BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Tidur Tidur bukanlah sebuah pilihan dalam lifestyle, namun merupakan kebutuhan seperti bernapas, makan dan minum. Walaupun tidur sering dipandang sebagai keadaan dimana tubuh tidak aktif, sebenarnya tidur merupakan keadaan aktif, penting dan involunter, dimana tanpanya kita tidak dapat berfungsi secara efektif. Tidur bukan sekadar keadaan tidak terjaga, karena pada stadium tertentu, penyerapan oksigen oleh otak lebih tinggi dari normal (Robotham, 2011 ; Sherwood, 2001). Secara primer, tidur memiliki peran tersendiri bagi otak. Tidur menyediakan waktu bagi otak untuk pulih kembali dan beregenerasi. Selama tidur, otak dapat memproses informasi, memperkuat memori, mengelompokkan informasi yang telah ada dan memberikan kesempatan bagi kita untuk belajar dan berfungsi secara efektif pada siang hari (Robotham, 2011). Tidur juga mempengaruhi kemampuan kita dalam menggunakan bahasa, mempertahankan konsentrasi, memahami apa yang kita baca, dan menyimpulkan apa yang kita dengarkan. Selain itu, tidur juga mempengaruhi sistem imun tubuh (Robotham, 2011). Pada manusia, jumlah jam yang diperlukan seseorang untuk tidur berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor tertentu dan usia mereka. Pada neonatus, waktu yang dibutuhkan rata-rata jam dan waktu tidur mereka tidak dipengaruhi oleh siklus pagi dan malam yang disebabkan oleh ketiadaan circadian ryhthm. Waktu tersebut akan berkurang hingga jam setelah satu tahun. Remaja memerlukan waktu tidur lebih lama daripada orang dewasa, yang dimungkinkan oleh perubahan fisiologis yang sedang terjadi pada tubuhnya (Robotham, 2011; Benaroch, 2012). Bayi dengan usia 1-12 bulan memerlukan waktu tidur jam per hari. Mereka masih tidur siang sebanyak 2-3 kali sehari dengan waktu tidur yang mulai diarahkan agar memiliki pola kebiasaan yang baik (Benaroch, 2012).

2 5 Balita usia 1-3 tahun memerlukan waktu tidur jam per hari. Walaupun masih tidur siang, mereka hanya tidur siang sekali sehari dan tidak lagi tidur siang pada pagi hari (Benaroch, 2012). Balita usia 3-5 tahun dan anak usia 6 tahun memerlukan waktu tidur jam per hari. Waktu tidur siang mereka makin lama makin sedikit dan umumnya pada usia 5 tahun, anak tidak lagi tidur siang (Benaroch, 2012). Anak usia 7-12 tahun memerlukan waktu tidur jam per hari. Pada usia tersebut, aktivitas sehari-hari membuat mereka tidur makin larut dan rata-rata hanya tidur sekitar 9 jam (Benaroch, 2012). Remaja usia tahun memerlukan waktu tidur 8-9 jam per hari. Waktu tidur masih berperan penting bagi kesehatan seperti pada masa kanak-kanak mereka. Walaupun ditemukan bahwa banyak remaja memerlukan waktu tidur yang mungkin lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, tuntutan sosial membuat mereka sulit mendapatkan waktu dan kualitas tidur yang sesuai (Benaroch, 2012). Saat seseorang mencapai tahap dewasa, mereka cenderung memerlukan waktu tidur 7-8 jam per hari. Sedangkan lansia cenderung memerlukan waktu 6-7 jam per hari dengan tidur siang yang lebih sering pada siang hari. Waktu untuk tidur pada orang dewasa kebanyakan bervariasi dari tiap orang ke orang, dan umumnya berkisar antara 5-11 jam (Robotham, 2011). Kurang tidur dapat mengakibatkan dampak negatif. Saat kita terjaga, kita menyimpan suatu keadaan yang disebut sleep debt yang dapat diganti hanya melalui tidur. Hal ini diatur oleh suatu mekanisme dalam tubuh yang disebut sebagai sleep homeostat, yang mengatur keinginan kita untuk tidur. Jika jumlah sleep debt besar, maka sleep homeostat akan memberitahukan pada kita bahwa kita perlu tidur lebih banyak (Robotham, 2011). Pada keadaan yang sehat, sleep debt ini akan diganti pada malam hari secara perlahan-lahan. Namun sleep debt tersebut juga dapat ditumpuk dan diganti secara perlahan-lahan dalam waktu berminggu-minggu ataupun berbulan-bulan. Contoh, jika kita bergadang untuk beberapa hari berturut-turut, maka kita perlu mengganti sleep debt dalam waktu dekat yang akan datang. Menariknya, untuk orang-orang dengan bipolar disorder, keadaan mania yang diasosiasikan dengan kurangnya

3 6 persepsi keperluan untuk tidur. Namun, walaupun terdapat persepsi seperti ini, seseorang tersebut tetap menumpuk sleep debt yang perlu diganti (Robotham, 2011) Pola Tidur Pola tidur juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan total jumlah waktu tidur. Bayi dan anak-anak cenderung tidur beberapa kali dalam setiap periode 24 jam. Namun seiring dengan pematangan menuju masa-masa sekolah dan dewasa, mereka cenderung tidur dalam satu fase yang lama, waktu tidur siang berkurang dan cenderung tidur sepanjang malam (Robotham, 2011). Sebuah mekanisme yang disebut dengan circadian timer mengatur pola tidurbangun dan berinteraksi dengan sleep homeostat. Rata-rata setiap makhluk hidup memiliki internal circadian rhythms, dimana mereka telah beradaptasi dengan siklus siang dan malam hari (Robotham, 2011). Geophysicist Prancis Jean- Jacques d Ortous de Mairan adalah orang pertama yang menemukan circadian rhythms pada sebuah eksperimen dengan tanaman pada tahun Dua abad kemudian, Dr. Nathaniel Kleitman mempelajari efek circadian rhythms pada siklus tidur manusia. Siklus ini bereaksi terutama pada terang dan gelap dan biasanya sedikit lebih lama dari 24 jam (Robotham, 2011). Dapat dipikirkan kemungkinan bahwa jam utama yang meregulasi circadian rhythms tubuh kita. Jam ini tersusun dari kumpulan sel-sel saraf pada otak kita yang disebut dengan suprachiasmatic nucleus (SCN). SCN mengontrol produksi melatonin, hormon yang membuat kita mengantuk dan banyak diproduksi saat gelap. Selama tidur, kadar melatonin meningkat tajam. SCN terletak di atas nervus opticus, yang mengirimkan signal dari mata ke otak sehingga SCN menerima informasi mengenai kadar pencahayaan lingkungan sekitar melalui mata kita. Ketika cahaya kurang, seperti pada malam hari, akan dikirimkan signal ke otak untuk mengeluarkan lebih banyak melatonin (Robotham, 2011; National Sleep Foundation, 2006).

4 7 Gambar 2.1. Diagram homeostat tidur dan waktu circadian. Sumber : Robotham, 2011 Serotonin adalah bahan kimia lain yang mempengaruhi tidur dan diproduksi oleh otak yang dipengaruhi oleh pencahayaan. kadar serotonin yang tidak sesuai juga berperan dalam masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Kadar serotonin dalam otak mencapai titik puncak tertinggi saat kita terjaga dan aktif, dan otak memproduksi lebih banyak serotonin saat keadaan sekitar lebih terang. Inilah alasan mengapa kita merasa lebih lelah saat malam hari dan merupakan ide yang bagus untuk memadamkan lampu pada saat kita ingin ataupun mencoba untuk tidur. Sistem imun juga mempengaruhi kadar serotonin sehingga mempengaruhi pola tidur, yang mana menjelaskan mengapa kita tidur lebih banyak bila kita sakit (Robotham, 2011; National Sleep Foundation, 2006). Manusia adalah makhluk siang, waktu tidur kita secara alami ditentukan oleh kadar pencahayaan lingkungan, dengan kata lain ditentukan oleh terbenam dan terbitnya matahari. Namun dewasa ini, kita dapat memanipulasi kadar pencahayaan

5 8 dengan lampu buatan, sehingga kita dapat melanjutkan aktivitas hingga larut malam. Orang-orang yang bekerja pada shift malam mungkin ingin mengurangi kadar cahaya yang memapari mereka saat siang hari agar dapat tidur, dan hal ini dapat dicapai dengan menggunakan gorden yang gelap (Robotham, 2011). Pola tidur sangat bervariasi, beberapa fauna aktif saat siang dan cenderung tidur pada malam hari, dan yang lain aktif pada malam hari dan cenderung tidur pada siang hari. Pada manusia, waktu circadian setiap orang diatur sedikit berbeda; beberapa orang dapat beraktivitas secara maksminal pada pagi hari (larks), yang lainnya saat malam (owls), banyak di antara kita yang berada di antara keduanya (Robotham, 2011). Beberapa orang mengalami apa yang disebut dengan Circadian Rhythm Sleep Disorder, yang mana sering diasosiasikan dengan masalah kesehatan mental. Orang yang sangat owl mungkin memiliki delayed sleep phase syndrome, cenderung untuk tidur dan bangun sangat lambat. Orang yang sangat lark mungkin memiliki advanced sleep phase syndrome, bangun sangat cepat pada pagi hari namun di malam hari sangat mengantuk. Iregularitas ini dapat menjadi masalah, tergantung apa yang coba kita lakukan dalam hidup, walaupun untuk beberapa orang dapat menjadi sebuah aset (Robotham, 2011). Efek yang mirip sering didapatkan pada orang-orang yang pola tidurnya diganggu oleh faktor eksternal, seperti bekerja pada shift malam secara regular (terutama setelah bekerja pada shift siang minggu-minggu sebelumnya, disebut juga dengan work shifts disorder). Contoh yang lain adalah jetlag yang diakibatkan oleh perubahan time zones yang tidak sesuai dengan waktu circadian internal. Keduanya merupakan penemuan yang paling sering dari circadian rhythm disorders. Manusia tidak dirancang untuk terjaga pada malam hari dan tidur pada siang hari. Orangorang yang secara regular bekerja pada shift malam diperkirakan lebih beresiko menderita kanker dan penyakit jantung, rasa mengantuk yang berlebihan, tidur yang buruk, kurang konsentrasi, refleks motorik yang buruk dan lambat, mual dan irritability. Awak penerbangan internasional juga diperkirakan lebih beresiko menderika kanker, kemungkinan disebabkan oleh gangguan circadian rhythms yang berulang-ulang (Robotham, 2011; National Sleep Foundation, 2006).

6 9 Gangguan tidur dan circadian rhythm juga didapatkan pada orang-orang yang menderita bipolar disorder, walaupun tidak jelas apakah yang bertanggung jawab untuk underlying sleep disturbances adalah circadian timer atau sleep homeostat. Telah diajukan bahwa perubahan circadian rhythm seseorang dapat menjadi trigger untuk bipolar disorder, terutama mania (Robotham, 2011) Tahap-Tahap Tidur Pada saat tidur, kita melewati empat tahap non-rem sleep (75-80% total tidur pada dewasa rata-rata) sebelum memulai REM sleep. Proses ini bersifat siklus dan selama tidur dalam satu hari, kita dapat mengalami 4-5 siklus non-rem dan REM sleep berulang dengan setiap siklus berdurasi menit. Para peneliti hanya barubaru ini mulai mengerti prosesnya, terutama sejak penelitian mengenai tidur dibantu oleh tiga parameter, yaitu : 1. Aktivitas gelombang otak menggunakan electroencephalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam otak, 2. Tonus otot melalui electromyogram (EMG), dan 3. Pergerakan mata melalui electro-oculogram (EOG) [Robotham, 2011]. Dari ketiga parameter, EEG-lah yang paling penting dalam membantu membedakan tahap-tahap tidur yang berbeda. Ketika terjaga, otak kita memperlihatkan sebuah pola gelombang otak yang dikenal dengan gelombang beta. Gelombang beta memiliki frekuensi tinggi, berarti mereka muncul cukup sering dan bertubi-tubi, tapi rendah amplitudo, berarti mereka cukup kecil (Robotham, 2011). Saat kita terjaga gelombang-gelombang ini tidak mengikuti pola yang tetap. Hal ini masuk akal karena saat kita terjaga, otak kita sering melakukan beberapa tugas yang berbeda, menstimulasi otak dalam berbagai cara yang berbeda. Ketika kita beristirahat dengan mata tertutup, aktivitas otak kita melambat dan menjadi lebih sinkron, gelombang otak ini dikenal dengan gelombang alpha (Robotham, 2011). Tahapan dalam siklus tidur yang normal dapat bagi menjadi lima tahapan, yaitu (Robotham, 2011; Guyton, 2005; sherwood, 2001; National Sleep Foundation, 2006) :

7 10 1. Tahap 1 non-rem Merupakan tahap pertama dari lima tahap tidur. Merupakan bentuk tidur yang ringan. Secara esensial merupakan jembatan antara terjaga dan tidur. Dapat dibangunkan dengan mudah. Pernapasan mulai melambat dan otak memproduksi gelombang theta, gelombang yang lebih secil dan rendah dalam frekuensi dari gelombang alpha. Aktivitas otot, diukur dengan EMG, menunjukkan pelambatan pergerakan. Terdapat hypnic jerks, gerakan yang tiba-tiba dan pendek, yang kadangkadang membangunkan individu yang tertidur, terutama bila disertai dengan perasaan jatuh, yang dialami orang banyak dari waktu ke waktu. Individu mungkin saja mengetahui keadaan sekitarnya, sehingga beberapa orang melaporkan pengalaman out-of body. 2. Tahap 2 non-rem Dialami beberapa menit setelah tahap pertama non-rem. Pola pernapasan dan frekunsi denyut jantung melambat. Menjadi lebih tidak waspada dengan dunia luar. Pergerakan mata berhenti. Gelombang theta menjadi lebih lambat dengan bursts of brain activity setiap lebih kurang beberapa menit, bursts of activity ini kadang-kadang dikenal sebagai sleep spindles. Memiliki karakteristik aktivitas gelombang otak yang dikenal dengan K- complex, aktivitas EEG bervoltase tinggi dengan sharp downward spike yang diikuti dengan slower upward component; kadang-kadang menyerupai sebuah gunung. Merupakan porsi terbesar dari siklus tidur manusia (45-50% tidur pada dewasa) dan kadang-kadang disebut sebagai tidur yang sebenarnya.

8 11 Seperti tahap pertama, dianggap sebagai tidur yang cukup ringan dan bila dibangunkan mereka akan mengelak telah tertidur. 3. Tahap 3 dan 4 non-rem Merupakan tahap terakhir non-rem sleep. Individu beralih dari gelombang theta pada tahap 1 dan 2 menjadi gelombang delta, gelombang terbesar dan terlambat. Tidak terdapat perbedaan yang pasti antara tahap 3 dan 4, kecuali pada tahap 3, tidur terdiri dari kurang dari 50% gelombang delta dan pada tahap 4 terdiri dari lebih dari 50% gelombang delta. Sehingga sering juga disebut dengan tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Pernapasan dan frekuensi denyut jantung berada pada level terendah. Bernapas secara ritmik dan aktivitas otot berkurang. Merupakan tipe tidur yang menyegarkan, dan sangat penting dalam membantu otak mengukuhkan apa yang sudah dipelajari pada siang hari. Ketika dibangunkan, individu melaporkan merasa grogy dan disoriented selama beberapa menit. 4. REM sleep/ Paradoxial Sleep/ Desynchronized Sleep Dialami setelah melewati tahap 3 dan 4 non-rem sleep. Pergerakan mata cepat, biasanya dengan mata tertutup seperti yang telah ditemukan oleh Nathaniel Kleitman and Eugene Aserinsky pada tahun Gelombang otak mirip dengan saat kita beristirahat walaupun berada dalam keadaan tidur. Aktivitas otak cukup tinggi dan dapat meningkatkan metabolisme otak hingga 20%. Frekuensi pernapasan dan tekanan darah meningkat. Frekuensi pernapasan dan detak jantung menjadi tidak beraturan, hal ini menunjukkan fase mimpi. Seluruh otot sadar menjadi relaks sehingga kita tidak dapat menggerakkan ektremitas kita, menunjukkan inhibisi kuat pada spinal muscle control areas.

9 12 Mata bergerak cepat walaupun terdapat inhibisi kuat pada peripheral musle. Merupakan tahap tidur yang cukup dangkal. Rata-rata berlangsung selama 5-30 menit dan 3-5 episode setiap malam. Sulit dibangunkan dengan stimulus sensorik daripada tidur dalam, namun pada pagi hari bangun selama spontan selama masa REM sleep. Dimulai menit setelah tertidur. Mendominasi 25% waktu tidur individu. Dapat mengalami mimpi karena bagian otak yang mengatur emosi, sensasi dan ingatan menjadi lebih aktif. Jumlah waktu tidur setiap tahap mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Individu yang mengalami depresi menunjukkan memiliki lebih banyak REM sleep, memasuki tahap ini lebih dini, dan memiliki kepadatan REM yang bertambah. Untuk individu dengan skizophrenia, terdapat penundaan dalam mencapai tidur dalam dan REM sleep. Individu dengan ansietas menghabiskan lebih sedikit waktu dalam tidur dalam. Namun, daerah ini perlu diteliti lebih lanjut untuk memberikan informasi yang lebih akurat (Robotham, 2011).

10 13 Gambar 2.2. Gelombang otak pada tahap-tahap tidur Sumber : Robotham, 2011 Tidur yang buruk tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah total tidur, tetapi juga oleh kualitas tidur dan jumlah waktu yang dipergunakan untuk terjaga. Tidur yang baik mencakup kelima tahap yang telah dibahas sebelumnya, dengan waktu yang cukup pada tahap tidur dalam (Robotham, 2011) Siklus Tidur-Terjaga Siklus tidur-terjaga yang pasti belum dapat dipastikan mekanismenya. Para peneliti hanya dapat membiarkan daya imajinasi mereka bekerja dan menghasilkan sebuah postulat tentang siklus tidur-terjaga (Guyton, 2005). Ketika pusat tidur tidak aktif, mesencephalic dan bagian atas pontile reticular activating nuclei dilepaskan dari inhibisi, membiarkan reticular activating nuclei untuk aktif secara spontan. Hal ini membangkitkan cerebral cortex dan sistem saraf tepi, dimana keduanya mengirimkan feedback positif ke reticular activating nuclei

11 14 untuk mengaktifkannya lebih jauh. Oleh sebab itu, saat proses terjaga dimulai, terjadi kecenderungan untuk menahan dirinya yang disebabkan oleh aktivitas feedback positif tersebut (Guyton, 2005). Setelah otak aktif selama beberapa jam, diperkirakan bahwa neuron-neuron di activating system juga menjadi lelah. Akibatnya, siklus feedback positif pada mesencephalic reticular nuclei dan cerebral cortex menghilang perlahan-lahan, dan efek sleep-promoting pada pusat tidur mengambil alih, mengarah ke transisi yang cepat dari terjaga kembali ke tidur (Guyton, 2005). Teori ini dapat menjelaskan transisi yang cepat dari tidur ke terjaga dan terjaga ke tidur. Ia juga dapat menjelaskan proses arousal, insomnia yang terjadi ketika pikiran seseorang penuh pikiran, dan keadaan terjaga yang dihasilkan oleh aktivitas fisik tubuh (Guyton, 2005) Efek Psikologis Tidur Tidur menyebabkan dua tipe efek psikologik utama, yaitu efek pada sistem saraf dan efek pada sistem fungsional tubuh. Efek pada sistem saraf tampaknya jauh lebih penting sebab jika seseorang memiliki spinal cord di leher yang terpotong (sehingga tidak memiliki siklus tidur-terjaga di bawah perpotongan tersebut), tidak menunjukkan efek berbahaya yang dapat berperan langsung pada siklus tidur-terjaga (Guyton, 2005). Namun, kurang tidur secara pasti mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat. Terjaga yang terlalu lama sering diasosiasikan dengan malfungsi progresif proses berpikir dan kadang-kadang menyebabkan aktivitas perilaku yang abnormal (Guyton, 2005). Kita semua mengenal penambahan pikiran yang tidak adekuat yang muncul di akhir waktu terjaga yang diperpanjang, namun sebagai tambahan, seseorang juga dapat menjadi lebih mudah tersinggung ataupun psikotik setelah waktu terjaga yang dipaksakan. Oleh sebab itu, para peneliti mengasumsikan bahwa tidur dalam berbagai cara mengembalikan aktivitas otak ke level yang normal dan keseimbangan normal bagi fungsi sistem saraf pusat. Hal ini dapat disamakan dengan rezeroing elektronik komputer analog setelah penggunaan yang lama, karena komputer tipe ini

12 15 perlahan-lahan akan kehilangan baseline operasinya. Maka beralasan mengasumsikan bahwa efek yang sama akan muncul pada sistem saraf pusat sebab penggunaan berlebihan pada beberapa area tertentu otak dapat secara mudah membuat area-area ini tidak seimbang dengan sistem saraf yang lainnya (Guyton, 2005). Kita dapat mempostulatkan bahwa secara prinsip, nilai tidur adalah mengembalikan keseimbangan alami pusat saraf. Fungsi psikologis spesifik tidur tetaplah merupakan sebuah misteri, dan mereka adalah subjek penelitian selanjutnya (Guyton, 2005) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Kualitas tidur secara langsung mempengaruhi kualitas aktivitas saat terjaga, termasuk kewaspadaan mental, produktivitas, keseimbangan emosi, kreativitas, tanda vital fisik dan bahkan berat badan (Smith, 2012). Oleh sebab itu, kualitas tidur hendaklah dijaga agar tetap baik. Kualitas tidur sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kuantitas tidur yang cukup, keadaan kamar tidur, ada tidaknya stres, ada tidaknya masalah psikologis (seperti depresi, stres, schizophernia, dan lain-lain), aktivitas yang dilakukan saat siang hari, obat dan makanan yang dikonsumsi saat siang hari dan lainnya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk (Robotham, 2011; Mote, 2010): Gangguan tidur, terutama Insomnia (ketidakmampuan untuk tidur baik mulai tidur ataupun tetap tidur dalam periode beberapa hari) Sleep debt yang terlalu banyak hingga terdapat kelelahan fisik dan mental yang disertai dengan iritabilitas Hidung tersumbat Osteoporosis Diabetes Stres yang berkelanjutan menjadi depresi

13 16 Mimpi buruk (dapat karena trauma pada masa kecil ataupun depresi berkepanjangan) Kafein (menstimulasi CNS, meingkatkan frekuensi detak jantung dan sekresi adrenalin dan menekan sekresi melatonin) Alkohol (membantu individu tidur namun mengganggu kualitas tidur dengan efek diuretiknya) Nikotin (membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memasuki tahap-tahap tidur dan tortal waktu tidur yang kurang (sekitar 14 menit berkurang setiap malamnya)) Mengonsumsi gula sintesis dalam jumlah besar. Beberapa faktor yang dapat memperbaiki kualitas tidur (Robotham, 2011; Soong, 2011): Mengonsumsi sedikit makanan ringan agar perut tidak kosong Mengonsumsi makanan yang mungkin dapat memberikan efek mengantuk. Contoh : o Nasi dan gandum mengandung sedikit melatonin yang meningkatkan keinginan untuk tidur o Produk olahan susu, mengandung asam amino tryptophan, membantu dalam produksi melatonin Olahraga yang teratur terutama pada pagi-siang hari, seperti jogging atau bersepeda ringan Mengondisikan kamar tidur hingga nyaman. Misalnya, ruang tidur dikondisikan tenang, remang atau gelap, hangat, ventilasi baik, kasur dan peralatannya yang sesuai dengan kesenangan individu. Kebersihan ruangan dan diri individu sendiri saat tidur Posisi tidur yang nyaman. Umumnya adalah posisi miring ke kanan. Hipnotis dan obat-obatan (temazepam, benzodiazepine). Namun, dapat terjadi ketergantungan, (fisikal dan psikologikal) ataupun withdrawal symptoms (kecemasan, depresi dan mual) ataupun efek samping lainnya. Sehingga The

14 17 National Institure for Health and Clinical Excellence menyarankan cara tersebut hanya dipakai sebagai jalan terakhir setelah cara-cara lain telah dicoba dan gagal dengan waktu maksimum 2-4 minggu SISTEM LIMBIK Anatomi Sistem Limbik Sistem limbik mengacu pada sebuah cincin struktur-sruktur otak depan yang mengelilingi batang otak dan dihubungkan satu sama lain oleh jalur-jalur saraf yang rumit (Tortora, 2009). Komponen utama dari sistem limbik adalah (Tortora, 2009) : Limbic lobe yang merupakan tepi cerebral cortex bagian permukaan medial dari setiap hemisfer. Bagian ini mencakup cingulate gyrus, yang terletak di atas corpus callosum, dan parahippocampal gyrus, yang terletak di bawah lobus temporalis. Hippocampus merupakan bagian parahippocampal gyrus yang meluas hingga bagian dasar lateral ventricle. Dentate gyrus yang terletak di antara Hippocampus dan parahippocampal gyrus. Amygdala yang terdiri dari beberapa kelompok neuron dan terletak dekat bagian ekor nukleus caudatus. Septal nuclei yang terletak dalam septal area, dibentuk oleh bagian-bagian tubuh di bawah corpus callosum dan paraterminal gyrus. Mammillary bodies hypothalamus merupakan dua massa bulat dekat midline di cerebral peduncles. Anterior nucleus dan medial nucleus thalamus. Olfactory bulbs merupakan badan yang rata dari olfactory pathway yang teletak di cribriform plate. Fornix, stria terminalis, stria medullaris, medial forebrain bundle, dan mammillothalamic tract yang dihubungkan oleh bundles of interconnecting myelinated axons.

15 18 Gambar 2.3. Anatomi sistem limbik Sumber : Guyton, 2005 Kunci posisi Sistem limbik adalah (Guyton, 2005): Sistem limbik dikelilingi oleh limbic cortex,yang terdiri dari sebuah cincin dari cerebral cortex di setiap sisi otak. Dimulai dari orbitofrontal area di permukaan ventral lobus frontalis, Menyebar ke atas ke dalam subcallosal gyrus, Di atas corpus callosum ke aspek medial hemisfer cerebral di cingulate gyrus, Melewati bagian belakang corpus callosum dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus temporalis ke parahippocampal gyrus dan uncus.

16 19 Gambar 2.4. Lokasi sistem limbik berdasarkan letak hypothalamus Sumber : Guyton, Fungsi Sistem Limbik Sistem limbik kadang-kadang disebut sebagai otak emosional karena berperan penting dalam emosi, termasuk kesenangan, nyeri, kepatuhan, suka, takut dan marah. Selain itu, sistem limbik juga berperan dalam penciuman dan daya ingat (Guyton, 2005). Percobaan experimental pada hewan coba menunjukkan bahwa stimulasi daerah yang berbeda pada sistem limbik akan menunjukkan reaksi yang berbeda pula. Stimulasi pada amydala atau bagian nukleus tertentu dari hypothalamus kucing memproduksi rasa takut dan pola perilaku yang disebut sebagai amarah. Kucing tersebut menunjukkan cakarnya, menaikkan ekornya, membuka lebar matanya, mendesis dan meludah. Sebaliknya, bila amydala diangkat, akan dihasilkan hewan yang tidak takut dan bersifat agresif. Individu yang amydala-nya rusak gagal untuk mengenal ekspresi takut pada yang lain ataupun mengekspresikan rasa takut pada situasi yang sesuai (Guyton, 2005). Hipocampus, bersama bagian lain cerebrum berfungsi dalam memori. Individu dengan kerusakan pada struktur sistem limbik tertentu melupakan kejadian-kejadian yang baru dan tidak dapat menambahkan apapun ke dalam memorinya (Guyton, 2005).

17 Fungsi Reward dan Punishment dari Sistm Limbik Beberapa struktur limbik lebih mengatur masalah perasaan alamiah, baik perasaan senang ataupun tidak senang. Kualitas perasaan ini disebut juga sebagai hadiah atau hukuman, atau kepuasan ataupun kebencian. Stimulasi elektrik daerah limbik tertentu menyenangkan atau memuaskan hewan, dimana stimulasi elektrik pada daerah yang lain menyebabkan teror, nyeri, takut, pertahanan, reaksi melarikan diri, dan elemen-elemen hukuman lain. Kekuatan stimulasi dari kedua sistem repon yang berlawanan ini sangat mempengaruhi perilaku hewan (Guyton, 2005) Pusat hadiah dan hukuman Pusat hadiah utama berlokasi pada sepanjang medial forebrain bundle, terutama daerah lateral dan ventromedial nuclei of the hypothalamus. Cukup aneh bahwa nukleus lateral termasuk dalam pusat hadiah, sebab stimulus yang lebih kuat pada area ini dapat menyebabkan amarah. Hal ini benar pada beberapa daerah, dengan stimulus yang lebih lemah memberikan perasaan hadiah dan sedangkan yang lebih kuat memberikan perasaan hukuman. Pusat hadiah yang lain, mungkin sekunder dari yang utama di hypothalamus ditemukan pada septum, amydala, daerah tertentu di thalamus dan basal ganglia, dan menyebar ke bawah ke dalam basal tegmentum mesencephalon (Guyton, 2005). Sedangkan daerah yang paling berpotensi untuk hukuman dan kecenderungan melarikan diri adalah daerah pusat abu-abu yang mengelilingi aque-duct of Sylvius pada mesencephalon dan menyebar ke atar ke dalam zona periventrikular hypothalamus dan thalamus. Daerah hukuman sekunder ditemukan pada beberapa lokasi di amydala dan hippocampus. Cukup menarik bahwa pusat hukuman secara berkala menghambat pusat hadiah dan kepuasan secara total, menggambarkan bahwa hukuman dan ketakutan lebih penting daripada kepuasan dan hadiah (Guyton, 2005) Amarah dan Asosiasinya dengan Pusat Hukuman Stimulasi yang kuat pada pusat hukuman otak, terutama pada zona periventrikular hypothalamus dan lateral hypothalamus menyebabkan hewan tersebut mengembangkan postur pertahanan, mengembangkan cakarnya, menaikkan

18 21 ekornya, mendesis, meludah, growl, mengembangkan piloereksi, mata terbuka lebar, dan dilatasi pupil. Selain itu, provakasi yang sangat ringan sekalipun dapat menyebabkan penyerangan agreasif yang segera. Perilaku tersebut merupakan hal yang dipercayai ditunjukkan oleh hewan yang dihukum berat, dan pola tersebut disebut sebagai amarah (Guyton, 2005). Untungnya, pada hewan normal, fenomena amarah tersebut dipertahankan dalam keadaan stabil terutama oleh penghambatan signal ventromedial nuclei of the hypothalamus. Sebagai tambahan, bagian hippocampus dan korteks limbik anterior, terutama pada anterior cingulate gyri dan subcallosal gyri membantu menekan fenomena amarah tersebut (Guyton, 2005) Pentingnya Hadiah dan Hukuman pada Perilaku Hampir semua yang kita lakukan berhubungan dengan hadiah dan hukuman. Bila kita melakukan sesuatu yang dapat memberikan hadiah, kita akan terus melakukannya. Namun bila yang dihasilkan adalah hukuman, kita akan menghentikannya. Oleh sebab itu, pusat hadiah dan hukuman dipastikan merupakan salah satu kontrol terpenting dalam aktivitas tubuh, ambisi, kebencian dan motivasi kita (Guyton, 2005) Efek Sedativa pada Pusat Hadiah dan Hukuman Pemberian sedatif, seperti chlorpromazine, biasanya menghambat pusat hadiah dan hukuman, sehingga mengurangi aktivitas perasaan hewan tersebut. Oleh sebab itu, diasumsikan bahwa fungsi sedatif pada fase psychotic adalah mensupresi banyak daerah perilaku yang penting pada hypothalamus dan daerah-daerah asosiasinya pada limbik otak (Guyton, 2005) Pentingnya Hadiah dan Hukuman pada Pembelajaran dan Memori- Kebiasaan vs Penguatan Percobaan-percobaan yang telah dilakukan pada hewan coba telah menunjukkan bahwa pengalaman sensorik yang tidak memberikan hadiah atau hukuman hampir tidak diingat sama sekali. Rekaman elektrik otak menunjukkan bahwa stimulasi

19 22 sensorik hampir selalu membangkitkan beberapa area pada korteks cerebral sekaligus. Namun, bila stimulus sensorik tersebut tidak memunculkan efek hadiah atau hukuman, pengulangan stimulus tersebut secara terus-menerus akan mengarah pada penghilangan hampir total respon cerebral cortical. Hewan tersebut telah menjadi terbiasa pada stimulus tersebut dan mengabaikannya (Guyton, 2005). Bila stimulus tersebut memunculkan efek hadiah atau hukuman daripada yang tidak ada bedanya, respon cerebral cortical menjadi lebih kuat secara progresif selama pengulangan stimulasi tersebut daripada menghilang secara perlahan-lahan, dan respon tersebut dikatakan sebagai diperkuat. Seekor hewan membangun memori yang kuat untuk sensasi hadiah ataupun hukuman, namun mengembangkan kebiasaan sempurna bagi stimulus sensorik yang tidak ada bedanya (Guyton, 2005). Terlihat nyata bahwa pusat hadiah dan hukuman pada sistem limbik banyak berperan dalam memilih informasi yang kita pelajari, biasanya membuang lebih dari 99% informasi dan memilih kurang dari 1% untuk diretensi (Guyton, 2005) Perhatian Perhatian merupakan proses yang mengatur alur pengelolaan informasi. Terdapat banyak aspek perhatian yang didasarkan pada letak secara neuroanatomik. Komponen-komponen tersebut adalah selektivitas, kapasitas dan penguatan konsentrasi. Ketiga komponen ini digunakan untuk menjelaskan kekurangan tertentu pada kelainan psikiatri, penelitian lebih lanjut mungkin dapat menjelaskan deskripsi berdasarkan neurofisiologis (Kaplan, 2000). Konsep awal perhatian didasarkan pada ide Donald Broadbent tentang sebuah penyaring yang memilih sejumlah stimulus yang datang untuk diproses lebih jauh. Kapasitas perhatian yang terbatas berperan pada ketidakmampuan memproses jumlah stimulus yang terlalu banyak. Perhatian yang tertahan dideskripsikan muncul pada awal proses sensorik, sehingga secara otomatis atau lambat pada proses persespsi dan terlibat pada proses identifikasi dan klasifikasi (Kaplan, 2000) Perhatian selektif Pada konsep Broadbent, selektifitas memiliki tiga dimensi, yaitu (Kaplan, 2000):

20 23 Filtering, memokuskan perhatian atau berkonsentrasi pada karakteristik tertentu. Contoh : kotak besar dibandingkan dengan kotak kecil. Categorizing, konsentrasi yang didasarkan pada kelas stimulus. Contoh : memperhatikan kata-kata pada skripsi apapun. Pigeonholing, mengurangi persepsi informasi yang dibutuhkan untuk menentukan kategori spesifik suatu stimulus. Contoh : memakai hanya karakteristik rambut panjang untuk menglasifikasikan seseorang sebagai wanita. Setiap aspek perhatian tersebut memproses stimuli yang datang untuk menentukan kategori karakteristik yang tepat. Pasien schizophrenia lebih menunjukkan kesulitan pada piegeonholing daripada filtering saat mereka berada dalam keadaan symptomatik (Kaplan, 2000) Kapasitas Perhatian Pada prinsipnya, kapasitas perhatian berhubungan dengan tugas yang diberikan mengakibatkan sebuah permintaan pada ruang sumber yang terbatas. Sebuah tugas yang dengan proses pengelolaan yang tinggi memerlukan lebih banyak sumber dari ruang tertentu daripada sebuah tugas dengan proses pengelolaan yang rendah, sehingga menghambat daya akses sumber untuk fungsi simultan lain yang bersumber dari ruang yang sama (Kaplan, 2000) Perhatian yang Dipertahankan Kemampuan untuk mempertahankan perhatian disebut sebagai vigilance dan dapat diuji coba dengan permintaan tugas untuk kewaspadaan dan konsentrasi dalam waktu tertentu, baik dalam menit maupun jam. Uji coba tersebut umumnya melibatkan kebutuhan untuk mengidentifikasi stimulus target yang terjadi infrequently pada interval yang random. Aspek penting dari uji coba bervariasi dari teori pendeteksian signal dan melibatkan faktor-faktor sensitifitas dan kriteria respon (Kaplan, 2000).

21 24 Sensitivitas merupakan hal yang membedakan target dari stimulus nontarget. Kriteria respon merupakan jumlah bukti persepsi yang dibutuhkan untuk mendukung keputusan mengenai sebuah stimulus target dibandingkan sebuah stimulus non-target (Kaplan, 2000) Stroop Test Stroop test merupakan salah satu bentuk permainan asah otak yang dapat digunakan untuk menguji daya konsentrasi seseorang. Test ini sering digunakan oleh para psikolog untuk menilai daya konsentrasi seseorang. Instrumen tes ini adalah kartu yang berisi sebuah kata dalam berbagai warna. Dimana responden menyebutkan kata dan warna tulisan dalam kartu dengan waktu yang diukur untuk setiap pengukuran. Misalnya, bila yang kartu yang ditunjukan pada responden adalah kartu yang berisi kata red dalam warna hijau, maka responden harus red pada pengukuran yang pertama dan menyebutkan hijau dan bukan red yang tertulis dalam kartu pada pengukuran yang kedua. Penilaian tes ini dilakukan dengan mengukur kecepatan responden untuk menyebutkan warna kata dalam 25 kartu yang tersedia dengan menggunakan stopwatch untuk setiap pengukuran. Waktu yang didapatkan dari pengukuran saat responden menyebutkan warna tulisan setiap kata dalam 25 kartu dikurangi dengan waktu responden membaca kata dalam 25 kartu untuk mendapatkan interference score. Bila didapatkan selisih kedua waktu (interference score) 13, maka dikatakan konsentrasi baik. Namun bila interference score 14, maka dikatakan konsentrasi buruk Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI merupakan kuesioner yang telah diakui secara internasional dan sering digunakan untuk mengukur kualitas tidur individu. PSQI terdiri dari sepuluh pertanyaan dimana sembilan pertanyaan pertamalah yang lebih berkontribusi dalam penilaian kualitas tidur dan dijawab oleh responden sendiri. Pertanyaan kesepuluh yang terdiri dari lima sub-pertanyaan merupakan pertanyaan pembantu yang dijawab oleh teman sekamar responden bila ada. Pertanyaan tersebut sebenarnya tidak

22 25 berkontribusi kepada penilaian dan hanya berperan untuk mengetahui apakah terdapat gangguan tidur ataupun tidak. Walaupun terdapat banyak gangguan tidur, hanya beberapa gangguan tidur yang ditanyakan. Pertanyaan gangguan tidur tersebut adalah ada tidaknya mendengkur, interval apnoe yang lama saat tidur, twitching ataupun jerking pada kaki saat tidur, keadaan bingung ataupun disorientasi saat tidur, dan gangguan tidur lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang untuk mengembalikan stamina tubuh dalam kondisi yang optimal. Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ Gangguan tidur P E N Y A J I LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA P E M B I M B I N G DR. SUZY YUSNA D, SPKJ pendahuluan Tidur adalah suatu aktivitas khusus dari otak, yang di kelola oleh

Lebih terperinci

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Definisi : Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Koma = keadaan bawah sadar dimana orang tsb tidak dapat dibangunkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Elektronik 2.1.1. Definisi Media Elektronik Media elektronik adalah informasi atau data yang dibuat, disebarkan, dan diakses dengan menggunakan suatu bentuk elektronik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

A. Bagian-Bagian Otak

A. Bagian-Bagian Otak A. Bagian-Bagian Otak 1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tidur a. Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang membutuhkan tidur, makan, air dan oksigen untuk bertahan hidup. Untuk manusia sendiri, tidur adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Tidur merupakan keadaan seseorang memasuki alam bawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis & Sistem Limbik Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis Jaring yang membentang sepanjang sumbu susunan saraf pusat dari medulla spinalis sampai cerebrum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi EMOSI, STRES DAN KESEHATAN Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi unita@ub.ac.id http://www.youtube.com/watch?v=4kbsrxp0wik JW Papez mengajukan ide bahwa respon emosional tergantung oleh sistem di forebrain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup (Istirahat) MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

Kisi-kisi Mid pelayanan kesehatan

Kisi-kisi Mid pelayanan kesehatan Kisi-kisi Mid pelayanan kesehatan Mohon membaca slide untuk menjawab soal Benar dan Salah dan Menjodohkan. Semua yang di tulis di slide berikut ini adalah jawaban untuk pertanyaan essay Sinar matahari

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa jurusan arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata yang sedang menghadapi tugas akhir. Karena kesibukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

AGAR MENDAPAT LEBIH DARI YANG ENGKAU INGINKAN

AGAR MENDAPAT LEBIH DARI YANG ENGKAU INGINKAN AGAR MENDAPAT LEBIH DARI YANG ENGKAU INGINKAN 11 Februari 2009 Mari kita ubah SKK (Sikap, Konsentrasi dan Komitmen) Pertama : SIKAP Sikap merupakan kependekan dari SI = EMOSI; KA = TINDAKAN; P = PENDAPAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses perkembangan antara individu satu dengan yang lainya tidak sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

TUGAS 3 SISTEM PORTAL TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah periode kritis antara masa anak anak dan masa dewasa (WHO). Masa remaja selalu disertai dengan perubahan aspek biologis, kognitif, emosional, dan sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian tidur Tidur adalah suatu keadaan dibawah sadar yang orang tersebut dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton, 1991).

Lebih terperinci

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu aktivitas dalam kehidupan keseharian kita, termasuk kedalam kebutuhan dasar yang harus dipenuhi layaknya makan, minum bernafas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori belajar dan prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, pengertian tidur dan fisiologi tidur serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Pengertian Stres Stres merupakan keadaan ketika seseorang merasa ketidaknyamanan mental dan batin yang disebabkan oleh perasaan tertekan. Definisi stres menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Siswi yang mengikuti latihan menari Gambyong Pareanom selama 8 minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan kualitas tidur ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

PATOFISIOLOGI ANSIETAS PATOFISIOLOGI ANSIETAS Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik 2. Konflik emosional 3. Konsep diri terganggu 4. Frustasi 5. Gangguan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan ketidaksadaran yang bersifat sementara dan dapat dibangunkan dengan memberikan rangsangan sensori atau rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir seluruh hidup manusia dikaruniai nikmatnya tidur dan berbagai cara terus dilakukan untuk menciptakan kualitas tidur yang baik dimalam hari. Bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluhan yang banyak dibicarakan manusia saat ini selalu berputar antara masalah kesehatan, ekonomi dan beban hidup. Semua masalah yang ditimbulkan memberi dampak stres

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi (Prawirohardjo,2008 dalam Kumalasari, 2015).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal.istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia saat ini. Gawai elektronik digunakan untuk berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia saat ini. Gawai elektronik digunakan untuk berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gawai elektronik atau smartphone memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia saat ini. Gawai elektronik digunakan untuk berbagai macam hal seperti browsing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Reaksi 2.1.1 Definisi Waktu Reaksi Waktu reaksi merupakan jarak waktu antara diberikannya stimulus dengan kontraksi otot pertama setelah stimulus diberikan. 4,5 Waktu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember 2015. Dari 150 mahasiswa ini kemudian dinilai lama penggunaan telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri

Lebih terperinci

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI Pendahuluan Epilepsy dapat menyebabkan gangguan kesadaran yang transient mulai dari gannguan kesiagaan ringan sampai hilangnya kesadaran. hal ini disebabkan terdapatnya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migren Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja. 11 Nyeri kepala merupakan penyebab tersering anak-anak dirujuk ke ahli neurologi anak.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Olahraga Olahraga merupakan rangsangan fisiologis yang melibatkan seluruh sistem didalam tubuh seperti sistem otot, saraf, metabolisme,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur adalah suatu insting untuk memulihkan diri dari aktivitas pada siang hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan kewaspadaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi EMOSI, STRES DAN KESEHATAN Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi unita@ub.ac.id http://www.youtube.com/watch?v=4kbsrxp0wik Respon Perilaku Terhadap Stimuli Emosional Fight vs Flight Fight and Flight Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini berbagai bencana terjadi di Indonesia. Dimulai dari gempa bumi, tsunami, banjir bandang hingga letusan gunung merapi. Semua bencana tersebut tentu saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: Anatomi Sistem Saraf Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Susunan Umum Sistem Saraf Sistem saraf terdiri atas 2 bagian yaitu central

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi telah melanda setiap bangsa di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Arus ini membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN Niken Andalasari PENGERTIAN Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006) Perubahan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik, psikologis, sekaligus rohani, dan aspek-aspek ini saling berkaitan satu sama

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT OLEH : KELOMPOK 5 I Gusti Agung Ayu Cahyaningrum Ananta P07124214 017 Kadek Devi Ary Suta P07124214 022 Ni Putu Ayu Sinta Puji Rahayu P07124214

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu hal yang di tunggu-tunggu oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu hal yang di tunggu-tunggu oleh pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan sesuatu hal yang di tunggu-tunggu oleh pasangan suami istri. Dimana pada masa ini sesuatu anugrah seorang anak akan hadir diantara mereka. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

ENYAHKAN INSOMNIA ( SULIT TIDUR)

ENYAHKAN INSOMNIA ( SULIT TIDUR) Tidur adalah suatu anugerah dan kenikmatan, tapi bagi sebagian orang, tidur nyenyak hanyalah sebuah ilusi. Survai yang dilakukan oleh Institute for Optimum Nutrition, lnggris, tahun 2004, menyimpulkan

Lebih terperinci

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI Prinsip Perawat digaji untuk bekerja bukan untuk tidur Latar Belakang Saat jaga malam, banyak perawat yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan atau keadaan khawatir dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing

BAB I PENDAHULUAN. untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang paling dasar pada manusia, antara lain pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan, nutrisi, eliminasi, aktivitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istirahat dan tidur suatu faktor bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA xv 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur Tidur adalah suatu keadaan reversible dimana terjadi perceptual disengagement dan unresponsiveness terhadap lingkungan. Tidur juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu kondisi maternal berkembangnya fetus di dalam tubuh (DeCherney et al., 2007). Kehamilan dibagi menjadi trimester pertama yang berlangsung dari

Lebih terperinci