ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ARIEF FERRY YANTO. Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Tomat Bandung di Supermarket Super Indo Muara Karang. Di bawah Bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA. Sayuran merupakan bahan makanan penting yang diperlukan oleh manusia karena berperan sebagai sumber vitamin dan mineral untuk tubuh, yang berfungsi sebagai pengatur proses metabolisme serta untuk mengatur dan melindungi aringan tubuh. Vitamin dan mineral tersebut sangat penting walaupun diperlukan dalam jumlah yang kecil. Hal ini disebabkan karena semakin tingginya permintaan akan sayuran dan semakin banyak masyarakat yang mengerti akan arti penting sayuran. Maka perkembangan produksi sayur-sayuran di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Jenis sayuran yang mempunyai prospek yang bagus diantaranya : bawang merah, tomat dan wortel. Tomat merupakan komoditas jenis sayur sayuran yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai kalangan. Tomat pada umumnya dipergunakan sebagai bumbu masakan sehari sehari, bahan baku industri seperti sambal dan saos, dikonsumsi segar serta digunakan dalam berbagai konsumsi segar serta digunakan dalam berbagai konsumsi rumah tangga, rumah makan sampai hotel. Khusus untuk komoditas tomat secara umum pemerintah menganggap komoditas tersebut mempunyai peluang pasar yang cukup baik dan memiliki peluang nilai tambah yang cukup menguntungkan serta potensi sumber dayanya yang cukup tersedia. Produk Tomat Bandung dalam perencanaan persediaan dibedakan dengan produk biasa. Hal ini terkait dengan karakteristik dari produk pertanian yang memiliki sifat yang mudah rusak dan mudah busuk sehingga masa simpan tidak tahan lama atau pendek, memerlukan suatu pengendalian mutu produk yang dilakukan pada masa yang hampir bersamaan dengan perencanaan dan pengelolaan persediaan baik secara kuantitas maupun biaya. Tingginya permintaan yang tidak dapat diprediksi secara pasti menjadi permasalahan dalam penyediaan produk secara kontinyu. Faktor lain adanya fluktuasi permintaan sayuran itu sendiri, bila jumlah persediaan tidak mencukupi permintaan maka akan mengalami kehilangan penjualan potensial. Faktor faktor inilah yang akan dipertimbangkan dalam pembuatan suatu kebijakan pengendalian persediaan yang optimal. Salah satu cara untuk menjaga persediaan dalam kapasitas optimal yaitu dengan perencanaan pengendalian persediaan produk itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sistem manajemen persediaan yang terencana agar biaya yang dikeluarkan lebih efisien, sehingga perusahaan dapat memperkirakan dengan tepat kapan harus memulai memesan, berapa jumlah tomat Bandung yang dipesan dan frekuensi pemesanan yang harus dipesan. Salah satu contoh perusahaan yang melakukan pengendalian seperti supermarket. Salah satunya supermarket Super Indo Muara Karang. Salah satu cara untuk menjaga persediaan sayuran dalam keadaan optimal adalah dengan mengetahui kemungkinan jumlah yang diminta oleh konsumen. Meramalkan jumlah permintaan dapat dilakukan melalui pendekatan peramalan tingkat penjualan. Walaupun hasil ramalan tidak dapat dengan tepat menduga penjualan periode karena faktor faktor yang berpengaruh tidak sepenuhnya diperhitungkan, namun metode ini dapat dilakukan untuk memberikan gambaran

3 kepada pihak manajemen tentang jumlah dan fluktuasi penjualan sayuran periode ke depan. tujuan utama dari peramalan manajemen persediaan adalah untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dari manajemen produksi dan inventori. Metode peramalan yang digunakan adalah metode time series, dengan melihat MSE yang terkecil maka model SARIMA (1,0,0) (2,0,0) 4 dengan nilai MSE sebesar 5345, merupakan model yang paling sesuai untuk menggambarkan deret data penjualan tomat Bandung untuk 12 bulan ke depan. Sebelum melakukan peramalan maka yang diperlukan identifikasi pola data penjualan bulanan tomat Bandung di supermarket Super Indo dimulai dari bulan Januari 2002 sampai dengan bulan Desember 2007, dengan rentang waktu 72 bulan yang berarti terdapat 72 data penjualan tomat Bandung. Setelah itu, dilakukan identifikasi biaya persediaan yang sebelumnya, yang meliputi biaya pemesanan dan penyimpanan. Hasil analisis kuantitas pemesanan optimal yang dilakukan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) serta dilakukan analisis persediaan pengaman dan analisis titik pemesanan kembali. Berdasarkan hasil perhitungan EOQ diperoleh jumlah pemesanan ekonomis untuk tomat Bandung sebesar 215,91 kg. Dengan diketahui jumlah pemesanan ekonomis ini maka frekuensi pemesanan bisa diketahui, yaitu dengan cara jumlah pemakaian tomat Bandung dibagi dengan hasil ramalan dengan nilai EOQ, maka didapatkan frekuensi pemesanan sebanyak 83 kali pemesanan dalam setahun. Dengan menggunakan model EOQ diperoleh biaya pemesanan tahun 2008 sebesar Rp , sedangkan untuk biaya penyimpanan sebesar Rp sehingga total biaya persediaan tomat Bandung pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp Dari hasil perhitungan bahwa dengan menggunakan metode EOQ ternyata ada perbedaan yang cukup signifikan antara total biaya persediaan Tahun 2008 dengan Tahun Penghematan biaya persediaan Rp atau 21,19 persen. Dengan menggunakan metode EOQ diperoleh jumlah dan frekuensi pemesanan yang lebih rendah, sehingga biaya persediaan yang keluar menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan total biaya persediaan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. Dalam menentukan persediaan pengaman, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan berdasarkan tingkat pelayanan (service level approach). Hal ini disebabkan persediaan pengaman yang diterapkan perusahaan masih cukup besar. Jika dibandingkan antara kebijakan perusahaan dalam menetapkan persediaan pengaman dengan kebijakan persediaan pengaman menurut EOQ, akan terlihat selisih biaya yang cukup besar yaitu sebesar Rp ,26. Titik pemesan kembali merupakan batas jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana barang persediaan harus dipesan kembali. Dengan jumlah pemesanan optimal sebesar 215,91 kg dan persediaan pengaman 418,63 kg, maka persediaan maksimum 634,54 kg. Titik pemesanan kembali akan dilakukan setelah persediaan tomat Bandung 493,63 kg dengan selang waktu empat hari, sehingga pada waktu tunggu antara 1 sampai 2 hari perusahaan sudah dapat menerima produk yang dipesan. Dengan melakukan perencanaan pengendalian persediaan ini pada akhirnya diharapkan supermarket Super Indo akan dapat menjamin suatu pelayanan yang baik kepada konsumen, dan meningkatkan efisiensi supermarket Super Indo dalam pengendalian persediaannya.

4 ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: ARIEF FERRY YANTO A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Tomat Bandung di Supermarket Super Indo Muara Karang : ARIEF FERRY YANTO : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir.Juniar Atmakusuma, MS NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus : Selasa, 29 Januari 2008

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Januari 2008 ARIEF FERRY YANTO

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kotaraya, Sumatera Selatan pada tanggal 07 Februari 1984 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara keluarga Bapak M. Saleh Ibrahim dan Ibu Rosdiyati. Pendidikan formal dimulai di SD Negeri 1 Kayuagung dan lulus pada tahun Selanjutnya jenjang pendidikan dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Kayuagung dan kemudian berlanjut di SMU Negeri 1 Kayuagung. Pada tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Program Diploma III Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Program Studi Manajemen Bisnis Perikanan dan selesai Tahun Pada Tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Tomat Bandung di Supermarket Super Indo Muara Karang. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencoba menerapkan metode peramalan Time Series untuk meramalkan volume penjualan untuk periode ke depan, kemudian hasil ramalan penjualan dijadikan dasar untuk membuat perencanaan pengendalian persediaan yang optimal. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu harapan adanya kritik dan masukan yang konstruktif dari para pembaca Bogor, Januari 2008 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu: 1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa, perhatian dan kasih sayang yang tak pernah putus. Kakak dan adik, Yuk Rita, K in, d yeesy, d Teza dan Bibi Toy yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. 2. Ir. Juniar Atmakusuma, MS sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen penguji utama yan telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan masukan mengenai teknik penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. 5. Bapak M. Firdaus, SP. Msi. PhD selaku dosen evaluator yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. 6. Santi S. sahabat hati yang selalu setia mendukung dalam suka dan duka, selalu memotivasi dengan tulus dan sabar. 7. Kak Rudi, yang telah memberikan dorongan dan semangat serta informasi yang terkait dalam kelancaran skripsi ini

10 8. Yeesy Yolanda (echi), sahabat yang selalu memberikan semangat, untuk terus menyelesaikan skripsi ini. 9. Baim dan ubaydillah, terima kasih atas dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini. 10. Teman teman kostan : Sudarsono, Jam an, Fajar, dan Wawan. Selamat berjuang. 11. Kepada seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. 12. Teman-temanku Ekts.MAB 39 : Dimas Satria, Mimank, Rika, Ola. Terima kasih atas kebersamaan selama ini, semoga kita menjadi orang yang berhasil. Bogor, Januari 2008 Penulis

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Produk II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sayuran Tomat Penanganan Pasca Panen Usaha Eceran Jenis-jenis Eceran Persediaan Jenis-Jenis Persediaan Fungsi Persediaan Biaya-biaya Persediaan Pengendalian Persediaan Peramalan Metode Peramalan Metode Peramalan Kualitatif Metode Peramalan Kuantitatif Metode Deret Waktu (Time Series) Pemilihan Metode Peramalan Penelitian Terdahulu Persamaan dan Perbedaan Penelitian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Peramalan dalam Manajemen Persediaan Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Persediaan Pengaman (Safety Stock) Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Identifikasi Sistem Persediaan Bahan Baku Perusahaan... 50

12 4.3.2 Pendekatan Peramalan Penjualan Tomat Analisis Kuantitatif PengendalianBahan Baku Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Pengaman Titik Pemesanan Kembali Definisi Operasional...61 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Umum Perusahaan Struktur Organisasi Sarana dan Prasarana Sistem Pengadaan dan Persediaan Tomat Bandung Jenis dan Asal Tomat Bandung Proses Pengadaan Tomat Bandung Proses Penanganan Tomat Bandung Identifikasi Biaya Persediaan Tomat Bandung...73 VI PERAMALAN TINGKAT PENJUALAN TOMAT BANDUNG 6.1 Identifikasi Pola Data Penjualan Tomat Bandung Penerapan Metode Peramalan Time Series Hasil Ramalan Metode Time Series Terpilih VII PERENCANAAN PENGENDALIAN TOMAT BANDUNG 7.1 Proyeksi Biaya Persediaan Tomat Bandung Analisis Pengendalian Bahan Baku dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Pengaman Analisis Titik Pemesanan Kembali Implikasi Terhadap Manajemen Supermarket Super Indo VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Saran...92 DAFTAR PUSTAKA...93 LAMPIRAN...95

13 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Produksi Sayuran Indonesia tahun Jenis dan Jumlah Ritel di Jabotabek Tahun Volume Penjualan Sayuran di Supermarket Super Indo Muara Karang Per Bulan Tahun Penelitian-penelitian Terdahulu Kriteria dan Volume Sayuran di Supermarket Super Indo Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Tomat Bandung Tahun Tingkat Persediaan Rata rata Tomat Bandung Tahun Komponen Biaya Penyimpanan Tomat Bandung Tahun Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan Tomat Bandung Tahun Nilai MSE Beberapa Model Peramalan Penjualan Buah Tomat Bandung Proyeksi Penjualan Tomat Bandung Tahun Proyeksi Biaya Pemesanan Tomat Bandung Tahun Proyeksi Komponen Biaya Penyimpanan Tomat Bandung Tahun Perhitungan Jumlah Pemesanan Optimal Tomat Bandung Frekuensi Pemesanan Optimal Tomat Bandung Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan Tahun Perhitungan Penghematan Biaya Persediaan Tomat Bandung di Supermarket Super Indo Muara Karang Waktu Tunggu Rata Rata dan Standar Deviasi Periode Tambahan Biaya Penyimpanan karena Adanya Persediaan Pengaman Periode Tahun 2007 dan Persediaan Maksimum Tomat Bandung di Supermarket Super Indo Berdasarkan Model EOQ Tahun Perhitungan Titik Pemesanan Kembali Periode Tahun

14 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Volume Penjualan Sayuran Per Bulan Tahun Hubungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan Tingkat Persediaan Versus Waktu dalam EOQ Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi Super Indo Muara Karang Pola PengirimanTomat Bandung supermarket Super Indo Plot Data Penjualan Tomat Bandung Tahun Rencana Operasi Pengendalian Persediaan Tomat Bandung Tahun

15 I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hortikultura tropika yang berlimpah berupa keanekaragaman genetik yang luas. Keanekaragaman sumber daya lahan, iklim dan cuaca dapat dijadikan suatu kekuatan untuk menghadapi persaingan yang makin ketat dalam agribisnis hortikultura di masa depan. Sayuran merupakan bahan makanan penting yang diperlukan oleh manusia karena berperan sebagai sumber vitamin dan mineral untuk tubuh, yang berfungsi sebagai pengatur proses metabolisme serta untuk mengatur dan melindungi jaringan tubuh. Vitamin dan mineral tersebut sangat penting walaupun diperlukan dalam jumlah yang kecil. Produk sayuran memiliki ciri-ciri antara lain : (1) dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar, sehingga bersifat mudah rusak (perishable); (2) komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan bahan kering (dry matter); (3) produk sayuran bersifat meruah atau memerlukan banyak tempat karena ukurannya besar (voluminous atau bulky) sehingga sulit dan mahal dalam pengangkutannya (Harjadi, 1989). Berdasarkan data produksi dan luas panen sayuran Indonesia tahun , menunjukkan bahwa perkembangan produksi sayur-sayuran di Indonesia cenderung mengalami peningkatan (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena semakin tingginya permintaan akan sayuran dan semakin banyak masyarakat yang mengerti akan arti penting sayuran. Meningkatnya produksi sayuran juga dikarenakan adanya peningkatan taraf penghasilan masyarakat, teknologi pertanian yang maju sehingga berdampak terhadap produksi sayuran.

16 2 Tabel 1 Produksi Sayuran Indonesia tahun Tahun Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) * Rata-Rata Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006 (diolah). Keterangan : *Data Sementara Jenis sayuran yang mempunyai prospek yang bagus di antaranya : bawang merah, tomat dan wortel (Tugiyono, 2007). Direktorat Pengembangan Usaha Hortikultura melaporkan bahwa produksi nasional tomat Tahun mengalami fluktuasi, rata ratanya berturut turut adalah ton, ton, ton, ton dan ton. Fluktuasi produksi tersebut kemungkinan disebabkan beberapa hal antara lain kultur teknis yang kurang baik dan pengendalian hama dan penyakit yang kurang efisien. Tanaman tomat perkembangannya menyebar luas ke daerah daerah dalam hal produktivitas seperti di Jawa Barat dan di luar Jawa. Daerah sentra produktivitas tomat yang termasuk ke lima besar Tahun 2006 adalah Jawa Barat (20.25 Ton/Ha), Sumatera Utara (21.34 Ton/Ha), dan Sumatera Barat (16,66 Ton/Ha). Dengan demikian bahwa Sumatera Utara merupakan mempunyai produktivitas tomat terbesar di Indonesia pada tahun (BPS dan Direktorat Jenderal Bina Produksi, 2006). Sebagai salah satu komoditas hortikultura unggulan, tomat secara umum mempunyai prospek yang cukup cerah. Peluang pasar baik dalam negeri maupun luar negeri masih sangat terbuka dan menjajikan. Hal ini dapat diketahui selama periode volume ekspor tomat Indonesia sudah mencapai Kg

17 3 dengan nilai ekspor sebesar US $ atau rata rata per tahun sebesar Kg dengan nilai US $ ,3. Sedangkan volume ekspor tomat selama kurun waktu yang sama mencapai Kg dengan nilai US $ tanpa Tahun Secara umum perkembangan ekspor maupun impor mengalami peningkatan, apabila semakin tinggi produksi tomat nasional, maka pengeluaran devisa negara untuk mengimpor tomat Tomat merupakan komoditas jenis sayur sayuran yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai kalangan. Tomat pada umumnya dipergunakan sebagai bumbu masakan sehari hari, bahan baku industri seperti sambal dan saos, dikonsumsi segar serta digunakan dalam berbagai konsumsi segar serta digunakan dalam berbagai konsumsi rumah tangga, rumah makan sampai hotel. Khusus untuk komoditas tomat secara umum pemerintah menganggap komoditas tersebut mempunyai peluang pasar yang cukup baik dan memiliki peluang nilai tambah yang cukup menguntungkan serta potensi sumber dayanya yang cukup tersedia (BPS dan Direktur Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2007). Kegiatan agribisnis termasuk pada komoditas sayur-sayuran terutama tomat. Tomat memiliki karakteristik yang mudah rusak dan sifatnya tidak tahan lama sehingga dilakukan penanganan yang lebih baik. Penanganan merupakan bagian penting yang dapat mempengaruhi keseluruhan arus barang. Pada dasarnya penanganan diperlukan untuk mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan. Penanganan juga diperlukan dalam kegiatan agribisnis, karena penanganan bertujuan untuk memperkecil kehilangan dan kerusakan produk. Akhirnya keberhasilan penanganan tidak hanya dirasakan oleh produsen karena memperkecil kerusakan produk, tapi juga dirasakan oleh

18 4 supermarket karena komoditas sayuran yang akan dibeli dari produsen merupakan mutu yang terbaik. Suatu supermarket besar penting memiliki kepentingan untuk menangani komoditas tomat karena kebutuhan dalam memberikan pelayanan kelengkapan yang terbaik untuk para konsumennya. Hal ini dapat juga dikaitkan dengan konsep one stopped shopping dimana konsumen dapat memenuhi semua kebutuhan barang konsumsi, termasuk produk pangan segar yang biasanya hanya ditemui di pasar tradisional. Supermarket juga perlu untuk mengetahui jumlah pembelian dan persediaan sayuran yang tepat dikarenakan jumlah persediaan yang terlalu besar, mengakibatkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Apabila persediaan sayuran yang disediakan terlalu sedikit maka dapat menyebabkan terjadinya kekurangan persediaan, sehingga dapat menghambat kinerja manajemen persediaan, dan dalam hal ini menjadi suatu kendala dari Supermarket Super Indo. Supermarket Super Indo merupakan salah satu bisnis eceran yang ada di Indonesia. Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa supermarket Super Indo merupakan bisnis eceran dengan ritel terbanyak pada periode Tahun Hal ini ada konsistensi pada manajemen untuk mengembangkan bisnis eceran yang lebih maju. Bisnis eceran di Indonesia diramaikan dengan munculnya pasar swalayan, departemen store atau tempat-tempat perbelanjaan lainnya. Seiring dengan berjalannya waktu, berbagai pengecer telah banyak bermunculan di Indonesia, baik berbentuk perusahaan sendiri maupun grup dari perusahaan yang telah berkembang lebih dahulu. Para ritel lokal juga mulai mengembangkan bisnisnya,

19 5 baik dalam bentuk hypermarket, supermarket, minimarket maupun pengecer kecil tradisional. Tabel 2 Jenis dan Jumlah Ritel di Indonesia Tahun 2005 Jenis Nama Jumlah ACI 13 Alfamart 392 Rumah Matahari 6 Minimarket Narajaya 5 Warung IR 9 Pasar Prima 38 Starmart 38 Indomart 546 Alfa 10 Diamond 3 Hero 43 Super Indo 52 Supermarket Yogya 4 Matahari 29 Ramayana 20 Sogo 3 Ranch Market 3 Makro 6 Toko Cash and Carry Goro 3 Indogrosir 3 Carrefour 10 Hypermarket Club Store 4 Giant 6 Sumber: Deperindag, 2006 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat jumlah ritel yang ada di Indonesia. Jenis ritel yang ada di Indonesia terdiri dari empat jenis, yaitu minimarket, supermarket, toko cash and carry, dan hypermarket. Diantara keempat jenis ini paling banyak outlet yang tersebar di Jabotabek adalah minimarket. Kenaikan jumlah minimarket disebabkan karena apabila mendirikan sebuah outlet minimarket tidak dibutuhkan tempat yang luas, dengan frekuensi pertambahan jaringan relatif cepat dan penyebaran yang cukup luas, baik melalui pola pengelolaan sendiri (reguler) maupun melalui kerjasama waralaba. Salah satu

20 6 jenis ritel yang terus berkembang selain minimarket adalah supermarket. Pada masyarakat golongan kelas menengah inilah peningkatan pendapatan yang terjadi diharapkan akan meningkatkan konsumsi barang kebutuhan sehari-hari di supermarket. Hal ini disebabkan karena supermarket memiliki berbagai fasilitas yang memberikan kenyamanan dibandingkan dengan pasar-pasar tradisional. Pada penjualan produk segar sangat berkaitan berkaitan dengan pengendalian mutu. Kepentingan konsumen terhadap mutu terbukti pada penelitian Novanda (2003) yang menyimpulkan bahwa kualitas produk segar yang ditawarkan merupakan faktor kedua dalam memilih suatu toko pangan segar kelas menengah, setelah faktor kedekatan lokasi tempat tinggal. Hasil penelitan tentang kepentingan konsumen akan aspek mutu dalam pembelian sayuran yang baik tersebut, dapat dijadikan pertimbangan oleh Supermarket Super Indo dalam pengendalian persediaan sayur-sayuran. Oleh karena itu, dalam upaya menghadapi persaingan pasar, maka Supermarket Super Indo diharapkan mampu menghasilkan produk segar yang berkualitas dan sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya perencanaan produksi yang baik. Salah satu cara perencanaan produksi yang baik adalah dengan cara analisis pengendalian persediaan produk. Tomat Bandung dalam hal ini Supermarket Super Indo harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan permintaan dengan ketersediaan barang di gudang. Sehingga perusahaan Super Indo menjadi perusahaan pengecer terbesar yang mampu bersaing dan merebut pangsa pasar degnan meningkatkan kemampuan menghasilkan keuntungan/laba.

21 7 1.2 Perumusan Masalah Sistem persediaan merupakan serangkaian kebijaksanaan penanganan dan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk menetapkan adanya jaminan tersedianya persediaan sayuran yang tepat pada waktunya, baik kuantitas maupun kualitasnya. Supermarket Super Indo bergerak pada bisnis ritel. Super Indo terus berkembang dan berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan memudahkan pelanggan, untuk belanja produk-produk berkualitas dengan harga yang ekonomis. Supermarket Super Indo mempunyai gudang fresh yang merupakan tempat menyimpan bahan-bahan makanan segar seperti buah-buahan, sayursayuran, daging segar, ayam segar serta sea food, yang dilengkapi dengan alat pendingin agar barang yang disimpan tidak cepat rusak. Pada kegiatan yang dilakukan pada supermarket Super Indo, manajemen persediaan sayuran berbeda dari produk biasa. Karakteristiknya yang mudah rusak dan mudah busuk berkaitan dengan pendeknya masa penyimpanan, memerlukan suatu pengendalian mutu produk yang dilakukan pada masa yang hampir bersamaan dengan perencanaan dan pengelolaan persediaan baik secara kuantitas maupun biaya. Serta permintaan yang tidak dapat diprediksi secara pasti menjadi permasalahan dalam penyediaan produk secara kontinyu. Sistem pembayaran produk segar yang bukan konsinyasi sehingga barang yang tidak terjual menjadi resiko kerugian pihak supermarket Super Indo. Unsur biaya dan jumlah kerusakan akan diperhitungkan dalam biaya persediaan pada

22 8 persediaan produk segar. Begitu pula dengan jumlah kerusakan tomat Bandung akan turut diperhitungkan dalam membuat kebijakan pengendalian persediaan optimal. Identifikasi awal pada proses persediaan produk sayur-sayuran akan diperlukan untuk mengetahui seluruh kegiatan dalam manajemen persediaan tomat Bandung di Supermarket Super Indo. Masalah lain yang berkaitan dengan persediaan tomat Bandung adalah jumlah dan waktu persediaan barang. Faktor utama yang dipertimbangkan adalah karakteristik sayuran yang bersifat mudah rusak dan mudah busuk sehingga tidak dapat tersimpan dalam waktu yang lama. Biaya penyimpanan menjadi konsekuensi dalam hal tersebut. Faktor lain adanya fluktuasi permintaan tomat Bandung itu sendiri, bila jumlah persediaan tidak mencukupi permintaan maka akan menyebabkan Supermarket Super Indo mengalami kehilangan penjualan potensial. Faktor faktor inilah yang akan dipertimbangkan dalam pembuatan suatu kebijakan pengendalian persediaan yang optimal. Berdasarkan data volume penjualan beberapa jenis sayuran di Superindo seperti tertera pada Tabel 3, diketahui bahwa penjualan sayuran tiap bulannya mengalami fluktuasi dikarenakan produksi sayuran tidak menentu, ada yang musiman dan tidak menjamin persediaannya disaat yang dibutuhkan. Faktor lain adanya hari besar keagamaan sehingga terjadinya peningkatan volume penjualan Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa volume penjualan tomat Bandung paling banyak dibandingkan dengan penjualan yang lainnya. Hal ini dapat dijelaskan pada Gambar 1, bahwa volume penjualan paling banyak dengan jumlah penjualan yang lebih berfluktuasi dibandingkan produk sayur yang lainnya.

23 9 Tabel 3. Volume Penjualan Sayuran di Supermarket Super Indo Muara Karang Per Bulan Tahun 2007 Pemakaian Bahan Baku (Kg) Tomat Bandung Kentang Besar Jenis Sayuran Bawang Merah Bawang Putih Wortel Sayur Jan 1.246, , , , ,420 Feb 1.387, , , , ,438 Maret 1.391, , , , ,070 April 1.541, , , , ,562 Mei 1.548, , , , ,256 Juni 1.355, , , , ,051 Juli 1.483, , , , ,370 Agsts 1.507, , , , ,106 Sept 1.553, , , , ,021 Okt 1.668, , , , ,412 Nov 1.554, , , , ,931 Des 1.302, , , , ,602 Total , , , , ,239 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 0 Jan April Juli Okt Jenis Sayuran Tomat Bandung Jenis Sayuran Kentang Besar Jenis Sayuran Bawang Merah Gambar 1. Volume Penjualan Sayuran Per Bulan Tahun 2007 Sumber : Manajemen Supermarket Super Indo Muara Karang Salah satu cara untuk menjaga persediaan dalam kapasitas optimal yaitu dengan perencanaan pengendalian persediaan produk itu sendiri. Hal ini dilakukan terutama karena adanya keterkaitan antara jumlah kerusakan yang terjadi dengan faktor jumlah persediaan yang ada dan kinerja penanganan produk sayuran, sehingga jumlah kerusakan dapat diperkirakan dan diperhitungkan sebelumnya dalam penyimpanan persediaan. Pengendalian persediaan yang

24 10 optimal diharapkan dapat memberikan alternatif pengendalian persediaan yang akan memberikan biaya total yang minimum. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem persediaan tomat Bandung yang diterapkan di Supermarket Super Indo? 2. Bagaimana proses kegiatan pengadaan persediaan tomat Bandung yang akan dilakukan di Supermarket Super Indo? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah 1. Mengidentifikasi proses pengadaan persediaan produk tomat Bandung di Supermarket Super Indo. 2. Menganalisis kebijakan perusahaan mengenai sistem perencanaan persediaan tomat Bandung di Supermarket Super Indo. 3. Menganalisis persediaan pengaman, waktu pemesanan kembali dan penghematan biaya persediaan tomat Bandung yang dapat dicapai dengan menggunakan perencanaan yang tepat. 1.6 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen Supermarket Super Indo dalam pengambilan kebijakan perencanaan pengendalian persediaan produk tomat Bandung, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya pengelolaan barang

25 11 yang sistematis untuk efektivitas dan efisiensi perusahaan. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki serta sebagai sarana memperluas pengetahuan, bagi pihak lain diharapkan dapat sebagai sumber informasi yang bermanfaat. 1.7 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Produk Analisis pengendalian dan persediaan hanya mengambil sebagian komoditi sayuran dengan jenis dan kriteria tertentu diantaranya wortel, bawang merah, bawang putih, kentang dan tomat Bandung. Berdasarkan kondisi yang terjadi di lokasi pada periode tertentu. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memilih sayuran dengan ketersediaan, dan penjualan tertinggi sepanjang tahun dan musiman tanpa diketahui secara pasti varietasnya. Jenis sayuran yang diteliti yaitu tomat Bandung yang ada di Supermarket Super Indo Muara Karang.

26 12 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sayuran Sayuran merupakan salah satu tanaman hortikultura di samping buahbuahan, tanaman hias dan tanaman obat. Pada awalnya istilah hortikultura dikenal di Eropa Tengah. Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun dan colare yang berarti membudidayakan. Secara harfiah hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun. Sayur-sayuran dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat. Kandungan aneka vitamin, karbohidrat, dan mineral pada sayur-sayuran tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok. Menurut Nazaruddin (2000), jenis jenis sayuran berdasarkan dataran dapat digolongkan menjadi sayuran dataran tinggi dan sayuran dataran rendah, yaitu: 1. Sayuran dataran tinggi Sayuran ini memiliki penyesuaian yang baik pada tanah yang dingin dan lembab. Penyerapan air pada suhu rendah dapat terlaksana dengan baik. Pada umumnya sayuran dataran tinggi dikonsumsi pada bagian vegetatifnya seperti daun, kuncup, batang, atau bagian yang berada di permukaan tanah. Sayuran dataran tinggi memiliki daerah perakaran yang dangkal. Biasanya hanya sampai pada kedalaman 60 cm, dikarenakan adanya penyesuaian dengan ketersediaan air tanah yang lebih banyak pada lapisan atas. Paprika, kubis dan selada merupakan contoh dari beberap sayuran yang terdapat pada dataran tinggi. Ketinggian yang baik untuk pertumbuhan paprika berkisar m dpl. Di Indonesia tanaman ini cocok di tanam di daerah dataran tinggi Cipanas, Sukabumi, Garut, Cisarua,

27 13 Brastagi dan Lembang. Sedangkan bagi kubis dengan ciri ciri iklim yang sejuk dengan ketinggian berkisar m dpl. Curah hujan antara mm/th, dengan suhu berkisar C. 2. Sayuran dataran rendah Sayuran ini peka terhadap suhu rendah karena dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman. Bagian yang dikonsumsi pada sayuran rendah umumnya adalah buahnya. Sayuran dataran rendah memiliki daerah perakaran yang relatif dalam seperti kacang panjang, mentimun dan terong. Sayuran seperti kacang panjang agar dapat tumbuh dengan baik membutuhkan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik. Kacang panjang bisa ditanam di lahan tegalan, lahan sawah, maupun pekarangan. Lahan terbuka di dataran rendah sangat disukai tanaman kacang panjang. Di dataran rendah mentimun juga akan tumbuh dengan baik dengan syarat tanah yang bereaksi mendekati normal (ph 6-7). Terung juga banyak diusahakan di dataran rendah dengan ketinggian tempatnya dari m dpl. Terung juga toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara. Khusus untuk tomat dapat dibudidayakan di kedua dataran tersebut, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah Tomat Tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonneae (berkeping dua), tanaman ini memiliki akar tunggang dengan akar samping yang menjalar di seluruh permukaan atas, sedangkan bunganya berjenis dua dengan 5 buah kelopak berwarna hijau. Jenis tomat beraneka ragam seperti bulat pipih yang biasa dikenal tomat biasa (lycopersicum commune), jenis tomat ini sangat cocok ditanam

28 14 didataran rendah; jenis tomat apel (Lycopersicum pyriforme) sangat cocok ditanam di daerah pegunungan; tomat kentang (Lycopersicum grandifolium), tomat keriting (Lycopersicum validum) serta jenis yang kecil seperti kelereng yang disebut juga tomat cherry. Tomat dapat ditanam di dataran tinggi dan juga di dataran rendah, namun di daerah yang bertanah basah dan banyak curah hujan pertumbuhannya kurang baik. Menurut Tugiyono (2007), tomat dapat dipanen setelah berumur hari sesudah semai yaitu buah yang telah masak di pohon, Atau 8-10 hari sebelum menjadi masak (berwarna merah). Umur petik tergantung varietas tomat yang ditanam dan kondisi tanaman. Panen dapat dilakukan beberapa kali, yaitu antara kali pemetikan buah dengan selang 2-3 hari sekali. Pemetikan juga dapat dilakukan pagi atau sore hari. Pada waktu pemanenan buah yang dipetik tidak boleh terjatuh atau terluka. Karena hal ini dapat menurunkan kualitas dan dapat menjadi sumber masuknya bibit penyakit. Tomat yang telah masak dimasukkan ke dalam alat pendingin dengan suhu C sehingga tomat tersebut tahan lama. Tanaman tomat banyak mengandung vitamin dan mineral. Tomat juga berfungsi untuk menurunkan berat badan dikarenakan terdapat zat zat kandungan di dalamnya yang cukup bergizi tetapi tidak menggemukkan seperti karoten (vit. A); Thiamin (Vit. B3); Riboflavin (Vit. B2, Asam Askorbat (Vit. C); Protein; Karbohidrat; Lemak; Kalsium (Ca); Fosfor(P) serta Zat besi (Fe). 2.2 Penanganan Tomat Bandung Menurut Sudjadi (1998), bahwa program penelitian pasca panen hortikultura diarahkan untuk mendapatkan paket teknologi tentang penanganan

29 15 primer sebagai program jangka pendek dan penanganan atau pengolahan sekunder sebagai program jangka panjang. 1. Penelitian mengenai penanganan primer Digunakan untuk mendapatkan informasi dan data fisik, data fisiologis dan data biologis. Data tersebut diperlukan dalam menentukan bahan baku yang cocok dan bermutu tinggi serta mengetahui penyebab terjadinya kehilangan hasil sebelum panen sampai ke tangan konsumen bagi produk untuk konsumsi segar. 2. Penelitian mengenai penanganan sekunder Diarahkan untuk mendapatkan data mengenai bahan baku yang cocok dan bermutu untuk konsumsi langsung maupun untuk pengolahan selanjutnya yang berupa data fisik dan data kimiawi. Data fisik mencakup data mengenai bentuk warna, dan kekerasan. Data kimiawi meliputi data mengenai komposisi kimia dan nilai gizi. Pada saat tomat Bandung telah sampai di gerai (Outlet) di supermarket Super Indo, harus segera dilakukan penanganan agar mutunya dapat dipertahankan tetap tinggi serta berbagai bentuk kehilangan dapat dikurangi atau mungkin ditiadakan. Secara garis besar sistem penanganan tomat Bandung yang biasa diterapkan sebagai berikut : a. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan residu pestisida. Namun, hal ini tidak dilakukan pada tomat Bandung yang teksturnya lunak dan mudah lecet atau rusak.

30 16 b. Sortasi Sortasi dilakukan untuk memisahkan tomat Bandung yang mutunya rendah (ukuran terlalu kecil, kematangan tidak sesuai, rusak, lecet, memar dan busuk). c. Grading Grading adalah suatu operasi memisah-misahkan tomat Bandung berdasarkan kelas mutunya, dapat berdasarkan ukuran, baik volumenya maupun ukuran panjang, tingkat kematangan dan warna. d. Pengemasan dan Pengepakan Pengemasan tomat dilakukan agar terhindar dari kerusakan akibat gesekan atau benturan sehingga mutunya dapat dipertahankan. Pengemasan dilakukan dengan terlebih dahulu membungkus tomat Bandung (kemasan primer, biasanya berupa plastik atau kertas) dan kemudian diikuti dengan kemasan sekunder yang berupa karton atau kotak kayu. Selanjutnya karton atau kotak kayu tersebut disimpan diatas suatu palet untuk kemudian dikirim ke ruang pendingin. e. Pendinginan (cooling) Proses pendinginan (cooling) sering kali disebut precooling untuk membedakan dengan proses penyimpanan dingin (cool storage). Pendinginan dimaksudkan adalah untuk (1) menghilangkan panas (yang berasal dari lapangan); (2) memperlambat respirasi; (3) menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba; (4) mengurangi jumlah air yang hilang dan (5) memudahkan pemindahan ke dalam ruang penyimpanan dingin atau transportasi yang berpendingin.

31 Usaha Eceran Kotler (2005) menyatakan usaha eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Pengecer atau toko eceran adalah usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran Jenis-jenis Eceran Jenis-jenis toko baru memenuhi preferensi konsumen yang sangat berbeda-beda untuk tingkat layanan dan layanan khusus. Para pengecer dapat memposisikan diri dalam menawarkan salah satu dari empat tingkat layanan (Kotler, 2005) : 1. Swalayan (self-service) : Swalayan adalah landasan semua usaha diskon. Banyak pelanggan bersedia melakukan proses menemukan, membandingkan dan memilih sendiri guna menghemat uang. Jenis-jenis yang termasuk dalam usaha swalayan adalah toko barang khusus, toko serba ada, pasar swalayan, toko kenyamanan (Convenience), toko diskon, pengeccer potongan harga, toko pabrik (Factory Outlets) dan pasar hiper (Hypermarket). 2. Swapilih (Self Selection) : Para pelanggan mencari barangnya sendiri, walaupun mereka dapat meminta bantuan. 3. Pelayanan terbatas (Limited Service) : Pengecer ini menjual lebih banyak barang belanja, dan pelanggan memerlukan lebih banyak informasi serta bantuan. Toko-toko itu juga menawarkan jasa (seperti kredit dan hak mengembalikan barang).

32 18 4. Pelayanan penuh (full service) : Pramuniaga siap untuk membantu dalam tiap tahap dari proses menemukan, membanding dan memilih. Pelanggan yang suka dilayani akan memilih jenis toko ini. Biaya karyawan yang tinggi, ditambah dengan jumlah barang khusus yang tinggi dan jenis barang yang peruputarannya lambat dan banyaknya jasa, menyebabkan eceran yang berbiaya tinggi. 2.4 Persediaan Persediaan menurut Handoko (2000) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya - sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun eksternal. Kegunaan persediaan bahan baku sampai bahan jadi menurut Assauri (1993) : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan barang datang 2. Menghilangkan resiko barang yang dipesan rusak 3. Menumpuk barang yang dihasilkan secara musiman 4. Menjamin kelancaran arus produksi 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal 6. Memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan 7. Memberikan jaminan barang selalu ada 8. Membuat pengadaan / produksi

33 Jenis-Jenis Persediaan Menurut Handoko (2000), setiap jenis mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaannya yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas: 1. Persediaan bahan mentah (raw materials), Persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu dan komponenkomponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process) Persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods) Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

34 Fungsi Persediaan Persediaan timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan. Oleh karena itu, terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan, yaitu faktor waktu, faktor ketidakpastian waktu datang, faktor ketidakpastian penggunaannya dan faktor ekonomis (Yamit, 2005). 1. Faktor waktu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time). 2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan. 3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai kondisi lainnya. Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian peramalan maupun akibat lainnya tersebut. 4. Faktor ekonomis adalah keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan harga yang dapat menurunkan biaya. Selain itu pemesanan dalam jumlah besar dapat pula menurunkan biaya karena biaya transportasi per unit menjadi lebih rendah. Persediaan diperlukan untuk menjaga stabilitas dan fluktuasi bisnis.

35 Biaya-biaya Persediaan Menurut Handoko, (2000) Pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan, unsur-unsur biaya variabel yang akan dipertimbangkan sebagai berikut : 1. Biaya Penyimpanan (holding costs atau carrying costs) Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah Biaya fasilitasfasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin); biaya modal yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan; biaya keusangan; biaya penghitungan dan konsiliasi laporan; biaya asuransi persediaan; biaya pajak persediaan; biaya pencurian; pengrusakan atau perampokan serta biaya penanganan persediaan 2. Biaya Pemesanan (order costs atau procurement costs) Biaya-biaya pemesanan tidak tergantung dari jumlah yang dipesan tetapi frekuensi pemesanan. Biaya-biaya pemesanan yang terperinci meliputi : Pemroses pesanan dan biaya ekspedisi; upah; biaya telepon; pengeluaran surat menyurat; biaya pengepakan dan penimbangan; biaya pemeriksaan atas penerimaan; biaya pengiriman barang serta biaya hutang lancar. Biaya pemesanan total per periode (tahunan) adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

36 22 3. Biaya Penyiapan (Manufacturing) Bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri oleh perusahaan, maka akan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari : Biaya mesin-mesin menganggur; biaya persiapan tenaga kerja langsung; biaya scheduling; biaya ekspedisi. 4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan Biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedia bahan pada waktu diperlukan bukan biaya nyata melainkan biaya kehilangan kesempatan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut : Kehilangan penjual; kehilangan pelanggan; biaya pemesanan khusus; biaya ekspedisi; selisih harga; terganggunya operasi; tambahan pengeluaran kegiatan manajerial Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunities costs, yang sulit diperkirakan secara obyektif. Dalam menilai suatu persediaan ada beberapa cara yang tepat dapat digunakan, diantaranya adalah : Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan komponen rakitan, bahan baku dan barang hasil (produk) sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan dengan efektif dan efisien (Assauri, 1993). Kelebihan maupun kekurangan persediaan akan menimbulkan

37 23 kerugian dalam perusahaan. Kelebihan persediaan mengakibatkan timbulnya resiko kerusakan, penurunan nilai, besarnya dana untuk investasi lain berkurang, dan juga kenaikan biaya-biaya penyimpanan, asuransi, dan biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan persediaan meningkat. Kekurangan persediaan akan menganggu jalannya proses produksi, tidak dapat memenuhi kepuasan pelanggan dengan baik, dan meningkatnya biaya pemesanan sejalan dengan meningkatnya frekuensi pembelian persediaan. Menurut Assauri (1993) tujuan pengendalian persediaan dinyatakan sebagai usaha untuk: 1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. 2. Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. 3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena akan berakibat pada biaya pemesanan yang menjadi besar. Kebijaksanaan dalam pengendalian persediaan perlu ditetapkan dalam rangka pengaturan persediaan bahan, baik mengenai pemesanannya, maupun mengenai tingkat persediaan yang optimum. Kebijaksanaan mengenai pemesanan bahan baku meliputi penentuan mengenai bagaimana cara pemesanannya, berapa jumlah yang dipesan agar pemesanan tersebut ekonomis serta kapan pemesanan tersebut dilakukan. Sedangkan dalam kebijaksanaan mengenai tingkat persediaan perlu ditentukan besarnya persediaan pengaman yang merupakan persediaan

38 24 minimum, besarnya persediaan pada waktu pemesanan kembali dilakukan, dan besarnya persediaan maksimum (Assauri, 1993). Persediaan pengaman merupakan batas jumlah persediaan terendah yang harus ada untuk suatu jenis bahan. Pemesanan standar merupakan banyaknya bahan baku yang dipesan dalam jumlah tetap untuk suatu periode yang telah ditentukan. Pemesanan ini berdasarkan atas pertimbangan efisiensi biaya persediaan yang minimum. Pentingnya pengendalian persediaan bagi usaha eceran sangat diperlukan sekali, dikarenakan persediaan yang tetap ada digunakan untuk antisipasi dari fluktuasi permintaan dari konsumen. 2.5 Peramalan Assauri (1993), memberikan definisi peramalan sebagai suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi secara masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahan dapat diperkecil. Peramalan sangat penting penggunaannya dalam berbagai situasi perencanaan dan pengambilan keputusan. Peramalan merupakan kegiatan untuk menduga apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ada tiga langkah peramalan yang dianggap penting. Pertama, menganalisis data yang lalu dengan cara membuat tabulasi untuk menentukan pola dari data tersebut. Kedua, menentukan metode peramalan yang akan digunakan, yang dapat memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dari kenyataan yang terjadi atau metode yang akan menghasilkan penyimpangan terkecil. Ketiga,

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A14103687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pertanian menurut A.T. Mosher (1965) adalah suatu proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pertanian menurut A.T. Mosher (1965) adalah suatu proses 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Pengertian pertanian menurut A.T. Mosher (1965) adalah suatu proses produksi yang khas yang didasarkan atas proses-proses pertumbuhan tanaman dan hewan.

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh : AHMAD JAM AN A 14105506 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

INVENTORY. (Manajemen Persediaan) INVENTORY (Manajemen Persediaan) Pendahuluan Yaitu: Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan Sekumpulan produk phisikal pada berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PADA PT. ANDATU LESTARI PLYWOOD BANDAR LAMPUNG. Oleh: NOVALINA PURBA A

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PADA PT. ANDATU LESTARI PLYWOOD BANDAR LAMPUNG. Oleh: NOVALINA PURBA A PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PADA PT. ANDATU LESTARI PLYWOOD BANDAR LAMPUNG Oleh: NOVALINA PURBA A14105694 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA Oleh : WAWAN KURNIAWAN A14105620 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena kekurangan/kelebihan persediaan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Komoditas ini berprospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

Oleh : THOMSON BERUTU A

Oleh : THOMSON BERUTU A ANALISIS MANAJEMEN STRATEGI GIANT (PT. HERO SUPERMARKET, Tbk.) DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN RITEL DI KOTA BOGOR (Studi Kasus di Giant PT. Hero Supermarket, Tbk. Botani Square) Oleh : THOMSON BERUTU A 14105616

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan INVENTORY

Manajemen Persediaan INVENTORY Manajemen Persediaan INVENTORY Pendahuluan Yaitu: Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Sekumpulan produk phisikal pada berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Menurut (Jerry J.Weygandt 2007:5) pengertian akuntansi adalah : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A14105695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA SKRIPSI ELA ELAWATI H34050118 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A14303053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA ejournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (1): 15-27 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2018 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK) RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK) Oleh: Nugroho Iman Prakoso A 141 01 108 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENGGORENGAN VAKUM UNTUK MEMBUAT KERIPIK LOBAK (Raphanus sativus) DENGAN VARIABLE SUHU, WAKTU, DAN PERENDAMAN AIR GARAM

UJI COBA ALAT PENGGORENGAN VAKUM UNTUK MEMBUAT KERIPIK LOBAK (Raphanus sativus) DENGAN VARIABLE SUHU, WAKTU, DAN PERENDAMAN AIR GARAM LAPORAN TUGAS AKHIR UJI COBA ALAT PENGGORENGAN VAKUM UNTUK MEMBUAT KERIPIK LOBAK (Raphanus sativus) DENGAN VARIABLE SUHU, WAKTU, DAN PERENDAMAN AIR GARAM (Vacuum Fryer Test to Make Radish Chip (Raphanus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci