SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014"

Transkripsi

1 2.4. Udara Kualitas udara khususnya diperkotaan merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat maupun kenyamanan kota. Limbah gas di DKI Jakarta yang merupakan penyebab penurunan kualitas udara digolongkan ke dalam sumber tidak bergerak (kegiatan industri, rumah tangga dan pembakaran sampah) dan sumber bergerak (kegiatan transportasi). Dalam kaitan tersebut maka premerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini BPLHD Provinsi DKI Jakarta telah melakukan pengambilan sampel kualitas udara ambien dengan parameter NO, NO 2, SO 2, TSP dan Pb untuk parameter manual aktif serta parameter SO 2, NO 2, CO, O 3, debu (PM-10), dan Meteorologi untuk metode kontinyu untuk mengetahui kondisi kualitas udara di wilayah DKI Jakarta, dimana hasil pengambilan sampel tersebut dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan dengan waktu pemantauan direncanakan 24 kali dalam setahun dengan metode manual dan untuk metode otomatis dilakukan pengukuran secara kontinyu setiap 30 menit (48 data/hari) selama 1 tahun dengan lokasi pemantauan dilakukan di lima wilayah DKI Jakarta dengan metode sesaat yang menggunakan peralatan manual dengan lokasi pemantauan adalah Kawasan JIEP, Tebet Barat, Kuningan, Istiqlal, KBN Cakung Cilincing, Ancol, Pegadungan dan Ciracas. Sedangkan untuk pemantauan dengan metode kontinyu yang menggunakan peralatan otomatis untuk tahun 2014 dilakukan pada 5 lokasi pantau yaitu DKI 1 (Bundaran Hotel Indonesia) yang mewakili peruntukkan roadside, DKI 2 (Kelapagading) yang mewakili peruntukkan komersil, DKI 3 (Jagakarsa) mewakili peruntukkan pemukiman, DKI 4 (Lubang Buaya) mewakili peruntukkan campuran dan DKI 5 (Jakarta Barat) sedangkan pengambilan sampel kualitas udara dilakukan sejak bulan Januari-Desember 2014 dengan frekuensi 24 kali setahun. Pengolahan dan evaluasi data dilakukan dengan membandingkan hasil pengambilan sampel dengan baku mutu udara ambien berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu Tingkat Kebisingan di wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

2 GAMBAR : II.11. LOKASI PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA TAHUN 2014 TABEL : II.39. LOKASI PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA DAN PERUNTUKANNYA TAHUN 2014 NO NAMA LOKASI WILAYAH PERUNTUKAN KETINGGIAN (M) 1. Masjid Al- Firdaus Pegadungan Permukiman Masjid Istiqlal Gambir Perkantoran Dufan-TIJA Ancol Rekreasi KBN Cakung Cilincing Cilincing Campuran PT JIEP Rawa Terate Industri SDN Kramat Pela Kebayoran Baru Pemukiman Panti Werdha Ciracas Ciracas Pemukiman Masjid AlIttihaad Tebet Tebet Barat Pemukiman Kantor BPLHD DKI Kuningan Perkantoran 12.0

3 GAMBAR : II.12. LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL KUALITAS UDARA (METODE SESAAT) PULOGADUNG KBN CAKUNG CILINCING ISTIQLAL KALIDERES TEBET ANCOL Hasil Evaluasi Hasil pemantauan kualitas udara ambien sepanjang bulan Januari-Desember 2014 adalah : 1). Metode Manual Parameter Debu (TSP)

4 Hasil pemantauan untuk parameter debu (TSP) tersaji pada Tabel : II.40 dan Grafik : II.481 di bawah ini. Pada Tabel : II.40 disajikan kualitas udara ambien untuk parameter debu (TSP) yang merupakan nilai rata-rata bulanan. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa kualitas udara ambien untuk parameter debu (TSP) hampir pada semua stasiun ada pengukuran yang nilainya masih di bawah baku mutu, kecuali di KBN Cakung dan Pulogadung yang diperuntukkan bagi industri pada beberapa pengukuran nilainya telah melebihi baku mutu. Rata-rata konsentrasi TSP di Jakarta berkisar antara 20 µg/m 3 hingga 361 µg/m 3. Tingginya konsentrasi TSP di KBN Cakung dan Pulogadung disebabkan oleh tingginya aktivitas industri di lokasi tersebut karena sumber utama pencemar TSP adalah hasil pembakaran oleh kegiatan industri. TABEL : II.40. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER DEBU (TSP) TAHUN 2014 LOKASI JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEPT OKT NOP DES RATA2 KUNINGAN ,9 286, TEBET , JIEP 152,4 193,4 260, KBN CAKUNG - 305,89 352, KRAMAT PELA - 84,65 209, CIRACAS 100,5 207,7 273, ISTIQLAL - 131,9 156, ANCOL 52,25 64,7 143, KALIDERES - 87,45 208, : Aliran listrik terputus (data tidak valid) BM TSP = 230 µg/m 3 / 24 Jam GRAFIK : II.481. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER DEBU (TSP) TAHUN 2014

5 Parameter Nitrogen Dioksida (NO 2 ) Tingginya konsentrasi Gas NO x termasuk salah satunya gas NO 2, dapat di sebabkan oleh kegiatan transportasi oleh kendaraan bermotor serta kegiatan industri. Pada Tabel : II.41, ditunjukkan tingkat konsentrasi gas NO 2 di stasiun pemantauan dengan menggunakan metode manual. Jika dibandingkan dengan baku mutu udara ambien berdasarkan SK Gub. 551/2001, untuk parameter NO 2 yaitu 400 µg/m 3 untuk 1 jam pengukuran maka pada semua lokasi pemantauan konsentrasi NO 2 masih di bawah baku mutu. Pada lokasi pemantauan Kuningan memiliki konsentrasi paling tinggi daripada lokasi lain hal ini disebabkan karena pada lokasi tersebut, aktivitas transportasi relatif lebih tinggi di banding lokasi lainnya. Ratarata konsentrasi NO 2 di Jakarta untuk Tahun 2014 berkisar antara µg/m 3. TABEL : II.41. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER NO 2 TAHUN 2014 LOKASI JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEPT OKT NOP DES RATA2 KUNINGAN 29,25 25,95 82,50 72,05 93,10 24,8 52,65 72,50 41,13 38,30 30,15 27,15 51,13 TEBET 22,45 49,30 88,30 13,10 27,50 93,75 39,20 50,60 20,27 25,55 21,60 27,1 41,06 JIEP 49,50 24,95 43,35 24,85 33,60 51,9 47,10 57,30 25,53 34,30 < 10 18,9 39,24 KBN CAKUNG - 75,90 33,75 13,35 * 14,4 27,25 52,50 46,63 40,25 30,80 19,8 37,20 KRAMAT PELA 29,00 51,50 46,90 27,45 33,80 51,10 46,70 58,20 26,40 45,30 17,85 15,3 39,47 CIRACAS 25,05 35,70 15,65 11,30 36,20 16,00 20,75 42,60 36,55 23,10 30,10 23,1 26,64 ISTIQLAL < 10 59,20 17,20 20,50 66,70 63,85 17,30 58,90 36,10 65,70 27,65-43,31 ANCOL 32,30 19,85 56,65 34,6 * 39,35 25,60 81,20 25,50 37,45 11,90-36,44 KALIDERES 15,25 27,05 42,60 20,2 43,00 34,50 24,00 < 10 14,45 24,70 14,65-26,04 - : Aliran listrik terputus (data tidak valid) BM NO 2 = 400 µg/m 3 / 1 Jam GRAFIK : II.482. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER NO 2 TAHUN 2014 Konsentrasi (µg/nm3) KUNINGAN TEBET JIEP KBN CAKUNG KRAMAT PELA Lokasi CIRACAS ISTIQLAL ANCOL KALIDERES

6 Dari Grafik diatas terlihat bahwa konsentrasi NO 2 di semua lokasi nilainya masih memenuhi baku mutu. Parameter Sulfur Dioksida Tingginya konsentrasi SO 2 di udara memiliki dampak terhadap kesehatan, hal ini disebabkan karena sampai tingkat konsentrasi tertentu, SO 2 dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat membahayakan manusia, tumbuhan dan hewan. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa konsentrasi SO 2 masih berada dibawah baku Kualitas udara ambien untuk parameter SO 2 tersaji pada Tabel : II.42, dimana nilai rata-rata bulanan di semua lokasi pemantauan masih memenuhi baku mutu. Nilai rata-rata konsentrasi SO 2 dalam satu tahun berkisar antara <27 µg/m 3 sampai dengan µg/m 3, dimana nilai tertinggi terdapat di kawasan JIEP, Dari semua pengukuran nilai SO 2 masih jauh di bawah baku mutu, dimana berdasarkan SK Gubernur Nomor 551 tahun 2001 baku mutu untuk Sulfur dioksida adalah 900 µg/m 3 / 1 jam pengukuran. TABEL : II.42. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER SO 2 TAHUN 2014 LOKASI JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL Aug SEPT OKT NOP DES RATA2 KUNINGAN < 27 96,70 44,60 46,60 29,50 72,30 184,00 51,60 40,60 < 27 39,85 70,15 67,31 TEBET < ,45 88,10 < 27 < 27 62,40 100,85 < 27 < 27 < 27 < 27 89,85 91,20 JIEP < ,25 39,85 < 27 < 27 34,50 188,80 < 27 53,75 64,10 < 27 92,25 83,54 KBN CAKUNG - 124,20 101,55 < 27 28,10 < ,10 < 27 72,10 48,70 171,10 76,65 97,12 KRAMAT PELA < ,10 103,45 < 27 < 27 < ,80 33,30 < 27 < 27 35,20 50,75 87,17 CIRACAS < ,05 119,65 < 27 < 27 < ,30 < 27 < 27 50,70 78,70 57,60 99,88 ISTIQLAL < ,45 62,75 < 27 < 27 41,20 140,20 58,10 29,00 43,10 119,65 75,50 75,31 ANCOL < ,75 65,50 < 27 < 27 35,50 150,40 < 27 39,85 < ,90 62,60 94,48 KALIDERES < ,15 119,80 27,00 34,30 28,10 152,30 < 27 43,55 43,70 146,50 89,70 80,82 - Aliran listrik terputus (data tidak valid) tt : Tidak terdeteksi BM SO 2 = 900 µg/m 3 / 1 Jam Konsentrasi SO 2 dapat dipicu oleh aktivitas transportasi dan industri. SO 2 merupakan pencemar sekunder yang terbentuk akibat reaksi antara zat pencemar primer dan di bantu oleh unsur-unsur meteorologis. Unsur meteorologis yang memacu terbentuknya SO 2 di udara adalah radiasi matahari dan curah hujan. Grafik : II.483 di bawah ini menunjukkan rata-rata bulanan konsentrasi SO 2 pada semua titik pantau. Dari dibawah dapat dilihat bahwa pada semua titik pantau, konsentrasinya masih dibawah baku mutu.

7 GRAFIK : II.483. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER SO 2 TAHUN 2014 Konsentrasi (µg/nm3) KUNINGAN TEBET JIEP KBN CAKUNG KRAMAT PELA Lokasi CIRACAS ISTIQLAL ANCOL KALIDERES Parameter Timbal (Pb) Tingginya konsentrasi Pb di udara dapat membahayakan manusia karena Pb merupakan logam berat yang beracun yang dapat mengakibatkan kerusakan otak, ginjal, sumsum tulang, dan sistem tubuh yang lain pada anak-anak. Pada pemantauan tahun 2014, rata-rata konsentrasi Pb pada 9 lokasi titik pantau ditampilkan pada Tabel : II.43 dan Grafik : II.484 di bawah ini. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa disemua lokasi pemantauan, konsentrasi Pb masih memenuhi baku mutu, konsentrasinya berkisar dari µg/m 3. TABEL : II.43. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER PB TAHUN 2014 LOKASI JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEPT OKT NOP DES RATA2 KUNINGAN 0,010 0,040 0,025 0,185 0,065 0,215 0,055 0,040 0,157 0,100 0,250 0,615 0,146 TEBET 0,170 0,055 0,030 0,135 0,020 0,180 0,055 0,030 0,220 0,090 0,285 1,390 0,222 JIEP tt 0,045 0,020 0,120 0,105 0,110 0,045 0,090 0,147 0,130 0,155 0,280 0,113 KBN CAKUNG - 0,135 0,065 0,075-0,120 0,050 0,060 0,183 0,300 0,195 0,320 0,150 KRAMAT PELA - 0,050 0,030 0,325 0,060 0,275 0,130 0,030 0,117 0,165 0,140 0,775 0,191 CIRACAS tt 0,070 0,030 0,125 0,055 0,100 0,070 0,010 0,230 0,085 0,065 0,455 0,118 ISTIQLAL - 0,020 0,050 0,195 0,070 0,080 0,010 0,040 0,583 0,025 0,170 0,200 0,131 ANCOL 0,030 0,020 0,070 0,175 0,020 0,205 0,030 0,070 0,505 0,040 0,270 0,340 0,148 KALIDERES - 0,025 0,040 0,030 0,020 0, ,49 0,285 1,220 0,430 0,290 - : Aliran listrik terputus (data tidak valid) BM TSP = 2 µg/m 3 / 24 Jam

8 GRAFIK : II.484. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER Pb TAHUN 2014 Konsentrasi (µg/nm3) KUNINGAN TEBET JIEP KBN CAKUNG KRAMAT PELA CIRACAS ISTIQLAL ANCOL KALIDERES Lokasi 2). Metode Kontinyu a). Rata-rata konsentrasi PM-10 Tahun 2014 GRAFIK : II.485. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER PM-10 TAHUN DKI 1 DKI 2 DKI 3 DKI 4 DKI 5 BM Sumber utama pencemar PM-10 berasal dari kendaraan bermotor jenis sepeda motor. Dari hasil pemantauan dapat dilihat bahwa rata-rata konsentrasi PM-10 Tahun 2014, pada semua pengukuran konsentrasinya masih dibawah baku mutu, konsentrasi tertinggi terjadi di stasiun

9 pemantauan DKI 4 (Lubang Buaya) pada bulan September dan Oktober. Berdasarkan pengamatan tingginya konsentrasi PM-10 di lokasi tersebut disebabkan karena adanya lokasi kegiatan pemulung yang sering melakukan pembakaran barang-barang bekas yang berpotensi menghasilkan debu. b). Rata-rata konsentrasi SO 2 Tahun 2014 GRAFIK : II.486. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER SO2 TAHUN DKI 1 DKI 2 DKI 3 DKI 4 DKI 5 BM Dari hasil pemantauan seperti pada Grafik : II.486 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata konsentrasi SO 2 pada semua titik pantau masih memenuhi baku mutu baku mutu. rata-rata konsentrasi SO 2 tertinggi terjadi di DKI 2 yaitu di kawasan Kelapa gading dengan peruntukkan industri dimana sumber pencemar utamanya adalah transportasi dan industri. Untuk itu dapat diambil kesimpulan bahwa sumber pencemar parameter SO 2 adalah kegiatan Transportasi dan industri.

10 c). Rata-rata konsentrasi CO Tahun 2014 GRAFIK : II.487. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER CO TAHUN DKI 1 DKI 2 DKI 3 DKI 4 DKI 5 BM Seperti halnya konsentrasi SO 2, konsentrasi CO pada semua lokasi pemantauan sudah melebihi baku mutu dan konsentrasi tertinggi terjadi di lokasi pemantauan DKI 1 atau Bundaran HI dengan peruntukkan Roadside. Hal ini menunjukkan bahwa sumber utama pencemar CO adalah kendaraan bermotor. d). Rata-rata konsentrasi O 3 Tahun 2014 GRAFIK : II.488. KUALITAS UDARA AMBIEN DKI JAKARTA UNTUK PARAMETER O 3 TAHUN 2014

11 Ozon (O 3 ) merupakan pencemar sekunder yang berarti keberadaannya di udara merupakan hasil reaksi antara pencemar primer serta komponen lain di udara. Berdasarkan sebab tersebut maka konsentrasi O 3 pada semua stasiun pemantau telah melebihi baku mutu. 3). Kualitas Udara Ambien Di Kepulauan Seribu Pemantauan kualitas udara ambien di kepulauan seribu dilakukan sebanyak 2 kali pada tahun 2014 ini yaitu pada bulan Juni dan Agustus yang berlokasi di Pulau Pramuka. Hasil pemantauan kualitas udara ambien di Pulau Pramuka disajikan pada Grafik : di bawah ini. GRAFIK : II.489. KUALITAS UDARA AMBIEN PULAU PRAMUKA TAHUN (NO2) (SO2) H2S (NH3) (CO) (HC) (O3) PM 2.5 Juni Agustus PM 10 TSP Beberapa parameter kualitas udara ambien di Pulau Pramuka memiliki konsentrasi yang sangat rendah yaitu NO2, SO2, H2S, NH3, PM 2.5, PM 10 dan TSP. Hal ini dipengaruhi oleh letak geografis kepulauan dimana kecepatan angin yang relatif tinggi yang menyebabkan zat-zat pencemar udara di atmosfer mengalami pengenceran. Sedangkan untuk parameter lainnya seperti CO, HC dan O3 konsentrasinya telah melebihi baku mutu, tingginya intensitas matahari di kepulauan menyebabkan tingginya konsentrasi ketiga parameter tersebut. Hasil pengambilan sampel kualitas udara ambien sepanjang bulan Januari hingga Desember 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut: Pengambilan sampel kualitas udara ambien dengan metode sesaat di wilayah DKI Jakarta untuk parameter Sulfur Dioksida (SO 2 ), Nitrogen Dioksida (NO 2 ) dan TSP masih memenuhi baku mutu.

12 Pengambilan sampel kualitas udara ambien dengan metode sesaat untuk parameter Debu (TSP) di lokasi KBN Cakung konsentrasinya telah melebihi baku mutu. Pengambilan sampel kualitas udara dengan metode kontinyu memberikan hasil bahwa untuk parameter PM-10, SO 2, dan CO konsentrasinya masih dibawah baku mutu. Sedangkan untuk parameter O 3 konsentrasinya pada semua lokasi pantau telah melebihi baku mutu. Sektor industri dan transportasi memberikan kontribusi yang besar dalam hal buruknya kualitas udara ambien di DKI Jakarta yang akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat, seperti penyakit ISPA. Dalam kaitan tersebut diatas maka dalam mengurangi dampak pencemaran udara di DKI Jakarta, langkah yang ini telah dilakukan pemerintah DKI Jakarta pada tahun diantaranya: 1. Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) Mulai tahun 2010 pelaksanaan HBKB di Provinsi DKI Jakarta, khusus untuk ruas Jl, Sudirman (Patung Pemuda) Jl. Thamrin (Patung Arjuna) dilaksanakan 4 kali dalam sebulan, sedang untuk masing-masing wilayah dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu Jl. Letjen Suprapto Jakarta Pusat, Jl. Pemuda Jakarta Timur, Jl. Rasuna Said Jakarta Selatan, Kawasan Kota Tua Jakarta Barat dan Jl. Artha Gading Jakarta Utara. Perlu diiformasikan karena program HBKB dirasa berhasil dalam mengurangi pencemaran udara di wilayah DKI Jakarta, maka program tersebut telah menjadi contoh untuk kegiatan serupa di semua wilayah Indonesia, selain hal tersebut program HBKB di Jakarta juga telah diakui dunia, dimana pada bulan Desember 2011 perwakilan dari salah satu penggagas program HBKB di Provinsi DKI Jakarta diundang sebagai tamu kehormatan dalam pelaksanaan perdana di Kota Katmandu India. Adapun kegiatan rutin HBKB diantaranya Senam pagi, Liga Futsal, Panggung Hiburan, Sepeda Santai dan Siaran Langsung Program TV. 2. Uji Emisi dan Perawatan Kendaraan Bermotor Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2007 tentang Uji Emisi dan Perawatan Kedaraan Bermotor. Selain melakukan uji emisi dilapangan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menyiapkan bengkel layanan uji emisi di seluruh Wilayah DKI Jakarta Melalui kegiatan tersebut diharapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat semakin meningkat untuk merawat kendaraan bermotornya dan mentaati Ambang Batas Uji Emisi sebagaimana diamanatkan Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Pergub 92/2007 tentang Uji Emisi Kendaraan Bermotor (Kewajiban Uji Emisi Kendaraan Bermotor setiap 6 bulan sekali), serta Pergub 31/2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, sedangkan untuk lokasi Uji Emiisi Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel SP- 2G (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta tahun 2014.

13 3. Kawasan Dilarang Merokok (KDM) Pelaksanaan penegakan hukum Kawasan Dilarang Merokok mulai digelar sejak tahun 2009 ini sebagai implementasi Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Pergub 75/2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok (KDM). Sejak Diundangkan Pergub Nomor 88 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok. 4. Penerapan Kawasan Parkir Berstiker Lulus Uji Emisi Dalam upaya meng-implementasikan Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yang salah satunya mengatur kewajiban bagi pengguna kendaraan bermotor untuk melakukan uji emisi setiap 6 bulan sekali, baik bagi kendaraan umum, dan kendaraan pribadi, termasuk kendaraan bermotor roda 2, maka langkah yang dilakukan dalam rangka mengedukasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat adalah pelaksanaan uji petik di 5 (lima) Kantor Walikota, Uji Emisi Teguran Simpatik di Jalan Raya di 5 (lima) wilayah kota, dan uji emisi di kawasankawasan komersial, seperti mal, kawasan industri, dan penerapan kawasan parkir wajib berstiker di 25 Kawasan, termasuk di kawasan Monas. Kegiatan uji emisi ini perlu didukung seluruh elemen masyarakat guna mempertahankan kualitas udara Jakarta yang semakin baik, dengan terus berupaya untuk menjadi lebih baik lagi. Mulai tahun 2009 pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberlakukan Zona Parkir Lulus Uji Emisi di 25 lokasi wilayah Ibukota Jakarta diantaranya adalah : Wilayah Jakarta Pusat (Hotel Sahid, Mal Senayan City, Balaikota DKI Jakarta, Walikota Jakarta Pusat, IRTI Monas), Wilayah Jakarta Selatan (BPLHD Provinsi DKI Jakarta Jalan Casablanca, BPLHD Gedung Nyi Ageng Serang, Walikota Jakarta Selatan, Pondok Indah Mal 1 dan Mal 2), Wilayah Jakarta Timur (PT. Dankos, PT. Martina Berto, Walikota Jakarta Timur, Universitas Kristen Indonesia, Tri Dharma Wasesa, PT.JIEP), Wilayah Jakarta Barat (RS. Dharmais, Mal Ciprutra, Walikota Jakarta Barat, Universitas Trisakti), Wilayah Jakarta Utara (Mal Kelapa Gading, Walikota Jakarta Utara, PT. Citra Marga Nusa Pala, PT. Inti Garda Perdana). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat semakin meningkat untuk merawat kendaraan bermotornya dan mentaati Ambang Batas Uji Emisi sebagaimana diamanatkan Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Pergub 92/2007 tentang Uji Emisi Kendaraan Bermotor (Kewajiban Uji Emisi Kendaraan Bermotor setiap 6 bulan sekali), serta Pergub 31/2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

14 5. Pemberlakuan Pajak Progresif Pemerintah DKI Jakarta akan segera memberlakukan pajak progresif kendaraan bermotor, pajak yang besarannya bervariasi dari 1,5 persen hingga 4 persen berlaku pagi kendaraan milik perorangan atau badan hukum dan kebijaksanaan ini berlaku efektif pada 1 Januari Dimana tujuan dari adalah salah satu instrumen guna mengendalikan jumlah kendaraan bermotor dan mengatasi kemacetan di wilayah DKI Jakarta. 6. Dengan terpilihnya Gubernur Baru di Provinsi DKI Jakarta, yang mempunyai slogan Jakarta Baru, pada tahun 2012 telah ditertibkannya para pedagang yang saat ini berjualan di sepanjang jalan pada tempat keramaian (pasar, terminal dll) mulai dibenahi dan ditata, dan dicarikan solusi untuk ditempatkan pada tempat-tempat yang telah disediakan, selain hal tersebut diatas pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga melakukan menertiban kendaraan bermotor yang parkir secara sembarangan di bahu jalan dengan cara digembok oleh Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, dan gembok mulai dibuka jika pemilik kendaraan melapor ke kepolisian dan Suku Dinas Perhubungan dengan dikenai denda Rp ,-, serta mewacanakan biaya parkir yang saat ini mulai diusulkan sebesar empat kali dari biaya parkir yang telah ada. Hal lain dilakukan setelah disahkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Perparkiran, maka pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2012 juga menerapkan zonasi perparkiran yang diharapkan dapat efektif merubah perilaku orang dari kebiasaan menggunakan mobil pribadi beralih ke transportasi masal, dimana untuk zonasi A (pusat perbelanjaan dan hotel) untuk kendaraan Sedan, Jiep, Minibus, Pickap dari tarif lama (jam pertama) menjadi (jam pertama) dan (jam berikutnya), Bus dan Truk dari tarif lama (jam pertama) menjadi (jam pertama) dan (jam berikutnya) menjadi (jam berikutnya), sepeda motor dari tarif lama 500 (per jam) menjadi (per jam), untuk zonasi B (perkantoran dan apartemen) untuk kendaraan Sedan, Jiep, Minibus, Pickap dari tarif lama (jam pertama) menjadi (jam pertama) dan (jam berikutnya), Bus dan Truk dari tarif lama (jam pertama) menjadi (jam pertama) dan (jam berikutnya) menjadi (jam berikutnya), sepeda motor dari tarif lama 500 (per jam) menjadi (per jam), untuk zonasi C (pasar, tempat rekreasi, rumah sakit) untuk kendaraan Sedan, Jiep, Minibus, Pickap dari tarif lama (jam pertama) menjadi (jam pertama) dan (jam berikutnya), Bus dan Truk dari tarif lama (per jam) menjadi (per jam), sepeda motor dari tarif lama 500 (per jam) menjadi (per jam). 7. Pada tahun 2013 pemerintah DKI Jakarta telah membangun jalan layang (Flyover) dan terowongan (Underpass) di 12 titik, dimana 12 titik tersebut adalah merupakan jalan yang sebidang dengan rel Kereta Api Listrik, dimana tujuannya untuk mendukung rencana program PT. Kereta Api Indonesia (KAI), guna meningkatkan kualitas pelayanan kereta api agar jarak tempuh

15 kereta menjadi 5 menit selain hal tersebut diatas Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga terus mengevaluasi operasional bus pengumpan (feeder) bus Trans-Jakarta, diantaranya melakukan penghapusan feeder koridor 3 yakni SCBD-Senayan dan menurunkan tarif feeder dari Rp ,- menjadi Rp ,- per orang. Dengan tarif itu diharapkan penumpang sudah bisa menikmati feeder yang langsung terhubung dengan bus Trans-Jakarta, selain hal tersebut pada tahun 2012 Pemerintah DKI Jakarta telah menyiapkan Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) Bekasi - Pulo Gadung dan Tangerang Kalideres, selain dengan adanya APTB Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga menyiapkan Bus Pengumpan Dalam Kota sebanyak 3 Rute yaitu, Rute Pertama dari Kantor Walikotamadya Jakarta Barat menuju Koridor III (Kalideres-Pasar Baru), Rute Kedua Tanah Abang menuju Koridor I (Kota-Blok M), dan Rute Tiga Kompleks Bisnis SCBD menuju Koridor I (Blok M-Kota), dengan cara tersebut diharapkan para pegguna kendaraan bermotor maupun pribadi sebagian bisa beralih ke layanan kereta api, Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB), maupun Bus Pengumpan guna mengurangi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta. 8. Dengan adanya persetujuan pengesahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta salah satunya telah memasukkan rencana Pemerintah DKI Jakarta, untuk menindaklanjuti program RPJMD tersebut pada tahun 2013 pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mulai melakukan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) untuk Koridor Utara Selatan tahap I (Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia) yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2016, selain itu pada tahun yang sama juga menyelesaikan pembangunan Monorail yang saat ini tertunda dengan melakukan kerjasama dengan BUMN diantaranya adalah PT. INKS, PT. LEN, Jasa Marga, Telkom Indonesia, Adhi Karya, Pelindo, Angkasa Pura dan Bank Mandiri dimana proyek yang disepakati adalah Monorel Jakarta Link Transportations, Automated People Mover Systems dan Automated Container Transportation, dengan adanya pembangunan ini diharapkan dalam jangka panjang dapat mengurangi pemakaian kendaraan angkutan baik pribadi maupun barang, selain hal tersebut diupayakan akan ada perubahan yang cukup signifikan dalam penataan terminal, dimana terminal Lebak Bulus hanya dijadikan terminal dalam kota dan terminal antar kota antar provinsi akan dipindahkan ke Terminal kampung Rambutan, Kalideres dan Bantar Gebang selain untuk mengurangi kemacetan yang diakibatkan dengan adanya bus Antar kota antar Provinsi. 9. Pada tahun 2013 dimulai pembangunan Koridor XIII (Blok M-Cileduk) yang membentang sepanjang 14, 6 Km jalur tersebut akan dibangun mulai dari perempatan Cileduk (Terminal Cileduk), untuk mempercepat perjalanan akan dibangun jalan layang mulai depan Universitas Budi Luhur dan berakhir didepan Supermarket Carrefour Expres Kebayoran Lama, koridor tersebut akan terhubung dengan Koridor I (Blok M-Kota) dan Koridor VII (Lebak Bulus-Harmoni). Selain hal tersbut diatas Pemerintah DKI Jakarta mulai tanggal 15 Januari tahun 2013 Dinas

16 Perhubungan DKI Jakarta akan mengizinkan 40 bus Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) yang telah lulus Uji Integrasi busway masuk jalur Trans-Jakarta, dimana yang telah lulus uji integrasi adalah S-13 jurusan Ragunan-Grogol sebanyak 20 unit dan P-20 jurusan Lebak Bulus-Senhen sebanyak 20 unit, dimana persyaratan bus yang bisa masuk ke jalur Trans-Jakarta adalah busnya baru, pakai AC, tingginya sesuai dan ada pintu tengah untuk naik ke halte, dan apabila setelah dilakukan evaluasi ternyata banyak peminatnya pada bulan maret akan ditambah 60 unit Kopaja. Selain hal tersebut pada tahun 2013 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mengoperasikan bus Kopaja AC S-602 jurusan Ragunan-Monas rute ini akan terintegrasi dengan tiga jalur bus Trans Jakarta, yakni koridor VI (Ragunan-Dukuh Atas), koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) dan koridor I (Blok M-Kota) dan diharapkan pada tahun ini aka nada penambahan sampai sepuluh trayek diantaranya Kopaja AC S-66 jurusan Blok M-Manggarai dan masing masing trayek ditargetkan akan dilayani sebanyak 108 bus Kopaja AC. 10. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berusaha mengurangi kemacetan maka pada tahun 2014 sedang menyiapkan perangkat pendukung untuk memperlakukan sistem jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP), dimana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selain telah menyelesaikan Detain Enginering Desing (DED) juga akan segera mengeluarkan regulasi mengenai sistem jalan berbayar tersebut. Sistem berbayar ini akan digunakan untuk menggantikan sistem 3 in 1 dimana lokasi yang akan diterapkannya electronic road pricing (ERP) adalah seluruh ruas 3 in 1 ditambah dengan jalan HR Rasuna Said Jakarta Selatan. Selain hal tersebut PT. Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (PT. KCJ) pada tahun 2012 telah menambah 90 unit Kereta Rel Listrik (KRL) dan pada tahun 2013 akan ada penambahan lagi sebanyak 160 Unit KRL dan diharapkan pada tahun 2013 jumlah KRL akan mencapai 308 unit, serta pada tahun 2019 jumlah KRL akan mencapai Armada yang diharapkan dapat mengangkut sebanyak 1,2 juta orang. 11. PT. Trans Matahari Utama melakukan peremajaan kendaraan Roda Tiga dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar premium menjadi kendaraan berbahan bakar Gas yang saat ini mencapai unit kendaraan yang setiap hari beroperasi di wilayah DKI Jakarta. Selain hal tersebut diatas akan dilakukan sistem rayonisasi wilayah dan menyiapkan jasa operator angkutan lingkungan roda tiga.

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 D. Udara 2.7. Kondisi Kualitas Udara di Provinsi DKI Jakarta Pencemaran udara di perkotaan merupakan permasalahan yang serius. Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor dan konsumsi energi di kota, jika

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Saat ini sudah beroperasi 12 koridor

Saat ini sudah beroperasi 12 koridor 15 KORIDOR BUSWAY 9 5 10 Saat ini sudah beroperasi 12 koridor 3 No Tahun Jumlah Koridor 8 Jumlah km 1 Jumlah 6 Bus 2 4 Jumlah Penumpang 7 1. 2007 7 97,3 389 61,4 juta 2. 2008 8 123,3 429 74,6 juta 3. 2010

Lebih terperinci

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO K E M A C E T A N FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO arus dibuat program Meneruskan sistem Otoritas transportasi jangka pendek dan Pola Transportasi jakarta (busway dan

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA Abstrak Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat bahkan beberapa kota sudah melampaui ambang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupannya sehari-hari. Biasanya, mereka

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden

Lebih terperinci

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA The 14 th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011 NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Univeritas Tarumanagara Email: najid2009@yahoo.com Bayu Arta Mahasiswa

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA KOMITMEN Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Perda PPU) ditetapkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.

Lebih terperinci

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME LRT SEBAGAI SOLUSI EFEKTIF MENGATASI KEMACETAN JABODETABEK DISHUBTRANS DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015 DISAMPAIKAN DALAM DIALOG PUBLIK DENGAN DTKJ 16 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT USULAN MASTERPLAN ANGKUTAN MASSAL JABODETABEK

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT USULAN MASTERPLAN ANGKUTAN MASSAL JABODETABEK DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT USULAN MASTERPLAN ANGKUTAN MASSAL JABODETABEK 4 MARET 2013 KEBUTUHAN PERJALANAN DI JABODETABEK Kebutuhan perjalanan di wilayah Jabodetabek: 53 juta perjalanan pada

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Bab ini berisi tinjauan terminal Tipe B di kawasan Stasiun Depok Baru yang dibahas melalui tinjauan tapak terminal, data umum angkutan dan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN No ( Kinerja RPJMD) Program Dedicated 2 Pembangunan Perhubungan dan Transportasi 14.c Program pembangunan Terminal Bus Pulogebang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

JARINGAN LINTAS DI PROVINSI DKI JAKARTA. DINAS PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI PROVINSI DKI JAKARTA Jl. Taman Jatibaru No.1 Jakarta Pusat 15 Juni 2016

JARINGAN LINTAS DI PROVINSI DKI JAKARTA. DINAS PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI PROVINSI DKI JAKARTA Jl. Taman Jatibaru No.1 Jakarta Pusat 15 Juni 2016 JARINGAN LINTAS DI PROVINSI DKI JAKARTA DINAS PERHUBUNGAN DAN TRANSPORTASI PROVINSI DKI JAKARTA Jl. Taman Jatibaru No.1 Jakarta Pusat 15 Juni 2016 DASAR HUKUM PENGATURAN WAKTU OPERASIONAL ANGKUTAN BARANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4. 1 UMUM Saat ini, motorisasi dan urbanisasi telah menjadi tren di daerah metropolitan banyak negara-negara berkembang. Kurangnya kesempatan kerja dan buruknya fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta L1 PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT Indeks A.1 AUDIT KINERJA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta Tahun Buku : 2010 2011 Dibuat Oleh : Afandika Akbar Di-review Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota negara dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Menurut Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi (2010), Jakarta mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PARKIR ON-STREET DI JAKARTA. PAPARAN Ir. U. PRISTONO KEPALA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DKI JAKARTA

KEBIJAKAN PARKIR ON-STREET DI JAKARTA. PAPARAN Ir. U. PRISTONO KEPALA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DKI JAKARTA KEBIJAKAN PARKIR ON-STREET DI JAKARTA PAPARAN Ir. U. PRISTONO KEPALA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DKI JAKARTA PENGENDALIAN & PENATAAN PERPARKIRAN DI JAKARTA JANGKA PENDEK : o LAW ENFORCEMENT (Operasi Penertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu

Lebih terperinci

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia sudah sepantasnya sejajar dengan berbagai kota-kota lain di dunia dengan indeks pertumbuhan penduduk dan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor sudah menjadi kebutuhan mutlak pada saat ini. Kendaraan yang berfungsi sebagai sarana transportasi masyarakat adalah salah satu faktor penting

Lebih terperinci

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota dan pusat perekonomian di Indonesia sudah seharusnya sejajar dengan kota-kota di dunia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 H. Transportasi 10.1. Jumlah Kendaran Menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar yang Digunakan Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik untuk pergerakkannya, dan digunakan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data kedatangan pengguna TransJakarta dilakukan sejak tanggal 12 Maret 2012 hingga 29 Juni 2012. Data waktu kedatangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPOR ENGEMBANGAN SISTEM

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPOR ENGEMBANGAN SISTEM PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI JAKARTA YANG TERINTEGRASI DAN BERKUALITAS UNTUK MEWUJUDKAN EFISIENSI ENERGI disampaikan oleh: Kepala Dinas Perhubungan Prov. DKI Jakarta DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI DKI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dari Arus Kendaraan (Vehicle Flow) Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari tingkat kinerja jalan. Dimana ada 3 variabel yang menjadi kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Macet adalah keadaan yang hampir setiap saat dialami masyarakat Jakarta. Sebelumnya, macet hanya dialami, saat jam berangkat kantor atau jam pulang kantor. Namun kini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dan strategis. Seiring

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyediaan fasilitas infrastruktur merupakan tanggungjawab pemerintah dan dananya diambil dari anggaran tahunan pemerintah. Pada satu pihak anggaran pemerintah tidak

Lebih terperinci

Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase DKI Jakarta 662, Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota per km DKI Jakarta ,38

Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase DKI Jakarta 662, Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota per km DKI Jakarta ,38 Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase Kepulauan Seribu 8,70 1,31 Jakarta Selatan 141,27 21,33 Jakarta Timur 188,03 28,39 Jakarta Pusat 48,13 7,27 Jakarta Barat 129,54 19,56 Jakarta Utara 146,66 22,14 DKI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume kendaraan, kecepatan kendaraan dan analisis kualitas udara disekitar kemacetan jalan Balaraja Serang. Hal

Lebih terperinci

Wisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.

Wisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T. PEMODELAN DISPERSI SULFUR DIOKSIDA (SO ) DARI SUMBER GARIS MAJEMUK (MULTIPLE LINE SOURCES) DENGAN MODIFIKASI MODEL GAUSS DI KAWASAN SURABAYA SELATAN Oleh: Wisnu Wisi N. 3308100050 Dosen Pembimbing: Abdu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS

Dukuh Atas Interchange Station BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS BAB III DATA 3.1 TINJAUAN UMUM DUKUH ATAS Dukuh Atas adalah nama perkampungan yang terletak di sudut barat daya Kecamatan Menteng. Lokasinya sangat strategis, berada di dekat pusat bisnis Jakarta, di selatan

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

Tabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000

Tabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000 Tabel 3. Komposisi perjalanan orang di Jabotabek menurut moda angkutan tahun 2000 Moda Perjalanan Orang Harian Seluruh Moda 29,168,330 Non-Motorized of Transport 8,402,771 Motorized of Transport 20,765,559

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA Berita Dirgantara Vol. 11 No. 2 Juni 2010:66-71 GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA Dessy Gusnita Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan perekonomian yang semakin meningkat dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi di wilayah DKI Jakarta, maka dampak masalah

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN 1 2 PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN Tata cara ini merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan tahap demi tahap oleh tim lapangan dalam rangka pemantauan

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (201) 1-6 1 Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT. Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 C. Isu-isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 Secara umum gambaran isu-isu yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 tidak terlalu

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #1 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 DASAR HUKUM Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM 1. Gas Rumah Kaca (GRK) adalah komponen-komponen berfasa

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di kota besar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di kota besar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di kota besar seperti DKI Jakarta yang mayoritas besar masyarakatnya merupakan masyarakat pendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pergerakan manusia dan barang, meningkatnya ekonomi suatu bangsa dipengaruhi oleh sistem transportasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bisa membeli tidak bisa merawat itulah gambaran umum para individu pemilik sepeda motor pada masyarakat luas di Indonesia, mereka karena sesuatu dan lain hal menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan provinsi Jawa Barat yang

V. GAMBARAN UMUM. Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan provinsi Jawa Barat yang V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan provinsi Jawa Barat yang menghubungkan Kecamatan Jalan Cagak dengan Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Jalur

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menimbang : 1. bahwa pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Senen termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 422 ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi

Lebih terperinci

LOKASI MIX TRAFFIC PADA KORIDOR BUSWAY

LOKASI MIX TRAFFIC PADA KORIDOR BUSWAY PADA KORIDOR BUSWAY DAFTAR PADA LAJUR BUSWAY KORIDOR JURUSAN I BLOK M KOTA 1. Jl. Trunojoyo (dari Jl. Hasanudin s.d CSW) II PULOGADUNG HARMONI 1. Jl. Perintis Kemerdekaan (dari Terminal Pulogadung s.d.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi

Lebih terperinci

UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT

UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT DASAR HUKUM UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN 1. KM Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI DKI JAKARTA DAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

BAB 3 GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI DKI JAKARTA DAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA BAB 3 GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI DKI JAKARTA DAN BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA Pada bab ini akan dijelaskan ruang lingkup wilayah studi yang secara umum meliputi Provinsi DKI Jakarta dan Kawasan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

1. BPTJ DAN KONDISI JABODETABEK 2. INDIKATOR KINERJA 3. RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK

1. BPTJ DAN KONDISI JABODETABEK 2. INDIKATOR KINERJA 3. RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK PERAN BPTJ DALAM MENCIPTAKAN SINERGI PROGRAM REVITALISASI ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DI JABODETABEK KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK Jakarta, 24 Agustus 2016 T A T A U R U

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI Sistem didefinisikan sebagai seperangkat obyek (komponen, subsistem) dengan interaksi antar obyek dan secara keseluruhan mempunyai satu tujuan/fungsi. Contoh:

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Kepadatan Lalu Lintas Jl. M.H. Thamrin Jalan M.H. Thamrin merupakan jalan arteri primer, dengan kondisi di sekitarnya didominasi wilayah perkantoran. Kepadatan lalu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang

Lebih terperinci

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M ERWIN WAHAB Nrp 0121100 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan

Lebih terperinci

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: 11 30 November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch Tanggal laporan: Desember 2013 Disusun oleh: Tim dari Nusaresearch

Lebih terperinci