BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan usaha sebagai upaya untuk memajukan usaha perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan usaha sebagai upaya untuk memajukan usaha perusahaan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teroritis Penggabungan usaha Pengembangan usaha sebagai upaya untuk memajukan usaha perusahaan merupakan tindakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan operasional perusahaan. Salah satu upaya ke arah pengembangan usaha adalah dengan melakukan aliansi usaha. Saat ini aliansi usaha sedang menjadi trend di kalangan pengusaha. Berbagai bentuk aliansi seperti merger, konsolidasi, dan akuisisi menjadi pilihan yang strategis untuk memperkuat kinerja perusahaan dan memperbesar margin strategis untuk memperkuat kinerja perusahaan dan memperbesar margin keuntungan. Dengan aliansi strategis, perusahaan bisa memperoleh kesempatan baru untuk lebih maju atau menghilangkan beberapa hambatan yang selama ini mengganggu karena pada hakekatnya aliansi strategis merupakan politik bisnis yang memberikan peluang kepada perusahaan untuk membagi risiko dan kemampuan dengan partner aliansinya, sehingga dapat meminimumkan biaya, waktu dan sumber daya dalam hal pengembangan atau memperkenalkan produk dan teknologi baru ke pasar. Pengembangan usaha yang bersifat eksternal dilakukan dengan melibatkan unit-unit yang berada di luar organisasi perusahaan seperti pesaing, langganan, rekanan bisnis, perusahaan sejenis maupun perusahaan yang tidak mempunyai hubungan operasional.

2 Setiap pemilik perusahaan pasti menghendaki adanya suatu perkembangan dalam perusahaan yang telah didirikannya. Agar tingkat perkembangan perusahaan tersebut dapat sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan adanya suatu perencanaan yang matang. Penggabungan usaha dalam bentuk merger dan akuisisi merupakan salah satu perencanaan yang dipilih. Penggabungan usaha dalam bentuk merger dan akuisisi merupakan salah satu perencanaan yang dipilih. Penggabungan usaha adalah alternatif bagi perusahaan dalam rangka melakukan pengembangan usaha secara eksternal guna mempertahankan kelangsungan hidup dan untuk tujuan pertumbuhan perusahaan. Penggabungan badan usaha sebagai bentuk pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi, karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI, 2004). Pada dasarnya dalam semua penggabungan usaha, salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh kendali atas perusahaan lain. Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50% (IAI, 2004). Lebih lanjut menegaskan kemungkinan pengakuisisi mungkin tetap dapat diidentifikasikan meskipun salah satu dari perusahaan yang bergabung tidak memiliki lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, yaitu apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh hal berikut ini (IAI, 2004) :

3 1. kekuasaan lebih dari 50% hak suara atas perusahaan yang lainnya tersebut berdasarkan perjanjian dengan investor. 2. kekuasan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lainnnya tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian. 3. kekuasan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota pengurus perusahaan lainnnnya tersebut. 4. kekuasaan untuk mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi perusahaan lainnnya tersebut. Definisi penggabungan usaha menurut Beams dan Yusuf (2000) adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau penggembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan sering kali memberikan manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya. Dari definisi-definisi tersebut oleh Gurendrawati (1999) disimpulkan secara umum, bahwa penggabungan usaha adalah satu set kondisi dua atau lebih perusahaan bekerja sama melalui kepemilikan bersama atas suatu badan usaha. Perusahaan yang memiliki mayoritas voting stock perusahaan lain akan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan proses pembuatan keputusan, serta menguasai aktiva dan kewajiban perusahaan lain. Payamta (2001) menggolongkan penggabungan usaha ditinjau dari segi hubungan antara perusahaan-perusahaan yang melakukannya menjadi tiga macam, yaitu seperti berikut ini :

4 1. Penggabungan badan usaha vertikal, yaitu penggabungan usaha yang terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan usaha tersebut mempunyai kegiatan yang berbeda tetapi saling berhubungan, misalnya sebagai rekanan dan pelanggan. 2. Penggabungan badan usaha horizontal, yaitu penggabungan usaha yang terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan usaha tersebut mempunyai kegiatan yang sama atau menghasilkan barang dan jasa yang sifatnya subtitusi. 3. Penggabungan badan usaha konglomerasi. Jenis penggabungan usaha ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seperti berikut ini : 1. Penggabungan usaha vertikal dan Penggabungan usaha horizontal secara bersama-sama. 2. Penggabungan badan usaha oleh perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai hubungan usaha. Secara teori, penggabungan usaha dapat berupa merger, akuisisi dan konsolidasi. Tetapi pada kali ini, penulis hanya membahas mengenai merger dan akuisisi Pengertian merger dan akuisisi Merger adalah salah strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata merger (latin) yang berarti bergabung, bersama, berkombinasi yang menyebabkan hilangnya identitas akibat penggabungan ini. Merger didefinisikan penggabungan usaha dari dua atau lebih

5 perusahaan yang pada akhirnya bergabung kedalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan kata lain bahwa merger adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar (Moin, 2004). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988 mendefinisikan merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Penyatuan usaha itu sendiri didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penyatuan kepentingan dengan suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi (IAI, 2004). Pihak yang masih hidup dalam atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merger firm dialihkan ke surviving firm.

6 Perusahaan yang dimerger akan menanggalkan status hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm. Dengan demikian merged firm tidak dapat bertindak hukum atas namanya sendiri. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas merger sebagai salah satu straregi perusahaan. Skema Merger Perusahaan A Perusahaan A atau Perusahaan B Perusahaan B Gambar 2.1 Sumber: Ataina Hudayati (1997) Sementara akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. dalam teminologi bisnis akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Moin, 2004).

7 Pada Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akusisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Akuisisi sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut (IAI, 2004). Biasanya perusahaan pengakuisisi memliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk: 1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan. 2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen. 3. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi. Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakusisi. Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun

8 memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun bisa juga pemilik dari 51 persen tidak tahu belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas akuisisi sebagai salah satu strategi. Skema Akuisisi Sebelum akuisisi Perusahaan A Setelah Akuisisi Perusahaan A Pengendalian Perusahaan B Perusahaan B Tipe-tipe merger dan akuisisi Gambar 2.2 Sumber: Ataina Hudayati (1997) Merger dan akuisisi berdasarkan aktivitas ekonomi dapat diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu merger horisontal, vertikal, konglomerat, ekstensi pasar dan ekstensi produk Hitt (2002). 1. Merger horizontal Merger horizontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaanperusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama.

9 2. Merger vertikal Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. 3. Merger konglomerat Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masingmasing bergerak dalam industri yang tidak terkait. 4. Merger ekstensi pasar Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-bersama memperluas area pasar. 5. Merger ekstensi produk Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Sedangkan akuisisi dapat diklasifikasikan dalam 12 tipe, yaitu Hitt (2002): 1. Akuisisi horizontal Akuisisi horizontal adalah akuisisi perusahaan dimana perusahaan yang diakuisisi adalah para pesaingnya, baik pesaing yang mempunyai produk yang sama, atau perusahaan yang memiliki teritorial pemasaran yang sama, dengan tujuan untuk memperbesar pangsa pasar atau membunuh pesaing. 2. Akuisisi vertikal Akuisisi vertikal adalah akuisisi yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain yang masih dalam satu mata rantai produksi, yakni suatu perusahaan dalam arus pergerakan produksi dari hulu ke hilir. 3. Akuisisi konglomerat Akuisisi konglomerat adalah akuisisi terhadap perusahaan yang tidak terkait baik secara horizontal maupun vertikal. 4. Akuisisi eksternal Akuisisi eksternal adalah akuisisi yang terjadi antara dua atau lebih perusahaan, masing-masing dalam grup yang berbeda, atau tidak dalam grup yang sama.

10 6. Akuisisi internal Akuisisi internal adalah kebalikan dari akuisisi eksternal, dalam akuisisi internal perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi masih dalam satu grup usaha. 7. Akuisisi saham Akuisisi saham adalah akuisisi perusahaan dimana yang diakuisisi adalah saham yang dimiliki oleh perusahaan target, baik dengan uang tunai, maupun dibayar dengan saham yang dimiliki oleh pengakuisisi atau perusahaan lainnya. Untuk dapat disebut transaksi akuisisi, maka saham yang dibeli tersebut haruslah paling sedikit 51% (simple majority), atau paling tidak setelah akuisisi tersebut, dan pihak pengakuisisi harus memegang saham paling tidak 51%. Sebab jika kurang dari presentase tersebut, maka perusahaan target tidak bisa dikontrol karena yang terjadi hanya jual beli saham biasa saja. 8. Akuisisi aset Akuisisi aset adalah pegakuisisian terhadap aset perusahaan target dengan tanpa mengasumsi atau mengambil alih seluruh kewajiban perusahaan target terhadap pihak ketiga. 9. Akuisisi kombinasi Akuisisi kombinasi adalah kombinasi antara akuisisi saham dengan akuisisi aset. 10. Akuisisi bertahap

11 Akuisisi bertahap adalah akuisisi yang tidak dilaksanakan sekaligus, misalnya dengan pembelian convertible bonds oleh perusahaan pengakuisisi, maka tahap pertama yang dilakukanoleh perusahaan pengakuisisi adalah mendrop dana ke perusahaan target lewat pembelian bonds yang kemudian ditukar dengan equity, jika kinerja perusahaan target semakin baik, maka hak opsi ada pada pemilik convertible bonds sebagai pihak perusahaan pergakuisisi. 11. Akuisisi strategis Akuisisi strategis adalah akuisisi perusahaan yang dilakukan dengan latar belakang untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, sebab dengan akuisisi diharapkan dapat meningkatkan sinergi usaha, mengurangi resiko karena diversivikasi, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan efisiensi. 12. Akuisisi finansial Akuisisi financial adalah akuisisi yang dilakukan untuk meningkatkan keuntungan finansi dengan waktu cepat. Akuisisi ini bersifat spekulatif, dengan keuntungan yang diharapkan lewat pembelian saham atau aset yang murah tetapi dengan income perusahaan target yang tinggi Motif melakukan merger dan akuisisi Perusahaan dalam melakukan aktivitas merger dan akuisisi untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dipengaruhi oleh beberapa motif, seperti berikut ini: 1. Motif ekonomi Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi

12 perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut sehingga seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger dan akuisisi dilakukan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Biasanya perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk mendapatkan economies of scale (penghematan skala) dan economies of scope (penghematan cakupan). Penghematan skala merupakan penghematan biaya produksi karena perusahaan memproduksi produk dalam jumlah besar. Kata skala berarti ukuran produksi. Sementara itu, penghematan cakupan merupakan penghematan biaya produksi karena perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya satu lini produk untuk memproduksi lini-lini produk yang lain. Kata cakupan merujuk pada cakupan produksi. 2. Motif sinergi Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan dua atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan

13 dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. 3. Motif diversifikasi Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing, tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi intinya (core competence). Di samping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang. 4. Motif non-ekonomi Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Termasuk dalam motif non-ekonomi adalah hubris hypotesis dan ambisi pemilik. 1. Hubris hypothesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan karena ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Mereka menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kompensasi yang mereka terima. Kompensasi yang mereka terima bukan hanya sekedar materi saja tapi juga berupa pengakuan, penghargaan dan aktualisasi diri.

14 2. Ambisi pemilik adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis, menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun kerajaan bisnis. Hal ini biasanya terjadi bila pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan Keunggulan dan kelemahan merger 1. Keunggulan Merger Pengambil-alihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibandingkan pengambil-alihanan yang lain. 2. Kekurangan Merger Dibandingkan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan. Yaitu harus ada persetujuan para pemegang saham dari masing-masing perusahaan, sedangkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama Keunggulan dan kelemahan akuisisi Keunggulan akuisisi: 1. Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm. 2. Perusahaan yang mengakuisis dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang diakuisisi dengan melakukan tender offer, sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.

15 3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan maka, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambil alihan perusahaan yang tidak bersahabat. (hostile takeover). 4. Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham. Seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas, jika mereka tidak menyetujui akuisisi. Kekurangan akuisisi: 1. Jika para pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap pengambil alihan cukup banyak, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua pertiga (67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi. 2. Bila perusahaan pengakuisisi mengambil alih seluruh saham yang di beli maka terjadi merger. 3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. 2.2 Pasar Modal yang Efisien Secara umum dapat dikatakan bahwa pasar yang efisien akan segera bereaksi secara cepat terhadap informasi pergerakan harga saham, sehingga tidak dimungkinkan untuk memperoleh keuntungan di atas normal (abnormal return). Konsekuensi dari pasar modal efisien amat sulit bagi investor untuk meraih pendapatan abnormal secara tetap dengan melakukan transaksi di bursa. Kondisi pasar efisien diantaranya ditopang oleh kesadaran para emiten untuk

16 mempublikasikan informasi berkualitas, dari sisi frekuensi, kebenaran dan kecepatan informasi tersebut. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Seorang investor sebelum membeli saham suatu perusahaan, akan mempelajari terlebih dahulu kondisi perusahaan. Hal ini berdasarkan alasan bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan. Investor sering membandingkan antara harga pasar saham dengan nilai atau harga sebenarnya dari saham tersebut, sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual suatu saham. 2.3 Efisiensi Pasar Bentuk dari efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasi pergerakan harga saham dan kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi yang tersedia. Selain itu, efisiensi pasar juga dapat dilihat dari bagaimana pasar tersebut bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut pasar efisien. Suad Husnan (1998) menyatakan bahwa pasar modal yang efisien secara modern dapat

17 didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Membedakan pasar modal dalam tiga bentuk pasar efisien, hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap efisiensi pasar modal. Ketiga bentuk efisiensi pasar ini berhubungan antara satu dengan yang lain. Hubungan itu berupa tingkatan yang kumulatif, dimana bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat. Prasetio dan Astuti (2003) membedakan efisiensi pasar menjadi tiga macam yaitu : 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar efisien bentuk lemah terjadi apabila harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh informasi masa lalu. Bentuk efisiensi pasar lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang sehingga nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal atau abnormal return. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form) Pasar efisien bentuk setengah kuat terjadi apabila harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi yang berada di laporan keuangan perusahaan emiten. Dengan kata lain, para pemodal tidak dapat memperoleh tingkat keuntungan di atas normal

18 dengan memanfaatkan informasi yang tersedia kepada publik (public information). 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar efisien bentuk kuat terjadi apabila harga- harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga tidak ada individual atau kelompok investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal karena masing-masing investor mempunyai informasi yang sama. 2.4 Return Saham Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh investor dari investasinya. Return dapat berupa return realisasi maupun return ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan expected return untuk mengukur risiko dimasa yang akan datang. Sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. 2.5 Abnormal Return Abnormal return umumnya menjadi fokus dalam study yang mengamati reaksi harga atau efisiensi pasar. Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dikurangi return yang diharapkan atau return ekspektasi Jogiyanto (2000) dalam Wiriastari (2010). Dengan kata lain Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terhadap return normal.

19 Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan investor). Return yang sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke t yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya. Sedangkan return yang diharapkan merupakan return yang harus di estimasi. Abnormal return akan terjadi apabila pengumuman merger dan akuisisi mempunyai kandungan informasi pergerakan harga saham dalam pasar modal yang efisien, harga saham dan tingkat pengembalian bereaksi dengan adanya pengumuman merger dan akuisisi sehingga dengan memanfaatkan informasi publik (public information), maka perusahaandapat memperoleh keuntungan diatas normal. Jogiyanto (2000) dalam Wiriastari (2010) menyebutkan tiga model yang dapat digunakan untuk mengukur abnormal return, yaitu : 1. Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model) Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Dalam model ini, return ekspektasi suatu sekuritas pada periode tertentu diperoleh melalui pembagian return realisasi sekuritas tersebut dengan lamanya periode estimasi. Tidak ada patokan untuk lamanya periode estimasi, periode yang umum dipakai berkisar dari 100 sampai dengan 300 hari untuk mendapatkan data harian dan dari 24 sampai dengan 60 bulan untuk data bulanan. 2. Model Pasar (Market Model) Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi return estimasi. Kemudian menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square).

20 3. Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model) Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik dalam mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. 2.6 Event Study ( Identifikasi Peristiwa ) Event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu. Sedangkan menurut Kritzman (1994), event study bertujuan mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dan pendapatan (return) dari surat berharga tersebut. Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman merger dan akuisisi. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Dari pengertian tersebut sebenarnya event study dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal (dengan pendekatan pergerakan harga saham) terhadap suatu peristiwa tertentu. Sejalan dengan tujuan itu, event study dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien (efficient market hyphothesis) pada bentuk setengah kuat (semi strong form), seperti yang dilakukan Fama (1997), yang kemudian diikuti oleh berbagai peneliti pada pasar modal lainnya.

21 Peristiwa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peristiwa pengumuman merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam event study dikenal istilah event window (jendela peristiwa) / event date (tanggal peristiwa) dan estimation period (periode estimasi). Periode peristiwa disebut juga dengan periode pengamatan / jendela peristiwa (event window) mempunyai panjang yang bervariasi, lama dari jendela yang umumnya digunakan berkisar 3 hari 121 hari untuk data harian dan 3 bulan 121 bulan untuk data bulanan. Sedangkan lama periode estimasi yang umum digunakan adalah berkisar dari 100 hari 300 hari untuk data harian dan berkisar bulan untuk data bulanan. 2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu Harga keseimbangan di dalam pasar yang kompetitif ditentukan oleh penawaran dan permintaan, dan mencerminkan konsensus bersama semua pelaku pasar tentang aktiva tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Jika terdapat informasi yang relevan masuk ke pasar maka informasi tersebut akan diinterpretasikan oleh pelaku pasar yang dapat berakibat kemungkinan pergeseran harga ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan tetap bertahan sampai suatu informasi baru yang relevan lainnya masuk hingga dapat mengubah harga ekuilibrium sebelumnya. Apabila informasi baru yang relevan tersebut (misalnya : pengumuman merger dan akuisisi) memiliki kandungan informasi (information content) maka diharapkan pasar akan bereaksi pada saat pengumuman merger dan akuisisi tersebut diterima. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan perhitungan

22 abnormal return berdasarkan perhitungan perbedaan actual return saham dan return saham dalam periode yang sama dengan menggunakan analisa event study. Dengan demikian maka apabila pengumuman merger dan akuisisi memiliki kandungan informasi maka diharapkan adanya abnormal return, tetapi apabila pengumuman merger dan akuisisi tersebut tidak memiliki kandungan informasi maka kemungkinan tidak terdapat abnormal return bagi pasar. Keadaan ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu. Nama Peneliti dan tahun Rahadiani Wiriastari (2010) Parwati Adhitya Puspita Ayu (2011) Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul Variabel Hasil Penelitian Analisis dampak pengumuman merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Analisis perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumaman merger pada perusahaan go public di Indonesia. Abnormal return, Merger dan akuisisi Abnormal return perusahaan, merger dan akuisisi. Secara independent sample t-test dalam penelitian ini tidak ada perbedaan abnormal return sebelum 20 hari dan sesudah 20 hari pengumuman merger dan akuisisi. Berdasarkan analisis penelitian menyimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman merger pada perusahaan go publik di Indonesia. Periode pengamatan 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman merger.

23 Astri Rumondang P. (2010) Ida Prihatin (2007) Analisis Dampak Pengumuman Merger dan Akuisisi terhadap Abnornal Return Saham Perusahaan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun ) Pengaruh Pengumuman merger dan akuisisi terhadap abnormal return saham perusahaan pengakuisisi di BEJ Abnormal Return Saham, pengumuman merger dan akuisisi Merger dan Akuisisi, Abnormal Return, Perusahaan Pengakuisisi Dari hasil hipotesis dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan 20hari sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi.tetapi penelitian ini dapat membuktikan adanya pengumuman merger dan akuisisi menghasilkan abnormal return pada disekitar pengumuman merger dan akuisisi.hasil pengujian menggunakan one sample test. Hasil analisis data dengan paired t-test menunjukkan bahwa sekitar pengumuman merger dan akuisisi, average abnormal return positif lebih banyak dari negative, tetapi secara statistic ternyata nilai t selama 61 hari pengamatan tidak ada yang signifikan. Dan pengujian hipotesis menggunakan wilcoxon sign-rangetest bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dari rata-rata abnormal return antara periode sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Sumber: Peneliti, 2012

24 2.8 Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan oleh peneliti sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala menjadi objek permasalahan. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Dampak Abnormal Return Saham Sebelum Pengumuman Merger dan akuisisi Uji Beda Dampak Abnormal Return Saham Sesudah Pengumuman Merger dan akuisisi Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual diatas adalah gambaran mengenai perbedaan dampak abnormal return saham sebelum dan sesudah melakukan pengumuman merger dan akuisisi yang menggunakan teknik event study. Abnormal return saham yang di uji beda didalam penelitian dapat dilihat pada saat, 10 hari sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Perusahaan di BEI yang melakukan merger dan akuisisi. Abnormal Return merupakan selisih antara tingkat keuntungan yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). 2.9 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis, tujuan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap dampak abnormal return saham pada saat, sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Penggabungan Usaha 2.1.1. Gambaran Umum Penggabungan Usaha Perusahaan dapat memperluas usahanya dengan berbagai cara. Perluasan atau ekspansi bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Akuisisi telah menjadi topik populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan komunitas pelaku bisnis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) Pasar efisien adalah jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan baru yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Pasar dapat dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik jangka pendek maupun jangka panjang agar dapat terus bertahan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. baik jangka pendek maupun jangka panjang agar dapat terus bertahan dan mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Memasuki Era pasar bebas, persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang ada akan menjadi semakin ketat. Hal ini mendorong pemilik/manajemen perusahaan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang

I. Pendahuluan. dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang 1 I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, ada banyak cara yang dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja melalui pembangunan perusahaan untuk meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. kerja melalui pembangunan perusahaan untuk meningkatkan daya saing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dekade terakhir pasar modal Indonesia mulai menunjukkan peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat baik domestik maupun asing untuk menunjang pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi Pasar Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219). No one

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi merupakan salah satu strategi eksternal yang dapat digunakan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi merupakan salah satu strategi eksternal yang dapat digunakan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuisisi Akuisisi merupakan salah satu strategi eksternal yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha tanpa perlu memulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Pratama (2011), peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan berupa return dan abnormal return pada sampel saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori yang sering diperlukan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merger dan akuisisi. Merger merupakan salah satu strategi perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merger dan akuisisi. Merger merupakan salah satu strategi perusahaan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Merger dan Akuisisi. Kondisi perekonomian dengan persaingannya untuk mempertahankan bisnis perusahaan mendorong semakin aktifnya transaksi di pasar modal, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pasar. Efisiensi pasar membahas bagaimana pasar merespon

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pasar. Efisiensi pasar membahas bagaimana pasar merespon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat bagi perusahaan memperoleh dana untuk kegiatan operasi dan ekspansi perusahaan dengan biaya yang lebih murah dibandingkan sumber

Lebih terperinci

Merger dan Akuisisi Pengertian Merger dan Akuisisi Merger Akuisisi Jenis-jenis Merger dan Akusisi a. Merger b. Konsolidasi c.

Merger dan Akuisisi Pengertian Merger dan Akuisisi Merger Akuisisi Jenis-jenis Merger dan Akusisi a. Merger b. Konsolidasi c. 1 Merger dan Akuisisi Barangkali kegiatan yang memperoleh perhatian besar dari masyarakat adalah pada waktu suatu perusahaan mengambil alih (melakukan akuisisi) perusahaan lain, atau penggabungan (merger

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pemecahan Saham (Stock Splits) 2.1.1.1 Pengertian Pemecahan Saham Menurut Abdul Halim (2007 : 98), stock split (pemecahan saham) adalah perubahan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis seperti globalisasi, kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi. Sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis seperti globalisasi, kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi. Sehingga membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia saat ini telah mengalami banyak perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Efisiensi Pasar Modal Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970). Suatu pasar dikatakan efisien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Risk Averse Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap 37 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek Indonesia terhadap pengumuman peristiwa bencana banjir yang melanda daerah khusus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dalam ekuitas pemegang saham. Menurut Abdul Halim (2007 : 98), split stock

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dalam ekuitas pemegang saham. Menurut Abdul Halim (2007 : 98), split stock BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pemecahan Saham Menurut kamus investasi dan keuangan, peristiwa pemecahan saham merupakan cara yang dilakukan dengan tujuan untuk memecah jumlah saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Signaling Teori Signalling mengemukakan tentang bagaimana perusahaan memberi sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini karena pasar modal merupakan sarana yang dapat menggalang perolehan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional. Stock Split adalah perubahan nilai nominal perlembar saham dengan menambah

METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional. Stock Split adalah perubahan nilai nominal perlembar saham dengan menambah 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Stock Split adalah perubahan nilai nominal perlembar saham dengan menambah atau mengurangi jumlah saham yang beredar menjadi n

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Pernyataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Untuk memperolehnya

I. PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Untuk memperolehnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Untuk memperolehnya diperlukan pengelolan perusahaan yang baik agar dapat memberikan manfaat yang maksimal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. keuntungan selama periode tertentu. Keputusan investasi adalah suatu keputusan

BAB 2 LANDASAN TEORI. keuntungan selama periode tertentu. Keputusan investasi adalah suatu keputusan 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menanamkan modal baik dalam uang maupun benda pada suatu objek dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan keputusannya untuk berinvestasi. Hipotesis pasar modal efisien menyatakan bahwa pasar yang

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENGUMUMAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN PERUSAHAAN AKUISITOR DAN NON AKUISITOR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

ANALISA PENGARUH PENGUMUMAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN PERUSAHAAN AKUISITOR DAN NON AKUISITOR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI ANALISA PENGARUH PENGUMUMAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN PERUSAHAAN AKUISITOR DAN NON AKUISITOR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan oleh : ERDIAN FIRMANSYAH 0912010119/FE/EM KEPADA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Merjer dan Akuisisi 1. Pengertian Merjer dan Akuisisi Merjer merupakan penggabungan usaha dengan cara suatu perusahaan mengambil alih satu atau lebih perusahaan lainnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah. Di samping itu, para investor juga menggunakan pasar modal sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pemecahan saham (stock split) Menurut Jogiyanto (2000 : 415), stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar untuk memperoleh penghasilan dengan cara memperdagangkan barang-barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis Perbandingan Abnormal Return Dan Risiko Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis Perbandingan Abnormal Return Dan Risiko Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin pesat mendorong pemilik/manajemen perusahaan untuk mengembangkan usahanya dengan strategi bisnis baik jangka pendek maupun jangka

Lebih terperinci

FITRI NILAM SARI B

FITRI NILAM SARI B PENGARUH PENGUMUMAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi.

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi. BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Menurut Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan bertujuan memaksimumkan nilai perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan tercermin dari harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan Menurut PSAK no. 1, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dimana para investor bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan

LANDASAN TEORI. Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan 9 II. LANDASAN TEORI 2.1. Stock Split Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan kepada publik. Hal tersebut diatur dalam pasal 68 dan 86 tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti untuk melakukan penelitian kembali serta menjadi rujukan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti untuk melakukan penelitian kembali serta menjadi rujukan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian kembali serta menjadi rujukan dalam penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Akuisisi Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai proses pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan lain, dan dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya

II. LANDASAN TEORI. menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya 7 II. LANDASAN TEORI A. Signaling theory Menurut Wolk, et al. (2001) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan analisis penulis mengenai hubungan variabel- variabel dalam penelitian, yaitu : Stock split (pemecahan saham),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pengalokasian dana masyarakat. Menurut Jogiyanto (2008), pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pengalokasian dana masyarakat. Menurut Jogiyanto (2008), pasar modal A. Landasan Teori 1.Pasar Modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pasar modal mempunyai peranan penting dalam perekonomian terutama dalam pengalokasian dana masyarakat. Menurut Jogiyanto (2008), pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian dunia. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian dunia. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era kemajuan komunikasi, teknologi, dan informasi. Dimana kemajuan tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

1BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang dapat mempengaruhi atau memancing reaksi pasar. Reaksi pasar

1BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang dapat mempengaruhi atau memancing reaksi pasar. Reaksi pasar 1BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian Objek yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah efektifitas aksi korporasi. Sebuah aksi korporasi yang efektif akan memberikan sinyal kandungan informasi

Lebih terperinci

Skripsi. Disusun Oleh : Wahyu Widya Yanti B

Skripsi. Disusun Oleh : Wahyu Widya Yanti B ANALISIS DAMPAK PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada perusahaan go public di BEI periode 2010-2013) Skripsi Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuisisi Berasal dari kata acquisition (Latin) dan acquisition (Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu atau obyek untuk ditambahkan pada sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang termasuk kategori eksperimental dari pengujian teori Efficient Market Hypothesis dan event study.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif memperoleh sumber dana yang dibutuhkan oleh perusahaan yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA EFFICIENT MARKET THEORY (TEORI EFISIENSI PASAR)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA EFFICIENT MARKET THEORY (TEORI EFISIENSI PASAR) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 EFFICIENT MARKET THEORY (TEORI EFISIENSI PASAR) Pasar yang efisien adalah suatu pasar bursa dimana efek yang diperjualbelikan merefleksikan seluruh informasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian pada skripsi ini adalah emiten yang masuk dalam LQ 45 periode

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian pada skripsi ini adalah emiten yang masuk dalam LQ 45 periode III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian pada skripsi ini adalah emiten yang masuk dalam LQ 45 periode Februari Juli yaitu indeks yang terdiri dari 45 perusahaan yang tercatat yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengembangkan dan menumbuhkan sebuah perusahaan. Merger berasal. dari kata mergere (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama,

BAB II KAJIAN TEORI. mengembangkan dan menumbuhkan sebuah perusahaan. Merger berasal. dari kata mergere (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama, BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Merger Akuisisi a. Pengertian Merger Akuisisi Merger adalah salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk mengembangkan dan menumbuhkan sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terserap atau tertelan sesuatu. Pada dasarnya merger adalah penggabungan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terserap atau tertelan sesuatu. Pada dasarnya merger adalah penggabungan dua BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merger dan Akuisisi Merger berasal dari kata merger (Latin) yang artinya adalah bergabung bersama, menyatu dan berkombinasi menyebabkan hilangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Tedahulu Penelitian mengenai pasar modal akibat adanya suatu peristiwa non-ekonomi telah banyak dilakukan, antara lain penelitian yang dilakukan Wardani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi Jabatan politik tertentu. Dalam Pemilu, para pemilih dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) dan laba Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut John E. Junarsin (http://cwma.or.id), ketika sebuah perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut John E. Junarsin (http://cwma.or.id), ketika sebuah perusahaan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Dividen Menurut John E. Junarsin (http://cwma.or.id), ketika sebuah perusahaan memperoleh laba bersih (net income) dan tingkat cash flows pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Panagiotis (2010) meneliti tentang dampak terorisme terhadap harga saham perbankan di negara Yunani. Ada tiga peristiwa bom yang diteliti oleh Panagiotis,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PASAR MODAL INDONESIA PERIODE (Studi Pada PT Bursa Efek Jakarta)

ANALISIS EFISIENSI PASAR MODAL INDONESIA PERIODE (Studi Pada PT Bursa Efek Jakarta) ANALISIS EFISIENSI PASAR MODAL INDONESIA PERIODE 2003 2005 (Studi Pada PT Bursa Efek Jakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing (Ang, 1997). Strategi bersaing merupakan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing (Ang, 1997). Strategi bersaing merupakan usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya globalisasi dan persaingan bebas menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing (Ang,

Lebih terperinci

PENGARUH MERGER DAN AKUISISI TERHADAP AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PENGAKUISISI DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PENGARUH MERGER DAN AKUISISI TERHADAP AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PENGAKUISISI DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PENGARUH MERGER DAN AKUISISI TERHADAP AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PENGAKUISISI DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 60 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-ekperimental, dengan jenis deskriptif, dan komparatif. Dilihat dari pengendalian variabel, penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan yang muncul menyebabkan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan yang muncul menyebabkan tingkat persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya perusahaan yang muncul menyebabkan tingkat persaingan meningkat dan menuntut perusahaan untuk melakukan investasi pada usaha yang menguntungkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hipotesis Pasar Efisien Efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Pengertian pasar efisien adalah pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha di Indonesia berkembang cukup baik, ini dapat dilihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha di Indonesia berkembang cukup baik, ini dapat dilihat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha di Indonesia berkembang cukup baik, ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang di negara ini, dari skala kecil sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitan ini, peneliti merujuk pada penelitian sebelumnya yang bermanfaat untuk dijadikan sebagai pembanding. Penelitian yang dijadikan rujukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang mengambil topik tentang pengaruh manajemen laba sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. melalukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan melalukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif investasi pada financial assets, sedangkan emiten sebagai pihak yang. memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26).

BAB I PENDAHULUAN. alternatif investasi pada financial assets, sedangkan emiten sebagai pihak yang. memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pasar modal, ada dua pihak yang memiliki kepentingan yaitu investor dan emiten. Investor sebagai pihak yang kelebihan dana dapat melakukan alternatif investasi

Lebih terperinci

Kondisi Pasar yang Efisien

Kondisi Pasar yang Efisien Efisiensi Pasar Pasar yang Efisien Bagaimana respon pasar terhadap informasi baru? Mungkinkah dengan menggunakan informasi sekarang kita bisa memutuskan investasi yang profitable dan yang unprofitable?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha di antara perusahaanperusahaan yang ada semakin erat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien

BAB I PENDAHULUAN. harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien adalah bahwa informasi tersedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode penelitian 2007-2009 dengan objek penelitian Indeks LQ45. Kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu tahun (Tandellin 2013). Menurut Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. satu tahun (Tandellin 2013). Menurut Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pasar modal Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya anatara permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka panjang yang umumnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam, terutama sejak dibukanya perdagangan bebas antara ASEAN dengan China yang disebut ASEAN-China

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang berdiri dari skala kecil dan besar.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang berdiri dari skala kecil dan besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia investasi saham di Indonesia sudah sangat berkembang tiap tahunnya, dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang berdiri dari skala kecil dan besar.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Suku Bunga Acuan ( BI Rate)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Suku Bunga Acuan ( BI Rate) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tingkat Suku Bunga Acuan ( BI Rate) Tingkat suku bunga acuan atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal, banyak sekali yang dapat diperoleh investor baik yang tersedia di publik maupun pribadi (privat). Salah satu yang ada adalah pengumuman stock split

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA

PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggabungan usaha. Anda harus mampu menjelaskan: 2.1 Bentuk dan jenis penggabungan usaha 2.2 Persoalan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya menjadi

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya menjadi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu strategi suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya menjadi perusahaan yang besar dan mampu bersaing adalah melalui ekspansi, baik dalam bentuk ekspansi internal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikatan akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikatan akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Merger dan Akuisisi 2.1.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Investasi adalah mengorbankan asset yang dimiliki sekarang untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Investasi adalah mengorbankan asset yang dimiliki sekarang untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Pasar Modal Investasi adalah mengorbankan asset yang dimiliki sekarang untuk mendapatkan asset pada masa yang akan datang

Lebih terperinci

D E N I K B

D E N I K B PENGARUH PENGUMUMAN MERGER DAN AKUISISI TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN AKUISITOR DAN NON AKUISITOR DALAM SEKTOR INDUSTRI YANG SAMA DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hartono (2014:623), studi peristiwa (event study) merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hartono (2014:623), studi peristiwa (event study) merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Event Study Menurut Hartono (2014:623), studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti ini merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti ini merujuk penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti ini merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah perbedaan antara penelitian terdahulu dan sekarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin ramainya transaksi jual-beli saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal itu menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Efficient Market Hypothesis merupakan salah satu pilar penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Efficient Market Hypothesis merupakan salah satu pilar penting dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Efficient Market Hypothesis Efficient Market Hypothesis merupakan salah satu pilar penting dalam perkembangan teori keuangan dan merupakan salah satu kerangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang sebelumnya terpisah, meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah profitabilitas, penggabungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Perbedaan Abnormal Return dan Trading

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Perbedaan Abnormal Return dan Trading BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini menggunakan rujukan dari beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut : 1. I Made Joni Suparsa dan Ni Made Dwi Ratnadi (2013) telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Penggabungan usaha dapat dilakukan

Lebih terperinci