PBL Pemicu 1 Gangguan Pendengaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PBL Pemicu 1 Gangguan Pendengaran"

Transkripsi

1 PBL Pemicu 1 Gangguan Pendengaran Jeane Andini Jody Felizio Lutfie Mario Markus Mellisya R Michael Christian Muncieto Andreas Reiva W Samuel Raymond Wahyu Permata Yohanes Edwin

2 Pemicu Identitas: Anak Y, perempuan, 13 tahun Keluhan utama: Gangguan pendengaran bilateral perlahan sejak 6 tahun lalu Riwayat penyakit sekarang: Sejak 6 tahun yang lalu, terdapat gangguan pendengaran kedua telinga yang menurun perlahan lahan. Pasien masih dapat berkomunikasi lewat telepon. Telinga terasa tertutup. Enam tahun yang lalu terdapat cairan keluar dari kedua telinga, tidak berbau. Pasien berobat ke RS daerah.

3 Pemicu Rasa penuh di telinga, telinga berdenging dan berdengung, autofoni tidak dikeluhkan oleh pasien. Pasien tidak sedang menderita batuk dan pilek. Tidak terdapat riwayat keluar cairan dari telinga. Riwayat penyakit dahulu: Pasien belum pernah menderita morbili dan parotitis. Tidak terdapat riwayat trauma. Riwayat penyakit keluarga: Tidak terdapat riwayat alergi pada keluarga.

4 Riwayat prenatal: Pemicu Infeksi TORCH disangkal. Riwayat perinatal: BBL 2,9 kg, ditolong oleh paraji, menangis spontan, tidak tampak biru. Riwayat postnatal: Dalam batas normal. Riwayat prestasi belajar: Pernah tidak naik kelas dari kelas 1 ke kelas 2.

5 Kata Sulit: Autofoni Identifikasi Masalah: Anak perempuan, 13 tahun, datang dengan gangguan pendengaran 6 tahun yang lalu

6 Analisis Masalah Anak perempuan,13 th, Gangguan pendengaran sejak 6 tahun yang lalu Masih dapat berkomunikasi melalui telepon. Telinga terasa tertutup. Riwayat keluar cairan tidak berbau dari kedua telinga (6 tahun lalu). Saat ini tidak ada. Penuh (-), berdenging (-), berdengung (-), autofoni (-), batuk (-), pilek (-). Riw. Parotitis (-). Tuli Konduktif OME OMSK Otosklerosis Timpanoskelrosis

7 Anamnesis yang Harus Dilengkapi Apakah tempat tinggal pasien berada di kawasan industri? Apakah terdapat gangguan keseimbangan atau pusing berputar? Apakah pasien memiliki kebiasaan berenang? Apakah pasien sering mengorek telinga? Apakah dulu pasien sering mengalami batuk, pilek ataupun nyeri tenggorokan berulang? Apakah riwayat keluar cairan pada telinga pasien hanya sekali atau berulang? Jika berulang berapa kali frekuensinya?

8 Apakah saat keluar cairan dulu disertai gejala demam atau nyeri pada telinga? Bagaimanakan karakteristik cairan? Apakah bening atau berwarna? Encer atau kental? Apakah ada darah? Apakah ada penggunaan obat-obatan ototoksik? Bagaimana riwayat pengobatan saat di RS daerah? Obatobatan apa saja yang diberikan? Apa yang melatarbelakangi pasien tidak naik kelas? Apakah saat itu ada hubungannya dengan gangguan pendengaran?

9 Diagnosis yang dapat disingkirkan: Tuli kongenital, karena onset diperoleh tidak dekat dengan kelahiran. Tuli akibat pajanan bising, karena tidak diperoleh faktor risiko bising. Tuli akibat efek obat ototoksik, karena tidak teradpat riwayat penggunaan. Tuli mendadak, karena onset penyakit yang dialami kronik dan tidak terdapat tanda infeksi virus.

10 Diagnosis Banding setelah Anamnesis Diagnosis Banding: Otitis Media Otitis Media Efusi / Non Supuratif Otitis Media Supuratif Kronik Otosklerosis Timpanosklerosis Otitis Eksterna

11 SISTEM PENDENGARAN

12 Sistem Pendengaran Richard S Snell, Wayne Vogl, Adam W.M. Mitchell. Grey s Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier; 2007.

13 Mekanisme Mendengar Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. 7 th edition. Philadelphia: Cengage Learning; 2010

14 Telinga Luar Putz R, Pabst R. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2003.

15 Membran Timpani Putz R, Pabst R. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2003.

16 Telinga Tengah Snell RS, Vogl W, Mitchell AW. Grey s Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier; 2007.

17 Telinga Dalam Snell RS, Vogl W, Mitchell AW. Grey s Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier; 2007.

18 Fisiologi Koklea Guyton, Hall. Textbook of Medical Physiology. 11 th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006

19 Jaras Pendengaran dan Keseimbangan Snell RS. Clinical neuroanatomy. 7th ed. Philadelphia: Lippincott williams and Wilkins; 2010.

20 OTITIS MEDIA

21 Pendahuluan Merupakan peradangan pada telinga tengah Lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama yang sering terkena ISPA Etiologi tersering adalah Strep. haemolitikus, Staph. aureus, dan pneumococcus Dapat dibagi menjadi : Otitis media akut Risiko rendah Risiko tinggi Otitis media akut Akut Sub akut Otitis media supuratif kronik Tipe aman Tipe bahaya Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

22 Otitis Media Akut Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

23 Stadium OMA Stadium Oklusi Tuba Eustachius Retraksi membran timpani, bisa tampak keruh pucat Efusi sukar diditeksi Stadium Hiperemis Pembuluh darah melebar di membran timpani, tampak hiperemis dan edem Sekret sukar terlihat Stadium Supurasi Membran tipani bulging Nyeri hebat, nadi dan suhu meningkat Berlangsung proses iskemia Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

24 Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

25 Stadium Perforasi Ruptur membran timpani Eksudat mengalir ke liang telinga luar Manifestasi klinis lebih tenang Stadium Resolusi Sekret berkurang dan menjadi kering Dapat mengalami resolusi, atau berlanjut menjadi OMSK Bila sekret terus keluar > 3 minggu disebut otitis media supuratif subakut Bila sekret terus kelar > 6-8 minggu, disebut OMSK Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

26 Terapi Stadium oklusi: Tujuan: membuka kembali tuba eustachius Obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk orang > 12 tahun. Stadium presupurasi antibiotika selama 7 hari, obat tetes hidung dan analgetika. Stadium supurasi antibiotika, disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Stadium perforasi Pengobatan H2O2 3% selama 3 hari serta antibiotika yang adekuat. Pada stadium resolusi Bila tidak terjadi resolusi antibiotika dapat dianjurkan sampai 3 minggu. Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

27 Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

28 Anamnesis dan PF Anamnesis Onset akut Gejala Klinik : Nyeri dalam telinga Riwayat suhu tinggi Ganguan pendengaran Rasa penuh dalam telinga Riwayat ISPA Riwayat keluar cairan dari telinga Pemeriksaan fisik Berdasarkan stadium yang ditemukan Ditemukan tanda efusi di telinga tengah Kemerahan pada gendang telinga Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

29 Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

30 Otitis Media Supuratif Kronik Kelanjutan dari otitis media akut yang prosesnya sudah lebih dari dua bulan Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani serta sekret yang persisten atau intermiten. Progresi menjadi OMSK dapat disebabkan terapi terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, imunitas pasien rendah, hygiene buruk Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

31 Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

32 Klasifikasi OMSK Otitis media Supuratif Kronik Benigna Proses peradangan terbatas pada mukosa Proses peradangan tidak mengenai tulang Perforasi membran timpani tipe sentral Jarang terjadi komplikasi berbahaya Kolesteatoma tidak ada Otitis Media Supuratif Kronik Maligna Proses peradangan tidak terbatas pada mukosa Proses peradangan mengenai tulang Perforasi membran timpani paling sering marginal dan atik. Terkadang tipe sub total dengan kolesteatoma Sering terjadi komplikasi berbahaya Kolesteatoma ada Dapat dibagi lagi berdasarkan aktifitas sekret yang keluar : 1.OMSK aktif 2.OMSK tenang Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

33 Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

34 Anamnesis dan Pemeriksaan Anamnesis: Terjadi secara kronis Riwayat keluar cairan dari telinga Sekret di liang telinga Keluhan kurang pendengaran Keluar darah dari telinga PF: perforasi membran timpani Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan radiologi : Posisi Schuller untuk melihat koleostoma Pemeriksaan audiogram Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

35 Terapi OMSK tipe aman: Konservatif dengan medikamentosa. Sekret keluar terus menerus larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang tetes telinga antibiotika dan kortikosteroid. Sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. OMSK tipe bahaya adalah pembedahan mastoidektomi. Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

36 Jenis Pembedahan Pada OMSK Mastoidektomi sederhana OMSK tipe aman yang tidak sembuh dengan pengobatan Mastoidektomi radikal OMSK tipe bahaya yang infeksinya sudah meluas Mastoidektomi radikal dengan modifikasi OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani Miringoplasti Rekonstruksi membran timpani pada OMSK tipe aman yang tenang Timpanoplasti OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat Timpanoplasti pendekatan ganda OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

37 Otitis Media Non Supuratif Bekumpulnya sekret nonpurulen di telinga tengah Bila cairan encer, disebut otitis media serosa transudat atau plasma dari pembuluh darah akibat perbedaan tekanan hidrostatik Bila cairan kental, disebut otitis media mukoid sekresi kelenjar dan kista dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid. Membran timpani utuh Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

38 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan OMNS: Terganggunya fungsi tuba Eustachius Hipertrofi adenoid Adenoitis Cleft-palate Tumor nasofaring Barotrauma Sinusitis Rinitis Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

39 Otitis Media Serosa Akut Terbentuknya sekret di telinga secara tibatiba akibat gangguan fungsi tuba (sumbatan tuba, infeksi virus, alergi) Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

40 Anamnesis Gejala Klinis: Pendengaran berkurang Apakah pendengaran dirasakan berkurang? Sejak kapan? Rasa tersumbat pada telinga Apakah telinga terasa tersumbat? Apakah gejala muncul dalam waktu yang cepat? Suara sendiri terdengar lebih nyaring Apakah suara sendiri terasa lebih terdengar keras di salah satu telinga? Telinga kiri/kanan? (lebih kencang di telinga yang sakit) Terasa ada cairan yang bergerak di dalam kepala Apakah terasa ada cairan yang bergerak di dalam kepala bila kepala digerakkan? Nyeri pada saat awal gangguan tuba Apakah gangguan diawali dengan rasa nyeri? Demam? Tinitus Apakah terdapat rasa berdengung? Vertigo Pernahkah mengalami pusing berputar? Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

41 Pemeriksaan Fisik Membran timpani retraksi Terdapat gelembung udara di membran timpani Tanda tuli konduktif Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

42 Terapi Vasokonstriktor lokal (tetes idung) Antihistamin Bila gejala menetap setelah 2 minggu dilakukan miringotomi atau miringotomi dengan pipa ventilasi Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

43 Otitis Media Serosa Kronik Perbedaan dengan OM Serosa Akut hanya cara pembentukan sekret Pembentukan sekret berlangsung secara bertahap TANPA rasa nyeri Lebih sering terjadi pada anak anak Sekret kental seperti lem Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

44 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Gejala Apakah rasanya pendengaran menurun dalam jangka waktu yang lama? Pemeriksaan Fisik Otoskopi : membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabuan Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

45 Terapi Mengeluarkan sekret dengan miringotomi dengan pemasangan pipa ventilasi Kombinasi antihistamin dan dekongestan untuk kasus yang masih baru Djaafar, Zainul A. Helmi, Ratna D. Restuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &Leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Hal

46 OTOSKLEROSIS, TIMPANOSKLEROSIS

47 Otosklerosis Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki stapes stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik. Penyebab belum dapat dipastikan faktor keturunan (resiko 25%-50%), gender (perempuan > laki-laki), ras (bangsa kulit putih), kehamilan (terkait perubahan hormonal) berpengaruh. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6 th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011. Better Health Channel. Ears Otosclerosis. Available from: _otosclerosis#. [cited on April 14, 2013]. National Institute on Deafness and Other Communication Disorders. Otosclerosis. Available from: [cited on April 14, 2013].

48 Medical Disability Advisor. Otosclerosis. Available from: [cited on April 14, 2013].

49 Gejala Klinik dan Diagnosis Anamnesis: Pendengaran terasa berkurang secara progresif. Tinitus dan vertigo Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising (Paracusis Willisii). Pemeriksaan fisik: Membran timpani utuh, normal atau dalam batas-batas normal. Kemungkinan terlihat gambaran membran timpani yang kemerahan oleh karena terdapat pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte s sign). Tuba biasanya paten dan tidak terdapat riwayat penyakit telinga atau trauma kepala atau telinga sebelumnya. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6 th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011. Better Health Channel. Ears Otosclerosis. Available from: [cited on April 14, 2013]. Medical Disability Advisor. Otosclerosis. Available from: [cited on April 14, 2013].

50 Pemeriksaan penunjang: audiometri nada murni dan pemeriksaan impedance pasien otosklerosis biasanya mengalami masalah pendengaran pada bunyi frekuensi rendah. CT scan cukup berguna untuk menilai keadaan osikel, koklea dan organ vestibular dan untuk membedakan otosklerosis dari penyebab gangguan pendengaran lainnya.

51 Washington University Physicians. Otosclerosis. Available from: [cited on April 14, 2013].

52 Terapi Operasi stapedektomi atau stapedotomi stapes diganti dengan bahan prostetis. Jika tidak dapat dilakukan operasi alat bantu dengar (ABD) dapat sementara membantu pendengaran pasien. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6 th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

53 Timpanosklerosis Penyakit pada membran timpani bercakbercak putih tebal atau menjadi putih dan tebal seluruhnya akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada bagian tengahnya. Karakteristik adanya hialinisasi dan deposit kalsium pada membran timpani, telinga tengah atau keduanya akibat inflamasi atau trauma setelah episode rekuren dari otitis media akut, otitis media dengan efusi, dan insersi ventilasi tuba. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Fundamentals of Otolaryngology. 6 th Ed. Philadelphia: W.B Saunders Company;1997. Lalwani AK, Agrawal SK, Aguila DJ, et al. Current Diagnosis and Treatment: Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2 nd Ed. New York: Mc Graw Hill Lange;2007.

54

55 Diagnosis dan Tatalaksana Pada pemeriksaan otoskopi timpanosklerosis memberikan gambaran semisirkuler atau seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membran timpani. Pemeriksaan penunjang lain tidak terlalu dibutuhkan apabila telah ditemukan lesi yang khas, tidak ada perluasan, dan tidak ada kecurigaan adanya gangguan atau penyakit telinga tengah lain. Audiometri menentukan derajat tipe gangguan pendengaran. Timpanometri hasil timpanogram dapat dipengaruhi oleh adanya timpanosklerosis. CT scan terutama bila disertai dengan kelainan pada kavitas telinga tengah. Tatalaksana timpanoplasti dan rekonstruksi osikel. Cummings CW, Fredrickson JM, Harker LA, et al. Otolatyngology Head and Neck Surgery. 3 rd Edi. St. Louis: Mosby-Year Book Inc;1998.

56 OTITIS EKSTERNA

57 Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6 th Ed.Jakarta:BadanPenerbit FKUI;2011. Anonymous. Otitis Externa. Available from: [cited on April 14,2013]. Otitis Eksterna Swimmer s ear radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus Pada kanal telinga luar tube antara telinga luar dan membran timpani. Faktor predisposisi perubahan PH, keadaan udara yang hangat dan lembab, trauma ringan saat mengorek telinga, berenang. Otitis eksterna akut otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus.

58 Anonymous. Swimmer s Ear. Available from: [cited on April 14, 2013].

59 Sander R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. Available from: 01/0301/p927.html. [cited on April 14, 2013].

60 Sander R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. Available from: [cited on April 14,

61

62 Otitis Eksterna Sirkumskripta Furunkel karena kulit disepertiga bagian luar mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen infeksi pada pilosebaseus. Penyebab Staphilococcus aureus atau Staphilococcus albus. Gejala rasa nyeri yang hebat, rasa penuh pada telinga, gangguan pendengaran (bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga). Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6 th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

63 Terapi bergantung pada furunkel bila sudah menjadi abses diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanah. Jika dinding furunkel tebal insisi dipasang drain untuk mengalirkan nanah. Medikamentosa antibiotika salep (polymixin B atau bacitracin), antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol), analgetik. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6 th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

64 Otitis Eksterna Difus Mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam hiperemis dan edema yang batasnya tidak jelas. Penyebab Pseudomonas, Staphilococcus albus, Escherechia Coli, dsb. Gejala nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau (tidak mengandung lendir). Terapi membersihkan liang telinga memasukkan tampon yang mengandung antibiotik. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. 6 th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

65 Rosenfeld RM, et al. Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa. Available from: enfeld-_aoe_-_clinical_guideline.pdf. [cited on April 14, 2013].

66 PEMERIKSAAN PENDENGARAN

67 Liang Telinga

68 Membran Timpani Bagian paling luar telinga tengah 4 kuadran I II Bayangan penonjolan bagian bawah maleus Umbo Refleks cahaya: III IV UMBO RC gerakan serabut yang radier dan sirkuler. Refleks cahaya jam 7 untuk membran timpani kiri dan jam 5 utk membran timpani kanan Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan kelainan telinga. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal

69 Membrana Timpani Perforasi membrana tympani

70 PEMICU: Pemeriksaan Fisik THT Telinga Kiri Kanan Liang Telinga Lapang Lapang Sekret Tidak ada Tidak ada Membran Timpani Menebal Hipervaskuler, tidak hiperemis Refleks Cahaya Suram Tidak ada AS: Membran timpani menebal, refleks cahaya suram timpanosklerosis AD: Membran timpani hipervaskuler, refleks cahaya (-) peradangan (cairan) pada telinga tengah

71 PEMICU: Pemeriksaan fisik THT Hidung Kanan Kiri Rongga Hidung Lapang Lapang Konka Inferior Edema, tidak hiperemis, tidak livid Edema, tidak hiperemis, tidak livid Konka Media eutrofi Eutrofi Septum Lurus Lurus Nasofaring Tenggorok Faring Hipertrofi adenoid Granuler, tidak hiperemis Tonsil T2 T2 Kripti tidak melebar Tidak terdapat detritus Kripri tidak melebar Tidak terdapat detritus > Hipertrofi Adenoid obstruksi tuba eustachius faktor predisposisi Otitis Media > Tonsil membesar, faring granular tonsilofaringitis kronis

72 Tes Penala Dasar fisiologi pemeriksaan: Telinga dalam (koklea) terletak pada kavitas bertulang di dalam os temporalis (labyrinth tulang) getaran di seluruh tulang tengkorak dapat menyebabkan getaran pada cairan koklea Masking phenomenon adanya bunyi akan menurunkan kemampuan seseorang mendengar bunyi lain Tes Rinne, Weber, Schwabach, Bing 1 set penala terdiri dari 5 buah penala (128Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz). Umumnya digunakan penala 512 Hz. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan kelainan telinga. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal

73 Interpretasi Tes Penala Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Interpretasi Positif Lateralisasi tidak ada Sama dengan pemeriksa Normal Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Tuli Konduktif Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli sensorineural Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan kelainan telinga. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal

74 Tes Penala Penala AS AD Rinne Negatif Negatif Weber Lateralisasi ke kiri Swabach memanjang memanjang Rinne negatif, Weber lateralisasi ke telinga yang sakit, schwabach memanjang tuli konduktif, terutama telinga kiri

75 Audiometri Tujuan : untuk menentukan jenis dan derajat kelainan pendengaran Nada murni (pure tone): satu frekuensi Bising: banyak frekuensi, terdiri dari narrow band dan white noise Audiometer nada murni nada murni mulai dari frekuensi 125 Hz sampai 8000 Hz. Kualitatif (normal, tuli konduktif, tuli sensori neural, tuli campuran) Kuantitatif (normal, tuli ringan, tuli sedang, tuli berat). Hasil audiogram grafik ambang pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel (db). Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan kelainan telinga. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal

76 Audiometri

77 Audiogram Gunakan tinta merah untuk telinga kanan, dan tinta biru untuk telinga kiri Hantaran udara (Air Conduction = AC) Kanan = O Kiri = X Hantaran tulang (Bone Conduction = BC) Kanan = < Kiri = > Hantaran udara (AC) dihubungkan dengan garis lurus ( ) dengan menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga kiri Hantaran tulang (BC) dihubungkan dengan garis putusputus ( ) dengan menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga kiri Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan kelainan telinga. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal

78 1. CONTOH AUDIOGRAM PENDENGARAN NORMAL (TELINGA KANAN) 2. CONTOH AUDIOGRAM TULI SENSORI NEURAL (TELINGA KANAN) 3. CONTOH AUDIOGRAM TULI KONDUKTIF (TELINGA KANAN) 4. CONTOH AUDIOGRAM TULI CAMPUR (TELINGA KANAN)

79 Ambang Dengar Disebut terdapat air-bone gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10 db, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan. Ambang dengar (AD) = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz+ AD 4000 Hz 4 Untuk menentukan derajat ketulian, digunakan ambang dengar AC Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan kelainan telinga. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal

80 Derajat ketulian menurut ISO Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan kelainan telinga. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal

81 Audiogram AD: tuli konduktif berat 61,6 db AS: tuli konduktif sedang 48,3 db Kesan: Tuli konduktif bilateral derajat sedang-berat

82 Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan Pendengaran pada bayi dan anak. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal.35. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. USA: Thieme; 2006, p Timpanometri Definisi : pengukuran tekanan telinga yang berhubungan dengan tuba saluran eustachius pada membran timpani Untuk menilai kondisi telinga tengah Merupakan salah satu pemeriksaan pendengaran objektif Tujuan, mengetahui: Compliance/mobilitas membrana timpani Tekanan pada telinga tengah Volume canalis auditorius eksterna

83 Timpanometri Prinsip pemeriksaan: menggunakan probe dengan frekuensi (biasanya) 226 Hz (kecuali bayi <6 bln) diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang dipantulkan kembali oleh gendang telinga yang terpengaruh oleh kondisi membran timpani, telinga tengah, dan koklea. Refleks akustik: Menilai fungsi impedansi suara di telinga tengah. Untuk menilai refleks akustik, harus didapatkan hasil timpanogram tipe A atau C.

84

85 Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan Pendengaran pada bayi dan anak. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal.35. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. USA: Thieme; 2006, p Timpanometri Hasil timpanogram Klasifikasi timpanogram : tipe A (normal) Tipe Ad (diskontinuitas tulang pendengaran) Tipe As (kekakuan rangkaian tulang pendengaran) type B (cairan di telinga tengah) tipe C (disfungsi tuba eustachius)

86 Timpanogram Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan Pendengaran pada bayi dan anak. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal.35. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. USA: Thieme; 2006, p

87 Timpanogram AD Tipe B Refleks akustik negatif Eustachian tube function sulit dinilai AS Tipe B Refleks akustik negatif Sulit dinilai Timpanogram type B Terdapat cairan di telinga tengah tuba eustachius function sulit dinilai Timpanogram type B Refleks akustik negatif Kesan: Tuli konduktif bilateral derajat sedang-berat dengan adanya cairan dalam telinga tengah

88 Working Diagnosis Otitis Media Non Supuratif, atas dasar: Anamnesis: Onset gangguan pendengaran kronik dan perlahan. Keluhan telinga terasa penuh. Riwayat OMA. Pemeriksaan fisik: Hipertrofi adenoid Tuli konduktif pada penala. Pemeriksaan penunjang: Audiogram tuli konduktif. Timpanogram tipe B.

89 Diagnosis banding yang belum dapat disingkirkan: Timpanosklerosis, dapat merupakan bentuk komplikasi dari OME. Diagnosis lain disingkirkan: OMSK, karena tidak terdapat perforasi. Otosklerosis, karena tidak terdapat tinitus maupun vertigo, atau tanda paracusis willisii. Otitis eksterna, karena lebih sering rapid onset, tidak terdapat otalgia atau faktor risiko, misalnya kebiasaan berenang, serta liang telinga lapang.

90 Rencana Tatalaksana Rencana Diagnosis Tidak ada rencana. Rencana Terapi Rujuk ke spesialis THT. Miringotomi untuk mengeluarkan sekret. Adenotomi.

91 TERIMA KASIH

Pemeriksaan Pendengaran

Pemeriksaan Pendengaran Komang Shary K., NPM 1206238633 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia LTM Pemicu 4 Modul Penginderaan Pemeriksaan Pendengaran Pendahuluan Etiologi penurunan pendengaran dapat ditentukan melalui pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II. Kepustakaan. 2.1 Anatomi telinga luar

BAB II. Kepustakaan. 2.1 Anatomi telinga luar BAB II Kepustakaan 2.1 Anatomi telinga luar Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi

Lebih terperinci

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus.

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus. Gangguan pendengaran Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural/saraf/perseptif, atau tuli campur. 1. Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah.

Lebih terperinci

1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis d.

1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis d. THT [TELINGA] Jumlah soal : 30 soal 1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis 2. Tuli Konductive berapa db?? a. > 75

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyakit inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar

Lebih terperinci

1. TES BATAS ATAS BATAS BAWAH

1. TES BATAS ATAS BATAS BAWAH TES GARPU TALA Tes garpu tala adalah suatu tes untuk mengevaluasi fungsi pendengaran individu secara kualitatif dengan menggunakan alat berupa seperangkat garpu tala frekuensi rendah sampai tinggi 128

Lebih terperinci

Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga.

Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga. THT Otitis Eksterna (OE) Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga. Terdapat 2 jenis OE, yaitu OE sirkumkripta

Lebih terperinci

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Audiometri dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Definisi Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas

Lebih terperinci

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan 2.3 Patofisiologi Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut (OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah memiliki sebuah episode dari

Lebih terperinci

Tes pendengaran rutin untuk diagnosis gangguan pendengaran Rinne, Weber, Schwabah test. Test penala nada tinggi dan nada rendah

Tes pendengaran rutin untuk diagnosis gangguan pendengaran Rinne, Weber, Schwabah test. Test penala nada tinggi dan nada rendah TEST PENALA & AUDIOMETRI NADA MURNI Yusa Herwanto Departemen THT-KL FK USU/ Rs.Adam Malik Medan GARPU PENALA (Turning Fork) Tes pendengaran rutin untuk diagnosis gangguan pendengaran Rinne, Weber, Schwabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan peradangan dan infeksi kronis pada telinga tengah dan rongga mastoid yang ditandai dengan adanya sekret yang keluar terus

Lebih terperinci

IDENTITAS I.1. IDENTITAS RESPONDEN

IDENTITAS I.1. IDENTITAS RESPONDEN 66 Lampiran 1 STATUS PENELITIAN No. I. IDENTITAS I.1. IDENTITAS RESPONDEN Nama :... Tanggal lahir :... Jenis Kelamin :... Alamat :... Telepon :... No. M R :... Anak ke/dari :... Jumlah orang yang tinggal

Lebih terperinci

Kesehatan telinga siswa Sekolah Dasar Inpres 1073 Pandu

Kesehatan telinga siswa Sekolah Dasar Inpres 1073 Pandu Kesehatan telinga siswa Sekolah Dasar Inpres 1073 Pandu 1 Sylvester B. Demmassabu 2 Ora I. Palandeng 2 Olivia C Pelealu 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian/SMF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyakit inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya lubang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 31 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan leher 4.2. Rancangan Penelitian Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1 Anatomi telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus acusticus eksterna) sampai membran timpani bagian lateral.

Lebih terperinci

(Assessment of The Ear)

(Assessment of The Ear) Pengkajian Pada Telinga (Assessment of The Ear) RIWAYAT KESEHATAN Keluhan Utama Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pola Hidup dan Psikososial Review System 1. Keluhan Utama Kehilangan Pendengaran Nyeri Drainase

Lebih terperinci

Vertigo. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)

Vertigo. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Vertigo DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Pendahuluan Vertigo merupakan masalah yang menyebabkan kesulitan bagi dokter maupun pasien Pasien sulit menjelaskan keluhannya (simptom), dokter juga sulit menangkap

Lebih terperinci

KEPERAWATAN DEWASA. Otitis Media Akut dan Kronik. Oleh: KELOMPOK VIIII. Fitriani 023. A. Usmianti. Khumaerah PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

KEPERAWATAN DEWASA. Otitis Media Akut dan Kronik. Oleh: KELOMPOK VIIII. Fitriani 023. A. Usmianti. Khumaerah PROGRAM STUDI KEPERAWATAN Tugas kelompok Dosen pembimbing: Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep. KEPERAWATAN DEWASA Otitis Media Akut dan Kronik Oleh: KELOMPOK VIIII Fitriani 023 A. Usmianti Khumaerah PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

SURVEI KESEHATAN TELINGA PADA ANAK PASAR BERSEHATI KOMUNITAS DINDING MANADO

SURVEI KESEHATAN TELINGA PADA ANAK PASAR BERSEHATI KOMUNITAS DINDING MANADO SURVEI KESEHATAN TELINGA PADA ANAK PASAR BERSEHATI KOMUNITAS DINDING MANADO 1 Kurniati Mappadang 2 Julied Dehoop 2 Steward K. Mengko 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitannya

Lebih terperinci

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen RSU. HAJI MAKASSAR RINITIS ALERGI PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen TUJUAN Menembalikan fungsi hidung dengan cara menghindari allergen penyebab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan yang berfungsi ganda untuk pendengaran dan keseimbangan dengan anatomi yang kompleks. Indera pendengaran berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Otitis Media Supuratif Kronis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Otitis Media Supuratif Kronis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronis Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Referat Serumen 1

BAB I PENDAHULUAN. Referat Serumen 1 BAB I PENDAHULUAN Serumen dapat ditemukan pada kanalis akustikus eksternus. Serumen merupakan campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin dari glandula seruminosa yang bercampur dengan epitel

Lebih terperinci

AUDIOLOGI. dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL BAGIAN THT KL FK USU MEDAN 2009

AUDIOLOGI. dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL BAGIAN THT KL FK USU MEDAN 2009 AUDIOLOGI dr. Harry A. Asroel, Sp.THT-KL BAGIAN THT KL FK USU MEDAN 2009 Definisi : Ilmu yang mempelajari pendengaran MENDENGAR diperlukan 1.Rangsang yg Adekuat bunyi 2.Alat penerima rangsang telinga BUNYI

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

LAPORAN KASUS (CASE REPORT) LAPORAN KASUS (CASE REPORT) I. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Amelia : 15 Tahun : Perempuan : Siswa : Bumi Jawa Baru II. Anamnesa (alloanamnesa) Keluhan Utama : - Nyeri ketika Menelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis mediasupuratif

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EXTERNA

ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EXTERNA A. Konsep Medik Definisi ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EXTERNA Otitis eksterna adalah radang telinga bagian luar yang di sebabkan oleh jamur parasitic, ditandai dengan pengerasan struktur telinga. (Dongoes,

Lebih terperinci

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang MENIERE S DISEASE Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo yang berlangsung dari

Lebih terperinci

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menjalani praktikum fisik diagnostik kepala leher, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Melakukan pemeriksaan fisik telinga dengan benar 2. Melakukan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II. 1 Anatomi Telinga. Telinga terbagi menjadi 3 :

BAB II PEMBAHASAN. II. 1 Anatomi Telinga. Telinga terbagi menjadi 3 : BAB I PENDAHULUAN Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada

Lebih terperinci

asuhan keperawatan Tinnitus

asuhan keperawatan Tinnitus asuhan keperawatan Tinnitus TINNITUS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya

Lebih terperinci

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN 1 Skala vestibuli, berisi perilimf Helikotrema Skala tympani, berisi perilimf Foramen rotundum bergetar Menggerakkan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016 LAPORAN KASUS Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober 2016 12 November 2016 MENIERE S DISEASE Pembimbing: dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL

Lebih terperinci

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASI TIMPANOMASTOIDEKTOMI. I. Data data Pasien Nama : Umur : tahun Jenis Kelamin : Alamat : Telepon :

LAPORAN OPERASI TIMPANOMASTOIDEKTOMI. I. Data data Pasien Nama : Umur : tahun Jenis Kelamin : Alamat : Telepon : Lampiran 1 LAPORAN OPERASI TIMPANOMASTOIDEKTOMI I. Data data Pasien Nama : Umur : tahun Jenis Kelamin : Alamat : Telepon :. Agama : No. M R : Tanggal : II. Keluhan Utama : III. Keluhan tambahan : - Sakit

Lebih terperinci

SURVEI KESEHATAN TELINGA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU

SURVEI KESEHATAN TELINGA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU SURVEI KESEHATAN TELINGA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU 1 Rian S. P. Gosal 2 Ora I. Palandeng 2 Olivia Pelealu 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Telinga Hidung

Lebih terperinci

Ketulian : Pemeriksaan dan Penyebabnya Setyo Wahyu Wibowo dr.mkes Jur.PLB-FIP UPI

Ketulian : Pemeriksaan dan Penyebabnya Setyo Wahyu Wibowo dr.mkes Jur.PLB-FIP UPI Ketulian : Pemeriksaan dan Penyebabnya Setyo Wahyu Wibowo dr.mkes Jur.PLB-FIP UPI PENDAHULUAN Yang dimaksud "ketulian" disini adalah sama dengan "kurang pendengaran", yang dalam buku-buku ditulis deafness

Lebih terperinci

SERUMEN PROP. Angga Rizky Permana Dina Nurfadhilah Khairi Maulana Azhari Isnaini Syakira

SERUMEN PROP. Angga Rizky Permana Dina Nurfadhilah Khairi Maulana Azhari Isnaini Syakira SERUMEN PROP Angga Rizky Permana Dina Nurfadhilah Khairi Maulana Azhari Isnaini Syakira Anatomi telinga DEFINISI Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas

Lebih terperinci

Tuli pada Lingkungan Kerja

Tuli pada Lingkungan Kerja 100 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009 Tuli pada Lingkungan Kerja Deaf in the Workplace Rochmat Soemadi 1 ABSTRACT Deaf according to Indro Soetirto and Jenny Bashiruddin is loss of hearing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1. Anatomi Telinga Luar Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus dan dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani. Aurikula

Lebih terperinci

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD AKTIF TIPE AMAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD AKTIF TIPE AMAN LAPORAN KASUS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD AKTIF TIPE AMAN Oleh : SAIFUL BAHRI ( H1A 005 045 ) DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT THT RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya adalah bersin, hidung beringus (rhinorrhea), dan hidung tersumbat. 1 Dapat juga disertai

Lebih terperinci

SHAUMBAUGH. Radang akut telinga tengah yang biasanya. pada anak-anak sampai 3 minggu

SHAUMBAUGH. Radang akut telinga tengah yang biasanya. pada anak-anak sampai 3 minggu Prof.dr. Askaroellah Aboet, SpTHT-KL(K) Radang akut telinga tengah yang biasanya disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas sering pada anak-anak sampai 3 minggu SHAUMBAUGH Radang akut dari keseluruhan

Lebih terperinci

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA I. PENGERTIAN Berkurangnya Pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat

Lebih terperinci

SURVEI KESEHATAN HIDUNG PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU

SURVEI KESEHATAN HIDUNG PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU SURVEI KESEHATAN HIDUNG PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU 1 Andreas R. Tumbol 2 R. E. C. Tumbel 2 Ora I. Palandeng 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian/SMF

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012. HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012 Oleh: DENNY SUWANTO 090100132 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

HIPERTENSI ESENSIAL. No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP

HIPERTENSI ESENSIAL. No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP HIPERTENSI ESENSIAL SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Pemerintah Kabupaten Cirebon Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP.19620212 198302 2 001 Puskesmas Astanajapura 1. Pengertian Peradangan

Lebih terperinci

Laporan Operasi Tonsilektomi

Laporan Operasi Tonsilektomi Laporan Operasi Tonsilektomi Oleh: Ahmad Riza Faisal Herze 1110103000034 Pembimbing: dr. Heditya Damayanti, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK THT RSUP FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anatomi Organ Pendengaran Telinga adalah organ yang berfungsi dalam pendengaran dan juga keseimbangan tubuh. Telinga dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007).

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007). 20 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007). 2.1.1. Membran Timpani Membran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga (Asroel, 2010). Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus auditori eksternal (Barati

Lebih terperinci

AUDIOMETRI NADA MURNI

AUDIOMETRI NADA MURNI AUDIOMETRI NADA MURNI I. Definisi Audiometri Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI FARINGITIS AKUT Laporan Penyakit : 1302 ICD X : J.00-J.01 Faringitis adalah Inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. otitis media dibagi menjadi bentuk akut dan kronik. Selain itu terdapat sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. otitis media dibagi menjadi bentuk akut dan kronik. Selain itu terdapat sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media merupakan peradangan mukosa telinga tengah yang terdiri atas otitis media non supuratif dan supuratif. Berdasarkan durasi waktu otitis media dibagi menjadi

Lebih terperinci

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE Laporan Kasus Besar Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE 406117055 IDENTITAS PASIEN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF AUTOANAMNESIS Rabu, 25 April jam 09.00 1. Keluhan Utama Benjolan

Lebih terperinci

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Penyebab tuli konduksi

Penyebab tuli konduksi Penyebab tuli konduksi 1. Pada meatus akustikus eksterna : cairan (sekret, air) dan benda asing, polip telinga). 2. Kerusakan membrana timpani : perforasi, ruptura, sikatriks. 3. Dalam kavum timpani :

Lebih terperinci

Gangguan Eustachius Sebabkan Infeksi Telinga. Herlina Arsyadi

Gangguan Eustachius Sebabkan Infeksi Telinga. Herlina Arsyadi Gangguan Eustachius Sebabkan Infeksi Telinga Herlina Arsyadi Sudah beberapa hari ini Dita (2 tahun) rewel. Makannya sedikit dan sulit, minum susunya juga bolong-bolong. Kadang mau kadang tidak. Reni (29

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telinga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Telinga dapat dibahagi menjadi 3 bahagian iaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar adalah bagian telinga yang tampak. Itu termasuk keseluruhan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Pendengaran Manusia Telinga merupakan alat indera yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang berada di sekitar manusia dan sebagai alat keseimbangan (Soetirtio,

Lebih terperinci

KRITERIA DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

KRITERIA DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS KRITERIA DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS Fairuziah Binti Bader Alkatiri Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ziaalkatiri@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007). 2.1.1. Membran Timpani Membran

Lebih terperinci

Laporan Problem Based Learning Makassar, 23 Maret 2009 Sistem Indera Khusus TULI. Disusun oleh: KELOMPOK 5B

Laporan Problem Based Learning Makassar, 23 Maret 2009 Sistem Indera Khusus TULI. Disusun oleh: KELOMPOK 5B Laporan Problem Based Learning Makassar, 23 Maret 2009 Sistem Indera Khusus TULI Disusun oleh: KELOMPOK 5B Herawati Tjongi 110.206.126 Asnita 110.206.127 Berry Erida Hasbi 110.206.128 Nurliah 110.206.129

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

A PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA. Paula A. Tahtinen, et all

A PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA. Paula A. Tahtinen, et all A PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA Paula A. Tahtinen, et all PENDAHULUAN Otitis media akut (OMA) adalah penyakit infeksi bakteri yang paling banyak terjadi pada

Lebih terperinci

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 Matakuliah Tahun : 2009 : L0044/Psikologi Faal Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 TELINGA saraf kranial VIII (n. auditorius) terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah dan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Pendengaran 2.1.1 Definisi Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara sebagian ataupun keseluruhan untuk mendengarkan suara pada salah satu maupun kedua telinga

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak

Lebih terperinci

PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK

PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI FUNGSI KEGIATAN 5 PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK Disusun oleh: Nama : Atik Kurniawati NIM : 11708251025 Kelompok : 5 PRODI PENDIDIKAN SAINS PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga Untuk memahami tentang gangguan pendengaran, perlu diketahui dan dipelajari anatomi telinga dan fisiologi pendengaran. Telinga dibagi atas telinga luar,telinga

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi bersifat observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi bersifat observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi bersifat observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol (case control). B. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Gangguan Pendengaran Menurut World Health Organization (WHO), gangguan pendengaran adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kehilangan pendengaran di

Lebih terperinci

KESEHATAN TELINGA DI SEKOLAH DASAR INPRES KEMA 3

KESEHATAN TELINGA DI SEKOLAH DASAR INPRES KEMA 3 KESEHATAN TELINGA DI SEKOLAH DASAR INPRES KEMA 3 1 Fira Ardianti Fabanyo 2 Olivia Pelealu 2 Ora I Palandeng 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian/SMF Telinga

Lebih terperinci

Kesehatan hidung masyarakat di komplek perumahan TNI LANUDAL Manado

Kesehatan hidung masyarakat di komplek perumahan TNI LANUDAL Manado Kesehatan hidung masyarakat di komplek perumahan TNI LANUDAL Manado 1 Anita R. Tangkelangi 2 Ronaldy E. C. Tumbel 2 Steward K. Mengko 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

ANATOMI, FISIOLOGI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN

ANATOMI, FISIOLOGI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN ANATOMI, FISIOLOGI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN gelombang suara mencapai membran tympani. Membran tympani bergetar menyebabkan tulang-tulang pendengaran bergetar. FungsiMT: a. Vibrasi: sensitifitasamauntuk

Lebih terperinci

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo Definisi Vertigo Vertigo adalah perasaan yang abnormal mengenai adanya gerakan penderita terhadap lingkungan sekitarnya atau lingkungan sekitar terhadap penderita, dengan gambaran tiba-tiba semua terasa

Lebih terperinci

ANGKA KEBERHASILAN MIRINGOPLASTI PADA PERFORASI MEMBRANA TIMPANI KECIL, BESAR, DAN SUBTOTAL PADA BULAN JUNI 2003 SAMPAI JUNI 2004

ANGKA KEBERHASILAN MIRINGOPLASTI PADA PERFORASI MEMBRANA TIMPANI KECIL, BESAR, DAN SUBTOTAL PADA BULAN JUNI 2003 SAMPAI JUNI 2004 ANGKA KEBERHASILAN MIRINGOPLASTI PADA PERFORASI MEMBRANA TIMPANI KECIL, BESAR, DAN SUBTOTAL PADA BULAN JUNI 2003 SAMPAI JUNI 2004 Shinta Fitri Boesoirie, Thaufiq S. Boesoirie Bagian Ilmu Kesehatan Telinga,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Akut (OMA) merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masa anak-anak (Vernacchio et al, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin memiliki kebisingan dengan suara berkekuatan tinggi. Dampak negatif yang ditimbulkannya adalah kebisingan yang berbahaya bagi karyawan. Kondisi ini dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

ASKEP OTITIS MEDIA AKUT

ASKEP OTITIS MEDIA AKUT ASKEP OTITIS MEDIA AKUT Pengertian Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Yang paling sering terlihat ialah :

Lebih terperinci

BAB 4 PUSING BERPUTAR

BAB 4 PUSING BERPUTAR BAB 4 PUSING BERPUTAR A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien dengan gangguan pusing berputar 2. Menerangkan mekanisme terjadinya dengan gangguan pusing berputar. 3. Membedakan klasifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1. Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.

Lebih terperinci

KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN Steve Kojongian, Olivia Pelealu, Ronaldy Tumbel Bagian SMF Telinga Hidung

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi telinga Telinga merupakan organ penginderaan dengan fungsi pendengaran dan keseimbangan. Telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 4 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Anatomi Telinga Tengah 1. Membran timpani 2. kavum timpani 3. prossesus mastoideus 4. tuba eustachius Gambar 2.1 Anatomi Telinga Tengah Gambar ini dikutip dari Netter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH SELAMA PERIODE BULAN JANUARI JUNI 2013

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH SELAMA PERIODE BULAN JANUARI JUNI 2013 ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH SELAMA PERIODE BULAN JANUARI JUNI 2013 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan lanjutan dari episode initial

Lebih terperinci

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment) 97 Otitis Media Akut Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian

Lebih terperinci

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN PADA LANSIA I. PENGERTIAN Berkurangnya Pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10 besar penyakit baik di puskesmas maupun di bagian

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci