SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015"

Transkripsi

1 C. Isu-isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 Secara umum gambaran isu-isu yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 tidak terlalu berbeda apabila dibandingkan dengan Tahun 2014 walaupun sudah banyak pembenahan dalam upaya meningkatkan penanganan kualitas lingkungan diantaranya adalah: 1. Banjir 2. Transportasi 3. Pencemaran (Situ, Sungai, Air tanah, Laut, Udara) 4. Permukiman 5. Penanganan Sampah Dari isu-isu utama di atas, banjir dan kemacetan lalu lintas merupakan isu yang paling mendapat perhatian serius baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat. a. Banjir Status Sumber : BPBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Keterangan :

2 Banjir merupakan masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta, hal ini terjadi selain secara geografis posisi DKI Jakarta merupakan daerah dataran rendah dan sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS) sebanyak 13 buah diantaranya sungai Ciliwung, Pesanggrahan, Cipinang, Kondisi Banjir Kampung Pulo Jakarta Timur Moorkevart, Krukut, serta adanya curah hujan yang rata-rata mm dengan maksimum curah hujan tertinggi pada bulan Januari-Maret dan adanya penurunan tanah akibat pembangunan dan penyedotan air tanah yang terus terjadi juga kepadatan penduduk yang rata-rata mencapai ,90 Jiwa/Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) akibat adanya urbanisasi dan bertambahnya penduduk akibat angka kelahiran, serta banyaknya jumlah rumah tangga miskin yang mencapai KK dari seluruh Rumah Tangga di DKI Jakarta yang mencapai KK (Tabel SE-1, Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), dimana dari jumlah tersebut yang masuk kategori kumuh sebanyak KK dan yang menempati bantaran sungai sebanyak KK {Tabel SE-1B (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} dan jumlah wilayah yang terdampak pada tahun 2015 di Provinsi DKI Jakarta adalah sebanyak 89 kecamatan dan 217 kelurahan dengan nilai kerugian Rp {Tabel BA-1A (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} dan kurangnya lahan terbuka hijau, serta kondisi drainase yang buruk tersebar di lima wilayah kota DKI Jakarta menjadi salah satu sebab terjadinya bencana banjir yang terus menggenangi kota di Jakarta. Tekanan (Pressure) Pada musim penghujan curah hujan yang tinggi di daerah hulu (Bogor) menyebabkan sungai tidak mampu menampung volume air dikarenakan adanya alih fungsi hutan di daerah puncak menjadi daerah permukiman. Aktifitas pembangunan di wilayah hulu yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan menyumbang terjadinya sedimentasi di wilayah hilir yang mengakibatkan pendangkalan sungai yang akhirnya tidak mampu menampung volume air pada musim hujan. Intensitas pembangunan yang pesat di Provinsi DKI Jakarta menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Kondisi tersebut terus diperparah dengan banyaknya permukiman kumuh di beberapa bantaran sungai yang penduduknya rata-rata mempunyai kesadaran rendah dalam membuang sampah, banyaknya penyedotan air tanah serta kepadatan penduduk yang

3 rata-rata mencapai ,90 Jiwa/Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), akibat adanya urbanisasi dan bertambahnya penduduk akibat angka kelahiran, serta banyaknya jumlah rumah tangga miskin yang mencapai KK dari seluruh Rumah Tangga di DKI Jakarta yang mencapai KK (Tabel SE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), dimana dari jumlah tersebut yang masuk kategori kumuh sebanyak KK dan yang menempati bantaran sungai sebanyak KK {Tabel SE-1B (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}. Perilaku masyarakat Jakarta terutama di sepanjang bantaran sungai yang selalu membuang sampah disungai dan pembangunan rumah liar disepanjang bantaran kali juga menambah mempercepat terjadinya penyempitan sungai akhirnya mengurangi kecepatan aliran air menuju ke arah hilir (laut) serta tingginya curah hujan di Provinsi DKI Jakarta {Tabel SD-22A (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, serta persentase ruang terbuka hijau di Jakarta yang masih relatif sedikit (9,10 % pada tahun 2015) belum ideal apabila dibandingkan dengan luas wilayah DKI Jakarta yang mencapai 662,33 Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015). Response Pengerukan waduk Pluit, pemasangan Site Pile Kampung Pulo dan Pembongkaran rumah sepanjang Kali Gendong Berbagai upaya telah dilakukan dalam mengatasi banjir oleh Pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2015 anggaran yang telah disiapkan untuk melakukan normalisasi waduk dan kali sebagai program penanggulangan banjir, telah dianggarkan sebesar Rp 3 triliun, selin hal tersebut diatas pemerintah DKI Jakarta juga membangun rumah susun untuk relokasi warga bantara sungai dan waduk {Tabel UP-2D (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} di semua wilayah DKI Jakarta, penambahan pompa pada waduk dan pintu air pengendali banjir {Tabel BA-1B (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} dan penyediaan rumah susun sewa bagi warga yang kurang mampu {Tabel UP-2C (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, pembuatan sodetan untuk mengurangi beban volume sungai Ciliwung dan Cipinang dengan mengalirkan ke Banjir Kanal Timur, serta pengembalian fungsi waduk sebagai tempat penampungan air seperti waduk Pluit dan waduk Ria-rio dll, menerima Pekerja Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang ditempatkan dimasing-masing kelurahan sesuai dengan kebutuhan antara orang disetiap kelurahan untuk membantu penanganan kebersihan sungai dan jalan pada 267 Kelurahan di wilayah DKI Jakarta selain itu dibantu

4 dengan Pasukan Biru yang tersebar di lima wilayah kota dari Dinas Tata Air Provinsi DKI Jakarta sebanyak 304 pekerja dengan rincian yang bertanggung jawab menangani aliran Timur sebanyak 50 pekerja, aliran Tengah sebanyak 10 pekerja, aliran Barat sebanyak 52 pekerja, dan diperbantukan di wilayah Jakarta Pusat sebanyak 33 pekerja, diperbantukan di wilayah Jakarta Barat sebanyak 52 pekerja, diperbantukan di wilayah Jakarta Selatan sebanyak 96 pekerja dan diperbantukan di wilayah Jakarta Timur sebanyak 11 pekerja untuk melakukan normalisasi saluran di sepanjang jalan arteri dan sepadan sungai yang selama ini digunakan sebagai tempat tinggal para pendatang untuk mengadu nasib di kota Jakarta serta melakukan sosialisasi Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta di setiap kelurahan dan Kecamatan. b. Kemacetan Lalu Lintas di Provinsi DKI Jakarta Status Kemacetan di Harmoni, MT Haryono dan depan Polda Metro Jaya Pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 yang menetapkan bahwa Pemerintahan Provinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, adalah salah satu pendorong warga Indonesia untuk mengadu nasib dan merubah kehidupan menjadi lebih baik yang menjadi sebab terus terjadinya kemacetan lalu lintas pemerintah DKI Jakarta. Dengan jumlah penduduk yang mencapai jiwa pada Tahun 2015 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) dan luas wilayah yang mencapai 662,33 Km 2, serta panjang jalan di DKI Jakarta pada Tahun 2015 yang hanya sepanjang 6.257,57 Km {Tabel SP- 2D (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} yang terdiri dari Jalan Nasional sepanjang 142,65 Km, Jalan Provinsi sepanjang 1.348,85 Km, Jalan Kabupaten/Kotamadya sepanjang 4.642,60 Km dan Jalan Tol sepanjang 123,48 Km, dengan jumlah kendaraan pada Tahun 2014 sebesar buah kendaraan {Tabel SP-2D (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} serta jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan termasuk kendaraan pribadi dan umum yang mencapai kendaraan (Tabel SP-2 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) yang menyebabkan kota Jakarta sangat sulit dalam mengurangi kemacetan pada saat-saat tertentu.

5 Tekanan (Pressure) Dengan jumlah penduduk DKI Jakarta pada Tahun 2015 yang mencapai jiwa pada Tahun 2015 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) dan luas wilayah yang mencapai 662,33 Km 2, serta jumlah kendaraan bermotor yang mencapai kendaraan (Tabel SP-2 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), serta panjang jalan di DKI Jakarta pada Tahun 2015 yang hanya sepanjang 6.257,57 Km {Tabel SP-2D (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, serta jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan termasuk kendaraan pribadi dan umum yang mencapai kendaraan (Tabel SP-2 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), serta adanya pembangunan jalan layang serta proses pengerjaan Mass Rapid Transid (MRT) menyebabkan masalah kemacetan lalu lintas, menjadi permasalahan yang perlu mendapat prioritas penanganan di Provinsi DKI Jakarta. Kemacetan selain disebabkan kondisi tersebut diatas juga disebabkan kurangnya disiplin warga diantaranya, perilaku sebagian besar pengguna jalan yang belum tertib/tidak disiplin, masalah parkir kendaraan yang belum memadai dan tidak tertib, penyalahgunaan badan jalan untuk parkir dan pedagang kaki lima menjadi beban kota Jakarta saat ini dalam mengatasi permasalahan kemacetan di DKI Jakarta. Berbagai masalah yang saling berkorelasi inilah yang menyebabkan masalah transportasi DKI Jakarta menjadi semakin kompleks. Dari beberapa penyebab kemacetan tersebut diatas secara eksplisit terlihat bahwa penyebab utama kemacetan lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor terutama kendaraan bermotor pribadi yang semakin banyak dan mobilitasnya (penggunaannya) yang semakin tinggi dari segi ruang dan waktu yang menjadi sebab kemacetan di Jakarta dari tahun ke tahun terus menjadi beban di kota Jakarta. Response Pengadaan Moda sarana Transportasi Busway, Pembangunan jalan layang Casablanca dan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Provinsi DKI Jakarta Dengan kondisi Jakarta saat ini upaya yang telah dilakukan dalam mengurangi kemacetan diantaranya melakukan pembenahan disegala lini termasuk pembangunan infrastruktur dan sumberdaya manusianya, melakukan pembangunan koridor bus way dari koridor I sampai XII dengan jumlah pengguna mencapai orang {Tabel SP-2B (T) Data SLHD Provinsi

6 DKI Jakarta Tahun 2015} serta mengintegrasikan semua moda transportasi (Komuter Line, APTB, Bus Sedang dan nantinya Mass Rapid Transid menjadi salah satu upaya mengatasi permasalahan kemacetan di Provinsi DKI Jakarta, selain adanya parkir meter yang sudah mulai diterapkan pada sebagian area parker DKI Jakarta dan saat ini sudah mulai dikaji adanya kebijakan tentang pembatasan kendaraan juga membuat angkutan masal yang bisa menarik para pengguna kendaraan pribadi agar bisa beralih ke angkutan masal, serta kebijakan lain yang saling mendukung. Saat ini Pemda DKI Jakarta pada tahun 2015 sedang menyelesaikan pembangunan Flyover sebanyak 55 buah, Underpass sebanyak 10 buah, jalan layang non tol sebanyak 2 buah, sedangkan pembangunan Flyover dan Underpass yang telah dilaksanakan pembangunannya mulai tahun 1975 adalah sebanyak 172 buah, dan jumlah kendaraan busway yang beroperasi sampai dengan tahun 2015 adalah sebanyak 669 buah kendaraan {Tabel SP-2A (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} dengan jumlah penumpang mencapai orang {Tabel SP-2B (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}. c. Pencemaran (Situ, Sungai, Air tanah, Laut, Udara) Status Kondisi Pencemaran Laut, Pencemaran Sungai di Pintu Air Manggarai dan Pencemaran Udara dari Kendaraan Bermotor Apabila dilihat dari beban limbah industri skala menengah dan besar di wilayah DKI Jakarta yang menghasilkan limbah BOD ,18 Ton/Tahun, COD 1.673,14 Ton/Tahun, TSS Ton/Tahun dan lainnya 212,35 Ton/Tahun (Tabel SP-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) dan jumlah industri skala menengah dan besar sebanyak industri {Tabel SP-1B (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} serta jumlah industri skala kecil yang mencapai industri {Tabel SP-1D (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta}, dan perkiraan emisi CO2 dari konsumsi energi dari sektor pengguna yang mencapai ,456 Ton/Tahun {Tabel SP-3E (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} serta kepadatan penduduk yang rata-rata mencapai ,90 Jiwa/Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) menjadikan beban pencemaran Situ, Sungai, Air Tanah, Laut dan Udara di DKI Jakarta akan menjadi semakin parah apabila tidak mulai dilakukan pengawasan secara sungguh-sungguh, hal ini terlihat data yang menunjukkan bahwa kondisi Situ, Sungai, Air Tanah, Laut dan Udara di DKI Jakarta masih banyak yang diatas ambang batas (Tabel SD-14,

7 SD-15, SD-16 SD-17 dan SD-18 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015). Hal ini bisa terjadi karena selain banyaknya tempat usaha yang membuang limbahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta, juga karena banyaknya warga masyarakat yang tidak peduli terhadap cara penanganan sampah dan limbah rumahtangga sesuai aturan yang benar akan menjadi permasalahan yang terus meningkat terhadap buruknya kualitas lingkungan di wilayah DKI Jakarta. Tekanan (Pressure) Dengan jumlah penduduk yang mencapai jiwa dan luas wilayah yang mencapai 662,33 Km 2, serta kepadatan penduduk yang rata-rata mencapai ,90 Jiwa/Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) dan jumlah rumah tangga miskin yang mencapai KK dari seluruh Rumah Tangga di DKI Jakarta yang mencapai KK (Tabel SE-1, Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), dimana dari jumlah tersebut yang masuk kategori kumuh sebanyak KK dan yang menempati bantaran sungai sebanyak KK {Tabel SE-1B (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, serta jumlah kendaraan bermotor yang mencapai kendaraan (Tabel SP-2 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), beban industri skala menengah dan besar di wilayah DKI Jakarta yang menghasilkan limbah BOD ,18 Ton/Tahun, COD 1.673,14 Ton/Tahun, TSS Ton/Tahun dan lainnya 212,35 Ton/Tahun (Tabel SP-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) dan jumlah industri skala menengah dan besar sebanyak industri {Tabel SP-1B (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} serta jumlah industri skala kecil yang mencapai industri {Tabel SP-1D (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta}, perkiraan emisi CO2 dan konsumsi energi dari sektor pengguna yang mencapai ,456 Ton/Tahun {Tabel SP-3E (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} menyebabkan masalah pencemaran lingkungan adalah masalah pokok yang harus segera diselesaikan dengan segera diselesaikan. Response Pembuatan Hutan Kota di Daerah Semanggi, Penataan Kampung Pulo dan Penataan Situ Lembang Jakarta Pusat. Dengan adanya permasalahan tersebut diatas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah banyak melakukan upaya pembenahan dan meningkatkan pengawasan pada dunia usaha untuk

8 penanganan kualitas udara diantaranya melakukan pengawasan Emisi Cerobong Aktif {Tabel UP-4A (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta}, Pengawasan Izin Lingkungan (Tabel UP-4 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), melakukan evaluasi Dokumen Lingkugan (Tabel UP- 3 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), mengurangi beban pencemaran sungai dan waduk diantaranya melakukan penantaan rumah yang masuk kategori kumuh sebanyak KK dan yang menempati bantaran sungai sebanyak KK {Tabel SE-1B (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, melakukan pengerukan sungai dan waduk {Tabel UP-8C (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, melakukan normalisasi sungai dan waduk {Tabel UP-8C (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, dan melakukan pembangunan rumah susun bagi warga yang terkena penertiban bangunan disepanjang bantara sungai waduk {Tabel UP-2D (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, untuk pengendalian pencemaran udara maka kebijakan dalam penangggulangan pencemaran udara diantaranya menerbitkan Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Pergub 92/2007 tentang Uji Emisi Kendaraan Bermotor (Kewajiban Uji Emisi Kendaraan Bermotor setiap 6 bulan sekali), serta Pergub 31/2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.sedangkan untuk mengurangi beban pencemaran air tanah diantaranya melakukan pembangunan IPAL Komunal dan IPAL terpusat dimana pada tahun 2015 telah dilaksanakan pembuatan (Detail Enginering Desain (DED) yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan limbah sebesar 85 persen di wilayah DKI Jakarta pada Tahun 2032 dan pembangunan IPAL Terpusat di Kepulauan Seribu. Menerbitkan berbagai peraturan diantaranya Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 220 Tahun 2010 tentang Perizinan Pembuangan Air Limbah, Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup di Provinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta, Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 189 Tahun 2002 tentang Jenis Usaha yang Wajib dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan melakukan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan serta Corporate Social Responsibility (SCR) yang sangat peduli terhadap penanganan lingkungan di Provinsi DKI Jakarta.

9 d. Permukiman Status Kondisi permukiman kumuh di bantaran kali Kampung Pulo, Manggarai dan Penjaringan Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Dengan jumlah penduduk yang mencapai jiwa dan luas wilayah yang hanya 662,33 Km 2, serta kepadatan penduduk yang rata-rata mencapai ,90 Jiwa/Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) dan jumlah rumah tangga miskin yang mencapai KK dari seluruh Rumah Tangga di DKI Jakarta yang mencapai KK (Tabel SE-1, Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), apabila dilihat dari persentase menurut jenis dinding terluas masih ada yang berdinding kayu 4,75 persen dan bambu 0,15 persen {Tabel SE-1C (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, persentase menurut jenis lantai yang masih menggunakan tanah adalah sebesar 0,35 persen persen {Tabel SE-1E (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, jumlah rumah tangga yang masih menggunakan fasilitas bersama untuk buang air besar sebanyak KK (Tabel SP-8, Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) dan rumah yang masuk kategori kumuh sebanyak KK dan yang menempati bantaran sungai sebanyak KK {Tabel SE-1B (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, apabila dilihat pada data diatas permasalahan kemiskinan adalah permasalahan yang perlu menjadi prioritas penanganan selain permasalahan pencemaran, kemacetan dan banjir yang selama ini juga menjadi isu yang sangat penting di Ibukota Negara Republik Indonesia ini. Tekanan (Pressure) Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satusatunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat Provinsi. Karena statusnya sebagai Ibukota Indonesia, sorotan terhadap masalah perekonomiannya sering terpublikasi, pada mulanya adalah kemiskinan, lalu pengangguran. Kemudian kekerasan dan kejahatan [crime]. Martin Luther King [1960] mengingatkan, "you are as strong as the weakestof the people." Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar kalau mayoritas masyarakatnya masih miskin dan

10 lemah. Dengan jumlah penduduk yang mencapai jiwa dan luas wilayah yang mencapai 662,33 Km 2, serta kepadatan penduduk yang rata-rata mencapai ,90 Jiwa/Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), dengan adanya migran masuk di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 sebesar jiwa {Tabel DE-2D (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} serta sedikitnya lapangan pekerjaan yang hanya sebesar pekerjaan jiwa {Tabel DE-3C (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} maka banyak warga yang memaksakan untuk hidup di tempat yang kurang layak menjadi tempat tinggal, hal ini bisa dlihat dari jumlah rumah tangga miskin yang mencapai KK (Tabel SE-1, Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015). Dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat akibat adanya urbanisasi dari kota-kota lain ke DKI Jakarta serta sedikitnya lapangan kerja dan pendidikan yang tidak sesuai dengan lapangan kerja yang ada saat ini, menjadi beban kota Jakarta dalam melakukan pembenahan kemiskinan, hal ini terjadi karena penduduk yang sudah menetap di kota Jakarta akan menempati daerah-daerah yang seharusnya tidak boleh menjadi tempat hunian, diantaranya kolong jembatan, bantaran kali, ruang terbuka hijau dll. Response Rumah Susun Jatinegara, Rumah Susun Angke dan Rumah Susun Cipinang Muara Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan d Provinsi DKI Jakarta diantaraya melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya. Pemerintah DKI Jakarta telah banyak mengeluarkan kebijakan program-program yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan diantaranya melakukan pembangunan rumah susun bagi warga yang terkena penertiban bangunan disepanjang bantaran sungai waduk {Tabel UP-2D (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, membebaskan warga DKI Jakarta yang menempati rumah susun dalam menggunakan kendaraan bus way dari koridor I sampai XII {Tabel SP-2B (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, menyiapkan program beras miskin yang memungkinkan bagi penduduk miskin untuk membeli beras dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga beras yang ada di pasar, memberikan program Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan program bantuan operasional (BOS) agar

11 penduduk miskin dapat pemperoleh pendidikan dasar yang layak, selanjutnya juga membuat program-program dan kebijakan yang antara lain: (i) pemberantasan buta huruf, dapat dilakukan dengan program Keaksaraan Fungsional yang dilanjutkan dengan Program Kejar Paket A B C, (ii) peningkatan pertumbuhan ekonomi, dapat dilakukan dengan fokus pembangunan pada sektor kunci (leading sector) 14 yang ada di DKI Jakarta yang dilanjutkan dengan pemerataan distribusi pendapatan dengan pengoptimalan pemungutan pajak dan penegakan hukum, dan (iii) penciptaan iklim investasi, dengan memperbaiki sistem birokrasi, manajemen, infrastruktur, pajak serta menciptakan input/sumber daya yang mendukung, high return expectation, dan stabilitas ekonomi politik dalam negeri selain hal tersebut diatas pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan pembangunan IPAL Komunal dan IPAL terpusat dimana pada tahun 2015 telah dilaksanakan pembuatan (Detail Enginering Desain (DED) yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan limbah sebesar 85 persen di wilayah DKI Jakarta pada Tahun 2032 dan pembangunan IPAL Terpusat di Kepulauan Seribu dan pembangunan IPAL Komunal bantuan IDB sanimas di lima wilayah kota Provinsi DKI Jakarta sebanyak 44 lokasi dan penataan rumah kumuh menjadi rumah deret dll. e. Penanganan Sampah. Status Penumpukan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Dengan jumlah penduduk yang mencapai jiwa dan luas wilayah yang hanya 662,33 Km 2, serta kepadatan penduduk yang rata-rata mencapai ,90 Jiwa/Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015) dan jumlah rumah tangga di DKI Jakarta yang mencapai KK (Tabel SE-1, Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), dimana dari jumlah tersebut yang masuk kategori kumuh sebanyak KK dan yang menempati bantaran sungai sebanyak KK {Tabel SE-1B (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} dan perkiraan jumlah sampah menurut sumber adalah sebanyak ,73 M 3 /Hari {Tabel SP-9D (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}. Kondisi ini mengharuskan bahwa penanganan masalah sampah menjadi masalah prioritas yang harus segera diselesaikan.

12 Tekanan (Pressure) Dengan jumlah penduduk yang mencapai jiwa dan luas wilayah yang mencapai 662,33 Km 2, serta kepadatan penduduk yang rata-rata mencapai ,90 Jiwa/Km 2 (Tabel DE-1 Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015), dengan adanya migran masuk di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 sebesar jiwa {Tabel DE-2D (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} serta sedikitnya lapangan pekerjaan yang hanya sebesar pekerjaan jiwa {Tabel DE-3C (T), Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} maka banyak warga yang memaksakan untuk hidup di tempat yang kurang layak menjadi tempat tinggal, hal ini bisa dlihat dari jumlah rumah tangga miskin yang mencapai KK (Tabel SE-1, Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015). perkiraan jumlah sampah menurut sumber adalah sebanyak ,73 M3/Hari {Tabel SE-9D (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} mengakibatkan penanganan sampah masih banyak terkendala, baik pada masalah pengangkutan dan pada penampungan akhir. Response Pengadaan Kendaraan Angkut Sampah, TPA Bantar Gebang, Pekerja Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Dengan adanya permasalahan tersebut diatas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah banyak melakukan upaya pembenahan dan meningkatkan upaya diantaranya pengadaan kendaraan pengangkut sampah, perekrutan Pekerja Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) serta membuat Aplikasi Qlue yang bisa diakses semua warga di DKI Jakarta baik dalam layanan penanganan kebersihan, penanggulangan banjir dan pengaduan lainnya demi terciptanya warga DKI Jakarta yang bisa menikmati kotanya dengan nyaman dan pendampingan warga terhadap pengelolaan bank sampah, 3R, dan komposting yang berjumlah 262 kegiatan {Tabel SP-9E (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015} serta penerbitan Peraturan daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah dan. pada tahun 2015 telah diadakan penambahan jumlah kendaraan operasional yang digunakan dalam penanganan sampah di DKI Jakarta adalah kendaraan {Tabel SP-6E (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, selain hal tersebut pemerintah DKI Jakarta juga telah memperdayakan pengolahan sampah dari sumbernya diantaranya dengan membuat bank

13 sampah dan penanganan sampah dengan 3R {Tabel SP-9E (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015}, serta penerbitan Peraturan Daerah nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengolahan Sampah. Khususnya pada Pasal 20 butir 1 yang menyebutkan, Setiap orang wajib melaksankan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 dengan cara: a. Menggunakan sedikit mungkin kemasan dan/atau produk yang menimbulkan sampah; b. Menggunakan kemasan dan/atau produk yang dapat dimanfaatkan kembali dan/atau mudah terurai secara alami; c. Menggunakan kemasan dan/atau produk yang ramah lingkungan; dan d. Memanfaatkan kembali smapah secara aman bagi kesehatan. Serta pasal 22 butir 1 yang menyebutkan, Pengurangan sampah sebagimana dimaksudkan dalam pasal 19, dilakukan dengan cara: a. Menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, bahan yang dapat didaur ulang dan/atau bahan yang mudah terurai oleh proses alam; dan/atau b. Mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari kemasan dan/atau produk yang sudah digunakan.

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 B. Permukiman Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 D. Peran Serta Masyarakat Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami proses pembangunan perkotaan yang pesat antara tahun 1990 dan 1999, dengan pertumbuhan wilayah perkotaan mencapai 4,4 persen per tahun. Pulau Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI BAB V ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI A. ISU STRATEGIS Penentuan Isu Strategis dikaji dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan data dan tekanan lingkungannya serta status nilai, dan juga dikaji dari pendekatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Gubernur terpilih pada masa jabatan. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dengan memiliki luas wilayah daratan sekitar 662,33 km². Sementara dengan penduduk berjumlah 9.608.000 jiwa pada tahun

Lebih terperinci

Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Kehumasan Provinsi DKI Jakarta : Kepala Bidang Informasi Publik : Laporan Mengenai Permintaan Data SKPD

Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Kehumasan Provinsi DKI Jakarta : Kepala Bidang Informasi Publik : Laporan Mengenai Permintaan Data SKPD PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN KEHUMASAN JIn. Medan Merdeka Selatan 8-9 JAKARTA NOTA DINAS Kepada Yth Dari Hal Kepala Komunikasi Informatika dan Kehumasan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN

1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN 1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN P-SLHD dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses informasi lingkungan yang terkini dan akurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Visi dan Misi pembangunan Provinsi DKI Jakarta, setelah dijabarkan dalam tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan maka proses penjabaran selanjutnya

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Visi dan Misi pembangunan Provinsi DKI Jakarta, setelah dijabarkan dalam tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan maka proses penjabaran selanjutnya

Lebih terperinci

-1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

-1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA SALINAN -1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR Oleh : Elfin Rusliansyah L2D000416 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Rencana kegiatan air limbah di Kabupaten Buru Selatan diarahkan pada sasaran yang tingkat resiko sanitasinya yang cukup tinggi,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 1.8. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta Pembangunan di DKI Jakarta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan dan pembangunan pada hakekatnya

Lebih terperinci

12/12/2013 L/O/G/O.

12/12/2013 L/O/G/O. L/O/G/O www.themegallery.com 1 2 3 1 2 1. SEBAGIAN BESAR KAWASAN UTARA BERUPA DATARAN RENDAH di bawah muka laut pasang 2. 13 SUNGAI DARI BODETABEK MENGALIR KE JAKARTA Bermuara di Teluk Jakarta 3. PENURUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tujuan utama bagi penduduk untuk berurbanisasi karena mereka pada umumnya melihat kehidupan kota yang lebih modern dan memiliki lebih banyak lapangan

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Transportasi perkotaan di banyak negara berkembang menghadapi permasalahan dan beberapa diantaranya sudah berada dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 E. Kelembagaan 17.1. Profil BPLHD Provinsi DKI Jakarta Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 230 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Lingkungan

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb);

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH TAHUN 2016 KOTA BOGOR

RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH TAHUN 2016 KOTA BOGOR RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH TAHUN 2016 KOTA BOGOR 1 WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2007

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2007 FORMULIR PKK PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 27 INSTANSI : BIRO ADMINISTRASI SARANA PERKOTAAN KEGIATAN RENCANA % PROGRAM URAIAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TINGKAT PENCAPAIAN REALISASI PENCAPAIAN TARGET

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu kota didorong oleh lengkapnya dari sarana dan prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota dapat dicirikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 108 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan berikut: Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 1. Kelayakan bisnis pembukaan koridor busway (IX: Pinang Ranti-Pluit)

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota sebagai pusat pertumbuhan menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi terhadap perekonomian sehingga menjadi daerah tujuan untuk migrasi. Dengan daya tarik suatu

Lebih terperinci

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016 DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH RINGKASAN EKSEKUTIF DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI DKI JAKARTA 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama. Dengan luas wilayah provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar ±110 pulau di wilayah Kepulauan Seribu. Jakarta dipadati oleh 8.962.000 jiwa (Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

SKPD : DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI DKI JAKARTA DATA : Rincian Program dan Kegiatan TAHUN : 2018

SKPD : DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI DKI JAKARTA DATA : Rincian Program dan Kegiatan TAHUN : 2018 SKPD : DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI DKI JAKARTA DATA : Rincian Program dan Kegiatan TAHUN : 2018 Kode Program Nama Program Kode Kegiatan Nama Kegiatan Anggaran Bidang Seksi/Subbag (1) (2) (3) (4) (5)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN 3.1 Kondisi Umum Kondisi kualitas udara jika dilihat dari parameter debu masih cukup baik. Berdasarkan pemantauan parameter debu di 13 titik menunjukkan bahwa kesemua

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010).

I. PENDAHULUAN. terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia, khususnya kota-kota besar seperti Jakarta. Banjir yang terjadi di Jakarta membentuk suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3). VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung Situ Rawa Badung merupakan salah satu situ DKI Jakarta yang terbentuk secara alami. Semula luas Situ Rawa Badung mencapai 5 Ha, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah memiliki insfrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Singkat Organisasi Kecamatan di Provinsi DKI Jakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1978 tentang Pemerintahan Wilayah Kota dan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci