BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai penelitian terkait, telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain.
|
|
- Sri Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Berbagai penelitian terkait, telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan, yaitu : Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Qonita (2008) dalam Sikap Politik Kiai dan Implikasinya terhadap Pilihan Politik Santri Kaliwungu dalam Pilkada Kendal Tahun Penelitian ini dilatarbelakangi oleh faktor kultural dengan pimpinan agamanya yang disebut Kiai. Fenomena Kiai tidak terlepas dari fenomena santri yang pada umumnya sama-sama memegang posisi penting dalam sebuah pesantren. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa, sebagai tokoh sentral, Kiai ditempatkan pada posisi puncak dalam mempengaruhi santri yang masih mengusung unsur sentimen primordial (agama) dan sistem paternalistik (kebapakan). Hal ini menyebabkan para santri mengikuti segala kehendak Kiai, termasuk dalam menentukan sikap serta pilihan politik. Sementara santri, ditempatkan pada posisi yang ideologinya diakomodir menjadi sebuah kelompok atau organisasi dan memiliki pegaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat. Kondisi ini menyebabkan para santri dapat dengan mudah mempengaruhi pilihan politik masyarakat, khususnya masyarakat yang notabene tergolong masyarakat
2 10 religius dan tradisional. Posisi tersebut dimanfaatkan oleh kelompok kepentingan dalam upaya meraih kekuasaan dengan memperoleh suara terbanyak. Sikap politik Kiai berimplikasi pada pilihan politik santri terhadap kandidat yang menjadi sasaran dalam Pilkada Kendal tahun Hal ini menjabarkan bahwa, fenomena politik santri dalam kehidupan demokratis masih sangat kuat dan dilaksanakan secara turun temurun dalam suatu pesantren. Kedua adalah penelitian yang dilakukan Sholikin (2015) dalam Deviasi Sikap Politiki Elektoral Muhammadiyah Antara Pusat dan Daerah (Studi Kasus Sikap Politik Elit Muhammadiyah pada Pilihan Presiden 2014 dan Pilkada 2010 di Sleman dan Maros) yang melatar belakangi penelitian adalah dari segi organisator dengan melihat Muhammadiyah sebagai organisasi yang tidak terikat oleh unsur-unsur politik. Pada level nasional, Muhammadiyah menyatakan diri sebagai organisasi netral menyangkut politik elektoral. Sementara pada level daerah, cendrung melakukan dukungan formal terhadap kandidat Muhammadiyah dalam penyelenggaraan Pilkada. Fenomena ini sangat mengancam kader dari Muhammadiyah dan mendapat teguran dari pimpinan organisasi Muhammadiyah. Dalam konteks civil society, organisasi Muhammadiyah berpengaruh dalam upaya konsolidasi demokrasi dan terpresentasi oleh pimpinan daerah Muhammadiyah. Apabila organisasi Muhammadiyah mengambil peran pada politik elektoral tanpa melihat fungsinya dari segi organisator sebagai organisasi sosial keagamaan. Maka, berimplikasi pada pilihan politik organisasi Muhammadiyah dalam proses politik elektoral yang berada pada kondisi terkekang dan sistem demokratis tidak
3 11 berjalan seutuhnya. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana sikap netralitas organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan dalam proses politik elektoral. Ketiga adalah penelitian yang dilakukan Sumaji (2016) dalam Sikap Politik Elit Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Surakarta tentang Pemilihan Presiden Secara Langsung (Sebuah Studi Komparatif). Latar belakang dalam penelitian ini mengenai faktor kepentingan elit dan pola gerakan organisasi terkait Pemilihan Presiden yang diselenggarakan melalui pemilihan langsung. Mekanisme pemilihan langsung dalam Pemilihan Presiden menjadi suatu proses yang sarat dengan ragam kepentingan dari berbagai pihak. Elit Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) dalam penelitian ini berkecimpung dalam politik praktis dan mengalami kesenjangan antara kepentingan elit Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) dengan kebijakan organisasi yang tidak terjun dalam politik praktis. Arah politik dalam tubuh Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) sejalan dengan laju gerakan organisasinya. Dalam hal ini, baik organisasi Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) sama-sama mengusung gerakan dakwah dan jauh dari unsur politik praktis. Disisi lain, kebebasan untuk terjun dalam politik dibebaskan mengingat unsur individual oleh elit Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) dalam berpolitik praktis. Ini berimbas pada ragam kemunculan sikap dalam diselenggarakannya Pemilihan Presiden. Skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan sikap politik elit Muhammadiyah Nuahdlatul Ulama (NU) di Surakarta tentang pemilihan langsung dalam Pemilihan Presiden.
4 12 Ketiga penelitian diatas menunjukkan adanya kesamaan dari masingmasing penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang sikap politik dan yang membedakannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Qonita (2008) menegaskan bahwa peran serta pengaruh kultur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap politik suatu organisasi. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Sholikin (2015) mengemukakan bahwa faktor organisator dalam melihat fungsinya mampu memberi pengaruh bagi organisasi dalam menentukan sikap politiknya. Disisi lain, penelitian Sumaji (2016) mengamati faktor kepentingan elit dan pola gerakan organisasi sebagai alasan untuk menjawab sikap politik dalam sebuah ajang perebutan kekuasaan yang menggunakan mekanisme pemilihan langsung. Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat dilihat bahwa penelitian tentang fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015 dengan tiga penelitian sebelumnya sama-sama mengkaji tentang sikap politik dengan dipengaruhi faktor kultur, faktor organisator, faktor kepentingan elit dan pola gerakan organisasi. Begitu pula dengan sikap politik dalam Pilkada Kabupaten Karangasem yang melibatkan soroh dan organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) agar mampu membentuk sikap politik yang dimanfaatkan kehadirannya oleh kandidat untuk mencapai kesuksesan. Bagaimana sikap politik organisasi dijalankan demi menentukan sikap politik organisasi yang sesuai dari segi organisatornya, pola gerakan organisasi dan tradisi (kultur) masing-masing, serta tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam menentukan sikap politik organisasi akan
5 13 menuai suatu bentuk perselisihan kepentingan yang berbeda-beda dari masingmasing pihak. Bagaimana pengaruh politik yang ada, melihat eksistenti soroh dalam organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) disadari potensial sebagai salah satu faktor pendukung kesuksesan dalam Pilkada Karangasem Persaingan kandidat yang ingin meraih kesuksesan dengan memperoleh suara terbanyak mendorong masing-masing kandidat berupaya untuk menarik simpati dari masyarakat, khususnya masyarakat yang berada dalam satu garis keturunan (soroh) yang sama. Walaupun secara keseluruhan memiliki tujuan yang sama yaitu ingin meningkatkan serta mempererat tali persaudaraan antara keturunan yang sama dan mengajegkan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun sebagai suatu wujud bhakti kepada leluhur dalam suatu keturunan. Melihat penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu mengenai sikap politik dalam Pemilihan Kepala Daerah maupun Pemilihan Presiden dibeberapa daerah tersebut. Penelitian mengenai fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Kabupaten Karangasem, menjadi penelitian pertama dan belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga penelitian ini menjadi penelitian yang berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
6 Kerangka Konseptual Penelitian ini, membahas tentang fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi Maha Gota Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun Untuk mengkaji permasalahan dan mempermudah dalam proses penelitian tersebut, maka akan dijabarkan beberapa kerangka konseptual dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan untuk meneliti permasalahan dalam penelitian ini adalah Teori Dramatugi yang dicetuskan oleh Erving Goffman, berikut adalah penjabaran dari teori ini : Teori Dramatugi Teori Dramaturgi menguraikan konsep dramatugi sebagai konsep yang bersifat penampilan teateris. Para ahli mengemukakan bahwa teori ini berada di antara tradisi interaksi dan fenomenologi (Sukidin dan Basrow, 2002:103). Teori ini dicetuskan oleh Erving Goffman, yang merupakan perluasan dari teori interaksi simbolik. Hal ini dikarenakan teori interaksi simbolik dinilai kurang melengkapi fenomena sosial yang telah berlangsung yaitu fenomena antara performance dan kenyataannya yang tidak sama. Disamping itu, teori dramaturgi dikembangkan untuk melengkapi penjelasan terkait tindakan sosial (sikap), sebab teori interaksi simbolik yang meyakini adanya simbol-simbol tertentu kurang mampu menjelaskan fenomena dramaturgi yang telah berlangsung dalam kehidupan sosial (Syam, 2010:177). Interaksi simbolik melihat simbol sebagai objek yang digunakan sebagai pegangan suatu individu, kelompok atau organisasi untuk merepresentasikan
7 15 suatu hal. Keberadaan simbol tersebut dinilai dapat meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan kendala yang ada dan dijadikan sebagai suatu hal yang dapat memperkuat, menggolongkan serta menyatakan suatu hal. Dari teori interaksi simbolik tersebut kemudian menginspirasi Goffman untuk mengembangkan teori dramaturgi. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi ragam interaksi dalam suatu kehidupan sosial. Goffman menekankan bahwa saat berlangsungnya sebuah interaksi, terdapat suatu pesan yang ingin disampaikan. Dalam teori ini, kehidupan sosial diibaratkan dengan kehidupan panggung teateris dan dibagi menjadi dua bagian yaitu wilayah depan (front region) dan wilayah belakang (back region). Wilayah depan (front region) merupakan panggung depan teateris yang befungsi untuk menunjukkan peran individu, kelompok atau organisasi dalam kehidupan politik dengan merujuk pada sifat formalnya. Goffman menguraikan bahwa panggung depan ini mengandung unsur struktural yang terlembagakan, sehingga tujuan akhir dari pertunjukkan ini adalah untuk kepentingan individu, kelompok maupun organisasi tersebut. Pada umumnya, wilayah depan merujuk pada suatu kehidupan sosial individu, kelompok, organisasi yang ditunjukkan kehadapan khalayak umum. Hal ini berarti, terdapat suatu keterbatasan peran yang ditunjukkan guna mencapai tujuan dari kesepakatan bersama. Goffman kembali membagi wilayah depan (front region) menjadi dua bagian yaitu : 1. Wilayah pribadi (personal front) yaitu mendukung wilayah depan (front region) yang terepresentasi melalui peralatan-
8 16 peralatan yang dinilai penting dan mampu menjadi peralatan yang dibawa oleh individu, kelompok maupun organisasi tertentu sehinga mampu untuk menjadi sarana dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dicontohkan melalui pakaian yang dikenakan, tutur kata, bahasa verbal maupun bahasa tubuh, intonasi dan lain-lain. 2. Setting merupakan situasi fisik dan bersifat nyata yang harus ada dalam pertunjukkan dari individu, kelompok maupun organisasi. Setting diwujudkan melalui tokoh, figur atau orang-orang yang berpengaruh dalam upaya mencapai suatu tjuan. Wilayah belakang (back region) dalam teori dramaturgi merupakan panggung belakang teateris yang berfungsi untuk menunjukkan kesiapan individu, kelompok atau organisasi dalam merepresentasikan suatu pesan dalam kehidupan politik. Wilayah belakang ini cendrung menunjukkan unsur yang bersifat bebas (informal), sehingga membebaskan diri dari suatu peran sosial namun tidak terlepas dari identitas asli. Wilayah belakang juga dipengaruhi oleh dorongan dari perasaan emosional serta identitas sosial dalam merepresentasikan suatu pesan dalam kehidupan politik tersebut. Pilkada Karangasem dan organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) jika dilihat dari penjelasan diatas memiliki keterkaitan mengenai kelangsungan Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015 sebagai panggung teateris dalam mempertunjukkan perannya sebagai suatu organisasi. Organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) sebagai wadah warga
9 17 Pasek, dalam hal ini dilihat sebagai organisasi berbasis kekerabatan yang memfatwakan dirinya sebagai organisasi non-politik. Pada fenomenanya warga Pasek dengan mengatasnamakan soroh tersebut mendukung kandidat dengan latar belakang keturunan (trah) yang sama. Lebih jauh, keberadaan soroh turut dimanfaatkan oleh kandidat untuk menunjukkan identitasnya kehadapan khalayak umum. Tujuannnya adalah untuk menarik simpati warga Pasek sehingga mampu memperoleh dukungan serta suara dalam Pilkada. Hal inipun terwujud dengan adanya respon emosional warga yang berlatar belakang soroh Pasek yang melontarkan dukungan kepada kandidat yang juga merupakan keturunan soroh Pasek dan menjadi penjabaran dari pesan yan ingin disampaikan pada panggung wilayah depan. Fenomena serupa ditentukan dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015 yang diperankan oleh organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapt Rsi (MGPSSR). Peran formal MGPSSR sebagai organisasi ngayah dan memiliki keterikatan untuk menjalin hubungan kekerabatan antar keturunan terebut juga terlihat mempersiapkan diri untuk mendukung kandidat pilihannya. Organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015 inilah yang pada akhirnya memiliki peran dan fungsi yang nantinya mampu mengisi ruang-ruang yang ada pada masing-masing wilayah baik wilayah dalam teori ini, baik wilayah depan (front region) yaitu wilayah pribadi dan setting maupun wilayah belakang (back region) dari teori dramaturgi cetusan Erving Goffman tersebut..
10 Sikap Politik Secara umum, sikap politik lebih dikenal dengan istilah Political Attitude. Gerber, Huber, Doherty dan Downling dalam penelitiannya Personality and Political Attitudes: Relationships across Issue Domains and Political Contexts (Vol. 104, Feb, 2010) menegaskan sikap politik sebagai kecendrungan suatu psikologis yang harus dilihat sebagai karakteristik adaptasi dari hasil sifat disposisional. Christense (2003:12) menyebutkan bahwa sikap politik diperiksa dan dianalisis mencakup tentang organisasi. Dalam organisasi terdapat kekhasan sosial yang menjadi perhatian dalam pembentukan sikap organisasi dari organisasi tersebut. Kekhasan sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor ikatan sosial dan dalam menetukan sikap politik organisasi, mereka lebih mengutamakan ikatan sosial karena faktor ini menyangkut solidaritas dan loyalitas anggota dari suatu organisasi yang memiliki kesamaan ikatan sosial. Lebih lanjut, Christensen dan Laegreid (1998) dalam Christense (2003:13) menyebutkan set kedua dalam sikap politik meliputi sikap tradisi. Faktor pendekatan tradisional (sikap tradisi) lebih menekankan pada aspek-aspek yang berhubungan dengan kepercayaan dan norma-norma yang berlaku sebagai tradisi. Tradisi yang dimaksud dalam hal ini adalah kepercayaan masyarakat Bali terhadap leluhur berdasarkan pada satu garis keturunan yang sama (soroh) dan bersifat kebapakan (patrilineal). Hal senada diungkapkan oleh Qonita (2008) yang menyimpulkan sistem klasik atau tradisional dalam santri sangat mempercayai Kiai dan menuruti kehendaknya secara turun temurun. Hal ini menandakan bahwa
11 19 pendekatan tradisional (tradisi) mempengaruhi suatu kelompok dalam menentukan suatu hal, termasuk dalam menetukan sikap politik. Keterkaitan penjelasan diatas dengan penelitian ini mengenai organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) yang merupakan suatu organisasi dengan kekhasan sosialnya yaitu soroh. Pada umunya, organisasi MGPSSR dan soroh saling berkaitan dan terikat oleh hukum kawitan (hukum kepada leluhur) dalam mewujudkan bhakti kepada Ida Bhatara Kawitan (leluhur), maka antar keturunan yang berada dalam satu garis keturunan (trah) wajib hukumnya untuk menjaga hubungan kekerabatannya agar tetap ajeg. Fenomena ini dilihat sebagai suatu tradisi, yang hingga kini masih dipercayai dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam organisasi MGPSSR dalam menjaga hubungan kekerabatan antar satu keturunan yang berada dalamsatu garis keturunan (trah) yang sama. Sikap tradisi masyarakat Bali ini, tak terkecuali berkenaan dengan kehidupan politik masyarakat di Kabupaten Karangasem khususnya dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun Keterkaitan Soroh, Organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi dan Politik Leo Howe (2006:118) mengatakan bahwa di Bali, istilah soroh digunakan untuk menunjukan adanya perbedaan antar kelompok masyarakat. Perbedaan antar kelompok masyarakat tersebut terbentuk berdasarkan pada garis keturunan
12 20 yang bersifat kebapakan (patrileneal). Soroh pada intinya merupakan kelompok kekerabatan umat Hindu di Bali yang merujuk pada garis keturunan (klan). Dalam tesis yang ditulis oleh Pitana (1997) dengan judul In Search of Difference mempertimbangkan tentang konsep kelompok asal merupakan konsep yang tepat untuk memahami ikatan masyarakat di Bali. Geertz dan Geertz (1977:62) mengemukakan kelompok kekerabatan yang terikat oleh unsur kekeluargaan dan keturunan tersebut terorganisir sepenuhnya oleh kelompok. Hal tersebut diperkuat oleh Pitana (1997) yang menyatakan bahwa dalam menyelaraskan sikap dari seluruh warga dalam satu kelompok, masyarakat Bali mengupayakannya dengan menjunjung tinggi nilai solidaritas dalam kelompok tersebut. Dalam penelitiannya, Pitana mengatakan bahwa keturunan soroh Pasek yang tergabung dalam organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) memiliki pengaruh besar dalam mempengaruhi semetonnya. Eksistensi soroh sebagai ikatan sosial dalam masyarakat Bali, dewasa ini berperan penting dalam mempengaruhi aktivitas sosial politik termasuk dalam proses pembentukan sikap politik organisasi. Keterkaitan penjelasan diatas dengan penelitian ini adalah mengenai soroh yang keberadaanya dilihat sebagai suatu kekhasan sosial dalam masyarakat umat Hindu dan merupakan pegangan serta identitas asli dari suatu keturunan. MGPSSR dalam mewadahi semeton soroh Pasek selain digunakan untuk menggerakkan masa juga memliki nilai ikat sehingga dalam dunia politik, keberadaannya menjadi salah satu faktor penting untuk meraih kesuksesan.
13 Posisi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dengan demokrasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam demokrasi dilihat sebagai organisasi non pemerintah (NGO), berada dalam sektor sukarela (volutary) dan tidak berorientasi terhadap politik. NGO berkaitan dengan konsep civil society, yang dalam hal ini mencakup institusi-institusi non pemerintahan dan diwujudkan melalui organisasi. Hal ini diperkuat oleh Suharko dalam penelitiannya NGO s Goverment and Promotion of Democratic Governence in the Post-New Order Indonesia (Agu, 2003) yang menekankan NGO pada umumnya tidak termasuk dalam bagian partai politik dan dibentuk oleh individu maupun kelompok masyarakat yang khususnya berbasis organisasi keagamaan dan mengambil bentuk hukum organisasi. NGO berperan sebagai petunjuk mengenai asal usul atau orientasi suatu organisasi. Organisasi yang dimaksud dalam hal ini bercorak keagamaan, kekerabatan, sosial, kepercayaan, kesamaan dan bukan merupakan bagian dari suprasturuktur politik. NGO tidak memiliki kewenangan untuk terjun dalam urusan politik, seperti yang tertera dalam pasal 7 Undang-Udang No.17 Tahun 2013 yakni Ormas menjalankan bidang kegiatan sesuai dengan AD/ART yang dimiliki dimana bidang kegiatan tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) baik sifat, tujuan dan fungsi Ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6. Hal tersebut berarti, peran NGO lebih mengarah sebagai bagain dari infrastruktur politik, yang lebih dikenal dengan sebutan the socio political sphere.
14 22 Berbeda dengan the goverment political sphere yang dilihat sebagai suprasturktur yaitu turun terjun dalam aktivitas politik. Faktor ini mengemukakan suasana kehidupan politik di tingkat masyarakat dan fungsinya sebagai pengawas terhadap jalannya aktivitas politik. Hal senada dinyatakan oleh Diamond (1999) dalam Suharko (2003:209) yang mengasumsikan NGO memiliki peran penting dalam konsolidasi demokrasi melalui pengawasan terhadap penyalahgunaan kekuasaan, pencegahan rezim otoriter, dorongan kepada warga untuk meningkatkan partisipasi serta pengawasan atas negara, pendidikan kewarganegaraan, dimensi fundamental sehingga memberdayakan warga dalam mengejar kebutuhan kolektif dan mempertahankan nilai-nilai kepentingan. Keterkaitan penjelasan tersebut dengan penelitian ini mengenai posisi NGO dalam demokrasi yang diwakili oleh organisasi MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) dan melihat the sosio political sphere sebagai suasana kehidupan yang tidak berpolitik serta melihat the govermenet politicas sphere sebagai suasana kehidupan yang berpolitik. Hal ini sangat mempengaruhi bagaimana organisasi tersebut menentukan sikap politik organisasinya yang pada umumnya merupakan organisasi berbasis kekerabatan dan terbebas dari unsurunsur politik (the socio political sphere) namun warga Pasek dalam Pilkada Karangasem tahun 2015 mencermikan dirinya terjun dalam dunia politik dengan melontarkan dukungannya kepada salah satu kandidat. Hal ini mengarah pada sikap politik organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi yang merupakan paguyuban dari semeton soroh Pasek ini.
15 Kerangka Alur Berfikir Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Soroh (Soroh Pasek) Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR di Kab. Karangasem) Pilkada Front Region : 1. Personal Front 2. Setting (Tidak berpolitik praktis) Back Region (Berpolitik praktis) Politik Soroh Modal Dukungan
16 24 Hasil bagan penulisan diatas dimulai dari soroh yakni soroh Pasek yang merupakan ikatan sosial dalam paguyuban masyarakat umat Hindu di Bali yang merujuk pada satu garis keturunan yang sama (soroh Pasek). Keberadaan soroh Pasek ditengah masyarakat mengalami perkembangan serta pengaruh yang besar, disamping masyarakatnya yang memang menjadikan soroh sebagai suatu pegangan dan pedoman dalam menjaga hubungan kekerabatan antar semetonnya. Soroh Pasek memiliki paguyuban yang dikenal dengan sebutan MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi). Terlihat bahwa fungsi MGPSSR di Kabupaten Karangasem adalah sebagai organisasi berbasis kekerabatan, tidak memiliki kepentingan dalam segala urusan dalam berpolitik praktis. Disamping memang organisasi ini memiliki keterikatan yang erat dalam menjalin hubungan kekerabatan secara lahir dan batin oleh semetonnya. Eksistensi soroh Pasek sebagai pedoman masyarakat dalam menjalin hubungan kekerabatan dan MGPSSR sebagai organisasi tertua yang mengayomi jumlah semeton terbanyak serta diakui keberadaanya menjadi alasan soroh Pasek dalam paguyuban MGPSSR menjadi salah satu faktor penting dalam mencapai kesuksesan. Hal ini disadari potensial oleh kelompok kepentingan demi memenangkan ajang pemilihan tingkat lokal dengan memperoleh suara terbanyak dari semeton Pasek tersebut. Pengaruh soroh nampak terlihat dalam Pilkada Karagasem yang kian berbau politik praktis. Didukung dengan respon emosional warga Pasek yang melontarkan dukungan kepada kandidat. Hal ini mengarah pada sikap politik
17 25 organisasi MGPSSR yang secara formal memiliki fungsi untuk ngayah dan tidak terlibat oleh segala urusan politik namun memiliki kewajiban untuk menjaga hubungan kekerabatan. Disamping itu, MGPSSR terlihat berpolitik praktis didukung oleh peran ketua MGPSSR itu sendiri yang terlihat aktif dalam aktifitas politik salah satu kandidat. Iklim politik soroh dalam fenomena politik tingkat lokal tersebut, menjadi ajang perebutan kekuasaan yang menyoroti soroh turut berperan dan dijadikan simbol antar kandidat yang memiliki kesamaan latar belakang. Hal ini terlihat seperti soroh merupakan sebuah pegangan dalam perebutan kekuasaan tersebut. Tujuannya adalah memanfaatkan keberadaan soroh sebagai modal dan menjadi jalan bagi kandidat untuk meraih kemenangan melalui dukungan terbanyak. Fenomena tersebut menarik perhatian penulis untuk mengetahui beberapa hal terkait politik soroh dalam Pilkada tersebut. Adapun hal yang ingin diketahui penulis adalah bagaimana fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi MGPSSR dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015.
BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bali memiliki kekhasan sosial dalam membina kekerabatan secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan ikatan sosial dalam
Lebih terperinciFENOMENA POLITIK SOROH TERHADAP SIKAP POLITIK ORGANISASI MGPSSR DALAM PILKADA SERENTAK KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015
FENOMENA POLITIK SOROH TERHADAP SIKAP POLITIK ORGANISASI MGPSSR DALAM PILKADA SERENTAK KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015 Dwi Ratih Saraswati, Tedi Erviantono, Piers Andreas Noak Fakultas Ilmu Sosial dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. masyarakat yang diberikan pada kandidat-kandidat partai politik.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam sistem demokrasi prosedural sebagaimana diterapkan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri salah satu implikasinya adalah akan hadir partai politik yang ingin meraih kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan
BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, mengkaji, menghayati, menyalin dan menciptaklan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta
BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih cenderung melakukan ijtihad politik praktis ketimbang menjalankan perjuangan triologi khtitah Tarbiyah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS
1 PENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta 1. Pengertian Presentasi Diri Pada dasarnya, setiap orang memiliki langkah-langkah khusus dalam mempresentasikan dirinya kepada orang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain sumber daya manusia (man), sumber daya pembiayaan (money), sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang perlu dicapai melalui pelaksanaan kebijakan dan kegiatan organisasi secara terpola, terpadu
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. Negara yang mengaku dirinya adalah negara demokrasi, sejatinya memiliki kekuatan ada pada warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta
Lebih terperinciBAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI
69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Analisis Modal Petahana (Busyro Karim) Busyro Karim adalah kandidat petahana yang mencalonkan kembali pada Pemilu Bupati Sumenep 2015 dengan strategi yang dianalisis dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga
Lebih terperinciPenguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik
Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Pendahuluan Pokok Pokok Temuan Survei Nasional Demos (2007 2008) : Demokrasi masih goyah: kemerosotan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis Selain kesimpulan, diuraikan pula rekomendasi yang penulis berikan kepada beberapa pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia, hak organisasi diatur oleh undang-undang. Hak berorganisasi secara tidak langsung tersirat dalam pancasila, sebagai sumber hukum Indonesia, dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,
BAB V KESIMPULAN Politisasi identitas Betawi dilakukan oleh Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, yaitu dengan penggunaan pakaian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dibangun dan dibentuk dari desa. Desa adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Desa telah memiliki sistem dan mekanisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai
Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap
Lebih terperinciBAB III. Setting Penelitian
BAB III Setting Penelitian A. Kondisi Geografis dan Keadaan Pulau Madura. 1. Geografi Posisi geografis Madura terletak ditimur laut Pulau Jawa, kurang lebih 7 sebelahselatan dari katulistiwa di antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam keikutsertaannya mengambil suatu keputusan terhadap jalannya
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keberadaan partai politik sangat mempengaruhi budaya politik masyarakat dalam keikutsertaannya mengambil suatu keputusan terhadap jalannya pemerintahan.sehingga
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari
113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Hal ini dikarenakan mausia sebagai mahluk sosial yang berusaha
Lebih terperinciBAB III SEJARAH SINGKAT MAJELIS ULAMA INDOSESIA. pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam
BAB III SEJARAH SINGKAT MAJELIS ULAMA INDOSESIA A. Sekilas Tentang Berdirinya MUI 1. Sejarah Berdirinya MUI MUI berdiri sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu ama yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan kepala desa atau pilkades adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi dan diperbincangkan oleh sebagian besar masyarakat khususnya masyarakat pedesaan di masa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa persoalan mendasar yang secara teoritis maupun praksis dapat disimpulkan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.
Lebih terperinciBAB VI P E N U T U P
188 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan antara lain: Pertama, peran kiai pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata dalam dinamika politik ada beberapa bentuk, yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciPENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1
PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung
Lebih terperinciMODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE
MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE 2014-2019 Tesis Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga. demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan fungsifungsi pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga merupakan wadah partisipasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik demografi pemilih yang mencakup usia antara 20-49 tahun, berpendidikan SLTA dan di atasnya, memiliki status pekerjaan tetap (pegawai negeri sipil, pengusaha/wiraswasta
Lebih terperinciMENYOAL ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) ANTI-PANCASILA Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 30 Mei 2016; disetujui: 21 Juni 2016
MENYOAL ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) ANTI-PANCASILA Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 30 Mei 2016; disetujui: 21 Juni 2016 Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, berserikat, berkumpul, bahkan
Lebih terperinciUSULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1
USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga Pendidikan Islam yang pertama di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan lembaga Pendidikan Islam yang pertama di Indonesia dan merupakan pendidikan tradisional yang sejarahnya telah berakar selama berabad-abad.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penentuan strategi komunikasi, jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi, jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN Fakultas 13FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN Pancasila Sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan Pembahasan Meliputi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang pelaksanaannya dapat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. khususnya di Kabupaten Kebumen ketika menjelang Pemilihan Kepala Desa.
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Ngeyeg termasuk dalam kebiasaan umum masyarakat di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Kebumen ketika menjelang Pemilihan Kepala Desa. Tahapan ngeyeg apabila dihubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku
Lebih terperinciA. Kesimpulan BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka tampak lebih independen, egaliter, terbuka, dan lebih cerdas dalam menanggapi berbagai informasi
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI
BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partai politik merupakan sarana ataupun wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam kekuasaan atau pemerintahan di suatu negara. Di dalam bukunya Miriam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinci2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya Pendidikan dalam membangun sumberdaya manusia yang cerdas pada suatu negara, mejadikan banyak negara di dunia yang mewajibkan rakyatnya untuk mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik lokal untuk menjalankan peran di tengah masyarakat yang selama diperankan pemerintah, elit
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Kesimpulan pada bagian penutup ini berkaitan dengan rumusan masalah
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan pada bagian penutup ini berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan dalam bab sebelumnya. Artinya, kesimpulan adalah rangkuman atau resume hasil rangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap upaya untuk menghadirkan ajaran Islam bagi perbaikan kualitas kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan diwaspadai.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dan dianggap memiliki peran yang strategis
Lebih terperinciBAB IV DISKUSI TEORITIK
BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Dominasi politik Dinasti Mustohfa di Desa Puput telah dirintis sejak lama
BAB VI PENUTUP 1. KESIMPULAN Dominasi politik Dinasti Mustohfa di Desa Puput telah dirintis sejak lama di tahun-tahun awal Orde Baru. Walaupun struktur politik nasional maupun lokal mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Struktur dan Teori Kekuasaan melalui tahapan metode etnografi pada Konsep
106 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan Teori Agen dan Struktur dan Teori Kekuasaan melalui tahapan metode etnografi pada Konsep Arena dan Stuktur, penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencetak pemimpin yang berkualitas. Menurut Agustino (2009: 104) salah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi partai dalam rekrutmen politik merupakan salah satu fungsi dalam mencetak pemimpin yang berkualitas. Menurut Agustino (2009: 104) salah satu fungsi partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat capres mulai berlomba melakukan kampanye dengan berbagai cara dan melalui berbagai media.
Lebih terperinci