Panduan Umum PELAKSANAAN MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Panduan Umum PELAKSANAAN MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM"

Transkripsi

1

2 Panduan Umum PELAKSANAAN MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM 1

3 2

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena dengan ijin dan petunjuk-nya maka panduan umum pelaksanaan monitoring evaluasi dan pelaporan atas pelaksanaan program Direktorat Bina Khusus Narkotika ini dapat diselesaikan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pada dasarnya monitoring dan evaluasi dalam kegiatan suatu organisasi adalah suatu keniscayaan. Monitoring dan evaluasi yang terencana, terarah dan komprehensif akan sangat mendukung kelancaran roda organisasi. Dari monitoring dan evaluasi yang baik pula diharapkan akan dapat dihasilkan suatu analisa dan telaahan yang tajam dan berkualitas untuk kepentingan perencanaan dan kebijakan selanjutnya. Menyadari akan fungsi strategis dan peran penting dari monitoring dan evaluasi pulalah yang melatarbelakangi disusunnya panduan umum ini, agar dapat menjadi pegangan / acuan dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Kepada semua pihak yag telah membantu penyusunan panduan ini disampaikan penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga. Kritik dan saran juga sangat diharapkan untuk penyempurnaannya, sehingga hasil yang dicapai dapat makin memenuhi harapan yang diinginkan. Jakarta, Juli 2007 DIREKTUR BINA KHUSUS NARKOTIKA SIHABUDIN, Bc.IP,SH,MH NIP i 3

5 4 ii

6 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Nama Tim Penyusun... ii Daftar Isi... iii Panduan Umum Pelaksanaan Monev... 1 Pendahuluan... 1 II.Maksud dan Tujuan... 1 III.Model Monev... 2 IV.Prosedur Pelaksanaan Monev... 2 V. Analisis Laporan Bulanan... 3 VI. Penutup... 4 LAMPIRAN... 5 Panduan Pengisian Formulir... 7 Panduan Pengisian Formulir Laporan Profil Laporan Bulanan iii 5

7 DAFTAR NAMA TIM PENYUSUN BUKU MONITORING DAN EVALUASI Penasehat : 1. Untung Sugiyono, Bc.IP,MM (Dirjen Pemasyarakatan) 2. Soejoto, BcIP,SH,MM (Sekretaris Ditjen Pemasyarakatan) PenanggungJawab : 1. Sihabudin, BcIP,SH, MH (Direktur Binsustik-Ditjenpas) 2. Yen Yerus Rusalam (FHI/ASA) Editor : 1. Muqowimul Aman,BcIP,SH (Ditjenpas) 2. Henri Puteranto (FHI/ASA) Kontributor : 1. Dra. Martha Masseleng (Ditjenpas) 2. Endang Susilowati P,SH (Ditjenpas) 3. Dra.Emy Sulistyati (Ditjenpas) 4. Dra.Hj.Herna Lusy,MM (Ditjenpas) 5. Hj. Sriyati,SIP (Ditjenpas) 6. Harto,S.Sos (Ditjenpas) 7. Bambang Mardi Susilo,SH (Ditjenpas) 8. Dr. Nurcholis Masjid (FHI/ASA) 9. Wirawan Nugrahadi (FHI/ASA) 10. Nasrun Hadi (FHI/ASA) 6

8 PELAKSANAAN MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM I. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui, teori manajemen senantiasa menyebut fungsi controlling sebagai salah satu prinsip manajemen. Hal ini menunjukkan bahwa untuk berjalannya proses manajemen dengan baik dan agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan maksimal maka fungsi pengawasan / controlling harus selalu ditegakkan sejalan dengan fungsi-fungsi yang lain. Di dalam terminologi controlling, terkait di dalamnya fungsi-fungsi monitoring (pemantauan), evaluasi serta pelaporan (reporting) dari suatu kegiatan. Pada gilirannya fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu bentuk kajian, analisa atau telaahan untuk bahan perencanaan selanjutnya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor : M.75PR Tahun 2001 ditetapkan bahwa salah satu tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Khusus Narkotika adalah melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Direktorat Bina Khusus Narkotika. Kegiatan ini dilakukan untuk memantau pelaksanaan pembinaan narapidana narkotika di Lapas/Rutan seluruh Indonesia, sekaligus mengevaluasi apakah pelaksanaan program sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Hasil monitoring dan evaluasi diharapkan dapat dijadikan bahan yang memadai dan akurat untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan kebijakan lebih lanjut. Atas dasar alur pikir tersebut di atas, maka Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam hal ini Direktorat Bina Khusus Narkotika memandang perlu adanya suatu panduan umum monitoring, evaluasi dan pelaporan (untuk selanjutnya disebut MONEV) atas pelaksanaan program Direktorat Bina Khusus Narkotika. II. MAKSUD DAN TUJUAN Panduan umum ini disusun untuk menjadi acuan atau pegangan dalam pelaksanaan tugas monitoring dan evaluasi di lingkungan Direktorat Bina Khusus Narkotika - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Dengan adanya acuan / pegangan yang jelas diharapkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi (baik langsung maupun tidak langsung) menjadi makin berkualitas, dan pada akhirnya dapat dihasilkan suatu analisa dan telaahan yang tajam dan akurat untuk kepentingan perencanaan dan kebijakan selanjutnya. 1

9 III. MODEL MONEV 1. Langsung Yaitu monev yang dilaksanakan dengan cara petugas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (cq. Direktorat Bina Khusus Narkotika) datang langsung ke UPT di suatu wilayah yang menjadi tujuan / sasaran monev sesuai dengan surat perintah yang dikeluarkan oleh pimpinan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. 2. Tidak Langsung Yaitu pemantauan kinerja suatu UPT melalui bentuk pelaporan yang dibuat oleh UPT yang bersangkutan secara rutin / berkala, untuk selanjutnya dilakukan analisis atas laporan tersebut. IV. PROSEDUR PELAKSANAAN MONEV A. MONEV LANGSUNG 1. Petugas adalah pejabat yang diperintahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi ke Lapas / Rutan di wilayah tertentu. 2. Sebelum melaksanakan monev ke Lapas/Rutan, petugas tersebut datang ke Kanwil Dep. Hukum & HAM setempat untuk melaporkan : a. Lapas / Rutan yang menjadi tujuan / sasaran monev. b. Waktu yang diperlukan untuk melakukan monev. c. Lain-lain yang dianggap perlu. 3. Dalam melaksanakan monev petugas dilengkapi dengan : a. Surat tugas / perintah ; b. Instrumen evaluasi dan laporan pelaksanaan program ; c. Laporan bulanan Lapas/Rutan yang bersangkutan untuk pengecekan secara langsung terhadap materi / substansi laporan. d. Checklist untuk bahan konfirmasi ke Kanwil Dep. Hukum & HAM setempat. 4. Selain melaksanakan monev petugas diharapkan dapat menggali dan atau menghimpun saran / masukan yang disampaikan oleh Lapas / Rutan yang bersangkutan B. MONEV TIDAK LANGSUNG 1. Ada 2 (dua) jenis laporan yang harus disampaikan oleh UPT yaitu : a. Profile Lapas/Rutan Yang dimaksud profile Lapas/Rutan adalah bentuk dan kondisi Lapas/Rutan yang mencakup tentang : Struktur bangunan ; Kepegawaian ; Pelatihan ; 2

10 Sarana di Lapas/Rutan. Profile Lapas/Rutan merupakan data dasar yang diperbaharui setiap 1 (satu) tahun sekali. b. Laporan Bulanan : Yang dimaksud laporan bulanan adalah laporan mengenai kondisi Lapas/Rutan pada bulan laporan yang mencakup : Data penghuni ; Layanan informasi tentang Narkoba dan HIV-AIDS ; Layanan kesehatan terkait Narkoba dan HIV-AIDS ; Terapi sosial terkait Narkoba dan HIV-AIDS ; Persediaan materi pencegahan. 2. Pada tahap awal Form Profile Lapas/Rutan akan dikirim dari Direktorat Bina Khusus Narkotika Direktorat Jenderal Pemasyarakatan ke Lapas/ Rutan seluruh Indonesia pada bulan Juli 2007 dengan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Pemasyarakatan. 3. Form tersebut harus sudah dikirim kembali ke Direktorat Bina Khusus Narkotika Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 1 (satu) bulan setelah Surat Edaran dan form diterima. 4. Pada tahap selanjutnya Form Profile Lapas/Rutan diharapkan sudah diterima oleh Direktorat Bina Khusus Narkotika Direktorat Jenderal Pemasyarakatan pada bulan Januari setiap tahun melalui faximili no Laporan Bulanan Lapas/Rutan diharapkan sudah diterima oleh Direktorat Bina Khusus Narkotika Direktorat Jenderal Pemasyarakatan pada tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya dikirim melalui faximili no Pada dasarnya penanggung jawab materi profile maupun laporan bulanan Lapas / Rutan adalah Kalapas / Karutan yang bersangkutan. Namun untuk mempermudah dan memperlancar hal-hal yang memerlukan konfirmasi ataupun informasi langsung, maka penanggung jawab pengisian form laporan adalah : Pejabat dibidang pembinaan, untuk di Lapas; Pejabat dibidang pelayanan, untuk di Rutan. V. ANALISIS LAPORAN BULANAN : Analisis laporan bulanan adalah suatu analisa/kajian terhadap laporanlaporan bulanan yang telah dikirim oleh Lapas/Rutan ke Direktorat Bina Khusus Narkotika Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan tujuan : 3

11 Untuk memberikan informasi/data ke Kanwil Dep. Hukum & HAM dan atau Lapas/Rutan setempat tentang perkembangan situasi kondisi Lapas/Rutan sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran atau pemetaan tentang Lapas / Rutan di wilayah tersebut; Untuk memotivasi Lapas/Rutan agar selalu melaporkan kondisi Lapas/Rutan secara akurat dan tepat waktu. Analisis dibuat oleh Seksi Monev Direktorat Bina Khusus Narkotika Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 10 (sepuluh) hari setelah laporan bulanan diterima, kemudian hasil analisa akan dikirimkan ke Kanwil Dep. Hukum & HAM pada tanggal 20 setiap bulan. VI. PENUTUP 1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam panduan ini, akan ditetapkan kemudian sesuai kebutuhan dalam pelaksanaan kegiatan. 2. Demikianlah panduan umum pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas pelaksanaan program Direktorat Bina Khusus Narkotika - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, Juli 2007 DIREKTUR BINA KHUSUS NARKOTIKA SIHABUDIN, Bc.IP,SH,MH NIP

12 LAMPIRAN 1. PANDUAN PENGISIAN FORMULIR PROFIL LEMBAGA PEMASYARAKATAN/ RUMAH TAHANAN NEGARA 2. PANDUAN PENGISIAN FORMULIR LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN / RUMAH TAHANAN NEGARA 3. PROFIL LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN RUMAH TAHANAN NEGARA 4. LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN RUMAH TAHANAN NEGARA 5

13 6

14 Panduan Pengisian Formulir PROFIL LEMBAGA PEMASYARAKATAN/ RUMAH TAHANAN NEGARA A. a Demografi Penjelasan 1 Kantor Wilayah Departemen Hukum & HAM Diisi nama Propinsi. Contoh: DKI Jakarta 2 Nama UPT Diisi nama Unit Pelaksana Teknis. Contoh: LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I CIPINANG 3 Tahun Berdiri 4 Kapasitas Diisi kemampuan daya tampung Lapas/Rutan 5 Alamat Diisi Alamat Lengkap Lapas/Rutan 6 Kode pos 7 Telepon 8 Faksimili B. Struktur Bangunan 1 Luas Tanah Yang dimaksud adalah luas lahan di mana Lapas/Rutan berdiri. 2 Luas Bangunan Yang dimaksud adalah luas bangunan blok hunian dan kantor 3 Jumlah Blok a. Blok umum b. Blok khusus narkotika c. Blok khusus wanita d. Blok khusus anak. Apabila dalam Lapas/Rutan tidak disediakan blokblok khusus sebagaimana dimaksud, maka pengertian blok bisa diartikan kamar. 4 Kapasitas blok khusus narkotika, dan mengacu pula pada penjelasan di atas C. Kepegawaian 1 Jumlah pegawai seluruhnya Jumlah dokter umum Jumlah dokter gigi Jumlah perawat Jumlah bidan Yang dimasukkan dalam kolom isian adalah tenaga- tenaga kesehatan yang berstatus sebagai pegawai Lapas/Rutan (bukan tenaga honorer atau yang diperbantukan) 7

15 6 Jumlah Konselor a. Psikologi b. Umum : 7 Jumlah tenaga Manajemen Kasus 8 Jumlah tenaga Laboratorium/Analis Kesehatan 9 Jumlah tenaga Bintal dan Rohani. Yang dimaksud dengan konselor adalah petugas Lapas/Rutan yang telah mendapatkan pelatihan konselor. Konselor psikologi adalah konselor yang berlatar belakang pendidikan psikologi dan konselor umum adalah konselor yamg latar belakang pendidikannya bukan dari psikologi. Yang dimaksud adalah petugas Lapas/Rutan yang telah mendapatkan pelatihan manajemen kasus. Yang dimaksud adalah petugas Lapas/Rutan yang telah mendapatkan pelatihan tenaga laboratorium/analis kesehatan. D. Pelatihan 1 Jumlah petugas Lapas/Rutan yang telah mengikuti pelatihan terkait : Kolom ini diisi jumlah petugas Lapas/Rutan yang telah mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan Program Penanggulangan HIV - AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba baik yang dilaksanakan oleh Ditjen Pemasyarakatan maupun oleh Instansi lainnya termasuk juga oleh LSM. a. Narkoba Yang termasuk pelatihan bidang narkoba antara lain pengenalan jenis-jenis narkoba, latihan adiksi dll. b. Bimbingan hukum Yang termasuk dalam pelatihan bidang bimbingan hukum antara lain: sosialisasi peraturan perundangundanngan tentang narkoba, bimbingan bagi tenaga pembina/penyuluhan narkoba dll. c. Pelayanan sosial Yang termasuk dalam pelatihan bidang pelayanan sosial antara lain: One Stop Centre, Criminon, Therapeutic community, BCC/RR, Narcotic Anonymous, Manajemen Kasus 8

16 a. Perawatan kesehatan Yang termasuk dalam pelatihan bidang perawatan kesehatan antara lain :Konselor, VCT, Tenaga Medis,,Penatalaksanaan PTRM, Harm Reduction Sarana di Lapas/Rutan Sarana yang dimiliki a. Klinik Umum b. Klinik gigi c. Ruang rawat inap d. Ruang konsultasi Yang dimaksud adalah ruang yang disediakan khusus untuk kegiatan konsultasi medis dan konseling. e. Kamar obat f. Ruang tunggu pasien g. Ruang laboratorium h. Ruang isolasi untuk perawatan penderita putus obat i. Ambulance j. Alat kedokteran umum k. Alat kedokteran gigi Adalah ruang khusus untuk narapidana/tahanan yang mengalami putus obat/sakaw l. Alat lab sederhana m. Tempat penyimpanan obat khusus Yang dimaksud adalah tempat untuk menyimpan obat-obat yang bersifat khusus seperti obat substitusi / methadon yang disimpan dilemari besi yang terkunci dan obatobat lain yang perlu disimpan ditempat yang bersuhu rendah. n. Ruang serbaguna 9

17 10

18 PANDUAN PENGISIAN FORMULIR LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN / RUMAH TAHANAN NEGARA A. DATA PENGHUNI Penjelasan 1 Isi Lapas/Rutan Dalam kolom laki-laki, isikan jumlah dari seluruh napi lakilaki dan tahanan laki-laki yang ada di Lapas/Rutan yang bersangkutan. Demikian juga untuk kolom perempuan. Jumlah isi Lapas/Rutan baik laki-laki atau perempuan kemudian dirinci sesuai isian-isian berikutnya. Jumlah narapidana narkotika a. Pemakai : - Penasun - Non Penasun b. Pengedar c. Produsen Jumlah tahanan narkotika a. Pemakai : - Penasun - Non Penasun b. Pengedar c. Produsen Jumlah narapidana umum 11

19 Jumlah tahanan umum Jumlah Kasus baru pada bulan ini Untuk laporan awal yang dimasukkan kolom isian adalah jumlah kumulatif atau jumlah keseluruhan, sedangkan untuk bulan-bulan berikutnya cukup kasus-kasus baru yang ditemukan dalam bulan yang bersangkutan. a. HIV b. AIDS c.tbc d.ims e.hepatitis Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang meninggal pada bulan ini Untuk laporan awal yang dimasukkan kolom isian adalah jumlah kumulatif atau jumlah keseluruhan, sedangkan untuk bulan-bulan berikutnya cukup kasus-kasus baru yang ditemukan dalam bulan yang bersangkutan. a. AIDS b. TBC c. Hepatitis 12

20 d. Pneumonia e. Diare Kronis f. Penyebab Lainnya LAYANAN INFORMASI TENTANG NARKOBA & HIV/AIDS Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mendapatkan layanan informasi dari Meninggal yang dikarenakan oleh hal-hal selain yang disebut dalam huruf a s/d e. Penjelasan -Termasuk dalam layanan informasi adalah : penyuluhan, sosialisasi, pembagian brosur/leaflet dsb. - Untuk laporan awal yang dimasukkan kolom isian adalah jumlah kumulatif atau jumlah keseluruhan, sedangkan untuk bulan-bulan berikutnya cukup jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mendapatkan layanan informasi dalam bulan yang bersangkutan. a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) b. Petugas Lapas/Rutan c. Instansi terkait 13

21 2 Jumlah petugas Lapas/Rutan yang mendapatkan layanan informasi dari - Termasuk dalam layanan informasi adalah : penyuluhan, sosialisasi, pembagian brosur/leaflet dsb. - Untuk laporan awal yang dimasukkan kolom isian adalah jumlah kumulatif atau jumlah keseluruhan, sedangkan untuk bulanbulan berikutnya cukup jumlah petugas yang mendapatkan layanan informasi dalam bulan yang bersangkutan. a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) b. Petugas Lapas/Rutan c. Instansi terkait C. LAYANAN KESEHATAN TERKAIT NARKOBA & HIV/AIDS 1 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani Klinik IMS 2 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani Klinik VCT Penjelasan 3 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani ART 14

22 4 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani PMTCT 5 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani PTRM/Oral Subtitusi 6 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani terapi IO D. TERAPI SOSIAL TERKAIT NARKOBA & HIV/AIDS 1 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mengikuti Therapeutic Community 2 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mengikuti Terapi Criminon 3 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mengikuti Manajemen Kasus 4 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mengikuti Narcotic Anonymous Penjelasan E. PERSEDIAAN MATERI PENCEGAHAN Penjelasan 1 Jenis materi pencegahan yang tersedia a. Bleaching/pemutih b. Kondom 2 Jenis materi KIE (poster/brosur/cd/stiker dll) yang tersedia a. Narkoba b. HIV/AIDS c. TBC d. Hepatitis e. IMS 15

23 PROFIL LEMBAGA PEMASYARAKATAN / RUMAH TAHANAN NEGARA A. Data Demografi 1 Kantor Wilayah Departemen Hukum & HAM : 2 Nama UPT : 3 Tahun Berdiri : 4 Kapasitas : 5 Alamat : 6 Kode pos : 7 Telepon : 8 Faksimili : B. Struktur Bangunan 1 Luas Tanah 2 Luas Bangunan 3 Jumlah Blok Blok umum Blok khusus narkotika Blok khusus wanita Blok khusus anak 4 Kapasitas blok khusus narkotika....m2....m orang C. Kepegawaian Laki-laki Perempuan 1 Jumlah pegawai seluruhnya 2 Jumlah dokter umum 3 Jumlah dokter gigi 4 Jumlah perawat 5 Jumlah Bidan 6 Jumlah Konselor Psikologi : Umum : 7 Jumlah tenaga manajemen kasus 8 Jumlah tenaga laboratorium/analis kesehatan 9 Jumlah tenaga Bintal dan Rohani D. Pelatihan Laki-laki Perempuan 1 Jumlah petugas Lapas/Rutan yang telah mengikuti pelatihan terkait : Narkoba Bimbingan hukum Pelayanan sosial Perawatan kesehatan 16

24 E. Sarana di Lapas/Rutan Ada Tidak Ada 1 Sarana yang dimiliki Klinik Umum Klinik gigi Ruang rawat inap Ruang konsultasi Kamar obat Ruang tunggu pasien Ruang laboratorium Ruang isolasi untuk perawatan penderita putus obat Ambulance Alat kedokteran umum Alat kedokteran gigi Alat lab sederhana Tempat penyimpanan obat khusus. Ruang serbaguna., /.. Kepala Lapas/Rutan/Cab Rutan (..) NIP : 17

25 A. DATA PENGHUNI Laki-laki Perempuan 1 Isi Lapas/Rutan Jumlah narapidana Narkotika a. Pemakai Penasun (Pengguna Napza Suntik) Non Penasun b. Pengedar c. Produsen Jumlah tahanan Narkotika a. Pemakai Penasun (Pengguna Napza Suntik) Non Penasun b. Pengedar c. Produsen Jumlah narapidana Umum Jumlah tahanan Umum 2 Jumlah kasus baru pada bulan ini: a. HIV b. AIDS c. TBC d. IMS e. Hepatitis 3 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang meninggal pada bulan ini: a. AIDS b. TBC c. Hepatitis d. Pneumonia (Radang paru-paru) e. Diare Kronis f. Penyebab Lainnya B. LAYANAN INFORMASI TENTANG NARKOBA & HIV/AIDS Laki-laki Perempuan 1 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mendapatkan layanan informasi dari a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) b. Petugas Lapas/Rutan c. Instansi terkait 2 Jumlah petugas Lapas/Rutan yang mendapatkan layanan informasi dari a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) b. Petugas Lapas/Rutan c. Instansi terkait C. LAYANAN KESEHATAN TERKAIT NARKOBA & HIV/AIDS Laki-laki Perempuan 1 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani Klinik IMS 2 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani Klinik VCT 3 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani ART 4 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani PMTCT 5 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani PANDUAN PTRM/Oral UMUM Subtitusi 18 LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN / RUMAH TAHANAN NEGARA.. BULAN : /.

26 6 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang dilayani terapi IO D. TERAPI SOSIAL TERKAIT NARKOBA & HIV/AIDS Laki-laki Perempuan 1 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mengikuti Therapeutic Community 2 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mengikuti Terapi Criminon 3 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mengikuti Manajemen Kasus 4 Jumlah penghuni Lapas/Rutan yang mengikuti Narcotic Anonymous E. PERSEDIAAN MATERI PENCEGAHAN ada/tidak Jml Tersedia 1 Jenis materi pencegahan yang tersedia a. Bleaching/pemutih b. Kondom 2 Jenis materi KIE (poster/brosur/cd/stiker dll) yang tersedia a. Narkoba b. HIV-AIDS c. TBC d. Hepatitis e. IMS., /.. Kepala Lapas/Rutan/Cab Rutan (..) NIP : 19

27 20

28

MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN

MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN Oleh Patri Handoyo Kondisi kesehatan di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) Indonesia sejak tahun 2000-an telah terbawa

Lebih terperinci

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Catatan Kebijakan # 2 Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Apakah penting penanggulangan HIV di Rutan/Lapas Jumlah tahanan dan warga binaan dewasa di Indonesia

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza Disampaikan oleh: Suhendro Sugiharto Persaudaraan Korban Napza Indonesia Forum Nasional IV Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Hotel

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ANTARA. NOMOR : PAS-07.HM TAHUN 2414 NOMOR : J U KNlSlO 1 llt,l201 4 BARESKRIM

PETUNJUK TEKNIS ANTARA. NOMOR : PAS-07.HM TAHUN 2414 NOMOR : J U KNlSlO 1 llt,l201 4 BARESKRIM PETUNJUK TEKNIS ANTARA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PAS-07.HM.05.02

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Konteks dalam Program Skrining IMS dengan VCT di LP

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Konteks dalam Program Skrining IMS dengan VCT di LP BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan 1. Analisis Konteks dalam Program Skrining IMS dengan VCT di LP Wanita Klas II A Kota Malang Berdasarkan hasil evaluasi konteks program skrining IMS dengan VCT di LP Wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus penyakit HIV/AIDS masih merupakan masalah di DKI Jakarta, dimana strategi penanggulangan laju peningkatan penyakit ini belum mampu mengatasi problem secara komprehensive.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PUSKESMAS LAYANAN SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Bab 1 Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Kaitan HIV/AIDS dan napza suntik Pengertian Harm Reduction napza suntik Strategi Harm Reduction napza suntik Program Harm Reduction napza suntik Pro-kontra Harm

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN MEDIS TAHANAN DAN NARAPIDANA KORBAN PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI III DPR-RI KE LAPAS NARKOTIKA II A PROVINSI DI YOGYAKARTA PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2014 A. PENDAHULUAN I.

Lebih terperinci

ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007

ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007 ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007 1800000 1600000 Proyeksi Kasus HIV/AIDS di Indonesia 1400000 1200000 Jumlah Infeksi 1000000 800000 600000 400000 200000

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.970, 2017 KEMENKUMHAM. Layanan Rehabilitasi Narkotika. Tahanan dan WBP. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HIV AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang sampai saat ini masih menjadi perhatian utama bagi masyarakat khususnya pemangku kebijakan di seluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Poliklinik LP Kelas II A Narkotika mempunyai SDM untuk operasional Poliklinik sebanyak 13 orang yaitu 3 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, dan 8 orang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan yaitu studi deskriptif untuk mengetahui gambaran perencanaan perbekalan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penanganan. Pencandu. Penyalahgunaan. Narkotika. Lembaga Rehabilitasi. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru telah berdiri pada tahun 1980 dan beroperasi pada tanggal 5 Juli 1984 melalui

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAM DAN RUMAH TAHANAN NEGARA DI INDONESIA TAHUN

STRATEGI PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAM DAN RUMAH TAHANAN NEGARA DI INDONESIA TAHUN STRATEGI PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAM DAN RUMAH TAHANAN NEGARA DI INDONESIA TAHUN 2005-2009 DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

Pertemuan Evaluasi Program GWL. Untuk mendapatkan masukan dan rekomendasi pengembangan program

Pertemuan Evaluasi Program GWL. Untuk mendapatkan masukan dan rekomendasi pengembangan program www.aidsindonesia.or.id AGUSTUS 2012 A gustus 2012 kali ini terasa special. Pertama karena pada tanggal 17 diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke 67. Kedua, yaitu bersamaan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, yang digunakan untuk menggambarkan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang Lampiran 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional yang tidak kunjung tuntas bahkan semakin memprihatinkan dan mengancam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT RI SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: 02 /PER/MENKO/KESRA/I/2007

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT RI SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: 02 /PER/MENKO/KESRA/I/2007 PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT RI SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: 02 /PER/MENKO/KESRA/I/2007 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Kualitas Pelayanan Kesehatan..., Keynes,FISIP UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Kualitas Pelayanan Kesehatan..., Keynes,FISIP UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin beragam pula pola tindak pidana yang dilakukan. Hal ini dipengaruhi dengan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PETUNJUK PELAKSANAAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT RI NOMOR: 02/PER/MENKO/KESRA/I/2007 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS MELALUI PENGURANGAN DAMPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak Asasi Manusia juga telah dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS 2.1.1 Pengertian dan penularan Human Immnunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh manusia melemah

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1238, 2015 KEMENKES. Pengguna Napza Suntik. Dampak. Pengurangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penanggulangan HIV-AIDS di UPT Pemasyarakatan sudah dilakukan sejak tahun 2005 melalui Strategi Penanggulangan HIV-AIDS dan Penyalahgunaan Narkotika di Lapas/Rutan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena

Lebih terperinci

(MASTER PLAN) Rencana Penguatan Sistem dan Penyediaan Layanan Klinis Terkait HIV dan AIDS di Lapas/Rutan

(MASTER PLAN) Rencana Penguatan Sistem dan Penyediaan Layanan Klinis Terkait HIV dan AIDS di Lapas/Rutan (MASTER PLAN) Rencana Penguatan Sistem dan Penyediaan Layanan Klinis Terkait HIV dan AIDS di Lapas/Rutan 2007-2010 (MASTER PLAN) Rencana Penguatan Sistem dan Penyediaan Layanan Klinis Terkait HIV dan AIDS

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

TERAPI DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA MELALUI METODE CRIMINON DAN KESENIAN

TERAPI DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA MELALUI METODE CRIMINON DAN KESENIAN 2008 TERAPI DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA MELALUI METODE CRIMINON DAN KESENIAN H. WIBOWO JOKO HARJONO, Bc.IP,SH,MM LAPAS NARKOTIKA JAKARTA [10 Juli 2008] Oleh: H. WIBOWO JOKO HARJONO, Bc.IP,SH,MM

Lebih terperinci

17. Keputusan Menteri...

17. Keputusan Menteri... Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.03 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN BALAI PERTIMBANGAN PEMASYARAKATAN DAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN MENTERI HUKUM DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /156/ /2009 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /156/ /2009 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/156/436.1.2/2009 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencegah berkembangnya

Lebih terperinci

2012, No.1156

2012, No.1156 5 2012, No.1156 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIS BAGI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penenggulangan HIV/AIDS di Lapas dan Rutan. Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Rencana Aksi Nasional Penenggulangan HIV/AIDS di Lapas dan Rutan. Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan i ii Rencana Aksi Nasional Penenggulangan HIV/AIDS di Lapas dan Rutan iii Daftar Isi Pengantar i Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ii Daftar isi iv Peraturan

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS

Lebih terperinci

ANTARA KEBUTUHAN DAN PEMENUHAN HAK PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN AIDS DALAM SKEMA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. dr Endang Sri Rahayu

ANTARA KEBUTUHAN DAN PEMENUHAN HAK PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN AIDS DALAM SKEMA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. dr Endang Sri Rahayu ANTARA KEBUTUHAN DAN PEMENUHAN HAK PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN AIDS DALAM SKEMA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL dr Endang Sri Rahayu g. DIY berada pada level epidemi terkonsentrasi, dan berpotensi menjadi level

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi HIV&AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang memudahkan penularan virus penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa negara ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan jenis obat-obatan terlarang yaitu, seperti Dadah (Malaysia/Brunei), Drugs (Inggris), Shabu-shabu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI, DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI, DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI, DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN Januari 2011 Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, taufiq dan hidayahnya,

Lebih terperinci

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung

Lebih terperinci

VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV AIDS PADA TAHANAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS I SURABAYA

VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV AIDS PADA TAHANAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS I SURABAYA VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV AIDS PADA TAHANAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS I SURABAYA (Voluntary Counseling and Testing (VCT) to Prisoner in Class I Prison of Surabaya) Abdul Muhith*, Linda

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia 14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi dan salah satunya adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Selain itu, pada

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penilaian sistem, dalam hal ini peneliti melakukan analisis terhadap interaksi yang terjadi pada input-proses-output yang terjadi untuk

Lebih terperinci

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Satiti Retno Pudjiati Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Layanan HIV PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah di tingkat nasional, regional maupun global. Hasil dari laporan perkembangan situasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1103, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Terapi. Rumatan Metadona. Program. Pedoman. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2013 enkes/tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.749, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Wajib Lapor. Pecandu Narkotika. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG BALAI PERTIMBANGAN PEMASYARAKATAN DAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 I. INFORMASI WAWANCARA 1. Nomor Urut Responden... 2. Nama Responden...

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini diuraikan Simpulan dan Saran dari Hasil Temuan dan Analisa Data.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini diuraikan Simpulan dan Saran dari Hasil Temuan dan Analisa Data. 96 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini diuraikan Simpulan dan Saran dari Hasil Temuan dan Analisa Data. 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari analisis tentang perbedaan paradigma dalam implementasi

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.749 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA TATA CARA PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Panduan Wawancara. Penelitian Awal: Penggunaan Crystal Meth & Risiko Penularan HIV di Indonesia. Gender /jenis kelamin :

Panduan Wawancara. Penelitian Awal: Penggunaan Crystal Meth & Risiko Penularan HIV di Indonesia. Gender /jenis kelamin : Panduan Wawancara Penelitian Awal Penggunaan Crystal Meth & Risiko Penularan HIV di Indonesia Kerja Sama Pusat Penelitian HIV dan AIDS (PPH) Unika Atma Jaya Jakarta Mainline - Belanda Catatan Pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 88/3 /KPTS/03/006 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA, ALKOHOL, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) DAN AIDS (BPNA) Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya penyalahgunaan Narkotika,

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara : KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA Disampaikan Pada Acara : FORUM NASIONAL VI JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Padang, 24-27 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rehabilitasi Medis. Penyalahgunaan Narkotika. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2415/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG

Lebih terperinci

REKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL JEJARING KONSELOR HOTEL GRAND CEMPAKA JAKARTA TANGGAL, NOVEMBER 2006

REKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL JEJARING KONSELOR HOTEL GRAND CEMPAKA JAKARTA TANGGAL, NOVEMBER 2006 REKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL JEJARING KONSELOR HOTEL GRAND CEMPAKA JAKARTA TANGGAL, 14 17 NOVEMBER 2006 Pertemuan nasional jejaring konselor HIV/AIDS yang diselenggarakan di Jakarta mulai tanggal 14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia yang berdasarkan pada Undang-undang Dasar 1945. Fungsi hukum

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) , PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) 322460, Email : kpakabmimika@.yahoo.co.id LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS DAN IMS PERIODE JULI S/D SEPTEMBER

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: 02/PER/MENKO/KESRA/I/2007 TENTANG

PERATURAN SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: 02/PER/MENKO/KESRA/I/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT Rl SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS MELALUI PENGURANGAN DAMPAK BURUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Direktorat Jenderal Pemasyarakatan marupakan instansi pemerintah yang berada dibawah naungan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI yang memiliki visi pemulihan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ENDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN ENDE PUSKESMAS KOTARATU. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTARATU Nomor : / / / / 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ENDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN ENDE PUSKESMAS KOTARATU. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTARATU Nomor : / / / / 2017 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN ENDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN ENDE PUSKESMAS KOTARATU KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTARATU Nomor : / / / / 2017 TENTANG INDIKATOR PRIORITAS MONITORING DAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 25 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Pada bab ini akan menjelaskan beberapa uraian menyangkut Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Bandung yang terdiri dari Sejarah, Visi dan

Lebih terperinci

wkkh~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 183 TAHUN 2012 TENTANG PEMULIHAN ADIKSI BERBASIS MASYARAKAT

wkkh~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 183 TAHUN 2012 TENTANG PEMULIHAN ADIKSI BERBASIS MASYARAKAT 1}6. [ff~pj>~~~~ wkkh~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 183 TAHUN 2012 TENTANG PEMULIHAN ADIKSI BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipergunakan dalam kajian tesis ini adalah metode penelitian kualitatif, dimana dalam meneliti kondisi suatu obyek kajian ilmiah, peneliti berperan sebagai

Lebih terperinci

Kab.Tangerang & Resiko

Kab.Tangerang & Resiko Kamis, 30 Maret 2017 Kab.Tangerang & Resiko Pertumbuhan dan aktifitas industri yang sangat tinggi Migrasi dan urbanisasi Jalur transportasi yang sangat terbuka Multi etnis, budaya dan agama Terbatasnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 19 Juni Jakarta, Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

KATA PENGANTAR. 19 Juni Jakarta, Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terpublikasinya Pedoman Implementasi Sistem Informasi Rawat Inap (Ketersediaan Tempat Tidur di Rumah Sakit) Versi 2.1 Direktorat

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21.A 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21.A TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan LAMPIRAN 57 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan 58 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Tengah 59 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian RSUD Depati Hamzah 60 Lampiran 4. Surat Ijin

Lebih terperinci

oleh : Herwin Sulistyowati,SH.,MH

oleh : Herwin Sulistyowati,SH.,MH 1 TINJAUAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN REHABILITASI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN oleh : Herwin Sulistyowati,SH.,MH A. Latar Belakang Upaya mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311 1 BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah kesehatan atau persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan lain-lain.

Lebih terperinci

SOSIALISASI APLIKASI SISTIM INFORMASI HIV-AIDS & IMS (SIHA) HARTAWAN Pengelola Program PMS dan HIV

SOSIALISASI APLIKASI SISTIM INFORMASI HIV-AIDS & IMS (SIHA) HARTAWAN Pengelola Program PMS dan HIV SOSIALISASI APLIKASI SISTIM INFORMASI HIV-AIDS & IMS (SIHA) HARTAWAN Pengelola Program PMS dan HIV LATAR BELAKANG DATA DAN INFORMASI LENGKAP, AKURAT, TEPAT WAKTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN BUKTI

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) 2.1.1 Pengertian PTRM Metadon pertama kali dikembangkan di Jerman pada akhir tahun 1937. Metadon adalah suatu agonis opioid sintetik yang

Lebih terperinci

BAB II PENANGANAN KHUSUS TERHADAP NARAPIDANA YANG MENDERITA HIV/AIDS.

BAB II PENANGANAN KHUSUS TERHADAP NARAPIDANA YANG MENDERITA HIV/AIDS. BAB II PENANGANAN KHUSUS TERHADAP NARAPIDANA YANG MENDERITA HIV/AIDS. A. Keadaan Lapas/rutan pada umumnya. Selama ini masyarakat sangat dekat dengan istilah penjara, walau kemudian istilah ini telah berganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

HIV/AIDS 1 : 2 : 3 : 4 : ( PPRA

HIV/AIDS 1 : 2 : 3 : 4 : ( PPRA Standar 1 : Penurunan angka kematian ibu dan bayi serta peningkatan kesehatan ibu dan bayi Standar 2 : Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS Standar 3 : Penurunan angka kesakitan Tuberkulosis Standar 4 :

Lebih terperinci

Pelatihan Pengorganisasian Komunitas. Terbentuknya tenaga community organizer untuk program PMTS

Pelatihan Pengorganisasian Komunitas. Terbentuknya tenaga community organizer untuk program PMTS www.aidsindonesia.or.id JUNI 2012 B ulan Juni tahun 2012, beberapa kegiatan dilakukan Sekretariat KPA Nasional. Salah satunya penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran tahun 2013. Kegiatan lain adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di seluruh dunia, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbidilitas. WHO telah

Lebih terperinci