BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sri Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Staphylococcus sp. 1. Morfologi Stapylococcus sp. adalah bakteri berbentuk bulat atau kokus, susunannya tidak teratur atau bergerombol seperti anggur, merupakan bakteri Gram positif. Morfologi koloni pada media BAP yaitu koloni bulat, permukaan koloni mengkilat, dan cembung, tepi rata, membentuk pigmen kuning emas (S. aureus), putih porselin (S. epidermidis dan S. saprophyticus) dan memiliki sifat hemolisa beta (S. aureus), gama (S. epidermidis dan S. saprophyticus) (Abidin, 2013; Jawetz, et al., 2005). Genus Staphylococcus terdiri dari berbagai macam spesies kurang lebih memiliki 30 spesies. Tiga spesies Staphylococcus yang penting dan berkaitan secara klinik adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus (Harniza, 2009). Spesies Staphylococcus antara satu dengan yang lainnya dapat dibedakan dengan melihat sifat koagulasenya yaitu koagulase positif dan koagulase negatif. Staphylococcus aureus adalah bakteri yang membentuk koagulase positif, merupakan flora normal pada permukaan kulit, selaput mukosa manusia, dan bersifat patogen bagi manusia yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan infeksi. Staphylococcus koagulase negatif merupakan patogen oportunistik (dalam habitat aslinya merupakan flora normal, tetapi dalam habitat lain dapat 6
2 7 menimbulkan infeksi terutama dalam keadaan imunitas yang lemah) seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus, sedangkan jenis spesies lainnya yaitu Staphylococcus capitis, Staphylococcus hominis,staphylococcus lentus, Staphylococcus xylosus, Staphylococcus warneri, Staphylococcus cohnii, dan lain-lain (Yanti, 2004; Hasanah, 2013). 2. Sifat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus sp. bersifat aerob sehingga pada uji katalase menunjukkan hasil positif dan uji oksidase hasil negatif, pada uji katalase digunakan untuk membedakan antara famili Micrococcaceae dan Streptococcaceae sedangkan pada uji oksidase digunakan untuk membedakan antara spesies Staphylococcus dan Micrococcus. Bakteri Staphylococcus sp. dapat tumbuh baik pada suhu optimum 37 0 C tetapi pembentukkan pigmen paling baik pada suhu kamar C, dapat memfermentasi karbohidrat secara lambat, mengasilkan asam, resisten terhadap panas (Soemarno, 2000; Jawetz, et al., 2005). 3. Patogenitas Bakteri Staphylococcus sp. dapat menyebabkan keracunan makanan dan infeksi melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas di dalam jaringan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler yang dihasilkan yaitu dapat berupa protein termasuk enzim dan toksin (Abidin, 2013; Jawetz, et al., 2005). Sifat patogenitas pada Bakteri Staphylococcus sp. dapat dibedakan
3 8 berdasarkan enzim koagulase yang dihasilkan seperti yang telah disebutkan di atas yaitu: (Abidin, 2013; Hasanah, 2013; Indarti, 2009; Jawetz, et al., 2005; ) a. Staphylococcus aureus Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri dengan koagulase positif yang bersifat patogen. Enzim kaogulase adalah suatu protein yang mirip dengan enzim yang dapat menggumpalkan plasma sitrat. Serum bereaksi dengan koagulase menghasilkan esterase yang dapat meningkatkan aktivasi pembekuan sehingga terbentuk pengendapan fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat meghambat fagositosis. Tes koagulase digunakan untuk membedakan spesies Staphylococcus. Bakteri Staphylococcus aureus juga menghasilkan toksin yaitu: - Toksin hemolisin yang dapat melisiskan sel darah merah. - Enterotoksin yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan toksin tersebut dihasilkan ketika Staphylococcus aureus tumbuh pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein. b. Staphylococcus epidermidis Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan sebagian dari bakteri flora normal pada kulit manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan makanan. Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri dengan koagulase negatif yang tidak bersifat patogen, bersifat oportunis, bersifat non hemolitik, dan dapat menyebabkan bakteriemia yaitu masuknya mikroorganisme melalui jalur intravena, melalui cairan intravena, kateter atau tempat tusukkan jarum.
4 9 c. Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus saprophyticus merupakan bakteri dengan koagulase negatif, dapat menyebabkan infeksi saluran kencing pada wanita, selain itu bakteri ini juga merupakan penyebab penyakit sistitis selain Escherichia coli. Bakteri koagulase negatif lainnya seperti Staphylococcus capitis, Staphylococcus hominis, Staphylococcus lentus, Staphylococcus xylosus, Staphylococcus warneri, Staphylococcus cohnii, dan lain-lain juga dapat menyebabkan infeksi jika fungsi imunitas menurun tetapi hanya sedikit dijumpai. 4. Penyebaran Bakteri Staphylococcus sp. Bakteri Staphylococcus sp. merupakan bakteri floranormal permukaan kulit, selaput mukosa manusia, dan saluran pernafasan. Bakteri tersebut juga dapat ditemukan pada udara dan lingkungan. Penyebaran secara langsung dengan kontak fisik dapat dicegah dengan menjaga kebersihan kulit, mencegah pencemaran bakteri berpindah pada luka, lecet, dan makanan atau minuman (Irianto, 2006). B. Keju 1. Definisi keju Keju merupakan nama umum untuk kelompok produk makanan berbasis susu yang difermentasi dan diproduksi di seluruh dunia dengan beragam rasa, tekstur dan bentuk (Fox, et al., 2004). Keju adalah salah satu produk olahan susu yang diperoleh karena terbentuknya koagulasi susu oleh rennet (enzim pencernaan
5 10 dalam lambung hewan penghasil susu). Bagian dari susu cair yang mengalami proses koagulasi akan membentuk substansi padat seperti gel yang disebut curd dan sejumlah besar air serta beberapa zat terlarut akan terpisah dari curd yang disebut whey (Anjarsari, 2010). Bahan baku keju yang diproduksi di dunia berasal dari susu sapi, namun susu dari hewan lainnya juga banyak digunakan (Hutagalung, 2008). 2. Jenis Keju Menurut (Anjarsari, 2010) terdapat berbagai jenis keju yang diproduksi di dunia. Keju memiliki banyak rasa, macam dan jenis yang berbeda-beda tergantung dari jenis susu yang digunakan, metode pembuatan, dan lama fermentasi atau pematangan. Secara umum keju diklasifikasikan berdasarkan konsistensi, lama fermentasi atau pematangan, dan tekstur. Berdasarkan konsistensi dan lama fermentasi atau pematangan keju digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu : 1. Keju segar tidak mengalami proses pematangan, contohnya Cottage, Ricotta, Mascarpone, dan Mozzarella. Keju segar mengandung lebih dari 70% air, berbentuk seperti krim serta tidak begitu awet. 2. Keju lunak memiliki konsistensi yang empuk dan lembut serta memiliki kadar air 36-40% contohnya Brie, Camembert, Limburger, dan Feta. Dalam proses pembuatannya keju dimatangkan sekitar 2-4 minggu. 3. Keju iris semikeras memiliki konsistensi yang agak empuk, jika diiris mempunyai bentuk yang tetap contohnya Bel Paese, Blue cheese.
6 11 4. Keju keras mempunyai kadar air 25-36% contohnya Edam, Gouda, Cheddar, dan Parmesan. Masa pematangan keju keras minimal selama 3 bulan, keju yang sangat keras kadang dimatangkan sampai dengan 3 tahun. Berdasarkan terksturnya keju keras diklasifikasikan menjadi : 1. Tekstur tertutup Keju dibuat dengan melakukan pengepresan untuk mendapatkan tekstur yang diharapkan. Keju Cheddar merupakan salah satu contoh dari jenis keju bertekstur tertutup. 2. Tekstur terbuka Keju yang dihasilkan memiliki tekstur dengan lubang-lubang yang tidak beraturan pada permukaannya disebut juga tekstur granular. Contohnya Swiss cheese, dan Gruyere cheese. 3. Komposisi Keju Produk olahan susu yang pertama kali dikenal adalah keju, bahan baku keju dapat berupa susu penuh, susu skim atau susu yang sudah dikurangi kadar lemaknya. Keju merupakan produk olahan susu yang kaya akan protein, mineral berupa kalsium, dan fosfor serta vitamin (Hidayat, dkk., 2006). Komposisi keju ditunjukkan dalam istilah kelembaban dan total presentase lemak susu penuh yang berbeda antara keju satu dan lainnya. Presentase lemak dalam susu penuh antara 32-50%. Keju tanpa pematangan memiliki kelembaban sekitar 80%, lemak susu antara 0,5-4%. Keju dengan proses pematangan yaitu pada keju parut keras kelembaban sekitar 35% sampai sekitar 55% pada keju lunak (Ulfah, 2012).
7 12 4. Pembuatan Keju Pembuatan keju harus mengikuti prosedur higienis dan menggunakan peralatan yang tepat. Hal yang perlu dilakukan adalah melihat proses apa saja yang terlibat dan peralatan apa saja yang dilakukan. Menurut (Hidayat, dkk., 2006) prinsip pembuatan keju pada dasarnya adalah menghilangkan air, laktosa, dan beberapa mineral dari susu untuk menghasilkan massa padat protein dan lemak. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan keju yaitu susu, rennet ( enzim penggumpal), kultur bakteri, dan garam. Rennet menyebabkan penggumpalan pada protein susu terjadi perubahan pada bentuk cair menjadi gel, apabila gel dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil akan menyebabkan whey ( air dan laktosa ) akan terpisah dari curd ( padatan yang terdiri dari kasein ). Curd inilah yang akan diproduksi menjadi keju sesuai dengan jenis keju yang dikehendaki. Kultur bakteri asam laktat ditambahkan untuk membantu dalam proses pembentukan curd dan akan menentukan tekstur, aroma dan kadar air keju.
8 13 5. Keju Cheddar Gambar 1. Keju Cheddar Keju cheddar merupakan keju keras dengan tekstur tertutup. Bahan baku pembuatan keju cheddar adalah susu dengan kadar lemak 48% dan kelembabannya 39%. Streptokoki asam laktat yang mesofilik merupakan mikroorganisme yang digunakan untuk memproduksi keju cheddar. Suhu saat pengolahan diatur rendah dan keasaman diatur tinggi selama proses berlangsung, kemudian ditambahkan dengan garam,dipres atau ditekan, dan melalui gilingan yang berfungsi seperti ayakan atau gilingan berputar, setelah itu ditambahkan kapang, dipres atau ditekan, dan penambahan parafin sering kali dilakukan untuk mencegah evaporasi. Keju kemudian disimpan pada suhu 15 0 C dengan tingkat kelembaban 88%. Pengontrolan kelembaban tidak terlalu penting tetapi suhu penyimpanan harus kurang dari C hanya untuk selama 4-10 bulan. Proses pematangan dapat terjadi karena adanya enzim yang dihasilkan oleh bakteri starter. Bentuk dari keju yang sudah masak yaitu berbentuk padat tetapi tidak keras. Proses dari pembuatan keju cheddar ini tidak jauh berbeda dengan pembutan keju keras lainnya, tetapi dalam keju cheddar perlu diperhatikan perbandingan antara kandungan kasein dan lemak yaitu biasanya 0,68-0,72.
9 14 Kultur yang digunakan adalah Streptococcus lactis, Streptococcus cremoris, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus brevis, dan beberapa jenis dari bakteri lainnya sesuai dengan keju yang ingin dibuat (Budiyanto, 2004). Menurut (Widiyanti, 2002) dalam proses pengolahan terjadi 3 proses metabolisme penting yaitu: 1. Glikolisis Proses fermentasi laktosa akan menghasilkan D-laktat selanjutnya laktat diubah menjadi CO 2 dan H 2 O sehingga meningkatkan ph dan menstimulasi proteolisis. 2. Lipolisis Kadar asam lemak bebas dalam keju merupakan indikator dari proses pematangan dan akan menghasilkan flavour yang enak. 3. Proteolisis Kasein akan didegradasi oleh koagulan untuk menghasilkan polipeptida yang kemudian didegradasi oleh proteinase dan peptidase bakteri menjadi peptide dan asama amino yang kemudian dimetabolisme oleh bakteri starter selama proses pematangan/pemeraman. Proses ini akan mempengaruhi rasa dan tekstur pada hasil akhir pembuatan keju. 6. Cara Pembuatan Keju Cheddar Cara membuat keju cheddar dari susu pasteurisasi yaitu pertama melalui proses penggumapalan, pemotongan, dan pemasakan, sebelum pembuatan keju, susu biasanya menjalani perlakuan pendahuluan untuk menciptakan kondisi optimum selama proses produksi. Susu dimasukkan dalam bejana pada suhu 86 F
10 15 (30 0 C) kemudian susu diinokulasikan dengan starter asam laktat yaitu Streptococcus lactis atau Streptococcus chemoris sebanyak 0,5%-1,0% untuk memproduksi asam, aduk dengan baik. Ekstrak rennet ditambahkan cukup banyak agar diperoleh gumpalan yang cukup keras kemudian diencerkan kurang lebih sebanyak 20 kali lipat dari volume dengan air dingin dan ditambahkan sedikit demi sedikit sambil susu diaduk dengan kuat setelah gumpalan keju menyatu dibiarkan terlebih dahulu sebelum dipotong-potong, setelah kurang lebih menit gumpalan keju dipotong-potong menjadi kubus-kubus berukuran 3 / 8 1 / 2 inci. Whey akan terpisah dari bakal keju dari proses pemotongan tersebut, semakin kecil potongan bakal keju maka semakin banyak cairan yang keluar. Pengadukan dilakukan untuk mengeluarkan whey, setelah itu dilakukan pemanasan pada suhu 38,9 0 C selama kurang lebih 45 menit. Pemanasan tersebut akan menyebabkan whey terpisah dan keluar dari bejana. Bakal keju dikumpulkan dan dibiarkan menggumpal dan menyatu menjadi massa yang padat (Anjarsari, 2010). Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu cheddaring, penggilingan, penggaraman, pencetakan, dan pengepresan. Bakal keju yang sudah menyatu menjadi massa yang padat kemudian dilakukan proses cheddaring dengan memotong-motong menjadi potongan slab dan ditumpuk 2 atau 3 tumpukan dan sesekali dibolak-balikkan, proses ini dilakukan agar memungkinkan pembentukan asam berlanjut oleh tekanan dari berat tumpukan dan whey dapat keluar kembali. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam dengan kadar asam mencapai 0,5-0,6%. Potongan-potongan slab digiling oleh mesin penggiling, pada proses ini lebih banyak lagi whey yang keluar dan produksi asam laktat masih terus
11 16 berlangsung. Kadar asam whey pada tahap ini harus mencapai 0,5% jika tidak maka whey tidak akan keluar dari bakal keju dengan baik yang akan mempengaruhi tekstur dan aroma. Bakal keju diberi garam dan dimasukkan ke dalam cetakan kemudian dipres. Pengepresan menyebabkan whey kembali keluar sehingga kandungan air keju akhir menjadi kurang lebih 37,5%. Garam selain berguna untuk memberikan rasa asin juga berfungsi sebagai pengawet. Kandungan garam yang diberikan 1,75-1,95%. Bakal keju kemudian ditempatkan dalam ruang yang cukup kering dengan kelembaban 60% pada suhu 60 0 F selama 3-4 hari sampai bagian kulit dari keju mengering, setelah kulit mengering kemudian dicelupkan dalam parafin panas ( C) untuk mencegah kehilangan air dan pertumbuhan jamur. Pematangan dilakukan dengan memeram keju muda untuk beberapa lama. Selama pematangan starter yang ditambahkan dan enzim-enzim proteolitik dalam rennet mengadakan perubahan-perubahan pada keju yaitu proses proteolisis, lipolisis, dan glikolisis. Pematangan dilakukan pada suhu sekitar C selama 2-6 bulan sampai satu tahun (Anjarsari, 2010; Wageningen University, 2014). 7. Nilai Gizi Keju Cheddar Proses pembuatan keju pada tahap pemadatan dan fermentasi atau pematangan akan meningkatkan nilai gizi dari keju. Kandungan protein, kalsium, karbohidrat, lemak, zat besi, dan fosfor dari keju akan menjadi lebih tinggi daripada susu segar. Mengonsumsi 100 g keju akan menambah kebutuhan kalsium sehari sebanyak 20-25%. Keju merupakan makanan yang sangat baik
12 17 untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi terutama pada anak-anak di masa pertumbuhan (Anjarsari, 2010). Berikut ini adalah tabel nilai gizi keju cheddar dalam 100 g : Tabel 2. Nilai Gizi Keju Cheddar per 100 g (Anjarsari, 2010) Protein ( g ) Lemak ( g ) Kalsium ( g ) Besi ( g ) Tiamin ( g ) Vit. A ( g ) Riboflavin ( mg ) Vit. C ( mg ) Asam nikotin ( mg ) Energi ( kkal ) 26 33, ,5 0, ,5 0 0, Penggunaan dan Penyajian Keju Cheddar Keju cheddar biasanya digunakan sebagai suatu bahan untuk adonan membuat kue. Keju bisa dibeli sekaligus dalam jumlah banyak untuk kemudian disimpan sebagai stok selama satu minggu atau satu bulan (Koswara, 2007). Penyajian keju cheddar pada umumnya digunakan sebagai taburan atau isian dari makanan kecil atau jajanan, bahkan parutan atau irisan keju diisikan langsung ke dalam roti untuk dapat dikonsumsi secara instant (Mulyadi, 2004). 9. Penyimpanan Keju Menurut PERMENKES RI Nomor 1096/ MENKES/ PER/ VI/ 2011 dalam prinsip higiene sanitasi makanan cara penyimpanan bahan makanan yang harus dipenuhi adalah: a. Tempat penyimpanan bahan makanan yang harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi bakteri, serangga, tikus, dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya. b. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip FIFO (Frist In First Out) dan FEFO (Frist Expired First Out) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih
13 18 dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/ digunakan terlebih dahulu. c. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab. d. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut: Tabel 3. Suhu Penyimpana Bahan Makanan No. Jenis bahan makanan Digunakan dalam waktu 1. Daging, ikan, uadang dan olahannya 2. Telor, susu dan olahannya 3. Sayur, buah dan minuman 3 hari atau kurang 1 minggu atau kurang 1 minggu atau lebih s/d 0 0 C s/d 5 0 C > C 5 0 s/d 7 0 C - 5o s/d 0 0 C > C 10 0 C 10 0 C 10 0 C 4. Tepung dan biji 25 0 C atau suhu ruang 25 0 C atau suhu ruang 25 0 C atau suhu ruang e. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm. f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan: 80% - 90%. g. Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu kurang lebih 10 0 C. h. Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jarak bahan makanan dengan lantai: 15 cm 2) Jarak bahan makanan dengan dinding: 5 cm
14 19 3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit: 60 cm 10. Bakteri yang Digunakan pada Proses Pembuatan Keju Bakteri yang digunakan untuk membantu proses fermentasi pada keju adalah Streptococcus lactis, Streptococcus cremoris, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus brevis, dan beberapa jenis dari bakteri lainnya sesuai dengan keju yang ingin dibuat (Budiyanto, 2004).
JENIS KEJU DAN PEMBUATAN KEJU
JENIS KEJU DAN PEMBUATAN KEJU Kelompok Besar 1 Kelompok kecil 1 Kelompok kecil 2 Kelompok kecil 3 Kelompok kecil 4 JENIS-JENIS KEJU (a) keju biru (roqueforti), (b) keju edam, (c) keju emmental, (d) keju
Lebih terperinciKEJU. Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK
PENGOLAHAN SUSU KEJU Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Keju
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 23,06 %) dan lemak (20,4-33,53 %) dari berat basah. Selain itu keju yang terbuat
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keju Keju adalah bahan pangan yang banyak mengandung protein (12,70-23,06 %) dan lemak (20,4-33,53 %) dari berat basah. Selain itu keju yang terbuat dari susu sapi penuh (whole
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN Dalam praktikum ini yaitu mengisolasi bakteri Propionibacterium dari keju. Keju sendiri merupakan makanan yang dibuat dari dadih susu yang dipisahkan, yang diperoleh dengan penggumpalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Staphylococcus aureus 1.1. Morfologi Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram terlihat bentuk kokus ukurannya 0.8-1.0 mm dengan diameter 0.7-0.9
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU KEJU MOZARELLA Oleh : Nama : Salsabila NRP : 143020406 Kelompok : N Meja : 3 (Tiga) Tanggal Praktikum : 15 April 2017 Tanggal Pengumpulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keju Mozzarella Keju adalah protein susu yang diendapkan atau dikoagulasikan dengan menggunakan rennet atau enzim lain, fermentasi laktat, dan penggunaan bahan penggumpal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Susu Kuda Sumbawa Kuda Sumbawa dikenal sebagai ternak penghasil susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan susu kuda. Susu kuda
Lebih terperinciYoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang
AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciPembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan
Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenakkan, karena merasa amis, mual dan sebagainya. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini masyarakat Indonesia mengkonsumsi susu untuk memenuhi gizi setiap hari, karena susu mempunyai kandungan gizi tinggi yang diperlukan oleh tubuh. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap
Lebih terperinciSUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.
SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)
TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.
HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari tumbuhan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi
Lebih terperinciPAPER BIOKIMIA PANGAN
PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur asin adalah telur yang sebelumnya diolah dulu, proses
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telur Asin Telur asin adalah telur yang sebelumnya diolah dulu, proses pembuatanya membutuhkan kecermatan dan ketelitian tersendiri dari bahan baku telur menjadi telur asin yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang bermanfaat karena tahan lama serta memiliki kandungan lemak, protein,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
Lebih terperinciPEMBAHASAN Pengujian Aktivitas Rennet dalam Mengkoagulasikan Susu
PEMBAHASAN Pengujian Aktivitas Rennet dalam Mengkoagulasikan Susu Uji aktivitas rennet menggunakan susu yang telah dipasteurisasi. Pasteurisasi susu digunakan untuk menstandardisasikan kualitas biologi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ii iv vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah...
Lebih terperinciASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN
ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperincib. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.
pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dangke adalah sebutan keju dari daerah Enrekang, Sulawesi selatan. Merupakan makanan tradisional yang rasanya mirip dengan keju, namun tampilan dan teksturnya mirip
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan pangan yang
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan mendorong berbagai inovasi pengolahan produk pangan, salah satunya poduksi
Lebih terperinciPENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-13
PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-13 Keju Keju adalah produk yang dibuat dari curd atau kuagulasi kasein susu dari susu penuh, susu skim, cream. Kuagulasi kasein dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Protein sebagai salah satu komponen gizi yang dibutuhkan manusia. Protein ini dapat diperoleh dari bahan nabati ataupun hewani. Dari bahan hewani salahs atunya adalah
Lebih terperinciTELUR ASIN 1. PENDAHULUAN
TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu
TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman
Lebih terperinciChemistry In Our Daily Life
Chemistry In Our Daily Life Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya
2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Sapi Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan
Lebih terperinciNova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN
VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada 23 Mei 2011 mengenai pengujian mikroorganisme termodurik pada produk pemanasan. Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat membuat perhitungan SPC dan
Lebih terperinciatau ditambahkan bahan bahan lain. Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral, protein
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Definisi susu menurut Hadiwiyoto (1983) adalah hasil pemerahan sapi atau hewan yang menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang
Lebih terperinciSUSU DAN PRODUK SUSU PRODUK SUSU. Susunan Air Susu. Keadaan air susu. Penilaian Susu menurut Kodex
SUSU DAN PRODUK SUSU PRODUK SUSU Susu segar Buttermilk Mentega Keju Susu terevaporasi : skim Susu kental manis Penilaian Susu menurut Kodex Susunan air susu :keadaan zat-zat yang terpenting yang terdapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pemanfaatan enzim protease dalam berbagai industri semakin meningkat. Beberapa industri yang memanfaatkan enzim protease diantaranya industri
Lebih terperinciMIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12
MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian
I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat
Lebih terperincimolekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus
Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosis 1. Pengolahan sosis Bahan dasar sosis adalah daging giling, dan bahan tambahan antara lain bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, penyedap,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, jagung juga
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai
Lebih terperinciPengawetan pangan dengan pengeringan
Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap
Lebih terperinciTeknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan
Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes
HASIL DAN PEMBAHASAN Tiga puluh sampel keju impor jenis Edam diambil sebagai bahan penelitian. Sampel keju impor diambil didasarkan pada frekuensi kedatangan keju di Indonesia, dilakukan di Instalasi Karantina
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KEJU MOZZARELLA DENGAN METODE DIRECT ACIDIFICATION MENGGUNAKAN AIR PERASAN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C.
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KEJU MOZZARELLA DENGAN METODE DIRECT ACIDIFICATION MENGGUNAKAN AIR PERASAN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C.) Disusun Oleh : Fatihah Dewi Rochmana I 8314019 Laila Qadriah I
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)
3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais
Lebih terperinciBuletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan
PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap
Lebih terperinciKERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN
KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar
4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
Lebih terperinciLOGO BAKING TITIS SARI
LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Produk-produk fermentasi dapat berbahan dari produk hewani maupun
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis
Lebih terperinciBAHAN MAKANAN SETENGAH JADI
BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI Definisi : * Bahan makanan olahan yang harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia * Mengalami satu atau lebih proses pengolahan Keuntungan: * Masa simpan lebih panjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis vitamin (Susilorini,
Lebih terperinciTEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2
TEKNOLOGI HASIL TERNAK Kuliah ke 2 METODE PRESERVASI DAGING, SUSU DAN TELUR 1. Penggunaan panas atau PROSES TERMAL (THERMAL PROCESSING) 2. Penurunan suhu atau PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN (COOLING AND FREEZING)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan
Lebih terperinciTEKNOLOGI HASIL TERNAK
TEKNOLOGI HASIL TERNAK KULIAH 5 6: SUSU FERMENTASI DAN KEJU Juni Sumarmono Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan UNSOED http://panganhewani.blog.unsoed.ac.id CONTOH PRODUK SUSU FERMENTASI
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagi masyarakat Jawa Timur khususnya pesisir utara, petis merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Petis Bagi masyarakat Jawa Timur khususnya pesisir utara, petis merupakan salah satu elemen memasak yang sangat disukai dibalik warna hitamnya yang terkesan mengerikan petis
Lebih terperinciPENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU
PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU Paper Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Pangan yang diampu oleh : 1. Mustika Nuramalia Handayani S.TP., M.Pd 2. Dewi Nur Azizah
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN
Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang gizi mendorong orang untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat dan berkualitas agar dapat diandalkan untuk meningkatkan dan memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang
Lebih terperinci