Abstrak. Kata kunci : kadar albumin, IMT, pasien immobilisasi, kejadian dekubitus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. Kata kunci : kadar albumin, IMT, pasien immobilisasi, kejadian dekubitus"

Transkripsi

1 Hubungan Kadar Albumin Dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kejadian Dekubitus Pada Pasien Immobilisasi Di RSUD Dr. Moewardi Ika Harmyastuti 1, Anita Istiningtyas 2, Ariyani 3 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2,3) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta. Abstrak Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Konsep patient safety menunjukkanbeberapa indikator untuk menentukan kondisi keselamatan pasien saat menerima perawatan di instalasi rawat inap rumah sakit, salah satunya adalah jumlah penderita dengan dekubitus. Penelitian ini dilakukan secara analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengertian penelitian analitik korelatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan suatu data dan apabila ada seberapa erat hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Penelitian dilakukan di RSUD DR Moewardi dengan populasi sampel pasien immobilisasi. Variabel bebas adalah kadar albumin dan indeks massa tubuh sedangkan variabel terikat adalah kejadian dekubitus. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar albumin pasien immobilisasi dengan kejadian dekubitus. Hasil uji statistik diketahui bahwa bahwa nilai sig ( 2 tailed ) = 0,036 < 0,05 dan nilai Pearson correlation 0,207*, dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antar IMT dengan kejadian dekubitus nilai sig ( 2 tailed ) = 0,897 > 0,05 dan nilai Pearson correlation 0,013. Berdasarkan pernyataan di atas maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar albumin pasien immobilisasi dengan kejadian dekubitus dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan kejadian dekubitus. Kata kunci : kadar albumin, IMT, pasien immobilisasi, kejadian dekubitus Abstract Patient safety indicator is a measurement used to investigate the patient safety level during the hospital health care. The patient safety concept shows several indicators to determine the patient safety conditions when receiving health care at the inpatient installation, and one of them in the number of clients with decubitus ulcer. The objective of this research is to investigate the correlation of the albumin level and the body mass index to the decubitus ulcer incidence.this research used the analytical correlational method with the cross-sectional approach. It was conducted at Dr. Moewardi Local General Hospital of Surakarta. The population of research was immobilized patients. The independent variables of research were albumin level and body mass index, and the dependent variable was decubitus ulcer incidence. The result of research shows that there was a significant correlation between the immobilized patients albumin level and the decubitus ulcer incidence as indicated by the 1

2 result of the statistical test in which the significance value ( 2 tailed ) was 0036 which was less than 0.05 and the value of the Pearson correlation was *, and there was not any significant correlation between the immobilized patients body mass index and the decubitus ulcer incidence as shown by the result of the statistical test in which the significance value ( 2 tailed ) which was greater than 0.05, and the value of the Pearson correlation was Thus, there was a significant correlation between the immobilized patients albumin level and the decubitus ulcer incidence, but there was not any significant correlation between the immobilized patients body mass index and the decubitus ulcer incidence. Keywords: Albumin level, body mass index, immobilized patients, and decubitus ulcer incidence PENDAHULUAN Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator ini dapat digunakan bersama dengan data pasien rawat inap yang sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Indikator patient safety bermanfaat untuk menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien selama dirawat di rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakan medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan mendasarkan pada IPS (Indicator Patient Safety) ini maka rumah sakit dapat menetapkan upayaupaya yang dapat mencegah timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien. Konsep patient safety menunjukkan beberapa indikator untuk menentukan kondisi keselamatan pasien saat menerima perawatan di instalasi rawat inap rumah sakit, salah satunya adalah jumlah penderita dengan dekubitus (Community Health, 2013). Salah satu indikator mutu keperawatan RSUD Dr. Moewardi adalah angka kejadian dekubitus. Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri yang didefinisikan suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008). Insidensi dan pravelensi terjadinya dekubitus di Amerika tergolong masih cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa insidensi terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi ditatanan perawatan acute care, 15-25% ditatanan perawat jangka panjang/ longterm care, dan 7-12% ditatanan perawatan rumah/ homecare (Mukti, 2006). Insiden dekubitus di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 33,3%, angka ini sangat tinggi bila 2

3 dibandingkan dengan insiden dekubitus di ASEAN yang hanya berkisar 2,1-31,3% (Yusuf, 2011). Kejadian dekubitus disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal diantaranya adalah pengetahuan dan peran perawat, sedangkan faktor internal adalah status nutrisi pasien. Status nutrisi pasien meliputi kadar albumin dalam serum darah dan Indeks Masa Tubuh. Diperkirakan 3-50% pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami malnutrisi. Gangguan intake nutrisi, intake protein yang rendah, ketidakmampuan untuk makan sendiri dan kehilangan berat badan merupakan prediktor independen terhadap berkembangnya luka tekan (Bryant, 2009). Seseorang dengan IMT yang kecil cenderung akan mengalami penekanan tonjolan tulang yang lebih besar dibanding orang dengan indeks masa tubuh yang lebih besar (Fife, et al., 2008). Penelitian untuk melihat hubungan antara prevalensi luka tekan, IMT dan berat badan telah dilakukan. Survey ini dilakukan dengan melihat laporan kejadian luka tekan di Amerika selama tahun , hasilnya menunjukan bahwa prevalensi luka tekan lebih tinggi pada pasien dengan IMT rendah, dan juga pada pasien yang berat badan kurang dan berat badan lebih (Vangilder, et al. 2008). Pasien dalam kondisi immobilisasi cenderung mengalami gangguan asupan nutrisi. Kondisi immobilisasi pasien akan menyebabkan status nutrisi yang buruk, yaitu kadar albumin dalam serum darah yang rendah dan IMT yang tidak normal sehingga akan menyebabkan terjadinya dekubitus. Immobilisasi atau tirah baring adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya. Immobilisasi secara fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan (Govinda, 2009). Pasien dengan penurunan kesadaran dan immobilisasi yang memerlukan perawatan intensif akan menjalani perawatan di ruang ICU (intensive care unit). Pasien ICU yang mengalami perubahan tingkat kesadaran baik karena jenis penyakitnya, pengaruh terapi sedasi ataupun anestesi yang memerlukan pengawasan yang intensif, sehingga mengharuskan pasien menjalani perawatan intensif selama di tempat tidur dan sangat beresiko 3

4 mengalami dekubitus. Pasien gangguan neurologi, berpenyakit kronik dalam waktu lama, penurunan status mental, dan dirawat di ruang ICU, berpenyakit onkologi, terminal, dan orthopedi berpotensi tinggi terjadi luka dekubitus (Suheri, 2009). Insiden dekubitus paling banyak terjadi pada pasien yang dirawat di ruang ICU (Yusuf, 2011). Pada studi pendahuluan berdasarkan catatan rekam medis pada tahun 2014 terjadi 79 kasus pasien yang mengalami dekubitus di RSUD Dr Moewardi. Jumlah ini diperoleh dari 1580 pasien yang berisiko dekubitus. Berdasarkan penelitian terdahulu didapatkan data bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan peran perawat dengan kejadian dekubitus, maka direkomendasikan untuk melanjutkan penelitian tentang hubungan kadar albumin dalam serum darah dan Indeks Massa Tubuh pasien immobilisasi terhadap kejadian dekubitus (Lumadi Sih Ageng, 2012). Berdasarkan fakta di atas kemudian penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang hubungan kadar albumin dalam serum darah dan indeks Massa Tubuh pasien immobilisasi dengan kejadian dekubitus pada pasien immobilisasi di RSUD Dr. Moewardi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kadar albumin dan IMT dengan kejadian dekubitus pada pasien immobilisasi di RSUD Dr. Moewardi. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian hubungan kadar albumin dan IMT pada kejadian dekubitus pasien immobilisasi di RSUD Dr Moewardi. Penelitian ini dapat menambah keahlian perawat khususnya dalam merawat pasien immobilisasi untuk mengkaji status nutrisi dan IMT, guna mencegah kejadian dekubitus. Bagi institusi pendidikan penelitian ini sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan khususnya tentang hubungan kadar albumin dan IMT pada kejadian dekubitus pasien immobilisasi di RSUD Dr. Moewardi. Manfaat bagi peneliti lain, penelitian ini sebagai dasar bagi peneliti selanjutnya untuk menggali lebih dalam faktor - faktor yang lain yang berhubungan dengan penelitian ini. METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Penelitian Kuantitatif biasanya digunakan untuk 4

5 membuktikan dan menolak suatu teori (Sugiyono, 2012). Penelitian ini dilakukan secara analitik korelatif. Pengertian penelitian analitik korelatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan suatu data dan apabila ada seberapa erat hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2006). Metode analitik korelasi pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan antara kadar albumin dan Indeks Massa Tubuh dengan kejadian dekubitus pada pasien immobilisasi di RSUD Dr. Moewardi. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr Moewardi. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai bulan April Alat dan Cara Pengumpulan Data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat pengukur terjadinya dekubitus. Alat pengumpul data terjadinya dekubitus adalah lembar observasi, yaitu dengan cara pengamatan atau observasi pada obyek atau pasien oleh peneliti dengan memberi tanda check list (v) pada lembar observasi yang tersedia berdasarkan pada pengamatan tandatanda terjadinya dekubitus atau tidak terjadi dekubitus. Alat pengukur data kadar albumin dan IMT pasien dan karakteristik pasien diperoleh dari catatan dokumentasi keperawatan dengan cara memberi tanda check list (v) pada lembar observasi sesuai dengan kriteria kadar albumin dan IMT yang sudah ditentukan. Catatan medis meliputi Tinggi Badan (TB) m, Berat Badan (BB) kg hasil analisa laboratorium Klinis berupa kadar albumin. Cara pengumpulan data mengidentifikasi pasien yang menjadi responden sesuai dengan catatan pasien masuk yang ada di ruangan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kemudian menjelaskan pada keluarga pasien mengenai tujuan penelitian tersebut. Mengisi format yang telah didesain peneliti sebagai lembar pengkajian meliputi karakteristik responden yang berupa, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, diagnosa medis, berat badan, tinggi badan, analisa laboratorium kadar albumin, dan kejadian dekubitus. Observasi pada pasien dihentikan setelah jumlah responden sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan untuk masing-masing ruangan Tehnik Pengolahan dan Analisa Data a. Editing ( Pengeditan ). Peneliti mengoreksi data yang diperoleh meliputi kebenaran 5

6 pengisian, kelengkapan data, konsistensi dan relevansi data. b. Coding (Pengkodean). Peneliti mengelompokkan datadata yang telah diedit berdasarkan urutan responden untuk mempermudah dalam pengolahan data. Pengkodean dalam penelitian ini meliputi IMT dengan kode 1 = kurang, 2 = normal, 3 = kelebihan berat badan, 4 = beresiko menjadi obesitas, 5 = obesitas I dan 6 = obesitas II, Kadar Albumin dengan kode 1 = tinggi, 2 = normal dan 3= rendah, serta kejadian dekubitus kode 1 = terjadi, dan 2 = tidak terjadi. c. Skoring ( Penilaian ). Peneliti memberi nilai sesuai skor yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner dan lembar observasi yang telah disusun. d. Tabulating (Tabulasi) Peneliti memasukan data-data hasil penelitian kedalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. e. Entry Data ( Memasukkan data ) Peneliti memasukan data data kedalam komputer melalui salah satu program statistik, sebelum dilakukan analisa dengan komputer dilakukan pengecekan ulang terhadap data. Analisa data Analisa bivariat untuk mencari hubungan antara variabel dependen dan variabel independen adalah dengan uji korelasi Pearsson karena skala data ordinal atau berjenjang. Jika terdapat korelasi positif yang signifikan nilai sig (2- tailed) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian hipotesa penelitian terbukti terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel. Analisa pada penelitian ini bivariat dilakukan untuk mencari hubungan kadar albumin dan IMT pasien immobilisasi dengan kejadian dekubitus di RSUD Dr. Moewardi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisa univariat responden meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), Kadar Albumin dan Kejadian Dekubitus. 1. Kadar Albumin Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kadar Albumin Kadar Frekuensi Persentase Albumin Normal 45 43,3 Tidak 59 56,7 Normal Jumlah 100 Sumber : Analisa data primer 6

7 Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagaian besar responden adalah dengan kadar albumin tidak normal yaitu sebanyak 59 atau 43,3%. 2. Indeks Massa Tubuh Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persentase IMT Kurang 31 29,8 Normal 37 35,6 Kelebihan 36 34,6 Jumlah 100 Sumber : Analisa data primer Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagian besar responden dengan IMT yaitu sebanyak 37 atau 35,6%. 3. Kejadian Dekubitus normal Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian Dekubitus Kejadian Frekuensi Persentase Dekubitus Tidak Terjadi 70 67,3 Terjadi 34 32,7 Jumlah 100 Sumber : Analisa data primer Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagaimana besar responden yang tidak mengalami kejadian dekubitus adalah sebanyak 70 orang 67,3%. 3. Hubungan antara Kadar Albumin dengan Kejadian Dekubitus Tabel 5. Tabel silang hubungan Kadar Abumin dengan Kejadian Dekubitus Kadar Albumin Normal Tidak Normal Tidak Terjadi 36 34,6 % 34 32,7% Terjadi 9 8,7 % 25 24,0 % Total 70 67,3 % 34 32,7 % Sumber : Analisa data primer Total 45 43,3% 59 56,7% 100 % Berdasarkan tabel silang tersebut, dapat diketahui bahwa responden dengan kadar albumin normal yang mengalami dekubitus sebanyak 9 orang atau 8,7% sedangkan tidak terjadi sebanyak 36 orang atau 34,6%. Responden dengan kadar albumin tidak normal yang mengalami kejadian dekubitus sebanyak 34 orang atau 32,7% sedangkan tidak terjadi sebanyak 25 orang atau 24,0%. 4. Hubungan antara kadar albumin dengan kejadian Tabel 5. Hasil Uji Hubungan KadarAlbumin dengan Kejadian Dekubitus Kadar Albumin Kejadian Dekubitus Pearson Correlatin Sig.(2-tailed) N Correlation Coefficient Sig.(2-tailed) N * * * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) 7

8 Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa bahwa nilai sig (2 tailed) = 0,036 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat korelasi yang signifikan antara kadar albumin dengan kejadian dekubitus. Adapun nilai koefesien korelasi sebesar -0,207 dan bertanda bertanda negatif berarti menunjukkan hubungan terbalik antara kadar albumin dengan kejadian dekubitus. Apabila kadar albumin rendah maka kejadian dekubitus tinggi atau jika kadar albumin tinggi maka kejadian dekubitus rendah. Tingkat korelasi 0,207 termasuk kategori cukup (Sarwono 2009), berdasarkan nilai tersebut diartikan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar albumin dengan kejadian dekubitus. 6. Hubungan antara IMT dengan Kejadian Dekubitus Tabel 6. Tabel silang hubungan IMT dengan Kejadian Dekubitus Kejadian Decubitus IMT Tidak Terjadi Total Terjadi Kurang 19 18,3 % 12 11,5 % 31 29,8% Normal 28 26,9 % 9 8,6 % 37 35,5 % Kelebihan 23 22,1 % 13 12, ,7 % Total 70 67,3 % 34 32,7 % 100 % Sumber : Analisa Data Primer Berdasarkan tabel silang tersebut, dapat diketahui bahwa responden dengan IMT kurang yang mengalami dekubitus sebanyak 19 orang atau 18,3% sedangkan tidak terjadi sebanyak 12 orang atau 11,5%. Responden dengan IMT normal yangmengalami kejadian dekubitus sebanyak 28 orang atau 26,9% sedangkan tidak terjadi sebanyak 9 orang atau 8,6%. Responden dengan IMT kelebihan yang mengalami kejadian dekubitus sebanyak 22,1 orang atau 31% sedangkan tidak terjadi sebanyak 13 orang atau 12.6%. Adapun uji statistik untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kejadian dekubitus disajikan pada tabel di bawah ini Tabel 7. Hasil Uji Hubungan IMT dengan Kejadian Dekubitus IMT Kejadian Dekubitus IMT Pearson Correlation Sig.(2-tailed) N Kejadian Dekubitus PEMBAHASAN 1. Kadar Albumin Correlation Coefficient Sig.(2-tailed) N.897 Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden adalah dengan kadar albumin tidak normal yaitu sebanyak 59 atau 8

9 56,7%, sedangkan dengan kadar albumin normal sebanyak 45 orang atau 43,3%. Albumin adalah ukuran variabel yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Pasien yang level albuminnya di bawah 3 gram /100 ml lebih berisiko tinggi. Level albumin yang rendah juga dihubungkan dengan lambatnya penyembuhan luka. Level total protein juga mempunyai korelasi dengan luka dekubitus. Level total protein di bawah 5,4 gram/100 ml menurunkan tekanan osmotik koloid yang akan menyebabkan edema interstisial dan penurunan oksigen ke jaringan. Sebagian besar responden di RSUD Dr. Moewardi mengalami kadar albumin yang tidak normal, karena responden adalah pasien immobilisasi. Salah satu efek samping immobilisasi adalah perubahan metabolisme. Proses immobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme. Kadar albumin yang rendah dalam tubuh manusia disebabkan oleh karena gangguan sintesa (malnutrisi, disfungsi hepar) atau kehilangan (asites, protein hilang karena nefropati atau enteropati) sehingga menyebabkan gangguan yang serius pada tekanan onkotik ekstravaskuler, kehilangan albumin dapat bermanifestasi edema (Rosche et all, 2008). Penurunan konsentrasi serum albumin dapat terjadi melalui dua cara yaitu : albumin hilang dari dalam tubuh dalam jumlah besar seperti pendarahan, eksudasi kulit yang berat, atau terjadi penurunan produksi albumin (hepatic insufiency/malnutrisi). Penyebab lain rendahnya albumin adalah termasuk hypoadrenocorticism dan hyperglobulinemia (karena multiple myeloma). 2. Indeks Massa Tubuh Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden dengan IMT normal yaitu sebanyak 37 atau 35,6%, sedangkan IMT kurang sebanyak 31 orang atau 29,8% dan responden dengan IMT kelebihan 36 orang atau 34,6%. Responden sebagaian besar dengan 9

10 IMT normal karena pasien immobilisasi di RSUD Dr. Moewardi memiliki berat dan tinggi badan yang ideal sehingga IMT responden sebagian besar normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang IMT dipercaya dapat menjadi indikator atau menggambarkan adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan IMT berkorelasi langsung dengan dengan pengukuran lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Pujiastuti et all, 2010). 3. Kejadian Dekubitus Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagaian besar responden tidak mengalami kejadian dekubitus sebanyak 70 orang orang atau 67,3% sedangkan yang mengalami dekubitus sebanyak 34 orang atau 32,7%. Responden di RSUD Dr Moewardi sebagian besar tidak mengalami dekubitus karena usia mereka sebagian besar di bawah 70 tahun. Luka dekubitus terbesar terjadi pada pasien usia diatas 75 tahun. Lansia mempunyai potensi besar untuk mengalami dekubitus. Lansia mengalami perubahan kulit akibat bertambahnya usia.terdapat 10 faktor yang mempengaruhi pembentukan luka dekubitus yaitu : gaya gesek, friksi, kelembaban, nutrisi buruk, anemia, infeksi, demam, gangguan sirkulasi perifer, obesitas, kakesia dan usia (Potter & Perry, 2005). Pasien kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot dan penurunan jaringan subkutan yang serius. Akibat perubahan ini maka jaringan yang berfungsi sebagai bantalan di antara kulit dan tulang menjadi semakin sedikit. Efek tekanan akan meningkat pada jaringan tersebut. Status nutrisi buruk dapat diabaikan jika pasien mempunyai berat sama dengan atau lebih dari berat badan ideal. Pasien dengan status nutrisi buruk biasa mengalami hipoalbuminemia (level albumin serum di bawah 3 gram/ 100 ml) dan anemia. Albumin adalah ukuran variabel yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Pasien yang level albuminnya di bawah 3 gram /100 ml lebih berisiko tinggi. Selain itu level albumin yang rendah juga dihubungkan dengan lambatnya penyembuhan luka. Level total protein juga mempunyai 10

11 korelasi dengan luka dekubitus. Level total protein di bawah 5,4 gram/100 ml menurunkan tekanan osmotik koloid yang akan menyebabkan edema interstisial dan penurunan oksigen ke jaringan. 1. Hubungan Kadar Albumin dengan Kejadian Dekubitus Hasil uji statistik diketahui bahwa bahwa nilai sig (2 tailed) = 0,036 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat korelasi yang signifikan antara kadar albumin dengan kejadian dekubitus. Adapun nilai koefesien korelasi sebesar -0,207 dan bertanda negatif berarti menunjukkan hubungan terbalik antara kadar albumin dengan kejadian dekubitus. Apabila kadar albumin rendah maka kejadian dekubitus tinggi atau jika kadar albumin tinggi maka kejadian dekubitus rendah. Tingkat korelasi 0,207 termasuk kategori cukup (Sarwono 2009), berdasarkan nilai tersebut diartikan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar albumin dengan kejadian dekubitus. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sri Hastuti pada tahun 2013 di Rumah Sakit Ibnu Sina Makasar yang menyatakan ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dekubitus. Hal senada juga dinyatakan oleh Puspaningrum (2013) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan resiko terjadinya dekubitus pada pasien stroke di RSUD Dr. Moewardi. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma yang berperan dalam penyembuhan penyakit atau recovery (pemulihan) setelah luka atau tindakan operasi. Serum albumin manusia adalah molekul unik yang merupakan protein utama dalam plasma manusia (3,4-7,5 gr/dl) dan membentuk 60% dari protein plasma total. Albumin sebanyak 40% dijumpai dalam plasma dan 60% ruang ekstraseluler. Hati kira-kira menghasilkan 12 gram albumin perhari yang merupakan 25% total sintesa protein dalam hati. Albumin mempertahankan tekanan osmotik koloid dalam pembuluh darah dan mempunyai sejumlah fungsi penting. Albumin menghantarkan dan melarutkan molekul-molekul kecil dalam darah (contohnya bilirubin, kalsium, progesteron dan obat-obatan) merupakan tempat penyimpanan protein dan partikel utama yang menentukan tekanan onkotik plasma. 11

12 2. Hubungan IMT dengan Kejadian Dekubitus Hasil uji statistik untuk korelasi Pearson diketahui bahwa nilai sig ( 2 tailed ) = 0,897 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara IMT dengan kejadian dekubitus. Adapun nilai koefesien korelasi sebesar 0,013 dan bertanda positif berarti menunjukkan hubungan searah antara IMT dengan kejadian dekubitus. Tingkat korelasi 0,013 termasuk kategori lemah (Sarwono, 2009) berdasarkan nilai tersebut diartikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan kejadian dekubitus. Kelemahan IMT sebagai pengukur status gizi adalah karena IMT hanya menggambarkan proporsi ideal tubuh seseorang antara berat badan saat ini dengan tinggi badan yang dimilikinya. IMT tidak mampu menggambarkan tentang proporsi lemak yang terkandung di dalam tubuh seseorang. Penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden dengan IMT normal yaitu sebanyak 37 atau 35,5%, sedangkan IMT kurang sebanyak 31 orang atau 29,8% dan responden dengan IMT kelebihan 36 orang atau 34,7%. Data di atas mendukung hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT pasien immobilisasi dengan kejadian dekubitus. Menurut penelitian yang dilakukan Kottner dkk (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian dekubitus dengan tingkatan IMT. Lebih lanjut diterangkan bahwa IMT bukan merupakan prediktor yang tepat untuk perkembangan kejadian dekubitus. Pada penelitian ini berat badan pasien immobilisasi tidak diukur langsung jadi berdasarkan anamnesa atau keterangan dari keluarga, sehingga kemungkinan kurang presisi. PENUTUP Kesimpulan 1. Kadar albumin pasien immobilisasi di RSUD Dr Moewardi sebagian besar dalam kategori tidak normal sebanyak 59 atau 56,7%, sedangkan dengan kadar albumin normal sebanyak 45 orang atau 43,3%. 2. IMT pada pasien immobilisasi di RSUD Dr Moewardi sebagaian besar dalam kategori normal yaitu sebanyak 37 atau 35,6%, sedangkan IMT kurang sebanyak 31 orang atau 29,8% dan responden dengan IMT kelebihan 36 orang atau 34,6%. 12

13 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar albumin pasien immobilisasi dengan kejadian dekubitus pada pasien immobilisasi di RSUD Dr Moewardi 4. Tidak terdapat hubungan yang Saran signifikan antara IMT dengan kejadian dekubitus pada pasien immobilisasi di RSUD Dr Moewardi Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dilanjutkan lagi dengan menganalisa secara komparatif maupun korelatif dari data data deskriptif yang telah dikumpulkan, sehingga akan menemukan hal hal yang sangat penting untuk diketahui yang berhubungan dengan upaya untuk mengurangi tingkat kejadian dekubitus bagi pasien immobilisasi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Penerbit PT Jakarta Rineka Cipta Bryant, Ruth A. (2009). Acute & Chronic Wounds. Nursing management. 2 nd Edition. USA: Mosby Inc. Community Health, (2013). WHO global report on fall prevention in older age. htp:// gov/pmc/articles/pmc / (diakses 19 Oktober 2014) Fife et al. (2009). Incidence of pressure ulcers in a neurologic intensive care unit. Diambil dari hg$=related articles & logdbfrom=pubmed tanggal 10 Mei pubmed/ ? Govinda,(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit. FKUI Kottner, (2011). Body Mass Index and Pressure Ulcers: Improved Predictability of Pressure Ulcers in Intensive Care Patients. US National Library Of Medicine National Institute of health. Lumadi Sih Ageng, (2012). Pengetahuan dan Ketrampilan Mobilisasi Pasien Dalam Mencegah Ulkus Dekubitus. Bagian Keperawatan STIKES Maharani. Malang Mukti,( 2006). Penelusuran hasil penelitian tentang intervensi keperawatan dalam pencegahan luka dekubitus pada orang dewasa. Jurnal Keperawatan Indonesia Pujiastuti et all, (2010).Hubungan Tingkat Konsumsi, Karbohidrat, Protein dan Lemak.Jurnal Kesehatan ISSN vol. 2.No1 Juni 2010 Sabandar, (2008). Ulkus Dekubitus. Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta Sarwono (2009).Statistik Kesehatan. Yogyakarta Mitra Cendika Press Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Vangilder C, Macfarlane G, Meyer S, Lachenbruch C.(2007). Body mass index, weight, and pressure ulcer prevalence: an Analysis of the International Pressure Ulcer Prevalence Trade Mark Surveys. Diambil dari gove/pubmed/ tanggal 17 Februari

14 Yusuf, (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Rosdakarya 14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan setempat yang disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari luar yang berlebihan. Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia keperawatan menjaga dan mempertahankan integritas kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di dalamnya. Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR ALBUMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN IMMOBILISASI DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN KADAR ALBUMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN IMMOBILISASI DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN KADAR ALBUMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN IMMOBILISASI DI RSUD Dr. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Ika Harmyastuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intrvensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik bidang gizi klinik yang menggunakan pendekatan crossectional. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN a. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan neurologis, penyakit kronis, penurunan status mental, pasien yang dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inaktifitas, dan sensori persepsi, bila aktifitas ini berkepanjangan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 52 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) Her Endah Prasetyowati her_endah@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (G2) Bedah RSUD Prof. DR. Aloei Saboe kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRACT. Ranti Susanti 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) ABSTRAK

ABSTRACT. Ranti Susanti 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL: MENURUNKAN RISIKO CIDERA AKIBAT JATUH DI RUANG PERAWATAN DEWASA RSUD DR.MOEWARDI Ranti Susanti 1), Wahyuningsih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang gizi klinik. Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan/explanatory research yaitu menjelaskan variabel

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang terletak pada jalur yang sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA Listia Anita 1, Yeni Prawiningdyah 2, Farissa Fatimah 3 ABSTRACT

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti

Lebih terperinci

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI RSUD HAJI Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma protein, dengan nilai normal 3,5 5,5 g/dl. Albumin juga didapatkan pada ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis yang terjadi di Indonesia setiap tahun semakin bertambah. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk Indonesia yang meninggal dunia akibat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya. (Undang Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian case control. Yakni efek penyakit atau status kesehatan (karsinoma kolorektal)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian diskkiptif analitik di bidang gizi klinis dengan pendekatan cross-sectional yaitu mencari hubungan dua variable dengan pengamatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya

Lebih terperinci

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J HUBUNGAN ANTARA KADAR KREATININ DARAH DAN KADAR UREUM DARAH DENGAN KADAR GULA DARAH PADA KEJADIAN PENYAKIT NEFROPATI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana diteliti hubungan variabel dengan variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diet paska bedah merupakan makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash di IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Endiyono 1*, Faisal Dwi Prasetyo 2 1,2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA ULKUS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Saifudin Zukhri* ABSTRAK Latar Belakang : Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang berupaya mencapai pemulihan penderita. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan terpadu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu mengukur variabel bebas aktivitas olahraga dan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien

BAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien pasien yang mengalami penyakit kronis, kondisi lemah, kelumpuhan dan bahkan hal ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Luka tekan (pressure ulcer) merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU dr. H. KOESNADI BONDOWOSO SKRIPSI oleh Ervina Novi Susanti NIM 082310101008

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I DAN II PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017 HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN TOTAL CARE DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Erdianti Wowor Linnie Pondaag Yolanda Bataha Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non-eksperimental dimana pengambilan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisa secara analitik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. Bidang penelitian di bidang gizi masyarakat yang dilakukan pada ibu-ibu rumah tangga desa Meteseh kecamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6 BAB 4 HASIL 4.1. Data Umum Pada data umum akan ditampilkan data usia, lama menjalani hemodialisis, dan jenis kelamin pasien. Data tersebut ditampilkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Demogragis dan Lama

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: ) JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan) 48 PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan) NURSES KNOWLEDGE WITH THE EFFORT OF PREVENTION OF NOSOCOMIAL INFECTION (Study at

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker serviks semakin hari menjadi salah satu penyakit yang semakin meresahkan manusia. Kanker diperkirakan menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti

Lebih terperinci

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Pesyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR Iis Mega Arianti, Winarni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES 122 HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES 1 Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Arif Nurcahyono 1, Sri Arini 2,

Lebih terperinci

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU TERPASANG KATETER URETRA DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN DI BANGSAL RAWAT INAP DEWASA KELAS III RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT Background: Urinary catheterization

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis korelasi dan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasional, dimana teknik observasi ini adalah cara pengumpulan data yang

BAB III METODE PENELITIAN. observasional, dimana teknik observasi ini adalah cara pengumpulan data yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian observasional, dimana teknik observasi ini adalah cara pengumpulan data yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami

Lebih terperinci