Oleh Januar Budi Prasetyo NIM : (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil)
|
|
- Sudirman Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS RISIKO BAHAYA TERHADAP ASPEK KESELAMATAN MANUSIA DAN BENDA SAAT PENGGUNAAN TUNNEL BORING MACHINE PADA KONSTRUKSI TEROWONGAN BAWAH TANAH (Studi Kasus : Proyek Jakarta MRT) Oleh Januar Budi Prasetyo NIM : (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil) Kota besar di negara berkembang sering sekali dihadapi dengan banyak permasalahan seperti masalah transportasi. DKI Jakarta merupakan contoh kota besar di negara berkembang yang memiliki permasalahan transportasi. Pembangunan moda transportasi angkut masal yaitu mass rapid transit merupakan salah solusi untuk mengatasi permasalahan transportasi di Jakarta. Proyek ini melibatkan konstruksi terowongan bawah tanah sepanjang.9 kilometer dengan menggunakan TBM (Tunnel Boring Machine). TBM merupakan metode konstruksi yang baru pertama kali digunakan untuk melaksanakan proyek terowongan bawah tanah di area perkotaan di Indonesia. Penggunaan TBM sebagai metoda konstruksi terowongan bawah tanah tentunya harus memiliki perencanaan yang matang agar tidak mengakibatkan bahaya keselamatan saat konstruksi berjalan. Tentunya identifikasi dan analisis risiko-risiko bahaya keselamatan yang mungkin terjadi perlu dilakukan agar risiko-risiko bahaya terhadap aspek keselamatan yang mungkin terjadi saat konstruksi dapat diprediksi dan dilakukan tindakan pencegahannya. Kemampuan identifikasi dan analisis bahaya keselamatan yang akan muncul akan memberikan manfaat bagi persiapan yang lebih baik. Kata kunci : terowongan bawah tanah, tunnel boring machine, identifikasi dan analisis risiko Pendahuluan Kota-kota besar di negara berkembang sering sekali dihadapi dengan banyak permasalahan yang memiliki dampak buruk jika permasalahan tersebut dibiarkan menjamur. Salah satu permasalahan yang mungkin dihadapi oleh kota-kota besar adalah masalah transportasi. Transportasi merupakan hal vital bagi penduduk di sebuah kota karena menyangkut pemenuhan kebutuhan individu masing-masing. Permasalahan transportasi bisa berupa kemacetan maupun ketidakmampuan moda transportasi publik untuk mengakomodir kebutuhan transportasi penduduk. DKI Jakarta yang merupakan Ibu Kota dari Negara Indonesia merupakan contoh kota besar di negara berkembang yang memiliki masalah di bidang transportasi. Pemerintah DKI Jakarta tentunya memiliki beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan transportasi yang ada. Namun yang menarik adalah pembangunan moda sistem moda transportasi angkut masal berupa MRT (Mass Rapid Transport). 1
2 Proyek MRT Jakarta akan dibangun sepanjang kilometer dan memilki dua koridor jalur transportasi, yaitu koridor utara-selatan sepanjang 23.8 kilometer dan koridor timur-barat sepanjang 87 kilometer. Pada proyek Jakarta MRT, koridor utara-selatan mempunyai dua fasa konstruksi. Pada fasa pertama, konstruksi akan dimulai dari Lebak Bulus menuju Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 1.7 kilometer termasuk konstruksi 13 stasiun dan direncanakan akan beroperasi pada akhir tahun Kemudian pada fasa kedua, konstruksi akan dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Kampung Bandan sepanjang 8.1 kilometer termasuk konstruksi 8 stasiun bawah tanah dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2018, feasibility study sudah selesai dilaksanakan.sedangkan koridor timur-barat sedang memasuki fasa feasibility study dan direncanakan akan beroperasi pada tahun Gambar I Potongan Terowongan Proyek Jakarta MRT (Sumber : JMEC) Proyek MRT dinilai sebagai salah satu solusi efektif permasalahan transportasi karena moda transportasi ini tidak membutuhkan penambahan ruas jalur baru pada trayeknya sehingga alokasi lahan yang ada dapat digunakan sesuai fungsinya secara efektif dan efisien baik di atas maupun di bawah tanah. Uniknya, proyek ini menggunakan alat TBM (Tunnel Boring Machine) untuk membuat terowongan bawah tanah yang dibutuhkan. TBM merupakan salah satu metode konstruksi yang menggunakan alat bor yang berfungsi untuk menggali lapisan-lapisan tanah yang arah penggaliannya dapat diatur. Penggunaan TBM sebagai metoda konstruksi terowongan bawah tanah tentunya harus memiliki perencanaan yang matang agar tidak mengakibatkan bahaya terhadap aspek keselamatan saat proses konstruksi berjalan. Tentunya identifikasi dan analisis risiko-risiko bahaya yang mungkin terjadi perlu dilakukan agar risiko-risiko bahaya terhadap aspek keselamatan yang mungkin terjadi saat konstruksi dapat diprediksi dan dilakukan tindakan pencegahannya saat penggunaan alat bor tanah yaitu TBM (Tunnel Boring Machine). Karena proyek terowongan dalam kota, khususnya dengan teknologi TBM, merupakan hal yang baru di Indonesia, maka banyak sekali tantangan dan mungkin hambatan yang harus dihadapi pada saat pelaksanaannya. Kemampuan dalam identifikasi dan analisis permasalahan yang akan muncul akan memberikan manfaat bagi persiapan yang lebih baik. Metodologi Proses analisis risiko meliputi proses identifikasi risiko yang menghasilkan daftar risiko, kemudian proses penilaian risiko yang menghasilkan penilaian tingkat risiko. Proses identifikasi risiko dilakukan berdasarkan lingkup identifikasi yang ditentukan, kemudian melaksanakan metode identifikasi risiko sampai akhirnya didapatkan daftar risiko yang berisi tentang sumber, kejadian, dan dampak risiko. Dalam 2
3 penelitian ini, lingkup kajian risiko menjadi batasan lingkup identifikasi dan analisis risiko. Lingkup yang telah didefinisikan adalah berupa pekerjaan pada area-area yang mengakomodir kebutuhan tunnel boring machine untuk melaksanakan konstruksi mulai dari proses mobilisasi hingga demobilisasi. Lingkup area yang dimaksud adalah temporary working area, launching shaft, underground area, dan arriving shaft. Dalam memenuhi kebutuhan data-data dan dasar teori sebagai kebutuhan dasar pelaksanaan analisis risiko pada objek penelitian, dibutuhkan metode-metode untuk melaksanakan pendalaman penelitian dan proses pengambilan data pada objek penelitian yaitu proyek Jakarta MRT. Studi literatur merupakan salah satu cara untuk mengetahui dasardasar teori sebagai acuan proses identifikasi dan analisis risiko kemudan acuan untuk mendalami materi terkait kebutuhan penelitian. Studi literatur dilaksanakan dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan penelitian seperti definisi risiko, parameter risk assessment, mekanisme TBM, dan lainlain. Lalu tahap selanjutnya adalah mencari dan memahami literatur dari sumber-sumber literatur. Setelah itu dilakukan review dokumen yang merupakan salah satu metode guna memenuhi kebutuhan data-data terkait kebutuhan proses identifikasi risiko. Proses pengumpulan data pada metode ini dilakukan dengan menelusuri dokumen basic engineering document secara keseluruhan dan mengambil data yang merupakan kebutuhan penelitian. Selain itu, terdapat metode lain untuk dapat memenuhi kebutuhan data yaitu interview stakeholder. Metode ini dilakukan dengan cara membuat daftar pertanyaan terkait kebutuhan data yang belum terpenuhi, ataupun kebutuhan data yang belum terjelaskan sesuai dengan kebutuhan lalu daftar pertanyaan tersebut merupakan bahan wawancara kepada narasumber. Interview dilakukan dengan seorang narasumber yang merupakan kepala konstruksi terowongan bawah tanah proyek Jakarta MRT. Ketiga metode di atas merupakan metode yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar identifikasi risiko berupa data ataupun pendalaman materi. Lalu, proses brainstorming dan asumsi logis yang merupakan kegiatan terpisah dapat dilakukan berdasarkan ketiga metode yang telah dilakukan sebelumnya untuk melaksanakan proses identifikasi risiko. Brainstorming dilakukan dengan mengumpulkan ide dari narasumber yang telah ditentukan menjadi peserta brainstorming. Setelah semua anggota mengeluarkan ide, gagasan dan pendapat, seluruh anggota me-review semua ide dan memastikan peserta lain memahami apa yang dimaksud dan mengevaluasi seluruh daftar, menghilangkan duplikasi dan mengkombinasi risiko yang sejenis. Brainstorming pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali. Brainstorming yang pertama dilakukan dengan seorang narasumber yang mempunyai latar belakang pernah bekerja sebagai staf bagian risk management pada salah satu kontraktor yang menangani proyek Jakarta MRT. Kemudian brainstorming yang kedua dilakukan dengan seorang narasumber yang bekerja sebagai kepala konstruksi terowongan bawah tanah pada proyek Jakarta MRT. Selain brainstorming, dilakukan penalaran berdasarkan logika. Penalaran ini dilakukan dengan melakukan identifikasi berdasarkan pada asumsi yang masuk akal. Tentunya asumsi ini mempunyai dasar yang bisa berupa statistik, pengetahuan, dan lain- 3
4 lain. Kedua metode identifikasi risiko ini saling melengkapi satu sama lain untuk mendapatkan hasil identifikasi yang komprehensif dan tentunya kedua metode identifikasi risiko ini dilakukan berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan penelitian berupa data dan pendalaman materi yang telah dipenuhi pada metode-metode sebelumnya. kejadian risiko. Ketiga aspek identifikasi risiko ini merupakan hasil dari proses identifikasi risiko yang dipaparkan dalam daftar risiko teridentifikasi. Proses identifikasi risiko yang dilakukan menjadi dasar pelaksanaan penilaian risiko. Penilaian tingkat risiko dilakukan dengan metode kualitatif yang mencakup penilaian probabilitas terjadinya risiko dan penilaian dampak risiko. Kombinasi penilaian kedua hal tersebut dapat menghasilkan penilaian tingkat risiko. Analisis risiko ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan sikap terhadap berbagai risiko bahaya terhadap aspek keselamatan yang dapat terjadi pada objek penelitian. Tabel I Kategori Risiko (Direktorat Bina Teknik, Dirjen Bina Marga, Maret 2011) Nilai R = P x I Kategori Risiko 1-7 Risiko Rendah 8-17 Risiko Sedang 18-2 Risiko Tinggi Simpulan Gambar II Metodologi Penelitian Identifikasi risiko yang dilakukan tentunya harus melingkupi beberapa aspek yaitu sumber risiko, kejadian dan dampak risiko bila terjadi. Untuk mendapatkan dampak risiko yang digunakan sebagai aspek penilaian tingkat risiko dapat melalui pendalaman sumber risiko ataupun pendalaman Hasil yang didapatkan pada penelitian dipengaruhi oleh metodologi yang ditentukan karena metodologi merupakan cara atau jalan untuk mencapai tujuan penelitian. Jika terjadi kesalahan penentuan metodologi atau kesalahan pelaksanaan metodologi, bukan tidak mungkin hasil dari penelitian yang dalam hal ini adalah identifikasi dan analisis risiko menjadi buruk. Dari risk assessment yang dilakukan, seluruh tingkat risiko yang dinilai berupa generalisasi dari penilaian tingkat risiko terhadap benda dan manusia. Idealnya penilaian tingkat risiko dilakukan berdasarkan pada masing-masing klasifikasi jenis objek
5 yang dalam hal ini adalah tingkat risiko pada benda dan tingkat risiko pada manusia yang proses penilaiannya seharusnya dilakukan terpisah. Kategori Pekerjaan Tabel II Kesimpulan Analisis Risiko Generalisasi jenis risiko menyebabkan akurasi penilaian risiko menjadi rendah. Hasil analisis risiko per kategori dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Risk Source Jumlah Risk Source Teridentifikasi Tingkat Risiko Temporary Working Area Mobilisasi Crane Works Kecelakaan truk pengangkut Jatuhnya benda yang diangkut truk Kecelakaan akibat pergerakan benda yang dipindahkan crane Jatuhnya barang yang dipindahkan crane 6 11 Sedang Launching Shaft Penurunan TBM Instalasi TBM Dinding Launching Shaft Pengeboran Keruntuhan crane Benturan akibat pergerakan benda yang diturunkan dan benda terjatuh dari crane Kegagalan dan keruntuhan crane Kegagalan struktur penopang sementara TBM Risiko bahaya saat initial drive TBM Kegagalan atau keruntuhan dinding launching shaft Kegagalan komponen-komponen TBM Misalignment TBM 10 6 Sedang Underground Area Instalasi Lining Transportasi di Dalam Terowongan Kegagalan dan keruntuhan segmen lining Kecelakaan alat pengangkut 3 Tinggi Arriving Shaft Pekerjaan pada Ruang Tertutup Bawah Tanah Penerimaan TBM pada Titik Akhir Pengeboran Pemindahan TBM Konstruksi terowongan terendam air Kualitas udara buruk di dalam terowongan bawah tanah Tunnel boring machine yang sedang berputar menghantam benda atau manusia di sekitar titik akhir pengeboran Benturan akibat pergerakan benda yang diturunkan dan benda terjatuh dari crane Kegagalan dan keruntuhan crane 10 Sedang Pembongkaran TBM Kegagalan struktur penopang sementara TBM 3 Dinding arriving shaft Kegagalan atau keruntuhan dinding launching shaft Daftar Pustaka Aldiamar, Fahmi & Suryana, Yayan (2012). Naskah Ilmiah Teknologi Terowongan dan Jalan Bawah Tanah Penilaian Risiko Pembangunan Terowongan Jalan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Kementrian Pekerjaan Umum. Biticaca, Lysandra A. M. (2011). Preliminary Study of Construction Tunnelling Method on Jakarta MRT Project Stage I, Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi bandung. Chapman, David, Metje, Nicole, & Stark, Alfred (2010). Introduction to Tunnel Construction. Oxon : Spon Press. Ciamei, Andera, & Moccichino, Marco. EPB TBM Under the City Centre of Vancouver: Risk Management and Settlement Control. Rome : Societa Esecuzione Lavori Idraulici Spa.
6 Land Transport Authority. Construction Plan of TBM. Singapore. Lee, Andrew H. S. (2007). Engineering Survey System for TBM (Tunnel Boring Machine) Tunnel Construction. Hong Kong : Strategic Integration of Surveying Services. Maschinen und Stahlbau Dresden. Equipment for the Start and Run- Out Phase of the TBM. Dresden : Hofmuhlenstrasse. MRT Jakarta (2008). Basic Engineering Design. Jakarta : Jakarta Metro Engineering Consultant. San Francisco Municipal Transportation Agency (2013). TBM Lauch Box in Progress Mom Chung Being Lowered into the Launch Box. Progress Report. Shen, Xuesong, Lu, Ming, Fernando, Siri, & AbouRizk, Simaan M. Tunnel Boring Machine Positioning Automation in Tunnel Construction. Departemen of Civil and Environmental Engineering, University of Alberta, Edmonton, Alberta, Canada. Shenklr, Willian G., & Walker, Paul L. (2007). Enterprise Risk Management: Tools and Techniques for Effective Implementation. Montvale : Institute of Management Accountants. Sigl, O., & Stacherl, B. Design of TBM Work Shaft and TBM Launching Chamber. Singapore : Geoconsult Asia Singapore. Spencer, Michael et al (2009). Tunnel Boring Machine. Istanbul : IMIA Conference. The Test House (Cambridge) Ltd. (2011). Laboratory Examination and Failure Analysis of Gantry Crane Wheel Securing Bolts from the Vessel MV Blue Note. England : Cambridge. Thomas, A. H., Banyai, J. P. (2007). Risk Management of the Construction of Tunnels Using Tunnel Boring Machines (TBMs). London : Taylor & Francis Group. Vazifdar, Feroze R., Lee, Kenton K., & McCarthy, Patrick (2002). Predicting and Prolonging the Life of Used Cranes. Oakland : Lifetech Consultants Inc. Worksafe Victoria (2008). Working Safely with Bridge and Gantry Cranes. Melbourne : Victoria. Zhao, Jian (2012). A General Overview on Tunnel Boring Machines. SRMEG-NCUS Seminar. 6
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan memang memiliki daya tarik bagi penduduk dari luar kota untuk tinggal dan bekerja mencari nafkah. Banyaknya lapangan pekerjaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemui diberbagai kota kota besar di Indonesia khususnya di DKI Jakarta.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemacetan lalu lintas merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui diberbagai kota kota besar di Indonesia khususnya di DKI Jakarta. Sebagai ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi massal merupakan salah satu solusi yang tepat dikembangkan untuk kota-kota yang mengalami kemacetan, khususnya di Ibu Kota Jakarta. Hal ini mengingat jumlah
Lebih terperinciKetika MRT Urai Kemacetan Jakarta
Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Macet adalah keadaan yang hampir setiap saat dialami masyarakat Jakarta. Sebelumnya, macet hanya dialami, saat jam berangkat kantor atau jam pulang kantor. Namun kini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tahun kehadiran kendaraan bermotor khususnya di daerah ibu kota seperti Jakarta semakin meningkat dan membutuhkan infrastruktur jalan sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Data Proyek 3.1.1 Data Umum Proyek DATA SITE Lokasi Selatan : Jl. Raya Pasar Jum at, Kel. Lebak Bulus, Kec. Cilandak, Jakarta Luas Lahan : ± 22.000 m² KDB : 60% KLB : 2,0
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) sebagai ibukota Indonesia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) sebagai ibukota Indonesia yang berukuran 661,52 km 2, adalah kota dengan tingkat kesibukan yang tinggi. Sebagai kota yang
Lebih terperinciLight Rail Transit Jakarta Koridor 1 (Fase 1) Agustus 2017
Light Rail Transit Jakarta Koridor 1 (Fase 1) Agustus 2017 Penyelenggaraan LRT di DKI Jakarta Penyelenggaraan Prasarana LRT Penyelenggaraan Sarana LRT Pembangunan Pengadaan Ruang Lingkup PT JakPro Operasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang kompleks yang melibatkan pekerja, alat dan bahan dalam jumlah besar. Proyek mempunyai karakterisitik sebagai kegiatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang menjadikannya sebagai kota tersibuk dengan tingkat pertumbuhan penduduknya yang sangat pesat. Berdasarkan data Badan Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan
Lebih terperinciSTASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota dan pusat perekonomian di Indonesia sudah seharusnya sejajar dengan kota-kota di dunia. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam
Lebih terperinciCONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS)
CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) Ir. Erwin Ananta, Cert. IV, MM Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Balikpapan Page 1 of 14 Kontraktor merupakan unsur penting
Lebih terperinciL E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia sudah sepantasnya sejajar dengan berbagai kota-kota lain di dunia dengan indeks pertumbuhan penduduk dan ekonomi
Lebih terperinciDIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan perekonomian yang semakin meningkat dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi di wilayah DKI Jakarta, maka dampak masalah
Lebih terperinciDukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi industri dan perdagangan merupakan unsur utama perkembangan kota. Kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan, perekonomian,
Lebih terperinciincreasing mobility, improving life quality
MRTJakarta increasing mobility, improving life quality www.jakartamrt.com Transportasi publik di Jakarta menghadapi tantangan berat. Kemacetan yang semakin parah telah mengganggu intensitas kegiatan sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi
Lebih terperinciANALISIS PERILAKU TEROWONGAN SIRKULAR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN PEMODELAN ELEMEN HINGGA
ANALISIS PERILAKU TEROWONGAN SIRKULAR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN PEMODELAN ELEMEN HINGGA Angga Darmawan 1), Teuku Faisal Fathani 2), Iman Satyarno 3) 1),2),3 ) Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG KOMPOSISI PEMBEBANAN PINJAMAN UNTUK MEMBIAYAI PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tertundanya waktu perjalanan. Transportasi memainkan peran yang sangan penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi yang sering terjadi diantaranya kemacetan lalu lintas dan tertundanya waktu perjalanan. Transportasi memainkan peran yang sangan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta adalah ibukota negara Indonesia yang memiliki hampir 10 juta orang yang berada di area metropolitan. Seiring berkembang dengan pesatnya pembangunan di Jakarta
Lebih terperinciOverpass (Flyover) vs Underpass
Overpass (Flyover) vs Underpass Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan kemacetan lalu-lintas pada persimpangan padat di kawasan perkotaan, dapat dipertimbangkan pengadaan suatu sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2008, dari: 1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap hari puluhan ribu manusia yang berada di lingkaran ibu kota baik dari Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang melangkahkan kakinya ke Ibu Kota Jakarta untuk
Lebih terperinciABSTRAK Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK EVALUASI SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK RS. LIMIJATI Fadly Utama (0321054), Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil,, 2010. Konstruksi merupakan sektor industri yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA
KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA J. Dwijoko Ansusanto Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta dwiyoko@mail.uajy.ac.id Sigit Priyanto Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No.
Lebih terperinciK3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan
K3 KONSTRUKSI BANGUNAN Latar Belakang Permasalahan -Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan -Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang
Lebih terperinci2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung
ANALISIS PENANGANAN PERGERAKAN TRUK KONTAINER KOSONG DALAM PERGERAKAN ANGKUTAN BARANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA TRANSPORTASI (KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK) Ofyar Z. Tamin 1, Harmein Rahman
Lebih terperinciKementerian Perhubungan
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan Idwan Santoso Institut Teknologi Bandung Focus Group Discussion Penyusunan Rencana Umum Jaringan Trayek Angkutan Umum Jalan Jabodetabek
Lebih terperinciBanyak Kota di Dunia Tidak Dapat Menyediakan Akses yang Layak ke Angkutan Massal Bagi Setengah Penduduknya
Press Release 18 Oktober 2016 Banyak Kota di Dunia Tidak Dapat Menyediakan Akses yang Layak ke Angkutan Massal Bagi Setengah Penduduknya Hanya 16% Penduduk Jabodetabek yang Mempunyai Akses Layak ke Angkutan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi yang mulai banyak diminati oleh masyarakat Indonesia sekarang ini. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan Indonesia, adalah pusat ekonomi dan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan ekonomi Jakarta menarik
Lebih terperinciKRITERIA KEBERHASILAN SUATU PROYEK
KRITERIA KEBERHASILAN SUATU PROYEK MAKALAH MANAJEMEN PROYEK Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Matakuliah TI-4806 Manajemen Proyek Disusun oleh: Nama: Andrian Irawan NIM: 1410003 DEPARTEMEN
Lebih terperinciPROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS JANABADRA
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS JANABADRA Dinamika Struktur (Structural Dynamic) Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) Metode Eksperimen Structur (Structure Experiment Method)
Lebih terperinciPEREMAJAAN KAWASAN PERDAGANAN SENEN DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA
PEREMAJAAN KAWASAN PERDAGANAN SENEN DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA SUNJAYA ASKARIA, MICHAEL TEDJA, INDARTOYO JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA, Jl. K.H. Syahdan No.9, Kemanggisan,
Lebih terperinci5/25/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Dosen Pengampu: Anief Fauzan Rozi, S.Kom., M.Eng. Phone/WA: 0856 4384 6541 PIN BB: 29543EC4 Email: anief.umby@gmail.com Website: http://anief.mercubuana- yogya.ac.id 5/25/16 Manajemen Proyek IT - Universitas
Lebih terperinciBAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pekerjaan Galian Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi yang bertujuan untuk mendapatkan desain atau bentuk konstruksi yang sesuai dengan elevasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makna harfiah mother city (dari bahasa yunani kuno mater + polis) sumber (Webster dictionary). Metroplitan berate
BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini Jakarta sudah menjadi kota metropolitan 1, artinya kota besar yang berpenduduk sekitar 12 juta jiwa, serta merupakan tempat bermukim dan bekerjanya masyarakat dari
Lebih terperinciPROFIL PERMUKAAN TANAH KERAS KOTA SURAKARTA SEBAGAI INFORMASI PRADESAIN PONDASI
PROFIL PERMUKAAN TANAH KERAS KOTA SURAKARTA SEBAGAI INFORMASI PRADESAIN PONDASI Reza Satria Warman 1), Yusep Muslih Purwana 2), Noegroho Djarwanti 3) 1) Soil Mechanics Laboratory, Program Studi Teknik
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bangunan sipil pada umumnya meliputi dua bagian utama, yaitu struktur bagian bawah (sub structure) dan struktur bagian atas (upper structure). Struktur bagian bawah berfungsi
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA MENINJAU PROYEK PEMBANGUNAN MRT DI DKI JAKARTA TANGGAL 06 APRIL 2017
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA MENINJAU PROYEK PEMBANGUNAN MRT DI DKI JAKARTA TANGGAL 06 APRIL 2017 KOMISI V DPR RI JAKARTA, 2017 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN. 3 I.1. Maksud
Lebih terperinciKEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI
KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. UTAMAKAN KESELAMATAN
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KOMPOSISI PEMBEBANAN PINJAMAN PEMBANGUNAN MASS RAPID
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. KERANGKA BERPIKIR Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa langkah yang menjadi kerangka berpikir yang dijadikan acuan jalan penelitian. Urutan kerangka perpikir tersebut
Lebih terperinciCable Car Project Bandung Sky Bridge
Cable Car Project Bandung Sky Bridge A. Tujuan proyek cable car Tujuan pembangunan proyek cable car adalah - Mengatasi kemacetan kota Bandung - Sarana wisata kota Bandung B. Deskripsi proyek cable car
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri sehingga menuntutnya untuk melakukan interaksi. Proses interaksi dapat terjadi karena adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai ibukota negara Republik Indonesia, Jakarta adalah pusat berbagai kegiatan diantaranya pusat pemerintahan, perekonomian, perdagangan, industri dan lain sebagainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah kesibukan kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, adalah sebuah hal yang mutlak apabila segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi memiliki karakteristik penurunan produksi secara alamiah dengan berjalannya waktu. Untuk itu selalu diperlukan adanya kegiatan investasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah serta akan membuka hubungan sosial, ekonomi dan budaya antar daerah.
Lebih terperinci2018, No Penyediaan Infrastruktur Prioritas Nomor 3 Tahun 2015 tentang Komposisi Pembebanan Pinjaman untuk Membiayai Pembangunan Mass Rapid Tra
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.166, 2018 PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS. Komposisi Pembebanan Pinjaman untuk Membiayai
Lebih terperinciPERENCANAAN PILE CAP BERDASARKAN METODA SNI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC
PERENCANAAN PILE CAP BERDASARKAN METODA SNI 03-2847-2002 DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC Heidy Wirawijaya Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak Pile cap merupakan salah satu
Lebih terperinciPERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009
Makalah Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV MMT-ITS PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 ANTONIUS GATOT
Lebih terperinciBAB IX ASURANSI ANEKA
BAB IX ASURANSI ANEKA Jika di depan telah dipaparkan tentang asuransi jiwa dan asuransi kerugian secara panjang lebar, berikut ini akan dipaparkan asuransi aneka. Uraian-uraian berikut ini mencakup macam-macam
Lebih terperinciKECELAKAAN KERJA DAN ANALISIS PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN GALIAN TANAH PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA
KECELAKAAN KERJA DAN ANALISIS PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN GALIAN TANAH PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Yonathan 1, Andreas 2 dan Andi 3 ABSTRAK : Dari permasalahan pekerjaan galian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting untuk mendukung kelancaran perkembangan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting untuk mendukung kelancaran perkembangan ekonomi. Tanpa didukung kelancaran transportasi maka perkembangan
Lebih terperinciFOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO
K E M A C E T A N FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO arus dibuat program Meneruskan sistem Otoritas transportasi jangka pendek dan Pola Transportasi jakarta (busway dan
Lebih terperinciANALISA RESIKO OPERASIONAL PENGELOLAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN DI SURABAYA
ANALISA RESIKO OPERASIONAL PENGELOLAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN DI SURABAYA Aris Windarko Saputro dan I Putu Artama W Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut
Lebih terperinciDepartemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Doc. No 1 Revised Date Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Pengembangan Data Perhubungan Darat Propinsi DKI Jakarta 1 KONDISI WILAYAH DAFTAR ISI 2 3 KONDISI TRANSPORTASI JALAN
Lebih terperinciSTASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SATYA
Lebih terperinciSTASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tabel 5.1. Indikator resiko dengan dampak tertinggi
47 BAB V PENUTUP 5.3. Kesimpulan Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.3.1. Dampak Resiko pada Kontraktor Tabel 5.1. Indikator resiko dengan dampak tertinggi
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu
Lebih terperinciPREDIKSI DEBIT ANDALAN DENGAN DATA HUJAN BERDASARKAN MODEL HIDROLOGI PADA STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN SUKAWANA SUNGAI CIMAHI TUGAS AKHIR
PREDIKSI DEBIT ANDALAN DENGAN DATA HUJAN BERDASARKAN MODEL HIDROLOGI PADA STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN SUKAWANA SUNGAI CIMAHI TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009
PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 Antonius Gatot Yudo Pratomo, Aris Tjahyanto Magister Manajemen Teknologi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bus Pemindah Cepat (Bus Rapid Transit, BRT) adalah sebuah sistem transportasi massal yang berorientasi pengguna (customer-oriented) yang menggabungkan elemen stasiun,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.247/MEN/X/2011 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.247/MEN/X/2011 TENTANG JABATAN YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH TENAGA KERJA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pembangunan Proyek STS Bintaro Permai ini berdasarkan dari pertimbangan
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Proyek STS Bintaro Permai ini berdasarkan dari pertimbangan beberapa aspek, salah satunya pertimbangan karena meningkatnya mobilitas penduduk
Lebih terperinciPERBANDINGAN GANTRY DAN MOBILE CRANE PADA JALAN LAYANG DARI SEGI WAKTU, METODE KERJA, DAN BIAYA
PERBANDINGAN GANTRY DAN MOBILE CRANE PADA JALAN LAYANG DARI SEGI WAKTU, METODE KERJA, DAN BIAYA 1 WAHID SULISTIYONO HUSEIN, 2 DWI DINARIANA 1 Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara 2 Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciPENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 22 PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT Husny 1) Rika Deni Susanti 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPada penelitian ini dilakukan analisis risiko terhadap penggunaan tower crane dilakukan pada studi kasus proyek pembangunan gedung baru Unikom dan
Analisis Risiko Kecelakaan Pada Penggunaan Tower Crane Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Baru Unikom dan Proyek Pembangunan Gedung Elizabeth RS Bossomeus EXTENDED ABSTRACT Konstruksi merupakan usaha
Lebih terperinciMANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA
MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA OLEH : ZUHRI MUHIS (3111106020) DOSEN PEMBIMBING : WAHJU HERIJANTO, Ir., MT. LATAR BELAKANG TUJUAN BATASAN MASALAH LOKASI KAJIAN DASAR TEORI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciStudi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (201) 1-6 1 Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT. Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan
Lebih terperinciAbstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GUNAWANGSA MERR APARTMENT (RISK ANALYSIS OF SAFETY AND EALT OCCUPATION AT GUNAWANGSA MERR APARTMENT) Enny A Muslim, Anik Ratnaningsih, Sri
Lebih terperinciRESIKO PADA PROYEK-PROYEK DERMAGA DI SULAWESI UTARA
RESIKO PADA PROYEK-PROYEK DERMAGA DI SULAWESI UTARA Obert Tangdiembong Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Bonny F. Sompie, James A. Timboeleng Dosen Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciA. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI
PROYEK KONSTRUKSI A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI Suatu rangkaian kegiatan di bedakan atas dua jenis yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek, yaitu : Kegiatan rutin adalah suatu kegiatan yang terus menerus
Lebih terperinciMerumuskan pola penggunaan/pemilihan moda penduduk Jakarta. Merumuskan peluang perpindahan penggunaan moda dari kendaraan pribadi ke BRT di Jakarta.
Sasaran Merumuskan pola penggunaan/pemilihan moda penduduk Jakarta. Merumuskan peluang perpindahan penggunaan moda dari kendaraan pribadi ke BRT di Jakarta. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Wilayah Terdiri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN & SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian menghasilkan konsep manajemen pemeliharaan Jalan Magelang Yogyakarta yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya laju perkembangan pembangunan konstruksi jembatan di Indonesia, maka peranan pengendalian resiko kecelakaan kerja dirasakan menjadi semakin
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : A0 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015 Untuk Tahun Akademik : 2015/2016 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jml Halaman : 18 halaman Mata Kuliah : Manajemen Komunikasi
Lebih terperinciPERSIAPAN TEKNIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI CEPAT MASAL DI JAKARTA
PERSIAPAN TEKNIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI CEPAT MASAL DI JAKARTA Irwan Ibrahim Peneliti pada Pusat Pengkajian Teknologi Industri dan Sistem Transportasi Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini persaingan didunia industri kontruksi semakin pesat dan mengikuti perkembangan zaman karena pertumbuhan dan perkembangan zaman yang
Lebih terperinciDAFTAR ACUAN. Sites Through Gis And Bim Integration. Journal of. Information Technology in Construction, 17,
DAFTAR ACUAN [1]. Irizarry. J., Karan, E. P. 2012. Optimizing Location Of Tower Cranes [2]. Irizarry. J., Karan, E. P. 2012. Optimizing Location Of Tower Cranes [3]. Al-Hussein, M., Niaz, M., A., Yu, H.,
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA
25 IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Envirospace Consultant Indonesia (ESCI) berdiri pada tahun 2005. Perusahaan ini merupakan cabang dari perusahaan Envirospace
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek besar seperti pembangunan gedung bertingkat tinggi (high rise building) atau proyek pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, sumber daya dan memiliki keunikan tersendiri. Definisi pekerjaan (proyek)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan akan transportasi dalam suatu wilayah merupakan kebutuhan akan akses untuk menuju fungsi-fungsi pelayanan kota di lokasi berbeda yang ditentukan oleh masyarakat
Lebih terperinciPERANAN KONTRAKTOR DALAM PEKERJAAN GALIAN TANAH BASEMENT TERHADAP ASPEK LINGKUNGAN
PERANAN KONTRAKTOR DALAM PEKERJAAN GALIAN TANAH BASEMENT TERHADAP ASPEK LINGKUNGAN I Made Suryana Suastino 1, Robertus Kevin Kuncoro 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Keterbatasan lahan memacu perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Mexico, Shanghai, Manila, Moscow dan Bangok merupakan ibu kota dari Negara Mexico, Cina, Filipina, Rusia, Thailand yang memiliki tingkat kemacetan tingggi seperti
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemacetan 2.1.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami berbagai jenis kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketergantungan masyarakat Jakarta dengan kendaraan pribadi sudah sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemacetan merupakan isu paling besar di Jakarta. Banyak sekali isu-isu soal kemacetan yang bermunculan di Jakarta, seperti Tahun 2014 Jakarta akan Macet Total, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan transportasi massal yang semakin hari semakin bertambah membuat pemerintah provinsi DKI Jakarta menyediakan angkutan berbasis Bus Rapid Transit (BRT) yang
Lebih terperinci