memisahkan yang penting dari yang kurang penting dan mengidentifikasi hambatan dan tantangan-tantangan g kunci guna meningkatkan lapangan pekerjaan yang produktif. Hasil analisis akan memberikan input kedalam diskusi-diskusi kebijakan. k Sebuah pohon diagnostik ketenagakerjaan, didukung dengan proposal untuk indikator bagi semua kotak, digunakan untuk memandu dan menyusun struktur analisis. Meningkatkan pertumbuhan yang inklusif dan kaya lapangan pekerjaan serta meningkatkan pekerjaan produktif 1. Tingkat modal/ daya layak kerja SDM rafi 1 Demogr 1. spek Aspek-as kualitatif Inv vestasi dala msdm 2. Peluang untuk dan pengembalian keuntungan dalam investasi SDM Tingkat umbuhan 2.1 pertu Kualitas umbuhan 2.2 Pertu 2.3 Sumb ber daya, aks ses dan pelua ang yang tid dak mera ata ian n/ klim 1 Kelestar ingkungan rubahan ik Keberlanjutan li per pada a Investasi p kaum mud 3.2 k 3.3 Ke erentanan te rhadap tek kanan ekster rnal Peluang untuk dan pengembalian keuntungan atas investasi SDM (kesempatan kerja) 2.1 Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan Integrasi dalam ekonomi global Biaya keuangan Laba Sosial atas investasi Kebijakan makroekonomi Faktor-faktor kelembagaan Kegagalan pasar 2.2 Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan Komposisi sektor/ teknologi Kualitas lingkungan bisnis Nilai tukar dagang dalam negeri Rent Extraction (Ekstraksi Keuntungan) Lembaga pasar tenaga kerja Konsentrasi pertumbuhan daerah Cara perdagangan / faktor- faktor siklis 2.3 Penyediaan sumber daya, akses, dan/ atau peluang yang tidak merata Daya Layak Kerja yang tidak sama Akses ke pasar tenaga kerja & peluang Jaminan sosial Ketersediaan Pikirkan mengenai situasi ketenagakerjaan di Mongolia. Meskipun pertumbuhan ekonominya cukup tinggi namun negara tersebut terus mengalami tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi. Mengapa ini terjadi? Penduduk Mongolia memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, walaupun ada perbedaan cukup besar antara daerah perkotaan-pedesaaan. Terdapat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, namun pertumbuhan tersebut tidak menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Pertumbuhan tersebut memiliki basis yang sempit (pertambangan), sementara sektor manufakturnya tetap tidak terlalu signifikan sehingga ada ketidakseimbangan daerah yang besar Daya saing internasional yang masih sangat rendah adalah hambatan utama a. Kebijakan makroekonomi yang tidak tepat b. Lingkungan bisnis yang tidak terlalu baik c. Kualitas pendidikan dan pelatihan keterampilan yang kualitasnya kurang baik Selalu ada indikator atau gejala yang mengarahkan kita ke penyebabnya India: Mongolia: : Gejala Tingkat working poverty yang tinggi Tingkat kemiskinan/ pengangguran yang tinggi Basis SDM Kualitas pertumbuhan Kualitas pertumbuhan yang tidak baik Penyebab Tingkat buta huruf yang tinggi Status perempuan Produktivitas rendah dalam pertanian Daya saing yang rendah penyebab ini adalah sebuah hambatan untuk mewujudkan pertumbuhan inklusif yang mampu menghasilkan lapangan pekerjaan. 21 dalam proses keseluruhan sangatlah penting untuk mencapai hasil. Penekanan pada: Kemudahaan dh bagi pengguna Partisipasi dari para konstituen dan pemangku kepentingan dalam sebuah basis konsultasi melalui proses analisis dan sebagai aktor-aktor kunci dalam proses kedua, bagian diagnostik dan dalam menarik kesimpulan kebijakan 22 41

42 LAPORAN LOKAKARYA Analisis dan target ketenagakerja k an Kesimpulan kebijakan - Strategi ketenagakerjaa n -Strategi pembangunan - Proses kebijakan/ strategi lainnya Studi mendalam Kebijakan Makroekonomi Analisis Gender Kebijakan Perdagangan SDM 23 Ini bukanlah suatu hal yang sangat baru, namun: Ini adalah sebuah alat yang bermanfaat untuk melakukan kodifikasi dan memperkenalkan kekuatan analitis dalam sebuah analisa karena jika tidak, analisa tersebut akan terlalu bersifat intuitif atau ad hoc (terbatas untuk tujuan tertentu). Tahap Pertama telah terbukti sebagai tahap yang penting untuk melakukan analisa diagnostik yang berkualitas tinggidandapat dikelola dalam Tahap Kedua Alat ini cukup mudah digunakan oleh pengguna. Alat ini tidak hanya dapat digunakan untuk para konstituen ILO, namun juga dapat digunakan sendiri oleh konstituen ILO tersebut. Analisa ini juga seringkali perlu diikuti oleh analisa tematik yang lebih mendalam. Alat ini adalah cara yang baik untuk menjembatani kesenjangan antara analisa ekonomi dan analisa pasar tenaga kerja Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

43 Lampiran 5. Presentasi Dinamika Ketenagakerjaan, Ekonomi dan Bursa Tenaga Kerja di Jawa Timur oleh Per Ronnas, ILO Jenewa. 1 Kecenderungan (Tren) Demografi Lokakarya mengenai Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, 4-5 April Dinamika ketenagakerjaan, kemiskinan dan sumber daya manusia Pola pertumbuhan per sektor spesifik, 3 lapangan kerja dan produktivitas Kecenderungan (Tren) Demografi Dinamika ketenagakerjaan, kemiskinan 2 dan modal manusia Pola pertumbuhan per sektor 3 spesifik, lapangan kerja dan produktivitas Piramida Penduduk, JT,2009 Laki laki Perempuan BPS, Hasil Survei Sosial Ekonomi, 2009, Provinsi Jawa Timur 3 4 Penduduk berdasarkan kelompok usia Penduduk usia kerja & angkatan kerja tumbuh pada tingkat yang sama 100% 80% ,000,000 30,000,000 aktual Penduduk usia kerja & agkatan kerja di jawa Timur prediksi Penduduk usia kerja 60% > % <15 20,000,000 Angkatan kerja 20% ,000,000 0% BPS, Indonesia dalam Angka, BPS, 2010, Jawa Timur dalam Angka 6 43

44 LAPORAN LOKAKARYA Dampak migrasi sementara pada pertumbuhan angkatan kerja 1 Kecenderungan (Tren) Demografi Pertumbuhan angkatan kerja Migrasi Kembali 2 Dinamika ketenagakerjaan, kemiskinan dan sumber daya manusia Pola pertumbuhan per sektor 3 spesifik, lapangan kerja dan produktivitas Partisipasi angkatan kerja berdasarkan kelompok % usia, JT, Tingkat Kegiatan Tingkat Kesempatan Kerja Tingkat Pengangguran Tingkat kegiatan berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2010 (%) Laki-laki Perempuan average Source: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional 2010 diolah oleh Pusdatinaker 9 10 Partisipasi angkatan kerja berdasarkan pendidikan, JT, 2010 (%) Tingkat pengangguran Tingkat kesempatan kerja Tingkat Kegiatan 10 Pendidikan Tinggi Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Pertama Sekolah Dasar atau lebih rendah Distribusi penduduk usia kerja berdasarkan daerah tempat tinggal, 2010 Perkotaan Pedesaan Dalam Tidak aktif Pengangguran Bekerja % 20% 40% 60% 80% 100% Pengangguran, berdasarkan kelompok usia, JT, Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Pebruari 2010, data diolah oleh Pusdatinaker 100% 80% 60% 40% 20% 0% Angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan, berdasarkan daerah tempat tinggal, JT, Pendidikan tinggi Pendidikan menengah atas Pendidikan menengah pertama Pendidikan dasar Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan Bekerja Pengangguran 13 Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2010, diolah olehpusdatinaker Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

45 Angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan, jenis kelamin JT, 2010 Upah dan pendidikan, % 80% 60% Pendidikan tinggi Pendidikan menengah atas laki perempuan Pendidikan menengah 40% pertama % Pendidikan dasar % Laki Perempuan Laki Perempuan SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma Universitas I/II/III/Akademi Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2010, diolah olehpusdatinaker 15 Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2010, diolah dari Pusdatinaker 16 Tingkat Pendidikan angkatan kerja Jawa Timur 2010 Menganggur Bekerja Universitas Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Pertama Percentase penduduk miskin di provinsi terpilih, Sekolah Dasar 0.0 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Jawa Timur Banten Nusa Maluku Indonesia Yogyakarta Tenggara Timur Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2010, diolah oleh Pusdatinaker Sumber: BPS, Data dan informasi kemiskinan 2010, diakses dari % penduduk d yang hidup dibawah garis kemiskinan ki di Jawa Timur, 2009 Kemiskinan berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga, 2007 SklhM Sekolah Menengah Lbihd Lebih dari SMA Atas 1% 6% Sekolah Menengah Pertama 9% Tidak sekolah / tamat SD 46% SD 38% Sumber: Atlas Ketahanan Pangan dan Kerentanan Indonesia, Sumber: BPS, Indikator Sosio-ekonomi 20 Kesempatan kerja berdasarkan sektor dan desil rumah tangga, 2009 Kemiskinan di perkotaan dan pedesaan di Jawa Timur, Lain-lain Persen Pedesaan Jasa Keuanganc Transportasi Perkotaan Persen Perdagangan Konstruksi Utilitas Industri Pertambangan Pertanian Termiskin Desil (termiskin ke terkaya) Terkaya Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan pada data BPS Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan data Susenas, BPS

46 LAPORAN LOKAKARYA Target kemiskinan dan lapangan kerja produktif 2014, Perkiraan Perubahan Kecenderungan (Tren) Demografi Angkatan kerja (15-64) 19,184,349 20,395,368 1,211,019 Bekerja (15-64) 18,153, ,314, ,160, Tingkat kemiskinan(%) * Bekerja produktif 15,125, ,658, ,532,946 Pekerja miskin (Working poor) 3,028,052 2,655, ,320 Tingkat pengangguran(%) * Pengangguran 1,030,561 1,080,955 50,394 Dinamika ketenagakerjaan, kemiskinan 2 dan modal manusia Pola pertumbuhan spesifik- 3 sektor, lapangan kerja dan produktivitas Kekurangan lapangan kerja produktif 4,058,613 3,736, ,926 Perhitungan berdasarkan pada data LFS Pertumbuhan ekonomi tahunan Jawa Timur dan Indonesia ( ) East JawaJava Timur Indonesia Pertanian Industri Pertambangan dan penggalian Manufaktur Listrik, gas dan air Konstruksi Jasa Perdagangan, hotel dan restoran Transportasi & komunikasi Keuangan Jasa lainnya Sumber: data BPS Sumber perhitungan Bank Dunia berdasarkan pada data BPS Distribusi PDB Jawa Timur per sektor Services Industri Pertanian % PDB % kesempatan kerja Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri manufaktur (pengolahan) Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan grosiran, eceran, restoran dan hotel Transportasi, pergudangan dan komunikasi Keuangan, Asuransi, Properti dan Layanan Bisnisi Layanan Sosial dan Pribadi Semua sektor Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan pada data BPS 27 Sumber: data BPS 28 Kontribusi sektor yang berbeda terhadap Kontribusi sektor Kontribusi sektor pertumbuhan kesempatan kerja dan PDB, terhadap kesempatan terhadap PDB kerja Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Industri manufaktur (pengolahan) Konstruksi Perdagangan grosiran, eceran, restoran dan hotel Transportasi, pergudangan dan komunikasi Keuangan, Asuransi, Properti dan Layanan Bisnis Layanan Sosial dan Pribadi Semua sektor Tingkat pertumbuhan Elastisitas produktivitas, , % kesempatan kerja, Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri manufaktur (pengolahan) Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan grosiran, eceran, restoran dan hotel Transportasi, pergudangan dan komunikasi Keuangan, Asuransi, Properti dan Layanan Bisnisi Layanan Sosial dan Pribadi Semua sektor Sumber: data BPS 29 Sumber ; data BPS Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

47 Terima kasih! 31 47

48 LAPORAN LOKAKARYA Lampiran 6. Presentasi Sumber Daya Produktif oleh Leyla Shamchiyeva, ILO Geneva Lokakarya mengenai Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, April 4-5, Pendahuluan Karakteristik ikkuantitatif ifsumber daya manusia Karakteristik kualitatif sumber daya manusia lahan dan laut Permasalahan untuk dibahas 2 Sumber daya produktif Rasio ketergantungan berbasis usia 0.33 (2010) Rasio ketergantungan aktual 1.00(2010) Rasio ketergantungan Kuantitas Tenaga kerja Kesehatan Kualitas Kualitas Pendidikan Akses lahan dan laut Kuantitas Aksesibilitas Kualitas 2009 Laki laki Perempuan Kesehatan: Jawa Timur tertinggal di belakang Indonesia dalam sebagian besar indikator kesehatan Namun, kesehatan penduduk telah meningkat selama dasawarsa terakhir: jumlah petugas kesehatan & akses ke fasilitas kesehatan ditingkatkan, walaupun ini tidak merata di seluruh kabupaten Pemanfaatan layanan kesehatan meningkat Persentase penduduk berusia 15+ yang buta huruf Jawa Timur Indonesia Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

49 Angka partisipasi kasar dan murni di Jawa Timur dan Indonesia (%) GER (APK) NER (APM) Jawa Timur Sekolah Dasar SMP Penduduk usia kerja berdasarkan tingkat Pendidikan pendidikan, JT, 2010 tinggi 6.3 Pendidikan menengah atas 20.5 Indonesia GER (APK) NET (APM) Sumber: situs web BPS php?tabel=1&id subyek=28 Pendidikan menengah pertama 18.4 Pendidikan dasar atau lebih rendah % angkatan kerja dengan pendidikan tinggi, 2007 Akses ke pendidikan dasar tidaklah menjadi persoalan Perbedaan yang lebih besar dalam hal akses ke pendidikan sekolah menengah pertama dan atas antara yang terkaya dan termiskin Malaysia Indonesia Jawa Timur 9 Sumber: Bank Dunia East Java Growth Diagnostic (Diagnostik Pertumbuhan Jawa Timur) 10 Pendidikan dasar atau kurang Pendidikan menengah Universitas Total Laki-laki dan perempuan berusia Laki-laki berusia Perempuan berusia Angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, JT, % i Pendidikan tinggi % Pendidikan 60% 50 menengah atas 21 40% Pendidikan 17 menengah pertama 20% Pendidikan dasar 0% Daerah Daerah Daerah Daerah Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan Bekerja Pengangguran Persentase penduduk yang tidak pernah bersekolah, berdasarkan kelompok usia, 2009, 45,000 Angkatan kerja berkeahlian di lokasi-lokasi terpilih berdasarkan sektor, , ,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, Surabaya Malang city Malang district Sampang Tulungagung Pasuruan Sidoarjo East Java Kabupaten Tulungagung Kabupaten Malang Kabupaten Pasuruan Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Sampang Kota Malang Kota Surabaya 13 Otomotif Listrik/elektro Bangunan Teknik mekanik Tat niaga Aneka kejuruan 14 49

50 LAPORAN LOKAKARYA Akses yang tidak merata ke pendidikan menengah - Kesenjangan antara yang terkaya/ termiskin - Kesenjangan antara daerah perkotaan/pedesaan, antar kabupaten - Kesenjangan antara lkilkid laki-laki dan perempuan Mengapa? o Biaya sekolah menengah yang cukup tinggi o Ketersediaan pendidikan menengah yang kurang memadai (kuantitas dan distribusi) ib i) o Kualitas dan relevansi pendidikan. Rata-rata kepemilikan lahan oleh masyarakat adalah 0.2 ha. per ptani => tidak memadai untuk menghidupi sebuah keluarga Pertanian mengambil lebih dari 70% lahan yand ada, membatasi perluasannya di masa mendatang Hampir semua petani tidak pernah memperoleh kredit karena modal yang tidak memadai atau tidak dapat memenuhi persyaratan (jaminan, perolehan lh status tt hukum formal, bunga pinjaman yang lebih tinggi) Kurang dari 40% lahan produktif memiliki sertifikasi kepemilikan yang sah => memperoleh lahan sulit Apa saja kendala-kendala utama untuk: Meningkatkan akses yang setara ke pendidikan, meningkatkan kualitas dan relevansinya; Meningkatkan akses yang setara atas lahan? Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

51 Lampiran 7. Presentasi Tingkat dan Kualitas Pertumbuhan: Meningkatkan Kesempatan Kerja dengan fokus pada aspek ekonomi oleh Per Ronnas, ILO Jenewa 1 Situasi Lokakarya mengenai Analisa Diagnostik Kt Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur, 4-5 April, Penyebab Kesimpulan 2 - Banyaknya migrasi ke luar negeri untuk bekerja. - Tingkat kemiskinan ki menurun, namun masih tinggi i (17% pada tahun 2009). Kemiskinan sebagian besar terdapat di daerah pedesaan (pertanian) dan lbih lebih tinggi di beberapa kabupaten dibandingkan kabupaten li lainnya. - Tingkat pengangguran tinggi diantara kaum muda Faktor faktor yang mungkin menjadi penyebab: Pertumbuhan ekonomi terlalu ll lambat Kualitas pertumbuhan ekonomi yang kurang baik Pertumbuhan ekonomi tahunan Jawa Timur dan Indonesia ( ) 60 Distribusi PDB Jawa Timur per sektor Jasa Services Industry Industri East JawaJava Timur Indonesia Agriculture Pertanian Sumber: Perhitungan Bank Dunia berdasarkan data BPS 51

52 LAPORAN LOKAKARYA 3 sektor terbesar: pertanian; manufaktur (pengolahan); perdagangan, restoran & hotel menyumbang ¾ PDB Provinsi. 1. Pertanian Menyerap sebagian bg besar kesempatan kerja namun menyumbang paling sedikit ke PDB Umumnya produksi beras & pertanian yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pokok Lahan yang terbatas, harga jual rendah, biaya produksi tinggi (akses kredit terbatas), tenaga kerja tidak berkeahlian => produktivitas rendah => pertumbuhan produksi rendah 2. Manufaktur (Pengolahan): Manufaktur bukan lagi mesin pendorong pertumbuhan; sektor ini bercirikan pertumbuhan yang lambat dan perubahan struktural serta perkembangan teknologi yang lambat. Konsentrasi pada industri tembakau, agro-processing minyak dan bahan kimia Pergeseran dari sektor manufaktur padat karya ke produk padat modal (barang setengah jadi/ barang jadi) Konsentrasi di 4 kabupaten (Kota Surabaya, Kota Kediri, Kab. Sidoarjo dan Kab. Gresik) Perlu pindah ke cabang-cabang yang lebih padat teknologi dan pengetahuan, yang memproduksi produk-produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi 3. Perdagangan, restoran & hotel: Sektor pertumbuhan tercepat Kontribusi ke PDB adalah 30% Yang paling penting adalah dlhsub-sektor perdagangan dan eceran (retail) Kendala potensial terhadap perdagangan dalam dan lintas provinsi: Infrastruktur, biaya keuangan...? 7 Orientasi pasar pertanian, diversifikasi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi, Pengembangan kegiatan-kegiatan non-pertanian (agro-industri) dan industri pedesaan berskala kecil Diversifikasi sektor manufaktur agar menjadi lebih kompetitif, berorientasi ekspor dan responsif. Perubahan struktural ke arah produksi yang lebih padat teknologi dan pengetahuan serta bernilai tambah yang lebih tinggi Pertumbuhan yang merata (berkeadilan) pembangunan harus bersifat meluas dan pro-masyarakat miskin. Analisa fokus pada mengidentifikasi kendala dan tantangan utama untuk mencapai hal-hal di atas Situasi Penyebab Kesimpulan 9 10 Peluang dan imbal balik bagi sumber daya manusia (lapangan pekerjaan) Tingkat pertumbuhan Integrasi dalam perekonomian global l Biaya Keuangan Imbal balik/kontribusi sosial atas investasi Kebijakan makro-ekonomi Faktor kelembagaan Kegagalan pasar Tingkat dan kualitas pertumbuhan Komposisi sektor/ teknologi Kualitas lingkungan bisnis Domestic terms of trade (nilai tukar dagang gdalam negeri) Rent Extraction (Ekstrasi Keuntungan) Lembaga pasar tenaga kerja Konsentrasi pertumbuhan regional Nilai tukar dagang/ faktorfaktor siklis Penyediaan akses dan/atau peluang sumber daya yang tidak merata Daya layak kerja yang tidak merata Akses ke pasar tenaga kerja & peluang kerja Jaminan sosial Ketersediaan 11 Tingkat pertumbuhan ekonomi Integrasi dalam perekonomian global Biaya keuangan Imbal balik kontribusi sosial pada investasii Kebijakan makroekonomi Faktor-faktor kelembagaan Kegagalan pasar 12 Tingkat (derajat) Syarat-syarat integrasi Temuan-temuan utama: Tingkat integrasi dengan pasar eksternal rendah. Pengembangan produk-produk baru untuk ekspor bersifat lambat. Ekspor tidak berlaku sebagai mesin pertumbuhan. FDI (Investasi Asing Langsung) sangat sedikit: Modal asing hanya sebesar 0.1% dari investasi swasta asing total di Indonesia (vs. > 50% di Jakarta) Investasi dalam negeri kecil: mewakili 8% dari investasi swasta total nasional pada tahun 2009 Migrasi tenaga kerja/ perolehan devisa (remittances) Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

53 Akses ke keuangan internasional Ketersediaan / akses ke keuangan lokal Berfungsinya pasar modal dl Temuan-temuan utama Tingkat Pembentukan Modal Tetap Bruto (Gross Fixed Capital Formation) di Jawa Timur lebih rendah dari Indonesia (18% vs. 25% dari PDB ) => proporsi p kecil investasi swasta Rasio kredit ke PDB cukup rendah dibandingkan dengan provinsi lainnya (19% dari PDB di Jawa Timur vs. 31% untuk rata-rata nasional) Rasio yang rendah mencerminkan kurangnya permintaan atas kredit dan bukan kurangnya akses (perusahaan bergantung pada dana sendiri atau dana dari Kantor Pusat) NAMUN.. UMKM seringkali tidak dapat memenuhi persyaratan (jaminan, perolehan status hukum formal, bunga pinjaman yang lebih tinggi) => kesenjangan antara lembaga pemberi pinjaman dan beberapa aktor ekonomi Sangat sulit bagi petani untuk memperoleh pinjaman Imbal balik sosial atas investasi mengacu pada kemampuan masyarakat kt secara keseluruhan untuk menerima manfaat dari investasi ekonomi Tingkat dan biaya sumber daya manusia Tingkat pendidikan angkatan kerja masih rendah dh Hanya sebagian kecil angkatan kerja yang memiliki keterampilan teknis Jumlah tenaga kerja banyak => biaya tenaga kerja rendah Temuan utama: Indonesia memiliki infrastruktur fisik yang kurang memadai dibandingkan sebagian besar negara-negara tetangganya. Jawa Timur bukanlah pengecualian. Pandangan bisnis: kualitas jaringan jalan, infrastruktur pelabuhan, pasokan listrik adalah halangan terhadap investasi dan oleh karenanya, pertumbuhan. Infrastruktur fisik yang tidak memadai juga menjadi hambatan bagi perkembangan daerah yang lebih seimbang Investasi infrastruktur apa yang harus diprioritaskan? Dan dimana? Apakan energi membatasi investasi? Apakah energi alternatif harus diprioritaskan? Sejauh mana pengelompokan industri efektif fkif dl dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja? Apakah kekurangan pekerja berkeahlian dan berkualitas tinggi menjadi hambatan bagi pertumbuhan? Apakah hal ini mempengaruhi struktur pertumbuhan? Ke(tidak)stabilan makroekonomi Kestabilan makroekonomi k penting namun tidak memadai untuk mencapai pertumbuhan Kebijakan makroekonomi melemahkan / membantu pertumbuhan Kebijakan bertujuan untuk menciptakan stabilitas kadangkala dapat merugikan pertumbuhan Temuan utama: Kebijakan dibuat di Jakarta. Hal inii mungkin tidak ideal untuk Jawa Timur, namun Jawa Timur harus menjalaninya Stabilitas makroekonomi bukanlah permasalahan utama (lingkungan makro stabil pada tahun-tahun terakhir) Apresiasi riil melemahkan daya saing Kebutuhan untuk fokus pada daya saing dan mengidentifikasi ceruk pasar ekspor yang tidak terlalu peka terhadap harga (harga yang rendah dalam pertanian) Kemudahan akses ke pasar untuk input, kredit, tenaga kerja, jasa dan untuk penjualan produksi: Biaya akses pasar dalam hal waktu dan uang. Keandalan dan kepastian pasar: Akankah pembeli/ penjual berada disana ketika saya membutuhkan mereka? Dapatkah saya memprediksikan harga yang akan saya dapatkan/ harus bayar? Efisiensi pasar: Apakah ada banyak penjual dan pembeli yang bersaing? Apakah mudah mendapatkan informasi harga serta mudahkah membandingkan harga?

54 LAPORAN LOKAKARYA Kemudahan ekspor Input Perdagangan pertanian & Distribusi Pengolahan Pengiriman Penyimpanan Pemisahan bibit, pupuk, dl Penjualan ke (grading), pemi l. perantara, atau lahan dibawah subkontrak (sorting), peng gilingan (milling), peng olahan hasil pertanian ( agro- processing ) Perdagangan besar Eceran & jasa makanan Perdagangan Retail makanan Pemberian melalui merk Hotel (Branding) Restoran Ekspor Toko Kesimpulan utama: Menurut survei UKM (BPS 2009), lebih dari 30% dari mereka beranggapan bahwa pemasaran produk merupakan persoalan yang paling sering dihadapi, diikuti dengan akses ke keuangan (26%) dan akses ke bahan mentah (15%). Apakah parsoalan pasar merupakan akibat dari pasar yang kecil dan terpecah-pecah (terfragmentasi) atau karena kompetisi yang tinggi? Harga yang rendah dinyatakan sebagai persoalan yang dihadapi oleh para petani. Sebaik apa pasar pedesaan perkotaan berfungsi? Apakah ada perbedaan bd antara harga yang dibayar petani dengan biaya produk yang sama ke konsumen? Apakah infrastruktur yang tidak memadai dimenjadi jdikendala dl dalam integrasi pasar? 24 Seberapa parah persoalan pasar yang berfungsi dengan buruk? Apa saja penyebab dan manifestasi persoalan ini? Apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengimbangi pasar-pasar yang kurang berkembang baik? Kualitas pertumbuhan Komposisi sektor / teknologi Kualitas lingkungan bisnis Ekstraksi keuntungan & korupsi Nilai tukar dagang dalam negeri Lembaga pasar tenaga kerja Konsentrasi pertumbuhan regional Nilai tukar dagang/faktor-faktor siklis 25 Kontribusi sektor terhadap kesempatan kerja Kontribusi sektor terhadap PDB Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Industri manufaktur (pengolahan) Konstruksi Perdagangan grosiran, eceran, restoran dan hotel Transportasi, pergudangan dan komunikasi Keuangan, Asuransi, Properti dan Layanan Bisnis Layanan Sosial dan Pribadi Semua sektor Kedamaian dan stabilitas politik Tata pemerintahan yang bik baik Dialog sosial Hak-hak asasi manusia Kerangka hukum dan peraturan Sumber: data BPS Temuan utama: Kedamaian, stabilitas politik dan hak asasi manusia Indonesia memiliki nilai cukup baik dalam hal indikator kebebasan politik dan hak asasi manusia Tingkat kejahatan dan kekerasan fisik rendah Lingkungan kerangka hukum dan peraturan Kerangka peraturan di Indonesia dianggap kurang bersaing dibandingkan negara-negara lain. Doing Business 2010 menempatkan Indonesia di ranking 122 dari 183 => prosedur yang memberatkan dalam memulai bisnis, peraturan yang kaku terkait dengan pekerja dan kesulitan dalam menjalankan kontrak komesil Menurut sebuah survei evaluasi di 14 kota di Indonesia, Surabaya juga dianggap memiliki kondisi peraturan yang sulit dibandingkan daerah lain. Surabaya berada di ranking 11 untuk kemudahan memulai bisnis i (lebih banyak prosedur dan lebih mahal), di tempat terakhir untuk kemudahan dalam mengurus ijin konstruksi dan urutan ke-6 untuk pendaftaran properti Apa yang dapat dilakukan k oleh pejabat berwenang di Jawa Timur untuk mempermudah upaya untuk memulai dan menjalankan bisnis? 29 Tata pemerintahan yang baik Menurut Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index), korupsi cukup parah di Jawa Timur. Tingginya korupsi di bidang prosedur birokrasi, as, keputusan hukum uu dan pengadaan barang a publik Seberapa parah persoalan korupsi di Jawa Timur? Apa dampak hal tersebut terhadap perkembangan ekonomi? Apa saja penyebab korupsi? Apa yang dapat dilakukan k untuk mengatasi korupsi? Upaya apa saja yang sedang dilakukan untuk mengatasi korupsi? Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Surabaya, Jawa Timur

55 Pandangan Anda: Kendala apa menurut Anda merupakan kendala utama untuk memulai dan mengembangkan usaha di Jawa Timur? Apakah ada lembaga yang mendukung / memfasilitasi ini? Seberapa serius kendala-kendala ini? Apa yang dapat dilakukan k untuk memperbaiki bikisituasi i ini? i? Pertanian: Nilai tukar dagang (Terms of trade) tidak menguntungkan petani sudah sejak lama. Nilai tukar ini dapat meningkat dengan adanya peningkatan harga makanan. Industri: Pergeseran dari manufaktur padat karya ke produk padat modal => permintaan atas tenaga kerja lebih sedikit dalam sektor manufaktur. 31 Apa pandangan Anda terhadap relasi antara pekerja pengusaha? Apakah hdialog sosial ildapat dikembangkan k lbihl lebih lanjut? Dapatkah dialog sosial digunakan untuk mendukung strategi t pembangunan yang lbihk lebih kuat? Aspek-aspek kelembagaan pasar tenaga kerja apa yang paling perlu ditingkatkan? Perbedaan besar dalam pembangunan ekonomi di wilayah Jawa Timur sendiri. Kegiatan ekonomi terkonsentrasi di daerah-daerah pusat di 5 kb kabupaten/kota (Kota Surabaya, KbSid Kab. Sidoarjo, Kota KdiiKb Kediri, Kab. Gresik and Kab. Maland) mewakili 52% dari PDB keseluruhan Kabupaten/kota yang tertinggal berlokasi di wilayah selatan provinsi dan Pulau Madura Bagaimana menggabungkan perubahan struktural dan perkembangan ekonomi yang pesat dengan pembangunan daerah yang seimbang? Bagaimana menyeimbangkan pembangunan Jawa dan Madura? Apa saja peluang untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkualitas tinggi? Apa saja keunggulan komparatif Jawa Timur? Apakah keunggulan tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut? Apa saja kendala dan tantangan utama dalam mewujudkan pertumbuhan dengan perubahan struktural dan pergerakan ke arah ekonomi yang lebih padat teknologi dan pengetahuan? th Potensi-potensi apa yang ada untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesempatan kerja dalam sektor pertanian dan manufaktur? Apakah menciptakan lingkungan yang mendukung (mengatasi korupsi, mengurangi kerumitan birokrasi, dll.) cukup untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang yang memadai? Bila tidak, strategi apa yang diperlukan untuk mendorong pembangunan ekonomi secara aktif? Sebuah strategi untuk SDM? Strategi pengembangan industri? Strategi pembangunan daerah? Apakah ada pengalaman-pengalaman p g baik yang dapat dipelajari dan ditiru? Apa saja persyaratan untuk dan hambatan terhadap strategi pembangunan a yang lebih baik dan lebih kuat? Bagaimana a a hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi? Apa peran dialog sosial, tripartit tradisional serta antar entitas?

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif LOKAKARYA April 2011 SURABAYA

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif LOKAKARYA April 2011 SURABAYA LOKAKARYA Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif 0405 April 2011 SURABAYA PANDUAN LOKAKARYA Desain Proses: Endro Catur Fasilitator: Janti Gunawan Endro

Lebih terperinci

LAPORAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Ambon, MALUKU April Supported by:

LAPORAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Ambon, MALUKU April Supported by: Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Ambon, MALUKU 11-13 April 2011 LAPORAN LOKAKARYA Supported by: SWEDISH INTERNATIONAL DEVELOPMENT COOPERATION AGENCY LAPORAN LOKAKARYA Daftar Isi A. Latar Belakang 3 B.

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

LAPORAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Kupang, NTT Januari Supported by:

LAPORAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Kupang, NTT Januari Supported by: Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan Kupang, NTT 18-20 Januari 2011 LAPORAN LOKAKARYA Supported by: SWEDISH INTERNATIONAL DEVELOPMENT COOPERATION AGENCY LAPORAN LOKAKARYA Daftar Isi A. Latar Belakang 3 B.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan LOKAKARYA APRIL 2011 AMBON, MALUKU. Desain Proses: Endro Catur

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan LOKAKARYA APRIL 2011 AMBON, MALUKU. Desain Proses: Endro Catur LOKAKARYA Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan 1113 APRIL 2011 AMBON, MALUKU PANDUAN LOKAKARYA Desain Proses: Endro Catur Fasilitator: Janti Gunawan Endro Catur Lucky Ferdinand Lumingkewas A. Pendahuluan

Lebih terperinci

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama International Labour Organization Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Melebihi Batas Pertanian

Melebihi Batas Pertanian Presentasi Ekonomika Pertanian dan Perdesaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta, 14 Mei 2013 Melebihi Batas Pertanian Oleh: Ulfa Maulidya Adrian Nalendra Perwira Ade bayu Erlangga Vincentia Anggita

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO Judul : Dampak Pertumbuhan Industri Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Sidoarjo SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Kerjasama Dengan : - Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP)

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP) National Tripartite High Level Dialogue on Employment, Industrial Relations, and Social Security Session 3 Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP) Akiko Sakamoto Skills Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia Tujuan 8: Mempromosikan keberlajutan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan yang produktif dan menyeluruh, serta perkerja layak bagi semua Hak untuk Bekerja sebagai Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK 9 Juli 2015 Oleh : DPN APINDO Intervensi khusus diperlukan untuk mengatasi masalah tingginya insiden pekerjaan berupah rendah, termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Kerja Indonesia

Tinjauan Pasar Kerja Indonesia Agustus 2016 International Labour Organization Tabel 1: Indikator Perekonomian dan Tenaga Kerja 2013 2014 2015 PDB sesungguhnya (% perubahan tahun per tahun) 5.6 5.0 4.8 Investasi (% PDB) 32.0 32.6 33.2

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

ILO MAMPU Project - Akses terhadap Pekerjaan & Pekerjaan Layak bagi Perempuan Tinjauan Fase 2 January 2013

ILO MAMPU Project - Akses terhadap Pekerjaan & Pekerjaan Layak bagi Perempuan Tinjauan Fase 2 January 2013 ILO MAMPU Project - Akses terhadap Pekerjaan & Pekerjaan Layak bagi Perempuan Tinjauan Fase 2 January 2013 Miranda Fajerman Chief Technical Adviser ILO - MAMPU 1 Tujuan AusAID MAMPU Program Meningkatkan

Lebih terperinci

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Dengan melihat pembahasan analisis deskriptif pada Bab III, analisis shift share dan analisis ekonometrika diatas dapat disimpulkan bahwa arah transformasi struktural

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017-2022 DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KEBUMEN DASAR HUKUM PERENCANAAN TENAGA KERJA Landasan

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendapatkan referensi yang sesuai dengan penelitian yang ingin dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendapatkan referensi yang sesuai dengan penelitian yang ingin dilakukan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini perlu melakukan peninjauan terhadap berbagai penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya guna mendapatkan referensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan 2016-2021 I. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERBUDAYA MEMBENTUK MANUSIA YANG BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan

Lebih terperinci

Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia

Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia Ringkasan Eksekutif Laporan Penelitian Tim Peneliti SMERU Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia Laporan dari Lembaga Penelitian SMERU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Peningkatan unit UMKM wanita atau perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemiskinan.

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Sambutan Pembukaan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada Sustainable Development Goals (SDGs) Conference Indonesia s Agenda for SDGs toward Decent Work for All Hotel Borobudur Jakarta, 17 Februari

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui bahwa usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) memainkan peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembanguanan nasional merupakan salah satu usaha peningkatan kwalitas sumber daya manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan didasari oleh kemampuan dan memenfaatkan

Lebih terperinci