KELENTURAN ATRIOVENTRIKULAR PADA STENOSIS MITRAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELENTURAN ATRIOVENTRIKULAR PADA STENOSIS MITRAL"

Transkripsi

1 KELENTURAN ATRIOVENTRIKULAR PADA STENOSIS MITRAL Nurkhalis Abstrak. Pada pasien Stenosis Mitral terjadinya peningkatan tekanan arteri pulmonal dan berat-ringannya gambaran klinis yang muncul tidak selalu berkaitan dengan area efektif katup mitral yang mengalami stenosis dan perbedaan tekanan transmitral tetapi dari beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa net kelenturan atrioventrikular (Cn) juga sangat mempengaruhi. Kelenturan atrium menjadi penyangga ( buffer) terhadap perubahan tekanan di atrium selama siklus jantung. Pasien dengan net kelenturan atrioventrikular yang rendah (< 4 ml/mmhg) memiliki tekanan sistolik arteri pulmonal yang lebih tinggi. (JKS 2015; 3: ) Kata Kunci : Stenosis mitral, kelenturan atrioventrikular Abstract. The severity of symptom and increasing of pulmonary arterial pressure in patients with mitral stenosis not only depent on mitral valve area and mitral valve gradients but also influenced by atrioventricular compliance. Atrial compliance can be buffer for alteration of intra atrial pressure. Systolic pulmonary arterial pressure in patients with atrioventricular compliance less than 4 mm/mmhg is higher than another. (JKS 2015; 3: ) Keywords: Mitral stenosis, atrioventricular compliance Pendahuluan 1 Stenosis mitral (SM) saat ini masih merupakan kelainan katup yang cukup sering ditemui terutama di negara-negara berkembang yang sebagian besar akibat demam reumatik, yang diawali dengan radang tenggorokan yang disebabkan oleh kuman streptokokkus hemolitikus group A yang selanjutnya akan menimbulkan respon inflamasi sistemik termasuk didaerah katup. Respon inflamasi kemudian menimbulkan kerusakan hingga terjadi stenosis katup mitral. Insiden demam reumatik akut di Negara-negara berkembang diperkirakan sekitar 50 sampai 200 / per tahun 1, dimana serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 6 sampai 15 tahun 1. Kondisi predisposisi yang mempengaruhi terjadinya endemi dan tingginya angka transmisi dari streptokokkus group A berupa perumahan yang padat, buruknya Nurkhalis adalah Dosen Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh higiene individu dan masyarakat, sulitnya mendapatkan layanan kesehatan yang baik, dan pada beberapa keadaan infeksi kulit yang luas dan infeksi scabies turut mempengaruhi. 1 Stenosis mitral (SM) merupakan suatu obstruksi terhadap jalan masuk ke ventrikel kiri akibat abnormalitas struktural apparatus katup mitral yang mencegah pembukaan katub secara penuh selama masa pengisian diastolik ventrikel kiri. 2 Abnormalitas patofisiologi primer pada SM adalah obstruksi mekanik pada tingkat katup mitral. Adapun yang sekunder berupa efek peningkatan perbedaan tekanan transmitral terhadap atrium kiri dan vaskular pulmonal. Obstruksi pada katup mitral menyebabkan peningkatan perbedaan tekanan diastolik antara atrium kiri dan ventrikel kiri. 3,4 Pada pasien SM, terjadinya peningkatan tekanan arteri pulmonal (hipertensi pulmonal) dan berat ringannya gambaran klinis yang muncul tidak selalu berkaitan dengan area efektif katup mitral yang mengalami stenosis dan perbedaan tekanan 168

2 JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 3 Desember 2015 transmitral tetapi dari beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa net kelenturan atrioventrikular (Cn) juga sangat mempengaruhi. 5-8 Net kelenturan atrioventrikular menunjukkan karakteristik kelenturan dari kedua ruang, atrium dan ventrikel sebagai satu kesatuan ruang. 9,10 Perubahan Atrium Kiri pada Stenosis Mitral Kombinasi kelainan katup mitral dengan inflamasi atrial yang merupakan akibat sekunder dari karditis reumatik akan mengakibatkan : 1. dilatasi atrium kiri, 2. fibrosis dinding atrium dan 3. ketidakteraturan serabut-serabut otot atrium yang menyebabkan kecepatan konduksi menjadi berbeda-beda dan periode refrakter menjadi tidak homogen sehingga mencetus terjadinya atrial fibrilasi. 11 Kelenturan atrium yang menunjukkan kekakuan atrium merupakan faktor penting yang menetukan performance sistem kardiovaskular secara keseluruhan. Kelenturan atrium kiri yang tinggi menyebabkan kapasitas aliran darah yang yang lebih besar dari vena pulmonal dan peningkatan yang lebih kecil terhadap tekanan atrium kiri. Kelenturan yang rendah menunjukkan atrium kiri menjadi lebih kaku sehingga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri yang lebih besar meskipun jumlah darah yang diterima dari vena pulmonal sama. 12 Peningkatan tekanan atrium kiri akan menyebabkan penurunan kelenturan atrium kiri dan oleh sebab itu akan menyebabkan penurunan yang lebih cepat dari aliran vena pulmonal. 13 Young-Guk Ko dkk membuktikan bahwa pada SM murni dengan irama sinus, faktor-faktor yang menentukan tekanan di atrium kiri adalah: area katup mitral yang lebih kecil, tekanan transmitral yang lebih besar dan kelenturan atrium kiri yang lebih rendah. 14 Lebih dari setengah proses pengisisan ventrikel terjadi selama periode diastolik sebelum kontraksi atrium. Jika kelenturan atrium rendah maka tekanan rata-rata atrium menjadi lebih besar. Namun, tekanan rata-rata atrium selama periode pengisian ventrikel, yang digunakan sebagai sumber tekanan efektif saat pengisian ventrikel, lebih kecil sehingga pengisian berkurang dan volume ventrikel saat akhir diastolik menjadi lebih kecil. Ditambah lagi dengan aliran balik vena menuju atrium menjadi berkurang akibat tingginya tekanan rata-rata di atrium. Sebaliknya, jika kelenturan atriumnya besar maka perbedaan tekanan atrium kecil dan tekanan rata rata atrium selama pengisian ventrikel dipertahankan pada level yang relatif tinggi. Dengan demikian kelenturan atrium menjadi penyangga (buffer) terhadap perubahan tekanan di atrium selama siklus jantung dan perubahan aliran balik vena yang mengalir mengisi ventrikel secara intermittent. 15 Perubahan Ventrikel Kiri pada Stenosis Mitral Meskipun tekanan di atrium kiri meningkat, pengisian ventrikel kiri (volume akhir diastolik) akan sangat berkurang. Kurva tekanan volume ventrikel kiri saat diastolik akan bergeser ke kiri akibat volume ventrikel yang rendah. Penurunan pengisian ventrikel (penurunan preload) tersebut akan menurunkan vulome sekuncup ( stroke volume) melalui mekanisme Frank- Starling. Jika penurunan volume sekuncup ini cukup berarti akan memyebabkan pula penurunan curah jantung sehingga tekanan aorta juga akan menurun. 16 Pola pengisian ventrikel kiri saat fase diastolik menunjukkan derajat obtruksi katup mitral. Fase pengisian diastolik awal menjadi memanjang dengan peningkatan volume ventrikuler yang lambat. Adanya fibrilasi atrium akan ikut mempengaruhi fase pengisian diastolik dengan hilangnya efektifitas kontraksi atrium sehingga fraksi pengisian atrium menjadi hilang. Kerusakan lebih lanjut dari fase pengisian diastolik disebabkan oleh abnormalitas 169

3 Nurkhalis, Kelenturan Atrioventrikular pada Stenosis Mitral geometri ventrikel kiri yang berkaitan dengan volume overload (seperti regurgitasi trikuspid) atau pressure overload (seperti hipertensi pulmonal) pada ventrikel kanan. Peningkatan tekanan dan volume saat pengisian diastolik ventrikel kanan menyebabkan septum condong ke kiri dan mengubah gerakan septum sehingga mengganggu pengisian diastolik ventrikel kiri. Sekitar 85 % pasien dengan SM murni, volume akhir diastolik ventrikel kiri masih dalam rentang normal, sisanya menunjukkan penurunan. Tekanan diastolik ventrikel kiri biasanya normal pada pasien dengan SM murni, namun bila disertai dengan adanya regurgitasi mitral, lesi katup aorta, hipertensi sistemik, penyakit jantung iskemik dan kardiomiopati, maka semua itu akan meningkatkan tekanan diastolik ventrikel kiri. Pergeseran septum interventrikel yang condong kekiri sebagai akibat pengisian awal ventrikel kanan yang lebih cepat ikut mempengaruhi penurunan kelenturan ventrikel kiri. Meskipun Cn tidak sebanding dengan kelenturan atrium, namun pada SM sangat dipengaruhi oleh kelenturan atrium. Secara teoritis, hipertensi pulmonal sekunder akibat kelenturan atrium yang rendah akan dapat memperburuk kelenturan ventrikuler (akibat hubungan interdependence ventrikuler) yang selanjutnya akan mengurangi Cn. 2,17-18 Pengukuran Net Kelenturan Atrioventrikular dan Faktor Yang Mempengaruhinya Tekanan di atrium kiri dipengaruhi oleh kelenturan atrium dan ventrikel kiri (Ca dan Cv). Kedua parameter tersebut tidak dapat diukur secara langsung dengan metode non invasif. Namun karena hubungan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri menyerupai 2 kapasitor yang dirangkai secara seri, maka nilai kelenturan dari kedua ruang jantung tersebut dapat dikombinasi sebagai net kelenturan atrioventrikular (Cn) yang dapat dihitung secara non invasif. Flachskamf dkk yang menyatakan bahwa besarnya Cn dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 5,6,8-10 : Cn = 1270 (MVA/E-wave downslope) Dimana Cn dinyatakan dalam cm 3 /mm Hg (ml/mm Hg) jika MVA diukur dalam cm 2 dan E-wave downslope dalam cm/s 2. E- wave downslope = E dv / dt. 18 Ehud Schwamm ent hal d kk yang membandingkan nilai Cn yang diukur secara invasif dengan yang dilakukan secara Doppler ekokardiografi menunjukkan hasil yang sebanding. Besarnya Cn tidak adanya korelasi dengan ukuran atrium kiri. Kelenturan atrium tidak dapat diperkirakan berdasarkan ukuran atrium tersebut, karena diperlukan informasi tentang volume dan tekanan. 10 Sudhayakumar dkk menunjukkan bahwa penurunan kelenturan atrium kiri sejalan dengan penurunan MVA, peningkatan area atrium kiri ( left atrial area / LAA), dan peningkatan gradient transmitral serta tekanan sistolik arteri pulmonal. Pada analisa regresi multiple didapatkan bahwa hanya MVA yang secara signifikan memiliki korelasi positif independent dengan kelenturan. 6 Penelitian Eui-Young Choi dkk memperlihatkan bahwa besarnya nilai net kelenturan atrioventrikular (Cn) tidak dipengaruhi oleh fibrilasi atrium yang sering dijumpai pada pasien SM. 18 E. Leistad dkk yang melakukan penelitian efek fibrilasi atrium terhadap dimensi, tekanan dan kelenturan atrium kiri dan kanan menunjukkan bahwa induksi akut fibrilasi atrium akan menyebabkan terjadi penurunan kelenturan. 19 Namun Hyung kwan kim dkk dalam penelitiannya menemukan bahwa kelenturan atrium kiri lebih tinggi pada pasien SM dengan fibrilasi atrium (FA). Karena FA merupakan predisposisi terjadinya remodeling elektrikal dan mekanikal yang 170

4 JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 3 Desember 2015 selanjutnya menyebabkan terjadinya dilatasi atrium maka kelenturan atrium kiri tentunya akan mengalami perubahan. Hyung kwan kim dkk melihat bahwa tekanan atrium kiri lebih rendah pada pasien dengan fibrilasi atrium dibandingkan dengan irama sinus pada area katup mitral yang sama. Pada fibrilasi atrium, volume atrium kiri juga lebih besar dan tidak ada hubugan yang signifikan antara volume dan rata-rata tekanan di atrium kiri,sehingga diduga kelenturan atrium kiri lebih tinggi dengan adanya fibrilasi atrium. Namun ada beberapa kelemahan pada penelitian tersebut, yakni bersifat retrospektif, tidak ada informasi tentang durasi terjadinya fibrilasi atrium dan belum dapat menjelaskan mekanisme terjadinya peningkatan kelenturan atrium kiri pada kondisi fibrilasi atrium. 20 Hipertensi Pulmonal dan Pengaruh Net Atrioventrikular Komplians Terhadap Tekanan Arteri Pulmonal Hipertensi pulmonal (HP) didasari pada peningkatan tekanan arteri pulmonal rata rata yang sama atau lebih besar dari 25 mmhg saat istirahat. 21 Seiring dengan peningkatan obstruksi katu p mitral, maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri, vena pulmonalis, dan PCWP. Peningkatan PCWP menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonalis. Rata-rata perbedaan tekanan yang melewati pulmonary bed (tekanan arteri pulmonal tekanan atrium kiri) adalah mmhg. Dengan demikian jika tekanan atrium kiri meningkat sampai 20 mmhg, maka kita dapat memperkirakan tekanan arteri pulmonalis meningkat menjadi 30 mmhg. Pada kondisi tersebut pasien telah mengalami hipertensi pulmonal, dimana tekanan normal arteri pulmonal 12 ± 2 mmhg. Namun hipertensi pulmonal yang terjadi sepenuhnya bersifat pasif berupa hipertensi pulmonal postkapiler Pada beberapa pasien, kenaikan tekanan arteri pulmonal tidak sebanding dengan peningkatan tekanan PCWP. Pada kondisi tersebut perbedaan tekanan yang melewati pulmonary bed dapat lebih besar daripada yang melalui katup mitral yang stenosis. Pada pasien yang demikian berarti telah memiliki penyakit vaskular paru berupa hipertensi pulmonal reaktif (hipertensi pulmonal prekapiler) dan mengalami mixed pulmonary hypertension (pre dan post kapiler). Pada keadaan lebih lanjut, hipertensi prekapiler akan bertambah berat sehingga terjadi peningkatan resistensi arteri pulmonal yang akan mengurangi kongesti pulmonal dan penurunan curah jantung A B C Gambar 9. A. sirkulasi pada individu dengan jantung dan hemodinamik normal. B.SM dengan hipertensi pulmonal pasif tanpa perubahan vaskular pulmonal. C.SM berat dengan perubahan sekunder vaskular pulmonal yang menimbulkan stenosis kedua pada arteriol pulmonal (hipertensi pulmonal reaktif

5 Nurkhalis, Kelenturan Atrioventrikular pada Stenosis Mitral Kelenturan atrium kiri merupakan salah satu faktor penting yang menentukan besarnya resistensi vaskular pulmonal. Besarnya tekanan yang melewati katup mitral sangat tergantung pada area katup mitral (MVA), net kelenturan atrioventrikular (Cn) dan gradient transmitral. 5,6,14,25 Schwammenthal dkk telah melaporkan bahwa Cn mempengaruhi besarnya tekanan arteri pulmonal. Thomas dan coworkers membuktikan bahwa tekanan yang melewati katup mitral yang stenosis secara langsung juga tergantung pada kelenturan atrium atau net kelenturan atrioventrikular. Net kelenturan atrioventrikular (Cn) menunjukkan karakteristik kelenturan dari kedua ruang, atrium dan ventrikel, sebagai satu unit. Jika kelenturan dari salah satu ruang normal, maka abnormalitas Cn menunjukkan adanya abnormalitas kelenturan dari ruang lainnya. Pada SM murni, tekanan diastolik atrium kiri biasanya normal, namun sekitar sepertiga dari penderita SM mengalami penurunan kelenturan atrium kiri. 8,10 Mingzhou Li dkk menunjukkan bahwa net kelenturan atrioventrikular mempengaruhi tekanan di atrium kiri dan arteri pulmonal. 5 Penelitian yang dilakukan oleh Hyung- Kwan Kim dan kawan-kawan juga menunjukkan bahwa pasien dengan net kelenturan atrioventrikular yang rendah (< 4 ml/mmhg) memiliki tekanan sistolik arteri pulmonal baik saat istirahat maupun saat aktivitas (exercise) yang lebih tinggi. 8 Pengaruh Kelenturan Atrioventrikular Terhadap Kapasitas Exercise Kapasitas exersice sangat tergantung pada beberapa faktor kardiak, seperti performance fungsi sistolik dan diastolik miokard, volume sekuncup (stroke volume/ SV) dan tekanan sistolik arteri pulmonal (spap) selama exercise. Pada stenosis mitral, peningkatan gradient transmitral akibat peningkatan tekanan atrium kiri yang selanjutnya ditransmisikan kebelakang sehingga mempengaruhi terjadinya hipertensi vena pulmonal dan akhirnya mengalami hipertensi arteri pulmonal. Hal ini diketahui menjadi mekanisme utama terjadinya intoleransi exercise dan timbulnya dispnea 8. Meskipun MVA sangat berkaitan dengan gradient transmitral, tetapi bukan suatu faktor penting yang menentukan kapasitas exercise. Disisi lain, kelenturan atrium kiri memainkan peranan penting dalam perkembangan hipertensi pulmonal karena kelenturan atrium kiri mempengaruhi transmisi gradient transmitral kebelakang. 8 Penelitian Hyung-Kwan Kim dkk yang menilai kapasitas exercise berdasarkan maximal exercise time dengan menggunakan treadmill menunjukkan bahwa pasien dengan Cn < 4 ml/mmhg memiliki kapasitas exercise yang sedikit lebih rendah dibandingkan pasien dengan Cn 4 ml/mmhg (383 ± 156 detik vs 499 ± 158 detik, P =0,18) meskipun secara statistik tidak bermakna. 8 Lamanya exercise pada pasien dengan Cn yang < 4 ml/mmhg sangat tergantung tekanan sistolik arteri pulmonal istirahat (resting spap),sebaliknya pada pasien dengan Cn 4 ml/mmhg lamanya exercise hanya tergantung pada SV exercise yang diukur pada saat exercise berlangsung (SV post exercise). Hal ini sangat mungkin disebabkan karena kelenturan atrium kiri yang lebih besar (Cn 4 ml/mmhg) dapat membantu mencegah peningkatan tekanan di atrium kiri dan tekanan sistolik arteri pulmonal meskipun terjadi peningkatan preload selama exercise. Sebagian besar pasien dengan Cn 4 ml/mmhg memiliki irama fibrilasi atrial, sehingga volume sekuncup ( stroke volume) tidak dapat meningkat secara adekuat akibat hilangnya kontribusi atrium, oleh karena itu kapasitas exercise pada pasien tersebut sangat ditentukan oleh volume sekuncup selama exercise. Pada sisi lain, Cn yang rendah akan dengan mudah menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri yang 172

6 JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 3 Desember 2015 diakibatkan oleh peningkatan beban awal (preload) selama exercise, yang selanjutnya mempengaruhi terjadinya peningkatan spap sehingga membatasi kemampuan exercise. 8 Peranan Net Kelenturan Atrioventrikular sebagai Prediktor Dilakukannya Penanganan Invasif Sebagian besar pasien SM dengan MVA < 1 cm 2 memiliki Cn yang rendah ( < 4 ml/mmhg), akan menjalani valvotomi mitral dengan balon perkutan (BMV) atau pergantian katup. Manfaat klinis dari Cn terhadap pasien SM sedang yakni Cn yang < 4 ml/mmhg dapat menjadi prediktor independent untuk dilakukannya BMV atau pergantian katup. Penelitian yang dilakukan oleh Hyung-Kwan Kim dkk menilai peranan Cn untuk memprediksi dilakukannya penanganan invasif pada pasien SM berupa valvotomi mitral dengan balon (BMV) atau pergantian katup mitral. Penemuan ini menunjukkan pentingnya Cn sebagai suatu petanda hemodinamik terhadap beratnya SM dan juga sebagai prognostikator. 8 Kesimpulan Pada pasien stenosis mitral, terjadinya peningkatan tekanan arteri pulmonal (hipertensi pulmonal) dan berat-ringannya gambaran klinis yang muncul tidak selalu berkaitan dengan area efektif katup mitral yang mengalami stenosis dan perbedaan tekanan transmitral tetapi dari beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa net kelenturan atrioventrikular (Cn) juga sangat mempengaruhi. Net AV kelenturan (Cn) menunjukkan karakteristik kelenturan dari kedua ruang, atrium dan ventrikel, sebagai satu unit. Meskipun Cn tidak sebanding dengan atrial kelenturan, namun pada SM sangat dipengaruhi oleh atrial kelenturan. Kelenturan atrium, yang menunjukkan kekakuan atrium, menjadi penyangga (buffer) terhadap perubaha n tekanan di atrium selama siklus jantung sehingga menjadi fa ktor penting yang menetukan performance sistem kardiovaskular secara keseluruhan. Terjadinya hipertensi pulmonal sekunder akibat atrial kelenturan yang rendah akan dapat memperburuk ventricular kelenturan akibat hubungan interdependence ventrikuler yang selanjutnya akan mengurangi Cn. Daftar Pustaka 1. Carapetis J R. Acute rheumatic fever. In: Warrell DA, Cox TM, Firth JD, Edward J, Benz JR, editor. Oxford Textbook of Medicine 4th edition. Oxford Press. 2003; 15; Carol P, Kathryn JG. Essentials of Pathophysiology. Lippincott Williams & Wilkins Freeman G L, Oblouk G. Valvular heart disease. In: Hemodynamic monitoring, invasive and noninvasive clinical application. Third edition. Elsevier Saunder Company. 2004; 20: Dalen JE, Alpert JS. Valvular heart disease. First edition. Little, Brown and Company Boston. 1981; 2: Li Mingzhou, Dery JP, Dumesnil JG, Boudreault JR, Jobin J, Pibarot P. Usefulness of Measuring Net Compliance atrioventrikular by Doppler Echocardiography in Patients With Stenosis mitral.the American Journal of Cardiology 2005; 3: Sudhayakumar N, Rajesh G, Anilkumar N, Khader SA, Bastian C, Jayaprakash VL,et al. An Echocardiographic Study of Net atrioventrikular compliance in Juvenile and Adult Stenosis mitral. Indian Heart J 2004; 56: Thomas JD, Newell JB, Choong CYP, Weyman AE. Physical and physiologic determinants of transmitral velocity: numerical analysis. Am J Physiol 1991; 260: H1718 H Kim HK,Kim YJ, Hwang SJ, Park JS, Chang HJ, Sohn DW, et al. Hemodynamic and Prognostic Implications of Net Compliance atrioventrikular in Patients with Stenosis mitral. Journal of the American Society of Echocardiography 2008; 5: Flachskampf F. A., Weyman A.E., Guerrero J. L., Thomas J. D.: Calculation of compliance atrioventrikular 173

7 Nurkhalis, Kelenturan Atrioventrikular pada Stenosis Mitral from the mitral flow profile: analytical and in vitro study. J Am Coll Cardiol 1992; 19: Schwammenthal E., Vered Z., Agranat O., Kaplinsky E., Rabinowitz B., Feinberg M.S.: Impact of atrioventrikular compliance on pulmonary artery pressure in stenosis mitral: an exercise echocardiographic study. Circulation 2000; Braunwald E. Valvular heart disease. In: Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, 6th ed. W. B. Saunders Company ; 46 : Kapoor A,Kumar S,Shukla A,Tewari S,Garg N, Goel P, Sinha N. Determinants of Left Atrial Pressurein Rheumatic Stenosis mitral:role of Left Atrial Compliance and "Atrial Stiffness". Indian Heart J 2004; 56: Hunderi JO, Thompson CR, Smiseth OA. Deceleration time of systolic pulmonary venous flow: a new clinical marker of left atrial pressure and compliance. J Appl Physiol 2006 ;100: Ko YG, Ha JW, Chung N, Shim WH, Kang SM, Rim SJ, et al. Effects of left atrial compliance on left atrial pressure in pure stenosis mitral. Catheter Cardiovasc Interv -2005; 52(3): Suga H. Importance of Atrial Compliance in Cardiac Performance. Circ. Res. 1974;35: Klabunde RE. Vascular function. In: Cardiovascular physiology concepts. Lippincott Williams and Wilkins. 2005; 5: Stoltz C, Bryg RJ.Stenosis mitral. In : Crawford MH. Current Diagnosis & Treatment in Cardiology 2nd Ed. McGraw-Hill/Appleton & Lange, 2002; Choi EY, Shim J, Kim SA, Shim CY, Yoon SJ, Kang SM, et al. Value of Echo- Doppler Derived Pulmonary Vascular Resistance, Net-Compliance atrioventrikular and Tricuspid Annular Velocity in Determining Exercise Capacity in Patients With Stenosis mitral. Circ J 2007; 71: Leistad E, Christensen G, Ilebekk A. Effects of atrial fibrillation on left and right atrial dimensions, pressures, and compliance. Am J Physiol Heart Circ Physiol vol 1993: Kim HK, Kim YJ, Shin JI, Hwang SJ, Jo SH, Park JS,et al. Echocardiographic and Hemodynamic Findings in Patients With Stenosis mitral Undergoing Percutaneous Mitral Commissurotomy Comparing Those With Chronic Atrial Fibrillation Versus Those With Normal Sinus Rhythm. Am J Cardiol 2007;100: Hoeper MM, Humbert MJ, Torbicki A, Vachiery JL, Barbera JA, Beghetti M.. Guidelines for the diagnosis and treatment of pulmonary hypertension.committee for practice guidelines to improve the quality of clinical practice and patient care in Europe Alpert JS, Sabik JF, Cosgrove DM. Mitral valve disease.in : Topol E, Califf RM, Isner J, editor. Textbook of Cardiovascular Medicine. Lippincott Williams & Wilkins Moraes DL, Colucci WS, Givertz MM.Secondary Pulmonary Hypertension in Chronic Heart Failure The Role of the Endothelium in Pathophysiology and Management. Circulation. 2000;102: Chemla D, Castelain V, Harve P, Lecarpentier Y, Brimioulle S. Haemodynamic evaluation of pulmonary hypertension. Eur Respir J 2002; 20: Marijon E, Jani D, Voicu S, Phalla Ou. Effect of left atrial compliance on pulmonary artery pressure: a case report. Cardiovasc Ultrasound. 2006; 4:

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. 1 Penyebab

Lebih terperinci

PERAN EKOKARDIOGRAFI DALAM PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN PENILAIAN SEVERITAS STENOSIS MITRAL. Basuki Rahmat Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

PERAN EKOKARDIOGRAFI DALAM PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN PENILAIAN SEVERITAS STENOSIS MITRAL. Basuki Rahmat Fakultas Kedokteran Universitas Mataram PERAN EKOKARDIOGRAFI DALAM PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN PENILAIAN SEVERITAS STENOSIS MITRAL Basuki Rahmat Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Abstract Mitral valve stenosis is the morbidity that is still

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi ini terjadi perubahan struktur katup mitral yang menyebabkan gangguan pembukaan, sehingga aliran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN MITRAL VALVE AREA (MVA) DENGAN HIPERTENSI PULMONAL PADA STENOSIS MITRAL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN MITRAL VALVE AREA (MVA) DENGAN HIPERTENSI PULMONAL PADA STENOSIS MITRAL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN MITRAL VALVE AREA (MVA) DENGAN HIPERTENSI PULMONAL PADA STENOSIS MITRAL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan

Lebih terperinci

Nurkhalis. Kata kunci : Stenosis mitral, kelenturan atrioventrikular, tekanan arteri pulmonal

Nurkhalis. Kata kunci : Stenosis mitral, kelenturan atrioventrikular, tekanan arteri pulmonal HUBUNGAN ANTARA KELENTURAN ATRIOVENTRIKULAR DENGAN TEKANAN ARTERI PULMONAL PRA DAN PASKA KOMISUROTOMI MITRAL TRANSVENA PERKUTAN PADA STENOSIS MITRAL BERAT Nurkhalis Abstrak. Menilai korelasi antara kelentutan

Lebih terperinci

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery Sri EndahRahayuningsih MD, PhD Pediatric Department HasanSadikin General Hospital Faculty of Medicine Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karsinoid, sistemik lupus erimatosus, reumatoid artritis, mukopolisakaridosis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karsinoid, sistemik lupus erimatosus, reumatoid artritis, mukopolisakaridosis dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stenosis mitral 2.1.1 Definisi dan etiologi stenosis mitral Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defek septum atrium (atrial septal defect) adalah defek bawaan dimana terdapat lubang pada sekat interatrial yang menghubungkan atrium kanan dan kiri sehingga aliran

Lebih terperinci

Bunyi Jantung I (BJ I)

Bunyi Jantung I (BJ I) Murmur dan gallop Murmur Murmur adalah kelainan bunyi jantung akibat tubulensi aliran darah. Tubulensi dapat terjadi karena penyempitan kritis katub, katub yang tidak berfugsi dengan baik yang menyebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MITRAL VALVE AREA (MVA) DENGAN HIPERTENSI PULMONAL PADA STENOSIS MITRAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN MITRAL VALVE AREA (MVA) DENGAN HIPERTENSI PULMONAL PADA STENOSIS MITRAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MITRAL VALVE AREA (MVA) DENGAN HIPERTENSI PULMONAL PADA STENOSIS MITRAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata 1 kedokteran

Lebih terperinci

Ekokardiografi pada Penilaian Hemodinamika Sirkulasi di Ruang Perawatan Intensif dan atau Unit Gawat Darurat Seri I : Hipotensi dan Syok

Ekokardiografi pada Penilaian Hemodinamika Sirkulasi di Ruang Perawatan Intensif dan atau Unit Gawat Darurat Seri I : Hipotensi dan Syok Forum Ekokardiografi Jurnal Kardiologi Indonesia J Kardiol Indones. 2011;32:61-65 ISSN 0126/3773 Ekokardiografi pada Penilaian Hemodinamika Sirkulasi di Ruang Perawatan Intensif dan atau Unit Gawat Darurat

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN...ii SURAT PERNYATAAN... iii PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR SINGKATAN... xvii

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK

MONITORING HEMODINAMIK MONITORING HEMODINAMIK DEFINISI Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru). Monitoring

Lebih terperinci

Mitral Stenosis. Defenisi

Mitral Stenosis. Defenisi Mitral Stenosis Stenosis mitral merupakan kasus yang sudah jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari terutama di luar negeri. Sebagaimana diketahui stenosis mitral paling sering disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

Persistence Pulmonal Hypertension After Balloon Mitral Valvuiloplasty

Persistence Pulmonal Hypertension After Balloon Mitral Valvuiloplasty Clinical Research Jurnal Kardiologi Indonesia J Kardiol Indones. 2008; 29:107-116 ISSN 0126/3773 Persistence Pulmonal Hypertension After Balloon Mitral Valvuiloplasty Irwan H Siahaan, Manoefris Kasim,

Lebih terperinci

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner Pengertian Kardiovaskuler Sistem Kardiovaskuler yaitu sistem peredaran darah di dalam tubuh. Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di dalam mediastinum di

Lebih terperinci

Tetapi berdasarkan data, 80-90% data menyatakan PPOK menjadi penyebab utama kor pulmonal.

Tetapi berdasarkan data, 80-90% data menyatakan PPOK menjadi penyebab utama kor pulmonal. I. DEFINISI Kor pulmonal sering disebut sebagai penyakit jantung paru, didefinisikan sebagai dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan akibat adanya penyakit parenkim paru atau pembuluh darah paru, dimana

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

Liza Novita Hussein, S. Ked

Liza Novita Hussein, S. Ked Author : Liza Novita Hussein, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk 0 PENDAHULUAN Latar Belakang Stenosis mitral merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis kelamin. 11,12 Poplack dan Varat menyatakan,

Lebih terperinci

PATOFISOLOGI PADA HEART FAILURE. Oleh: Dra. Fita rahmawati, Sp. FRS, Apt

PATOFISOLOGI PADA HEART FAILURE. Oleh: Dra. Fita rahmawati, Sp. FRS, Apt PATOFISOLOGI PADA HEART FAILURE Oleh: Dra. Fita rahmawati, Sp. FRS, Apt Definisi Heart failure : kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah yang cukup guna memenuhi kebutuhan tubuh (EF

Lebih terperinci

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY DEFINISI Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Jantung merupakan organ otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita karena berfungsi mengantarkan oksigen,nutrien,dan substansi lain ke jaringan dan membuang sisa metabolisme

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg)

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg) DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP RSHS BANDUNG TUGAS PENGAYAAN Oleh : Asri Rachmawati Pembimbing : dr. H. Armijn Firman, Sp.A Hari/Tanggal : September 2013 ATRESIA PULMONAL PENDAHULUAN Atresia pulmonal

Lebih terperinci

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA PENDAHULUAN Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari rekaman aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

ECHO-GUIDED HEMODYNAMIC INTERVENTION. April Retno Susilo RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

ECHO-GUIDED HEMODYNAMIC INTERVENTION. April Retno Susilo RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta ECHO-GUIDED HEMODYNAMIC INTERVENTION April Retno Susilo RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta Ekokardiografi di ICU Penggunaan echokardiografi di ICU meningkat, non-invasif Instabilitas HD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh (forward failure), atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks yang timbul akibat kelainan struktur dan atau fungsi jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel kiri dalam mengisi

Lebih terperinci

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery Sri EndahRahayuningsih MD, PhD Pediatric Department HasanSadikin General Hospital Faculty of Medicine Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jantung 2.1.1. Anatomi Jantung Jantung terletak di rongga toraks di antara paru paru. Lokasi ini dinamakan mediastinum (Scanlon, 2007). Jantung memiliki panjang kira-kira

Lebih terperinci

Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG. Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK

Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG. Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK LISTRIK JANTUNG impuls listrik dari SA node melalui atrium AV node berkas His serabut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokard disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

Predictors of mortality in severe aortic stenosis patient undergoing percutaneous aortic balloon valvuloplasty

Predictors of mortality in severe aortic stenosis patient undergoing percutaneous aortic balloon valvuloplasty Jurnal Kardiologi Indonesia J Kardiol Indones. 2010; 31:142-147 ISSN 0126/3773 Case Report Predictors of mortality in severe aortic stenosis patient undergoing percutaneous aortic balloon valvuloplasty

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT Tanggal terbit: Disahkan oleh: Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. NIP. 19760220 200212 2 001 Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi yang meningkat. Secara umum sekitar 5 10% dari pasien tersebut berkembang menjadi Hipertensi Arteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Jantung Siklus jantung terdiri dari periode relaksasi yang disebut diastol dan periode kontraksi yang disebut sistol. Diastol merupakan bagian dari siklus jantung dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H.

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H. HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H. ADAM MALIK TESIS MAGISTER Oleh ARY AGUNG PERMANA NIM : 117115004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia

sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia Author : Chaidar Warianto Publish : 31-05-2011 21:35:25 Pendahuluan Di dalam tubuh manusia, darah mengalir keseluruh bagian (organ-organ) tubuh secara terusmenerus

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS BLOK JANTUNG

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS BLOK JANTUNG Fakultas : Kedokteran Program Studi : Pendidikan Dokter Blok : Jantung Bobot : 4 SKS Semester : 4 Blok 4 Standar Kompetensi : UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS BLOK JANTUNG Mahasiswa

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA

ABSTRAK. EFEK DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA ABSTRAK EFEK DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA Reddy Nasa Halim, 2011, Pembimbing 1: Dr. Diana K Jasaputra, dr, M.Kes Pembimbing 2: Jo Suherman, dr, MS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) dan penyakit kardiovaskular sering tampak sebagai dua sisi koin. DM dianggap ekuivalen dengan penyakit jantung koroner (Maqri and Fava,

Lebih terperinci

Fernando D 1, Amelia F 1, Barus NRV 1, Kurniawan A 1, Tanoto R 1, Yuniadi Y. 2. Indonesia dan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

Fernando D 1, Amelia F 1, Barus NRV 1, Kurniawan A 1, Tanoto R 1, Yuniadi Y. 2. Indonesia dan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Laporan Kasus Berbasis Bukti (Evidence Based Case Report) Prediktor mortalitas pada pasien dengan stenosis aorta berat yang menjalani percutaneus aortic balloon valvuloplasty Fernando D 1, Amelia F 1,

Lebih terperinci

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, 2568 2577 Ferry Sofyanri Kejadian AF disebabkan oleh berbagai keadaan, salah satunya adalah pada pasienpasien

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 17 pasien DM tipe 2 dengan HbA1C < 7% (rerata usia 63,12 ± 9,38 tahun; 22,7%

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik 140 mmhg

Lebih terperinci

Patofisiologi dan Patogenesis Kardiomiopati

Patofisiologi dan Patogenesis Kardiomiopati Tinjauan Pustaka Patofisiologi dan Patogenesis Kardiomiopati William Dosen bagian Fisiologi FK UKRIDA Alamat Korespondensi: Jl Terusan Arjuna no 6 Jakarta 11510 Email: william_dr83@yahoo.com Abstrak Kardiomiopati

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Penyakit Jantung Bawaan Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular yang dibawa sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

STENOSIS MITRALIS. DEF; tidak membukanya katup mitral secara sempurna saat diastolik akibat perubahan struktur katup blok aliran darah

STENOSIS MITRALIS. DEF; tidak membukanya katup mitral secara sempurna saat diastolik akibat perubahan struktur katup blok aliran darah STENOSIS MITRALIS DEF; tidak membukanya katup mitral secara sempurna saat diastolik akibat perubahan struktur katup blok aliran darah Etio : 1. P. j. rematik ( >90) dan ± 40% GJ. Wanita>pria 2. Miksoma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

Kriteria Pembesaran Atrium Kiri Secara Elektrokardiografi

Kriteria Pembesaran Atrium Kiri Secara Elektrokardiografi Kriteria Pembesaran Atrium Kiri Secara Elektrokardiografi Abdul Gani Bagian SMF Penyakit Dalam, FK Unsyiah/ RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh akurat. Kadang-kadang kriteria sudah sensitif atau tidak

Lebih terperinci

STENOSIS AORTA. MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan kardiovaskuler Anak

STENOSIS AORTA. MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan kardiovaskuler Anak STENOSIS AORTA MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan kardiovaskuler Anak Oleh : Kelompok 6 Akram Ni Made Suryani POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM

Lebih terperinci

Profil Fungsi Distolik Ventrikel Kiri secara Ekokardiografi pada Gagal Jantung Kongestif

Profil Fungsi Distolik Ventrikel Kiri secara Ekokardiografi pada Gagal Jantung Kongestif Abdul Majid Profil Fungsi Distolik Ventrikel Kiri... Profil Fungsi Distolik Ventrikel Kiri secara Ekokardiografi pada Gagal Jantung Kongestif Abdul Majid Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

JANTUNG dan PEREDARAN DARAH. Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

JANTUNG dan PEREDARAN DARAH. Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO JANTUNG dan PEREDARAN DARAH Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan

Lebih terperinci

PENYAKIT MIOKARDIUM. Penyakit miokardium merupakan salah satu penyakit jantung perolehan

PENYAKIT MIOKARDIUM. Penyakit miokardium merupakan salah satu penyakit jantung perolehan Penyakit miokardium merupakan salah satu penyakit jantung perolehan (acquired heart disease) yang paling umum ditemukan pada anjing. Bentuk yang paling umum dari penyakit miokardium tersebut adalah kardiomiopati

Lebih terperinci

Introduction to Cardiology and Vascular Medicine. Cardiology and Vascular Medicine

Introduction to Cardiology and Vascular Medicine. Cardiology and Vascular Medicine Introduction to Cardiology and Vascular Medicine Wulan Anggrahini Department of Cardiology and Vascular Medicine Gadjah Mada University disampaikan pada 4th Biomedical Engineering Forum Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan tanda objektif adanya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya konsentrasi hemoglobin di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis kelamin. 8,9 Sedangkan literatur

Lebih terperinci

HIPERTENSI. adalah gangguan yang terjadi pada sistem peredaran darah sehingga peredaran darah menjadi diatas normal

HIPERTENSI. adalah gangguan yang terjadi pada sistem peredaran darah sehingga peredaran darah menjadi diatas normal Pengertian HIPERTENSI adalah gangguan yang terjadi pada sistem peredaran darah sehingga peredaran darah menjadi diatas normal Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung bawaan yang paling sering terjadi ialah defek septum ventrikel

Lebih terperinci

Nurcholid Umam Kurniawan

Nurcholid Umam Kurniawan Nurcholid Umam Kurniawan CHANGES IN CIRCULATIONAFTER BIRTH Shift of blood flow for gasexchange from placenta to the lungs 1.Interruption of the umbilical cord Increase of SVR Closure of ductusvenosus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekokardiografi M-Mode 2.1.1 Sejarah Ekokardiografi M-Mode Penggunaan ultrasound dalam penegakan diagnosa penyakit jantung telah ada sejak tujuh dekade terakhir, pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung

Lebih terperinci

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp FISIOLOGI PEMBULUH DARAH Kuntarti, SKp Overview Struktur & Fungsi Pembuluh Darah Menjamin keadekuatan suplay materi yg dibutuhkan jaringan tubuh, mendistribusikannya, & membuang zat sisa metabolisme Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke tertinggi di Asia. Jumlah

Lebih terperinci

Long-Term Clinical Outcome Of Balloon Mitral Valvuloplasty Based On Echocardiographic And Catheterization Criteria

Long-Term Clinical Outcome Of Balloon Mitral Valvuloplasty Based On Echocardiographic And Catheterization Criteria Jurnal Kardiologi Indonesia J Kardiol Indones. 2010; 31: 28-38 ISSN 0126/3773 Clinical Research Clinical Research Long-Term Clinical Outcome Of Balloon Mitral Valvuloplasty Based On Echocardiographic And

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hormon tiroid mempengaruhi setiap sel, jaringan dan organ di tubuh, dan homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi jantung. 1 Hormon

Lebih terperinci

PENILAIAN TRICUSPID ANNULAR PLAIN SYSTOLIC EXCURSION (TAPSE) PADA PASIEN PRA DAN PASCA BEDAH PINTAS KORONER

PENILAIAN TRICUSPID ANNULAR PLAIN SYSTOLIC EXCURSION (TAPSE) PADA PASIEN PRA DAN PASCA BEDAH PINTAS KORONER PENILAIAN TRICUSPID ANNULAR PLAIN SYSTOLIC EXCURSION (TAPSE) PADA PASIEN PRA DAN PASCA BEDAH PINTAS KORONER Santi Wijayanti 1 dan Erna Wati 2 santi_wijayanti@yahoo.co.id 1 Karyawan PT RekanMilenium 2 Instruktur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Cara Kerja Jantung Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh.pembuluh darah berfungsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR ISI. Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii UCAPAN TERIMA KASIH... v ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Di dalam landasan teori ini, akan dibahas tentang teori teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari aplikasi yang akan dibuat. 2.1 Auskultasi Jantung Suara jantung adalah

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN JANTUNG. PERSIAPAN: 1. Stetoskop

PEMERIKSAAN JANTUNG. PERSIAPAN: 1. Stetoskop PERSIAPAN: 1. Stetoskop PEMERIKSAAN JANTUNG No. Persiapan 1. Cuci tangan 2. Jelaskan prosedur kepada pasien/ keluarga 3. Atur posisi pasien dengan berbaring senyaman mungkin dan jaga privacy pasien Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1

BAB I PENDAHULUAN. struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1 PJB merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB IV TEKANAN DAN ALIRAN DARAH

BAB IV TEKANAN DAN ALIRAN DARAH BAB IV TEKANAN DAN ALIRAN DARAH Tekanan darah adalah tekanan yang disebabkan oleh desakan darah pada dinding pembuluh darah. Pada umumnya tekanan darah lebih dikenal dengan tekanan darah arteri, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium dikarenakan iskemia berkepanjangan yang dapat ditegakkan diagnosisnya dari gejala, abnormalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Stroke atau yang sering disebut juga dengan CVA (Cerebrovascular Accident) merupakan gangguan fungsi otak yang diakibatkan gangguan peredaran darah otak,

Lebih terperinci

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki 1. Definisi Atrial flutter merupakan bentuk aritmia berupa denyut atrium yang terlalu cepat akibat aktivitas listrik atrium yang berlebihan ditandai dengan denyut atrial rata-rata 250 hingga 350 kali per

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Katup aorta memiliki tiga daun katup berbentuk setengah bulan sehingga disebut sebagai katup semilunar. Ketiga daun katup terdiri atas: right coronary (RC), left coronary (LC),

Lebih terperinci

MODUL GAGAL JANTUNG AKUT

MODUL GAGAL JANTUNG AKUT MODUL GAGAL JANTUNG AKUT PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER BAGIAN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALASFAKULTAS

Lebih terperinci

Hubungan antara Diameter Atrium Kiri dan Kejadian Fibrilasi Atrium pada Pasien Penyakit Jantung Reumatik

Hubungan antara Diameter Atrium Kiri dan Kejadian Fibrilasi Atrium pada Pasien Penyakit Jantung Reumatik ARTIKEL PENELITIAN Hubungan antara Diameter Atrium Kiri dan Kejadian Fibrilasi Atrium pada Pasien Penyakit Jantung Reumatik Azka Nabila Rukanta, 1 Mohammad Rizki Akbar, 2 Yuniarti 1 1 Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang mendarahi lengan atau kaki. Arteri dalam kondisi

Lebih terperinci

GAMBARAN KELAINAN KATUP JANTUNG PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG REMATIK DAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ORANG DEWASA DI RSUP PROF KANDOU

GAMBARAN KELAINAN KATUP JANTUNG PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG REMATIK DAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ORANG DEWASA DI RSUP PROF KANDOU GAMBARAN KELAINAN KATUP JANTUNG PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG REMATIK DAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ORANG DEWASA DI RSUP PROF KANDOU Jonathan Baan 1, Edmond L. Jim 2, Victor F.F Joseph 2 1 Pendidikan

Lebih terperinci