INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PABRIK TAHU (Studi Kasus: Desa Cisaat Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PABRIK TAHU (Studi Kasus: Desa Cisaat Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi)"

Transkripsi

1 INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PABRIK TAHU (Studi Kasus: Desa Cisaat Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi) RAHAYU ARYANDINI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Internalisasi Biaya Eksternal dan Persepsi Masyarakat terhadap Pabrik Tahu (Studi Kasus: Desa Cisaat Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Rahayu Aryandini H

3 RINGKASAN RAHAYU ARYANDINI. Internalisasi Biaya Eksternal dan Persepsi Masyarakat terhadap Pabrik Tahu (Studi Kasus: Desa Cisaat Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi). Dibimbing Oleh Ahyar Ismail. Kontribusi sektor industri di Kabupaten Sukabumi merupakan terbesar kedua setelah sektor pertanian. Salah satu industri yang ada di Kabupaten Sukabumi adalah industri tahu. Sentra industri tahu yang ada di Kabupaten Sukabumi terletak di Desa Cisaat yang terdapat tujuh industri tahu. Industri tahu berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena tahu merupakan sumber protein nabati yang efisien dan terbuat dari kedelai yang mampu memenuhi kebutuhan protein harian yang diperlukan oleh tubuh. Industri tahu menghasilkan produk utama, produk sampingan dan limbah. Limbah yang dihasilkan cukup banyak yaitu sebesar liter limbah cair setiap 1 ton tahu yang dihasilkan. Besarnya volume limbah berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan limbah, salah satunya dengan menggunakan Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan teknik biogas. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi biaya eksternal yang ditanggung oleh industri tahu di Desa Cisaat dalam melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL; menganalisis perubahan pendapatan usaha industri tahu sebelum dan sesudah adanya internalisasi biaya eksternal; dan mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu. Data yang digunakan dalam penelitia ini adalah data primer dan sekunder. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Biaya pembangunan IPAL yang dapat digunakan selama 10 tahun adalah Rp dan total biaya operasional per tahun adalah Rp Biaya pembangunan IPAL per pabrik tahu adalah Rp dan biaya operasional per tahun per pabrik tahu adalah Rp Nilai tersebut akan dikalikan dengan skala produksi per hari masing-masing pabrik tahu. Setelah internalisasi biaya pengolahan limbah dengan IPAL, pendapatan masing-masing pabrik tahu masih bernilai positif (menguntungkan) namun terjadi penurunan pendapatan dengan rata-rata penurunan per pabrik tahu adalah sebesar 16,43%. Persepsi masyarakat mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi setelah adanya pabrik tahu di Desa Cisaat adalah perubahan kondisi air, udara, lingkungan yang menjadi buruk dari kondisi sebelumnya, dan produksi pertanian yang mengalami penurunan serta gangguan kesehatan masyarakat, sehingga masyarakat setuju dengan adanya pembangunan IPAL untuk mengurangi dampak negatif dari limbah produksi tahu Desa Cisaat. Guna menanggulangi masalah tersebut, perlu dukungan pemerintah dalam peningkatan kulitas sungai dengan membangun IPAL teknik biogas dan mengadakan penyulhan di Desa Cisaat. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai seberapa besar nilai kerugian akibat dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair tahu Kata Kunci : internalisasi, biaya eksternal, pabrik tahu 3

4 INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PABRIK TAHU (Studi Kasus: Desa Cisaat Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi) RAHAYU ARYANDINI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

5 Judul skripsi Nama NIM : Internalisasi Biaya Eksternal dan Persepsi Masyarakat terhadap Pabrik Tahu (Studi Kasus: Desa Cisaat Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi) : Rahayu Aryandini : H Disetujui Pembimbing Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr NIP: Diketehui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus : 5

6 6

7 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Bapak Wisnu Ekha dan Ibu Sukaesih selaku orang tua yang selaku memberikan materi, kekuatan, dukungan, serta limpahan doa yang tak pernah putus kepada penulis. 2. Rina Oktiani, Resty Anggra, Rizaldy Agung, selaku kakak dan adik yang selalu memberikan dukungan, serta limpahan doa kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama serta dosen penguji wakil departemen. 5. Sahabatku M. Irfan, ST., Desty Sri Kurnia, Indah Silvina, Dini Adi Chahyanti, Dea Tri Jannatun, Ponda Hairul Aisa dan Alan Novendra serta teman-teman ESL 45 atas saran serta waktu yang diberikan untuk mendengarkan keluh kesah dan atas segala kebersamaan dan keceriaanya 6. Pemerintah Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, serta para pemilik pabrik tahu dan masyarakat Desa Cisaat yang telah membantu penulis dalam memperoleh data. Bogor, Januari 2013 Penulis i

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Internalisasi Biaya Eksternal dan Persepsi Masyarakat terhadap Pabrik Tahu (Studi Kasus: Desa Cisaat kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat dan sesuai dengan yang diharapkan. Bogor, Januari 2013 Penulis ii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Tahu Industri Tahu Limbah Pengolahan Limbah Eksternalitas Internalisasi Biaya eksternal Analisis Finansial Persepsi Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengambilan Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Biaya Eksternal Analisis Perubahan Pendapatan Industri Tahu Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Identifikasi Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Industri Tahu 25 V. GAMBARAN UMUM Kondisi Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Sentra Industri Tahu di Desa Cisaat Karakteristik Sosial dan Ekonomi Pabrik Tahu Desa Cisaat Karakteristik Responden Usia Jenis Kelamin Status Pernikahan iii

10 Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Jumlah Tanggungan Lama Tinggal VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Profil Industri Tahu Deskripsi Proses Produksi Tahu Identifikasi Jenis Limbah Tahu Dampak Limbah Tahu Estimasi Pendapatan Industri Tahu Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal Arus Penerimaan Arus Biaya Pendapatan Estimasi Biaya Ekternal yang Ditanggung Industri Tahu untuk Pengolahan Limbah dengan Menggunakan IPAL Mekanisme Sistem pengolahan Limbah Cair dengan IPAL Biaya Eksternal untuk Pengolahan Limbah dengan IPAL Per Pabrik Tahu Analisis Pendapatan Industri Tahu Setelah Internalisasi Biaya Eksternalitas Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Proses Produksi Tahu VII.SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Komponen Kimia Biji Kedelai Kering per 100 gram Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data Skala Likert dan Bobot Nilai Jawaban Responden Jumlah Penduduk desa Cisaat Berdasarkan kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Keadaan penduduk Berdasaarkan Mata Pencaharian Klasifikasi Industri Berdasarkan Banyaknya Tenaga kerja Nama-nama Pemilik Pabrik Tahu Goreng Desa Cisaat Tingkatan Usia Pemilik Pabrik Tahu Goreng Desa Cisaat Tingkatan Pendidikan Pemilik Pabrik Tahu Goreng Desa Cisaat Pengalaman Usaha Pemilik Pabrik Tahu Goreng Desa Cisaat Skala Produksi Pabrik Tahu Goreng Desa Cisaat Luas Usaha Tempat Pabrik Tahu Goreng Desa Cisaat Banyaknya Tenaga Kerja Pabrik Tahu Goreng Desa Cisaat Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu Komponen Penerimaan Pabrik tahu Goreng/tahun Komponen Biaya Tetap Pabrik tahu Goreng/tahun., Komponen Biaya Variabel Pabrik tahu Goreng/tahun Total Biaya Produksi Pabrik Tahu Goreng/tahun Pendapatan Pabrik Tahu Goreng/tahun Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal Rincian Biaya Pembangunan IPAL Teknik Biogas Per Tahun Biaya Pembangunan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Rincian Biaya Operasional Pengolahan IPAL Teknik Biogas Per Tahun Biaya Operasional pengolahan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Total Biaya Pengolahan dengan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Per Tahun Total Biaya Produksi Pabrik Tahu Goreng/tahun Setelah Internalisasi Biaya Eksternal v

12 26 Pendapatan Produksi Pabrik Tahu Goreng/tahun Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Persentase Penurunan Pendapatan Pabrik Tahu Goreng Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Persepsi masyarakat Terhadap Limbah Proses Produksi Tahu Goreng vi

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Alur Kerangka Pemikiran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal 34 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah Tanggungan Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Diagram Proses Pembuatan Tahu Biodiegester Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Anaerobic Filter (AF) Saluran Keluaran Air Limbah Pabrik Tahu Penampung Air Limbah Salah Satu Pabrik Tahu yang akan di Salurkan ke Sawah dan Kolam Ikan Masyarakat Air Limbah Pabrik Tahu yang mengalir ke Sawah. 68 vii

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu 66 2 Data Komponen Penerimaan Per Pabrik Tahu Desa Cisaat Kuisioner Industri Tahu Desa Cisaat Kuisioner Persepsi Masyarakat viii

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontribusi sektor industri di Kabupaten Sukabumi merupakan terbesar kedua setelah sektor pertanian. Pembangunan sektor industri di Kabupaten Sukabumi diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang pada saatnya nanti akan menjadi landasan kuat untuk tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri. Perusahaan industri formal untuk industri hasil pertanian di Kabupaten Sukabumi pada saat ini berjumlah 496 unit perusahaan dengan total investasi sebesar milyar rupiah dan menyerap sejumlah orang tenaga kerja. 1 Industri tahu berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena tahu merupakan sumber protein nabati yang efisien dan terbuat dari kedelai. Kedelai dalam jumlah kecil mampu memenuhi kebutuhan protein harian yang diperlukan oleh tubuh. Kedelai memiliki kandungan gizi yang secara lengkap disajikan pada tabel berikut: Tabel 1. Komponen Kimia Biji Kedelai Kering per 100 gram Kompenen Jumlah Kalori (kkal) 331,0 Protein (gram) 34,9 Lemak (gram) 18,1 Kabrohidrat (gram) 34,8 Kalsium (mg) 227,0 Fosfor (mg) 585,0 Besi (mg) 8,0 Vitamin A (SI) 110,0 Vitamin B1 (mg) 1,1 Air (gram) 7,5 Sumber: Cahyadi, Badan Pusat Statisti Kabupaten Sukabumi dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi dan Badan Pusat Statistik Kabupaten sukabumi. BPS. Dalam Angka/ Diakses tanggal 25 Januari

16 Tahu adalah ekstrak protein kedelai yang telah digumpalkan dengan asam, ion kalsium, atau bahan penggumpal lainnya. Tahu telah menjadi konsumsi masyarakat luas, baik sebagai lauk maupun sebagai makanan ringan. Pembuatan tahu membutuhkan alat khusus, yaitu untuk menggiling kedelai menjadi bubur kedelai. Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein yang terkandung dalam kedelai dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. Setelah protein tersebut larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi tahu (Cahyadi, 2009). Pada proses produksinya selain menghasilkan tahu sebagai produk utama juga menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Limbah padat berasal dari ampas tahu dapat digunakan sebagai pakan ternak, kerupuk, kembang tahu, oncom dan tempe gembus (Kastyanto, 1999). Limbah cair berasal dari pencucian dan perebusan tahu yang dibuang dan dialirkan begitu saja kebadan air terdekat yang akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan dan bau yang kurang sedap. Limbah gas berupa asap berasal dari penggunaan bahan bakar serbuk gergaji yang digunakan dalam menggoreng tahu. Permasalahan dalam produksi tahu adalah limbah cair yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dialirkan begitu saja ke saluran air terdekat, sungai, saluran pembuangan, ataupun badan air penerima lainnya tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air buangan tersebut seperti Chemical Oxygen Demand (COD) di dalam limbah cair industri tahu 2

17 cukup tinggi yakni berkisar antara ppm dan Biological Oxygen Demand (BOD) antara ppm, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni ph Adanya kondisi tersebut maka limbah cair industri tahu merupakan salah satu yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat sekitar. Kurangnya kesadaran masyarakat dan keterbatasan dana untuk melakukan pengolahan membuat industri tahu langsung membuang limbah cairnya ke saluran air terdekat yang akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat Permasalahan Proses produksi dari pengolahan tahu menghasilkan tahu sebagai produk utama dan ampas tahu sebagai produk sampingan. Tahu yang dihasilkan langsung dijual ke konsumen, sedangkan ampas tahu digunakan sebagai bahan baku industri lain yang dijual untuk pakan ternak dan bahan baku lainnya. Selain menghasilkan produk yang menguntungkan, produksi tahu pun menghasilkan limbah. Limbah dari industri tahu ini dapat menimbulkan berbagai resiko. Menurut Damayanti et al (2004), resiko yang dapat ditimbulkan adalah adanya perubahan tata guna lahan, penurunan kualitas air dan udara, penurunan tingkat kesehatan masyarakat serta penurunan estetika lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko yang dapat ditimbulkan dari industri tahu yaitu dengan mengolah terlebih dahulu limbah tahu sebelum dibuang ke lingkungan. Saat ini industri tahu yang sudah melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL masih sedikit. Hal ini dikarenakan pembangunan IPAL diperlukan biaya yang tidak sedikit yaitu seperti 2 Limbah+Tahu+Untuk+Biogas&commit=search. Diakses tanggal 25 Januari

18 biaya investasi dan biaya operasional. Biaya tersebut merupakan biaya tambahan yang harus ditanggung oleh industri tahu, besarnya biaya tersebut membuat industri tahu merasa sulit untuk mengeluarkan biaya pengolahan limbah. Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan masih rendahnya tingkat kesadaran pengelola industri tahu akan pentingnya menjaga lingkungan. Industri tahu di Desa Cisaat merupakan salah satu industri tahu yang tidak mengolah limbah cair tahu, tetapi langsung membuang limbahnya ke aliran air di sekitar pabrik. Air yang telah tercemar oleh limbah cair tahu ini digunakan oleh warga untuk berbagai aktivitas termasuk irigasi sawah. Masyarakat yang berada di sekitar pabrik tahu Desa Cisaat sebagian besar menyatakan, air yang telah tercemar oleh limbah cair tahu menyebabkan produktivitas padi menurun. Selain itu limbah tahu yang tidak diolah terlebih dahulu juga menimbulkan bau yang tidak sedap serta menurunkan estetika lingkungan sekitar daerah kawasan industri. 3 Dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat merupakan biaya eksternal yang seharusnya ditanggung oleh industri tahu, sehingga perlu dihitung berapa besar biaya eksternal dengan membangun IPAL sebagai salah satu cara mengurangi dampak negatif dari limbah industri tahu. Akibat adanya biaya eksternal maka biaya produksi dari industri tahu mengalami perubahan, oleh karena itu perlu dihitung perubahan pendapatan industri tahu sebelum adanya biaya eksternal dan setelah adanya biaya eksternal. Adanya dampak negatif yang dihasilkan dari proses produksi tahu berupa limbah, maka perlu dilihat secara 3 Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pabrik tahu, Bapak Kardi (ketua Rw3), di desa Cisaat tanggal 10 Juni

19 langsung bagaimana persepsi masyarakat mengenai dampak negatif dari limbah tahu tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka menimbulkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Berapa estimasi biaya eksternal yang ditanggung oleh industri tahu di Desa Cisaat untuk melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL? 2. Bagaimana perubahan pendapatan usaha industri tahu sebelum dan sesudah adanya internalisasi biaya pengolahan limbah? 3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian adalah 1. Mengestimasi biaya eksternal yang ditanggung oleh industri tahu di Desa Cisaat dalam melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL; 2. Menganalisis perubahan pendapatan usaha industri tahu sebelum dan sesudah adanya internalisasi biaya pengolahan limbah; 3. Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu; 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi institusi pendidikan, bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang serupa. 2. Bagi pengrajin/pengusaha tahu, lebih memberikan perhatian terhadap kelestarian lingkungan dan menjaganya sehingga tercipta keberlanjutan (sustainability) 5

20 3. Bagi pemerintah Kabupaten Sukabumi, lebih memperhatikan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh industri-industri diwilayahnya sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan kebijakan pengelolaan lingkungan yang lebih baik 1.5. Batasan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan memiliki ruang lingkup dan batasanbatasan yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan di Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi 2. Responden merupakan pabrik tahu dan masyarakat yang ada disekitar kawasan industri tahu di Desa Cisaat. 3. Perhitungan biaya eksternal yang harus ditanggung oleh pencemar atau pabrik tahu hanya terfokus pada pengolahan limbah cair yang di internalisasi dengan pembuatan IPAL. 4. Perhitungan perubahan pendapatan industri tahu hanya dipengaruhi oleh internalisasi biaya eksternal dengan pembuatan IPAL. 6

21 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahu Menurut Sarwono dan Saragih (2003), tahu merupakan makanan yang berasal dari Cina yang diperkenalkan oleh Liu An pada tahun 164 SM. Istilah tahu yaitu tao-hu atau teu-hu terdiri dari dua kata tao atau teu berarti kedelai sedangkan hu berarti lumat atau hancur menjadi bubur, sehingga menjadi tahu atau tofu yang berarti makanan dengan bahan baku kedelai yang dilumatkan menjadi bubur. Menurut Muchtadi (2010), tahu merupakan bahan pangan yang telah dikonsumsi masyarakat Asia sejak ribuan tahun yang lalu. Menurut catatan sejarah, tahu pertama kali diproduksi dan dikonsumsi sejak 2000 tahun yang lalu di Cina dan catatan tertua mengenai tahu juga ditemukan di Cina sekitar 1500 tahun sebelum masehi dalam suatu puisi Ode to Tofu yang ditulis oleh Su Ping. Tahu dikenal juga sebagai soybean curd, yang berarti suatu bahan pangan bertekstur lunak mirip keju, yang diproduksi dengan cara mengendapkan susu kedelai menggunakan suatu koagulan. 2.2 Industri Tahu Industri menurut Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2009 adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah pabrik tahu yang cukup besar. Menurut Sadzali (2010), pada tahun

22 sampai bulan Mei tercatat jumlah industri tahu di indonesia mencapai unit usaha, dengan produksi lebih dari 2,56 juta ton per hari. Penyebaran industri tahu, sekitar 80% terdapat di pulau Jawa, sehingga limbah yang dihasilkan diperkirakan lebih tinggi dibandingkan industri tahu di luar pulau Jawa. 2.3 Limbah Menurut Peraturan Pemerintah No.74 tahun 2001, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Menurut Astuti et al (2007), air limbah tahu mengandung bahan organik dan bila langsung dibuang ke badan air penerima tanpa ada nya proses pengolahan akan menimbulkan pencemaran, seperti menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap dan berkurangnya oksigen yang terlarut dalam air sehingga mengakibatkan organisme yang hidup didalam air terganggu karena kehidupannya tergantung pada lingkungan sekitarnya. Pencemaran yang dilakukan terus menerus akan mengakibatkan matinya organisme yang ada dalam air, dan air berubah kondisinya menjadi anaerob. Agung dan Winata (2011), limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses industri tahu dan saat pencucian kedelai sebelum proses produksinya. Limbah yang dihasilkan yaitu berupa limbah padat dan cair. Limbah padat industri tahu tidak dirasakan dampaknya oleh masyarakat karena limbah padat industri tahu bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemakaian air banyak 8

23 digunakan dalam proses produksi tahu diantaranya saat proses pencucian dan perebusan sehingga dihasilkan limbah cair yang cukup besar. Limbah cair industri tahu memiliki beban pencemar yang tinggi. Pencemaran limbah cair industri tahu berasal dari bekas pencucian kedelai, perendaman kedelai, air bekas pembuatan tahu dan air bekas perendaman tahu. 2.4 Pengolahan Limbah Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 tahun 1998, bahwa dalam rangka untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap pembuangan limbah cair ke media lingkungan. Kegiatan pembuangan limbah cair oleh kawasan industri mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian. Menurut Peraturan Pemerintah No.74 tahun 2001, pengelolaan limbah adalah dengan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan penimbunan limbah. 2.5 Eksternalitas Menurut Fauzi (2006), eksternalitas didefinisikan sebagai dampak (positif atau negatif), atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai cost atau benefit, dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Lebih spesifik lagi eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak. Ekternalitas merupakan fenomena yang kita hadapi sehari-hari, yang tidak hanya 9

24 terbatas pada pengelolaan sumberdaya alam, contohnya jalan yang macet, asap rokok yang dihirup dari orang lain yang merokok. Menurut Sadzali (2010), aktivitas ekonomi masyarakat yang berlebihan akan menimbulkan eksternalitas negatif yang dapat merugikan pihak/negara lain dalam konteks pembangunan regional. Menurutnya juga eksternalitas akan menimbulkan masalah yakni bila produsen maupun konsumen menyebabkan pengaruh eksternal, yakni bila aktivitas produsen maupun konsumen menyebabkan biaya atau manfaat pada orang lain (pihak ketiga). Masalah ini akan muncul karena biaya ataupun manfaat eksternal tersebut tidak dimasukkan dalam perhitungan oleh konsumen maupun produsen dalam aktivitasnya. Sehingga yang terjadi adalah baik konsumen maupun produsen dalam melakukan aktivitasnya akan bersikap underestimate. Menurut Harmoni dan Juarna (2005), eksternalitas menyebabkan alokasi sumber daya menjadi tidak efisien. Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak terhadap pihak lain dan tidak ada kompensasi yang dibayarkan oleh pihak penyebab atau kompensasi yang diterima oleh pihak terkena dampak atau efek aktifitas ekonomi dari satu pihak terhadap pihak lain, yang tidak diperhitungkan dalam sistem harga. Hal ini menekankan pada dampak non pasar yang secara langsung berpengaruh pada satu pelaku pada pelaku lainnya. Jadi ada dua syarat terjadinya eksternalitas, yaitu 1) adanya pengaruh dari satu tindakan dan 2) tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau diterima. Eksternalitas terutama ditinjau untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat (sosial walfare) manakala yang terjadi adalah eksternalitas negatif, dan menciptakan pasar yang sehat dengan mempertahankan nilai surplus wajar bagi 10

25 produsen manakala yang terjadi adalah eksternalitas positif. Eksternalitas dapat diatasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan, tetapi pada umumnya memerlukan campur tangan pemerintah untuk menyelesaikan. 2.6 Internalisasi Biaya eksternal Sumberdaya alam dalam beberapa hal tidak ditransaksikan dalam mekanisme pasar atau mekanisme pasar tidak berjalan sepurna. Dalam hal ini contohnya barang lingkungan seperti kualitas air sungai yang merupakan barang yang tidak memiliki harga pasar sehingga sulit untuk melakukan penilaian. Oleh karena tidak adanya nilai dari kualitas sungai maka masyarakat merasa bebas untuk memanfaatkan tanpa terikat kewajiban untuk melestarikan sungai (Fauzi, 2006). Pemanfaatan air sungai yang dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan dampak negatif bagi pengguna lainnya, sehingga pengguna lain harus mengeluarkan biaya eksternal karena telah memanfaatkan air sungai yang tercemar Menurut Fauzi (2006), di dalam pasar bebas tidak mengenal adanya eksternalitas. Segala bentuk transaksi dalam hal ini permintaan dan penawaran berjalan sempurna, artinya pasar dapat memenuhi permintaan yang ada. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan barang lingkungan seperti kualitas air, permintaan akan air yang bersih sesuai baku mutu tidak dapat disediakan oleh pasar karena ketiadaan pasar bagi kualitas air sungai yang bersih, dalam hal ini pasar tidak berjalan atau dapat dikatakan telah terjadi kegagalan pasar (market failure). Market failure disebabkan oleh kegagalan pasar dapar dikurangi dengan beberapa kebijakan diantaranya : 11

26 1. Pengaturan property right dengan cara pemerintah memberikan hak tersebut kepada suatu pihak yang menggunakan barang public 2. Internalisasi biaya eksternal 3. Distribusi right 4. Optimalisasi produksi dan konsumsi 5. Aturan insentif dan kompensasi 6. Penilaian lingkungan 7. Penyusunan neraca sumberdaya alam 8. Penentapan otoritas sumberdaya alam Dari kebijakan yang telah diuraikan di atas salah satu yang dapat dilakukan untuk mengatasi eskternalitas yang menyebabkan penurunan kualitas air sungai yaitu dengan melakukan internalisasi biaya eksternal. Internalisasi biaya eksternal merupakan upaya untuk menginternalkan dampak yang ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam satu unit usaha (Fauzi, 2006) 2.7 Analisis Finansial Menurut Affianto et al. (2005), analisis finansial adalah suatu analisis yang ditujukan untuk mengetahui tingkat pendapatan suatu proses produksi dilihat dari sudut pandang individu. Tingkat pendapatan disini adalah selisih antara penerimaan dengan biaya. Menurut Soekartawi (2006) rumus sederhana dari pendapatan sebagai berikut: I = TR - TC dimana: I : Income (pendapatan) TR : Total Revenue (total penerimaan) TC : Total Cost (total biaya) 12

27 Keterangan: TR>TC : Usaha menguntungkan TR<TC : Usaha merugi TR=TC : Usaha impas 2.8 Penyusutan Menurut Suratiyah (2009), ada empat macam cara untuk memperhitungkan nilai penyusutan salah satunya adalah metode garis lurus atau straight-line method. Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan. Metode ini paling banyak diterapkan karena paling mudah diaplikasikan. Dalam metode garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil/output yang diproduksi. Perhitungan penyusutan untuk metode garis lurus adalah sebagai berikut: Penyusutan per tahun = biaya yang dikeluarkan nilai sisa Umur ekonomis 2.9 Persepsi Menurut Fieldman (2012) persepsi adalah proses menyortir, menginterpretasi, menganalisis, dan mengintegrasikan rangsangan yang dibawa oleh organ indra dan otak. Menurut Sarwono (2002) persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebaginya). Sebaliknya alat untuk memehaminya adalah kesadaran atau kognisi. Persepsi terjadi dipengaruhi oleh pengamatan lampau dan sikap individu di masa sekarang. Persepsi merupakan proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan dan penciuman. Oleh karena itu persepsi merupakan 13

28 proses pengamatan seseorang yang berasal dari kemampuas kognisi dan dipengaruhi factor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Sehingga persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya (Akramudin, 2000) Penelitian Terdahulu Penelitian Romli dan Suprihatin (2009) mengenai beban pencemaran limbah industri tahu dan analisis alternatif strategi pengelolaanya bertujuan untuk mengetahui proses produksi dan pemanfaatan yang dapat dilakukan dimana limbah diolah secara anaerobik untuk menghasilkan biogas. Berdasarkan tahapan proses pembuatan tahu dihasilkan tahu putih dengan berbabgai ukuran. Pengolahan dengan 1 kg kedele dihasilkan tahu sejumlah 3.3±0.7 kg dan ampas tahu sejumlah 2.0±2.2 kg. Jumlah limbah cair per kg kedele didapat 17±3 L. limbah cair industri tahu didapat nilai rata-rata (± standar deviasi BOD 5, COD total dan COD terlarut, TSS dan Total Kjeldahl Nitrogen (TKN) secara berturutturut adalah 3.500±900, 7.300±1.700, 5.600±1.800, 500±250, dan 280±140 mg/l atau setara dengan beban 50±8, 110±20, 80±20, 9±3, 4±2 gr/kg dengan kedele yang diolah. Bahan organik dalam limbah cair industri tahu berpotensi menjadi biogas. Pengolahan limbah cair dengan bioreaktor anaerobik dapat digunakan sebagai solusi masalah lingkungan karena tidak membutuhkan biaya investasi dan operasional yang tinggi juga dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hasil penelitian Shaffitri (2011) mengenai limbah cair tahu yang diteliti untuk mendeskripsikan profil industri tahu yang dikaji dari aspek proses produksi tahu, identifikasi jenis limbah yang dihasilkan industri, pengolahan limbah tahu dan mengidentifikasi dampak negatif dari limbah tahu, mengestimasi biaya 14

29 produksi tahu sebelum dan sesudah internalisasi biaya eksternal, mengestimasi biaya eksternal yang timbul akibat pembuangan limbah tahu, mengestimasi nilai ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal, dan mengestimasi nilai kesediaan membayar (willingness to pay) pengrajin tahu untuk membayar iuran pengolahan limbah tahu. Hasilnya untuk limbah padat tahu diolah kembali menjadi pakan ternak dan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu, sedangkan limbah cair tahu diolah kembali menjadi biogas yaitu sekitar 12 % dan selebihnya masih dibuang ke sungai tanpa melalui pengolahan Penelitian Natalia (2008) pertama bertujuan untuk menganalisis internalisasi biaya pengolahan limbah dengan menghitung besarnya biaya eksternal yang harus ditanggung oleh industri tempe di Citeureup dalam melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL yaitu sebesar Rp Kedua bertujuan untuk menganalisis perubahan biaya produksi dengan adanya internalisasi biaya eksternal, dengan hasil yaitu biaya produksi mengalami kenaikan sebesar 1,02%. Ketiga bertujuan untuk mengukur tingkat kesediaan pengrajin tempe dalam melakukan pengolahan limbah dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengrajin tempe, dengan hasil total WTP pengrajin sebesar Rp /tahun Penelitian selanjutnya, Harmoni dan Juarna (2005) mengenai pengaruh internalisasi biaya eksternal melalui pajak pigau terhadap sejumlah parameter pasar, yaitu sejumlah barang, harga, surplus konsumen, dan surplus produsen. Perhitungan dengan menggunakan data ilustratif menunjukkan bahwa internalisasi biaya eksternal memperngaruhi surplus konsumen dan produsen dan menciptakan pasar baru. Internalisasai biaya eksternalitas negatif menurunkan jumlah barang 15

30 yang beredar di masyarakat sekaligus menaikkan harga satuan barang tersebut. Kenaikan surplus produsen dikurangi dengan pajak pigou. Internalisasi ini tidak menghilangkan biaya sosial tetapi hanya mengurangi sesuai baku ambang yang ditetapkan pemerintah. Internalisasi biaya eksternalitas positif meningkatkan jumlah barang yang beredar dimasyarakat sekaligus menaikkan harga satuan barang tersebut. Kenaikkan produksi oleh produsen dibantu oleh subsidi sesuai skema Pigou. Surplus konsumen maupun produsen meningkat. Keempat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya melakukan perhitungan biaya eksternal yang timbul akibat pencemaran lingkungan, hanya saja penelitian ini sebatas pegukuran terhadap biaya eksternal kemudian menginternalisasikannya ke dalam struktur biaya produksi yang berimplikasi pada penurunan kuantitas jumlah barang yang diproduksi. Kelebihan dalam penelitian ini adalah selain melakukan estimasi biaya eksternal kemudian menginternalisasikannya ke dalam struktur biaya produksi yang hanya melihat dari segi pemilik industri juga meneliti bagaimana persepsi masyarakat akibat adanya limbah yang dihasilkan dari industri tahu. 16

31 III. KERANGKA PEMIKIRAN Menurut Darsono (2007), industri tahu merupakan industri rakyat, yang sampai saat ini masih banyak yang berbentuk usaha perumahan atau industri rumah tangga. Walaupun sebagai industri rumah tangga dengan modal kecil, industri ini memberikan sumbangan perekonomian negara, daerah dan menyediakan banyak tenaga kerja. Jumlah industri tahu dan tempe untuk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2011 sudah mencapai 79 perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 428 orang. 4 Selain menyerap tenaga kerja dan memberikan pemasukan terhadap daerah, industri tahu di Desa Cisaat juga menghasilkan limbah cair yang berpotensi merusak lingkungan. Namun karena sebagian besar yang bergerak dalam industri tahu adalah orang-orang yang hanya mempunyai modal terbatas, maka perhatian terhadap pengolahan limbah industri tersebut sangat kecil, dan bahkan ada beberapa industri tahu yang tidak mengolah limbahnya sama sekali dan langsung dibuang ke lingkungan. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan harus mendapat perhatian yang serius. Limbah cair tahu berpotensi memberikan dampak negatif terhadap lingkungan seperti mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Mereka belum menerapkan pengelolaan yang baik terhadap limbah yang mereka hasilkan. Salah satu pengolahan limbah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembangunan IPAL. Pengrajin seharusnya melakukan pengolahan limbah dengan membangun 4 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi dan Badan Pusat Statistik Kabupaten sukabumi. BPS. Dalam Angka/ Diakses tanggal 25 Januari

32 IPAL agar mengurangi dampak negatif yang dirasakan masyarakat tentang adanya limbah cair tahu. Pembangunan IPAL diperlukan biaya yang tidak sedikit yaitu seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi berupa biaya pembangunan IPAL sedangkan biaya operasional terdiri dari upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya perawatan dan biaya angkutan. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pengrajin tahu. Oleh karena itu, pengrajin tahu harus menginternalisasikan biaya eksternal kedalam struktur biaya usaha agara pengolahan limbah dapat dilakukan. Para pengrajin tahu masih belum membangun IPAL, hal ini dikarenakan: (1) Dana yang tidak cukup untuk membangun pengelolaan limbah seperti IPAL karena modal mereka yang terbatas, (2) Keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki tentang seberapa penting menjaga lingkungan sekitar dan pengetahuan tentang pembuatan pengolahan limbah tersebut dam (3) Anggapan mereka bahwa limbah yang dihasilkan oleh industri mereka tidak berbahaya dan langsung dibuang begitu saja ke aliran air dekat pabrik mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana profil industri tahu dilihat dari proses pembuatan, jenis, karakteristik limbah dan dampak limbah terhadap lingkungan, dan yang akan ditanyakan langsung terhadap pemilik industri tahu. Tujuan yang lainnya adalah mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik industri tahu untuk pengolahan limbah. Perhitungan biaya tersebut dengan menggunakan pendekatan preventive expenditure. Setelah biaya eksternal diperoleh, maka biaya tersebut diinternalisasikan ke dalam struktur biaya dan melakukan analisis finansial tersebut. Selain itu juga bertujuan mengetahui persepsi masyarakat tentang limbah yang dihasilkan oleh industri tahu 18

33 dan persepsi masyarakat jika dibangun sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengurangi limbah yang dihasilkan industri. Keterkaitan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Industri Tahu Masyarakat Proses Produksi Tahu Limbah Tahu Dijual Kekonsumen Limbah Cair Limbah Padat Limbah Asap dan Debu Dibuang kealiran Sungai Ampas kedelai Pencemaran Lingkungan sekitar dan aliran sungai Pakan Ternak dan Oncom Belum adanya pengelolaan air limbah Pengelolaan air limbah (IPAL) Menghitung biaya eksternal Menganalisis finansial sebelum ada IPAL Menganalisis perubahan finansial setelah internalisasi biaya eksternal Internalisasi biaya eksternal Persepsi masyarakat tentang limbah industri tahu Keterangan : : tidak diteliti Rekomendasi pengelolaan limbah industri tahu di Desa Cisaat Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran 19

34 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penentuan lokasi sebagai objek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena Desa Cisaat ini merupakan sentral pembuat tahu di Kabupaten Sukabumi dan terletak disekitar kawasan penduduk. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari sampai Desember 2012, namun untuk pengambilan data di lapang dilakukan selama bulan Mei sampai Juni Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan mencakup: (1) karakteristik sosial ekonomi pengrajin tahu di Desa Cisaat yang menjadi responden, (2) proses pengolahan tahu tersebut, (3) persepsi masyarakat mengenai dampak akibat dari limbah-limbah dari industri tahu. Data tersebut diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuisioner. Data ini akan dimanfaatkan sebagai pendukung dari penggunaan analisis deskriptif. Data sekunder yang diperlukan adalah letak geografi, jumlah industri di Kabupaten Sukabumi, Jumlah Industri tahu di Kabupaten Sukabumi, data mengenai jenis limbah, dampak limbah, pengolahan limbah, biaya pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL. Data-data tersebut diperoleh dari buku referensi, jurnal, internet, serta data instansi-instansi pemerintah yang terkait Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel untuk informasi industri tahu dilakukan berdasarkan metode populasi. Metode populasi dilakukan jika melihat atau 20

35 meneliti semua elemen yang ada didalam suatu populasi atau disuatu wilayah penelitian. Oleh karena objeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, penelitian ini menggunakan tujuh pabrik tahu yang ada di wilayah Desa Cisaat. Pengambilan sampel untuk mengetahui persepsi masyarakat diambil sebanyak 50 orang dari orang dewasa yang ada di Desa Cisaat sebagai responden. Penetapan jumlah sampel yang digunakan didasarkan pada kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu minimal sebanyak 30 orang dimana sampel tersebut mendekati sebaran normal (Walpole, 1992). Metode pengambilan sampel untuk masyarakat dilakukan secara sengaja (purposive sampling), dimana responden ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu sehingga dapat memberikan informasi yang diperlukan bagi peneliti. Pertimbangan yang dimaksud adalah masyarakat Desa Cisaat yang tinggal di sekitar kawasan industri tahu yang terkena dampak dari pembuatan tahu tersebut Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengkaji karakteristik sosial ekonomi pabrik tahu di Desa Cisaat, mengidentifikasi dampak apa saja yang ditimbulkan oleh limbah cair tahu dan mengetahui persepsi masyarakat tentang limbah industri tahu. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis biaya, analisis finansial. Analisis tersebut dilakukan untuk menghitung biaya eksternal, menganalisis usaha secara finansial dan perubahannya setelah internalisasi biaya eksternal dari limbah tersebut. Pengolahan data menggunakan Microsoft Office Excel Tabel 2 menyajikan keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data 21

36 Table 2. Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Mengestimasi biaya eksternal yang ditangung oleh industri tahu di Desa Cisaat. 2 Menganalisis perubahan pendapatan usaha industri tahu sebelum dan sesudah adanya internalisasi biaya eksternal 3 Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu. Data Sekunder Data primer (wawancara menggunakan kuesioner kepada pemilik pabrik) Data primer (wawancara menggunakan kuesioner kepada masyarakat) Analisis Kuantitatif Analisis Pendapatan (Finansial) Analisis Deskriptif kualitatif Analisis Biaya Eksternal Menurut Gittinger (1986), biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang kita terima. Biaya yang digunakan dalam proyek terdiri dari biaya investasi, biaya operasional dan biaya lainnya. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek, biasanya memerlukan biaya yang besar. Biaya investasi yang digunakan dalam pembangunan IPAL adalah biaya untuk pembangunan IPAL sedangkan biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan pada setiap proses produksi dilakukan. Biaya operasional untuk IPAL adalah upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya perawatan dan biaya angkutan. Biaya pengolahan dengan IPAL tersebut akan dibandingkan dengan jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri tahu, sehingga diperoleh biaya pengolahan dengan IPAL untuk setiap industri tahu. Biaya pengolahan limbah dihitung dengan cara menjumlah semua biaya pembangunan IPAL yaitu biaya investasi dan biaya operasional, lalu jumlah tersebut akan dibagi dengan jumlah industri yang akan menggunakan IPAL, 22

37 sehingga didapat biaya pembangunan IPAL per pabrik tahu. Perhitungan biaya eksternal dengan IPAL adalah sebagai berikut : Y = X / Z dimana : Y : Biaya pembangunan IPAL (Rp/tahun/pabrik) X : Biaya keseluruhan pembangunan IPAL (Rp/tahun) Z : Jumlah industri tahu yang menggunakan IPAL (pabrik) Analisis Perubahan Pendapatan Industri Tahu Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya Pengolahan Biaya eksternal yang diperoleh dari perhitungan akan dimasukkan ke dalam struktur biaya industri tahu kemudian dilakukan analisis finansial sebelum dan setelah internalisasi biaya eksternal. Menurut Soekartawi (2006), bentuk persamaan matematik, tingkat pendapatan (dalam satuan uang) dapat dituliskan sebagai: I = TR - TC dimana: I : Income (pendapatan) (Rp/tahun) TR : Total Revenue (total penerimaan) (Rp/tahun) TC : Total Cost (total biaya) (Rp/tahun) Perhitungan tingkat pendapatan dengan menggunakan total revenue dan total cost dari pabrik tahu terdiri dari: 1. Total Revenue (Total Penerimaan) Total revenue diperoleh dari perkalian komoditi yang dihasilkan pabrik tahu yaitu tahu, dan ampas tahu dengan harga jual dari masing-masing komoditi. Penerimaan dirumuskan sebagai berikut: TR = TR 1 x Y x Y 2 23

38 dimana : TR : Total Revenue (total penerimaan) (Rp/tahun) P 1 : Harga tahu yang dijual (Rp/unit/tahun) Y 1 : Jumlah tahu (Unit/tahun) P 2 : Harga ampas tahu yang dijual (Rp/karung/tahun) Y 2 : Jumlah ampas tahu (karung/tahun) 2. Total Cost (Total Biaya) Total cost dihitung berdasarkan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk usaha tahu yang terdiri dari: a. Fixed Cost (FC) Fixed cost merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan yang tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya produksi. Biaya ini sering pula disebut biaya prasarana atau biaya tak terhindarkan, misalnya biaya pembelian mesin-mesin produksi dan sewa lahan. b. Variabel Cost (VC) Variabel cost merupakan biaya yang berubah yang mengikuti perubahan produksi, bila produksi naik maka biaya variabel akan naik dan sebaliknya. Biaya ini biasanya berasal dari biaya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Arus Total Cost (TC) dari pabrik tahu terdiri dari fixed cost dan variabel cost yang dirumuskan sebagai berikut: TC = FC + VC dimana : TC : Total Cost (Total Biaya) (Rp/tahun) FC : Fixed Cost (Rp/tahun) VC : Variabel Cost (Rp/tahun) 24

39 Identifikasi Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Industri Tahu Analisis persepsi masyarakat terhadap limbah industri tahu dan perencanaan pembangunan IPAL bertujuan untuk mengetahui seberapa penting pembangunan IPAL bagi masyarakat sekitar dan persepsi terhadap kualitas lingkungan berdasarkan keadaan udara, air dan tanah. Persepsi masyarakat diukur dengan cara memberikan pembobotan (scoring) pada setiap jawaban responden. Pembobotan yang akan dilakukan adalah berdasarkan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial dengan cara memberikan bobot nilai tertentu untuk setiap jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan (Riduwan, 2010). Nilai-nilai yang diberikan untuk setiap jawaban dari pertanyaan terhadap kondisi lingkungan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skala Likert dan Bobot Nilai Jawaban Responden Jawaban Bobot Nilai Sangat setuju/ Sangat Puas/ Sangat benar/ Sangat Baik 5 Setuju/ Puas/ Benar/ Baik 4 Netral/ Cukup Puas/ Cukup benar/ Cukup baik 3 Tidak Setuju/ Tidak Puas/ Tidak Benar/ Tidak baik 2 Sangat tidak setuju/ Sangat tidak puas/ Sangat tidak benar/ Sangat tidak baik 1 Sumber: Riduwan (2010) 25

40 V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah Utara, Desa Mangkalaya dan Desa Babakan di sebelah Selatan, Desa Sukamantri dan Desa Babakan di sebelah Timur, dan Desa Cibatu dan Desa Mangkalaya di sebelah Barat. Penduduk Desa Cisaat pada tahun 2010 seluruhnya berjumlah jiwa dengan jumlah kepala keluarga KK. Jumlah penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Keadaan penduduk Desa Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Cisaat Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok Jenis Kelamin Umur (Tahun) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Total (Jiwa) Sumber : Data Monografi Desa Cisaat Kecamatan Cisaat, 2010 Berdasarkan data monografi yang didapat tercatat bahwa umumnya penduduk bermata pencaharian sebagai wiraswasta. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5. 26

41 Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian jenis pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase Penani Buruh Tani Pegawai Negeri Sipil POLRI TNI Karyawan BUMN Karyawan Swasta Pensiun Wiraswasta pengangguran Sumber : Data Monografi Desa Cisaat Kecamatan Cisaat, 2010 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Cisaat adalah wiraswasta yang termasuk pemilik industri tahu didalamnya yaitu sebesar 39,57%. Sisanya merupakan karyawan swasta, buruh tani, pegawai negeri sipil, pensiunan, petani, POLRI, TNI dan karyawan BUMN. Luas Desa Cisaat seluruhnya mencapai Ha. Penggunaan lahan di Desa Cisaat diperuntukkan pertaniaan seluas 39 Ha, pemukiman, pekarangan, dan sisanya adalah tanah untuk pendidikan, lapangan, jalan, dan pemakaman Gambaran Umum Sentra Industri Tahu di Desa Cisaat Jumlah industri tahu yang ada di Desa Cisaat berjumlah tujuh pabrik tahu. Industri tahu di Desa Cisaat tergolong industri kecil dan industri sedang menurut banyaknya tenaga kerja yaitu antara 5-19 orang dan orang (BPS 2012). Klasifikasi industri berdasarkan banyaknya tenaga kerja dapat dilihat pada Table 6. Tabel 6. Klasifikasi Industri Berdasarkan Banyaknya Tenaga Kerja No Klasifikasi Industri Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 1 Industri Besar 100 keatas 2 Industri Sedang Industri Kecil Industri Rumah Tangga 1-4 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Jumlah pabrik tahu yang ada di Desa Cisaat mengalami penurunan pada tahun 2008 karena banyak pabrik yang gulung tikar akibat kenaikan harga kedelai. 27

42 Pada awalnya semua pabrik tahu yang ada di Desa Cisaat menjadi anggota Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Sukabumi. Peran KOPTI Kabupaten Sukabumi memasok kedelai kepada pabrik-pabrik tersebut. Kini pabrik-pabrik tersebut tidak aktif lagi di KOPTI karena beberapa hal, sehingga pasokan kedelai mereka berasal dari petani kedelai langsung yang berada di Desa Ciranjang. Letak pabrik tahu dengan pabrik tahu lainnya berdekatan dan dekat dengan aliran sungai sehingga pabrik-pabrik tersebut langsung membuang limbah cair sisa produksinya ke sungai. Padahal aliran sungai tersebut digunakan oleh masyarakat untuk mengaliri sawah dan mengisi kolam ikan, sedangkan di hilirnya digunakan untuk pemukiman. Namun saat ini aliran sungai ini sudah tidak dapat digunakan lagi untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut Karakteristik Sosial dan Ekonomi Pabrik Tahu Desa Cisaat Responden untuk pabrik tahu diambil sebanyak 7 pabrik keseluruhan dari pabrik yang ada di Desa Cisaat. Berikut merupakan nama-nama pemilik pabrik tahu yang ada di Desa Cisaat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nama-nama Pemilik Pabrik Tahu Desa Cisaat Nama Pabrik. Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Pabrik 4 Pabrik 5 Pabrik 6 Pabrik 7 Sumber : Data primer, diolah (2012). Nama Pemilik Bapak Mamik Ibu Uun Bapak Ujay Bapak Nanang Bapak Abud Bapak Dakim Ibu Yati Usia Tingkat usia pemilik pabrik tahu berkisar antara 50 sampai 58 tahun. Usaha ini dijalankan secara turun temurun sehingga nantinya anak-anaknya yang akan 28

43 meneruskan usaha tersebut. Perbandingan tingkatan usia antar pemilik pabrik tahu dapat dilihat pada Table 8. Tabel 8. Tingkat Usia Pemilik Pabrik Tahu Desa Cisaat Nama Pemilik Umur (Tahun) Bapak Mamik 50 Ibu Uun 50 Bapak Ujay 50 Bapak Nanang 58 Bapak Abud 50 Bapak Dakim 53 Ibu Yati 55 Sumber : Data primer, diolah (2012) Pendidikan Tingkatan pendidikan pemilik pabrik tahu mayoritas adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 4 orang. Sisanya pemilik pabrik yang tidak tamat SD sebanyak 2 orang dan hanya 1 orang yang menempuh pendidikan formal sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini disebabkan karena mayoritas pemilik pabrik berumur diatas 50 tahun dimana pada saat tersebut tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal masih rendah serta kondisi perekonomian yang masih kurang memungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Tingkatan pendidikan pemilik pabrik tahu Desa Cisaat dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkatan Pendidikan Pemilik Pabrik Tahu Desa Cisaat Nama Pemilik Pendidikan Bapak Mamik Ibu Uun Bapak Ujay Bapak Nanang Bapak Abud Bapak Dakim Ibu Yati Sumber : Data primer, diolah (2012). SD tidak tamat SD SD tidak tamat SD SMP SD SD 29

44 Pengalaman Usaha Pengalaman usaha pemilik pabrik tahu bervariasi yaitu antara 5 sampai 20 tahun. Umumnya pemilik pabrik memiliki pengalaman usaha yang cukup lama karena keterampilan dalam membuat tahu merupakan warisan turun temurun, sehingga menunjukkan pemilik pabrik sangat berpengalaman dalam usaha tahu yang dijalankan. Pengalaman usaha pemilik pabrik tahu dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pengalaman Usaha Pemilik Pabrik Tahu Desa Cisaat Nama Pemilik pengalaman usaha (Tahun) Bapak Mamik 15 Ibu Uun 20 Bapak Ujay 15 Bapak Nanang 15 Bapak Abud 20 Bapak Dakim 17 Ibu Yati 5 Sumber : Data primer, diolah (2012) Skala Produksi Skala produksi yang dilakukan oleh pemilik pabrik tahu beragam yaitu mulai dari 150 sampai 1000 kilogram kedelai per produksi. Skala produksi tersebut menghasilkan kapasitas produksi yang lumayan besar. Skala produksi pabrik tahu dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Skala Produksi Pabrik Tahu Desa Cisaat Nama Pemilik Skala Usaha (kg kedelai/sekali produksi) Bapak Mamik 150 Ibu Uun 150 Bapak Ujay 150 Bapak Nanang 200 Bapak Abud 250 Bapak Dakim 500 Ibu Yati 1000 Sumber : Data primer, diolah (2012). 30

45 Luas Tempat Usaha Luas tempat usaha pabrik tahu di Desa Cisaat berkisar antara 100 m² hingga 700 m². Luas tempat usaha pabrik tahu cukup luas karena produksi yang dihasilkan cukup besar berkisar antara 150 hingga 1000 kg. Hal ini terlihat jelas pada Tabel 12. Tabel 12. Luas Tempat Usaha Pabrik Tahu Desa Cisaat Nama Pemilik luas tempat usaha (m²) Bapak Mamik 100 Ibu Uun 100 Bapak Ujay 100 Bapak Nanang 150 Bapak Abud 150 Bapak Dakim 500 Ibu Yati 700 Sumber : Data primer, diolah (2012) Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang digunakan di pabrik tahu ini cukup banyak berkisar antara 5 sampai 25 orang tenaga kerja, diluar anggota keluarga yang menjadi tenaga kerja. Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja, 5 pabrik tahu tergolong industri kecil karena jumlah tenaga kerja antara 5 19 orang dan 2 pabrik tergolong industri sedang karena jumlah tenaga kerja antara orang (BPS 2012). Rata-rata upah yang diberikan kepada tenaga kerja berkisar antara Rp sampai Rp perhari dengan jam kerja umumnya 8 jam perhari. Banyaknya jumlah tenaga kerja pabrik tahu Desa Cisaat dapat dilihat pada Tabel

46 Tabel 13. Banyaknya Tenaga Kerja Pabrik Tahu Desa Cisaat Nama Pemilik tenaga kerja (Orang) Bapak Mamik 5 Ibu Uun 5 Bapak Ujay 5 Bapak Nanang 10 Bapak Abud 10 Bapak Dakim 20 Ibu Yati 25 Sumber : Data primer, diolah (2012) Pemasaran Pemasaran yang dilakukan pemilik pabrik tidaklah sulit untuk menjual tahunya. Masyarakat setempat sudah sangat mengenal tahu yang ada di Desa Cisaat. Biasanya masyarakat langsung mendatangi pabrik untuk membeli tahu, salah satunya pedagang asongan. Pedagang asongan mendatangi pabrik untuk membeli tahu yang nantinya akan dijual kepada konsumen yang ada di jalan-jalan atau diangkutan umum. Selain itu, pemasaran yang dilakukan pemilik pabrik adalah menjual tahunya kepada beberapa pedagang yang ada di pasar yang sudah menjadi langganan mereka. Pasar yang biasa mereka pasok adalah pasar Sukabumi, pasar Ciranjang, pasar Ramayana, pasar Cisaat, pasar Cibadak, pasar Pelabuhan Ratu, pasar Cicurug, pasar Jampang, pasar Cigombong dan sebagian besar pasar-pasar yang ada di Kota Bogor dan Cianjur. 5.3 Karakteristik Responden Responden yang diambil merupakan masyarakat Desa Cisaat yang berada dekat dengan pabrik tahu dan teraliri air hasil produksi pabrik tahu. Responden ini dipilih untuk menilai persepsi mereka atas limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu. Karakteristik yang menjadi perhatian dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan formal, pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan,dan lama tinggal. 32

47 Usia Tingkat usia pada responden cukup bervariasi yaitu berkisar antara usia 16 sampai diatas usia 58 tahun. Sebanyak 30% berada pada kisaran usia tahun. Responden yang berusia tahun sebanyak 20%, dan responden yang berusia tahun sebanyak 16%. Sementara itu, sebanyak 14% responden berusia tahun, sebanyak 12% responden berusia tahun, sebanyak 6% responden berusia tahun dan hanya 2% berusia tahun. Perbandingan persentasi tingkat usia responden dapat dilihat pada Gambar 2. 14% 2% 6% 12% 30% 16% 20% tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat usia Jenis Kelamin Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Persentase jumlah responden perempuan adalah 58% sedangkan laki-laki 42%. Sebaran jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3. 58% 42% Laki-laki Perempuan Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 33

48 Status Pernikahan Status pernikahan yang ada di Desa Cisaat mayoritas sudah menikah yaitu sebesar 88% atau sebesar 12% berstatus belum menikah. Komposisi responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 4. 12% 88% Menikah Belum menikah Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Berdasarkan gambar diatas mayoritas reponden berstatus sudah menikah. Hal ini dikarenakan responden yang diwawancarai sudah berusaia diatas 25 tahun yang merupakan usia yang ideal untuk menikah Pendidikan Tingkat pendidikan responden di Desa Cisaat bervariasi antara tamatan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (PT). Sebaran kelompok tingkat pendidikan formal terakhir responden masyarakat dapat dilihat pada Gambar 5. 14% 22% 4% 60% SD SMP SMA PT Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa rata-rata pendidikan terakhir responden merupakan lulusan SD yaitu sebesar 60%. Responden yang merupakan lulusan SMA sebanyak 22% dan yang merupakan lulusan SMP sebanyak 14%. 34

49 Responden yang merupakan lulusan PT hanya sebanyak 4%. Banyaknya lulusan SD di Desa Cisaat disebabkan mayoritas responden yang diwawancarai berada pada usia diatas 40 tahun dimana pada masa itu tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal masih rendah serta kondisi perekonomian yang masih kurang memungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi Pekerjaan Pekerjaan para responden dalam penelitian dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu wiraswasta, ibu rumah tangga, burh pabrik, pelajar/mahasiswa, buruh tani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan swasta. Sebaran pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa responden masyarakat mayoritas dari kelompok wiraswasta sebanyak 42%. Kemudian sebanyak 24% responden berasal dari ibu rumah tangga, sebanyak 12% dari kelompok buruh pabrik, sebanyak 8% dari kelompok buruh tani dan sebanyak 6% dari kelompok karyawan swasta. Untuk responden yang berasal dari kelompok pelajar dan PNS masing-masing sebanyak 4% Pendapatan 4% 8% 12% Pelajar 24% Ibu Rumah Tangga 6% Wiraswasta 4% Pegawai Negeri Sipil 42% karyawan Swasta Buruh Tani Buruh Pabrik Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan per bulan keluarga yang diperoleh dari suami atau istri yang bekerja. Untuk responden seperti 35

50 pelajar/mahasiswa dalam hal ini merupakan uang saku perbulannya. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan responden terbagi kedalam enam kelompok. Adapun sebaran pendapatan responden dapat dilihat pada Gambar 7. 8% 2% 4% 24% 4% 58% < 500rb 500rb - 1jt >1jt - 1,5jt >1,5jt - 2jt >2jt - 2,5jt >2,5jt - 3 jt Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan responden berkisar antara Rp Rp perbulannya dengan proporsi sebesar 58%. Responden yang pendapatan per bulannya berkisar antara >Rp Rp sebanyak 24%, dan responden yang pendapatan per bulannya berkisar antara >Rp Rp sebanyak 8%. Untuk responden yang pendapatan per bulannya kurang dari Rp , >Rp Rp , dan >Rp Rp masing-masing sebesar 4%, 4%, dan 2 % Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan berarti jumlah anggota keluarga yang menempati satu tempat dan satu manajemen keuangan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi rata-rata responden tidak memiliki jumlah tanggungan dengan proporsi sebanyak 42%. Responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang sebanyak 32%, dan responden yang memiliki jumlah tanggungan 3-4 orang sebanyak 26%. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden dapat dlihat pada Gambar 8. 36

51 26% 42% Tidak Ada 32% Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tangungan Lama Tinggal Lama tinggal dalam penelitian ini adalah sudah berapa lama responden tinggal di Desa Cisaat. Tingkat lama nya tinggal responden dibagi kedalam tujuh kelompok. Adapun sebaran lama tinggal responden dapat dilihat pada Gambar 9. 34% 2% 14% 10% 1-9 tahun tahun tahun tahun 20% Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa mayoritas responden sudah tinggal di Desa Cisaat berkisar antara tahun dengan proporsi sebanyak 34%. Responden yang sudah menetap di Desa Cisaat selama tahun sebanyak 20%, sebanyak 16% untuk masyarakat yang sudah menetap selama tahun, sebanyak 14% untuk responden yang sudah menetap selama 1-9 tahun, dan sebanyak 10% untuk responden yang sudah menetap selama tahun. Sementara itu untuk responden yang sudah menetap selama tahun dan % tahun masing-masing memiliki proporsi sebanyak 4% dan 2%. 4% tahun tahun tahun 37

52 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang ada di Desa Cisaat. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian ini meliputi aspek proses produksi tahu, jenis limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu, serta dampak dari limbah tahu Deskripsi Proses Produksi Tahu Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri kecil. Cara pembuatan tahu pada setiap pabrik agak berbeda, namun pada prinsipnya sama, yaitu mengekstrak protein kedelai dengan air, kemudian menggumpalkannya dengan menggunakan asam atau garam-garam tertentu. Secara garis besar pembuatan tahu terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan (pembuatan susu kedelai) dan tahap koagulasi (penggumpalan) susu kedelai sampai terbentuk tahu cetak (Indrasti dan Fauzi 2009). Namun untuk menghasilkan tahu proses produksi ditambah satu tahap lagi yaitu tahap penggorengan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tahapan-tahapan dari proses produksi tahu yaitu tahap pencucian, perendaman, penggilingan, pemasakkan, ekstraksi susu kedelai, penggumpalan, pengendapan, pencetakan, pengepresan, pemotongan dan penggorengan. Pada tahap pencucian, kedelai yang akan diolah harus dicuci sampai bersih sebelum direndam. Pencucian dimaksudkan agar kotoran-kotoran yang ada pada kedelai hilang seperti pasir, tanah dan lainnya. Tahap perendaman dilakukan berkisar antara 8-12 jam atau semalaman. Pada akhir perendaman kedelai juga dibersihkan dari pasir, ranting, daun, kulit dan lain-lain. 38

53 Tahap penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga dapat mengurangi waktu pemasakkan dan mempermudah ekstraksi susu kedelai. Tahap pemasakkan dilakukan dalam waktu 30 menit dengan memberikan air secara terus menerus hingga komposisi berat kedelai (awal) dengan air yang ditambahkan saat pemasakkan sekitar 1:10. Pemasakkan bertujuan untuk memperoleh ekstrak protein yang optimum. Ekstraksi dilakukan dengan menyaring kedelai dengan kain blacu sehingga diperoleh sari (susu) kedelai dan dari penyaringan akan tersisa ampas tahu. Pada proses penggumpalan, sari (susu) kedelai yang telah diperoleh selanjutnya diendapkan dengan menambahkan koagulan (bahan penggumpal) untuk memperoleh protein susu. Selanjutnya gumpalan yang terbentuk tersebut dimasukan kedalam cetakan yang dilapisi oleh kain blacu berwarna putih kemudian dipress hingga terbentuk tahu cetak. Setelah tahu terbentuk masuk ketahap penggorengan. Pada tahap tersebut, tahu yang sudah jadi dimasukan kedalam penggorengan yang sudah diisi minyak goreng panas. Setelah tahu berubah warna menjadi kecoklatan angkat dan tiriskan. Secara ringkas, proses pembuatan tahu dapat dilihat pada Gambar

54 Kedelai 150 kg (sudah dicuci) Perendaman (3-6 jam, 450 lt) Air panas (50º- 70ºC, 150 lt Air (300 lt) Penirisan Penggilingan Bubur Air (1400 lt) Pemasakkan (100ºC, 30menit) Penyaringan Ampas tahu Ekstraksi susu kedelai Koagulan (penggumpal) Penggumpalan Pemisahan bagian cairan Curd Pencetakan dan pengepresan Whey Pengirisan Tahu Penggorengan Tahu Sumber : Data sekunder Gambar 10. Diagram Proses Pembuatan Tahu 40

55 Identifikasi Jenis Limbah Tahu Jenis limbah tahu yang berhasil diamati dari pabrik tahu di Desa Cisaat terdiri dari tiga jenis, yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah asap atau debu 5. Limbah padat berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses penyaringan bubur kedelai, limbah cair tahu diperoleh dari proses pencucian, perendaman, pemasakkan dan penyaringan, sedangkan limbah asap atau debu berasal dari proses penggorengan menggunakan bahan bakar serbuk gergaji. Limbah padat berupa ampas tahu dijual kepada pemilik ternak untuk dijadiakan pakan bagi ternak-ternaknya. Limbah cair yang berasal dari proses pencucian dan perendaman ini mengandung komponen organik yang apabila dibiarkan akan menyebabkan air menjadi hitam dan berbau busuk. Limbah cair yang dihasilkan dari proses pemasakkan berupa air yang tercecer saat pengadukan, sedangkan limbah cair yang berasal dari proses penyaringan biasa disebut dengan whey. Whey merupakan cairan basi yang apabila dibiarkan dan dibuang ke sungai akan menimbulkan pencemaran lingkungan (Indrasti dan Fauzi 2009). Limbah asap atau debu yang dikeluarkan dari proses penggorengan dengan menggunakan bahan bakar serbuk gergaji jika terkena kulit akan mengakibatkan gatal-gatal. Secara ringkas, komposisi limbah padat dan cair yang dihasilkan dari proses produksi tahu per 100 kg kedelai dapat dilihat pada Tabel 14. Sedangkan komposisi limbah yang dihasilkan oleh setiap pabrik tahu di Desa Cisaat per hari dapat dilihat pada Lampiran 1. 5 Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pabrik tahu, Bapak Kardi (ketua Rw3), di desa Cisaat tanggal 10 Juni

56 Tabel 14. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu Tahapan Limbah Cair (liter) Limbah Padat (kg) Pencucian 262,5 - Perendaman 150,0 - Perebusan 2100,0 210 Total 2512,5 210 Sumber: Data primer, diolah (2012) Dampak Limbah Tahu Industri tahu menghasilkan produk sampingan berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah asap atau debu. Limbah yang dihasilkan oleh industri tahu dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Limbah padat yang dihasilkan dari industri tahu adalah ampas tahu yang seluruhnya sudah dimanfaatkan oleh pengrajin tahu dengan menjualnya untuk pakan ternak. Apabila ampas tahu ini tidak dimanfaatkan oleh pengrajin tahu dan langsung dibuang ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan seperti bau busuk yang dihasilkan oleh kandungan bahan organik yang terdapat dalam ampas tahu (Indrasti dan Fauzi 2009). Limbah cair yang dihasilkan mengandung sisa air dari susu tahu yang tidak menggumpal yang masih mengandung bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lemak yang dapat dijadikan tempat berkembangnya mikroba yang akan mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar (Astuti, Wisaksono dan Nurwini 2007). Seluruh pemilik pabrik tahu masih belum melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang mereka hasilkan, alasannya biaya yang mahal dan teknologi yang sulit untuk diterapkan menjadi hambatan utama para pemilik pabrik tahu. Akibatnya para pemilik pabrik tahu membuang limbah cair hasil proses produksi tahunya secara langsung tanpa proses pengolahan ke aliran sungai yang dekat dengan pabrik mereka. Apabila dibiarkan, air limbah akan berubah 42

57 warna menjadi kehitaman dan akan menimbulkan bau busuk yang akan mengakibatkan pada gangguan pernapasan. Apabila air limbah ini dialirkan kesungai dan air sungai itu dikonsumsi oleh masyarakat maka akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti gatal, diare, kolera, radang usus, dan penyakit lainnya. Limbah asap dan debu yang dihasilkan dari proses penggorengan yang menggunakan bahan bakar serbuk gergaji akan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Asap yang dihasilkan berwarna hitam pekat jika terhirup oleh masyarakat akan mengalami gangguan pernapasan seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dan ASMA. Debu hitam yang dihasilkan dari proses penggorengan jika terkena kulit, kulit akan menjadi merah dan gatal-gatal Estimasi Pendapatan Industri Tahu Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal Pendapatan usaha pengolahan tahu di Desa Cisaat terdiri dari arus penerimaan (revenue) dan arus biaya (cost). Penerimaan dan biaya dalam analisis ini dibatasi pada penerimaan dan biaya yang dapat diperhitungkan (tangible) Arus Penerimaan Arus penerimaan industri tahu di Desa Cisaat terdiri penerimaan produksi utama (tahu) dan penerimaan produksi sampingan (ampas tahu). Rincian komponen penerimaan pabrik tahu per tahun dapat dilihat pada Tabel 15. Data komponen penerimaan pabrik tahu dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 15. Komponen Penerimaan Pabrik Tahu/tahun Komponen Penerimaan Penerimaan per Pabrik (Rp) Pabrik1 Pabrik2 Pabrik3 Pabrik4 Pabrik5 Pabrik6 Pabrik7 Tahu Ampas Tahu Total Penerimaan Sumber: Data Primer, diolah (2012) 43

58 Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat penerimaan setiap pabrik tahu berbeda-beda sesuai skala produksi setiap pabrik yaitu jumlah bahan baku berupa kedelai yang mereka gunakan dan harga penjualan tahu yang mereka tetapkan sendiri. Pabrik 1-3 memiliki skala produksi sebesar 150 kg kedelai. Pabrik 4-7 masing-masing memiliki skala produksi sebesar 200, 250, 500 dan 1000 kg kedelai Arus Biaya Arus biaya produksi pada industri pembuatan tahu di Desa Cisaat terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya faktor produksi dan peralatan yang mendukung proses pembuatan tahu seperti lahan, bangunan, penggilingan, tungku, kuali, drum/ember, cetakan, kain blacu, saringan, gayung, raga dan widig. Rincian komponen biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Komponen Biaya Tetap pabrik Tahu/tahun `Komponen Biaya Tetap Biaya Tetap per Pabrik (Rp) Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Pabrik 4 Pabrik 5 Pabrik 6 Pabrik 7 Bangunan Penggilingan Tu ngku Kuali Drum/ember Gentong/ gentong semen Cetakan Saringan Rak (kerai) dari bamboo Total biaya tetap Sumber: Data Primer, diolah (2012) Biaya variabel industri tahu meliputi penggunaan kedelai, solar dan oli mesin penggiling, minyak goreng, garam, listrik, karyawan, serbuk gergaji, 44

59 transportasi, dan plastik. Rincian komponen biaya variabel pabrik tahu dapa dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Komponen Biaya variabel Pabrik Tahu/tahun Komponen Biaya variable Biaya Variabel per Pabrik (Rp) Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Pabrik 4 Pabrik 5 Pabrik 6 Pabrik 7 Kedelai Solar dan oli Minyak goreng Garam Listrik Karyawan Serbuk gergaji Transportasi Plastik Gayung Kain blacu Total biaya variable Sumber: Data Primer, diolah (2012) Total biaya produksi pada industri tahu dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabel. Rincian total biaya produksi pabrik tahu dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Total Biaya Produksi Pabrik Tahu/tahun Nama Pabrik. Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Biaya Total (Rp) Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Sumber: Data Primer, diolah (2012) 45

60 Pendapatan Tingkatan pendapatan industri tahu dihitung dengan mengurangi total penerimaan (total revenue) dengan total biaya (total cost). Rincian pendapatan pabrik tahu dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pendapatan Pabrik Tahu/tahun Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal Nama Pabrik. Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Sumber: Data Primer, diolah (2012) 6.3. Estimasi Biaya Ekternal yang Ditanggung Industri Tahu untuk Pengolahan Limbah dengan Menggunakan IPAL Biaya ekternal yang harus ditanggung oleh pengusaha pabrik tahu untuk mengurangi limbah yang dikularkan dari pabriknya adalah dengan pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Internalisasi Biaya ekternal adalah memasukaan biaya eksternal (biaya sosial) kedalam suatu biaya produksi. Biaya sosial disini merupakan biaya pembangunan IPAL Mekanisme Sistem pengolahan Limbah Cair dengan IPAL Salah satu cara mengurangi dampak limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu adalah dengan menggunakan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Teknik pengolahan limbah dengan IPAL ada dua cara yaitu IPAL terpadu dan IPAL teknik biogas. Teknik pengolahan limbah tahu yang bermanfaat bagi industri tahu adalah teknik biogas dengan biodigester karena (1) biaya investasi untuk pembangunan IPAL biogas lebih rendah dan (2) gas methan yang dihasilkan dari pengolahan limbah tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi 46

61 alternatif yang menghasilkan gas-bio. Gas-bio tersebut dapat digunakan untuk proses produksi tahu lainnya seperti memasak, lampu dan sebagainya. IPAL dengan teknik biogas terdiri dari bak inlet, biodigester, bak peluapan, Anerobic Baffled Reactor (ABR), Anaerobic filter (AF), dan bak aoutlet. Selain itu keuntungan menggunakan IPAL teknik biogas adalah dapat menurunkan kadar BOD dan COD hingga 90%. Limbah cair dimasukkan/disalurkan ke dalam bak inlet yang berfungsi untuk menampung air limbah sebelum diolah. Setelah air limbah masuk ke dalam inlet, air tersebut mengalir ke dalam digester untuk menghasilkan gas methan (gas bio) yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif bagi pabrik. Setelah diolah dengan biodigester, air limbah dimasukan ke dalam ABR dan AF, untuk diendapkan dan difiltrasi agar kadar BOD dan COD turun hingga 90%. Fungsi ABR (Reaktor lumpur aktif) adalah untuk menghilangkan bahan organik dalam air limbah, sedangkan AF berfungsi untuk menyaring air limbah agar kandungan bahan pencemar berkurang. Air limbah yang sudah diolah langsung dialirkan menuju bak outlet yang berfungsi untuk menampung air limbah sebelum dibuang ke sungai. Setelah ditampung, air limbah yang telah diolah dapat dibuang ke sungai. Gambar Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas dapat dilihat pada gambar berikut. 1. Biodiegester Desain kedap judara Menghasilkan gas bio sebagai sumber energy Mengolah limbah berkandungan air rendah 47

62 Gambar 11. Biodiegester 2. Anerobic Baffled Reactor (ABR) Air limbah langsung dialirkan melewati endap bakteri aktif disetiap reactor System terintegrasi sehingga tidak ada zat padat ukuran besar bias masuk ke reactor Gambar 12. Anerobic Baffled Reactor (ABR) 3. Anaerobic filter (AF) Air limbah langsung difiltrasi dengan endapan bakteri aktif yang terdapat pada material penyaring Menurunkan COD dan BOD hingga 90% Gambar 13. Anaerobic filter (AF) 48

63 Biaya Eksternal untuk Pengolahan Limbah dengan IPAL Per Pabrik Tahu Menurut penelitian Natalia (2008), yang merancang biaya pembangunan IPAL di Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor, biaya untuk membangun IPAL terdiri dari biaya pembelian dan pemasangan biodigester, biaya pembelian dam pemasangan ABR dan AF dan biaya pemasangan pemipaan serta biaya supervise konstruksi dan garansi 1 tahun sebanyak 15% dari total biaya konstruksi. Berikut rincian dari biaya pembangunan IPAL dengan teknik biogas. Umur ekonomis IPAL diasumsikan selama 10 tahun. Tabel 20. Rincian Biaya Pembangunan IPAL Teknik Biogas/tahun No. Jenis Pekerjaan Biaya (Rp) Biaya/tahun (Rp) 1. Pembelian dan pemasangan biodigester , , Pembelian dan pemasangan ABR dan AF , , Pembelian dan pemasangan pemipaan , ,389 Jumlah Biaya Konstruksi , ,759 Supervise konstruksi dan garansi 1 tahun (15%) , ,164 Total , ,923 Dibulatkan , ,000 Sumber : Data Sekunder, diolah (2012) Biaya pembangunan IPAL untuk kapasitas 45 m³ per hari adalah Rp /tahun. Kapasitas yang ditampung oleh IPAL teknik biogas tersebut adalah 45 m³ per hari dengan rata-rata limbah yang dikeluarkan per hari dari semua pabrik di Desa Cisaat adalah 40,2 m³ (Lampiran 2). IPAL tersebut dapat digunakan oleh sekitar tujuh pabrik yang ada di Desa Cisaat. Namun karena setiap pabrik memiliki skala produksi (penggunaan kedelai) yang berbeda maka akan menghasilkan limbah cair yang berbeda. Oleh karena itu, perhitungan biaya pembangunan IPAL berdasarkan biaya pembangunan IPAL per kilogram penggunaan kedelai. Perhitungan biaya pembangunan IPAL per kilogram kedelai merupakan pembagian dari total biaya IPAL dibagi dengan jumlah total skala 49

64 produksi tujuh pabrik tahu. Total Skala produksi per hari dari tujuh pabrik tahu didapat sebanyak 2400 kg, skala produksi per hari diasumsikan tidak berubah setiap tahunnya untuk setiap pabrik tahu. Setelah mendapatkan biaya pembangunan IPAL per kilogram, hasil akan dikali jumlah skala produksi per pabrik. Biaya pembangunan IPAL untuk 1 kg kedelai adalah sebagai berikut: Biaya pembangunan IPAL/kg = harga pembangunan IPAL/total skala usaha Biaya pembangunan IPAL/kg = Rp ,00/2.400 kg Biaya pembangunan IPAL/kg = Rp /kg Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa biaya pembangunan IPAL teknik biogas adalah sebesar Rp /kg. Rincian mengenai pembangunan IPAL teknik biogas per pabrik dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Biaya Pembangunan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Per Tahun Nama pabrik. Skala Produksi (kg)/hari Biaya Pembangunan IPAL (Rp) Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Jumlah Sumber : Data Primer, diolah (2012) Selain biaya pembangunan perlu juga dilakukan biaya untuk perawatan dan pemeliharaan IPAL. Sehingga perlu dilakukan juga perhitungan biaya operasional per unit pabrik. Berikut data mengenai biaya-biaya operasional pengolahan limbah dengan IPAL teknik biogas dapat dilihat pada Tabel

65 Tabel 22. Rincian Biaya Operasional Pengolahan IPAL Teknik Biogas/tahun No Jenis Pekerjaan Biaya/bulan (Rp) Biaya/tahun (Rp) 1. Upah Tenaga Kerja IPAL Rp per bulan Biaya Overhead Biaya Perawatan Biaya Angkutan Total Biaya Operasional Sumber : Data Sekunder, diolah (2012) Biaya operasional terdiri dari upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya perawatan dan biaya pengangkutan. Upah tenaga kerja diestimasi Rp /bulan menjadi Rp /tahun sesuai UMR (Upah Minimum Regular) di Kabupaten Sukabumi. Biaya overhead diestimasikan sebesar Rp /bulan menjadi Rp /tahun. Biaya perawatan diestimasikan sebesar Rp /bulan menjadi Rp /tahun. Biaya angkutan diestimasikan sebesar Rp /bulan menjadi Rp /tahun. Sehingga total keseluruhan biaya operasional teknik IPAL biogas yang sudah dibulatkan sebesar Rp ,00/tahun. IPAL tersebut digunakan untuk tujuh pabrik tahu. Perhitungan biaya operasional IPAL per kilogram merupakan pembagian dari total biaya operasional IPAL dibagi dengan jumlah total skala produksi tujuh pabrik tahu. Total Skala produksi per hari dari tujuh pabrik tahu didapat sebanyak 2400 kg, skala produksi per hari diasumsikan tidak berubah setiap tahunnya untuk setiap pabrik tahu.setelah mendapatkan biaya operasional IPAL per kilogram, hasil akan dikali jumlah skala produksi per pabrik. Biaya operasional untuk 1 kg kedelai adalah sebagai berikut: Biaya operasional IPAL/kg = harga operasional IPAL/total skala usaha Biaya operasional IPAL/kg = Rp ,00/2.400kg Biaya operasional IPAL/kg = Rp /kg 51

66 Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa biaya operasional IPAL teknik biogas /adalah sebesar Rp /kg. Rincian mengenai operasional IPAL teknik biogas per pabrik dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Biaya Oprasional Pengolahan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Per Tahun Nama pabrik. Skala Produksi (kg) Biaya Operasional IPAL (Rp) Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Jumlah Sumber : Data primer, diolah (2012) Total biaya pengolahan dengan menggunakan IPAL yang harus ditanggung oleh setiap pabrik tahu adalah penjumlahan antara biaya pembangunan dan biaya operasional. Lebih rinci mengenai perhitungan total biaya IPAL per pabrik per tahun dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Total Biaya Pengolahan dengan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Per Tahun Nama pabrik. Biaya Pembangunan Biaya Operasional Biaya Total Pengolahan IPAL (Rp) IPAL (Rp) IPAL (Rp) Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Sumber : Data Primer, diolah (2012) 6.4. Analisis Pendapatan Industri Tahu Setelah Internalisasi Biaya Eksternalitas Biaya total setelah adanya internalisasi biaya eksternal merupakan penjumlahan dari biaya variabel, biaya tetap dan biaya pengolahan IPAL (biaya 52

67 eksternal). Rincian biaya total setelah adanya internalisasi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Total Biaya Produksi Pabrik Tahu/tahun Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Nama Biaya Variabel Total Biaya Setelah Biaya Tetap (Rp) Biaya eksternal (Rp) Pabrik.. (Rp) Internalisai (Rp) Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Sumber: Data Primer, diolah (2012) Pendapatan setiap industri tahu/tahun setelah adanya internalisasi pengolahan limbah tetap bernilai positif. Hal ini menunjukkan dengan melakukan pengolahan limbah pabrik tahu tetap mendapatkan keuntungan dan lingkungan sekitar dapat tetap terjaga. Rincian pendapatan produksi pabrik tahu/tahun setelah adanya internalisasi dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Pendapatan Produksi Pabrik Tahu/tahun Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Nama Pabrik. Total Penerimaan Total Biaya Setelah Pendapatan Setalah (Rp) Internalisasi (Rp) Internalisasi (Rp) Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Sumber: Data Primer, diolah (2012)/ Rata-rata penurunan pendapatan pabrik tahu setelah internalisasi biaya eksternal dengan pembuatan IPAL sebesar 16,43%. Persentase penurunan pendapatan terbesar pabrik tahu setelah adanya internalisasi biaya ekternal dialami oleh pabrik 1, 2,dan 3 dengan persentasi penurunan sebesar 19.31%. Hal ini dikarenakan pabrik 1, 2,dan 3 memiliki pendapatan yang kecil dibandingkan 53

68 dengan pabrik tahu lainnya. Persentase penurunan terkecil dialami oleh pabrik 5 dengan persentase sebesar 11,40%. Hal ini menunjukan pabrik 5 lebih efisien dibandingkan pabrik lainnya dalam penggunaan bahan-bahan produksi dan menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Perubahan Pendapatan Sebelum dan Setelah adanya internalisasi biaya eksternal dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Persentase Penurunan Pendapatan Pabrik Tahu Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Nama Pabrik. Pendapatan Sebelum Pendapatan Setelah Internalisasi(Rp) Internalisasi (Rp) Pabrik ,31 Pabrik ,31 Pabrik ,31 Pabrik ,10 Pabrik ,40 Pabrik ,30 Pabrik ,29 Rata-rata 16,43 Sumber: Data Primer, diolah (2012) Persentase perubahan pendapatan (%) 6.5. Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Proses Produksi Tahu Persepsi diberikan oleh responden yang merupakan warga Desa Cisaat yang menjadi objek dari penelitian ini. Sejumlah warga yang tinggal dekat dengan pabrik tahu akan terkena dampak lingkungan akibat proses produksi pabrik tersebut. Persepsi masyarakat perlu diketahui karena masyarakat merasakan dan mengetahui tentang perubahan kondisi lingkungan dan perlu tidaknya membangun IPAL bagi pabrik tahu. Persepsi ini diukur dengan skala Likert yaitu dengan cara memberikan pembobotan (scoring) pada setiap jawaban responden. Desa Cisaat terdapat tujuh buah pabrik tahu yang berpotensi merusak lingkungan, limbah hasil proses pabrik tahu ini berupa limbah padat, limbah cair yang dibuang ke aliran sungai, dan asap. Peranan utama aliran sungai bagi warga Desa Cisaat berfungsi untuk irigasi pertanian dan sarana air untuk kolam ikan. Namun, akibat adanya limbah proses produksi tahu menyebabkan perubahan 54

69 kondisi aliran sungai. Selain, itu asap yang dikeluarkan dari proses produksi pabrik tahu mencemari udara sekitar kawasan yang menyebabkan masyarakat mengalami gangguan kesehatan seperti gatal-gatal, ISPA, ASMA, dan kondisi atap rumah yang menghitam. Hasil penelitian terhadap 50 responden di Desa Cisaat menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan banyak perubahan kondisi lingkungan di lingkungan mereka. Penilaian perubahan kondisi lingkungan ditunjukkan dari persepsi masyarakat terhadap menurunnya estetika lingkungan, menimbulkan kebisingan, penurunan kualitas air, penurunan kualitas udara, penurunan produktifitas masyarakat, dan menimbulkan gangguan kesehatan. Persepsi masyarakat dinilai dengan menggunakan skala likert dengan memberikan nilai dari 1 sampai 5. Hasil rata-rata persepsi masyarakat dari 50 responden dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Proses Produksi Tahu No Keterangan Nilai 1 Kondisi air Kondisi udara Kebisingan Kondisi lingkungan secara umum Produksi pertanian seperti padi atau ikan Kondisi kesehatan masyarakat Seberapa penting pembuatan IPAL untuk mengurangi limbah pabrik tahu 4.46 Sumber: Data primer, diolah (2012) Penilaian mengenai kondisi air yang ada disekitar pabrik tahu diukur dengan cara setiap responden memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan air yang ada disekitar pabrik tahu sangat baik, nilai dua menunjukkan air disekitar pabrik tahu baik, nilai tiga menunjukkan air biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden 55

70 menunjukkan Nilai tersebut mendekati nilai empat, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan kondisi air yang ada disekitar pabrik tahu dapat dikategorikan buruk. Berdassarkan hasil wawancara dengan masyarakat, kondisi air yang menjadi buruk disebabkan oleh buangan air limbah hasil produksi pabrik tahu yang dibuang ke aliran-aliran sungai yang akan digunakan oleh masyarakat. Penurunan kondisi air dapat dilihat dari warna air yang menjadi hitam, dan bau yang kurang sedap dari air tersebut. Kondisi air yang buruk membuat masyarakat disekitar pabrik tahu merasa dirugikan karena air yang sudah tercemar limbah tidak layak digunakan dan akan menimbulkan gangguan kesehatan. Penilaian mengenai kondisi udara yang ada disekitar pabrik tahu diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan udara yang ada disekitar pabrik tahu sangat baik, nilai dua menunjukkan udara disekitar pabrik tahu baik, nilai tiga menunjukkan udara disekitar pabrik biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden menunjukkan Nilai tersebut mendekati nilai empat, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan kondisi udara yang ada disekitar pabrik tahu dapat dikategorikan buruk. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, kondisi udara yang memburuk berasal dari limbah proses produksi tahu yaitu limbah cair dan limbah padat yang mengeluarkan bau tidak sedap dan juga limbah asap yang dihasilkan pada tahap penggorengan. Hal tersebut membuat masyarakat sekitar pabrik tahu merasa rugi 56

71 karena menurunnya kualitas udara yang mereka hirup setiap hari akan menyebabkan gangguan kesehatan. Penilaian mengenai kebisingan yang diakibatkan dari proses produksi tahu diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan kondisi suara dari proses produksi tahu sangat tidak bising, nilai dua menunjukkan tidak bising, nilai tiga menunjukkan biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan bising, dan nilai lima menunjukkan sangat bising. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden menunjukkan Nilai tersebut mendekati nilai tiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan tidak terjadi perubahan kebisingan disekitar pabrik tahu setelah adanya pabrik. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, suara yang dihasilkan dari proses produksi tahu tidak mengganggu masyarakat. Penilaian mengenai kondisi lingkungan secara umum diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dekat dengan pabrik tahu secara umum sangat baik, nilai dua menunjukkan kondisi lingkungan secara umum baik, nilai tiga menunjukkan secara umum biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil perhitungan rata-rata persepsi responden menunjukkan nilai 3,94. nilai tersebut dekat dengan nilai empat yang berarti bahwa rata-rata persepsi responden terhadap kondisi lingkungan secara umum dapat dikatergorikan buruk. Hal ini merupakan kesimpulan dari 3 pertanyaan sebelumnya yang meliputi perubahan kondisi air, udara, kebisingan dan ditambah perubahan estetika lingkungan yang ada disekitar pabrik tahu. 57

72 Penilaian mengenai perubahan kondisi produksi pertanian seperti padi dan ikan akibat adanya pabrik tahu dapat diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan produksi pertanian akibat adanya pabrik tahu sangat baik, nilai dua menunjukakn produksi pertanian akibat adanya pabrik tahu baik, nilai tiga menunjukkan produksi pertanian biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden menunjukkan Nilai tersebut mendekati nilai empat, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan produksi pertanian akibat adanya pabrik tahu tergolong buruk atau menurun. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, penurunan produksi pertanian seperti padi dan ikan berasal dari penggunaan air yang sudah tercemar dengan limbah pabrik tahu. Industri pabrik tahu membuang air limbahnya ke aliran-aliran sungai, yang nantinya akan digunakan masyarakat untuk mengaliri sawah dan kolam ikan mereka. Hal tersabut membuat masyarakat sekitar pabrik tahu mengalami kerugian kerena penurunan produksi pertanian mereka yaitu padi dan ikan. Penilaian selanjutnya mengenai kondisi kesehatan masyarakat sekitar pabrik tahu diukur dengan cara setiap responden memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan kesehatan masyarakat disekitar pabrik tahu sangat baik, nilai dua menunjukkan kesehatan masyarakat disekitar pabrik tahu baik, nilai tiga menunjukkan kesehatan masyarakat biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil persepsi responden terhadap kondisi kesehatan masyarakat menunjukkan nilai Nilai tersebut mendekati nilai empat, sehingga dapat disimpulkan bahwa 58

73 rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan kondisi kesehatan masyarakat yang ada disekitar pabrik tahu tergolong buruk. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, kondisi kesehatan masyarakat menjadi buruk yang disebabkan oleh asap, debu dan air limbah yang dihasilkan pabrik. Beberapa masyarakat mengaku mengalami gangguan pernasapan karena menghirup udara yang bercampur dengan asap, debu hitam dan aroma tidak sedap yang dihasilkan dari limbah cair pabrik, debu hitam yang dihasilkan dari penggunaan serbuk gergaji pada proses penggorengan jika terkena kulit akan mengakibatkan gatal-gatal dan merah-merah. Hal tersabut membuat beberapa masyarakat sekitar pabrik tahu mengalami kerugian kerena harus pergi kedokter yang berarti mereka harus menambah biaya hidup mereka. Penilaian lain yang dilakukan selanjutnya yaitu persepsi responden terhadap seberapa penting pembuatan IPAL untuk mengurangi limbah pabrik tahu yang ada di Desa Cisaat. Penilaian diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan bahwa pembangunan IPAL sangat tidak penting, nilai dua menunjukkan pembangunan IPAL tidak penting, nilai tiga menunjukkan pembangunan IPAL biasa saja, nilai empat menunjukkan penting, dan nilai lima menunjukkan sangat penting. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden menunjukkan Nilai tersebut mendekati nilai empat yang menunjukkan masyarakat mengganggap bahwa pembangunan IPAL di Desa Cisaat penting untuk dilaksanankan. Berdasarkan hasil survei kepada 50 responden, menunjukkan bahwa 100% responden menyetujui pembangunan IPAL didesa mereka. Masyarakat menilai bahwa sudah saatnya pemerintah atau pemilik pabrik peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. 59

74 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain: 1. Total estimasi biaya eksternal untuk tujuh pabrik tahu di Desa Cisaat dengan pembangunan IPAL yang dapat digunakan selama 10 tahun adalah Rp dan total biaya operasional per tahun adalah Rp Estimasi biaya eksternal setiap pabrik tahu untuk biaya pembangunan dan operasional IPAL adalah sebesar Rp dan Rp per kg penggunaan kedelai. 2. Rata-rata perubahan pendapatan setiap pabrik tahu setelah adanya internalisasi biaya eksternal dengan pembuatan IPAL tetap menerima pendapatan yang bernilai positif (menguntungkan) dengan perkiraan penurunan sebesar 16,46% dari pendapatan sebelum internalisasi. 3. Persepsi masyarakat mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi setelah adanya pabrik tahu di Desa Cisaat adalah perubahan kondisi air, udara, lingkungan yang menjadi buruk dari kondisi sebelumnya, dan produktifitifas pertanian yang mengalami penurunan serta gangguan kesehatan masyarakat, sehingga masyarakat sangat setuju dengan adanya pembangunan IPAL untuk mengurangi dampak negatif dari limbah produksi tahu Desa Cisaat Saran 1. Teknik pengolahan limbah cair pabrik tahu dengan pembangunan IPAL perlu mendapat bantuan pemerintah daerah, sehingga biaya pembangunan dan biaya oprasional terjangkau bagi pengusaha tahu. 60

75 2. Memberikan penyuluhan terpadu bagi msyarakat dan pengusaha tahu mengenai dampak negatif limbah cair tahu agar meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kelestarian lingkungan. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai seberapa besar nilai kerugian akibat dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair tahu bagi lingkungan dan sosial. 61

76 DAFTAR PUSTAKA Agung T, Winata HS Pengolahan Air Limbah Industri dengan Menggunakan Teknologi plasma. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. vol. 2. no. 2: Akramuddin Hubungan Kualitas Pelayanan Publik dengan Kepuasan Pelanggan (Studi pada RSUD Dokter Soedarsono, Pontianak). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran. Affianto A, Djatmiko WA, Ryanto S, Hermawan TT Analisis Biaya dan Pendapatan dalam Pengelolaan PHBN. Bogor: Pustaka Latin. Astuti AD, Wisaksono W, Nurwini AR Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Bioreaktor Anaerob-Aerob Bermedia Karbon Aktif dengan Variasi Waktu Tunggal. Jurnal Teknologi Industri. vol. 4. no. 2. Arikunto S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badan Pusat statistik Statistik Indonesia tahun 2005/2006. BPS. Jakarta. Cahyadi W Kedelai Khiasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta. Damayanti A, Hermana J, Masduqi A Analisis Resiko Lingkungan dari pengolahan Limbah pabrik Tahu dengan Kayu Apu. Jurnal Purifikasi. vol. 5. no. 4: Darsono V Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob dan Aerob. Jurnal Teknologi Industri. vol. 11. no. 1: 9-20 Fauzi A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fieldman RS Pengantar Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika. Fitriyah NR. Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Pupuk cair tanaman (Studi Kasus Pabrik Tahu Kenjeran). Skripsi. Surabaya: Institut Tekhnologi Sepuluh November. Gittinger JP Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Penerjemah Komet Mangiri dan Slamet Sutomo. UI-Press. Jakarta. Harmoni A, Juarna A Internalisasi Biaya Eksternal. Prosiding. Seminar Nasional Pesat

77 Herman, Agus F, Las I Analisis Finansial dan Keuntungan yang Hilang dari pengurangan Emisi Karbon Dioksida pada Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Litbang Pertanian. vol. 28. No. 4 Indrasti, Fauzi Produksi Bersih. Penebar Swadaya. Jakarta Kastyanto, FLW Membuat Tahu. Penebar Swadaya. Jakarta. Muchtadi, Deddy Kedelai Komponen Untuk Kesehatan. Alfabeta. Bandung. Natalia Analisis Internalisasi Biaya Pengolahan Limbah (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Pohan N Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan proses Biofilter Aerobik. Tesis. Medan: Universitas Sumatra Utara. Rahim ABD, Hastuti DRD Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Romli M, Suprihatin Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu dan Analisis Alternatif Strategi Pengolahannya. Jurnal Purifikasi. vol. 10. no. 2: Riduwan Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. Sadzali I Potensi Limbah Tahu sebagai Biogas. Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesahatan, Sains, dan Teknologi. vol. 1:62-69 Sarwono SW Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta. Sarwono B, Saragih YP Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya. Jakarta Shaffitri LR Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu (Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto). Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Taufik, et al Sosialisasi Pemanfaatan Air Limbah tahu dalam Pembuatan Nata De Soya Di Desa Muara Pijoan. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. no. 46: Umar H Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 63

78 Walpole RE Pengantar Statistika. Bambang Sumantri (Penerjemah). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Introduction to Statistics. Wiryani E Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe Kedelai dan Upaya Pengolahannya dengan Proses Anaerobik. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64

79 LAMPIRAN 65

80 Lampiran 1. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu No. Tahapan Limbah Cair (liter) Limbah Padat (kg) Pabrik 1 Pencucian 262,5 - Perendaman 150,0 - Perebusan 2.100,0 210 Total 2.512,5 210 Pabrik 2 Pencucian 262,5 - Perendaman 150,0 - Perebusan 2.100,0 210 Total 2.512,5 210 Pabrik 3 Pencucian 262,5 - Perendaman 150,0 - Perebusan 2.100,0 210 Total 2.512,5 210 Pabrik 4 Pencucian 350,0 - Perendaman 200,0 - Perebusan 2.800,0 280 Total 3.350,0 280 Pabrik 5 Pencucian 437,5 - Perendaman 250,0 - Sanitasi 3.500,0 350 Total 4.187,5 350 Pabrik 6 Pencucian 875,0 - Perendaman 500,0 - Perebusan 7.000,0 700 Total 8.375,0 700 Pabrik7 Pencucian 1.750,0 - Perendaman 1.000,0 - Perebusan , Total , Total limbah 7 pabrik , Sumber: Data Primer (diolah, 2012) 66

81 Lampiran 2. Data Komponen Penerimaan Per Pabrik Tahu Desa Cisaat Komponen penerimaan Nama pabrik. Tahu Harga Penerimaan/hari Penerimaan/thn Ampas tahu Harga Penerimaan/hari Penerimaan/thn Penerimaan (cetakan) (Rp) (Rp) (Rp) (kg) (Rp) (Rp) (Rp) total/tahun (Rp) Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Sumber: Data Primer (diolah, 2012) 67 67

82 Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian Gambar 14. Saluran Keluaran Air Limbah Pabrik Tahu Gambar 14. Penampung Air Limbah Salah Satu Pabrik Tahu yang akan di Salurkan ke Sawah dan Kolam Ikan Masyarakat Gambar 15. Air Limbah Pabrik Tahu yang mengalir ke Sawah 68

83 Lampiran 4. Kuisioner Industri Tahu Desa Cisaat INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor Tanggal Wawancara : No. Responden : Nama : Alamat : KUISIONER PENELITIAN Kuesioner ini digunakan untuk penelitian Internalisasi Biaya Eksternal Pabrik Tahu (Studi kasus: Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi) oleh Rahayu Aryandini, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Saya akan menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Atas kesediaanya saya ucapkan terima kasih. A. KARAKTERISTIK PERUSAHAAN 1. Nama perusahaan:.. 2. Alamat perusahaan: 3. Jumlah karyawan: B. SOSIAL EKONOMI RESPONDEN 1. Jenis Kelamin :. (L/P) 2. Umur :. Tahun 3. Pendidikan formal terakhir : a. Tidak tamat SD b. SD/sederajat c. SLTP/sederajat d. SLTA/sederajat e. Perguruan Tinggi 4. Status pernikahan : Belum/Sudah 5. Berapa jumlah tanggungan keluarga?. Orang 6. Sudah berapa lama Bapak/ibu melakukan usaha pengolahan tahu?. Tahun 7. Apakah usaha ini milik Bapak/Ibu sendiri? (Ya/Tidak) 8. Berapa jumlah modal yang digunakan dalam membuat tahu?.. 69

84 C. PERSEPSI RESPONDEN MENGENAI LIMBAH DAN PENGOLAHAN LIMBAH 1. Menurut Bapak/Ibu dari proses produksi tahu ini, adakah limbah yang dihasilkan? a. Ada (lanjut ke no. 2) b. tidak (lanjut ke no. 3) 2. Limbah apa saja yang dihasilkan dari proses produksi tahu? a. Limbah padat d. dua dari jawaban diatas benar b. Limbah cair e. semuanya benar c. Limbah gas 3. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari limbah tahu ini? a. tidak bermasalah d. bermasalah b. sedikit bermasalah e. sangat bermasalah c. cukup bermasalah 4. Mengapa Bapak/Ibu memilih jawaban tersebut?. 5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui dampak negatif dari limbah cair tahu? a. Ya b. tidak 6. Dampak negatif apa saja yang ditimbulkan oleh limbah cair yang Bapak/Ibu ketahui? a. mengganggu kesehatan (penyakit gatal-gatal, diare dan lain-lain) b. membuat air sungai keruh dan bau c. membuat mati organisme dalam air sungai d. mengganggu estetika air sungai e. lainnya. 7. Apakah ada dampak positif dari limbah cair tahu? a. ada, sebutkan b. tidak ada 8. Bapak/Ibu membuang limbah yang dihasilkan kemana? a. ke sungai b. ke tanah c. lainnya,. 9. Apakah di sini sudah ada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)? a. Belum b. Sudah, tahun Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang standar baku mutu limbah? a. Mengetahui, berapa.. b. Tidak 11. Apakah Bapak/Ibu sudah melakukan pengolahan limbah cair tahu? a. sudah (lanjut ke no. 12) b. belum (lanjut ke no. 13) 12. Teknologi pengolahan limbah apa yang sudah dilakukan? a. Pengendapan mekanis d. Penggunaan kembali b. Penggunaan IPAL e. lainnya,. c. Daur ulang 13. Berapa jarak tempat usaha ini terhadap sungai?. m2 14. Menurut Bapak/Ibu, seharusnya apa yang dilakukan terhadap limbah yang dihasilkan oleh industri tahu di Cisaat ini?. 70

85 D. ASPEK FINANSIAL INDUSTRI TAHU 1. Apa saja bahan baku yang digunakan untuk memproduksi tahu beserta jumlahnya?. 2. Apa saja peralatan yang dibutuhkan dalam usaha ini dan ada berapa jumlahnya?.. 3. Berapa harga bahan baku yang digunakan?.. 4. Berapa harga peralatan yang dibutuhkan dalam usaha ini?.. 5. Apakah dalam usaha ini membutuhkan tenaga kerja? (jika ya, berapakah jumlah tenaga kerja yang digunakan?).. 6. Berapa upah yang diberikan kepada tenaga kerja? Rp./orang/hari 7. Berapa jumlah kedelai yang digunakan untuk membuat tahu setiap hari?.. 8. Berapa harga kedelai saat ini?rp../ kilogram 9. Berapa jumlah tahu yang dihasilkan setiap satu kali produksi?. 10. Berapa harga tahu yang dijual? Bagaimana proses produksi tahu dan berapa lama produksi tersebut? 12. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pinjaman untuk modal usaha? a. Ya (lanjut ke no. 13) b. tidak (lanjut ke no. 18) 13. Berapa jumlah pinjaman yang dilakukan Bapak/Ibu?Rp. 14. Kepada siapa Bapak/Ibu melakukan pinjaman? Berapa tingkat bunga yang diajukan pemberi pinjaman?..persen 16. Berapa jangka waktu peminjaman dana? Bagaimana cara pengembalian pinjaman? a. dibayar tunai setelah jangka waktu yang ditetapkan b. diangsur (berapa kali angsuran dilakukan?) 18. Berapa biaya pemeliharaan atau perawatan alat-alat? Rp 19. Kapan Bapak/Ibu membeli peralatan yang baru? Berapa nilai sisa dari peralatan yang lama jika dijual? Apa saja modal yang digunakan dalam usaha Bapak/Ibu? Berapa nilai modal yang Bapak/Ibu gunakan? Berapa jangka waktu penyusutan peralatan yang dipakai?... tahun 24. Berapa luas usaha yang Bapak/Ibu lakukan? Berapa luas tanah dan bangunan yang digunakan dalam usaha ini? 71

86 Adakah pekerjaan lain selain usaha pembuatan tahu? a. Ya, sebagai.. (lanjut ke no.27) b. Tidak (lanjut ke no. 28) 27. Jika memiliki pekerjaan sampingan, berapakah pendapatan yang dihasilkan per bulan dari pekerjaan tersebut? Rp. 28. Dalam sehari, berapa jam yang diperlukan untuk kegiatan produksi?.. jam 29. Dalam seminggu berapa hari yang digunakan untuk berproduksi?.hari 30. Apakah permasalahan yang Bapak/Ibu temui dalam menjalankan usaha ini?. E. INFORMASI MENGENAI KESEDIAAN MELAKUKAN PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN IPAL Jika usaha masih layak setelah internalisasi biaya eksternal, maka akan dilakukan pembangunan IPAL. Namun biaya pembangunan sepenuhnya diserahkan dan menjadi tanggung jawab industri tahu yang menggunakannya. 1. Apakah Bapak/Ibu bersedia melakukan pengolahan limbah dengan IPAL? a. Bersedia (lanjut ke no. 2) b. Tidak (lanjut ke no. 3) 2. Mengapa Bapak/Ibu bersedia melakukan pengolahan limbah dengan IPAL?.. 3. Apa alasan Bapak/Ibu tidak bersedia melakukan pengolahan limbah dengan IPAL?.. 4. Menurut Bapak/Ibu apakah solusi alternatif untuk menanggulangi masalah limbah di daerah ini? 72

87 Lampiran 5. Kuisioner persepsi masyarakat INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor KUISIONER PENELITIAN Kuesioner ini digunakan untuk penelitian Internalisasi Biaya Eksternal Pabrik Tahu (Studi kasus: Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi) oleh Rahayu Aryandini, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Saya akan menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Atas kesediaanya saya ucapkan terima kasih. Tanggal Wawancara : No. Responden : Bagian A Karateristik responden 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Status pernikahan : 5. Jenis kelamin : L / P 6. Pendidikan terakhir : 7. Pekerjaan : 8. Berapakah penghasilan anda 1 bulan terakhir? a. Gaji Rp./bulan b. Dari orang tua Rp./bulan c. Wiraswata Rp./bulan d. Lainnya, sebutkan. Rp. /bulan e.. Rp./bulan + Total Rp./bulan 9. Jumlah tanggungan : Orang 10. Lama tinggal : Tahun Bagian B Pengetahuan masyarakat mengenai limbah 11. Menurut bapak/ibu apakah produksi industri tahu ini, adakah limbah tahu yang dihasilkan? a. Ya b. Tidak 12. Limbah apa saja yang dihasilkan dari proses produksi tahu? 73

TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tao-hu atau teu-hu terdiri dari dua kata tao atau teu berarti kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tao-hu atau teu-hu terdiri dari dua kata tao atau teu berarti kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahu Menurut Sarwono dan Saragih (2003), tahu merupakan makanan yang berasal dari Cina yang diperkenalkan oleh Liu An pada tahun 164 SM. Istilah tahu yaitu tao-hu atau teu-hu terdiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. sengaja (purposive) karena Desa Cisaat ini merupakan sentral pembuat tahu di

METODE PENELITIAN. sengaja (purposive) karena Desa Cisaat ini merupakan sentral pembuat tahu di IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penentuan lokasi sebagai objek penelitian dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena kandungan proteinnya setara dengan protein hewan (Sarwono dan Saragih,

Lebih terperinci

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi ll. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Tahu Industri tahu di Indonesia merupakan salah satu industri yang berkembang cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi setiap hari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang ada di Desa Cisaat. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu No. Tahapan Limbah Cair (liter) Limbah Padat (kg) Pabrik 1 Pencucian 262,5 -

Lampiran 1. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu No. Tahapan Limbah Cair (liter) Limbah Padat (kg) Pabrik 1 Pencucian 262,5 - LAMPIRAN 65 Lampiran 1. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu No. Tahapan Limbah Cair (liter) Limbah Padat (kg) Pabrik 1 Pencucian 262,5 - Perendaman 150,0 - Perebusan 2.100,0 210

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sentra produksi tahu yang terletak di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto 1. Penentuan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Pada tahun 2010 usaha tahu di Indonesia mencapai angka 84.000 unit usaha. Unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Oleh : Natalia A14304070 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAHU (Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto) LIDYA RAHMA SHAFFITRI H

INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAHU (Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto) LIDYA RAHMA SHAFFITRI H INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAHU (Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto) LIDYA RAHMA SHAFFITRI H44070038 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS Wiji Santoso, Pujiati Utami, dan Dumasari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang berada di Desa Kalisari. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu sektor, tetapi banyak sektor

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Sektor industri makin berperan sangat strategis sebagai motor penggerak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya yang mengandung

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER Elida Novita*, Iwan Taruna, Teguh Fitra Wicaksono Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE Muhammad Yusuf Jurusan Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Kompleks

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Penentuan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Sentra Industri Tahu Dusun Purwogondo, Kelurahan Kartasura

Penentuan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Sentra Industri Tahu Dusun Purwogondo, Kelurahan Kartasura Petunjuk Sitasi: Nugraha, E. Y., Suletra, I. W., & Liquiddanu, E. (2017). Penentuan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Sentra Industri Tahu Dusun Purwogondo, Kelurahan Kartasura.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 2 No. 2, Agustus 2015: 1714 ISSN : 2556226 EISSN : 24770299 PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS 1* 2 2 Lidya Rahma Shaffitri,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI Cyrilla Indri Parwati 1*, Imam Sodikin 2, Virgilius Marrabang 3 1,2, 3 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta,Jurusan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman, membuat masyarakat terpacu memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu sektor, tetapi banyak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN Di sususn oleh 1. Intan Rosita Maharani (P27834113004) 2. Burhan Handono (P27834113013) 3. Amalia Roswita (P27834113022) 4. Fitriyati Mukhlishoh (P27834113031) 5. Moch.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI Oleh : DENNY PRASETYO 0631010068 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN NILAI PAJAK LINGKUNGAN INDUSTRI KERTAS. (Studi Kasus: PT Aspex Kumbong, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor) Oleh: RETNO DAMAYANTI

ANALISIS PENETAPAN NILAI PAJAK LINGKUNGAN INDUSTRI KERTAS. (Studi Kasus: PT Aspex Kumbong, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor) Oleh: RETNO DAMAYANTI ANALISIS PENETAPAN NILAI PAJAK LINGKUNGAN INDUSTRI KERTAS (Studi Kasus: PT Aspex Kumbong, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor) Oleh: RETNO DAMAYANTI A14304065 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan ekonomi daerah. Namun industri tahu juga berpotensi mencemari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya sektor industri di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup penduduk Indonesia, akan tetapi dengan munculnya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga. b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil

II. TINJAUAN PUSTAKA. a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga. b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Industri Rumah Tangga Industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi. Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Perusahaan Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dunia industri merupakan salah satu indikator yang memberikan penggambaran untuk menilai perkembangan ekonomi suatu Negara. Kemajuan industri di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Perkembangan sektor industri memiliki peran penting dalam memberikan dampak

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU

PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU Emi Erawati 1, Malik Musthofa 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) Kota Medan secara administratif berada di wilayah Kota Medan Kecamatan Medan Deli tepatnya Kelurahan Mabar Hilir. PD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelengaraan upaya kesehatan yang dilaksanakan pemerintah, salah satunya pada Undang- Undang No. 36 Tahun 2009 pasal 11 tentang kesehatan lingkungan, penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota dan di pedesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ubi Kayu Ubi kayu merupakan tanaman tropis, namun demikian tetap mampu beradaptasi dan tumbuh baik di daerah subtropis. Di Indonesia, tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu J. Agroland 22 (2) : 169-174, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi berperan penting dalam pembangunan di Indonesia sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di Desa Wajak dan Desa Blayu. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manuasia akan pangan merupakan hal yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, baik dipandang dari segi kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Dasar pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Hampir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit dipecahkan pada saat ini. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam

I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Salah satu upaya yang dilakukan

Lebih terperinci