Porter s Five Forces di Trijaya Transport

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Porter s Five Forces di Trijaya Transport"

Transkripsi

1 BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Perumusan Conceptual Framework Dalam penelitian proyek akhir ini dasar pemikiran awal yang terbentuk mengacu pada analisis appeal dan rencana implementasi sistem hybrid shuttle Trijaya Transport. Ditinjau dalam konteks bisnis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya maka menurut Peter & Donnelly Jr dalam bagian dua pada buku Marketing Management, analisis terhadap suatu kasus semacam ini dapat dilakukan dengan menilik Competitive Forces in an Industry oleh Michael E Porter yang didefinisikan sebagai: five competitive forces...[that] includes rivalry among existing competitions, threat of new entrants and threat of substitute products...in addition, buyers and suppliers are included since they can threaten the profitability of an industry or firm (Porter, 1980, p.33) (2004:207). Jika model Competitive Forces atau yang lebih populer dikenal dengan Porter s five forces diaplikasikan ke dalam kondisi yang dihadapi oleh Trijaya Transport maka akan didapat diagram five forces sebagai berikut: Porter s Five Forces di Trijaya Transport Ancaman new entrants Bargaining Power dari Agen-agen Trijaya(supplier) Persaingan antar travel: Cipaganti, Primajasa, Trijaya, dll Bargaining Power dari konsumen Trijaya Ancaman moda transportasilain (kereta api, mobil pribadi) Gambar 2.1 Porter s Five Forces di Trijaya Transport 13

2 Pembahasan mengenai faktor-faktor di atas akan memberikan pemahaman dan memberikan pandangan komprehensif mengenai kondisi bisnis yang dihadapi oleh Trijaya Transport. 2.2 Analisis Situasi Bisnis Persaingan Dalam Industri Travel Pada saat Trijaya Travel hendak mengimplementasikan sistem barunya diperkirakan reaksi perusahaan travel lain akan sebagai berikut: Rival Trijaya akan melakukan aksi wait-and-see terhadap sistem baru yang diadopsi Trijaya, karena sistem yang diimplementasikan belum terbukti dapat diterima oleh pasar. Apabila sistem Trijaya berhasil meraih pangsa pasar yang signifikan maka diperkirakan kompetitor akan melakukan reaksi yang dapat berupa (1) menurunkan harganya dalam upaya memulai price wars atau (2) mengimitasi sistem Trijaya secara langsung maupun menyesuaikan dengan karakteristik dan kapabilitas perusahaannya masing-masing. Reaksi perusahaan-perusahaan travel di Bandung terhadap munculnya sistem baru dapat diilustrasikan lebih jelas dengan meninjau kasus kemunculan PO Primajasa. PO Primajasa berdiri pada bulan Oktober 2006 dengan armada yang digunakan adalah bus tahun 2006 dengan kapasitas tempat duduk 36 buah. Yang menjadi nilai lebih dari PO Primajasa ini adalah harga yang ditawarkan ± 50 % lebih murah dari harga yang ditawarkan perusahan travel, dilengkapi dengan tempat duduk yang nyaman, televisi, toilet, ruangan merokok di dalam bus. Juga untuk reservasi tiket PO. Primajasa juga telah menyediakan lounge yang nyaman di salah satu mall di Bandung yaitu Bandung Supermall dan di Bandara Soekarno Hatta. Sistem keberangkatan dari PO Primajasa ini adalah Point-to-Point dengan keberangkatan setiap jam, mulai jam WIB. Hal-hal inilah yang membuat banyak konsumen beralih dari yang biasa menggunakan jasa travel beralih menjadi menggunakan PO Primajasa. Dengan adanya hadirnya PO Primajasa tentu saja menurunkan omzet perusahaan-perusahaan travel, sehingga 14

3 ada beberapa perusahaan travel shuttle service beralih ke jurusan Bandung-Jakarta seperti Tora Travel dan bahkan ada yang sampai menutup perusahaan travelnya. Masuknya PO Primajasa kedalam persaingan travel Bandung-Bandara merupakan contoh sebuah value innovation yang dinyatakan oleh Kim & Mauborgne: value innovation is created in the region where a company s actions favorably affect both its cost structure and its value proposition to buyers (2005:16). Konsep value innovation ini disebut oleh Kim & Mauborgne sebagai hakikat penciptaan blue ocean strategy. Lebih jauh dalam buku Blue Ocean Strategy, Kim & Mauborgne mengidentifikasikan beberapa cara sebuah perusahaan dapat menciptakan sebuah lautan biru. Analisis terhadap PO Primajasa mengidentifikasikan bahwa Primajasa melakukan langkah yang disebut oleh Kim & Mauborgne sebagai looking across different strategic groups within industries (2005:55) dengan menggabungkan karakteristik perusahaan travel Point-to-Point dengan karakteristik usaha bus antar kota tradisional. Secara lebih rinci, rumusan strategi bisnis PO Primajasa dapat diurai dengan Eliminate- Reduce-Raise-Create Grid, sebuah analytical tool yang dikemukakan oleh Kim & Mauborgne (2005:35) sebagai berikut: Gambar 2.2 Analisa Grid untuk PO Primajasa Saat ini reaksi kompetitor karena adanya persaingan harga ini semakin ketat. Pada saat ini para Travel leader telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut : Cipaganti memasang diskon untuk bulan Januari yaitu harga menjadi Rp ,- untuk sistem Door-to-Point, Rp ,- untuk sistem Point- 15

4 to-point dan disediakannya VIP shuttle service yaitu menggunakan mobil Alphard dengan harga Rp ,-. Pemasangan iklan dimedia cetak seperti Tribun dan Pikiran Rakyat yang dilakukan Cipaganti gencar dilakukan. Revin Travel menurunkan harga menjadi Rp ,- dari Rp ,- untuk sistem Door-to-Point. Walaupun telah menurunkan harganya namun pihak travel tetap menyediakan snack gratis bagi penumpangnya. Revin hanya memasang iklannya di koran Tribun saja. Buah Batu Travel saat ini tetap pada harga Rp ,-, dan disediakan minuman gelas gratis. Walaupun harganya tidak berubah, namun promosi di media cetak seperti Tribun dan Pikiran Rakyat gencar dilakukan, yaitu penayangan iklan kolom setiap harinya. KAA Travel menurunkan harga menjadi Rp ,- dari Rp ,- untuk sistem Door-to-Point. Harga dari KAA travel bisa dinegosiasikan seperti memberikan potongan harga sebesar 5-10% bila meng-order langsung untuk 3 orang atau lebih. Citra Trans Gemilang saat ini tetap pada harga Rp ,-, untuk sistem Door-to-Point, Rp ,- untuk sistem Point-to-Point. Seperti halnya Revin, Citra Trans ini hanya memasang iklannya di koran Tribun saja. Gambar 2.3 Strategic Move Travel Rute Bandung-Bandara Soekarno Hatta Maret 2007 (Sudana,2007:53) 16

5 Dari peta persaingan diatas menunjukkan bahwa dengan hadirnya Primajasa hanya tiga travel saja yang menurunkan harganya yaitu Cipaganti, Revin dan KAA. Travel travel lainnya seperti Buah Batu travel, Cipaganti, Revin, KAA travel, Citra Trans, dan lain-lain cenderung untuk tidak menunjukkan reaksi apapun. Hal ini juga dibuktikan dari pelayanan-pelayanan maupun fasilitas yang ditawarkan relatif tidak terlalu banyak memperlihatkan perubahan yaitu hanya fasilitas antar jemput saja. Kalaupun mereka menurunkan harganya, tidak akan sampai mendekati harga yang ditawarkan PO Primajasa, paling banyak mereka hanya menurunkan Rp ,- sampai Rp ,- dari harga semula. Hal ini disebabkan karena ada batasan-batasan tertentu, seperti biaya-biaya operasional yang cukup besar sehingga bila mereka memasang harga yang murah ditakutkan tidak dapat menutupi biaya operasionalnya. Ilustrasi kasus munculnya PO. Primajasa digunakan untuk menggambarkan kemungkinan reaksi kompetitor terhadap implementasi sistem hybrid sebab keduanya memiliki kesamaan dalam hal keduanya merupakan sistem unik dengan keunggulan tersendiri yang baru dikenal oleh industri pada saat itu. Dalam konteks PO Primajasa, para pesaing hanya bereaksi dengan menurunkan harga dan tidak melakukan imitasi sebab biaya investasi yang harus dikeluarkan sangat tinggi. Dalam implementasi sistem hybrid Trijaya, ancaman yang kemungkinan dihadapi selain memicu price wars adalah ancaman imitasi terutama dari pemain besar seperti Cipaganti Travel karena investasi yang diperlukan untuk menjalankan sistem hybrid relatif lebih kecil daripada investasi sebuah sistem seperti PO Primajasa Ancaman New Entrants Dalam Industri Travel Industri travel Bandung-Bandara Soekarno Hatta merupakan industri yang dapat dikatakan masih dalam tahap berkembang/growth state. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor antara lain: Berdasarkan data yang diperoleh dari departemen perhubungan, terjadi peningkatan pengguna maskapai penerbangan domestik dan internasional dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2006, dan diperkirakan peningkatan terus terjadi sampai dengan tahun Peningkatan ini dipicu oleh 17

6 semakin maraknya penerbangan low fare/tarif murah dari setiap maskapai penerbangan sehingga memicu masyarakat terutama masyarakat di Bandung untuk melakukan perjalanan menggunakan pesawat. (Effendi,2007:7). Dibukanya ruas Tol Cipularang yang mempersingkat jarak tempuh Bandung-Jakarta semakin memudahkan akses antara dua kota tersebut termasuk didalamnya akses menuju Tol I.R Sedyatmo yang merupakan jalan menuju Bandara Soekarno Hatta. Dibukanya Tol Cipularang telah menjadi pemicu munculnya travel-travel dengan sistem Point-to-Point Bandung-Jakarta/Bandung-Bandara seperti X-trans dan Citi Trans setelah sebelumnya travel Bandung-Jakarta hanya mengenal perusahaan Door to Door/Door-to-Point seperti Cipaganti Travel dan Menurut Ellien E Garniatin, Manajer Cabang Cipaganti Travel, telah terjadi peningkatan pengguna travel Bandung-Jakarta sebanyak 35% sepanjang dengan daerah growth tertinggi pesanan berasal dari Jatinangor yang merupakan daerah kampus dengan banyak mahasiswa yang berasal dari luar Jawa Barat (Kompas,28/03/2007:n.d). Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, diperkirakan pertumbuhan permintaan ditunjang dengan kuatnya infrastruktur pendukung akan terus mendatangkan pendatang baru/new entrants dalam industri travel rute Bandung-Bandara Soekarno Hatta. Dalam konteks implementasi sistem hybrid oleh Trijaya, growth potential yang tinggi dalam industri travel berarti semakin banyak pengguna jasa baru yang bersifat first-time users yang belum memiliki loyalitas terhadap suatu brand atau sistem tertentu sehingga pengenalan sistem hybrid akan lebih mudah diserap oleh konsumen Ancaman Substitute Modes Dalam Industri Travel Dalam pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat dalam bepergian dari Bandung menuju Bandara, konsumen dapat memilih berbagai cara yaitu dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Ilustrasi berikut ini 18

7 menggambarkan generic needs dari konsumen yang biasa bepergian dari bandung menuju Bandara. Gambar 2.4 Product Market Structure untuk Industri Travel Karakteristik orang yang menggunakan kendaraan pribadi biasanya adalah orang yang beserta keluarganya melakukan perjalanan pada hari-hari libur; yang memiliki supir pribadi; orang membawa banyak barang. Sedangkan karakteristik untuk orang yang menggunakan kendaraan umum adalah orang-orang yang melakukan perjalanan bisnis maupun urusan lainnya seperti liburan, pulang kampung ; yang tidak memiliki mobil pribadi ; yang membutuhkan kepraktisan dari sisi biaya dan kendaraan ; bebas melakukan perjalanan kapanpun. Kendaraan umum dibagi lagi yaitu melalui kereta api, angkutan darat atau pesawat terbang. Biasanya orang yang menggunakan kereta api adalah orangorang yang sudah terbiasa menggunakan kereta api (loyal customer) karena menurut mereka kereta api lebih aman dan tepat waktu di Gambir; yang memiliki kepentingan di daerah sekitar Gambir; lokasi orang yang dekat dengan stasiun di Bandung; harganya lebih murah bila menggunakan kereta kelas Bisnis; orang yang tidak membawa banyak barang. Sedangkan karakteristik orang yang menggunakan pesawat adalah orang-orang yang memerlukan waktu paling cepat tiba di Bandara Soekarno Hatta dan orang yang menyukai privasi. 19

8 Perjalanan melalui angkutan darat dapat dilakukan dengan travel agen, bus antar kota antar propinsi (AKAP), atau perusahaan rental mobil. Untuk perjalanan dengan menggunakan bus AKAP adalah orang-orang yang berlokasi dekat dengan terminal bus dan orang yang menyukai harga murah. Sedangkan bila menggunakan jasa rental mobil adalah orang-orang yang bepergian membawa orang banyak/satu kelompok ; tidak memiliki mobil pribadi; bebas melakukan perjalanan kapanpun. Khusus untuk rute Bandung-Bandara, ancaman terbesar dari golongan moda transportasi yang menjadi alternatif/substitusi travel adalah kereta api. Hal ini dikarenakan oleh informasi yang diperoleh bahwa PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) melalui beberapa anak perusahaannya sedang merancang untuk membangun infrastruktur berupa jalur rel kereta api yang menghubungkan Gambir serta beberapa stasiun lain langsung menuju Bandara Soekarno-Hatta. Pembangunan jalur dan penyelenggaraan rute Jakarta-Bandara ini diproyeksikan untuk siap beroperasi sebelum tahun 2015 (Nur Hamidi, Wawancara Pribadi, 23/05/07). Selain rencana jangka panjang tersebut, pada bulan mei 2007 PT KAI secara resmi mengumumkan penurunan tarif hingga 25% untuk layanan KA Parahyangan dan Argo Gede jurusan Bandung-Jakarta. Penurunan tarif ini diindikasikan sebagai reaksi PT KAI menghadapi makin tergerusnya segmen konsumen yang memilih menggunakan kereta api dibanding moda transportasi travel dan kendaraan pribadi seiring dibukanya ruas Tol Cipularang. Dalam konteks implementasi sistem hybrid para moda transportasi alternatif tidak menyajikan ancaman yang spesifik, namun dalam konteks industri travel secara umum maka hadirnya moda transportasi alternatif tersebut berpotensi mengurangi total market share pengguna travel Needs dari Pengguna Jasa Travel Customer yang menggunakan travel yang melayani shuttle service adalah pelanggan yang ingin melakukan perjalanan ke Bandara Soekarno Hatta baik perjalanan karena pekerjaan (bisnis), perjalanan wisata, ataupun perjalanan untuk kepentingan pribadi. Saat ini travel memegang peranan yang cukup penting di masyarakat untuk memberikan kemudahan dalam pengurusan perjalanan ke 20

9 Bandara Soekarno Hatta. Orang-orang yang melakukan perjalanan menggunakan travel dapat dibagi dua yaitu dengan menggunakan mobil minibus travel dan yang menggunakan bus PO Primajasa. Orang yang menggunakan travel biasanya kebanyakan perorangan daripada perkelompok atau sekeluarga; membutuhkan kepraktisan karena dapat dijemput kerumah; bebas melakukan perjalanan kapanpun; lebih nyaman karena kapasitas mobil; lebih terjamin ketepatan waktu sampai di Bandara. Orang yang menggunakan bus Primajasa biasanya perorangan maupun kelompok dari suatu instansi; bebas melakukan perjalanan kapanpun; lebih terjamin ketepatan waktu sampai di Bandara; lebih murah dibandingkan dengan travel; kapasitas barang bawaan lebih besar. Dengan makin banyaknya pilihan yang ditawarkan pengusaha jasa dapat mempengaruhi berjalannya implementasi sistem hybrid Trijaya yang merupakan sistem yang belum pernah dikenal oleh industri Travel rute Bandung-Bandara Soekarno Hatta. Menurut Michael E. Rodgers yang dikutip Phillip Kotler, et.al dalam buku Marketing Management:An Asian Perspective, proses penyerapan sebuah inovasi baru akan melalui lima tahap sebagai berikut: 1. Awareness: Tahap dimana konsumen menjadi tahu tentang inovasi yang ditawarkan 2. Interest: Tahap dimana konsumen tertarik dan mencari tahu lebih banyak tentang inovasi yang ditawarkan 3. Evaluation: Tahap saat konsumen menimbang untuk mencoba menggunakan inovasi yang ditawarkan 4. Trial: Tahap saat konsumen mencoba inovasi yang ditawarkan 5. Adoption: Konsumen memutuskan untuk menerima dan memakai terus menerus inovasi yang ditawarkan ((Rogers,1983:n.d)Kotler, et.al.2003:366) Lebih jauh Kotler mengutip Roberts yang menyatakan bahwa dalam proses penyerapan sebuah inovasi, para calon pengguna terbagi atas lima kategori berdasarkan innovativeness-nya atau kemauan untuk mencoba sesuatu yang baru. Kelima kategori pengguna ini akan memakai sebuah inovasi baru pada jangka waktu yang berbeda seperti yang diilustrasikan dibawah ini: 21

10 Gambar 2.5 Timeline Penyerapan Inovasi Everett M. Rogers Menurut Rogers, para innovators dan early adopters yang akan menjadi pengguna pertama suatu inovasi jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan keseluruhan pengguna. Kedua kategori pengguna ini akan menjadi opinion leaders di komunitasnya dan akan mempengaruhi penyerapan inovasi oleh kategori-kategori selanjutnya yang bersifat skeptis dan hanya akan mencoba setelah melihat orang lain menggunakannya terlebih dahulu. Dengan menggunakan model ini sebagai acuan, maka penerapan sistem hybrid Trijaya Transport diperkirakan akan melalui proses penyerapan yang sama. Namun, tantangan dalam upaya mempercepat penyerapan sistem hybrid menjadi lebih ringan adanya mitigating factor berupa tingginya value yang ditawarkan oleh sistem hybrid tersebut. Dengan adanya banyak titik penjemputan beserta harga yang murah, sistem hybrid menjadi satu-satunya perusahaan yang dapat menghilangkan constraint waktu dan biaya sedemikian rupa sehingga consumer bargaining power untuk dapat melakukan switch antar penyelenggara dan sistem shuttle menjadi lebih rendah Peranan Agen Sebagai Supplier Industri Travel Seperti halnya perusahaan travel lain, Trijaya Transport memperoleh pelanggan melalui cara berinteraksi langsung dengan pelanggan yang memesan layanan Trijaya, atau melalui agen yang mengatasnamakan pelanggan. Agen yang bekerja sama dengan Trijaya Transport adalah agen tiket pesawat terbang yang pada umumnya juga memasukkan layanan travel menuju Bandara Soekarno Hatta dalam paket penawarannya. Selain agen tiket, Trijaya juga menjalin kerjasama dengan agen biro perjalanan wisata. 22

11 Agen telah menjadi mitra yang sangat penting bagi Trijaya Transport. Bersama sekitar 53 agen yang bekerja sama dengan Trijaya di daerah kota Bandung, Trijaya berhasil meningkatkan perolehan pelanggan yang cukup signifikan sepanjang tahun Peran agen menjadi lebih penting dalam beberapa bulan terakhir 2006 dengan makin menguatnya kontribusi penumpang dari agen yang mencapai rata-rata +60% dari jumlah penumpang yang dilayani Trijaya seperti yang terlihat pada tabel berikut ini: Bulan Jumlah penumpang Jumlah penumpang % indirect Direct Indirect % Direct Juli % 35% Agustus % 34% September % 24% Oktober % 41% November % 42% Desember % 33% Tabel 2.1. Proporsi Jumlah Penumpang Trijaya Transport Trijaya Transport pada saat ini memberikan komisi rata-rata 9% s/d 18% kepada para agen. Berdasarkan data-data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Trijaya Transport hendaknya juga mempertimbangkan dampak keputusannya terhadap hubungan bisnis yang saat ini terjalin dengan para agen. 2.3 Akar Permasalahan Isu Bisnis Setelah menganalisis faktor-faktor dalam Porter s five forces yang akan mempengaruhi berjalannya implementasi sistem hybrid Trijaya Transport, didapat seperangkat kesimpulan yang dapat dirumuskan dalam analisis TOWS sebagai berikut: Threat Salah satu resiko mendasar (inherent risk) dalam melakukan inovasi seperti implementasi yang dilakukan Trijaya adalah resiko bahwa perusahaan rival akan meniru sistem Trijaya. Resiko ini menjadi sangat mungkin karena sistem hybrid dapat dilihat dan dianalisis oleh lawan dengan mudah, serta Trijaya tidak dapat mempunyai hak paten atas sistem hybrid-nya. Reaksi lain yang mungkin dilakukan oleh perusahaan rival yang telah menganalisis sistem hybrid adalah tidak menirunya melainkan menurunkan 23

12 harga sehingga memicu price wars yang akan menguntungkan bagi konsumen namun menipiskan margin bagi penyelenggara travel lebih jauh. Bagi para rival seperti Cipaganti Travel dan X-Trans yang memiliki kapasitas modal besar, reaksi yang sangat mungkin dilakukan adalah meniru sistem hybrid Trijaya sambil juga menawarkan hal-hal yang mampu disediakan oleh perusahaan besar antara lain harga lebih murah, fasilitas menunggu lebih nyaman, kendaraan yang lebih mewah, dan lain-lain. Hal lain yang dapat menjadi kendala adalah reaksi agen apabila Trijaya mengaplikasikan sistem hybrid. Agen yang saat ini bekerja sama dengan Trijaya terbiasa mengadakan kerja sama dengan penyelenggara sistem Doorto-Point. Perubahan sistem Trijaya harus dilakukan dengan juga mengakomodasi kebutuhan para agen, karena saat ini peranan agen bagi Trijaya terbilang vital sebagai sumber pendapatan. Dari sisi regulasi, implementasi sistem hybrid Trijaya Transport tidak berpotensi untuk mengalami hambatan besar karena Surat Izin Usaha Perusahaan tidak merinci kategori Point-to-Point atau Door-to-Point. Hal ini berarti Trijaya dapat langsung mengimplementasikan sistemnya tanpa tersandung aturan penyelenggaraan jasa travel pemerintah Kota Bandung. Opportunity Dengan hadirnya ruas tol Cipularang dan maraknya maskapai low cost carriers, arus pengguna jasa penerbangan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bersamaan dengan hal tersebut, industri travel menuju bandara sebagai industri komplementer juga mengalami peningkatan volume pengguna. Khusus untuk daerah Bandung dan sekitarnya, meningkatnya volume pengguna jasa travel Bandung-Bandara Soekarno Hatta menjadi lebih intensif karena karakteristik kota Bandung sendiri yang secara geografis dekat dengan Jakarta dan Bandung memiliki banyak warga pendatang yang mayoritas adalah pelajar dan mahasiswa yang menuntut ilmu di perguruanperguruan tinggi. Growth Potential ini diperkirakan dapat menyokong pertumbuhan industri travel Bandung-Bandara menjadi industri yang cukup menjanjikan di masa depan. Peningkatan volume konsumen pengguna jasa travel Bandung-Bandara yang kini dapat memilih antara sistem Door-to-Point 24

13 atau Point-to-Point juga membentuk seperangkat persepsi dan opini mengenai kedua sistem tersebut. Penelitian ini telah menganalisis persepsi dan opini tersebut dengan tujuan untuk mencari apakah ada unfulfilled needs dari konsumen terhadap sistem yang ada saat ini. Analisis persepsi konsumen ini diperoleh dengan metode in-depth interview terhadap konsumen Trijaya Transport. Parameter yang digunakan untuk mendapatkan responden adalah konsumen Trijaya berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan, bersedia diwawancarai dan pernah menggunakan kedua sistem yang ada, Door-to-Point maupun Point-to-Point. Dari 77 wawancara yang dilakukan dalam jangka waktu 30 hari, terdapat 20 responden yang memenuhi syarat. Hasil content analysis terhadap wawancara 20 orang responden ini adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Hasil Content Analysis Wawancara Persepsi Konsumen Trijaya Transport Dari hasil tersebut diatas terlihat bahwa persepsi yang paling sering dikaitkan secara positif terhadap sistem Door-to-Point adalah kenyamanan menunggu di rumah terutama untuk perjalanan malam hari, namun secara negatif sistem yang sama sering dikaitkan dengan harga yang mahal, waktu menjemput yang sering tidak tepat, juga perjalanan yang lambat karena harus menjemput penumpang lain. Sistem Point-to-Point secara positif sering dikaitkan dengan harga murah dan perasaan tepat waktu, dengan sedikit persepsi negatif tentang repot saat membawa barang bawaan banyak dan biaya ekstra yang dikeluarkan saat menuju ke tempat travel. Persepsi pengguna jasa travel ini menunjukkan bahwa ada unfulfilled needs yang tidak bisa dipenuhi oleh salah satu sistem yang ada, yaitu sebuah 25

14 sistem yang murah, tepat waktu, namun juga menyediakan kenyamanan menunggu dirumah beserta rasa aman yang diberikannya. Dengan tersedianya informasi ini, maka sistem hybrid yang hendak diimplementasikan Trijaya berpotensi besar untuk dapat menyesuaikan penawarannya agar memenuhi seluruh atau sebagian besar kombinasi kebutuhan konsumen diatas. Analisis mengenai faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap implementasi sistem hybrid tersebut mengungkapkan seperangkat key success factors yang harus dimiliki oleh perusahaan sebagai berikut: - Trijaya harus memiliki konsep yang baik dan solid untuk memenuhi kombinasi unfulfilled needs para pengguna jasa. - Trijaya harus memiliki kesiapan infrastruktur yang dapat melakukan service delivery menghadapi peningkatan volume pengguna jasa di masa depan. - Trijaya harus dapat mengatur kembali hubungannya dengan agen untuk memastikan profitabilitas perusahaan tetap berada pada tingkat yang layak. Perangkat key success factors diatas kemudian menjadi titik acuan dalam menganalisa aspek strength dan weakness dari perusahaan untuk memperoleh gambaran kondisi Trijaya untuk dapat mengimplementasikan sistem hybrid di dalam kondisi bisnis yang memiliki threats & opportunities seperti yang telah dijelaskan diatas. Strength Sistem hybrid Trijaya adalah sistem yang berupaya memadukan benefit dari dua sistem yang ada saat ini. Dengan demikian pengguna jasa dapat mendapatkan value yang lebih untuk yang dibayarkannya. Lebih dari itu, value offering sistem hybrid adalah satu-satunya yang memenuhi unfulfilled needs dari konsumen akan sistem yang murah, tepat waktu dan hassle-free. Trijaya Transport juga berpotensi untuk mendapatkan keuntungan dari berkurangnya biaya operasi untuk menjemput pelanggan di rumah serta bertambahnya market share dari diberlakukannya sistem ini. 26

15 Saat ini Trijaya Transport memiliki armada sebagai berikut: 2 unit Elf, 3 unit Pregio, 1 unit Xenia dan 1 unit APV. Dari komposisi armada Trijaya yang sedemikian rupa, dua unit Elf merupakan tambahan baru dalam armada sejak Mei dan September Penambahan ini dilakukan sebagai reaksi terhadap meningkatnya volume penumpang sepanjang tahun 2006 sebagaimana diperlihatkan oleh tabel berikut ini: Grafik Pertumbuhan Penumpang Jumlah Penumpang Nop-05 Des-05 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Penumpang Bulan Grambar 2.6 Grafik Jumlah Penumpang Trijaya Nov 05- Des 06 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan volume penumpang Trijaya mengalami kenaikan sepanjang tahun, sehingga Trijaya merasa perlu meningkatkan armadanya. Namun seiring dengan dibukanya PO Primajasa bulan Oktober 2006, volume penumpang Trijaya mengalami tren penurunan yang cukup signifikan. Penurunan ini sangat terasa pada bulan Desember yang merupakan high season karena adanya natal dan tahun baru, namun jumlah penumpang justru menurun dari bulan November. Tren penurunan ini membuat utilitas kendaraan Trijaya menjadi lebih rendah dari yang diperkirakan ketika keputusan untuk membeli dua unit baru dibuat. Sepintas hal ini terlihat sebagai beban, namun dalam kerangka implementasi sistem hybrid maka utilitas rendah dari beberapa unit mobil ini menjadi aset bagi Trijaya dalam arti Trijaya tidak harus lagi membeli kendaraan namun dapat menggunakan sumber daya yang sudah tersedia berupa mobil dan supir. 27

16 Weakness Sistem hybrid Trijaya merupakan suatu layanan travel yang belum pernah ada sebelumnya, sehingga dalam mengimplementasikannya akan ditemui kesulitan-kesulitan dalam hal membangun awareness dan melakukan edukasi pada para calon pengguna jasa. Kesulitan ini dapat diminimalisasi karena sistem hybrid dalam penerapannya sangat mirip dengan Point-to-Point dan hampir tidak membutuhkan keterlibatan ekstra atau cara penggunaan yang baru bagi para pengguna. Pada saat ini Trijaya merupakan sebuah perusahaan travel yang belum dapat dikatakan memiliki sumber daya setinggi para pemain incumbent seperti Cipaganti Travel maupun para new entrants ambisius seperti X-trans. Cipaganti Travel merupakan perusahaan dengan brand image yang kokoh karena selain merupakan salah satu pengusaha travel yang paling awal beroperasi di Bandung, Cipaganti Travel memiliki gedung tempat usaha yang impresif di jalan Cipaganti dan persimpangan Jl Gatot Subroto. Ditambah dengan keragaman usaha yang tinggi mulai dari usaha travel, rental mobil mewah sampai rental alat berat membuat Cipaganti Travel dilihat sebagai penyelenggara travel yang terpercaya di Bandung. Para pemain baru seperti X- Trans yang mulai beroperasi sejak dibukanya tol Cipularang merupakan rising star yang cepat mendapat tempat di benak para konsumen. Dibandingkan kedua rival tersebut, sumber daya finansial dan infrastruktur Trijaya Transport untuk melakukan ekspansi usaha masih terbatas. Dalam kaitannya dengan aplikasi sistem hybrid, kurangnya dukungan finansial ini akan dapat membatasi pilihan Trijaya untuk menentukan berapa banyak dan juga lokasi titik penjemputan yang dapat dibuka. Walaupun hambatan ini bisa dimitigasi dengan melakukan pendekatan kerjasama dengan existing businesses di lokasi potensial titik yang akan dibuka, namun biaya yang harus dikeluarkan untuk membuka poin masih terbilang cukup besar karena meliputi tidak hanya tempat usaha melainkan ketersediaan sumber daya manusia dan sistem penunjang lainnya seperti software (pelatihan, penjadwalan, dan lain lain) dan juga hardware (Alat Tulis Kantor/ATK, komputer, dan lain lain). 28

17 Kelemahan dalam sumberdaya finansial Trijaya Transport juga dibarengi oleh lemahnya sistem administrasi dan pencatatan order. Pada saat ini Trijaya masih menggunakan sistem pencatatan manual untuk tiap pesanan yang masuk baik dari agen maupun langsung. Efek yang dirasa dari hal ini adalah kurang baiknya sistem filing dan database pesanan Trijaya Transport, yang menyebabkan sulitnya akses informasi bisnis dalam rangka menyusun rencana langkah strategis. Dalam kaitannya dengan aplikasi sistem hybrid yang akan membutuhkan koordinasi lebih rumit antar titik penjemputan karena makin non-sentralistiknya operasional Trijaya, pencatatan order yang masih penciland-paper dan tercerai berai menyimpan potensi besar akan terjadinya kesalahan yang merugikan Trijaya dan juga konsumen. Secara jangka panjang, pencatatan manual ini juga membatasi pengumpulan informasi yang seharusnya mudah diakses dalam rangka pemahaman dan evaluasi mengenai implementasi sistem hybrid ini. Faktor-faktor yang telah dipaparkan diatas dapat diringkas dalam ilustrasi dibawah ini, dan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan bauran pemasaran yang efektif bagi implementasi sistem hybrid Trijaya Transport: Threat: - Ancaman imitasi dari pesaing. - Ancaman price wars - Reaksi dari agen Opportunity: - Bisnis travel masih growing dengan pesat -Adaunfulfilled needs konsumen pada sistem saat ini Weakness: -Sistemyang sama sekali baru - Modal yg tdk banyak - Non-computerized administration Strength: - Value Offering tinggi - Armada siap guna Gambar 2.7 TOWS Analysis Untuk Aplikasi Sistem Hybrid Trijaya Transport 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Business Assignment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Business Assignment BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Business Assignment Program studi Master of Business Administration Institut Teknologi Bandung (MBA-ITB) menekankan pentingnya pemahaman dan penguasaan atas dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia terutama dalam dunia usaha sekarang ini. Bisnis di zaman sekarang ini telah

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis Untuk memecahkan rumusan tantangan bisnis yang dihadapi Trijaya Transport dalam implementasi sistem hybrid, terdapat beberapa alternatif solusi yang dapat

Lebih terperinci

BAB III EVALUASI BISNIS

BAB III EVALUASI BISNIS BAB III EVALUASI BISNIS 3.1. Evaluasi Pencapaian Bisnis Konveksi Pakaian KVKU Pola gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia sangat berpengaruh terhadap performa penjualan KVKU dari tahun ke tahunnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas diberbagai tempat, tidak heran jika manusia selalu membutuhkan sarana

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas diberbagai tempat, tidak heran jika manusia selalu membutuhkan sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia terutama dalam dunia usaha sekarang ini. Bisnis di era abad ke-21 telah berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan lintasan rel. Sementara Bus dan shuttle Travel menggunakan jalanan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan lintasan rel. Sementara Bus dan shuttle Travel menggunakan jalanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi digunakan untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Moda transportasi yang sering digunakan adalah moda tranportasi darat. Moda transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini berbagai perusahaan jasa dapat dengan mudah dijumpai di kota-kota besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti jasa transportasi, kesehatan, pendidikan,

Lebih terperinci

REKOMENDASI MARKETING MIX DALAM IMPLEMENTASI SISTEM HYBRID UNTUK TRAVEL DENGAN RUTE BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA DI TRIJAYA TRANSPORT PROYEK AKHIR

REKOMENDASI MARKETING MIX DALAM IMPLEMENTASI SISTEM HYBRID UNTUK TRAVEL DENGAN RUTE BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA DI TRIJAYA TRANSPORT PROYEK AKHIR REKOMENDASI MARKETING MIX DALAM IMPLEMENTASI SISTEM HYBRID UNTUK TRAVEL DENGAN RUTE BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA DI TRIJAYA TRANSPORT PROYEK AKHIR Oleh : AGUNG YOGA SEMBADA NIM : 29105001 Program Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan antara satu penyedia jasa (service provider) dengan pemberi jasa

BAB I PENDAHULUAN. diberikan antara satu penyedia jasa (service provider) dengan pemberi jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri jasa saat ini berkembang dengan sangat cepat. Persaingan yang terjadi saat ini sangat kompetitif dalam bidang industry ini. Pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia terutama dalam dunia usaha sekarang ini. Bisnis di era Abad ke- 21 telah berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat, baik itu perkembangan usaha yang bergerak di bidang manufaktur maupun di

BAB I PENDAHULUAN. cepat, baik itu perkembangan usaha yang bergerak di bidang manufaktur maupun di BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup cepat, baik itu perkembangan usaha yang bergerak di bidang manufaktur maupun di bidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Yield Management Internet telah menyebabkan banyak perusahaan untuk mempertimbangkan kembali model bisnis mereka saat ini dan mengevaluasi bagaimana untuk menangkap potensi pendapatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak sekali kategori yang telah disebutkan diatas tersedia pula di kota ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak sekali kategori yang telah disebutkan diatas tersedia pula di kota ini. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini jasa transportasi di Jawa Barat menjadi pusat perhatian. Jawa Barat merupakan provinsi yang cukup dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis transportasi saat ini semakin meningkat, salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis transportasi saat ini semakin meningkat, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis transportasi saat ini semakin meningkat, salah satunya adalah bisnis transportasi berupa travel. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat akan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 5 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini berasal dari sumber yaitu : Wawancara/Interview dari narasumber yang terpercaya dari pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseharian sampai saat ini masih menjadi andalan, khususnya pemenuhan. dalam peningkatan pelayanan angkutan publik.

BAB I PENDAHULUAN. keseharian sampai saat ini masih menjadi andalan, khususnya pemenuhan. dalam peningkatan pelayanan angkutan publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Moda transportasi darat untuk memenuhi mobilitas masyarakat dalam keseharian sampai saat ini masih menjadi andalan, khususnya pemenuhan mobilitas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.6 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.6 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.6 LATAR BELAKANG Dengan perkembangan zaman sekarang ini, semakin banyak orang yang memerlukan sarana transportasi antar kota yang aman. Apalagi pada tahun 2005 setelah adanya akses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman ini perkembangan transportasi terus meningkat dan kebutuhan manusia akan transportasi pun terus meningkat. Hal ini membuat manusia itu sendiri terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama Perusahaan, dan Lokasi Perusahaan Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama Perusahaan, dan Lokasi Perusahaan Gambar 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Jenis Usaha, Nama Perusahaan, dan Lokasi Perusahaan PT. Primajasa Perdanarayautama merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdekatan dengan Jakarta yang merupakan kutub perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berdekatan dengan Jakarta yang merupakan kutub perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Provinsi Lampung adalah merupakan salah satu provinsi strategis di Indonesia. Provinsi ini memiliki letak yang strategis di mulut Selat Sunda berdekatan dengan Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Konsumen menduduki posisi penting dalam kegiatan komunikasi pemasaran. Perusahaan melakukan upaya untuk menarik perhatian konsumennya. Konsumen adalah raja. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion 40 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Market Assessment SWOT Porter s Five Forces Marketing Strategy Business Plan Conclusion Gambar 3.1 Kerangka Pikir 41 3.2. Penjelasan Kerangka Pikir Pertama-tama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masroulina, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masroulina, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kontribusi sektor pariwisata pada Pendapatan Domestik Bruto dunia sebesar 9,5 % (World Travel and Tourism Council, 2014:1). Pariwisata merupakan bentuk nyata

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Kota

BAB I PENDAHULUAN. merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah salah satu industri terbesar di dunia, dimana pariwisata merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu, dimana kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu, dimana kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu, dimana kegiatan tersebut dilakukan dengan berbagai tujuan terkait aktivitas kehidupan sehari-harinya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh dalam kegiatan-kegiatan seperti perekonomian, pengiriman barang atau jasa,

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh dalam kegiatan-kegiatan seperti perekonomian, pengiriman barang atau jasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah sebuah sarana yang sangat penting dalam mendukung aktifitas atau mobilitas manusia setiap harinya sehingga harus dipersiapkan dengan baik

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, pariwisata maupun budaya membutuhkan jasa transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, pariwisata maupun budaya membutuhkan jasa transportasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam membantu roda perekonomian, suatu daerah tidak dapat berdiri sendiri secara total dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Penelitian Shuttle travel adalah layanan transportasi dengan sistem shuttle yaitu sistem layanan antarjemput antar-kota atau antar-propinsi dengan jarak tempuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya sebesar 5,2 juta kilometer persegi.

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Menurut data dari BPS.go.id, jumlah pertumbuhan penduduk DKI Jakarta dari

Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Menurut data dari BPS.go.id, jumlah pertumbuhan penduduk DKI Jakarta dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan kondisi perekonomian Indonesia yang masih dalam tahap pertumbuhan, sehingga mau tidak mau harus terus berbenah diri karena sedang menuju ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang akan selalu berusaha untuk terus memenuhi kebutuhannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang akan selalu berusaha untuk terus memenuhi kebutuhannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang akan selalu berusaha untuk terus memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa yang ada. Dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan yang terdapat dalam bab IV, terdapat beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Nyoman Ayu Nila Dewi STMIK STIKOM BALI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari desa ke kota,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari desa ke kota, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari desa ke kota, dan meningkatnya aktivitas kegiatan penduduk kota saat ini sehingga menuntut diperlukannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertambahan jumlah penduduk serta mobilitas penduduk yang semakin tinggi, terutama antar-kota, telah mendorong peningkatan kebutuhan akan jasa transportasi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN merupakan jasa transportasi di Kota Bandung yang melayani jasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN merupakan jasa transportasi di Kota Bandung yang melayani jasa 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan 4848 merupakan jasa transportasi di Kota Bandung yang melayani jasa antar-jemput penumpang dan barang. Berawal dari ide Irawan Sarpingi yang melihat adanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dijabarkan berbagai kesimpulan yang didapat. Dari kuesioner yang diadakan, bisa ditarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian terutama kebutuhan mobilisasi manusia dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi Laut, dan Transportasi Udara, namun transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi Laut, dan Transportasi Udara, namun transportasi yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan transportasi pada era globalisasi seakan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan masyarakat terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan ditengah-tengah badai persaingan. darat, laut dan udara. Salah satu alat transportasi darat yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan ditengah-tengah badai persaingan. darat, laut dan udara. Salah satu alat transportasi darat yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis jasa saat ini sedang ketat ketatnya, berbagai macam perusahaan jasa menjamur di mana-mana dan saling bersaing satu sama lain. Untuk menghadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perpindahan barang dan orang terbesar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karyawan sebagai ujung tombak perusahaan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karyawan sebagai ujung tombak perusahaan, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan karyawan sebagai ujung tombak perusahaan, merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Liquefied Petroleum Gas (LPG) LPG adalah singkatan dari Liquefied Petroleum Gas yang di Iindonesia (oleh PERTAMINA) diproduksi /dipasarkan dengan nama dagang Elpiji. Elpiji umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu kota ataupun wilayah. Adanya perbedaaan potensi dan tata ruang suatu daerah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor utama yang diandalkan setiap negara. Seiring dengan permintaan pariwisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mobilitas masyarakat dewasa ini meningkat pesat. Hal ini dapat dilihat dari berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis travel atau jasa transportasi khususnya di kota Bandung kini

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis travel atau jasa transportasi khususnya di kota Bandung kini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis travel atau jasa transportasi khususnya di kota Bandung kini semakin menjamur, banyak perusahaan travel baru yang bermunculan setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

BAB I. Pendahuluan. berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir kondisi perekonomian di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan dengan negara lainnya di tengah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dalam penyediaan jasa transportasi menjadi sangat tajam dan ketat

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dalam penyediaan jasa transportasi menjadi sangat tajam dan ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat persaingan dalam penyediaan jasa transportasi menjadi sangat tajam dan ketat salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Panjaitan dkk, 2010:01)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Panjaitan dkk, 2010:01) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia terutama dalam dunia usaha sekarang ini. Bisnis di era abad ke-21 telah berkembang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Sebelum masuk ke perumusan, disini penulis menjelaskan kembali penggunaan beberapa analisis dalam rangka merumuskan strategi pemasaran untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan dan Lokasi Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan MSP Trans merupakan perusahaan perseorangan yang berdiri pada tahun 2000 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perpindahan dari satu tempat ketempat lain. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perpindahan dari satu tempat ketempat lain. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia karena transportasi berkontribusi besar pada kehidupan dalam kaitannya dengan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Value Chain Value chain menurut Porter adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi cara menciptakan customer value lebih bagi pelanggan. Dijelaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Cipaganti Citra Graha Tbk (Cipaganti Group

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Cipaganti Citra Graha Tbk (Cipaganti Group BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil PT. Cipaganti Citra Graha Tbk (Cipaganti Group) PT. Cipaganti Citra Graha Tbk (Cipaganti Group) merupakan perusahaan yang bergerak di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata di Indonesia sangat berkembang pesat selama beberapa tahun belakang ini dan secara otomatis membuat banyak orang yang melihat hal ini menggunakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tantangan dunia bisnis semakin lama semakin berat dan rumit karena dinamika yang terjadi di pasar saat ini, kebutuhan dan selera konsumen semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian untuk menjawab tujuan penelitian yang terdapat pada Bab pertama,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian untuk menjawab tujuan penelitian yang terdapat pada Bab pertama, BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Sebagai bagian akhir dalam penelitian, berikut disampaikan kesimpulan penelitian untuk menjawab tujuan penelitian yang terdapat pada Bab pertama, yaitu: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam lingkungan bisnis saat ini semakin ketat, sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk meningkatkan jumlah konsumen di pasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Semakin beragamnya keinginan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai maskapai Low Cost Carrier (LCC) dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Jasa penerbangan Indonesia saat ini diwarnai dengan munculnya pemain-pemain baru di dalam industri penerbangan domestik. Hal tersebut didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk pemenuhan kebutuhan barang dan

Lebih terperinci

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM Mata Kuliah Modul ke: - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Analisis Situasional Apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jasa atau sektor industri dari tahun ke tahun berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan akan

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Universitas Bina Nusantara Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 Semester Ganjil tahun 2006/2007 Yuyun

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI BAB 3 ANALISIS INDUSTRI Analisa lingkungan mikro merupakan suatu analisa untuk mengetahui kekuatan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri. Dengan menganalisa lingkungan mikro, kita bisa

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dapat diketahui faktor eksternal PT. Gema Shafa Marwa adalah: a. Faktor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir berikut : Tahapan penelitian dalam penulisan GFP ini dapat dijelaskan dalam bagan Gambar 3.1 Tahapan Penelitian 37 Sebagai salah satu tahap awal, kerangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nama RODEX Tours & Travel merupakan perusahaan jasa yag memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. nama RODEX Tours & Travel merupakan perusahaan jasa yag memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia usaha Tour & Travel saat ini yang tidak lepas dari persaingan dengan para pelaku usaha sejenis, menuntut perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghematan energi. Saat ini pemerintah Indonesia dengan segala kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. penghematan energi. Saat ini pemerintah Indonesia dengan segala kebijakan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini isu yang cukup berkembang di masyarakat Indonesia adalah tentang penghematan energi. Saat ini pemerintah Indonesia dengan segala kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dunia bisnis sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dunia bisnis sangat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dunia bisnis sangat meningkat, tidak hanya persaingan di perusahaan manufaktur tetapi juga di bidang jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang dilakukan di Indonesia pada saat ini semakin meningkat, disertai dengan pesatnya tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Cipaganti Citra Graha Tbk (Cipaganti Group) merupakan perusahaan yang bergerak di sektor rill, yaitu jasa transportasi dan property. Bermula pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat dan sebagai kota ketiga terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat dan sebagai kota ketiga terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat dan sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia yang terus berkembang dengan populasi mencapai 2,393,688 jiwa pada bulan Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi telah menjadi bagian penting dalam roda kehidupan. Memindahkan manusia atau barang dalam waktu cepat dengan jarak yang cukup jauh menjadi tantangan tersendiri

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Karakteristik pengguna jasa Stasiun Lempuyangan Yogyakarta dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Jenis Kelamin Responden

Lebih terperinci