TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA TALUN KENAS KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG BALAI PENELITIAN TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA TALUN KENAS KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG BALAI PENELITIAN TANAH"

Transkripsi

1 TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA TALUN KENAS KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN 2007

2 Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Tanah Penyusun : Ai Dariah Enggis Tuherkih Achmad Rachman Penyunting : Enggis Tuherkih Design Cover : Sukmara Setting/Layout : Didi Supardi Dedi Kusnandar Penerbit : Balai Penelitian Tanah Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor 16123, Telp. (0251) , Fax. (0251) , , soil-ri@indo.net.id ISBN Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor

3 KATA PENGANTAR Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air mendukung kegiatan Prima Tani. Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasilokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik konservasi tanah dan air. Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani. Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan. Bogor, November 2007 Kepala Balai, Dr. Achmad Rachman NIP i

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... iv I. PENDAHULUAN... 1 II. KEADAAN FISIK DAERAH Lokasi dan Perhubungan Penggunaan Lahan dan Pertanian Iklim dan Hidrologi... 5 III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI Padi Sawah Pisang Pepaya Kakao IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian Teknik Konservasi Existing Rekomendasi Teknik Konservasi V. DAFTAR PUSTAKA ii

5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara... 4 Tabel 2. Rekomendasi pemupukan padi sawah dengan pupuk tunggal... 7 Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah dengan pupuk majemuk... 7 Tabel 4. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman pisang Tabel 5. Takaran pupuk anjuran tanaman pepaya Tabel 6. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman kakao Tabel 7. Arahan pengembangan komoditas pertanian di Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Tabel 8. Teknik konservasi existing dan rekomendasi teknik konservasi untuk Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara iii

6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Padi sawah dengan pemupukan sesuai rekomendasi... 8 Gambar 2. Tanaman pisang dengan pemupukan sesuai anjuran Gambar 3. Pepaya dengan pemupukan sesuai anjuran Gambar 4. Kakao dengan pumupukan sesuai anjuran Gambar 5. Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman penguat teras (kiri) dan Penampang samping teras bangku (kanan) Gambar 6. Rorak (Foto: Pedum Pegunungan) Gambar 7. Teras kebun (kiri), penampang teras kebun (kanan) DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Teras bangku atau teras tangga (Sumber: Pedum Pegunungan, 2006 dan SPLaSH, 2007) Lampiran 2. Rorak dan mulsa vertikal (Sumber: Pedum Pegunungan, 2006) Lampiran 3. Teras kebun iv

7 I. PENDAHULUAN Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik. Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman, berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui teknik uji tanah. Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan 1

8 pemanfaatan lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai pengguna artinya harus mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masing-masing lokasi. 2

9 II. KEADAAN FISIK DAERAH 2.1. Lokasi dan Perhubungan Desa Talun Kenas terletak pada posisi geografis 98 o o bujur Timur (BT) dan 03 o o Lintang Utara (LU), termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini mempunyai ketinggian tempat bervariasi dari m di atas permukaan laut (dpl). Luas wilayah desa sekitar 424 ha, dengan batas administrasi sebagai berikut: - sebelah utara berbatasan dengan Desa Namoserit Hulu - sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gunung Rintih - sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumbul - sebelah timur berbatasan dengan Desa Laugambir Desa Talun Kenas yang merupakan ibu kota kecamataan STM Hilir dapat dicapai sekitar menit dari kota Medan dengan menggunakan kendaraan roda empat atau sepeda motor, dan dapat ditempuh melalui dua jalur jalan yang berbeda, salah satunya melalui Pancur Batu Penggunaan Lahan dan Pertanian Berdasarkan hasil studi participatory rural appraisal (PRA) yang dilakukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara, penggunaan lahan di Desa Talun Kenas didominasi oleh lahan kering, meskipun terdapat lahan sawah yang tidak terlalu luas penyebarannya. Penggunaan lahan yang ada di desa ini adalah 3

10 lahan sawah, ladang, belukar, kebun campuran, dan pemukiman (Tabel 1). Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara No SPT Simbol Penggunaan lahan Jenis tanaman Luas ha % 1 B Belukar Kirinyuh, harendong, 79 18,6 gelagah, bambu 2 PS Lahan sawah Padi sawah dan palawija 40 9,5 3 KC Kebun Papaya, kakao, pisang, ,9 campuran kopi 4 L Ladang Jagung, pisang, cabai, 39 9,2 terong 5 P Pemukiman ,8 Jumlah ,0 Sumber; Kurnia et al., (2007) Berdasarkan data pada Tabel 1 Desa Talun Kenas didominasi oleh lahan kering dengan penggunaan lahan kebun campuran dan ladang dengan berbagai jenis tanaman, seperti: cabai, jagung, kakao, kopi, pepaya, pisang, dan jagung. Pepaya, kakao, dan pisang terutama pisang barangan dan kepok merupakan komoditas unggulan Prima Tani di Desa Talun Kenas. Lahan sawah berupa tadah hujan, yang ditanami padi sawah hanya pada musim hujan, dan palawija seperti: jagung dan sayur-sayuran dataran rendah (cabai, kacang panjang, terong) pada musim kemarau sebagai tanaman sela setelah padi sawah. 4

11 2.3. Iklim dan Hidrologi Iklim Desa Talun Kenas dan daerah sekitarnya diwakili oleh data curah hujan dari hasil pengamatan di Medan. Berdasarkan data yang ada (BPTP Sumatera Utara, 2007), curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September dan Oktober 502 mm, dengan 23 hari hujan pada bulan September. Sedangkan suhu udara rata-rata berkisar antara 23 dan 35 o C, dengan kelembapan udara rata-rata 83%. Kebutuhan air untuk kegiatan usaha tani di Desa Talun Kenas bersumber dari hujan dan sungai. Air sungai berasal dari S. Bekilang (sungai kecil) yang mengalir di bagian tengah areal persawahan, namun diperkirakan debit airnya tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air lahan sawah tersebut. Pola aliran air di daerah ini termasuk dendritik, dengan sungai yang relatif besar terdapat di bagian timur desa ini, yaitu S. Belumai, dan sungai yang lebih kecil, yaitu S. Bekilang mengalir di bagian kiri jalan Talun Kenas-Namoserit. 5

12 III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI Berdasarkan hasil pengujian di lapangan menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK) dan perangkat uji tanah sawah (PUTS), status hara fosfor (P) di Desa Talun Kenas bervariasi dari rendah sampai tinggi, kalium (K) tanahnya sedang sampai tinggi, tetapi C-organik tanahnya rendah, dan ph tanah umumnya berkisar antara 4-5. Petani di Desa Talun Kenas umumnya adalah petani lahan kering, dengan tanaman utama pepaya, kakao, dan pisang. Namun, teknik budi daya pertaniannya masih tradisional, terutama dalam hal penggunaan pupuk masih relatif rendah. Berdasarkan hasil uji tanah tersebut, maka penggunaan pupuk yang dapat direkomendasikan untuk padi sawah pada SPT 1, buah-buahan dan tanaman tahunan pada SPT 3 dan 4 adalah sebagai berikut: 3.1. Padi Sawah Mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/OT.140/4/2007 tentang rekomendasi pemupukan N, P, dan K pada padi sawah spesifik lokasi, maka rekomendasi pemupukan untuk padi sawah di Desa Talun Kenas dengan memperhatikan status hara tanah dan kebutuhan hara tanaman disajikan pada Tabel 2 dan 3. 6

13 Tabel 2. Rekomendasi pemupukan padi sawah dengan pupuk tunggal Status hara P K Tanpa bahan organik Takaran pupuk urea, Sp-36, dan KCl Dengan 5 t jerami ha -1 Dengan 2 t pukan ha -1 Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl kg ha -1 R S T S S T T S T Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah dengan pupuk majemuk P Status hara K Majemuk NPK Tambahan pupuk tunggal Urea SP-36 KCl Takaran pupuk kg ha -1 Majemuk NPK Tambahan pupuk tunggal Urea SP-36 KCl R S T S S T T S T Pada status P rendah, sedang, sampai tinggi serta pada status K sedang dan tinggi, pemberian pupuk urea (N) rekomendasikan sebesar 250 kg ha -1. Pupuk SP-36 (P) pada status P rendah, sedang dan tinggi masing-masing sebesar 100, 75, dan 50 kg ha -1. Pupuk KCl (K) pada status K sedang dan tinggi direkomendasikan sebesar 50 kg ha -1 (Tabel 2). Apabila jerami 7

14 dikembalikan lagi ke lahan sawah (in situ) dengan asumsi setara dengan 5 t ha -1, maka kebutuhan pupuk urea hanya sebesar 230 kg ha -1 dan tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl. Demikian halnya apabila diberikan pupuk kandang (pukan) sebesar 2 t ha -1 maka pemberian urea bisa dihemat menjadi 225 kg ha -1 dan tidak perlu lagi diberikan pupuk KCl. Selain pupuk N, P, dan K tunggal dapat pula menggunakan pupuk majemuk seperti NPK atau NPK Mengingat kandungan hara N, P, K pada pupuk majemuk relatif rendah maka masih perlu di tambahkan pupuk urea, SP-36, dan KCl (Tabel 3). Pada status P rendah, sedang, sampai tinggi serta pada status K sedang dan tinggi, pemberian pupuk majemuk NPK ( ) rekomendasikan masing-masing sebesar 250, 200 dan 150 kg ha -1, sedangkan untuk pupuk majemuk NPK ( ) masingmasing sebesar 300, 250 dan 200 kg ha -1 serta tambahan pupuk urea sebesar 150, 175, dan 200 kg ha -1. Pada status P rendah, dan sedang perlu tambahan pupuk SP-36 masing-masing sebesar 50 dan 25 kg ha -1. Pupuk KCl sebesar 25 kg ha -1 hanya ditambahkan pada status P tinggi, K sedang dan tinggi. Gambar 1. Padi sawah dengan pemupukan sesuai rekomendasi 8

15 Aplikasi pupuk: Pupuk SP-36, jerami atau pukan yang telah dikomposkan diberikan dengan cara dibenamkan pada saat pengolahan tanah kedua/pelumpuran. Pupuk urea, KCl, dan pupuk majemuk diberikan secara bertahap yaitu pada saat tanam, umur 4 minggu setelah tanaman (MST), dan saat primordia umur 6 MST Pisang Pemupukan merupakan teknik pengelolaan hara untuk mengembalikan unsur-unsur hara yang hilang terutama yang terangkut sebagai hasil panen. Sebagai gambaran bahwa hara yang terangkut panen pada tanaman pisang adalah sebesar 160 g N; 16,8 g P; 601 g K; 92 g Ca; dan 35 g Mn pada tingkat hasil buah pisang sebesar 41 kg (Roedyarto, 1996). Takaran pupuk an-organik dan pupuk organik anjuran pada adalah g ZA, 450 g SP-36, 500 g KCl per pohon/tahun dan 15 kg pupuk organik per pohon/tahun. Pemberian pupuk an-organik ZA dilakukan secara bertahap empat kali setahun yaitu masing-masing seperempat takaran pada umur 1,3, 6, dan 9 bulan setelah tanam. Sedangkan pupuk anorganik SP-36 dan KCl dua kali setahun yaitu masing-masing setengah takaran pada umur 1 dan 6 bulan setelah tanam (Tabel 4). Cara pemberian pupuk an-organik diberikan dalam larikan melingkar di bawah kanopi tanaman sedalam 15 cm kemudian larikan ditutup kembali dengan tanah/dibumbun. Pupuk organik/pukan diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam. 9

16 Tabel 4. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman pisang Umur Tanaman Kebutuhan pupuk *) ZA SP-36 KCl Pukan Sebelum tanam g/pohon kg/pohon bulan bulan bulan bulan *) Sumber: BPTP Jawa Timur (2004) dan S. Satuhu dan Supriyadi (1998) Gambar 2. Tanaman pisang dengan pemupukan sesuai anjuran 3.3. Pepaya Produktivitas tanaman pepaya sangat tergantung pada status hara di dalam tanah selain faktor iklim dan hidrologi. Tanaman pepaya membutuhkan ph netral antara 6,5-7 maka untuk Desa Talun Kenas dengan ph antara 4-5 relatif masam perlu dilakukan pengapuran dengan takaran 1 t ha -1. Mengingat hara yang hilang terangkut hasil panen pepaya cukup tinggi dimana pada tingkat hasil 10

17 20 t buah segar adalah sebesar 20 kg N; 4 kg P, 48,7 kg K; dan 0,04 kg Zn (Boga Kalie, 1996) maka untuk mengembalikan yang hara hilang itu perlu dilakukan pemupukan. Takaran pupuk anjuran untuk pepaya dapat dilihat pada Tabel 5. Pemberian pupuk an-organik dan pupuk organik/pukan pada tanaman pepaya dilakukan secara bertahap dengan interval 3 bulan sekali yaitu pada umur 1 bulan setelah tanam dengan takaran 50 g ZA; 40 g SP-36; 20 g KCl per pohon dan 30 kg pukan per pohon. Umur 3 bulan takaran pupuk 130 g ZA; 90 g SP-36; 40 g KCl per pohon dan 45 kg pukan per pohon. Umur 6 bulan dan seterusnya dengan interval 3 bulan sekali takaran pupuk 210 g ZA; 140 g SP-36; 60 g KCl per pohon dan 60 kg pupuk organik per pohon. Cara pemberian pupuk diberikan dalam larikan melingkar dibawah kanopi tanaman sedalam 15 cm kemudian larikan ditutup kembali dengan tanah/dibumbun. Pupuk dasar berupa pupuk organik/pukan diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam. Tabel 5. Takaran pupuk anjuran tanaman pepaya Umur tanaman Kebutuhan pupuk *) ZA SP-36 KCl g/pohon Pukan kg/pohon Sebelum tanam bulan bulan bulan dan seterusnya dengan interval 3 bulan sekali *) Sumber: IPTEK (2007)

18 Gambar 3. Pepaya dengan pemupukan sesuai anjuran 3.4. Kakao Pada tanah agak berpasir atau kurang subur diperlukan pupuk organik berupa pupuk kandang kg/pohon/6 bulan. Di lapangan pemupukan dimulai pada umur 2 bulan setelah tanam. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman kakao disesuaikan dengan umur tanaman, kondisi tanah, dan iklim dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman kakao Umur tanaman Kebutuhan pupuk *) Urea SP-36 KCl Dolomit th g/pohon > *) Diolah dari beberapa sumber: BPTP Sulawesi Tengah (2000) dan IFA (1992) 12

19 Pemberian pupuk an-organik dilakukan dua kali per tahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Cara pemberian pupuk yaitu dibenamkan dalam larikan melingkar sedalam 5-10 cm dengan jarak cm dari batang atau sesuai lingkar tajuk. Gambar 4. Kakao dengan pemupukan sesuai anjuran 13

20 IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR 4.1. Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian Arahan pengembangan komoditas pertanian merupakan hasil dari evaluasi lahan dengan mempertimbangkan komoditas unggulan dan potensial di daerah ini, serta penggunaan lahan saat ini (present landuse). Berdasarkan hasil overlay komoditas tersebut dan penggunaan lahan saat ini, disusun empat arahan pengembangan komoditas pertanian seperti terlihat pada Tabel 7. Penyebaran arahan pengembangan komoditas pertanian disajikan pada Gambar 5. Tabel 7. Arahan pengembangan komoditas pertanian di Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Simbol Arahan penggunaan lahan SPT Alternatif komoditas Alternatif teknologi PS KC L B Sawah irigasi Kebun campuran Ladang Sempadan sungai Padi, palawija (jagung, kedelai, cabai) Kakao, pisang, pepaya, kelapa Pepaya, pisang, jagung Belukar - Pola & jadwal tanam, pemupukan, pengelolaan b.o, irigasi - Pemupukan, pengelolaan b.o, konservasi tanah - Pemupukan, pengelolaan b.o, konservasi tanah - Pemeliharaan dan perlindungan 14

21 Rekomendasi teknik konservasi tanah untuk Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Lahan pertanian di Desa Talun Kenas didominasi lahan kering. Sedangkan lahan sawah tidak terlalu luas penyebarannya. Jenis penggunaan lahan kering meliputi ladang, belukar, kebun campuran, dan pemukiman. Kebun campuran merupakan jenis penggunaan lahan terluas (254 ha atau hapir 60% dari total area). Penyebaran penggunaan daerah penelitian disajikan pada Gambar 5. Topografi di Desa Talun Kenas dan sekitarnya berombak sampai bergelombang, dengan kemiringan lahan 3-15%. Dengan demikian, lahan pertanian di desa ini khususnya lahan kering berpotensi untuk mengalami kerusakan yang disebabkan oleh potensi bahaya erosi yang cukup tinggi. Erosi tidak menjadi simpul kritis pada lahan sawah, karena pematang/galengan sawah sudah cukup menjaga tanah dari erosi, sehingga tidak perlu khawatir dengan penurunan produktivitasnya, sepanjang upaya pemeliharaan dan peningkatan produktivitas tanahnya tetap dilakukan Teknik Konservasi Existing Teknik konservasi existing pada masing-masing bentuk penggunaan lahan kering disajikan pada Tabel 8. Di Desa Talun Kenas sudah dapat dijumpai penerapan teknik konservasi tanah, meskipun kondisinya belum baik. Pada lahan usaha tani yang terletak di jalur aliran sungai dan atau yang berdekatan, dengan 15

22 topografi datar (0-3%), dijumpai teras bangku dengan kondisi kurang baik, tanpa tanaman penguat teras. Tabel 8. SPT Lereng (%) % Teknik konservasi existing dan rekomendasi teknik konservasi untuk Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Penggunaan lahan Belukar /B (sepadan sungai) Kebun campuran/kc Konservasi existing Tanaman tahunan Mulsa serasah tanaman Ladang Teras bangku buruk Rekomendasi tindakan konservasi Maks. proporsi Teknik tanaman konservasi semusim*) - Menanam tanaman tahunan berakar relatif dalam. Bambu dan kirinyuh merupakan pilihan yang baik, karena selain dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi juga sudah merupakan tanaman existing pada areal ini. - - Sistem multi-strata, diantaranya dengan menanam tanaman pelindung - Barisan tanaman tanaman tahunan searah kontur atau teras kebun - Rorak >75 Perbaikan teras bangku (penanaman tanaman penguat teras) 3-15 Ladang - <75 - Teras kebun - Rorak 16

23 Di wilayah berombak sampai bergelombang, dengan kemiringan lahan 3-15%, dan penggunaan lahannya kebun campuran yang ditanami kakao dan kopi, hampir tidak permukaan tanahnya tertutup serasah daun kakao yang cukup banyak dan cukup tebal, sehingga menjaga tanah dari kerusakan akibat erosi. Untuk pertanaman kakao dan/atau kopi, penanaman pohon pelindung sangat banyak manfaatnya karena dapat mencegah hama dan penyakit tanaman. Pertanaman pepaya yang diusahakan di daerah ini cukup baik, ditanam pada jalur-jalur memanjang dengan jarak tanam teratur. Pada setiap batang pohon pepaya yang tumbuh sudah terlihat upaya mempertahankan kelembapan tanah dan mencegah erosi, yaitu dengan menggunakan pelepah-pelepah daun pepaya dan serasah/rumput-rumputan di sekeliling batang/pohon. Di bagian barat desa ini dijumpai ladang dengan topografi berombak sampai bergelombang (lereng 3-15%). Pada saat survei lapangan, kondisi permukaan tanah ditumbuhi rumput/alang-alang, dan dijumpai banyak lubang-lubang tanaman yang dibuat untuk pisang, serta sudah banyak pohon pisang yang tumbuh. Namun, tidak terlihat upaya penerapan teknik konservasi tanah Rekomendasi Teknik Konservasi Teknik konservasi yang direkomendasikan didasarkan pada pola penggunaan lahan yang sudah ada. Bila di lokasi yang bersangkutan sudah terdapat teknik konservasi (existing), maka rekomendasi lebih diarahkan pada perbaikan atau pengembangan teknik konservasi yang sudah ada (Tabel 9). 17

24 Pada areal yang telah diteras dapat dilakukan penyempurnaan teras bangku, dengan menanami bibir teras atau talud dengan rumput pakan atau lamtoro, dan tampingan teras dibiarkan ditumbuhi rumput liar atau rumput teki. Bila ingin didapatkan sumber pakan yang berkualitas baik, tampingan dapat juga ditanami rumput paspalum atau tanaman legume penutup tanah seperti Arachis pintoi (kacang-kacangan). Bentuk teras bangku yang ideal disajikan pada Lampiran 1. Kebun campuran merupakan bentuk penggunaan lahan kering yang relatif aman dari segi pencegahan erosi. Kebun campuran yang dikelola dengan baik dapat menciptakan sistem multistrata yang dapat menurunkan daya hancur curah hujan terhadap tanah. Oleh karena itu, penanaman pohon pelindung perlu dipertahankan, karena selain dapat berfungsi sebagai pelindung tanaman utama (kopi dan kakao), dapat pula berfungsi sebagai tanaman konservasi. Pembuatan rorak di antara baris tanaman juga disarankan. Selain dapat menampung sedimen, rorak juga dapat berfungsi untuk menampung serasah, sehingga serasah tidak hanyut terbawa aliran permukaan. Rorak yang sudah terisi dengan serasah juga dapat berfungsi sebagai mulsa vertikal yang dapat menjaga kelembapan tanah. Uraian tentang rorak disajikan pada Lampiran 2. Meskipun pada kebun pepaya sudah ada pemanfaatan pelepah daun pepaya dan serasah rumput sebagai mulsa, namun di antara barisan-barisan pohon pepaya, kondisi permukaan tanah agak cekung dan bersih/tidak ada penutup tanah, sehingga dapat terkikis pada saat hujan. Oleh sebab itu, permukaan tanah di antara dua barisan pohon pepaya, termasuk permukaan tanah pada barisan pohon pepaya agar tertutup serasah atau ditanami rumput atau 18

25 legume penutup tanah seperti Arachis pintoi untuk melindungi tanah dari pengikisan air hujan. Pertanaman pepaya pada wilayah berlereng 3-15%, sangat dianjurkan barisan-barisan tanamannya memanjang memotong lereng atau searah kontur, dengan tetap melindungi permukaan tanah seperti tersebut. Jarak antara dua barisan pohon pepaya 5-7 m, tergantung kemiringan lahan, yaitu semakin curam lereng, semakin pendek jarak barisan tanaman. Selain itu, untuk mengalirkan air dari lahan di antara barisan-barisan pohon pepaya dapat diarahkan ke saluran pembuang air (SPA) yang dibuat setiap jarak tertentu di dalam kebun, dan mengalirkannya ke bagian bawah lereng dengan kekuatan yang tidak merusak. Pencegahan erosi pada kebun pisang dapat dilakukan dengan menanam pohon pisang dalam barisan-barisan tanaman dalam pola teras kebun memotong lereng atau searah kontur. Uraian detail tentang teras kebun disajikan pada Lampiran 3. Pada permukaan tanah yang terbuka dibiarkan ditumbuhi rumput-rumputan untuk mencegah penghancuran butir-butir hujan, dan mempertahankan kelembapan tanah. 19

26 V. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanah Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai Harkat (SPLaSH) versi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. BPTP Pemupukan kakao spesifik lokasi. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Sulawesi Tengah. BPTP Pemupukan pisang spesifik lokasi. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Jawa Timur. Kurnia, U., D. Ardi, dan U. Sutrisno Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan Untuk Mendukung Prima Tani di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Departemen Pertanian. Siregar, H.S., S. Ryadi, dan L. Nuraeni Budidaya, pengolahan dan Pemasaran Cokelat. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Hal IFA Word Fertilizer Use Manual. International Fertilizer Industry Ass0ciation, Paris. 631p. IPTEK Teknologi tepat guna budidaya pepaya. Bidang Pendayagunaan Sistim Informasi Manajemen Pembangunan Pedesaan. Menegristetk. 13 hal. IPTEK Teknologi tepat guna budidaya pisang. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan Pedesaan. Menegristetk. 12 hal. Departemen Pertanian Peraturan Menteri Pertanian Nomor:47/ Permentan/OT.140/ 10/2006. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian. S. Satuhu dan A. Supriyadi Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Hal

27 Lampiran 1. Teras bangku atau teras tangga (Sumber: Departemen Pertanian, 2006 dan Balai Penelitian Tanah, 2007) Pada usaha tani lahan kering, fungsi utama teras bangku adalah: (1) memperlambat aliran permukaan; (2) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; (3) meningkatkan laju infiltrasi; dan (4) mempermudah pengolahan tanah. Saluran teras Talud/bibir teras Tampingan Gambar 5. Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman penguat teras (kiri) dan penampang samping teras bangku (kanan) Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0 o dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang 21

28 tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir ke luar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah. Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah: (1) Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit. (2) Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm) (3) Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian. (4) Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi. (5) Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor. 22

29 Perancangan teras bangku Dalam merancang teras diusahakan agar bahan induk tanah tidak sampai tergali. Nilai interval vertikal (IV) pada umumnya dapat ditetapkan antara 1-1,5 m sedangkan interval horizontal (IH) dapat dihitung dengan rumus berikut: IH = IV/S x 100, dimana IH = interval horizontal (m), IV = interval vertikal (m), dan S = kemiringan lahan asal (% ). Cara pembuatan teras bangku Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan. Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300% ). Idealnya kemiringan bidang olah berkisar 0-3% mengarah ke saluran teras. Talud (bibir teras) dan bidang tampingan teras ditanami dengan tanaman berakar rapat, cepat tumbuh, dan menutup tanah dengan sempurna. Untuk petani yang memiliki ternak ruminansia dapat ditanami rumput pakan ternak. Contoh tanaman yang dapat ditanam pada guludan dan bibir teras adalah Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, dan lain-lain. Sering guludan teras ditanami dengan salah satu tanaman legum pohon atau perdu seperti Gliricidia, Lamtoro, turi, stylo, dan lain-lain. 23

30 Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, SPA serta terjunan. Ukuran saluran teras: lebar cm, dalam cm. Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, teras bangku miring bisa dibuat tetapi teras bangku miring kurang efektif menahan tanah tererosi. 24

31 Lampiran 2. Rorak dan mulsa vertikal (Sumber: Departemen Pertanian, 2006) Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran resapan (Gambar 6). Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan. Mulsa dapat dimasukkan ke dalam rorak (mulsa vertikal) Gambar 6. Rorak (Foto: Pedum Pegunungan) Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung. 25

32 Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terusmenerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat keluar atau dibuat rorak yang baru. Aplikasi rorak dapat pula dikombinasikan dengan mulsa vertikal, yang mana bahan mulsa dimasukkan ke dalam rorak. 26

33 Lampiran 3. Teras kebun Teras kebun adalah teras yang digunakan untuk penanaman tanaman tahunan yang ditanam dalam barisan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 7). Selain untuk pencegahan erosi, teras kebun juga dapat memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), diantaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun. Tanaman tahunan rumput Gambar 7. Teras kebun (kiri), penampang teras kebun (kanan) a. Persyaratan Digunakan pada lahan dengan kemiringan 10-60%. Dapat digunakan pada berbagai kedalaman tanah, yang lebih dalam dari 25 cm. Perlu ditanami rumput atau legum penutup tanah di antara teras. Perlu SPA yang aman (berumput). 27

34 b. Pembuatan dan pemeliharaan Untuk mendapatkan populasi tanaman yang maksimum, jarak antar teras dibuat lebih pendek. Dimensi teras kebun yang digunakan perlu disesuaikan pula dengan perkiraan jumlah air yang akan ditampung (besarnya run-off). 28

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007 PEMBUATAN GARIS KONTUR (SABUK GUNUNG)

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA NAGALINGGA KECAMATAN MEREK KABUPATEN TAPANULI UTARA BALAI PENELITIAN TANAH

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA NAGALINGGA KECAMATAN MEREK KABUPATEN TAPANULI UTARA BALAI PENELITIAN TANAH TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA NAGALINGGA KECAMATAN MEREK KABUPATEN TAPANULI UTARA BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG (Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara) Hendi Supriyadi

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping DAFTAR ISTILAH Air lebih: Air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah Bahan pembenah tanah (soil conditioner): Bahan-bahan yang mampu memperbaiki

Lebih terperinci

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian 2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menjadi panduan untuk petani dalam pengelolaan air hujan dan aliran permukaan di kebun pala untuk menekan penurunan hasil akibat kekurangan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DI DESA WONOREJO KECAMATAN PEMATANG BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DI DESA WONOREJO KECAMATAN PEMATANG BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DI DESA WONOREJO KECAMATAN PEMATANG BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan

Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan Data tahun 1992 menunjukkan bahwa luas lahan usahatani kritis di luar kawasan hutan telah mencapai ±18 juta hektar. Setelah hampir 13 tahun, lahan kritis diluar kawasan hutan pada tahun 2005 sekarang ini

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA KARANGAN KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG BALAI PENELITIAN TANAH

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA KARANGAN KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG BALAI PENELITIAN TANAH TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA KARANGAN KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN 2007

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m

BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan 3.1 Hasil Percobaan Tugas Praktikum : 1. Tentukan jumlah teras yang dapat dibuat pada suatu lahan apabila diketahui data sebagai berikut : panjang lereng 200 m, kemiringan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA ANEUK GLEE KECAMATAN INDRA PURI KABUPATEN ACEH BESAR BALAI PENELITIAN TANAH

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA ANEUK GLEE KECAMATAN INDRA PURI KABUPATEN ACEH BESAR BALAI PENELITIAN TANAH TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA ANEUK GLEE KECAMATAN INDRA PURI KABUPATEN ACEH BESAR BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007 TEKNOLOGI PENGENDALIAN LONGSOR Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Jakarta, Oktober Menteri Pertanian RI ANTON APRIYANTONO

Jakarta, Oktober Menteri Pertanian RI ANTON APRIYANTONO KATA PENGANTAR Lahan pegunungan memiliki potensi yang besar sebagai kawasan pertanian produktif. Sejak berabad yang silam, jutaan petani bermukim dan memanfaatkan kawasan ini. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun , HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

Topik : TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR

Topik : TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR Topik : TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR Tujuan : 1. Peserta memahami tentang pentingnya KTA (Konservasi Tanah dan Air); 2. Memahami berbagai teknik KTA (Konservasi Tanah dan Air). 3. Peserta terampil membuat

Lebih terperinci

Pemilihan Lahan. Kesesuaian Lahan

Pemilihan Lahan. Kesesuaian Lahan Pemilihan Lahan Ketinggian tempat, suhu udara, dan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kopi kondisinya disesuaikan dengan jenis kopi yang akan ditanam. Ketinggian tempat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. Pendahuluan. II. Permasalahan A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH PADA LAHAN PERTANIAN BERLERENG

TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH PADA LAHAN PERTANIAN BERLERENG TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH PADA LAHAN PERTANIAN BERLERENG PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAH DAN AGROKLIMAT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 1 2004 Penanggung jawab

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Daerah rawan longsor harus dijadikan areal konservasi, sehingga bebas dari kegiatan pertanian, pembangunan perumahan dan infrastruktur. Apabila lahan digunakan untuk perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai Serayu merupakan salah satu DAS terbesar di Indonesia yang masuk dalam jajaran DAS kritis dengan luas wilayah sebesar 358.514,57 ha (BPDAS Serayu

Lebih terperinci

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Disusun untuk melengkapi tugas TIK Disusun Oleh: Bachrul Azali 04315046 Tugas TIK Universitas Narotama 2015 http://www.narotama.ac.id 04315044 Bachrul azali Page 1 Erosi

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering)

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering) Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering) Hingga saat ini di sebagian besar wilayah, rekomendasi pemupukan untuk tanaman pangan lahan kering masih bersifat umum baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang diperlukan. Oleh karena itu, untuk keberhasilan dalam

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September ) KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA MOJOREJO KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN BALAI PENELITIAN TANAH

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA MOJOREJO KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN BALAI PENELITIAN TANAH TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA MOJOREJO KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN 2007 Penanggung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Erosi. Rekayasa Hidrologi

Erosi. Rekayasa Hidrologi Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV TEKNOLOGI BUDIDAYA PADA SISTEM USAHATANI KONSERVASI

BAB IV TEKNOLOGI BUDIDAYA PADA SISTEM USAHATANI KONSERVASI BAB IV TEKNOLOGI BUDIDAYA PADA SISTEM USAHATANI KONSERVASI Budidaya pertanian pada lahan pegunungan yang sesuai dengan kondisi alam seyogyanya menerapkan sistem usahatani (SUT) konservasi yang tepat. Pengertian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Aliran permukaan Data hasil pengamatan aliran permukaan pada setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 4. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Lampiran 11. Analisis

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah aktivitas manusia, dan

bio.unsoed.ac.id terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah aktivitas manusia, dan PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM KONSERVASI AIR Oleh: Dr.rer.nat. W.Lestari, MSc. Fakultas Biolog i, Un iversitas Jenderal Soedirman Jl. Dr.Soeparno 63 Punrokerto 53125 Pendahuluan Air adatah bahan yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Hasil analisis laboratorium terhadap unsur hara makro tanah vulkanik berupa ph tanah, unsur N, P,

Lebih terperinci

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan Standar Nasional Indonesia Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO INTISARI Kadarso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra, Yogyakarta Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN URUSAN EROSl, SEDIMENTASI DAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LINTAS KABUPATEN/ KOTA

Lebih terperinci

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Fitriani et al.: Evaluasi Kuanlitatif dan Kuantitatif Pertanaman Jagung Vol. 4, No. 1: 93 98, Januari 2016 93 Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif dan Kuantitatif Pertanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal dengan negara agraris dimana mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini didukung oleh kesuburan lahan pertanian karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR Cetakan ke-1, 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang IAARD Press, 2012 Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv v ix

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENTINGNYA KONSERVASI TANAH PADA PENGELOLAAN KEBUN SUMBER BENIH KOPI

PENTINGNYA KONSERVASI TANAH PADA PENGELOLAAN KEBUN SUMBER BENIH KOPI PENTINGNYA KONSERVASI TANAH PADA PENGELOLAAN KEBUN SUMBER BENIH KOPI oleh Diana Kustantini, AMd.(PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya A. Pendahuluan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi Erosi adalah proses penggerusan lapis tanah permukaan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti angin, air, es, atau gravitasi. Air hujan di atas permukaan tanah akan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci