RENCANA AKSI TAHUN KEGIATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS LABORATORIUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA AKSI TAHUN KEGIATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS LABORATORIUM"

Transkripsi

1 RENCANA AKSI KEGIATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS LABORATORIUM TAHUN BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR SURABAYA JL. SIDOLUHUR 12 (INDRAPURA) SURABAYA, Website:

2 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang secara berkelanjutan dilaksanakan menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan, mengingat pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah investasi perwujudan sumber daya manusia yang memiliki ketahanan jiwa dan raga yang optimal sebagai modal dasar menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa. Sejalan dengan era dan pentahapan pembangunan serta dinamika situasi kondisi lingkungan strategis, maka upaya dan program-program serta kegiatan pembangunan bidang kesehatan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan kependudukan, epidemiologi, ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup serta kondisi lingkungan hidupnya. Arah pembangunan kesehatan juga semakin didorong untuk mampu mendukung upaya perkuatan ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan bahkan kehidupan politik yang sangat dinamis, mengingat kesehatan merupakan salah satu hak azasi manusia yang dijamin dalam peraturan perundangan manupun konvensi internasional. Untuk itu berbagai program telah dikembangkan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan secara bertahap, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 1

3 Dalam periode pembangunan nasional jangka menengah sebagai kelanjutan dari pembangunan jangka menengah , maka di bidang kesehatan telah disusun rencana strategis pembangunan kesehatan jangka menengah tahun sebagai bagian pembangunan nasional jangka menengah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional , dan ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/MENKES/SK/1/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun Rencana Strategis Pembangunan Bidang Kesehatan ini antara lain memuat arah kebijakan, strategi, tujuan dan sasaran serta program-program dan tata cara penyelenggaraan, pemantauan dan penilaian yang dilengkapi dengan indikator kinerja yang merupakan bentuk dari akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan. Salah satu program dalam lingkup pembangunan kesehatan adalah Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit. Program ini diarahkan agar berbagai penyakit menular, penyakit tidak menular dan faktor risikonya dapat terkendali dan diupayakan tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKLPP) Surabaya merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal PP & PL ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 2

4 RI Nomor 2349/MENKES/PER/XI/2011tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. BBTKLPP Surabaya mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini, dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra. Dalam melaksanakan tugasnya BBTKLPP menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan surveilans epidemiologi; b. pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL); c. pelaksanaan laboratorium rujukan; d. pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna; e. pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi; f. pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana; g. pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular; h. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan; i. pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra; dan j. pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP. Guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut diatas BBTKLPP Surabaya dilengkapi dengan instalasi laboratorium di bidang Kimia Fisika Air; Biologi; Kimia Fisika Gas, Udara, dan Radiasi; Kimia Fisika Padat, Cair, RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 3

5 Toksikologi, B3, Biomarker; Pengamatan Penyakit Menular, Penyakit Tidak Menular; Pemeliharaan Alat, Kendali Mutu dan Kalibrasi; Pengelolaan Media, Reagensia dan Hewan Percobaan; Pengamatan Vektor dan Reservoir Penyakit; Pengembangan Teknologi Tepat Guna; Pelayanan Teknis; Pendidikan dan Pelatihan; Pemeliharaan Sarana dan Prasarana; Pengelolaan Teknologi Informasi dan Perpustakaan. Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) pada BBTKLPP Surabaya merupakan bagian integral dari Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan secara nasional yang secara teknis menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal PP dan PL dengan tujuan Menurunkan Angka Kesakitan, Kecacatan dan Kematian Akibat Penyakit. Rencana Aksi Program PP & PL pada BBTKLPP Surabaya merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat pokok-pokok kegiatan BBTKLPP Surabaya yang akan dilaksanakan pada periode waktu Pola pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan pokok dalam rencana aksi ini adalah Menjalin dan Meningkatkan Jejaring Kerja dan Kemitraan, Memperkuat Kinerja Surveilans Berbasis Laboratorium, Meningkatkan Kemampuan Dalam Rancang Bangun Model dan Teknologi Tepat Guna serta Memperkuat Daerah Melalui Rujukan, Uji Kendali Mutu, Kalibrasi serta Pendampingan Berbagai Kinerja Teknis Laboratorium untuk mendukung jejaring pelaksanaan Surveilans Epidemiologi. Rencana Aksi BBTKLPP Surabaya dilandasi oleh tugas dan fungsi berdasarkan organisasi dan tata kerja BBTKLPP Surabaya dalam RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 4

6 mencapai sasaran prioritas pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan melalui Peningkatan Surveilans Epidemiologi, Peningkatan kemampuan Analisis Perencanaan dan Evaluasi Dampak Kesehatan Lingkungan serta Faktor Risiko Penyakit, dan Peningkatan Kemampuan Kinerja Teknologi dan Laboratorium. 2. Kondisi Umum Gambaran kondisi umum kinerja BBBTKLPP Surabaya dalam kurun waktu tahun 2009 berdasarkan hasil evaluasi dan laporan akuntabilitas kinerja adalah sebagai berikut : Hasil analisis terhadap faktor risiko lingkungan di 38 kab/kota pada Provinsi JawaTimur memberikan gambaran bahwa kecenderungan faktor risiko terhadap penyakit menular potensial wabah adalah E.colie, Salmonela, Vibrio cholera dan rotavirus. Faktor risiko penyakit diare yang timbul dalam KLB yang menonjol adalah kualitas air yang menunjukkan adanya pencemaran oleh bakteri Hasil uji laboratorium terhadap sumber air bersih maupun air bersih yang dikonsumsi masyarakat menunjukkan potensi pencemaran sebesar 40% secara Biologi dan 10% secara kimia dari jumlah sampel yang diuji. Gambaran faktor risiko penyakit malaria merupakan re-emerging diseases di Kabupaten Madiun menunjukkan faktor risiko potensial adalah tempat perindukan nyamuk sulit dikendalikan adalah migrasi penduduk dari daerah endemis dan kebiasaan penduduk yang suka tidur larut malam diluar rumah serta konstruksi fisik bangunan yang tidak kedap vektor nyamuk. Vektor RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 5

7 potensial berdasarkan hasil uji laboratorium adalah Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus Mengingat keterbatasan sumber daya yang tersedia maka wilayah kab/kota yang mampu dijangkau baru sekitar 10 % dengan pertimbangan keterbatasan sumberdaya Di Provinsi Jawa Timur risiko terhadap timbulnya penyakit pes masih cukup tinggi. Hasil pengamatan terhadap vektor dan binatang reservoir pada wilayah terancam dan fokus penyakit pes di Kab Pasuruan menunjukkan gambaran yang fluktuatif.sedangkan hasil surveilans tidak ditemukan adanya suspek. Pada tahun 2009 telah diketemukan penderita penyakit flu burung (H5N1) di Kab Malang hasil kajian terhadap faktor risiko penularan H5N1 menunjukkan peternakan unggas rumah tangga adalah faktor resiko yang utama. Pada tahun 2009 juga telah terjadi kasus penyakit influenza A baru (H1N1) di kab Ponorogo. Hasil kajian terhadap faktor risiko potensial menunjukkan kurang baiknya Peri laku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebagai bentuk kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyebaran H5N1 telah dilakukan pengamatan terhadap peternakan unggas dan jalur perdagangan pada 3 (tiga) kab/kota dan uji laboratorium untuk memperoleh gambaran tentang virus H5N1, yang menunjukkan hasil negatif untuk virus tersebut. Pada tahun 2009 telah terjadi KLB Difteri di 32 kab/kota di Provinsi Jawa Timur dengan jumlah penderita 140 disertai dengan kematian 8 orang (CFR 5,7%). Dalam KLB ini BBTKLPP Surabaya telah melakukan upaya RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 6

8 penggulangan dengan memperkuat daerah provinsi dengan membantu penyediaan logistik dan bantuan tenaga teknis sebagai bentuk respon untuk mengurangi/ mencegah penyebaran lebih lanjut yaitu dengan mensuplai vaccin anti diphtheri sera (ADS) dan antibiotik erythromicyn Seperti diketahui, penyakit DBD merupakan penyakit menular potensial wabah dan telah berjangkit di seluruh kab/kota. Penyakit ini belum diketemukan pengobatannya, oleh karena itu upaya yang dikembangkan oleh program adalah pengendalian faktor risiko terutama pengendalian vektor, dan meningkatkan kemauan serta kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam pengendalian maupun penemuan dini terhadap suspek penderita DBD agar dapat segera dilakukan penatalaksanaan di sarana pelayanan kesehatan untuk mencegah risiko kematian. BBTKLPP Surabaya telah melakukan pemeriksaan faktor resiko dengan memeriksa Container Index (CI), House Index(HI), Briteau Index (BI) dan ovitraps indek dengan hasil Container indek sebesar 32,46%, House indek sebesar 19,21%, Briteau indek 63% serta ovitrap indek 22%. Sedangkan uji serotype tidak ditemukan adanya virus didalam tubuh vektor. Untuk memperoleh gambaran terhadap potensi insektisida untuk pengendalian vektor maka dilakukan uji resistensi terhadap malathion di kab/kota Surabaya dan memperoleh gambaran bahwa 98% nyamuk Aedes aegypti mati terhadap insektisida malathion berarti insektisida masih efektif. Dalam rangka peningkatan kewaspadaan dini terhadap situasi matra seperti menghadapi perayaan hari besar agama, penyelenggaraan kesehatan haji, dan momen situasi khusus lainnya seperti bencana alam, telah dilakukan upaya sistem kewaspadaan dini terhadap kejadian penyakit potensial wabah RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 7

9 maupun penyakit tidak menular. secara umum diperoleh gambaran bahwa potensi risiko kesehatan masyarakat masih ditemukan adanya bakteri E.coli, Staphilococcus, salmonela yang bisa berpotensi menimbulkan KLB keracunan, penyakit menular. Selain itu dilakukan pemeriksaan kandungan alkohol, amphetamin, gula darah serta tekanan darah pada sopir bus antar kota dalam propinsi maupun antar propinsi yang bisa menimbulkan gangguan dan kecelakaan akibat faktor manusia. Di beberapa daerah Provinsi Jawa Timur masih merupakan daerah endemik penyakit kusta. Untuk memperoleh gambaran faktor risiko dan pola penyebaran telah dilakukan survei penemuan penderita baru pada adak sekolah dasar di Kabupaten Jember. Gambaran faktor risiko dan pola penyebaran penyakit kusta pada 3 kelas yaitu kelas 1, 3 dan 6. Dari pemeriksaan fisik 199 siswa yaitu 1 anak positif 10 suspek dan sisanya sehat. Pemeriksaan IgM dari siswa kelas 3 (64 siswa) diperoleh 58% positif sedang kan 42% sehat. Dan dari sero positif tersebut 54% diantaranya sudah pada kategori sub klinis. Pada PKM Ajung menunjukkan survei di sekolah 3 kelas yaitu kelas 4,5 dan 6 dari 216 siswa 1 anak positif, 3 suspek dan sisanya sehat. Pemeriksaan IgM dengan mengambil darah jari dilakukan pada siswa kelas 6 (67 siswa) diperoloeh 36% sero positif sedangkan 64% sehat dan dari sero positif tersebut 43% diantaranya sudah kategori sub klinis. Penyakit tuberkulosis paru yang merupakan penyakit kronis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Untuk itu telah dilakukan kajian faktor RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 8

10 resiko lingkungan untuk memperoleh gambaran faktor resiko lingkungan yang paling potensial dalam penularan penyakit TB. Dari kajian tersebut ditemukan bahwa debu, kelembaban udara, luas kamar tidur dan jumlah kuman per meter kubik udara paling berperan dalam penularan penyakit TB. Sedangkan variabel proporsi luas jendela dengan luas lantai, intensitas pencahayaan, dan jenis lantai tidak mempunyai hubungan yang beresiko terhadap TB paru. Beberapa penyakit menular endemik yang terjadi di wilayah kerja BBTKLPP Surabaya belum dapat dikaji potensi faktor risiko dan pola penyebarannya mengingat keterbatasan sumber daya dan belum optimalnya dukungan peralatan esensial yang dibutuhkan. Demikian pula beberapa penyakit menular yang menjadi perhatian masyarakat dunia seperti JE, rabies, legionellosis, leptospirosis belum dapat dilakukan pengamatan maupun pengujian karena keterbatasan sumber daya dan ketersediaan bahan serta peralatan laboratorium. Guna mengantisipasi dan memberikan masukan pertimbangan terhadap upaya rencana dan evaluasi pembangunan daerah telah dilakukan kajian untuk memperoleh gambaran terhadap kualitas media lingkungan yang dapat berperan sebagai faktor risiko atau potensi timbulnya pencemaran yang dapat berdampak terhadap kesehatan. Guna mengantisipasi dan memberikan masukan pertimbangan terhadap upaya rencana dan evaluasi pembangunan daerah telah dilakukan kajian untuk memperoleh gambaran terhadap kualitas media lingkungan yang RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 9

11 dapat berperan sebagai faktor risiko atau potensi timbulnya pencemaran yang dapat berdampak terhadap kesehatan. Pada tahun 2009 telah dilakukan analisis situasi dan kecenderungan terhadap media lingkungan seperti air badan air, air bersih, air minum, udara dan kebisingan, makanan dan minuman. Di samping itu dalam rangka reviu terhadap kriteria kesehatan perumahan dan pemukiman telah dilakukan uji petik dan analisis dalam rangka penetapan kriteria persyaratan kesehatan perumahan dan pemukiman untuk memberikan pertimbangan terhadap nilai standar pedoman kriteria perumahan dan pemukiman. Analisis terhadap air badan air pada sungai Surabaya dan sungai Bengawan Solo yang merupakan sumber air baku air minum/ air bersih memberikan gambaran bahwa adanya bakteri Koliform dan Koli Tinja. yang melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan potensi pencemaran dan faktor risiko terhadap kemungkinan penyebaran penyakit khususnya penyakit bawaan air, penyakit tersebut adalah diare,dan gatal-gatal. Teknologi pengolahan air minum telah berkembang pesat dan memberikan nilai yang tinggi pada dunia usaha sehingga menjadi peluang masyarakat untuk berusaha dibidang penyediaan air minum antara lain depot air minum isi ulang (DAM). Hasil analisis terhadap potensi risiko pada DAM memberikan gambaran bahwa pengawasan hygiene sanitasi depot air minum isi ulang yang telah dilakukan di Kabupaten Lamongan menunjukkan hasil identifikasi kandungan bakteri Total Koliform di air baku menunjukkan 3 Depo (9,68%) memenuhi baku mutu, 28 Depo (90,32%) tidak memenuhi baku mutu. Untuk identifikasi kandungan Total Koliform dan RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 10

12 Koli Tinja pada air hasil olahan13 Depo (41,94%) memenuhi baku, 18 Depo (58,06 %) tidak memenuhi baku mutu KepMenKes RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Batas Syarat Air Minum. Hasil identifikasi kualitas air minum secara Kimia Fisika menunjukan bahwa dari 30 Depo memenuhi baku mutu (96,78%), hanya 1 (satu) Depo yang tidak memenuhi baku mutu karena Kesadahan yang tidak memenuhi syarat air minum (3.23%), sedangkan untuk air hasil olahan untuk konsumen100% memenuhi baku mutu air minum. Guna mendukung terwujudnya kondisi kota/kabupaten yang bersih dan mengurangi potensi risiko pencemaran oleh berbagai aktivitas manusia dan pembangunan telah dilakukan jejaring kerja dan advokasi sanitasi pasar tradisional dalam upaya pencegahan penularan penyakit berbasis lingkungan. Untuk memperoleh gambaran kesehatan lingkungan pada tempat-tempat umum telah dilakukan pemantauan terhadap kondisi sanitasi lingkungan pasar tradisional di Kota Mojokerto, kota Malang (Jatim) dan Kabupaten Gianyar (Bali). Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto, Pasar Madyopuro Kota Malang dan pasar Gianyar Kabupaten Giannyar dikategorikan Sehat. Kualitas makanan / minuman khususnya makanan jajanan masih memiliki potensi yang besar untuk penggunaan peralatan dan cara penyajian (sanitasi) yang belum memenuhi persyaratan kesehatan. Hasil analisis terhadap faktor risiko pada media makana/minuman jajanan pada anak sekolah di SDN Blimbing I, SDN Blimbing IV dan SDN Pandanwangi I Kota Malang, menunjukkan bahwa sampel makanan jajanan dan minuman RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 11

13 terdapat zat pengawet (asam benzoat), pewarna (Karosin, ponceau 4R, Sunset Yellow) serta pemanis (sakarin), karakteristik kesehatan pada siswa sebagaian besar baik, pedagang di sekitar sekolah sebagaian besar berperilaku sehat dan sarana sanitasi lingkungan di lokasi penjualan belum memenuhi syarat yaitu tentang persediaan air bersih, tersedianya sarana tempat sampah, dan pembuangan air limbah. Sehubungan dengan kejadian semburan lumpur di Kabupaten Sidoarjo yang merupakan fenomena alam memberikan gambaran bahwa kemungkinan terjadinya potensi risiko dampak kesehatan masyarakat cukup besar. Bencana semburan lumpur di Sidoarjo masih berlanjut hingga saat ini. Dampak bencana tersebut menyebabkan udara sudah tercemar gas berbau menyengat, sumber air sumur sudah tidak layak digunakan sebagai air minum maupun air bersih. Oleh karena itu perlu suatu studi tentang kesehatan lingkungan perumahan yang ditempati warga korban lumpur, untuk memperoleh gambaran kualitas lingkungan perumahan relokasi dan endemisitas penyakit warga korban bencana semburan lumpur panas Kabupaten Sidoarjo. Kegitan dilakukan Oktober & November 2009 di Desa Mindi Kecamatan Porong dan Perumahan Kahuripan Nirwana Village Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Hasil kegiatan pada kawasan lingkungan perumahan relokasi korban bencana semburan lumpur Kabupaten Sidoarjo secara umum kualitas udara masih memenuhi syarat untuk zona permukiman. Kualitas air sumur (80%) tidak memenuhi batas untuk parameter Warna dan Mangan (Mn). Tanah di RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 12

14 lingkungan rumah mengandung telur dan larva cacing Ascaris lumbricoides perlu untuk penanganan supaya tidak menginfeksi manuasi khususnya anak dan balita. Vektor tikus (Rattus exulans, Rattus rattus diardii, Mus musculus, Suncus murinus) trap sukses rata-rata 4,1% rawan untuk penyakit leptospirosis, nyamuk (Cullex dan Aedes) dengan index jentik 0,3 rawan DBD dan lalat (Musca domestica) dengan probabilitas 0,4. media typus, diare. Kualitas rumah (90%) memenuhi kriteria rumah sehat, komponen rumah yang tidak memenuhi kriteria adalah ventilasi dapur yang kurang memadai. Gambaran endemisitas penyakit warga perumahan relokasi adalah sebagai berikut penyakit yang sering diderita responden sebelum terjadi semburan, sesudah terjadi semburan dan setelah berada di tempat relokasi adalah pilek, batuk, sesak napas dan diare. Penyakit ISPA Balita yang menderita batuk, pilek, dan demam sebanyak 32 %. Gangguan Faal Paru restriction sebanyak 78% dan combined (restriction dan obstruction) sebanyak 22 %. Tingkat gangguan faal paru restriktif ringan sebesar 33 %, sedang 39 %, dan berat 28 %. Kondisi ini memerlukan upaya yang terpadu secara terus menerus melalui pemantauan dan analisis terhadap risiko kesehatan masyarakat untuk memberikan bahan pertimbangan kepada pihak-pihak terkait untuk solusi pemecahannya, mengingat apabila dampak kesehatan seperti timbulnya penyakit menular maupun tidak menular akan memerlukan sumber daya yang besar. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 13

15 Sesuai dengan perkembangan tugas pokok fungsi dan peran BBTKLPP, maka fokus utama BBTKLPP diarahkan agar mampu melaksanakan surveilans berbasis laboratorium. Untuk itu dikembangkan instalasi laboratorium yang mampu mendukung pengujian dan analisis terhadap faktor risiko, penyebab, virulensi, mutasi maupun efektivitas dan resistensi. Disamping itu untuk menjamin kualitas uji dalam penyelenggaraan laboratorium, dilakukan uji kendali mutu dan kalibrasi secara berkala dan pemeliharaan binatang percobaan. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, dalam penyelenggaraan Laboratorium perlu memperoleh Sertifikasi dan Akreditasi dari Badan atau Instansi yang berwenang. Pada tahun 2009, BBTKLPP Surabaya telah memperoleh perpanjangan Akreditasi Laboratorium Pengujian yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional Nomor : LP 241 IDN. Demikian pula BBTKLPP Surabaya juga telah ditetapkan sebagai Laboratorium Lingkungan oleh Gubernur Jawa Timur Nomor 188/2005. Kinerja Laboratorium pada BBTKLPP Surabaya juga memberikan pelayanan terhadap berbagai instansi baik Pemerintah maupun Swasta serta Masyarakat, sebagai bentuk pelayanan publik, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku BBTKLPP Surabaya diberikan kewenangan untuk melakukan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun Sebagai bagian penting dari hasil analisis laboratorium untuk memberikan solusi terhadap permasalahan dalam pengendalian faktor risiko dilakukan kegiatan untuk pengembangan model rancang bangun dan penapisan Teknologi Tepat Guna. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 14

16 Dalam menjalankan fungsi rujukan BBTKLPP Surabaya juga melakukan dengan Teknis dan pendampingan melalui Jejaring Kerja dan Kemitraan dengan Laboratorium daerah baik dalam lingkup kesehatan maupun lingkungan hidup. Sedangkan dalam melaksanakan fungsi uji kendali mutu dan kalibrasi terhadap mitra kerja telah dilakukan pemantauan terhadap fasilitas Rantai Dingin untuk program imunisasi. Pada tahun 2009, kinerja instalasi Laboratorium BBTKLPP Surabaya, dalam mendukung peningkatan Surveilans Epidemiologi terhadap faktor risiko dan penyebab penyakit telah melakukan pengujian terhadap air minum, air bersih, air badan air, air limbah, tanah, makanan, minuman, vektor, biomarker, udara dan kebisingan. Hasil uji terhadap media lingkungan baik dari aspek kimia, biologi, dan fisika serta biomarker menunjukkan bahwa kualitas air minum 80 % telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan,air bersih baru sekitar 60 % yang memenuhi syarat. Pengujian terhadap kualitas udara, debu dan kebisingan sekitar 60 % melebihi baku mutu yang ditetapkan. Di samping itu untuk menjamin kualitas uji dalam penyelenggaraan laboratorium, dilakukan kegiatan pengendalian mutu hasil pengujian secara berkala terhadap parameter media lingkungan sebanyak 84 kali dan dilakukan 189 kali kalibrasi terhadap berbagai jenis alat. Kegiatan uji laboratorium perlu didukung penyediaan media, reagensia serta binatang percobaan, dengan hasil 36 jenis media, 180 jenis reagensia, dan 4 jenis hewan percobaan. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 15

17 Untuk memperoleh perpanjangan Akreditasi Laboratorium Pengujian yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional Nomor : LP 241 IDN. BBTKLPP Surabaya telah melakukan beberapa kegiatan untuk mempertahankan status akreditasi yang meliputi pengembangan metode pengujian, Audit Internal, Kaji Ulang Manajemen, Uji Profisiensi, Uji Kendali Mutu Internal, Kalibrasi Peralatan, Sertifikasi Personil. Untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam kualitas kinerja laboratorium telah dilakukan pendampingan dan bimbingan teknis terhadap 4 (empat) laboratorium kesehatan daerah di kabupataen Lamongan, Jember, Gresik dan kota Malang. Sedangkan dalam melaksanakan fungsi uji kendali mutu dan kalibrasi terhadap mitra kerja telah dilakukan pemantauan terhadap fasilitas rantai dingin untuk program imunisasi dengan jalan melakukan kalibrasi terhadap suhu fasilitas rantai dingin (Cold Chain) di Dinas Kesehatan Kota Probolinggo dan 5 (lima) Puskesmas yang ada dibawah wilayah Dinas Kesehatan Probolinggo. Sebagai tindak lanjut hasil analisis laboratorium dilakukan pengembangan model dan rancang bangun Teknologi Tepat Guna terhadap kandungan mineral tinggi pada air bersih di Kabupaten Gresik, serta untuk mengetahui efektifitas alat klorinator, BBTKL PPM Surabaya telah melakukan kegiatan uji kinerja klorinator sebagai solusi guna mengurangi penularan penyakit dan pencemaran lingkungan. Sedangkan untuk persiapan bantuan KLB banjir yang sering terjadi di daerah Kabupaten / Kota di wilayah kerja BBTKLPP Surabaya, dilakukan RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 16

18 kegiatan perancangan model dan teknologi untuk pengolahan air bersih secara sederhana. Sebagai dukungan administrasi dan managemen terhadap dukungan teknis dalam lingkup tugas BBTKLPP Surabaya telah dilakukan perekrutan tenaga baru melalui formasi CPNS, tenaga paruh waktu, pelatihan teknis dan managemen, penyediaan bahan dan pengadaan serta penggantian peralatan essensial serta pemeliharaan sarana operasional dan penunjang. Guna meningkatkan komunikasi dengan mitra kerja dilakukan advokasi, komunikasi dan upaya peningkatan layanan telah dilakukan temu pelanggan dan penerbitan media komunikasi serta bentuk bentuk diseminasi informasi lainnya. Pada penyelenggaraan temu pelanggan telah dihadiri oleh 60 wakil dari instansi Pemerintah maupun Swasta atau sekitar 25 % dari seluruh pelanggan yang tercatan sebagai mitra. Untuk meningkatkan komunikasi dan kemitraan dengan mitra kerja telah dilakukan diseminasi infornasi melalui Media Teropong (Metro), Buletin Human Media serta leaflet tentang pelayanan umum, pelatihan teknis dan jenis Teknologi Tepat Guna yang telah dikembangkan. Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia pada tahun 2009 telah dilakukan perekrutan melalui formasi CPNS sebanyak 7 (tujuh) tenaga teknis maupun administrasi serta 2 (dua) tenaga paruh waktu. Sedangkan untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan teknis dan managemen telah dilatih 31 tenaga teknis dan administrasi untuk mengikuti pelatihan di bidang teknis dan managemen yang relevan. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 17

19 Pada tahun 2009, BBTKLPP Surabaya memiliki asset tetap sejumlah Rp dan asset lancar sejumlah Rp namun kondisi beberapa peralatan essensial laboratorium memerlukan penggantian baik dari segi teknologi maupun masa berlakunya. Berdasarkan uraian kondisi umum di atas maka BBTKLPP Surabaya memandang perlu untuk semakin meningkatkan, mengembangkan dan memantapkan peran sebagai satuan kerja untuk menyelenggarakan surveilans epidemiologi berbasis laboratorium dengan memperkuat jejaring kerja dan kemitraan, meningkatkan profesionalisme SDM, kemampuan respon cepat, kemampuan rancang bangun Teknologi Tepat Guna melengkapi peralatan essensial, pemenuhan bahan dan dukungan sarana operasional serta pendekatan-pendekatan berdasarkan kebijakan lokal, regional maupun nasional berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. 3. Potensi dan Permasalahan Secara bertahap BBTKLPP Surabaya telah melakukan berbagai upaya agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dapat terlaksana secara optimal dan mampu menjalankan peran sebagai Regional center of excellent dalam surveilans epidemiologi berbasis laboratorium, dan diharapkan mampu mendukung serta mepercepat pencapaian sasaran Program Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. Disadari bahwa jangkauan program dan pelayanan masih belum optimal karena bebagai kendala, hambatan dan keterbatasan sumber daya, namun RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 18

20 secara terus-menerus dilakukan upaya perkuatan terhadap kinerja sumber daya manusia yang ada melalui perekrutan tenaga baru maupun peningkatan ketrampilan teknis dan manajemen terhadap SDM yang ada. Beberapa peralatan esensial dilakukan peningkatan kapasitas, pembaharuan teknologi dan kelengkapannya. Sesuai ketentuan peraturan yang berlaku status BBTKLPP Surabaya juga telah disertifikasi dan diakreditasi oleh badan yang berwenang sebagai landasan legal untuk memberikan layanan publik dan melaksanakan program yang telah direncanakan. Demikian juga kemampuan pengelolaan anggaran terus ditingkatkan sesuai dengan fungsi secara optimal. Permasalahan menonjol yang dihadapi BBTKLPP Surabaya dalam menjalankan peran pengembangan surveilans epidemiologi berbasis laboratorium adalah lemahnya jejaring surveilans di daerah sehingga arus pertukaran data dan informasi tentang penyakit, faktor risiko, SKD KLB, situasi dan kejadian matra belum berjalan secara optimal. Eforia desetralisasi yang berlebihan sehingga tata hubungan kerja, dan kemitraan tidak terjalin dengan baik karena lebih mementingkan kewenangan dari pada pelaksanaan urusan pemerintahan yang bersifat kongkuren dalam arti sebagai kewajiban bersama yang harus diselesaikan secara harmonis dan terintegrasi, mengingat penyakit dan masalah kesehatan lingkungan tidak mengenal batas administrasi wilayah pemerintahan. Sebagai gambaran belum seluruh kejadian penyakit maupun pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan direspon sesuai dengan prosedur yang berlaku sehingga penyakit makin menyebar dan menimbulkan korban karena masalah ego sektoral. Belum terbentuknya RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 19

21 mekanisme operasional di lapangan berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing menyebabkan koordinasi dan komunikasi dalam penyelesaian masalah kejadian penyakit menjadi berlarut-larut. Dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan telah disepakati berbagai komitmen untuk meningkatkan jangkauan pelayanan, melakukan eliminasi dan eradikasi agar jenis-jenis penyakit tertentu dapat diturunkan angka insidens, prevalens serta angka kematian sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Situasi epidemiologi penyakit saat ini dan beberapa tahun mendatang merupakan masa transisi yaitu penyakit menular masih belum seluruhnya dapat dikendalikan bahkan muncul kembali, dilain pihak penyakit tidak menular termasuk cidera dan kecelakaan semakin meningkat insidensinya. Hal ini jelas menjadi beban ganda karena semakin komplek dan meluasnya penyebaran penyakit menular antar wilayah maupun antar negara termasuk munculnya penyakit baru yang berpotensial wabah dan menjadi masalah emergensi internasional dan ditambah meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular yang menguras berbagai sumber daya. Dari uraian di atas BBTKLPP Surabaya dengan potensi sumber daya yang tersedia dan tantangan permasalahan yang dihadapi memandang perlu untuk semakin meningkatkan profesionalisme SDM yang ada, peralatan esensial dan jangkauan pelayanan program untuk mencapai sasaran strategis yang ditetapkan melalui pengembangan jejaring kerja dan kemitraan dalam kinerja surveilans epidemiologi berbasis laboratorium, meningkatkan kemampuan pengembangan teknologi tepat guna, serta RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 20

22 memperkuat daerah agar mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Diperlukan pula dukungan anggaran yang memadai agar seluruh tugas pokok dan fungsi serta peran BBTKLPP Surabaya dapat terlaksana secara optimal. 4. Isu Strategis Keberhasilan pencapaian sasaran kinerja BBTKLPP Surabaya semata-mata tidak ditentukan oleh kemampuan dan hasil kerja yang dilaksanakan, tetapi juga dipengaruhi oleh mitra kerja dengan segala kontribusinya yang bersinergi secara dinamis dapat memercepat pencapaian tujuan dan sasaran. Dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan tidak seluruh kegiatan berada dan menjadi tanggungjawab sektor kesehatan sendiri, namun juga kontribusi dari berbagai sektor terkait, kondisi ekonomi dan sosial budaya serta peran aktif dan partisipasi masyarakat termasuk swasta. Pemberdayaan terhadap masyarakat juga sangat penting mengingat masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi juga sekaligus sebagai subjek dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Sebagaimana visi Kementerian Kesehatan yaitu Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan, maka dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan memerlukan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat meningkat kemauan dan kemampuannya untuk mandiri dalam RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 21

23 mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara Pemerintah dalam hal ini sektor kesehatan wajib mengupayakan pelayanan kesehatan secara paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan serta tata kelola yang baik. BBTKLPP Surabaya sebagai salah satu pilar dalam Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan perlu mencermati isu-isu strategis, dinamika wilayah, pola dan penyebaran penyakit serta kecenderungan menurunnya kualitas kesehatan lingkungan sebagai dampak berbagai kegiatan pembangunan dan fenomena alam. Beberapa isu strategis yang perlu dicermati dan dijabarkan lebih lanjut oleh BBTKLPP Surabaya meliputi : a. Frekuensi KLB penyakit menular potensial wabah dan munculnya penyakit baru serta munculnya kembali penyakit endemik lokal. b. Pencemaran lingkungan yang makin meningkat akibat berbagai aktivitas manusia baik pembangunan maupun fenomena alam yang berdmpak terhadap kesehatan masyarakat. c. Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap bionomik vektor dan binatang penular penyakit. d. Dinamika kependudukan antar wilayah, antar provinsi dan antar negara yang berpotensi meningkatkan risiko timbul dan penyebaran penyakit. e. Potensi rawan bencana baik alam maupun buatan manusia yang semakin besar. f. Belum optimalnya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan. g. Sinkronisasi Pusat, UPT dan Daerah dalam aspek menejerial pengelolaan program belum optimal. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 22

24 RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 23

25 BAB II VISI, MISI, TUJUAN, NILAI-NILAI DAN SASARAN STRATEGIS 1. Visi : MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN 2. Misi : a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan. d. Menciptakan tata kelola keperintahan yang baik. 3. Nilai nilai Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan dan menjunjung tinggi nilai nilai yaitu : a. Pro Rakyat Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggitingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 24

26 b. Inklusif Semua program pembangunan kesehatan haruslah melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput. c. Responsif Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi masalah kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula. d. Efektif Program kesehatan haruslah mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan, dan bersifat efisien e. Bersih Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 25

27 4. Tujuan : Sejalan dengan tujuan Direktorat Jenderal PP dan PL maka tujuan BBTKLPP Surabaya adalah terselenggaranya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya 5. Sasaran Strategis a. Tercapainya peningkatan kinerja surveilans epidemiologi melalui respon cepat KLB, jejaring dan advokasi pengamatan penyakit dan faktor risikonya, upaya antisipasi (Sistem Kewaspadaan Dini), dan penanggulangan KLB serta kejadian dalam situasi matra. b. Tercapainya peningkatan kinerja Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) melalui peningkatan kemampuan kajian dan evaluasi dampak kesehatan lingkungan, kemampuan kajian dan evaluasi pengendalian penyakit dan faktor risiko serta kajian adaptasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesehatan. c. Tersedianya akses masyarakat dalam pemanfaatan kemampuan uji laboratorium dan kalibrasi dengan pengembangan kemampuan teknologi pengujian, kendali mutu dan kalibrasi serta pengembangan teknologi tepat guna, dan meningkatnya dukungan kinerja pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 26

28 d. Terselenggaranya dukungan administrasi dan manajemen dalam pengelolaan SDM, keuangan dan barang milik negara serta penyelenggaraan pelatihan teknis untuk tenaga fungsional dan pemeliharaan sarana maupun prasarana. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 27

29 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 1. Arah Kebijakan Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dalam lingkup tugas dan fungsi BBTKLPP yang merupakan bagian integral dari Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan secara nasional dalam periode diarahkan untuk memantapkan peran BBTKLPP dalam penyelenggaraan PP & PL berbasis Laboratorium dengan fokus peningkatan kinerja Surveilans Epidemiologi, kemampuan analisis dampak kesehatan lingkungan dan pengembangan Teknologi Laboratorium. Kegiatan peningkatan kinerja Surveilans Epidemiologi dilaksanakan dengan mengutamakan identifikasi faktor risiko penyakit potensial wabah, penyakit baru, penyakit menular endemik dan penyakit tidak menular prioritas melalui pemetaan wilayah atau kawasan, kajian pola penyebaran, dan pengujian virulensi, potensi, kerentanan dan resistensi maupun kajian terhadap bionomik vektor dan binatang menular penyakit. Di samping itu juga dilakukan peningkatan kemampuan kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB/wabah, kejadian bencana, maupun kesehatan matra melalui identifikasi faktor risiko lingkungan dan perilaku, advokasi penanggulangan dan upayaupaya pencegahan seperti desinfeksi, dekontaminasi, dan desinseksi serta pengembangan teknologi tepat guna. Kegiatan peningkatan kemampuan analisis dampak kesehatan lingkungan dilaksanakan dengan mengutamakan kajian terhadap rencana pembangunan kawasan atau evaluasi terhadap dampak pembangunan, daerah rawan bencana, rawan pencemaran lingkungan maupun kawasan RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 28

30 endemik penyakit tertentu melalui analisis faktor risiko potensial, luas area persebaran dampak dan populasi terancam. Dalam kegiatan analisis dampak kesehatan lingkungan ini, di samping untuk memberikan masukan pertimbangan upaya pengendalian faktor risiko penyakit juga dimaksudkan untuk memberikan masukan dalam pengelolaan lingkungan hidup suatu wilayah berkenaan dengan kualitas media lingkungan dan potensi timbulnya pencemaran lingkungan. Kegiatan peningkatan kinerja Pengembangan Teknologi Laboratorium dilaksanakan dengan mengutamakan dukungan pengujian laboratorium terhadap media lingkungan sebagai faktor risiko potensial penyakit, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan. Di samping itu juga ditingkatkan peran sebagai rujukan, bimbingan teknis dan pendampingan, uji kendali mutu dan kalibrasi serta kemampuan rancang bangun model dan Teknologi Tepat Guna sebagai solusi dan tindak lanjut pemecahan masalah pengendalian risiko potensial penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Selain mendukung upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan kinerja pengembangan teknologi Laboratorium juga berperan dalam pemberian layanan publik dalam mengidentifikasi dan analisis berdasarkan uji laboratorium serta memberikan rekomendasi tindak lanjutnya. Guna memberikan dukungan terhadap ketiga kinerja di atas dilakukan peningkatan kualitas manajemen yang mencakup pembiayaan, sumber daya manusia, pemenuhan peralatan essensial dan sarana penunjang operasional serta jaringan informasi yang komunikatif melalui peningkatan kualitas perencanaan dan penetapan akuntabilitas kinerja, RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 29

31 penyiapan prosedur kerja, peningkatan tata hubungan kerja, ketersediaan logistik serta dukungan administrasi ketatausahaan, urusan umum dan rumah tangga serta peningkatan administrasi kepegawaian. 2. Strategi a. Meningkatkan jalinan kemitraan dan jejaring kerja dengan mitra kerja b. Meningkatkan komunikasi dan advokasi c. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi d. Meningkatkan jaringan informasi e. Meningkatkan kemampuan analisis situasi dan kecenderungan serta respon cepat f. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor g. Meningkatkan profesionalisme SDM h. Meningkatkan akuntabilitas kinerja dan layanan prima RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 30

32 BAB IV PROGRAM/ KEGIATAN PENYELENGGARAAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS LABORATORIUM BBTKLPP merupakan UPT Kementerian Kesehatan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagaimana tercantum dalam Kepmenkes Nomor 267/SK/MENKES/III/2004 tanggal 24 Maret 2004 yaitu melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, uji kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB di bidang pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan dan kesehatan matra. Sesuai dengan RAP Ditjen PP & PL tahun , kegiatan Penyelenggaraan PP dan PL Berbasis Laboratorium mempunyai sasaran strategis terlaksananya pemeriksaan laboratorium dan lingkungan untuk penyakit berpotensi wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas dan faktor resiko lingkungannya. Untuk mencapai sasaran strategis tersebut BBTKLPP Surabaya akan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. Meningkatnya kinerja surveilans epidemiologi dengan : 1) meningkatnya KLB yang direspon < 24 jam. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 31

33 2) Meningkatnya kemampuan pengamatan faktor risiko penyakit potensial wabah, penyakit menular/ tidak menular prioritas pada kab/kota. 3) Meningkatnya kemampuan jejaring dan advokasi SKD, penanggulangan KLB dan kejadian bencana pada kab/kota. b. Meningkatnya kinerja analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) dengan : 1) Meningkatnya kemampuan kajian dan evaluasi dampak kesehatan lingkungan pada kawasan. 2) Meningkatnya kemampuan kajian dan evaluasi pengendalian penyakit dan faktor risikonya. c. Meningkatnya kinerja pengembangan teknologi laboratorium (PTL) dengan : 1) Meningkatnya kemampuan uji laboratorium penyakit potensial wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas dan faktor risikonya. 2) Meningkatnya kemampuan uji kendali mutu dan kalibrasi. 3) Meningkatnya kemampuan rancang bangun model dan teknologi tepat guna pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. d. Meningkatnya dukungan administrasi dan manajemen dengan : 1) Meningkatnya tenaga fungsional : a) Tenaga fungsional sanitarian. b) Tenaga fungsional pranata laboratorium. c) Tenaga fungsional epidemiolog kes. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 32

34 d) Tenaga fungsional entokes. e) Seluruh tenaga administrasi memiliki jabatan fungsional angka kredit/non angka kredit yang relevan dengan bidang tugasnya 2) Terpenuhinya peralatan esensial dan sarana penunjang operasional 3) Meningkatnya kemampuan penyelenggaraan pelatihan teknis bidang PP dan PL. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 33

35 BAB V PENYELENGGARAAN Berdasarkan visi, misi, nilai, tujuan, arah kebijakan, strategi, dan sasaran strategis sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Laboratorium pada BBTKLPP Surabaya tahun diselenggarakan melalui pokok-pokok kegiatan sebagai berikut : 1. Peningkatan Surveilans Epidemiologi 2. Peningkatan kemampuan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) 3. Peningkatan dan Pengembangan Teknologi Laboratorium 4. Dukungan administrasi dan manajemen Fokus pokok-pokok kegiatan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan identifikasi faktor risiko, analisis situasi dan kecenderungan untuk memperkuat jaringan pemantauan wilayah setempat, kewaspadaan dini dan upaya pencegahan maupun penanggulangan kejadian penyakit, bencana serta pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan. Peningkatan kemampuan tersebut diatas didukung oleh kinerja pengujian laboratorium, uji kendali mutu, dan kalibrasi untuk memperkuat analisis proses pengambilan keputusan serta solusi pemecahan masalah. Agar penyelenggaraan pokok-pokok kegiatan sebagaimana diuraikan diatas memberikan hasil yang efektif dan efisien disusun indikator kinerja yang mencerminkan luaran (output) yaitu jumlah pemeriksaan laboratorium dan RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 34

36 lingkungan untuk penyakit berpotensi wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas dan faktor risiko lingkungannya. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 35

37 BAB VI KEBUTUHAN SUMBER DAYA Mencermati kondisi di atas, tantangan dan peluang serta isu strategis yang berkembang secara dinamis, BBTKLPP Surabaya masih memerlukan dukungan sumberdaya yang mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Sumberdaya manusia (SDM) profesional Dukungan SDM profesional yang dibutuhkan mencakup bidang teknis, manajemen, dan administrasi untuk mendukung tugas pokok dan fungsi serta peran BBTKLPP Surabaya dalam kinerja Surveilans Berbasis Laboratorium. SDM profesional bidang teknis yang dibutuhkan adalah yang memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti epidemiologis, sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan, entomologis kesehatan, bioteknologi, kedokteran tropik, toksikologi, biokimia, virologi, parasitologi, kedokteran hewan, analis (kimia dan kesehatan). Kebutuhan SDM tersebut diharapkan diperoleh dari peningkatan pendidikan, pelatihan teknis di dalam maupun di luar negeri serta perekrutan tenaga baru. Secara rinci kebutuhan tenaga teknis tersebut dia atas sebagaimana tabel di bawah ini. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 36

38 Tabel 1. Rancangan Kebutuhan Tenaga Fungsional Bidang Kesmas BBTKLPP Surabaya, No Jenis Tenaga Fungsional TAHUN PEROLEHAN PD PL PB PD PL PB PD PL PB PD PL PB PD PL PB 1. Epid kes Sanitarian Ento kes Pranata lab Toksikologi Kedok tropis Bioteknologi Parasitologi Virologi Ked. hewan Mikrobiologi Teknik lingk PD : Pendidikan; PL : Pelatihan; PB : Perekrutan Baru SDM profesional bidang manajemen yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tertib administrasi dan akuntabilitas kinerja BBTKLPP Surabaya adalah SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi seperti manajemen, akuntansi, hukum, administrasi negara, dan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan manajemen kesehatan masyarakat. Tabel 2. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 37

39 Rancangan Kebutuhan Tenaga Fungsional Bidang Manajemen dan Administrasi BBTKLPP Surabaya, No Jenis Tenaga Fungsional TAHUN PEROLEHAN PD PL PB PD PL PB PD PL PB PD PL PB PD PL PB 1. Adminkes Akuntansi Manajemen Hukum Admin Neg Informatika PD : Pendidikan; PL : Pelatihan; PB : Perekrutan Baru 2. Peralatan esensial Peralatan esensial yang dibutuhkan untuk mendukung kinerja surveilans berbasis laboratorium baik untuk identifikasi faktor risiko, identifikasi penyebab penyakit dan gangguan kesehatan meliputi peralatan uji laboratorium dan sarana operasional lapangan untuk investigasi KLB/ wabah, kejadian bencana, kesehatan matra maupun pemantauan rutin (PWS) terhadap media lingkungan. RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 38

40 Tabel 3. Rancangan Kebutuhan Peralatan Esensial BBTKLPP Surabaya, No Jenis Peralatan Tahun Perolehan Peralatan Esensial Lab a. Kimia Fisika Gas dan Udara b. Kimia Fisika Padatan dan Air c. Radioaktifitas d. Biologi e. Virologi f. PTM g. Kalibrasi h. Bahan habis pakai (reagen, bahan lab,dll) 2. Peralatan operasional lapangan 3. Peralatan pengembangan TTG Rp Rp Rp Rp Rp Bahan dan logistik SKD dan penanggulangan KLB Bahan dan logistik ini dibutuhkan untuk mendukung pemantauan rutin (PWS) terhadap media lingkungan dan deteksi dini serta penanggulangan KLB wabah, kejadian bencana,dan kesehatan matra. Rincian selengkapnya adalah sebagai berikut : RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 39

41 Tabel 4. Rancangan Kebutuhan Bahan Dan Logistik SKD Dan Penanggulangan KLB BBTKLPP Surabaya, N o Jenis Bahan dan Logistik Tahun Perolehan Bahan laboratorium Logistik lapangan Rp Rp Rp Rp Rp a. Personal higiene kit b. Penjernih air c. Bahan insektisida d. Desinfektan e. Reppellent f. Obat propilaksis g. Suplemen Peralatan pengendalian vektor Peralatan TTG Pembiayaan Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya perlu dukungan anggaran untuk pelaksanaan tupoksi yang meliputi belanja mengikat maupun belanja tidak mengikat, seperti belanja pegawai, belanja barang operasional (keperluan perkantoran), dan belanja barang non operasional (program dan kegiatan). RAK BBTKL PPM SURABAYA Page 40

DAFTAR ISI Halman Halaman Judul!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! i Kata Pengantar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..! ii Abstrak... iii Daftar Isi... iv

DAFTAR ISI Halman Halaman Judul!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! i Kata Pengantar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..! ii Abstrak... iii Daftar Isi... iv DAFTAR ISI Halman Halaman Judul!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! i Kata Pengantar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..! ii Abstrak... iii Daftar Isi... iv BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1 2. Kondisi Umum... 4 3. Potensi

Lebih terperinci

LAKIP 2014 BBTKLPP SURABAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN

LAKIP 2014 BBTKLPP SURABAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN LAKIP 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BBTKLPP SURABAYA LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana strategis pembangunan kesehatan jangka menengah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.878, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. UPT Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2349/MENKES/PER/XI/2011

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SATUAN KERJA BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2013 Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN

RENCANA AKSI KEGIATAN i R encana Aksi Kegiatan RENCANA AKSI KEGIATAN 2015-2019 BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MAKASSAR DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 266/MENKES/SK/III/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 266/MENKES/SK/III/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66/MENKES/SK/III/00 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PROFIL. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya KEMENTERIAN KESEHATAN RI KEMENTERIAN KESEHATAN RI BB/BTKLPP Balai Besar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Bersih dan melayani PROFIL Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014 Kementerian Kesehatan RI Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.590, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Manajemen Mutu. Laboraturium. Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit. Pedoman PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN

RENCANA AKSI KEGIATAN i R e n c a n a A k s i K e g i a t a n RENCANA AKSI KEGIATAN 2015-2019 BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MAKASSAR DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya pembangunan, selain memberikan kesejahteraan bagi manusia, juga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN KEBIJAKAN INDONESIA SEHAT 2010 PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan 1 Regulasi Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005 2009 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI [Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)] NOMOR 331/MENKES/SK/V/2006 RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

Penanggulangan Penyakit Menular

Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN BUPATI KABUPATEN JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1575/Menkes/SK/XI/2005 TANGGAL : 16 November 2005 MENTERI KESEHATAN STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN KESEHATAN MENTERI KESEHATAN INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN No 1 Kepala Dinas membantu Walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS 26% 69% Terdiri dari : - 11 Kecamatan - 9 Kelurahan Desa LUAS WILAYAH : ,96 KM2 JUMLAH PENDUDUK : 497.

KONDISI GEOGRAFIS 26% 69% Terdiri dari : - 11 Kecamatan - 9 Kelurahan Desa LUAS WILAYAH : ,96 KM2 JUMLAH PENDUDUK : 497. KONDISI GEOGRAFIS LUAS WILAYAH : 14.265,96 KM2 JUMLAH PENDUDUK : 497.864 JIWA Terdiri dari : - 11 Kecamatan - 9 Kelurahan - 218 Desa BATAS DAERAH : Utara : Provinsi Jambi Selatan : Kabupaten Muara Enim

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun 2015 BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MAKASSAR DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (DITJEN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP

RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP SISTEMATIKA PENYAJIAN RENCANA AKSI PROGRAM (RAP) RANCANGAN INDIKATOR RAK BTKLPP SISTEMATIKA RAK PERJANJIAN KINERJA MONITORING CAPAIAN RAK RENCANA TINDAK

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN BALAI BESAR LABORATORIUM KESEHATAN SURABAYA Jl. Karangmenjangan No.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN CC: KKP Kelas I batam MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa semakin meningkatnya aktifitas

Lebih terperinci

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular A. Definisi Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular merupakan kegiatan/upaya melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit menular. B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE I. Kondisi Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN 1 KEPUTUSAN NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa peningkatan dan perkembangan peran pelabuhan laut, bandar udara dan pos lintas

Lebih terperinci

PP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN. Ditjen PP dan PL

PP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN. Ditjen PP dan PL PP DAN PL DALAM PERSPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN Ditjen PP dan PL Kerangka Pikir Pengelolaan PP dan PL Upaya Kes Pusat PP & PL dalam UU 36/2009 ttg Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular -SE -PFR

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tuberkulosis 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK Upt. Puskesmas Waru KERANGKA ACUAN No. Kode : PKM- STK-/V.2015 Terbitan : Mei 2015 No. Revisi : 00 Tgl. Mulai Berlaku : 01/06/2015 Halaman : 1/15 Ditetapkan Oleh Kepala Upt. Puskesmas Sotek H.Sudarman,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA Katalog Buku Pedoman pada Seksi P2P PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA Seksi P2P DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG BIDANG PENCEGAHAN & PENGENDALIAN PENYAKIT SEKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PENETAPAN PENYAKIT FLU BARU H1N1 (MEXICAN STRAIN) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, -1- KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/312/2016 TENTANG TIM KESEHATAN PADA ARUS MUDIK LEBARAN DAN NATAL TAHUN 2016, SERTA TAHUN BARU TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Undang Undang Kesehatan Nomor 36 memberikan batasan; Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang

Lebih terperinci