PERCOBAAN I INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERCOBAAN I INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM"

Transkripsi

1 PERCOBAAN I INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Interaksi Makhluk Hidup yang dibina oleh Bapak Drs. Agus Dharmawan, M.Si Disusun Oleh: Kelompok 1, Offering A 1. Annafi Rhomadhiyana ( ) 2. Faudina Permatasari ( ) 3. Muhammad Jazuli ( ) 4. Rifka Amilia ( ) 5. Siti Khoirun Ervin N ( ) 6. Vita Fatimah ( ) 7. Yeni Pratiwi ( ) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Januari 2014

2 PERCOBAAN INTERAKSI ANTARKOMPONEN EKOSISTEM A. TANGGAL PELAKSANAAN Percobaan dilakukan pada hari Kamis, 15 Januari 2015 B. TUJUAN 1. Mampu mendiskripsikan istilah-istilah berikut: a. Biochemical Oxygen Demand (BOD) b. Chemical Oxygen Demand (COD) c. Dissolved Oxygen (DO) 2. Mampu mendiskripsikan hubungan antara faktor abiotik dan faktor biotic dalam ekosistem air tawar C. PENDAHULUAN Suatu organisme tidak akan dapat hidup sendiri di mana pun ia berada. Untuk kelangsungan hidupnya, suatu organisme akan bergantung pada kehadiran organisme lain dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya untuk keperluan pangan, lindungan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan sebagainya. Hubungan antara individu dengan individu lain dan dengan lingkungannya sangat rumit dan timbal balik sifatnya. Semua peristiwa hubungan timbal balik ini terjadi pada suatu ekosistem. Menurut Resosoedarmo,dkk(1986:7) suatu kawasan alam yang didalamnya tercakup unsur-unsur hayati (organisme) dan unsur-unsur non-hayati (zat-zat yang tak hidup) serta antara unsur- unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik disebut sistem ekologi atau sering dinamakan ekosistem. Selanjutnya Arikunto (2002:5) menyatakan bahwa ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu lingkungan dapat terdiri dari komponen penyusun ekosistem, yaitu komponen yang terdiri dari makhluk hidup dan lingkungannya. Lingkungan yang menyertai suatu organisme dapat berupa organisme hidup (biotik) dapat pula 1

3 bukan organisme.secara garis besar komponen penyusun ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik suatu ekosistem merupakan keadaan fisik dan kimia yang menyertai kehidupan organisme sebagai medium dan substrat kehidupan. Komponen ini terdiri dari segala sesuatu tak hidup dan secara langsung terkait pada keberadaan organisme, antara lain tanah, suhu, air, udara, topografi, iklim dan sebagainya. Sedangkan komponen biotik suatu ekosistem merupakan komponen yang terdiri dari organisme yang dikelompokkan berdasarkan cara memperoleh makanan yaituorganisme autotrop merupakan organisme yang dapat mengubah bahan anorganik menjadi organik (dapat membuat makanan sendiri). Organisme autotrop dibedakan menjadi dua tipe yaitu fotoautotrop adalah organisme yang dapat menggunakan sumber energi cahaya untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik, contohnyatumbuhan hijau. Kemoautotrop adalah organisme yang dapat memanfaatkan energi dari reaksi kimia untuk membuat makanan sendiri dari bahan organik. Contohnya bakteri nitrit dan nitrat. Organisme heterotrop, adalah organisme yang memperoleh bahan organik dari organisme lain. Contohnya hewan, jamur dan bakteri non autotrof (Leksono,2007). Berdasarkan habitatnya ekosistem dibagi menjadi dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem Perairan. Dalam ekosistem akuatik dapat kita jabarkan sebagai semua komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalam ekosistem perairan tersebut.sedangkan dalam ekosistem terrestrial atau ekosistem daratan dapat dijabarkan semua komponen yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam ekosistem tersebut. Ekosistem daratan meliputi bioma gurun, padang rumput, Hutan hujan tropis, Hutan gugur, Taiga,dan bioma Tundra. (Anonim,2010). Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang, dan dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik atau perairan menggenang dan ekosistem lotik atau perairan mengalir. Yang termasuk ekosistem lentik 2

4 adalah danau, rawa dan kolam, sedangkan yang termasuk ekosistem lotik adalah sungai. (Kistinnah, 2009) Dalam ekosistem perairan, parameter yang selalu menjadi perhatian utama adalah kandungan gas oksigen dan karbondioksida dalam air yang menunjukkan kualitas perairan. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrobentos di perairan. Semakin tinggi kadar O2 terlarut maka jumlah bentos semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah kadar CO2 terlarut maka jumlah bentos akan makin sedikit. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. (Andri, 2011) Perairan tawar alami hampir tidak memiliki ph > 9 sehingga tidak ditemukan karbon dalam bentuk karbonat. Pada air tanah, kandungan karbonat biasanya sekitar 10 mg/l karena sifat tanah yang cenderung alkalis. Perairan yang memiliki kadar sodium tinggi mengandung karbonat sekitar 50 mg/l. Perairan tawar alami yang memiliki ph 7 8 biasanya mengandung ion karbonat < 500 mg/l dan hampir tidak pernah kurang dari 25 mg/l. Ion ini mendominasi sekitar 60 90% bentuk karbon organik total di perairan. (Andri, 2011) D. ALAT dan BAHAN Alat : Aquarium DO meter Ph meter Termometer Stopwatch Counter time Ember Bahan : Air Tanaman Hydrilla Ikan 3

5 E. PROSEDUR KERJA 1. Disiapkan empat buah akuarium 2. Diisi masing-masing akuarium dengan 2 ember air sumur. Dan diamkan 15 menit. 3. Akuarium diisi dengan keadaan sebagai berikut : (Hydrilla saja) (Seekor Ikan Saja) 4

6 (Hydrilla + seekor ikan) (Hydrilla + 3 ekor ikan) 4. Suhu, ph air, dan Kadar oksigen dalam air diukur. 5. Jumlah gerakan operkulumikan dihitung, keadaan ikan dan ketinggian air di akuarium juga dicatat. 6. Diulangi langkah 4 dan 5 pada waktu yang sama selama 10 hari, dan dicatat pada data pengamatan. 5

7 F. DATA PENGAMATAN Hasil pengamatan sistem 1 (Hydrilla) Hari ke- Parameter suhu ph Kadar DO Tinggi air Gelembung air pada dinding akuarium 22,60 8,02 1,30 15, ,60 8,05 1,40 15,00 22,60 8,06 1,40 15,00 Rerata 22,60 8,04 1,36 15,00 22,70 8,89 1,30 14, ,70 8,86 1,30 14,80 22,70 8,84 1,30 14,80 Rerata 22,70 8,86 1,30 14,80 21,90 9,10 8,60 14, ,90 9,12 8,90 14,70 21,90 9,10 8,90 14,70 Rerata 21,90 9,11 8,80 14,70 22,20 9,59 9,90 14, ,10 9,52 9,90 14,50 22,10 9,55 9,80 14,50 Rerata 22,13 9,55 9,87 14,50 22,40 9,85 7,80 14, ,40 9,81 7,60 14,50 22,40 8,76 7,60 14,50 Rerata 22,40 9,81 7,67 14, ,10 9,70 7,70 14, ,10 9,75 7,50 14,50 6

8 22,10 9,76 7,50 14,50 Rerata 22,10 9,73 7,57 14,50 22,40 9,91 7,20 14, ,40 9,91 7,30 14,30 22,50 9,92 7,30 14,30 Rerata 22,43 9,91 7,27 14,30 22, ,30 14, ,90 9,83 8,30 14,00 22,00 9,84 8,30 14,00 Rerata 21,96 9,82 8,30 14,00 22,20 9,83 8,70 13, ,50 9,96 8,50 13,90 22,50 9,95 8,80 13,90 Rerata 22,43 9,91 8,67 13,90 22,50 10,10 8,90 13, ,50 10,07 8,80 13,80 22,50 10,09 8,80 13,80 Rerata 22,50 10,09 8,83 13,80 22,30 10,07 8,40 13, ,30 10,09 8,60 13,70 22,30 10,08 8,50 13,70 Rerata 22,30 10,07 8,50 13,70 7

9 Hasil pengamatan sistem 2 (satu ekor ikan) Parameter Hari ke- Suhu ( o C) ph DO (mg/l) Gerakan operkulu m Keadaan ikan Tinggi air (cm) 0 22, , Gerakan operkulumcepat 15,00 22,80 7,84 1, Ikan dominan terletak dibagian bawah akuarium(+) 15,00 22,80 7,85 1, Gerakan ikan cukup aktif 15,00 Rerata 22,80 7,85 1, , ,70 8,39 1, Gerakan operkulumdominan 14,70 22,70 8,41 1, semakin cepat (++) Ikan dominan berada 14,70 22,70 8,38 1, dibagian permukaan 14,70 Rerata 22,70 8,39 1, , ,90 8, Gerakan operkulumsemakin 14,70 21,90 8,62 1, lambat (-) Ikan dominan berada di 14,70 21,90 8,64 1, tengah 14,70 Rerata 21,90 8,63 1, ,70 22,20 8,71 1, Gerakan operkulumlebih ,20 8,68 1, lambat (--) Ikan dominan berada di 14,50 22,20 8,64 1, permukaan 14,50 Rerata 22,20 8,67 1, Air mulai keruh 14, ,40 8,77 0,50 - Ikan mati 14,10 22,40 8,76 0,40 - Air keruh (+) 14,10 22,40 8,64 0,60-14,10 Rerata 22,40 8, , ,20 8,95 1,60 - Air tetap keruh 14,30 22,20 8,94 1,60-14,30 8

10 22,20 8,92 1,60-14,30 Rerata 22,20 8,93 1,60-14,30 22,40 8,93 1,80 - Air tetap keruh 14, ,40 8,90 1,80-14,10 22,40 8,97 1,90-14,10 Rerata 22,40 8,93 1,83-14,10 21,90 9, Air keruh (++) 14, ,90 9,16 4,70-14,10 21,90 9,17 4,80-14,10 Rerata 21,90 9,16 4,66-14,10 22,30 9,33 4,00 - Air semakin keruh (+++) ,40 9,25 4, ,40 9,23 4, Rerata 22,37 9,27 4, ,40 9,48 4,80 - Air semakin keruh (++++) 13, ,40 9,41 4,80-13,80 22,40 9,40 4,80-13,80 Rerata 22,40 9,43 4,80-13, , Air semakin keruh (+++++) 13, , , , ,80 Rerata , ,80 9

11 Hasil pengamatan sistem 3 (Hydrilla + satu ekor ikan) Parameter Hari ke- Suhu ( o C) ph DO (mg/l) Gerakan operkulu m Keadaan ikan Tinggi air (cm) 22,60 7,77 1, , ,70 7,77 1, Ikan tenang, Pergerakan Operkulum 15,00 22,70 7,78 1, lambat, posisi ikan selalu mendekati Hydrilla 15,00 Rerata 22,66 7,73 1, ,00 22,70 8,33 1, , ,80 8,34 1, Ikan tenang, pergerakan 14,90 22,80 8,34 1, operkulumcepat, dan posisi ikan selalu dekat dengan Hydrilla 14,90 Rerata 22,76 8,33 1, , ,80 8,68 1, Ikan dominan berada di bagian tengah 14,80 21,90 8,66 1, dekat Hydrilla, gerakan operkulumcepat, ikan tidak banyak 14,80 21,90 8,66 1, bergerak 14,80 Rerata 21,87 8,66 1, , ,20 8,77 3,30 - Ikan mati, terdapat gelembung pada 14,70 22,20 8,77 3,40 - dinding aquarium 14,70 22,20 8,76 3,40-14,70 Rerata 22,20 8,76 3,37-14, ,60 9,23 7,50 - Ikan mati, tidak terdapat gelembung 14,50 22,50 9,22 7,70 - pada dinding akuarium 14,50 22,50 9,20 7,70-14,50 Rerata 22,53 9,21 7,60-14, ,20 9,44 5,20 - Tidak terdapat gelembung pada 14,40 22,20 9,43 5,50 - dinding akuarium dan air terlihat jernih 14,40 22,20 9,44 5,30-14,40 10

12 Rerata 22,20 9,43 5,33-14, ,30 9,59 5,90 - Tidak ada ikan, tidak terdapat 14,30 22,40 9,62 5,80 - gelembung pada dinding akuarium dan air terlihat jernih 14,30 22,40 9,60 5,70-14,30 Rerata 22,37 9,63 5,80-14, ,80 9,43 8,00 - Tidak ada ikan, tidak terdapat 14,30 21,90 9,45 8,00 - gelembung pada dinding akuarium dan air terlihat jernih 14,30 21,80 9,43 8,00-14,30 Rerata 21,83 9,44 8,00-14, ,30 9,59 8,80 - Tidak ada ikan, tidak terdapat 13,90 22,30 9,64 8,30 - gelembung pada dinding akuarium dan air terlihat jernih 13,90 22,30 9,65 8,40-13,90 Rerata 22,30 9,57 8,43-13, ,40 9,70 8,20 - Tidak ada ikan, tidak ada gelembung, 13,90 22,50 9,76 8,40 - air lebih keruh, ada jentik-jentik 13,90 22,50 9,76 8,30-13,90 Rerata 22,47 9,74 8,30-13, ,20 9,67 7,50 - Tidak ada ikan, tidak ada gelembung, 13,80 22,30 9,70 7,30 - air lebih keruh, ada jentik-jentik 13,80 22,30 9,69 7,30-13,80 Rerata 22,27 9,68 7,36-13,80 11

13 Hasil pengamatan sistem 4 (Hydrilla + 3 ekor ikan) Parameter Hari ke- Suhu ( o C) ph DO (mg/l ) Gerakan operkulum I II III Keadaan ikan Tinggi air (cm) 22,90 7,57 1, Ikan 1 dan 2 lebih sering 15, ,80 7,58 1, dipermukaan air Ikan 3 lebih banyak 15,30 22,80 7,59 1, bergerak keatas dan 15,30 Rerata 22,83 7,58 1, kebawah 15, ,60 8,33 1, Ikan 1,2 dan 3 lebih sering 15,20 22,70 8,35 1, dipermukaan air serta mengeluarkan gelembung 15,20 22,70 8,39 1, ,20 Rerata 22,66 8,36 1, , ,80 8,77 0, Ikan 1,2 dan 3 sering 15,10 21,90 8,77 0, dipermukaan atas, gerak operkulumcepat, ikan bergerak 15,10 21,80 8,76 0, lebih cepat dari system 2 dan 3 15,10 Rerata 21,83 8,77 0, , ,10 8,76 0, Ikan dominan berada diatas 15,00 22,10 8,76 0, permukaan air 15,00 22,20 8,67 0, ,00 Rerata 22,13 8,73 0, , ,50 8,73 0, Ikan 1 mati 14,70 22,50 8,66 0, Ikan 2 dan 3 sering berada diatas 14,70 22,50 8,65 0, permukaan air 14,70 Rerata 22,50 8,68 0, , C 21,90 8,77 0, Ikan 1 dan 3 mati 14,40 21,90 8,77 0, Ikan 2 masih hidup dan sering dipermukaan air. 14,40 21,90 8,75 0, ,40 12

14 Rerata 21,90 8,76 0, Air semakin keruh 14, ,40 8,92 0, Ikan 2 mati, air semakin keruh 14,30 22,40 8,91 0, dan baunya amis 14,30 22,40 8,89 0, ,30 Rerata 22,40 8,90 0, , ,80 9,10 0, Air lebih keruh dari system 2, 14,30 21,80 9,08 0, bau amis, dan tidak ada gelembung 14,30 21,80 9,07 0, ,30 Rerata 21,80 9,08 0, , ,20 9,24 0, Air lebih keruh dari 14,10 22,30 9,18 0, sebelumnya ( ++++ ) 14,10 22,30 9,17 0, ,10 Rerata 22,27 9,20 0, , ,40 9,30 1, Air lebih keruh dari 14,00 22,40 9,26 1, sebelumnya ( ) 14,00 22,40 9,23 1, ,00 Rerata 22,40 9,26 1, , ,20 9,20 1, Air lebih keruh dari 13,90 22,20 9,21 1, sebelumnya ( ) 13,90 22,20 9,19 1, ,90 Rerata 22,20 9,20 1, ,90 13

15 G. ANALISIS DATA 1. Grafik sistem 1 Grafik Suhu Sistem 1 (Hydrilla) suhu Hari ke- suhu Berdasarkan hasil penelitian kelompok kami, pada system satu dalam akuarium hanya terdapat satu Hydrilla. Suhu pada hari ke-nol yang tercatat adalah 22.6 C. pada hari pertama suhu 22.7 C, hari kedua suhu sebesar C, hari ke-tiga C, hari ke-empat 22.4 C, hari ke-lima sebesar 22.1 C, hari ke-enam dan hari kedelapan suhu sama sebesar C, hari ke-tujuh suhu sebesar21.97 C, hari ke-sembilan suhu sebesar C dan hari ke-sepuluh suhu sebesar 22.3 C Grafik ph sistem 1 (Hydrilla) Ph Hari ke- Ph 14

16 Ph pada system satu hari ke-nol sebesar 8.04, pada hari ke-satu ph sebesar 8.86, hari ke-dua ph sebesar 9.11, hari ke-tiga 9,55, hari ke-empt ph sebesar 9.80, hari ke-lima ph sebesar 9.7, ph pada hari ke-enam 9.93, pada hari ke-tujuh ph sebesar 9.82, pada hari ke-delapan ph sebesar 9.91, ph pada hari ke-sembilan ph sebesar dan ph pada hari ke-sepuluh sebesar Grafik DO Sistem 1 (Hydrilla) 6 DO (mg/l) Hari ke- DO (mg/l) Pada system ke-satu kadar DO hari ke-nol sebesar 1, 36 terdapat gelembung, pada hari ke-satu kadar DO sebesar gelembung pada dinding akuarium semakin bertambah (+), pada hari ke-dua kadar DO sebesar 8.80 gelembung semakin banyak (++), harike-tiga kadar DO sebesar 9.89 gelembung bertambah (+++), hari ke-empat kadar DO sebesar 7.67 gelembung semakin bertambah (++++), hari ke-lima kadar DO sebesar 7.57 gelembung semakin banyak (+++++), hari ke-enam kadar DO sebesar gelembung bertambah banyak (++++++), hari ke-tujuh kadar DO sebesar gelembung semakin banyak ( ), pada hari ke-delapan kadar DO sebesar 8.67 gelembung mulai berkurang dari hari sebelumnya (+++++), hari ke-sembilan kadar DO sebesar 8.83gelembung berkurang dari sebelumnya (++++) dan pada hari kesepuluh kadar DO sebesar 8.50 serta gelembung masih mengalami penurunan sehingga menjadi (+++). 15

17 Grafik Tinggi Air sistem 1 (Hydrilla) 15.5 Tinggi air Tinggi air 13 Ketinggian air pada system satu mula-mula ketinggiannya adalah 15cm, pada hari ke-satu mengalami penurunan ketinggian sebesar 0.2cm sehingga menjadi 14.8cm, pada hari ke-dua ketinggiannya 14.7cm, ketinggian air pada akuarium hari-ketiga, empat, dan ke-lima berkurang sebesar 0.2cm sehingga ketinggiannya menjadi 14.50cm, pada harike-enam ketinggian air mengalami penurunan sehingga menjadi 14.30cm, hari ke-tujuh ketinggian air sebesar 14.00cm, pada hari ke-delapan sampai hari ke-sepuluh ketinggian air mengalami penurunan ketinggian sebesar 0.1cm sehingga ketinggiannya menjadi 13.90cm, 13.80, dan

18 2. Grafik sistem 2 Grafik Suhu sistem 2 (1 ikan) Suhu Hari Ke- Suhu Pada sistem kedua ini suhu hari ke 0 sebesar o C ; hari ke-1 sebesar o C; hari ke 2 sebesar o C ; hari ke-3 sebesar o C; hari ke-4 sebesar o C ; hari ke-5 sebesar o C; hari ke-6 sebesar o C; hari ke-7 o C sebesar o C; hari ke-8 sebesar o C; hari ke-9 sebesar o C; hari ke-10 sebesar o C. Suhu mengalami fluktuasi hari ke-0sampai hari ke 10 sampai suhu mengalami kenaikan dan penurunan. Grafik ph sistem 2 (1 ikan) ph ph 2 0 Hari Ke- 17

19 Pada sistem kedua di mana pada aquarium diisi hanya dengan 1 ekor ikan, ph mula-mula (hari ke 0) sebesar 7.85; pada hari ke-1 sebesar 8.39; pada hari ke- 2 sebesar 8.63; pada hari ke-3 sebesar 8,67; pada hari ke-4 sebesar 8.72; pada hari ke-5 sebesar 8.93; pada hari ke-6 sebesar 8.95; pada hari ke-7 sebesar 9.163; pada hari ke-8 sebesar 9.27; pada hari ke-9 sebesar 9.43; pada hari ke-10 sebesar pada system II (1 ekor ikan), diperoleh ph yang relative naik dari hari ke-1 sampai hari ke-10 dari keseluruhan data yang diperoleh, ph air pada system II mengalami kenaikan dari hari ke hari. Grafik Kadar DO sistem 2 ( 1ikan) 12 kadar DO kadar DO Pada sistem kedua di mana pada aquarium diisi hanya dengan 1 ekor ikan, kadar DO mula-mula (hari ke 0) sebesar 1.30 mg/l; pada hari ke-1 sebesar 1.36 mg/l; pada hari ke-2 sebesar 1.00 mg/l; pada hari ke-3 sebesar 1.37 mg/l; pada hari ke-4 sebesar 0.50 mg/l; pada hari ke-5 sebesar 1,60 mg/l ; pada hari ke-6 sebesar 1.83 mg/l; pada hari ke-7 sebesar 4.67 mg/l; pada hari ke-8 sebesar 4.26 mg/l; pada hari ke-9 sebesar 4.80 mg/l; pada hari ke-10 sebesar 5.20 mg/l. Pada hari ke-0 hingga ke-4 kadar DO mengalami fluktuasi tetapi pada hari ke-4 hingga hari ke-10 mengalami kenaikan. 18

20 Grafik Jumlah Gerakan Operkulum sistem 2 (1 ikan) Gerakan operkulum Gerakan operkulum Hari Ke- Pada sistem kedua di mana pada aquarium diisi hanya dengan 1 ekor ikan, jumlah gerakan operkulum mula-mula (hari ke 0) sebesar 172 pada hari ke-0 operkulum ikan cepat dan ikan sering naik permukaan; pada hari ke-1 sebesar 147 keadaan ikan operkulumcepat dan ikan sering naik ke permukaan; pada hari ke-2 sebesar 145 keadaan ikan, ikan tidak banyak bergerak berada di bagian tengah dan sering naik ke permukaan, operkulumcepat; pada hari ke-3 sebesar 134 keadaan ikan ikan berada di permukaan lebih sering; mulai dari hari ke-4 ikan mati. Grafik Tinggi air sistem 2 (1 ikan) Tinggi air (cm) Tinggi air (cm) 19

21 Pada sistem kedua di mana pada aquarium diisi hanya dengan 1 ekor ikan, Tinggi air mula-mula (hari ke 0) sebesar 15 cm; pada hari ke-1 sebesar 14.70cm ; pada hari ke-2 sebesar 14.70cm; pada hari ke-3 sebesar cm; pada hari ke-4 sebesar cm; pada hari ke-5 sebesar cm; pada hari ke-6 sebesar cm; pada hari ke-7 sebesar cm; pada hari ke-8 sebesar cm; pada hari ke-9 sebesar cm; pada hari ke-10 sebesar cm. Pada tinggi air terlihat perubahan yang mencolok yaitu air mengalami penurunan. 3. Grafik Sistem 3 Grafik Suhu Sistem 3 (Hydrilla + 1 ekor ikan) Suhu SUhu Ke- Suhu Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat bahwa rata-rata suhu sistem 3 mengalami fluktuasi pada setiap harinya. Suhu pada hari ke-1 dan 2 mengalami kenaikan, sedangkan pada hari ke-3 dan hari ke-7 mengalami penurunan suhu yang signifikan. Selanjutnya pada hari ke-4, hari ke-6, dan hari ke-9 mengalami kenaikan suhu dan penurunan suhu pada hari ke-5 dan hari ke-10. Pada grafik juga terlihat bahwa pada hari ke-8 suhu sistem 3 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari hasil pengukuran suhu pada sistem 3 menunjukkan bahwa suhu sistem 3 berkisar antara 21,80 o C 22, 80 o C. 20

22 Grafik ph Sistem 3 (Hydrilla + 1 ekor ikan) ph ph 2 0 Hari ke- Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat bahwa rata-rata ph air sistem 3 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada setiap harinya. Hanya saja, terjadi kenaikan ph air terbesar pada hari ke-1. Sedangkan pada hari-hari selanjutnya keadaan nilai ph air menunjukkan kenaikan yang konstan. Dari data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rata-rata ph pada sistem 3 berkisar antara 7,77-9,70. Hal ini menunjukkan bahwa semakin hari air pada sistem 3 bersifat basa. Grafik DO Sistem 3 (Hydrilla + 1 ekor ikan) Kadar DO Hari ke- Kadar DO 21

23 Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat bahwa rata-rata nilai jumlah oksigen yang terlarut dalam sistem 3 menunjukkan kenaikan yang signifikan pada hari ke-3 sampai hari ke-4. Selanjutnya, pada hari ke-5 menunjukkan penurunan nilai DO. Selain itu, kenaikan nilai DO juga mengalami kenaikan yang signifikan pada hari ke-7. Sedangkan pada hari ke-8 dan hari ke-9 besarnya nilai DO terbilang konstan. Dari data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah oksigen yang terlarut pada sistem 3 berkisar antara 1,30 1,50 mg/l pada saat ikan masih hidup, dan 3,37-8,43 mg/l pada saat ikan sudah mati. Grafik Gerakan Operkulum ikan Sistem 3 (Hydrilla + 1 ekor ikan) 250 Jumlah Gerakan Operkulum Ikan Jumlah Gerakan Operkulum Ikan Hari ke- Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah gerakan operkulum ikan dalam sistem 3 mencapai puncaknya pada hari ke-1. Sedangkan, pada hari ke-2 gerakan operkulum ikan sedikit melambat. Selanjutnya, pada hari ke-3 ikan mati. Sehingga tidak dilakukan pengamatan kembali untuk menghitung jumlah gerakan operkulum ikan pada sistem 3. 22

24 Grafik Tinggi Air Sistem 3 (Hydrilla + 1 ekor ikan) Tinggi Air (cm) Hari ke- Tinggi Air (cm) Hasil pengamatan menunjukkan ketinggian air pada sistem 3 mengalami penurunan, meskipun pada hari ke-7 dan hari ke-9 tinggi air tidak mengalami penurunan dari hari sebelumnya. Penurunan tinggi air yang paling signifikan terjadi pada hari ke-8. Hingga akhirnya pada hari ke-10 tinggi air pada sistem 3 menjadi 13,80 cm dari semula 15,00 cm. 4. Grafik Sistem 4 Grafik Suhu Sistem 4 (Hydrilla + 3 ekor ikan) Suhu Hari Ke- Suhu 23

25 Grafik diatas merupakan garafik suhu pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan. Pada grafik terlihat suhu hari 0 sebesar 22,83 o C, hari-1 sebesar 22,66 o C, hari-2 sebesar 21,83 o C, hari ke-3 sebesar 22,13 o C, hari-4 sebesar 22,50 o C, hari-5 sebesar 21,90 o C, hari-6 sebesar 21,40 o C, hari ke-7 sebesar 21,80 o C, hari ke-8 sebesar 22,27 o C, hari ke-9 sebesar 22,40 o C dan hari ke-10 sebesar 22,20 o C. Dapat terlihat pada grafik terjadi fluktuasi pada suhu air dalam akuarium di system 4. Suhu yang terukur dari hari ke hari tidak dapat terprediksi, karena selalu mengalami peningkatan dan penurunan. Suhu pada sistem 4 berkisar antara 21,80 o C-22,83 o C. Grafik ph Sistem 4 (Hydrilla + 3 ekor ikan) ph Hari ke- ph Grafik diatas merupakan garafik ph pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan. Pada grafik terlihat ph hari 0 sebesar 7.58, hari-1 sebesar 8.36, hari-2 sebesar 8.77, hari ke-3 sebesar 8.73, hari-4 sebesar 8.68, hari-5 sebesar 8.76, hari-6 sebesar 8.90, hari ke-7 sebesar 9.08, hari ke-8 sebesar 9.20, hari ke-9 sebesar 9.26 dan hari ke-10 sebesar Dapat terlihat pada grafik bahwa secara umum terjadi peningkatan pada ph air dalam akuarium di system 4. ph yang terukur dari hari ke hari tidak selalu mengalami kenaikan, namun adapula data yang mengalami penurunan. ph pada sistem 4 berkisar antara

26 Grafik DO Sistem 4 (Hydrilla + 3 ekor ikan) DO (mg/l) Hari ke- DO (mg/l) Grafik diatas merupakan garafik DO pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan. Pada grafik terlihat DO hari 0 sebesar 1.33, hari-1 sebesar 1.33, hari-2 sebesar 0.53, hari ke-3 sebesar 0.83, hari- 4 sebesar 0.77, hari-5 sebesar 0.10, hari-6 sebesar 0.40, hari ke-7 sebesar 0.20, hari ke-8 sebesar 0.26, hari ke-9 sebesar 1.20 dan hari ke-10 sebesar Dapat terlihat pada grafik terjadi fluktuasi pada DO air dalam akuarium di system 4. DO yang terukur dari hari ke hari tidak dapat terprediksi, karena selalu mengalami peningkatan dan penurunan yang tak menentu. DO pada sistem 4 berkisar antara (mg/l) Grafik Gerakan Operkulum ikan 1 Sistem 4 (Hydrilla + 3 ekor ikan) Jumlah Gerakan Operkulum Ikan Hari ke- Jumlah Gerakan Operkulum Ikan 1 25

27 Grafik diatas merupakan garafik Jumlah gerakan operkulumikan 1 pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan. Pada grafik terlihat jumlah gerakan operkulum hari 0 sebesar 158, hari-1 sebesar 227, hari-2 sebesar 220, hari ke-3 sebesar 209, dan hari-4 sampai hari ke-10 sebesar 0 (Ikan mati). Dapat terlihat pada grafik bahwa terjadi peningkatan pada jumlah gerakan operkulumikan pada hari pertama, namun kemudian mengalami penurunan di hari 2 dan 3. Dan pada hari berikutnya ikannya mati. Jumlah gerakan operkulumikan 1 berkisar antara kali permenit Gerakan Operkulum ikan 2 Sistem 4 (Hydrilla + 3 ekor ikan) Jumlah Gerakan Operkulum Ikan Jumlah Gerakan Operkulum Ikan Hari ke- Grafik diatas merupakan garafik Jumlah gerakan operkulumikan 2 pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan. Pada grafik terlihat jumlah gerakan operkulum hari 0 sebesar 157, hari-1 sebesar 228, hari-2 sebesar 214, hari ke-3 sebesar 139, dan hari-4 sebesar 132, hari ke-5 sebesar 167, dan hari ke-6 sampai hari ke-10 sebesar 0 (Ikan mati). Dapat terlihat pada grafik bahwa terjadi peningkatan pada jumlah gerakan operkulumikan pada hari pertama, namun kemudian mengalami penurunan di hari 2, 3 dan 4, kemudian di hari ke-5 jumlah gerakan operkulummengalami kenaikan lagi. Dan pada hari berikutnya ikannya mati. Jumlah gerakan operkulumikan 2 berkisar antara kali permenit 26

28 Grafik Jumlah Gerakan Operkulum ikan 3 Sistem 4 (Hydrilla + 3 ekor ikan) Jumlah Gerakan Operkulum Ikan Hari ke- Jumlah Gerakan Operkulum Ikan 3 Grafik diatas merupakan garafik Jumlah gerakan operkulumikan 3pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan. Pada grafik terlihat jumlah gerakan operkulum hari 0 sebesar 157, hari-1 sebesar 233, hari-2 sebesar 219, hari ke-3 sebesar 199, dan hari-4 sebesar 113, dan hari ke-5 sampai hari ke-10 sebesar 0 (Ikan mati). Dapat terlihat pada grafik bahwa terjadi peningkatan pada jumlah gerakan operkulumikan pada hari pertama, namun kemudian mengalami penurunan di hari 2, 3, 4 dan 5. Namun kemudian pada hari berikutnya ikannya mati. Jumlah gerakan operkulumikan 3 berkisar antara kali permenit. Grafik Tinggi Air Sistem 4 (Hydrilla + 3 ekor ikan) Tinggi Air (cm) Hari ke- Tinggi Air (cm) 27

29 Grafik diatas merupakan garafik tinggi air pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan. Pada grafik terlihat Tinggi air hari 0 sebesar 15.30, hari-1 sebesar 15.20, hari-2 sebesar 15.10, hari ke-3 sebesar 15.00, hari-4 sebesar 14.70, hari-5 sebesar 14.40, hari-6 sebesar 14.30, hari ke-7 sebesar 14.30, hari ke-8 sebesar 14.10, hari ke-9 sebesar dan hari ke-10 sebesar Dapat terlihat pada grafik terjadi penurunan pada tinggi air dalam akuarium di system 4. H. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati interaksi antarkomponen ekosistem pada air tawar. Pada ekosistem air tawar yang diamati, terdapat 4 sistem yang berbeda, yaitu sistem 1 yang berisi air dan Hydrilla; sistem 2 yang berisi air dan 1 ekor ikan; sistem 3 yang berisi air, 1 ekor ikan, dan Hydrilla serta sistem 4 yang berisi air, 3 ekor ikan dan Hydrilla. Pengamatan dilakukan selama 11 hari, yaitu dari hari ke-0 sampai hari ke-10. Komponen yang diamati meliputi suhu, ph, kadar DO, Jumlah gerakan operkulumikan, Keadaan ikan, serta tinggi air. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut: a. Sistem 1 (Tanaman Hydrilla) Suhu pada hari ke-nol yang tercatat adalah 22.6 C. Pada hari pertama suhu 22.7 C, hari kedua suhu sebesar C, hari ke-tiga C, hari keempat 22.4 C, hari ke-lima sebesar 22.1 C, hari ke-enam dan hari kedelapan suhu sama sebesar C, hari ke-tujuh suhu sebesar21.97 C, hari ke-sembilan suhu sebesar C dan hari ke-sepuluh suhu sebesar 22.3 C. Dalam system satu akuarium hanya berisi satu Hydrilla, perubahan suhu mengalami kenaikan dan penurunan hal itu disebabkan karena suhu udara luar atau lingkungan mempengaruhi terhadap suhu air dalam akuarium. Hal tersebut juga dapat dihubungkan dengan kondisi alam, biasanya dikarenakan oleh pengaruh cuaca yang menyebabkan suhu mengalami kenaikan dan penurunan. Pada system satu perubahan kadar DO tidak stabil. Hari ke-0 dan ke-1 menunjukkan kadar DO yang lebih kecil dibandingkan hari-hari berikutnya. Hal ini dikarenakan adanya ketidak akuratan pada alat DO meter. Terjadi fluktuasi 28

30 pada DO air dalam akuarium di system 1. Kadar DO yang terukur dari hari ke hari tidak dapat terprediksi, karena selalu mengalami peningkatan dan penurunan yang tak menentu. Hal ini karena adanya organisme (Hydrilla) dalam air yang mengambil oksigen terlarut untuk proses respirasinya. Intensitas matahari yang digunakan untuk fotosintesis sangat dipengaruhi oleh cuaca. Pada saat praktikum, kebanyakan intensitas cahaya yang kurang sehingga membuat Hydrilla tidak berfotosintesis secara maksimum dan akan membuat kadar DO dalam air sedikit. ph pada system satu mengalami kenaikan sehingga hal tersebut dapat dikatakan semakin basa. Air yang semakin basa menunjukkan bahwa terjadi penurunan penggunaan CO2. ph yang relative naik dari hari kehari tersebut, dikarenakan pada system satu, hanya terdapat Hydrilla. Hydrilla menghasilkan oksigen (O2) saat fotosintesis. Oksigen yang dihasilkan semakin banyak dari hari kehari dikarenakan dalam system tersebut tidak terdapat ikan, sehingga oksigen yang telah dihasilkan Hydrilla tidak terpakai dan larut dalam air. Oksigen yang terlarut dapat mempengaruhi ph air, dimana semakin banyak oksigen yang terlarut maka ph-nya semakin besar. Ketinggian air pada system satu mengalami penerununan. Ketinggian awal pada hari ke-nol adalah 15cm dan pada saat hari ke-sepuluh ketinggian air di akuarium menjadi cm. Ketinggian air yang terus mengalami penurunan diakibatkan oleh penguapan yang terjadi. Penguapan pada aquarium dipengaruhi oleh suhu dan juga cahaya, semakin tinggi suhu akan semakin cepat penguapan yang terjadi. Begitu pula dengan cahaya, semakin besar intensitas cahaya yang diterima akan menyebabkan penguapan yang terjadi juga semakin cepat. b. Sistem 2 (1 ekor ikan) Pada sistem kedua ini suhu hari ke 0 sebesar o C ; hari ke-1 sebesar o C; hari ke 2 sebesar o C ; hari ke-3 sebesar o C; hari ke-4 sebesar o C ; hari ke-5 sebesar o C; hari ke-6 sebesar o C; hari ke-7 o C sebesar o C; hari ke-8 sebesar o C; hari ke-9 sebesar o C; hari ke-10 sebesar o C. Suhu mengalami fluktuasi hari ke-0 sampai hari ke 10 sampai suhu mengalami kenaikan dan penurunan. Pada sistem kedua di mana pada aquarium diisi hanya dengan 1 ekor ikan, kadar DO mula-mula (hari ke 0) sebesar 1.30 mg/l; pada hari ke-1 sebesar

31 mg/l; pada hari ke-2 sebesar 1.00 mg/l; pada hari ke-3 sebesar 1.37 mg/l; pada hari ke-4 sebesar 0.50 mg/l; pada hari ke-5 sebesar 1,60 mg/l ; pada hari ke-6 sebesar 1.83 mg/l; pada hari ke-7 sebesar 4.67 mg/l; pada hari ke-8 sebesar 4.26 mg/l; pada hari ke-9 sebesar 4.80 mg/l; pada hari ke-10 sebesar 5.20 mg/l. Pada hari ke-0 hingga ke-4 kadar DO mengalami fluktuasi tetapi pada hari ke-4 hingga hari ke-10 mengalami kenaikan. Dalam akuarium sistem 2 yang hanya berisi satu ekor ikan, perubahan kadar DO tidak stabil. Perubahan suhunya juga tidak terlalu mencolok sehingga dalam hal ini susah untuk mengaitkan antara perubahan DO dengan suhu. Kemungkinan terbesar perubahan DO dikarenakan difusi oksigen dengan udara dari luar akuarium. Semakin melakukan difusi dengan udara luar maka kadar DO semakin besar.suhu udara luar/lingkunagan mempengaruhi terhadap suhu air dalam aquarium.suhu dari luar juga bisa dipengaruhi oleh cuaca.apabila hujan maka suhu luar akan rendah dan apabila cuaca cerah suhu luar akan tinggi. Pada sistem kedua di mana pada aquarium diisi hanya dengan 1 ekor ikan, ph mula-mula (hari ke 0) sebesar 7.85; pada hari ke-1 sebesar 8.39; pada hari ke- 2 sebesar 8.63; pada hari ke-3 sebesar 8,67; pada hari ke-4 sebesar 8.72; pada hari ke-5 sebesar 8.93; pada hari ke-6 sebesar 8.95; pada hari ke-7 sebesar 9.163; pada hari ke-8 sebesar 9.27; pada hari ke-9 sebesar 9.43; pada hari ke-10 sebesar pada system II (1 ekor ikan), diperoleh ph yang relative naik dari hari ke-1 sampai hari ke-10 dari keseluruhan data yang diperoleh, ph air pada system II mengalami kenaikan dari hari ke hari. Nilai ph bergantung pada jumlah hydrogen terlarut pada air dalam akuarium tersebut, semakin banyak jumlah hydrogen terlarut, maka nilai ph pun akan semakin turun dan air cenderung asam. Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan nila ph, diantaranya adalah kadar atau jumlah CO 2. Hal ini ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut ini : CO 2 + H 2 O + H 2 CO 3 HCO 3 + 3H CO 3 CO 2 + H 2 O 2H CO 3 Semakin banyak CO 2 yang dihasilkan dari respirasi, makan reaksi akan bergerak ke kanan dan terjadi pelepasan ion H + sehingga ph air turun (cenderung 30

32 asam). Sedangkan Penurunan/penggunaan CO 2 maka ph air akan naik (cenderung basar). Jika nilai ph rendah, maka kadar CO 2 dalam air tersebut tinggi, hal ini juga berpengaruh pada kadar oksigen terlarut (DO). Jika kadar CO 2 tinggi maka kadar DO dalam air tersebut rendah. Jadi jika ph rendah, maka kadar CO 2 tinggi sedangkan kadar DO nya rendah, begitu pula sebaliknya, jadi ph pada sistem 2 menunjukkan bahwa semakin basa sehingga terjadi penurunan pengguanaan CO 2. Pada sistem kedua di mana pada aquarium diisi hanya dengan 1 ekor ikan, jumlah gerakan operkulum mula-mula (hari ke 0) sebesar 172 pada hari ke-0 operkulum ikan cepat dan ikan sering naik permukaan; pada hari ke-1 sebesar 147 keadaan ikan operkulumcepat dan ikan sering naik ke permukaan; pada hari ke-2 sebesar 145 keadaan ikan, ikan tidak banyak bergerak berada di bagian tengah dan sering naik ke permukaan, operkulumcepat; pada hari ke-3 sebesar 134 keadaan ikan ikan berada di permukaan lebih sering; mulai dari hari ke-4 ikan mati. frekuensi operkulumsemakin menurun hal ini terjadi karena kadar d.o juga menurun sehingga berpengaruh terhadap gerakan operkulumdan tingkah laku ikan.yaitu terlihat gerakan operkulumikan semakin cepat dan ikan sering naik ke permukaan. Ikan naik ke permukaan karena ikan mencoba mencari oksigen melalui udara karena dalam air oksigen kadar oksigen semakin menurun. jadi semakin turun kadar oksigen dalam air maka frekuensi jumlah gerakan operkulumsemakin menurun. Pada sistem kedua di mana pada aquarium diisi hanya dengan 1 ekor ikan, Tinggi air mula-mula (hari ke 0) sebesar 15 cm; pada hari ke-1 sebesar 14.70cm ; pada hari ke-2 sebesar 14.70cm; pada hari ke-3 sebesar cm; pada hari ke-4 sebesar cm; pada hari ke-5 sebesar cm; pada hari ke-6 sebesar cm; pada hari ke-7 sebesar cm; pada hari ke-8 sebesar cm; pada hari ke-9 sebesar cm; pada hari ke-10 sebesar cm. Pada tinggi air terlihat perubahan yang mencolok yaitu air mengalami penurunan Penurunan tinggi air dari hari ke hari ini karena terjadi Penguapan pada aquarium dipengaruhi oleh suhu dan juga cahaya, semakin tinggi suhu akan semakin cepat penguapan yang terjadi. Begitu pula dengan cahaya, semakin besar 31

33 intensitas cahaya yang diterima akan menyebabkan penguapan yang terjadi juga semakin cepat. c. Sistem 3 (Tanaman Hydrilla + 1 ekor ikan) Data hasil pengamatan pada system 3 yang terdiri dari 1 tanaman Hydrilla dan 1 ekor ikan menunjukkan pengukuran suhu hari ke-0 sebesar 22,66 o C, hari ke-1 sebesar 22,76 o C, hari ke-2 sebesar 21,87 o C hari ke-3 sebesar 22,20 o C, hari ke -4 sebesar 22,53 o C, hari ke-5 sebesar 22,20 o C, hari ke-6 sebesar 22,37 o C, hari ke-7 sebesar 21,83 o C, hari ke-8 sebesar 22,30 o C, hari ke-9 sebesar 22,47 o C dan hari ke-10 sebesar 22,27 o C. berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa terjadi fluktuasi nilai suhu air pada sistem 3. Suhu yang terukur dari hari ke hari tidak dapat terprediksi, karena selalu mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini dapat terjadi karena, cuaca yang tidak menentu pada saat praktikum berlangsung. Cuaca akan mempengaruhi besar suhu yang terdapat pada sistem ini. Saat hujan turun, suhunya akan menurun, sedangkan saat cuaca panas, maka suhunya akan cenderung naik. Suhu pada sistem 3 berkisar antara 21,80 o C 22, 80 o C. Namun kisaran suhu ini bukan suhu optimum dimana ikan bisa hidup dengan baik. Ikan akan baik pada suhu ruangan, yaitu sekitar 25 o C. Karena pengaruh suhu juga, ikan pada sistem 3 cepat mati. Karena enzim yang bekerja pada metabolisme ikan tidak akan maksimum bekerja. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan pada sistem-3 adalah besarnya ph. Rata-rata ph hari ke-0 sebesar 7,77, hari ke-1 sebesar 8,33, hari ke-2 sebesar 8,66, hari ke-3 sebesar 8,76, hari ke-4 sebesar 9,21, hari ke-5 sebesar 9,43, hari ke-6 sebesar 9,63, hari ke-7 sebesar 9,44, hari ke-8 sebesar 9,57, hari ke-9 sebesar 9.74 dan hari ke-10 sebesar 9,68. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan pada ph air dalam akuarium di system 3. Hal ini disebabkan karena adanya CO 2 yang dihasilkan pada proses respirasi ikan yang terdapat pada akuarium. Terdapat keterkaitan antara ph dan jumlah pergerakan operkulumikan. Setelah ditelaah, ph akan naik saat pergerakan operkulumikan cepat. Seperti yang telah disebutkan bahwa ketersediaan CO 2 di dalam air dapat menyebabkan adanya reaksi antara CO 2 + H 2 O H 2 CO 3 (asam) 32

34 Dengan bertambahnya pergerakan operkulum ikan akan membuat CO 2 meningkat dan ph akan mengalami penurunan. Sedangkan saat ikannya mati ph yang terukur akan menngalami kenaikan, karena CO 2 dalam air berkurang (CO 2 hanya dihasilkan dari Hydrilla saja). Kisaran nilai ph pada sistem 3 sebesar 7,77-9,70 atau dapat dikatakan bahwa air pada sistem 3 bersifat basa. Pada sistem 3, kadar DO hari ke-0 sebesar 1,30 mg/l, hari ke-1 sebesar 1,36 mg/l, hari ke-2 sebesar 1,30 mg/l, hari ke-3 sebesar 3,37 mg/l, hari ke-4 sebesar7,60 mg/l, hari ke-5 sebesar 5,33mg/L, hari ke-6 sebesar 5,80 mg/l, hari ke-7 sebesar 8,00 mg/l, hari ke-8 sebesar 8,43 mg/l, hari ke-9 sebesar 8,30 mg/l dan hari ke-10 sebesar 7,36 mg/l. Terjadi fluktuasi pada kadar DO air dalam akuarium di system 3. Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat terlihat bahwa rata-rata nilai jumlah oksigen yang terlarut dalam sistem 3 menunjukkan kenaikan yang signifikan pada hari ke-3 sampai hari ke-4. Selanjutnya, pada hari ke-5 menunjukkan penurunan nilai DO. Selain itu, kenaikan kadar DO juga mengalami kenaikan yang signifikan pada hari ke-7. Sedangkan pada hari ke-8 dan hari ke-9 besarnya nilai DO terbilang konstan. Sementara itu nilai DO pada hari ke-0, 1, dan 2 menunjukkan nilai yang tidak akurat sehingga terjadi kenaikan secara signifikan pada hari ke-3, hal ini disebabkan karena adanya kesalahan alat. DO yang terukur dari hari ke hari tidak dapat terprediksi, karena selalu mengalami peningkatan dan penurunan yang tak menentu. Hal ini karena adanya organisme (Hydrilla dan ikan) dalam air yang mengambil oksigen terlarut untuk proses respirasinya. Jumlah oksigen yang terlarut dalam air bernilai kecil saat ikan masih hidup dan Hydrilla berfotosintesis secara minimal. Hal ini dapat terjadi saat cuaca memburuk. Intensitas matahari yang digunakan untuk fotosintesis sangat dipengaruhi oleh cuaca. Pada saat praktikum, kebanyakan intensitas cahaya yang kurang sehingga membuat Hydrilla tidak berfotosintesis secara maksimum dan akan membuat kadar DO dalam air sedikit. Hal ini juga yang akan membuat ikan mati. Selanjutnya, saat perhitungan jumlah gerakan operkulum pada ikan setiap menit dalam system 3 didapatkan jumlah gerakan operkulum harike- 0 sebesar 108 kali/menit, hari ke-1 sebesar 213 kali/menit, dan hari ke-2 sebesar 206 kali/menit, sedangkan pada hari ke-3 ikan mati. Dapat terlihat bahwa terjadi 33

35 peningkatan pada jumlah gerakan operkulum ikan pada hari ke-1, namun kemudian mengalami penurunan di hari ke-1. Hal ini kemungkinan besar dapat disebabkan karena jumlah oksigen yang terlarut dalam air turun pada hari ke-2 (proses fotosintesis Hydrilla tidak sebanding dengan kebutuhan respirasi ikan) yang akan membuat ikan harus ke atas permukaan untuk mengambil oksigen. Gerakan operkulum ikanpun akan semakin cepat untuk bisa mendapatkan oksigen. Namun karena belum cukup, pada hari berikutnya ikannya mati. Selain karena kadar DO, pengaruh suhu juga dapat menyebabkan ikan mati. Setiap makhluk hidup memiliki suhu sendiri untuk hidup dengan baik, begitupula dengan ikan. Hal ini dibuktikan, saat suhu turun ikan akan mati atau pun ada kemungkinan lain yaitu ikan pada sistem 3 dalam keadaan stress saat dilakukan pengamatan. Tinggi air pada sistem 3 cenderung menurun hal ini terlihat pada hari ke- 0 tinggi air sebesar 15,00 cm, hari ke-1 sebesar 14,90 cm, hari ke-2 sebesar 14,80cm, hari ke-3 sebesar 14,70 cm, hari ke-4 sebesar 14,50 cm, hari ke-5 sebesar 14,40 cm, hari ke-6 sebesar 14,30cm, hari ke-7 sebesar 14,30cm, hari ke-8 sebesar 13,90 cm, hari ke-9 sebesar 13,90cm dan hari ke-10 sebesar 13,80 cm. Hal ini disebabkan karena air tersebut akan terserap oleh organisme (Hydrilla maupun ikan saat masih hidup) yang terdapat didalam akuarium dalam proses respirasi mereka. Kemungkinan yang lain adalah adanya proses penguapan kare na selama pengamatan sistem dalam keadaan terbuka, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya ketinggian air dalam akuarium. Pada hari ke-0 ikan tenang dan pergerakan opekulum lambat, serta ikan selalu berada mendekati Hydrilla. Sedangkan pada hari ke-1 pergerakan operkulum lebih cepat dibandingkan hari sebelumnya, seperti halnya pada hari ke- 0 posisi ikan selalu mendekati Hydrilla. Pada hari ke-2 ikan dominan berada di bagian tengah akuarium, serta ikan tidak banyak bergerak. Gerakan operkulum ikan juga tidak secepat hari ke-1. Ikan lebih banyak mendekati Hydrilla untuk dapat memperoleh makanan. Pada hari ke-3 ikan dalam sistem 3 mati, hal ini dikarenakan terjadi penurunan suhu pada hari sebelumnya. Sehingga ikan tidak dapat melakukan proses metabolisme secara maksimal. Pada dinding akuarium juga terdapat gelembung-gelembung yang merupakan oksigen hasil fotosintesis 34

36 dari Hydrilla. Hari ke-4 pengamatan menunjukkan hilangnya gelembunggelembung pada dinding akuarium, karena proses fotositesis Hydrilla yang tidak sempurna akibat cuaca yang buruk. Begitu pula pada hari ke-5 sampai hari ke-8. Pada hari ke-9 dan hari ke-10 air di dalam akuarium terlihat lebih keru dari harihari sebelumnya serta terdapat jentik-jentik yang menunjukkan bahwa dalam akuarium tercemar (baik udara luar maupun dari sisa-sisa kotoran ikan yang sudah mati). d. Sistem 4 (Tanaman Hydrilla + 3 ekor ikan) Suhu pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan yaitu hari 0 sebesar 22,83 o C, hari-1 sebesar 22,66 o C, hari-2 sebesar 21,83 o C, hari ke-3 sebesar 22,13 o C, hari-4 sebesar 22,50 o C, hari-5 sebesar 21,90 o C, hari-6 sebesar 21,40 o C, hari ke-7 sebesar 21,80 o C, hari ke-8 sebesar 22,27 o C, hari ke-9 sebesar 22,40 o C dan hari ke-10 sebesar 22,20 o C. Dapat terlihat pada data terjadi fluktuasi pada suhu air dalam akuarium di system 4. Suhu yang terukur dari hari ke hari tidak dapat terprediksi, karena selalu mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini kerena cuaca yang tidak menentu pada saat praktikum berlangsung. Cuaca akan mempengaruhi besar suhu yang terdapat pada sistem ini. Saat hujan turun, suhunya akan menurun, sedangkan saat hujan tidak turun, maka suhunya akan cenderung naik. Suhu pada sistem 4 berkisar antara 21,80 o C-22,83 o C. Namun kisaran suhu ini bukan suhu optimum dimana ikan bias hidup dengan baik. Ikan akan baik pada suhu ruangan, yaitu sekitar 25 o C. Karena pengaruh suhu juga, ikan pada sistem 4 cepat mati. Karena enzim yang bekerja pada metabolisme ikan tidak akan maksimum bekerja. Namun adapula alasa lain seperti karena kurangnya oksigen dalam air yang menyebabkan ikan mati. Hal ini akan dibahas di paragraf mengenai Dissolved Oxygen. Pada sistem-4 besar ph hari 0 sebesar 7.58, hari-1 sebesar 8.36, hari-2 sebesar 8.77, hari ke-3 sebesar 8.73, hari-4 sebesar 8.68, hari-5 sebesar 8.76, hari- 6 sebesar 8.90, hari ke-7 sebesar 9.08, hari ke-8 sebesar 9.20, hari ke-9 sebesar 9.26 dan hari ke-10 sebesar Dapat disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan pada ph air dalam akuarium di system 4. Hal ini disebabkan karena adanya CO 2 yang dihasilkan oleh proses respirasi pada ketiga ikan yang terdapat pada akuarium. Terdapat keterkaitan antara ph dan jumlah pergerakan 35

37 operkulumikan. Setelah ditelaah, ph akan naik saat pergerakan operkulumikan cepat. Seperti yang telah disebutkan bahwa ketersediaan CO 2 di dalam air dapat menyebabkan adanya reaksi antara CO 2 + H 2 O H 2 CO 3 (asam). Dengan bertambahnya pergerakan operkulumikan akan membuat CO 2 meningkat dan ph akan mengalami penurunan. Sedangkan saat ikannya mati ph yang terukur akan menngalami kenaikan, karena CO 2 dalam air berkurang(hanya dari Hydrilla saja). ph pada sistem 4 berkisar antara (basa). Pada sistem 4, DO hari 0 sebesar 1.33, hari-1 sebesar 1.33, hari-2 sebesar 0.53, hari ke-3 sebesar 0.83, hari-4 sebesar 0.77, hari-5 sebesar 0.10, hari-6 sebesar 0.40, hari ke-7 sebesar 0.20, hari ke-8 sebesar 0.26, hari ke-9 sebesar 1.20 dan hari ke-10 sebesar Terjadi fluktuasi pada DO air dalam akuarium di system 4. DO yang terukur dari hari ke hari tidak dapat terprediksi, karena selalu mengalami peningkatan dan penurunan yang tak menentu. Hal ini karena adanya organisme yang terdapat dalam air yang mengambil DO untuk proses respirasinya. DO dalam air akan mengalami penurunan saat 3 ekor ikan semua hidup dan namun Hydrilla berfotosintesis secara miniimal. Hal ini dapat terjadi saat cuaca yang tidak bersahabat. Intensitas matahari yang digunakan untuk fotosintesis sangat dipengaruhi oleh cuaca. Pada saat praktikum, kebanyakan intensitas cahaya yang kurang sehingga membuat Hydrilla tidak berfotosintesis secara maksimum dan akan membuat DO dalam air menurun. Karena terdapat 3 ekor ikan dalam akuarium, hal ini akan membuat kadar DO semakin sedikit dan bahkan aka nada kompetisi untuk mendapatkan DO. Hal ini juga yang akan membuat ikan mati. Grafik diatas merupakan garafik Jumlah gerakan operkulumikan 1 pada system 4, dimana pada system 4 terdapat 1 tanaman Hydrilla dan 3 ekor ikan. Pada grafik terlihat jumlah gerakan operkulum hari 0 sebesar 158, hari-1 sebesar 227, hari-2 sebesar 220, hari ke-3 sebesar 209, dan hari-4 sampai hari ke-10 sebesar 0 (Ikan mati). Sedangkan pada ikan 2, jumlah pergerakan operkulum hari 0 sebesar 157, hari-1 sebesar 228, hari-2 sebesar 214, hari ke-3 sebesar 139, dan hari-4 sebesar 132, hari ke-5 sebesar 167, dan hari ke-6 sampai hari ke-10 sebesar 0 (Ikan mati). Serta pada ikan 3, jumlah pergerakan operkulumnya adalah hari 0 sebesar 157, hari-1 sebesar 233, hari-2 sebesar 219, hari ke-3 sebesar 199, dan 36

38 hari-4 sebesar 113, dan hari ke-5 sampai hari ke-10 sebesar 0 (Ikan mati). Dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan pada jumlah gerakan operkulumikan pada hari pertama, namun kemudian mengalami penurunan di hari selanjutnya. Hal ini kemungkinan besar karena kadar DO yang turun pada air (disebabkan karena proses fotosintesis Hydrilla tidak sebanding dengan kebutuhan respirasi 3 ikan) yang akan membuat ikan harus ke atas permukaan untuk mengambil oksigen. Gerakan operkulumikanpun akan semakin cepat untuk berebut oksigen. Namun karena belum cukup, pada hari berikutnya ikannya mati. Selain karena kadar DO, pengaruh suhu juga dapat menyebabkan ikan mati. Setiap makhluk hidup memiliki suhu sendiri untuk hidup dengan baik, begitupula dengan ikan. Hal ini dibuktikan, saat suhu turun ikan akan mati. Jumlah gerakan operkulumikan 1 berkisar antara kali permenit, jumlah gerakan operkulumikan 2 berkisar antara kali permenit, sedangkan Jumlah gerakan operkulumikan 3 berkisar antara kali permenit. Tinggi air pada sistem 4 cenderung menurun hal ini terlihat pada hari 0 tinggi air sebesar 15.30cm, hari-1 sebesar 15.20cm, hari-2 sebesar 15.10cm, hari ke-3 sebesar 15.00cm, hari-4 sebesar 14.70cm, hari-5 sebesar 14.40cm, hari-6 sebesar 14.30cm, hari ke-7 sebesar 14.30cm, hari ke-8 sebesar 14.10cm, hari ke-9 sebesar 14.00cm dan hari ke-10 sebesar 13.90cm. Hal ini disebabkan karena air tersebut akan terserap oleh organisme yang terdapat didalam akuarium (3 ikan + Hydrilla) dalam proses respirasi mereka. Keadaan ikan pada hari-0 ikan 1 dan ikan 2 lebih sering di atas permukaan air untuk mengambil oksigen di udara. Sedangkan ikan 3 lebih banyak di dalam air untuk mengambil oksigen yang larut dalam air. Pada hari-1 ikan 1,2 dan 3 sering di atas permukaan air, hal ini karena DO tidak cukup lagi untuk mereka dalam melakukan respirasi. Gelembung udara juga sesekali keluar dari mulut ikan tersebut. Pada hari-3 gerakan operkulumikan semakin cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk respirasi. Pada hari-4 ikan tetap sering berada di permukaan air untuk mengambil oksigen di udara. Pada hari-5, ikan mati. Hal ini terjadi karena kekurangan oksigen, dan karena pengaruh suhu yang terlalu dingin. Karena suhu di akuarium hanya sekitar 22 o C, padahal suhu yang baik adalah 25 o C. setalah ikan 1 mati, diikuti oleh ikan 3 dan kemudian ikan 2 yang mati. 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

Daftar Isi. Halaman Sampul... Daftar Isi... A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat Bab II Dasar Teori...

Daftar Isi. Halaman Sampul... Daftar Isi... A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat Bab II Dasar Teori... Daftar Isi Halaman Sampul... Daftar Isi... i ii Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan... 2 D. Manfaat... 2 Bab II Dasar Teori... 3 Bab III Metode dan Pelaksanaan Praktikum

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme penyusun ekosistem dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof.

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme penyusun ekosistem dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof. Pada ekosistem kolam air tawar terdapat berbagai macam tumbuhan dan hewan yang hidup bersama. Ekosistem tersusun atas populasi makhluk hidup dan lingkungan tidak hidup. Hubungan antar populasi tersebut

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air relatif bersih sangat didambakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN.. Hasil Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola distribusi vertikal oksigen terlarut, fluktuasi harian oksigen terlarut, produksi primer, rincian oksigen terlarut, produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 ADI SAPUTRA FAUZI ISLAHUL RIDHO ILHAM NENCY MAHARANI DWI PUJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR

Lebih terperinci

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Air dan Sungai 1.1 Air Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Penurunan kualitas air akan

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

bentos (Anwar, dkk., 1980).

bentos (Anwar, dkk., 1980). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata

Lebih terperinci

SIKLUS CARBON DI PERAIRAN DANAU

SIKLUS CARBON DI PERAIRAN DANAU SIKLUS CARBON DI PERAIRAN DANAU Disusun oleh : Kelompok 8 Sari Sistyawati R 26010114140072 Nur kharimah 26010114140073 Danang Adi S 26010112120013 Agi Prayoga P 26010112140015 Hida Rizki Aini 26010112130028

Lebih terperinci

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kimia Perairan 1 BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di perairan A. Definisi dan Komponen Penyusun Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Air merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan hidup yang penting dan merupakan sadar bagi kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si Apa yang dimaksud biodiversitas? Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah : keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan EKOLOGI TERESTRIAL Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi

Lebih terperinci

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya SIKLUS OKSIGEN Pengertian, Tahap, dan Peranannya Apa yang terbesit dalam pikiran anda bila mendengar kata oksigen? Seperti yang kita tahu, oksigen bagian dari hidup kita yang sangat kita butuhkan keberadaannya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Perairan sungai adalah suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik).

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh makhluk hidup yang disebut dengan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh makhluk hidup yang disebut dengan metabolisme BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki beberapa ciri atau sifat dasar salah satu yang utama adalah makhluk hidup perlu makanan dan mengeluarkan zat sisa. Apabila kita cermati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem air yang terdapat di daratan secara umum dibagi atas dua yaitu perairan lentik yang disebut juga perairan tenang (misalnya waduk, danau, telaga dan rawa) dan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA 1 EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA Ms. Evy Anggraeny Istilah dalam Ekologi 2 1. Habitat 2. Niche/nisia/relung ekologi a. Produsen b. Konsumen c. Dekomposer d. Detritivor Tingkat Organisasi

Lebih terperinci

menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi, dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,

Lebih terperinci

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR Daur Air/H 2 O (daur/siklus hidrologi) 1. Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air 2. Uap air berasal dari air di daratan dan laut yang menguap (evaporasi) karena panas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perairan Laut Belawan Perairan Laut Belawan yang berada di Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara banyak digunakan oleh masyarakat setempat untuk berbagai aktivitas.

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

1. ENERGI DALAM EKOSISTEM 2. KONSEP PRODUKTIVITAS 3. RANTAI PANGAN 4. STRUKTUR TROFIK DAN PIRAMIDA EKOLOGI

1. ENERGI DALAM EKOSISTEM 2. KONSEP PRODUKTIVITAS 3. RANTAI PANGAN 4. STRUKTUR TROFIK DAN PIRAMIDA EKOLOGI PRINSIP DAN KONSEP ENERGI DALAM SISTEM EKOLOGI 1. ENERGI DALAM EKOSISTEM 2. KONSEP PRODUKTIVITAS 3. RANTAI PANGAN 4. STRUKTUR TROFIK DAN PIRAMIDA EKOLOGI ENERGI DALAM EKOSISTEM Hukum thermodinamika I energi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Danau Ekosistem perairan dapat dibedakan menjadi air tawar, air laut dan air payau seperti terdapat di muara sungai yang besar. Dari ketiga ekosistem perairan tersebut,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Air 2.1.1 Air Bersih Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang dinamakan siklus hidrologi. Air yang berada di permukaan menguap ke langit, kemudian

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1 1. Proses perubahan ekosistem secara alamiah yaitu dapat disebakan oleh... Pengeringan rawa Penggunaan pestisida Kemarau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

Praktikum Ekologi Perairan

Praktikum Ekologi Perairan Praktikum Ekologi Perairan EKOSISTEM PERAIRAN Dapat dibedakan menjadi tiga tipe 1. Ekosistem laut dengan salinitas berkisar 17 35 o / oo 2. Ekosistem payau dengan salinitas berkisar 0,5 17 3. Ekosistem

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya

Lebih terperinci

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Andhika Rakhmanda 1) 10/300646/PN/12074 Manajamen Sumberdaya Perikanan INTISARI Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam TINJAUAN PUSTAKA Benthos Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian

Lebih terperinci