5 PERFORMA RENANG IKAN (FISH SWIMMING PERFORMANCE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 PERFORMA RENANG IKAN (FISH SWIMMING PERFORMANCE)"

Transkripsi

1 63 5 PERFORMA RENANG IKAN (FISH SWIMMING PERFORMANCE) 5.1 Pendahuluan Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu ikan karang yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pengadaan ikan kerapu saat ini berasal dari dua sumber yaitu penangkapan di alam dan hasil budidaya. Pengadaan ikan kerapu yang berasal dari penangkapan ikan terkadang dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang ilegal seperti menggunakan racun sianida atau potas. Penggunaan racun tidak saja mengakibatkan kerusakan lingkungan dimana ikan tersebut berada, akan tetapi juga dapat membahayakan nelayan itu sendiri. Selain itu penangkapan ikan kerapu di alam juga dilakukan dengan menggunakan bubu, hanya saja ada juga bubu yang tidak ramah lingkungan seperti bubu tambun. Bubu ini dalam pengoperasiannya ditutupi/ditimbun dengan patahan atau terumbu karang, hal mana dikenal pula sebagai kegiatan yang destruktif. Pengetahuan tentang tingkah laku ikan sangat diperlukan dalam perikanan tangkap karena terkait dengan teknik dan metode penangkapan ikan. Metode penangkapan ikan tersebut akan menjadi dasar dalam pembuatan alat penangkapan ikan yang tepat dan efektif. Menurut Gunarso (1985), pengetahuan tingkah laku ikan dapat memperbaiki serta merubah alat dan metode penangkapan yang memungkinkan untuk meningkatkan efesiensinya. Informasi penting mengenai tingkah laku ikan yang menunjang bidang penangkapan antara lain adalah distribusi ikan, ruaya-ruaya ikan, tingkah laku berkelompok (schooling behaviour), kebiasaan dan kecepatan renang, kebiasaan makan, pola penyelamatan diri ikan, serta berbagai pola tingkah laku ikan yang memungkinkan ikan dapat tertangkap (Gunarso 1985). Keragaan dan kecepatan renang ikan merupakan contoh faktor yang dapat diamati untuk mempelajari tingkah laku ikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hunt von Herbing et.al (2001) dalam Green and Fisher (2004) bahwa informasi kecepatan dan performa renang ikan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan upaya penangkapannya. Selain bermanfaat untuk upaya penangkapan ikan, informasi tentang keragaan dan kecepatan renang ikan juga dapat digunakan untuk memahami ekologi organisme itu sendiri, seperti misalnya jarak maksimum perpindahan organisme serta pengaruh kemampuan

2 64 berpindah terhadap dinamika populasi organisme itu sendiri (Armsworth, 2001). Ditambahkan pula oleh Leis and McCormick (2002) dalam Green and Fisher (2004), bahwa kecepatan dan tingkah laku renang ikan sering juga digunakan untuk memperkirakan kemampuan menyebar ikan tersebut dalam suatu ekosistem, menghindar dari predator (Rice at.al, 1987 dalam Green and Fisher, 2004) dan kebutuhan energi bagi ikan untuk melangsungkan metabolisme dalam tubuhnya (De Boeck et.al, 2006). Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap keragaan dan kecepatan renang ikan kerapu bebek agar upaya penangkapan ikan kerapu bebek lebih efektif serta menjamin kualitas ekologinya. Berbagai alat telah diciptakan untuk mengetahui pola dan tingkah laku ikan dalam air baik di habitat asli atau dalam kolam percobaan. Tingkah laku ikan di habitat asli maupun di dalam kolam percobaan mempunyai sifat yang dapat dikatakan sama (Gunarso 1985). Pemaparan tersebut di atas menjadi alasan untuk dilakukannya penelitian terhadap keragaan dan kecepatan renang ikan kerapu bebek agar upaya penangkapan ikan kerapu bebek lebih efektif serta menjamin kualitas ekologinya. 5.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menguji coba mini flume tank untuk meneliti swimming performance ikan. 2) Mendeskripsikan swimming endurance yang meliputi keragaan renang serta kecepatan renang yang dimiliki ikan kerapu bebek yang diuji coba pada mini flume tank. 5.3 Metode Penelitian Pengamatan keragaan dan kecepatan renang ikan umumnya dilakukan di dalam tangki percobaan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Purbayanto (1999), Green and Fisher (2004), De Boeck et.al (2006), Fitzgibbon et.al (2007), dan Ide et.al (2007). Oleh karena itu, maka pengamatan keragaan dan kecepatan renang ikan kerapu bebek yang dilakukan dalam penelitian ini juga dilakukan di dalam tangki berisi air yaitu mini flume tank. Secara umum penelitian ini dilakukan dengan cara experimen di laboratorium. yang bertujuan untuk melihat sejauh mana nilai suatu variabel

3 65 berkaitan dengan nilai variabel lain seperti disajikan pada Gambar 33. Penelitian ini dilakukan dilaksanakan pada bulan Juni 2010 di Laboratorium Tingkah Laku Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB Gambar 37 Keterkaitan variabel penelitian Rangkaian kegiatan penelitian mencakup penyediaan ikan-ikan eksperimen, persiapan tangki pemeliharaan, dan pengukuran variabel-variabel kecepatan arus, frekuensi kebasan ekor (tail beat frequency), frequensi gerakan operculum. Selama uji coba ikan didalam flume tank dilakukan perekaman gerakan ikan dengan video camera. Pengukuran terhadap sejumlah variabel diperoleh nilai sustained speed dan pralonged speed ikan kerapu. Swimming mode ikan kerapu diketahui setelah melakukan image analisis dan pengukuran aspek rasio. Berikut adalah rincian bahan, alat dan metode-metode pengukuran yang diterapkan dalam penelitian ini.

4 Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Mini flume tank dengan spesifikasi alat sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5, Mini flume tank menggunakan sistem air mengalir. Desain mini flume tank disajikan pada Gambar 38. Gambar 38 Desain mini flume tank Tabel 5 Spesifikasi teknis mini flume tank No Spesifikasi Keterangan 1 Volume tangki pengamatan 160 l 2 Luas bidang/jendela pengamatan 20 cm x 80 cm 3 Luas penampang jendela pengamatan 15 x 20 cm 4 Kecepatan arus air (water flow) sampai dengan 83 cm/detik 5 Motor penggerak motor listrik 3 phase, ½ Hp (2) mesuring board dengan ketelitian 1 mm (3) timbangan elektronik dengan ketelitian 0,01gram

5 67 (4) temperature meter untuk mengukur suhu air (5) current meters untuk mengukur kecepatan arus (6) Jam digital (7) External web cam, (8) kamera foto digital (9) compact disc (10) Personal computer, Personal computer digunakan untuk merekam video penelitian, dan mendigitasi/mengolah hasil rekaman kamera digital berkecepatan tinggi. Untuk keperluan itu PC dilengkapi dengan program pengolahan video seperti Windows Media Player, ACDSee 10 Photo manager, dan Corel Draw. (11) alat tulis menulis Bahan Bahan yang digunakan adalah ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Gambar 39). Ikan yang digunakan dalam penelitian ini didatangkan dari karamba jaring apung di Kepulauan Seribu. Setelah dibawa ke Laboratorium Tingkah Laku Ikan di FPIK IPB, ikan di pelihara terlebih dahulu di dalam tangki penampungan selama dua minggu. Tanki penampungan ikan berupa akuarium dengan ukuran 200 x 50 x 45 cm. Selama dalam pemeliharaan ikan diberi pakan pelet. Pemeliharaan ini dimaksudkan untuk mengadaptasikan ikan ke dalam lingkungan penelitian. Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 ekor dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Ikan kerapu bebek yang digunakan memiliki ukuran panjang badan (body length) 12 sd sebesar 13 cm Selain ikan bahan lain yang digunakan adalah air laut didapatkan dari fasilitas pengolahan air laut Sea World Ancol. Volume air laut yang dimasukkan dalam tangki pemeliharaan adalah sebanyak 300 l. Air cadangan sebanyak 1000 l, disimpan dan di aerasi di dalam tangki air berkapasitas 1 m 3.

6 68 Gambar 39 Benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) Klasifikasi kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Valenciennes, 1828 dalam Froese and Pauly, 2000): Kingdom: Animalia Phylum: Chordata Class: Actinopterygii Ordo: Perciformes Family: Serranidae Genus: Cromileptes Species: Cromileptes altivelis 5.5 Jenis dan Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari: 1) swimming endurance 2) tail beat frekuensi 2) penentuan pola renang ikan dan 2) kecepatan renang ikan kerapu bebek. Semua aktifitas pengambilan data ini selain dilkukan dengan pengukuran dan pencatatan langsung, juga dilakukan melalui kuantifikasi hasil rekaman video. Film yang dihasilkan dari percobaan akan memberikan data kuantifikasi hasil pengamatan, namun untuk memperoleh data tersebut sebelumnya dilakukan pengolahan atau pengeditan film terlebih dahulu. Oleh sebab itu digunakan program komputer yang dapat memutar video seperti WMP dan mengolah video seperti ACD See 10. Untuk mendigitasi gambar dari foto kebentuk gambar digunakan program Corel DRAW X4.

7 Pengukuran swimming endurance (ketahanan renang) Ketahanan renang adalah kemampuan lamanya ikan berenang pada kecepatan tertentu. Secara umum ketahanan renang berbanding terbalik dengan kecepatan renang, bila kecepatan renang meningkat maka ketahanan renangnya akan menurun. Ketahanan renang ikan pada kecepatan tertentu berbeda atara spesies dan juga antara ukuran yang berbeda pada spesies yang sama. Penentuan swimming endurance ikan didasarkan pada lama waktu ikan dapat bertahan pada kecepatan arus tertentu.. Kemampuan ikan untuk bertahan dihitung mulai dari kecepatan tertentu arus air diberlakukan hingga ikan tidak lagi mampu bertahan pada kecepatan arus tersebut. Beberapa jenis aktivitas dan tingkah laku renang ikan dalam hubungannya dengan kecepatan renang ikan antara lain sustained speed, prolonged speed dan burst speed. Untuk mendapatkan sustained speed dengan relatif lebih cepat adalah dengan memberlakukan kecepatan arus yang pertama dipakai adalah pada V 2. Bila ikan mampu bertahan lebih dari 200 menit maka digunakan arus dua tingkat lebih tinggi yaitu ke V 4 dan bila ikan tidak mampu bertahan pada kecepatan V 2 maka kecepatan diturunkan satu tingkat yaitu ke arus V 1. Hal yang sama juga diberlakukan pada V 4 dan kecepatan selanjutnya., bila ikan dapat bertahan maka arus selanjutnya digunakan 2 tingkat diatasnya, sebaliknya bila tidak dilakukan satu tingkat dibawahnya. seterusnya hingga didapatkan sustained speed. Setiap penggantian kecepatan arus, ikan diberi kesempatan untuk istirahat (recovery) minimal 24 jam. Penetapan batas waktu pengukuran selama 200 menit didasarkan pada definisi sustained speed, yaitu ikan berenang tanpa kelelahan lebih dari 200 menit. Ikan dapat dikatakan kelelahan (fatigh) pada saat percobaan apabila ikan sudah tidak mampu berenang melawan/mengimbangi kecepatan arus di dalam flume tank. Persamaan-persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Hubungan antara frekuensi kebasan dengan laju renang ikan dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana yaitu :...6) Hubungan antara frekuensi kebasan ekor dengan laju spesifik ikan dengan persamaan :

8 70...7) keterangan: a, b adalah konstanta regresi f adalah frekuensi kebasan ekor (Hz) Hubungan antara swimming endurance dengan laju spesifik dianalisis dengan penggunakan persamaan :...8) Keterangan : E = swimming endurance (menit) L/s = laju spesifik (perpindahan panjang tubuh per detik) Ikan akan mampu bergerak dengan laju tertentu, bila dapat mengatasi drag yang ditimbulkan antara media dengan tubuhnya. untuk mengetahui hal ini, maka dihitung indeks efisiensi dorongan sirip ekor yang dikenal dengan aspek ratio (Ar). Nilai ini menujukkan apakah drag per unit angkat atau dorong yang dihasilkan efisien. Nilai Ar yang tinggi menunjukkan efisiensi dorong yang tinggi. Persamaan ini secara matematis dikemukakan oleh Videler (1939) : 9) Keterangan : h adalah tinggi span dikuadratkan (mm2); A adalah luassirip ekor (mm2). Persamaan tersebut dapat dijelaskan leh Gambar 40. A h Gambar 40 Tinggi span (h) dan luas sirip ekor (A)

9 Pengukuran tail beat frekuensi Pengukuran tail beat frekuensi dilakukan menurut prosedur kerja sebagai berikut: Pertama, ikan diambil dari akuarium pemeliharaan dengan menggunakan serok dan dipindahkan ke dalam flume tank. Setelah dipindahkan ke dalam flumetank, ikan dibiarkan selama 15 menit dan diberi kecepatan sebesar 0,5 BL/s untuk orientasi dan membiasakan ikan terhadap arus. Dalam anjurannya Beamish (1981) yang menyatakan bahwa untuk orientasi dan menghilangkan pengaruh penanganan ikan dari alam ke tempat penelitian, diperlukan waktu paling sedikit satu jam sebelum ikan diperlakukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini ikan uji telah diaklimatisasi terlebih dahulu ditangki pemeliharaan berkapasitas 300 l selama 2 minggu. Selesai perlakuan orientasi, kecepatan arus mulai ditingkatkan dengan mengatur frekuensi inverter. Kecepatan arus ditingkatkan sampai dengan kecepatan yang telah ditetapkan (V 1 hingga V 10 ). Tail beat ikan uji pada setiap tingkatan kecepatan arus dihitung melalui analisa hasil rekaman video berkecepatan tinggi (210f/s). Video ini akan terbaca oleh pemutar video (Windows Media Player) dengan durasi 7 kali lebih panjang, karena mempunyai kemampuan membaca 30 frame/detik. Perekaman video ini dilakukan bersamaan pada saat pengukuran swimming endurance. Perekaman dengan video berkecepatan tinggi ini dilakukan setiap interval waktu 10 menit dengan lama perekaman selama 5 sampai dengan 10 detik tiap kalinya. Hasil penghitungan tail beat dari setiap rekaman ini menghasilkan satu data frekuensi tail beat (TB/s). Data dari setiap perlakuan kecepatan kemudian di rata-ratakan. Prosedur yang sama dilakukan untuk kecepatan arus yang lain, yaitu V 2 hingga V 10. Data yang telah didapat kemudian disusun kedalam bentuk tabel. Data tersebut berfungsi sebagai hasil pengamatan dan bahan analisis peneliti. Dari tabel tersebut diperoleh hubungan antara frekuensi tail beat dengan nilai kecepatan renang yang diujikan.

10 Penentuan pola gerak ikan kerapu bebek Pola gerak renang dapat ditentukan dengan pengamatan langsung di lapangan maupun di laboratorium. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan menggunakan mini flume tank hasil konstruksi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan video camera recorder agar diperoleh hasil pengamatan yang lebih akurat. Pola renang ikan dapat dilihat dengan mengamati hasil rekaman pergerakan ikan dari arah dorsal dan sisi samping yang dilakukan secara bersamaan. Pengamamatan ini dilakukan pada beberapa tingkat kecepatan. Perekaman pola gerak ikan pada saat ikan berenang dengan kecepatan konstan atau sama dengan kecepatan flume tank. Langkah selanjutnya adalah mentransfer hasil rekaman video ke PC untuk di analisa secara digital. Penentuan mode renang ikan, dilakukan dengan mendigitasi gerak tubuh dan sirip ikan uji hasil rekaman video yang kemudian dibandingkan dengan pola gerak menurut Lindsey (1978) hasil penyempurnaan pengelompokkan gerakan ikan yang dirilis oleh Breder (1926) Penentuan burst speed Untuk mendapatkan kecepatan lompatan (burst speed) dilakukan dengan menganalisa hasil rekaman video yang diambil dengan kecepatan 210 frame/detik, kira-kira tujuh kali dari kecepatan normal (biasanya 27 sd 30 frame/s). Melalui video tersebut diambil satu scene (potongan film) yang menunjukkan satu gerakan burst speed kemudian dihitung durasi scene tersebut (t sc ) dan jarak tempuh ikan (s) dengan menghitung jumlah grid/garis skala yang dilaluinya. Jarak grid pada flume tank adalah 2 cm. Langkah selanjutnya adalah menghitung burst speed dengan menjumlahkan kecepatan arus flume tank (v f ) dengan kecepatan lompatan ikan pada video (v v ), sehingga: Burst speed = v f + v v..10) Kecepatan lompatan ikan pada video adalah jarak tempuh ikan dibagi dengan waktu tempuh/durasi scene (t sc ). Waktu tempuh nyata (sebenarnya) sama dengan waktu tempuh pada video (t sc ) dibagi dengan 7, sehingga kecepatan ikan yang tampak pada video mengikuti persamaan berikut:

11 73 v v = s/t sc x ) Tujuh (7) merupakan angka faktor kali, karena seperti telah dijelaskan bahwa hasil perekaman video yang dilakukan dengan kecepatan 7 kali lebih cepat akan menjadi kali lebih lambat saat ditayangkan. Berdasarkan pada keadaan tersebut maka persamaan kecepatan burst speed tersebut diatas dapat diuraikan menjadi sebagai berikut: Kecepatan lompatan ikan (burst speed) dari hasil analisa video dapat digunakan persamaan berikut: Burst speed = v f + (s/t sc x 7) 12) Guna dapat memvisualisasikan gerakan burst speed ikan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah dengan memotong-motong (defract) scene video tersebut menjadi frame-frame foto dan diberi nomor sesuai urutannya, misalnya f 1, f 2, f 3...sampai f n ). Foto-foto yang dihasilkan akan menunjukkan perbedaan gerakan yang sangat kecil antara yang satu dengan urutan berikutnya. Oleh karenanya tidak semua foto perlu digunakan, tetapi dipilih foto-foto dengan interval tertentu (I f ), sehingga dapat menunjukkan perbedaan gerakan yang cukup signifikan. Foto-foto tersebut kemudian di salin ke halaman baru pada software Corel Draw dalam satu tumpukan utuh. Melalui penggunaan software ini selanjutnya dibuat gambar frame tubuh ikan dari setiap foto. Gambar frame ikan dari setiap foto kemudian di overlay satu sama lain dengan tetap mempertahankan posisi masingmasing gambar ikan terhadap bingkai foto. Hasil overlay ini sudah menunjukkan bentuk dan arah pergerakan ikan. Pergerakan maju ikan pada hasil ini baru menunjuukkan perubahan jarak pada video. Untuk perubahan jarak yang sesungguhnya, antara setiap gambar masih harus ditambah dengan jarak maju sejauh jarak yang ditempuh ikan dengan kecepatan arus flume tank dan dengan waktu tempuhnya sama dengan periode waktu dari satu frame sampai frame berikutnya. Dimana: S i = v if x ((t fi -t f1 )/7).13)

12 Hasil dan Pembahasan Pengolahan film Program ACDSee dan WMP mampu membaca dan memutar video dengan masing-masing kecepatan 29 dan 30 frame perdetik. Window Media Player digunakan untuk menghitung tail beat. Sedangkan ACD See digunakan untuk mendigitasi video. Program ACDSee mempunyai fasilitas untuk memecah (mendefrag) video menjadi potongan frame yang berurutan. ACDSee mampu membaca 29 frame perdetik, oleh karenanya jarak pergerakan setiap frame adalah 1/29 detik, atau 0, detik. Bila satu scene video direkam selama 1 detik dengan kecepatan 210/frame, maka bila di baca dengan ACDSee maka durasinya akan menjadi (1s x 210f/s) : 29 f/s = 7, detik. Artinya 7, kali lebih lama dari durasi sebenarnya, atau perbedaan gerak setiap frame hasil pembacaan ACDSee setara dengan 0, detik Kecepatan renang ikan Kecepatan renang dan ukuran tubuh sangat penting dalam mendeterminasi tingkah laku pergerakannya (Drucker dan Jensen1996, diacu dalam Purbayanto, 2010). Untuk membandingkan kecepatan renang ikan yang berbeda ukuran maka kecepatan renang dinyatakan dalam panjang tubuh detik (body length/second, BL/det). Kecepatan dengan satuan demikian disebut kecepatan renang relatif. Hubungan antara frekuensi tail beat dengan kecepatan relatif disajikan pada Gambar 41. Hasil pemplotan data frekuensi dan kecepatan relatif mengelompok dan saling bersesuaian sehingga dapat ditarik garis regresi linier dengan persamaan V=13,25X -18,919. Fakta ini menjelaskan bahwa semakin tinggi kecepatan renangnya maka makin tinggi pula frekuensi tail beat..

13 75 Gambar 41 Hubungan antara frekuensi tail beat dengan kecepatan renang relatif ikan kerapu bebek Jarak dan kecepatan renang ikan sangat tergantung kepada frekuensi (Hz) tail beat. Tail beat pada ikan bisa dianalogikan sebagai langkah manusia. semakin cepat frekuensi langkahnya semakin cepat pula gerak majunya. Demikian pula dengan frekuensi tail beat ikan. Makin cepat frekuensi tail beat-nya maka makin cepat pula gerak maju dari ikan. Merujuk pada skala axis pada gambar tersebut di atas, tampak bahwa sebetulnya laju renang ikan kerapu bebek relatif kecil (<60cm/detik). Hal ini menjelaskan semakin menambah penjelasan bahwa ikan kerapu bukanlah tipe ikan penjelajah (beruaya jauh) tetapi adalah ikan yang cenderung mempunyai daerah teritorial. Ikan kerapu dalam mendapatkan makanannya lebih cendrung dengan cara menunggu untuk menyergap mangsanya. Pada Gambar 42 disajikan perbedaan tail beat frekuensi ikan dengan ukuran BL yang berbeda. Melalui gambar tersebut dapat dilihat bahwa ikan dengan ukuran yang lebih kecil melakukan tail beat yang lebih banyak dari pada ikan yang lebih besar pada kecepatan renang yang sama (39 cm/s). Pada gambar yang sama tampak ikan berukuran 12,5 cm mempunyai frekuensi tail beat yang cenderung menurun. Diduga hal tersebut disebabkan karena kondisi fisiknya yang tidak sesehat ikan lainnya, sehingga individu tersebut lebih cepat lelah. Faktor lain yang dapat menyebabkan perbedaan ketahanan renang ikan tersebut karena faktor keturunan/gen. Walaupun ikan uji termasuk dalam kelompok

14 76 umur yang sama, bisa saja berasal dari induk yang berbeda, mengingat ikan uji berasal dari hasil budidaya. Gambar 42 Tail beat frequensi (Hz) ikan kerapu bebek ukuran BL 12,3-13 cm (a) (b) (c) Gambar 43 Sebaran frekuensi tail beat ikan pada frekuensi berbeda (d) Gambar 43 (a, b, c dan d) disajikan grafik sebaran tail beat masing-masing individu ikan pada frekuensi motor yang berbeda. Tampak pada gambar bahwa

15 77 makin tinggi frekuensi motor maka makin tinggi pula frekuensi tail beat-nya, sebaliknya ketahanan renangnya juga semakin berkurang. Hasil uji terhadap ketahanan renang (E) juvenile ikan kerapu bebek diperagakan dalam bentuk kurva pada Gambar 44 di bawah ini. Hubungan ketahanan renang (dalam detik)) dengan kecepatan renang relatif (U dalam BL/detik). Hubungan kedua variabel ini dapat dijelaskan dengan persamaan: E= 4 x 10 6 x U ) Merujuk kepada Gambar 44 tersebut dapat diketahui bahwa makin tinggi kecepatan renang ikan maka makin rendah ketahanan renangnya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin cepat ikan berenang maka semakin cepat pula energi ikan habis, sehingga ikan semakin cepat mengalami kelelahan. Dengan memetakan waktu ketahanan renang (E dalam detik) dalam skala logaritma terhadap kecepatan renang relative (Vdalam BL/detik), sehingga hubungan ketahanan renang dan kecepatan renang relatif yang dapat dijelaskan dengan persamaan linier sebagai berikut : loge=6,6319-6,9509logv 15) Dari persamaan tersebut dapat diperkirakan kecepatan prolong maksimum dicapai ikan pada kecepatan renang relatif sebesar 2,31 BL/detik (29,2cm/detik). Dengan memperkirakan durasi kecepatan renang lompatan ikan kerapu bebek tidak lebih dari 10 detik, maka kecepatan burst speed dicapai pada saat kecepatan renang sebesar 6,4 BL/detik (80,8 cm/detik)

16 78 Gambar 44 Hubungan kecepatan renang relatif (BL/detik) dengan waktu ketahanan renang (detik) ikan kerapu bebek Gambar 45 Hubungan kecepatan renang (BL/detik) dengan log ketahanan renang

17 Pola renang Indera penglihatan manusia memiliki keterbatasan dalam kemampuan menangkap bayangan benda yang bergerak cepat, hal ini menyebabkan keterbatasan manusia dalam memahami atau mempelajari pola gerak biota yang bergerak cepat. Pengamatan pola renang langsung secara visual dapat dilakukan pada kecepatan renang yang lambat, tetapi pada gerakan yang cepat sulit diketahui. Kemampuan menangkap bayangan pada mata manusia setara dengan kecepatan video camera standar yaitu 25 sd 30 frame/detik. Penggunaan teknologi kamera berkecepatan tinggi di perlukan dalam membantu mengatasi hambatan tersebut. Pada penelitian ini digunakan kamera digital yang mampu merekam video dengan kecepatan 210 frames/detik. Hasil fragmentasi dari scene film yang menunjukkan 1 periode tail beat, didapatkan pola renang ikan kerapu bebek seperti disajikan berikut. Gambar 46 Pola gerak ikan kerapu bebek termasuk subcarangiform (searah jarum jam mulai dari sudut kanan bawah). Berdasarkan gambar-gambar yang didapatkan tersebut, maka pola renang dari ikan kerapu bebek yang diamati menurut Lindsey (1978) termasuk kelompok Subcarangiform, dimana amplitudo gerak gelombangnya lebih kecil ke arah depan dan hanya membesar pada bagian belakang, atau 1/3 bagian dari badan. Ujung hidung tidak bergerak lurus dengan arah pergerakan, tetapi bergerak oskilasi (oscilation) dengan amplitudo yang tidak terlalu besar, seperti terlihat pada gambar di atas. Pada gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa pada saat melakukan renang dengan kecepatan yang rendah, ikan kerapu bebek selain menggunakan sirip ekor juga menggunakan sirip dadanya saat berenang.

18 80 Gambar 47 Pola gerak Burst speed ikan kerapu bebek (searah jarum jam mulai dari sudut kanan bawah). Pada Gambar 47, disajikan pola gerak burst speed ikan kerapu bebek, yaitu gerak renang kilat/lompatan. Melalui gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada pola ini ikan hanya menggunakan satu kali kibasan sirip ekor dan selanjutnya meluncur. Tampak disini ikan tidak menggunakan sirip dadanya untuk berenang. Gambar 48 Laju pergerakan ikan kerapu Bebek (BL = 13 cm) pada kecepatan renang 26 cm/detik (ukuran ikan non skala terhadap notasi). Pada Gambar 48 disajikan pola gerak renang ikan dengan kecepatan renang 26 cm/detik. Tampak pada gambar bahwa setiap satu periode tail beat individu ikan ini mampu bergerak sejauh setengah panjang badannya (BL).

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan tentang tingkah laku ikan sangat diperlukan dalam perikanan tangkap karena terkait dengan teknik dan metode penangkapan ikan. Metode penangkapan ikan tersebut

Lebih terperinci

PERFORMA RENANG (SWIMMING PERFORMANCE) IKAN NILA (Oreochromis niloticus) AHMAD MUFLIH RIDHO

PERFORMA RENANG (SWIMMING PERFORMANCE) IKAN NILA (Oreochromis niloticus) AHMAD MUFLIH RIDHO PERFORMA RENANG (SWIMMING PERFORMANCE) IKAN NILA (Oreochromis niloticus) AHMAD MUFLIH RIDHO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flume tank

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flume tank 7 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flume tank Flume tank atau tangki air berarus adalah sebuah bentuk konstruksi alat yang dapat menampung air dalam jumlah tertentu dan dapat digunakan sebagai alat pengamatan yang

Lebih terperinci

Study of Maximum Swimming Speed Tilapia (Oreochromis Niloticus) for Fisheries Management. Abstract

Study of Maximum Swimming Speed Tilapia (Oreochromis Niloticus) for Fisheries Management. Abstract Study of Maximum Swimming Speed Tilapia (Oreochromis Niloticus) for Fisheries Management By Ridha Primeswari 1 ), Nofrizal 2 ), T. Ersti Yulika Sari 2 ) Abstract The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengambilan contoh ikan dilakukan terbatas pada daerah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Gambar: (a) flexible joint coupling, (b) mechanical seal, dan (c) balingbaling, (d) conical gear, dan (e) pulley

Lampiran 1 Gambar: (a) flexible joint coupling, (b) mechanical seal, dan (c) balingbaling, (d) conical gear, dan (e) pulley LAMPIRAN 91 92 93 Lampiran 1 Gambar: (a) flexible joint coupling, (b) mechanical seal, dan (c) balingbaling, (d) conical gear, dan (e) pulley (a) (b) (c) (d) (e) Sumber: a). http://upload.ecvv.com/upload/product/20088/china_jaw_coupling200882016134310.jpg

Lebih terperinci

Pola meloloskan diri ikan kuwe dari alat tangkap jala buang di perairan Kelurahan Papusungan Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara

Pola meloloskan diri ikan kuwe dari alat tangkap jala buang di perairan Kelurahan Papusungan Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(2): 38-42, Desember 2012 Pola meloloskan diri ikan kuwe dari alat tangkap jala buang di perairan Kelurahan Papusungan Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara The

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian dilaksanakan di wilayah perairan Pulau Bira Besar TNKpS. Pulau Bira Besar terbagi menjadi 2 Zona, yaitu Zona Inti III pada bagian utara dan Zona

Lebih terperinci

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih Standar Nasional Indonesia Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye 85 6 PROSES PELOLOSAN IKAN MELALUI BYCATCH REDUCTION DEVICE (BRD): PERCOBAAN LABORATORIUM 6. Pendahuluan Pemasangan bycatch reduction device pada trawl ditujukan untuk mengurangi ikan-ikan hasil tangkapan

Lebih terperinci

DESAIN DAN KONSTRUKSI TANGKI MINI BERARUS (MINI FLUME TANK) UNTUK PENELITIAN TINGKAH LAKU RENANG IKAN WAZIR MAWARDI

DESAIN DAN KONSTRUKSI TANGKI MINI BERARUS (MINI FLUME TANK) UNTUK PENELITIAN TINGKAH LAKU RENANG IKAN WAZIR MAWARDI DESAIN DAN KONSTRUKSI TANGKI MINI BERARUS (MINI FLUME TANK) UNTUK PENELITIAN TINGKAH LAKU RENANG IKAN WAZIR MAWARDI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

Daya tahan dan kecepatan renang ikan selais (Kryptopterus sp.)

Daya tahan dan kecepatan renang ikan selais (Kryptopterus sp.) Jurnal Iktiologi Indonesia, 11(2):99-106 Daya tahan dan kecepatan renang ikan selais (Kryptopterus sp.) [Swimming endurance and speed of catfish (Kryptopterus sp.)] Nofrizal, Muchtar Ahmad, Irwandy Syofyan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

Alat dan Metode Mempelajari Tingkah Laku Ikan

Alat dan Metode Mempelajari Tingkah Laku Ikan Alat dan Metode Mempelajari Tingkah Laku Ikan Oleh: Ririn Irnawati Pokok Bahasan: 1. Alat dan metode konvensional 2. Alat dan metode mutakhir 3. Keunggulan dan kekurangan masing2 metode Pengamatan Tingkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Penelitian

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang III LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... iii BAB I Tujuan

Lebih terperinci

Effect size catfish (pangasius pangasius) on resistance and speed pool for fisheries development capture

Effect size catfish (pangasius pangasius) on resistance and speed pool for fisheries development capture Effect size catfish (pangasius pangasius) on resistance and speed pool for fisheries development capture By Nafira rahmat 1 ), Nofrizal 2 ), Isnaniah 3 ) Abstract The purpose of this research is to know

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

2. METODOLOGI PENELITIAN

2. METODOLOGI PENELITIAN 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terdiri dari lokasi pengambilan udang mantis contoh dan lokasi pengukuran sumber makanan potensial udang mantis melalui analisis

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian. 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di PPI Labuan, Provinsi Banten. Ikan contoh yang diperoleh dari PPI Labuan merupakan hasil tangkapan nelayan disekitar perairan Selat

Lebih terperinci

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk Standar Nasional Indonesia Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan data dilakukan di wilayah Teluk Jakarta bagian dalam, provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Agustus 2010 dan Januari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan muara Sungai Sukawayana, Kecamatan Cikakak, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten

Lebih terperinci

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N Pendahuluan Ekosistem terumbu karang merupakan gantungan hidup bagi masyarakat Kelurahan Pulau Panggang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012 ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN 2011 2012 Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012 Waktu : 120 Menit Petunjuk: I. Pilihlah satu jawaban yang benar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada tanggal 16 Juni hingga 23 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan

Lebih terperinci

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kurau Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus eleutheronema dan Species Eleutheronema

Lebih terperinci

BAB 3. Metodologi Penelitian. 3.1 Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

BAB 3. Metodologi Penelitian. 3.1 Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3 3.1 Rencana Penelitian 3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di Laboratorium Hidraulika, Program Studi Teknik Kelautan, Institut

Lebih terperinci

Peran kajian kemampuan dan tingkah laku renang ikan baung (Hemibagrus sp) untuk teknologi penangkapan ikan dan usaha budidaya

Peran kajian kemampuan dan tingkah laku renang ikan baung (Hemibagrus sp) untuk teknologi penangkapan ikan dan usaha budidaya Peran kajian kemampuan dan tingkah laku renang ikan baung (Hemibagrus sp) untuk teknologi penangkapan ikan dan usaha budidaya Nofrizal 1) dan Muchtar Ahmad 1) 1) Dosen Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas Siklus hidup Artemia (gambar 3) dimulai pada saat menetasnya kista atau telur, dimana setelah 15-20 jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas manjadi embrio. Selanjutnya dalam waktu beberapa jam

Lebih terperinci

Oleh: Wazir Mawardi 1, Ari Purbayanto 2, Daniel R Monintja 2,Mulyono S. Baskoro 2, dan Budhi Hascaryo Iskandar 2

Oleh: Wazir Mawardi 1, Ari Purbayanto 2, Daniel R Monintja 2,Mulyono S. Baskoro 2, dan Budhi Hascaryo Iskandar 2 BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 141-150 REKAYASA TANGKI MINI BERARUS (MINI FLUME TANK) UNTUK PENELITIAN TINGKAH LAKU RENANG IKAN (Engineering of Mini Flume Tank for Fish

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai dinamika stok ikan peperek (Leiognathus spp.) dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012 di Laboratorium Desain dan Dinamika Kapal, Bagian Kapal dan Transportasi Perikanan, Departemen Pemanfaatan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. ketika pemberian pakan. Berikut adalah ilustrasi posisi ikan sebelum dan saat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. ketika pemberian pakan. Berikut adalah ilustrasi posisi ikan sebelum dan saat 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkah Laku ikan Dalam Karamba Perekaman suara dilakukan dengan meletakkan hidrofon dekat dengan permukaan air. Hal ini karena gerakan ikan secara dominan berada di permukaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis ikan yang hidup di daerah terumbu karang dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia digolongkan menjadi dua, yaitu ikan hias (ornamental fish) dan ikan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB,

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta yang meliputi dua tahap yaitu persiapan dan fragmentasi Lobophytum

Lebih terperinci

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap Kabupaten Cilacap sebagai kabupaten terluas di Provinsi Jawa Tengah serta memiliki wilayah geografis berupa

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Pengambilan data primer dilakukan selama tiga bulan dari tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Desain penelitian bentuk desain yang akan digunakan adalah penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. B. Desain penelitian bentuk desain yang akan digunakan adalah penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi Dan Sampel penelitian Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Universitas Bandung. Populasi penelitian adalah mahasiswa di Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (www.atmel.com).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (www.atmel.com). BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA128

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Semak Daun merupakan salah satu pulau yang berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5 ha yang dikelilingi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN Silka Tria Rezeki 1), Irwandy Syofyan 2), Isnaniah 2) Email : silkarezeki@gmail.com 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011-April 2012 yang meliputi survei, pengambilan data dan analisis di laboratorium. Pengambilan data dilakukan pada

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Uji model hidraulik fisik dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Data yang dihasilkan yaitu berupa rekaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian terdiri dari 11 famili, 12 genus dengan total 14 jenis ikan yang tertangkap (Lampiran 6). Sebanyak 6

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Dasar Kamera Gyroscope Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan menggunakan pipa paralon 4 inchi dan keping CD sebagai gyroscope. Di bagian

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN LAUT DAN PAYAU (BPBILP) LAMU KABUPATEN BOALEMO 1 Ipton Nabu, 2 Hasim, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi dan Waktu Penelitan Percobaan dilaksanakan pada Tangki uji gelombang di Laboratorium Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin. Gambar 3.1 III.2 Jenis Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan September 2009 sampai Pebruari 2010. Penelitian ini dilakukan pada dua tempat, untuk respons tingkah laku

Lebih terperinci

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang sangat mempengaruhi, seperti arus pasang dan arus surut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ± 2 bulan yang dimulai dari Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012, yang berlokasi di Kecamatan Kwandang. Peta lokasi

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Prinsip dari metode ini adalah mengumpulkan ikan dalam ruang lingkup suatu alat tangkap. Dalam menarik perhatian ikan, digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menjadi umpan bagi para ahli untuk mencetuskan terobosan-terobosan baru berbasis teknologi canggih. Terobosan ini diciptakan

Lebih terperinci

EKOLOGI IKAN KARANG. Sasanti R. Suharti

EKOLOGI IKAN KARANG. Sasanti R. Suharti EKOLOGI IKAN KARANG Sasanti R. Suharti PENGENALAN LINGKUNGAN LAUT Perairan tropis berada di lintang Utara 23o27 U dan lintang Selatan 23o27 S. Temperatur berkisar antara 25-30oC dengan sedikit variasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 25 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penentuan ukuran mata jaring dan sudut kemiringan lintasan masuk bubu. Tahap kedua adalah penentuan

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan Maret sampai September 2014 di Laboratorium UPT Kolam Pembenihan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Palau Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Octinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Osteochilus Spesies : Osteochilus vittatus

Lebih terperinci

3.3 Pengumpulan Data Primer

3.3 Pengumpulan Data Primer 10 pada bagian kantong, dengan panjang 200 m dan lebar 70 m. Satu trip penangkapan hanya berlangsung selama satu hari dengan penangkapan efektif sekitar 10 hingga 12 jam. Sedangkan untuk alat tangkap pancing

Lebih terperinci

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B 1. Gaya Gravitasi antara dua benda bermassa 4 kg dan 10 kg yang terpisah sejauh 4 meter A. 2,072 x N B. 1,668 x N C. 1,675 x N D. 1,679 x N E. 2,072 x N 2. Kuat medan gravitasi pada permukaan bumi setara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/KEPMEN-KP/2018 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN TERBATAS IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

APLIKASI PENGUKURAN KECEPATAN SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN METODE FRAME DIFFERENCE BERBASIS ANDROID

APLIKASI PENGUKURAN KECEPATAN SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN METODE FRAME DIFFERENCE BERBASIS ANDROID BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alat pengukur kecepatan kendaraan bermotor adalah salah satu aplikasi dari penelitian terhadap benda yang bergerak. Alat ini berfungsi untuk menentukan seberapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Perairan Semak Daun, Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS) Daerah Khusus bukota Jakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 bertempat di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan sekitar Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu. Pulau Semak Daun terletak di sebelah utara Pulau Panggang dan Pulau Karya

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014 Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilakukan pada bulan November Desember 2013, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUNG MBG

BAB III RANCANG BANGUNG MBG BAB III RANCANG BANGUNG MBG Peralatan uji MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida, dengan harapan meminimalisasi faktor udara luar yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk

I. PENDAHULUAN. Mata pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk . PENDAHULUAN.. Latar Belakang Mata pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk mencari makan dan menghindar dari pemangsalpredator atau kepungan alat tangkap. Ketajaman penglihatan

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perairan Indonesia merupakan perairan yang sangat unik karena memiliki keanekaragaman Cetacea (paus, lumba-lumba dan dugong) yang tinggi. Lebih dari sepertiga jenis paus

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Cumi-Cumi Sirip Besar 4.1.1. Distribusi spasial Distribusi spasial cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun yang tertangkap

Lebih terperinci

Kuliah ke-2 Pengukuran Gelombang

Kuliah ke-2 Pengukuran Gelombang Kuliah ke-2 Pengukuran Gelombang http://scholarworks.uno.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1012&context=oceanwaves UNIVERSITAS GADJAH MADA Pengukuran Gelombang Metode Pengukuran 1. alat-alat ukur berada

Lebih terperinci

Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University

Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University Ledhyane Ika Harlyan Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat mengetahui survival escapement dari

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Februari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Februari 2015. 32 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Februari 2015. Pembuatan alat dilaksanakan di Laboratorium Elektronika & Instrumentasi

Lebih terperinci

JURNAL PERIKANANAN DAN KELAUTAN ISSN KEMAMPUAN RENANG ANAK IKAN PATIN (Pangasius sutchi) DI DALAM TANGKI BERARUS

JURNAL PERIKANANAN DAN KELAUTAN ISSN KEMAMPUAN RENANG ANAK IKAN PATIN (Pangasius sutchi) DI DALAM TANGKI BERARUS JURNAL PERIKANANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 KEMAMPUAN RENANG ANAK IKAN PATIN (Pangasius sutchi) DI DALAM TANGKI BERARUS Swimming performance of the young catfish Pangasius sutchi in the flume tank Oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Universitas

Lebih terperinci

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri 1. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari lengkungan 20 cm adalah nyata dan diperbesar dua kali, maka bendanya terletak di muka cermin sejauh : A. 60 cm B. 30 cm C. 20 cm Kunci

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Secara garis besar prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dapat digambarkan seperti bagan alir dibawah ini : Start Kajian Permasalahan Persiapan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di kawasan perairan Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulubatu (Barbichthys laevis) Kelas Filum Kerajaan : Chordata : Actinopterygii : Animalia Genus Famili Ordo : Cyprinidae : Barbichthys : Cypriniformes Spesies : Barbichthys laevis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika dan Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil penelitian di perairan Kepulauan Seribu yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, diperoleh nilai-nilai parameter

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah perubahan cuaca yang signifikan, periode musim kemarau yang

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah perubahan cuaca yang signifikan, periode musim kemarau yang 18 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian yang dilakukan, kendala utama yang menjadi penghambat penelitian adalah perubahan cuaca yang signifikan, periode musim kemarau yang cukup panjang menjadi

Lebih terperinci

PERSIAPAN UN FISIKA 2015 SMA NO SOAL JAWABAN 01 Perhatikan gambar berikut!

PERSIAPAN UN FISIKA 2015 SMA NO SOAL JAWABAN 01 Perhatikan gambar berikut! NO SOAL JAWABAN 01 Perhatikan gambar berikut! Jono menempuh lintasan ABC dan Jinni menempuh lintasan BDC. Jarak dan perpindahan Jono dan Jinni adalah. A. Jono; 12 m dan 4 m, Jinni; 16 m dan 4 m B. Jono;

Lebih terperinci