BAB V PENUTUP. Mencapai bentuk Economic and Monetary Union (EMU) adalah mimpi
|
|
- Hendri Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 181 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Mencapai bentuk Economic and Monetary Union (EMU) adalah mimpi besar negara-negara dalam hal integrasi regional. Akan tetapi, untuk menciptakan sekaligus memelihara EMU bukan lah hal yang mudah. Begitu pun halnya dengan menjadi anggota EMU, menyesuaikan perekonomian dengan sistem yang ditetapkan oleh EMU. Setiap negara yang bergabung dengan EMU dituntut untuk mampu menjaga perekonomiannya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini lah yang sedang dialami oleh Uni Eropa dan Yunani. Saat ini Yunani sedang mengalami sovereign debt crisis akibat akumulasi hutang yang membengkak. Secara ekonomi, sebelum bergabung dengan Eurozone pemerintah Yunani sudah boros dalam hal anggaran. Setelah mengadopsi Euro sebagai mata uang, pengeluaran publik justru semakin meningkat. Selain itu, Yunani lebih banyak melakukan impor daripada melakukan ekspor. Pengeluaran pemerintah Yunani merupakan salah satu pengeluaran terbesar jika dibandingkan dengan negara anggota Eurozone yang lain. Akan tetapi, pengeluaran dalam jumlah yang besar tidak diiringi dengan pemasukan yang besar. Akibatnya, neraca anggaran Yunani selalu mengalami ketidakseimbangan.
2 182 Dengan adanya sistem tunggal yang harus diterapkan oleh negara-negara anggota yang terlibat dalam Uni Eropa, akhirnya tingkat sensitivitas dan vulnerabilitas tiap negara dengan negara lainnya meningkat, maka ketika suatu negara anggota Uni Eropa, seperti Yunani, terkena krisis, maka negara lainnya juga terancam terkena krisis, dan akhirnya krisis ekonomi yang terjadi menjadi krisis ekonomi sistemik di Uni Eropa. Kompleksitas dari krisis yang terjadi di Yunani akhirnya mendorong terjadinya interaksi-interaksi antara pemerintah Yunani dengan Uni Eropa, baik itu European Union Comission, European Central Bank, atau pun institusi-institusi Uni Eropa yang lain untuk segera menyelesaikan krisis yang terjadi. Uni Eropa memberikan pinjaman sebesar 110 milyar Euro dengan jangka waktu jatuh tempo 3 tahun. Program bantuan yang diberikan kepada Yunani ini dilaksanakan dengan dimonitori oleh Uni Eropa, European Central Bank, dan IMF. Program bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa bertujuan untuk mengurangi jumlah defisit Yunani untuk berada di bawah 3% sesuai dengan standar Uni Eropa dalam Stability and Growth Pact (SGP). Sebagai timbal balik, Uni Eropa meminta Yunani untuk menyetujui EAP (EAP) yang akan ditetapkan oleh Uni Eropa. Penerapan EAP akan dievaluasi secara periodikal oleh Uni Eropa dan Uni Eropa berhak memberikan rekomendasi reformasi struktural kepada pemerintah Yunani. European Commission dan ECB akan bertanggungjawab secara penuh untuk mengawasi implementasi kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam memorandum. Artinya, bagi Yunani, bantuan ini membuat Yunani harus rela anggaran nasionalnya diawasi oleh Uni Eropa, kebijakan penghematan
3 183 yang dilakukan harus dinilai oleh Uni Eropa, dan sangat memungkinkan bagi Uni Eropa untuk mendesak perubahan struktural pada perekonomian Yunani. Secara tidak langsung, hal ini menyiratkan bahwa pemerintah Yunani harus rela perekonomiannya diintervensi oleh Uni Eropa. Pemberlakukan EAP dituang dalam nota kesepahaman, yaitu Memorandum of Economic and Financial Policies yang menjelaskan secara detail kebijakankebijakan apa saja yang harus diterapkan oleh pemerintah Yunani. Kesepakatan antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam rangka pengetatan anggaran ini memiliki visi untuk mengurangi secara signifikan defisit anggaran Yunani menjadi di bawah 3% dari jumlah PDB pada tahun EAP sebagai implementasi nyata interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dimotori oleh kepentingan Uni Eropa untuk mencegah efek contagion dari krisis yang terjadi di Yunani sekaligus untuk melindungi perekonomian negara anggota Uni Eropa yang lain, khususnya negara periferi yang memiliki sistem perekonomian lemah dan tingkat hutang yang tinggi, seperti Portugal, Irlandia, Spanyol, dan Italia. Selain itu, bantuan Uni Eropa juga sebenarnya dirancang untuk menyelamatkan institusi-institusi perbankan dari negara-negara kreditur, seperti Jerman dan Perancis, yang notabene kedua negara ini adalah negara penting yang mendominasi politik dan ekonomi Uni Eropa. Dengan adanya EAP, sebagai kebijakan yang kuat dan berkelanjutan ini, diharapkan perekonomian Yunani akan lebih baik dibanding sebelumnya. Oleh karena itu, untuk mengimplementasikan program ini dan mencapai tujuan, segala elemen kebijakan fiskal, finansial, dan struktural akan digunakan. Dalam hal
4 184 reformasi kebijakan fiskal, pengaturan pemasukan dan pengeluaran menjadi penopang dari langkah untuk memperbaiki fiskal dan merestorasi daya saing, termasuk di dalamnya adalah menaikkan berbagai pajak dan mengurangi dana jaminan sosial. Dalam reformasi kebijakan finansial, pemerintah Yunani mendirikan badan independen Financial Stability Fund di bawah koordinasi langsung dengan Troika. Dalam hal kebijakan struktural, pemerintah Yunani berusaha untuk memodernisasi administrasi publik, memperkuat pasar tenaga kerja dan kebijakan pendapatan, memperbaiki lingkungan bisnis dan mendorong pasar yang kompetitif, serta memanajemen ulang badan usaha milik negara. Implementasi EAP bagi Yunani seperti pisau bermata dua. Implementasi EAP tentunya memberikan implikasi pada Yunani, baik itu implikasi positif dan negatif, khususnya pada aspek ekonomi, sosial, dan politik. Implikasi positif dari implementasi EAP adalah peningkatan pada pendapatan pemerintah dan pengurangan pada pengeluaran pemerintah. Di bawah tekanan pengawasan Uni Eropa dalam pengimplementasian EAP, Yunani dituntut untuk mereformasi sistem perekonomiannya, khususnya instrumen kebijakan fiskalnya, termasuk di dalamnya mengontrol anggaran negara. Reformasi yang dilakukan berhasil membuat perekonomian Yunani semakin kompetitif untuk menarik investasi asing di segala sektor. Permintaan akan ekspor juga mulai meningkat akibat reformasi sektor industri dan non-industri. Hasil lain yang bisa diukur secara tangible dari implementasi EAP adalah perbaikan pada sistem pajak untuk mengurangi praktik penghindaran pajak.
5 185 Akan tetapi, jika dibandingkan dengan implikasi positifnya, implikasi negatif dari implementasi EAP jauh lebih banyak. Implikasi negatif dari EAP yang paling dirasakan oleh masyarakat Yunani adalah meningkatnya tingkat pengangguran. Untuk mengurangi pengeluaran di sektor publik dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas sesuai dengan standar EAP, maka pemerintah Yunani melalukan pemangkasan besar-besaran terkait jumlah pegawai di sektor publik, sehingga mendorong tingginya tingkat pengangguran. Tidak hanya berdampak bagi mereka yang kehilangan lapangan pekerjaan, implementasi EAP juga berdampak pada mereka yang masih memiliki pekerjaan. Akibat implementasi EAP, terjadi pemotongan upah pegawai sektor publik sebesar 20-30%. Tak hanya upah, dana pensiun juga dipotong per bulannya oleh pemerintah. Selain itu, sebagai implemnetasi dari EAP, terjadi kenaikan berbagai jenis pajak tidak langsung seperti pajak nilai tambah, pajak konsumsi untuk bahan bakar, rokok, dan alkohol, serta pajak pendapatan. Pemangkasan jumlah tenaga kerja, pemotongan upah dan dana pensiun, kenaikan pajak bagi masyarakat golongan pendapatan rendah dan menengah, pengurangan jaminan sosial, berhasil memndorong masyarakat Yunani jatuh ke dalam lubang kemiskinan dan termarjinalkan secara ekonomi dan sosial. Sebagai bentuk menentang implementasi EAP, muncul kelompok masyarakat yang menentang pemerintah dan terjadi banyak demonstrasi dan kerusuhan. Menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah juga dapat dilihat pemilihan legislatif yang terjadi di tahun Jumlah rakyat yang menggunakan suaranya berkurang jika dibandingkan dengan pemilihan legislatif yang diselenggarakan pada tahun 2009.
6 186 Interaksi yang terjadi antara Pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam penanganan sovereign debt crisis ternyata tidak hanya berimplikasi pada aspek ekonomi dan sosial Yunani, melainkan juga berimplikasi pada aspek politik Yunani. Puncak dari implikasi yang terjadi bisa dilihat melalui menangnya New Democracy, yang notabene partai pro-uni Eropa, dalam pemilihan legislatif Yunani yang dilaksanakan pada 17 Juni Implementasi EAP menempatkan Yunani pada posisi debitur dan Uni Eropa pada posisi kreditur. Pada kondisi sovereign debt crisis yang seperti dialami Yunani, kreditur secara tidak langsung mampu mengontrol debitur. Pada posisi kreditur, apabila debitur tidak melakukan hal yang dilakukan oleh kreditur, maka kreditur bisa memberikan ancaman kepada debitur. Uni Eropa tentunya menginginkan Yunani tetap berada dalam EAP seperti kesepakatan karena Uni Eropa memiliki berbagai kepentingan. Apabila pemerintah Yunani yang baru menentang EAP, maka Uni Eropa dapat mengancam untuk tidak membantu perekonomian Yunani lagi dan bahkan bisa mengeluarkan Yunani dari Eurozone karena Uni Eropa memiliki kekuatan sebagai kreditur. Melihat dari implementasi EAP sebagai bentuk interaksi nyata antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa sebagai Economic and Monetary Union dalam menangani sovereign debt crisis Yunani beserta implikasinya, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, pelaksanaan kebijakan ekonomi yang diambil oleh Uni Eropa, bahkan kebijakan untuk menyelamatkan Yunani, banyak diwarnai dengan berbagai kepentingan, khususnya kepentingan negara-negara besar yang juga berperan sebagai negara kreditur, yaitu Jerman dan Perancis.
7 187 Kebijakan moneter yang diambil oleh Uni Eropa, dalam hal ini adalah ECB, lebih banyak memberi keuntungan kepada Jerman dan negara besar lainnya daripada negara periferi. Akibatnya, Yunani sebagai negara periferi juga terkena dampak negatif dari kebijakan yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Uni Eropa juga menjadi salah satu faktor penyebab sovereign debt crisis Yunani dan kebijakan yang diambil oleh Uni Eropa dalam usaha menyelamatkan perekonomian Yunani melalui implementasi EAP justru memberikan berbagai implikasi negatif pada perekonomian Yunani. Implementasi EAP, tanpa memperbaiki produktivitas dan komeptivitas, khususnya sektor publik Yunani justru tidak efektif dalam mengatasi krisis yang terjadi. Peneliti melihat EAP pada akhirnya justru hanya berusaha untuk menyelamatkan negara-negara anggota Uni Eropa yang menjadi kreditur daripada untuk menyelamatkan Yunani. Yunani dipaksa untuk terus berhutang demi menutup hutang-hutang sebelumnya dan dipaksa untuk menekan anggaran yang pada akhirnya menyengsarakan masyarakat Yunani, tapi tidak diberikan kesempatan untuk memperbaiki akar masalah dari krisis yang terjadi, yaitu produktivitas dan kompetivitas di pasar internasional. Hal ini terjadi karena adanya sistem tunggal yang diberlakukan oleh Uni Eropa. Pada akhirnya, Yunani tetap akan menjadi klien atau bahkan budak dari Uni Eropa, karena semakin diperas oleh Uni Eropa. Peneliti juga melihat bahwa integrasi ekonomi dan moneter yang sehat di Eropa tidak akan tercapai tanpa adanya sinkronisasi kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter tunggal tidak dapat mengimbangi kondisi fiskal yang berbeda-beda di setiap negara. Kebijakan moneter tunggal yang pada
8 188 dasarnya diciptakan disesuaikan untuk kondisi perekonomian negara besar dengan kebijakan fiskal yang kuat tidak akan pernah sesuai dengan kondisi perekonomian negara dengan kebijakan fiskal lemah seperti Yunani. Peneliti juga melihat bahwa kebijakan ekonomi Eropa sebenarnya lemah, karena kebijakan yang diambil dan harus diterapkan oleh negara anggota hanya berfungsi untuk mendorong pertumbuhan, tetapi tidak memberikan solusi bagi negara anggota ketika menghadapi kemerosotan ekonomi dan tekanan akibat resesi. Kembali lagi, sistem ekonomi yang diterapkan oleh Uni Eropa secara eksplisit memanjakan negaranegara-negara anggotanya dengan memberikan berbagai kemudahan akses, tapi secara implisit mematikan produktivas dan kompetivitas, karena yang diciptakan atau diskenariokan untuk menjadikan produktif hanya negara-negara besar, khususnya Jerman. Pada akhirnya, bagi pemerintah Yunani dan Uni Eropa harus melalui proses yang panjang dan waktu yang tidak singkat untuk mengatasi sovereign debt crisis yang terjadi di Yunani serta mencari solusi atas implikasi negatif yang sudah terjadi akibat implementasi EAP. Peneliti melihat dalam implementasi EAP, pemerintah Yunani dan Uni Eropa berusaha melakukan berbagai hal dalam waktu yang singkat untuk mengatasi krisis. Hal ini sebenarnya tidak salah, mengingat dampak krisis yang terjadi sudah menjalar ke negara-negara lain, seperti Portugal, Irlandia, dan Spanyol. Akan tetapi, peneliti melihat bahwa pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam implementasi EAP hanya melihat sisi besarnya saja yaitu untuk meminimalisasi efek contagion, tanpa melihat sisi kecilnya yang akhirnya yang paling terkena dampak negatif dari implementasi EAP adalah masyarakat Yunani.
9 189 Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dalam mengatasi sovereign debt crisis maupun implikasi yang terjadi. Sovereign debt crisis yang terjadi dan usaha untuk mengatasinya dapat menjadi pembelajaran tersendiri, baik bagi Yunani maupun Uni Eropa. Bagi Yunani, krisis yang terjadi dapat menjadi pembelajaran agar lebih berhati-hati dalam menerapkan kebijakan fiskalnya, khususnya terkait penggunaan anggaran dan lebih berusaha untuk kompetitif dalam perekonomian agar tidak terbelakang dari negara-negara anggota Uni Eropa, khususnya Eurozone, yang lain. Bagi Uni Eropa, terjadinya sovereign debt crisis tentunya menjadi kejutan tersendiri.. Apabila Uni Eropa tidak mampu mengatasi krisis Yunani, bagaimana mungkin Uni Eropa dapat mampu mengatasi krisis-krisis lain yang terjadi di Portugal, Irlandia, Italia, dan Spanyol? Sovereign debt crisis Yunani tentunya menyadarkan Uni Eropa aja saja yang menjadi kelemahan di dalam sistemnya dan bagaimana untuk memperbaiki kelemahan tersebut dan meningkatkan fungsi Uni Eropa sendiri sebagai Economic and Monetary Union terbesar di dunia. Menurut peneliti, opsi Yunani untuk keluar dari Eurozone sebagai solusi untuk mengatasi krisis bukan solusi yang baik dan tidak menguntungkan baik bagi Yunani maupun Uni Eropa. Kembali ke mata uang drachma dan melakukan devaluasi belum tentu bisa membuat perekonomian membaik dan keluar dari Eurozone tentunya akan membuat bargaining position Yunani sebagai negara dengan ekonomi terlemah akan lebih memburuk lagi di kawasan Eropa. Bagi Uni Eropa, keluarnya yunani dari Eurozone akan mengancam reputasi dan integrasi Uni Eropa. Dalam ekonomi, krisis adalah hal yang wajar dan menjadi salah satu bagian dari
10 190 dinamika perekonomian. Namun yang terpenting adalah bagaimana mengatasi krisis tersebut dan menciptakan perekonomian yang lebih baik lagi dibanding masa sebelum terjadinya krisis. 5.2 Saran Dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti. Dalam menangani krisis, sebaiknya negara-negara besar anggota Uni Eropa, mengesampingkan kepentingannya terlebih dahulu dan berfokus pada pengambilan kebijakan dan tindakan yang efektif dan efisien dalam mengatasi krisis yang sudah terjadi dan meminimalisasi dampak negatif yang diesebabkan oleh krisis. ECB sebagai ujung tombak perekonomian Eurozone sebaiknya dibebaskan dari kepentingan politik dan ekonomi segelintir negara anggota. Uni Eropa perlu menciptakan sinkronisasi kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal untuk menciptakan integrasi ekonomi dan moneter yang sehat. Kebijakan moneter tunggal jangan hanya disesuaikan untuk kondisi perekonomian negara besar dengan kebijakan fiskal yang kuat, melainkan juga perlu menyesuaikan dengan kondisi perekonomian negara dengan kebijakan fiskal lemah seperti Yunani. Uni Eropa perlu segera memperbaiki sistem ekonominya, termasuk memberi solusi bagi negara anggota ketika menghadapi kemerosotan ekonomi dan tekanan akibat resesi. Uni Eropa juga perlu memaksimalisasi fungsi sistem dan mekanisme yang sudah ada, seperti Stability and Growth Pact (SGP), European Financial Stabilisation Mechanism (EFSM), European Financial stability Facility (EFSF),
11 191 European Stability Mechanism (ESM). Uni Eropa juga harus lebih tegas dalam menindak negara-negara anggotanya yang melanggar batas stabilitas dan jangan pilih kasih. Negara pertama yang melanggar SGP sebenarnya adalah Jerman, lalu disusul Perancis, dan akhirnya tindakan kedua negara tersebt ditiru oleh negaranegara periferi anggota Eurozone karena negara-negara periferi melihat bahwa tidak ada sanksi tegas ketika melanggar SGP, akibatnya muncul lah krisis berkepanjangan seperti saat ini. Uni Eropa juga sebaiknya tidak tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan terkait penanganan krisis saat ini. Dalam kondisi saat ini, krisis yang terjadi tidak hanya satu di Yunani, melainkan lebih dari satu, yaitu krisis yang terjadi di Irlandia, Portugal, Italia, dan Spanyol. Kebijakan yang diambil oleh Uni Eropa dalam menangani krisis Yunani akan berpengaruh terhadap krisis yang terjadi di Irlandia, Portugal, Italia, dan Spanyol. Uni Eropa harus berhati-hati dan cermat dalam mengambil kebijakan karena kebijakan yang diambil akan memengaruhi masa depan Uni Eropa sendiri. Bagi pemerintah Yunani, pemerintah Yunani juga sebaiknya memerhatikan kesejahteraan masyarakat dalam mengimplementasi EAP karena yang paling merasakan implikasi negatif dari austerity measures yang diambil oleh pemerintah adalah masyarakat Yunani. Padahal yang menyebabkan krisis sebenarnya adalah kegagalan pemerintah dalam memanajemen anggaran dan ketidaktransparanan. Hal yang pertama kali perlu dilakukan adalah memperbaiki produktivitas dan kompetivitas produk, baik itu barang dan jasa Yunani di pasar komoditas internasional untuk mendorong meningkatnya pendapatan tanpa perlu mengorbankan kondisi perekonomian dan kesejahteraan domestik. Letak
12 192 geografis Yunani yang berada di dataran selatan Eropa dan dekat dengan Mediterania membuat Yunani dianugerahi kekayaan dan tingkat kesuburan tanah yang membuat produk agrikultur Yunani unggul. Selain itu, pariwisata Yuanni juga dapat ditingkatkan untuk mendorong pendapatan tanpa harus bergantung pada Economic Adjustment Programme. Di samping mencari solusi untuk mengatasi krisis, sebaiknya pemerintah Yunani juga mencari solusi untuk memberantas korupsi yang sudah mengakar dan membudaya di Yunani, karena tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebab krisis yang terjadi adalah tingginya tingkat korupsi. Pemerintah yang memimpin saat ini juga diharapkan jangan hanya menyalahkan pemerintah yang berkuasa sebelumnya yang menyebabkan hutang membengkak, melainkan berusaha membuka lembaran baru untuk menyelesaikan krisis yang terjadi. Koalisi partai politik yang ada dalam pemerintahan yang saat ini berkuasa juga diharapkan dapat berfungsi dengan baik dan mengesampingkan kepentingan partainya dahulu demi memfokuskan diri pada kolaborasi untuk mengatasi krisis. Masyarakat Yunani juga jangan hanya menyalahkan pemerintah, namun juga harus berbenah diri dan mendukung dan mengontrol usaha yang diambil pemerintah. Masyarakat Yunani diharapkan semakin sadar untuk membayar pajak dan menghentikan budaya menghindari pembayaran pajak. Reformasi mikroekonomi melalui masyarakat merupakan salah satu cara untuk mengatasi implikasi negatif baik dari krisis maupun implementasi EAP. Apabila sebelumnya, masyarakat Yunani mayoritas bekerja sektor publik, alangkah baiknya jika kegiatan wirausaha ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Krisis yang terjadi di Yunani juga diharapkan
13 193 memberikan pelajaran positif bagi pemerintah dan masyarakat negara lain, termasuk Indonesia. Bagi ASEAN dan organisasi regional lainnya yang sedang berusaha untuk mencapai bentuk EMU, terjadinya krisis yang terjadi di Eropa, khususnya krisis yang terjadi di Yunani ini, tentunya menjadi pembelajaran tersendiri. Tentunya setiap hal memiliki sisi positif dan sisi negatifnya sendiri, termasuk kebijakan untuk membentuk sistem ekonomi tunggal. Meskipun krisis yang terjadi dirasa sebagai sisi negatif dari sistem ekonomi tunggal, akan tetapi tentunya masih ada hal-hal positif lainnya yang dirasakan oleh negara-negara anggota Eurozone dari sistem ekonomi tunggal. Hal-hal ini yang harus dipikirkan oleh ASEAN maupun organisasi regional lainnya yang memiliki cita-cita untuk mengadopsi sistem ekonomi tunggal. Hal yang terpenting adalah bagaimana mengkoordinasi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dari seluruh negara anggota dan menyiapkan mekanisme cepat tanggap dalam mengatasi krisis, agar ketika krisis terjadi tidak menyebabkan efek contagion. Mengingat adanya kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini, maka peneliti menyarankan kepada akademisi atau peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian pada topik ini agar dapat melakukan pengembangan penelitian yang lebih komprehensif. Sovereign debt crisis Yunani ini sangat lah kompleks dan sampai saat ini masih berlangsung, oleh karena itu dengan adanya penelitian baru yang jauh lebih mendalam diharapkan dapat membantu pemahaman masyarakat terkait topik sovereign debt crisis Yunani ini, khususnya bagaimana interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang
149 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang yang membengkak. Secara ekonomi, sebelum bergabung dengan Eurozone pemerintah Yunani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjaga kestabilan kawasan, baik itu secara ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjaga kestabilan kawasan, baik itu secara ekonomi maupun politik, negara-negara memutuskan untuk berintegrasi dalam suatu organisasi regional. Bentuk
Lebih terperinciPERAN UNI EROPA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI YUNANI ( )
NAMA : AINUL ICHSAN NIM : 20090510133 PERAN UNI EROPA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI YUNANI (2008-2014) ABSTRACT As one of the largest regionalism in the world, the Eroupean Union has a duty to provide
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Setelah beberapa tahun menyandang gelar Celtic Tiger, yang menggambarkan betapa
BAB V KESIMPULAN Krisis ekonomi yang melanda Irlandia merupakan batu sandungan yang cukup besar. Setelah beberapa tahun menyandang gelar Celtic Tiger, yang menggambarkan betapa hebatnya perekonomian di
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Uni Eropa dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Yunani
102 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Uni Eropa dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Yunani Menilik masalah yang dihadapi Yunani seperti yang dijelaskan di BAB III mengenai Krisis Ekonomi
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak
BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program
Lebih terperinciDAFTAR SINGKATAN. xii
DAFTAR SINGKATAN APEC ASEAN EC ECB ECOFIN EFSM EMU EU GDP IDA IMF MoU NAFTA TFEU UE : Asia-Pacific Economic Cooperation : Association of Southeast Asian Nations : European Commission : European Central
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari pengeluaran dalam negeri, anggaran belanja negara, hingga faktor-faktor
BAB I PENDAHULUAN Tidak banyak negara yang bisa mempertahankan perekonomiannya tanpa berhutang kepada negara lain atau pihak lain seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank, dll. Sebuah negara
Lebih terperinciProspek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan
Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,
Lebih terperinciMemahami Krisis Yunani. Oleh: Nicholas Cachanosky
Memahami Krisis Yunani Oleh: Nicholas Cachanosky Pada saat saya menulis baris ini; sudah hampir pasti bahwa Yunani akan gagal membayar hutangnya hari ini, 30 Juni. Apa yang menuntun kepada situasi malapetaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh
Lebih terperinciBAB IV SKEMA BANTUAN UNI EROPA TERHADAP YUNANI
BAB IV SKEMA BANTUAN UNI EROPA TERHADAP YUNANI Krisis finansial yang terjadi di Yunani juga dipengaruhi oleh krisis finansial global yang berpengaruh pada sistem finansial negara-negara zona euro terutama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Ini didukung dengan kekuatan hubungan internasional telah berubah
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Integrasi negara-negara Eropa yang berujung pada pembentukan Uni Eropa memiliki motif ekonomi yang sangat signifikan. Motif ekonomi integrasi di Eropa ini adalah
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk yang sejahtera merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam proses pembangunan suatu negara. Knowles (1993) menyatakan bahwa kepuasan dengan tercapainya kebutuhan dasar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. bergabung dengan Uni Eropa, dalam memperoleh keanggotaan sebagai pengguna mata
BAB V KESIMPULAN Yunani merupakan salah satu negara anggota Uni Eropa dan juga pengguna mata uang tunggal euro. Yunani menjadi anggota resmi Uni Eropa pada tahun 1981 dan menjadi salah satu negara yang
Lebih terperinciPengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN
Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak
Lebih terperinciKRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA
KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian
Lebih terperinciSEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999
SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1997-2 1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1997-1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan sebagai signal bahwa pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengumuman pembagian dividen oleh suatu perusahaan merupakan signal bagi pemegang saham. Pada dasarnya antara manajer dengan pemegang saham memiliki informasi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Keterbukaan Indonesia terhadap modal asing baik
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara membangun yang perekonomiannya masih bersifat terbuka, yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Cairns Group adalah sebuah koalisi campuran antara negara maju dan negara berkembang yang merasa kepentingannya sebagai pengekspor komoditas pertanian selain dua kubu besar
Lebih terperinciPresented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian
Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciFokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global
Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang melanda sebagian besar negara di kawasan Eropa dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya sendi-sendi perekonomian
Lebih terperinciJURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Disusun oleh: Nama : Nida Usanah Prodi : Pendidikan Akuntansi B NIM : 7101413170 JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciBab III. Krisis Ekonomi Yunani. kelabakan dalam mengimbangi negara-negara anggota Uni Eropa lainnya. Ketika
Bab III Krisis Ekonomi Yunani Terkuaknya fakta bahwa data-data ekonomi yang memuluskan langkah Yunani menjadi bagian dari zona euro adalah semua hasil rekayasa membuat Yunani kelabakan dalam mengimbangi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciEconomic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)
Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi
Lebih terperinciJurusan Ilmu Hubungan Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT UNI EROPA DALAM USAHA PERBAIKAN EKONOMI DAN POLITIK DI YUNANI RESUME SKRIPSI Oleh Rizky Musafir 151 060 106 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan
Lebih terperinciProspek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016
Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna mendukung kebutuhan akan finansial yang juga semakin beragam ditengah tumbuh dan berkembangnya perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global dan kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi, infrastruktur,
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa
BAB VI PENUTUP Mengangkat kebijakan ekonomi Ronald Reagan dalam proses pemikiran pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa kepemimpinannya sebagai presiden. Reagan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia pada dekade terakhir menunjukkan perkembangan yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak negara yang
Lebih terperinciPerekonomian Suatu Negara
Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediately institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian. Sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan
Lebih terperinciPerekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi
Modul ke: 04Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1 MANAJEMEN Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia Periode Revormasi Krisis ekonomi di Indonesia Fundamental ekonomi nasional pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciAndri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia
Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada
Lebih terperinciPelaksanaan Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lender Of The Last Resort Dalam Stabilitas Sistem Keuangan Oleh: Muhammad Yusuf Sihite *
Pelaksanaan Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lender Of The Last Resort Dalam Stabilitas Sistem Keuangan Oleh: Muhammad Yusuf Sihite * Naskah diterima: 2 Februari 2016; disetujui: 4 Februari 2016 A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada konteks ekonomi makro, tolak ukur keberhasilan perekonomian suatu daerah antara lain adalah Pendapatan daerah, tingkat kesempatan kerja dan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang
134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya
Lebih terperinciBAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA
BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA Dalam bab IV ini penulis akan menguraikan terkait dengan pilihan Rakyat Inggris terhadap keputusan keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa.
Lebih terperinciSURVEI PERSEPSI PASAR
1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja
Lebih terperinciEkonomi 2009: Perlu langkah-langkah Baru
Ekonomi 2009: Perlu langkah-langkah Baru Yoke Muelgini** Senin, 19 Januari 2009 SELAIN bagaimana menyiapkan kado agenda pemilu dalam pesta demokrasi 2009, tantangan besar yang mengancam sepanjang 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam membangun perekonomian sebuah negara karena bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi
Lebih terperinciKeuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara
Keuangan Negara dan Perpajakan Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA SUMBER PENERIMAAN Pajak Retribusi Keuntungan BUMN/BUMD
Lebih terperinciNOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA
NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri
Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
Lebih terperinciArsitektur Keuangan Internasional: Peningkatan Kapasitas Pendanaan IMF Dalam Mengatasi Krisis Keuangan Global
Arsitektur Keuangan Internasional: Peningkatan Kapasitas Pendanaan IMF Dalam Mengatasi Krisis Keuangan Global Irfa Ampri 1 Pendahuluan Krisis ekonomi global dan kawasan menunjukkan trend yang semakin sering
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Hal mendasar dalam perencanaan pembangunan tahunan adalah kemampuannya dalam memproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju
Lebih terperinciSEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode
SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1999-2005 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1999-2 2005 2. Arah Kebijakan 1999-2005 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1999-2005
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciBAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Kerangka Ekonomi Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah merupakan kerangka implementatif atas pelaksanaan RKPD Kabupaten Sijunjung Tahun
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)
Lebih terperinciMengukur risiko ekonomi di negara anggota G20
Mengukur risiko ekonomi di negara anggota G20 Syurkani Ishak Kasim 1 Pendahuluan Krisis ekonomi dan keuangan global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kerugian yang besar bagi
Lebih terperinciekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami fungsi serta peranan
Lebih terperinciAnalisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka
71 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. G20 bukan merupakan lembaga atau organisasi
Lebih terperinciPrediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%
1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010
PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,
Lebih terperinciBAB III KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA
BAB III KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA Pada bab ini akan menjelaskan secara singkat tentang krisis yunani, dan faktorfaktor major penyebab adanya krisis yunani. Faktor-faktor tersebut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap
BAB V KESIMPULAN Pada Pemilihan di Yunani lalu, kampanye formal berlangsung pendek dan dimulai pada awal Januari, yang dilakukan segera setelah dua pihak berkuasa gagal memiliki kandidat untuk upacara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam menggunakan pinjaman baik dari dalam maupun dari luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi. Hal ini dilakukan
Lebih terperinciSebuah Pemulihan yang Menguat
Sebuah Pemulihan yang Menguat By Maurice Obstfeld 24 Juli, 2017 Pemulihan global berada pada pijakan lebih teguh, dengan revisi keatas pertumbuhan Jepang, kawasan euro, Tiongkok, serta untuk negara ekonomi
Lebih terperinci