Jurnal. Perbedaan Coping Stres Pada Perawat Pria dan Wanita. Prety Lestarianita. M. Fakhrurrozi, M.Psi., Psi (Dosen Pembimbing)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal. Perbedaan Coping Stres Pada Perawat Pria dan Wanita. Prety Lestarianita. M. Fakhrurrozi, M.Psi., Psi (Dosen Pembimbing)"

Transkripsi

1 Jurnal Perbedaan Coping Stres Pada Perawat Pria dan Wanita Prety Lestarianita M. Fakhrurrozi, M.Psi., Psi (Dosen Pembimbing) Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Coping diartikan sebagai proses seseorang untuk mengelola atau mengatur ketidakcocokan yang dirasakan antara tuntutan dan sumber penilaian mereka dalam situasi yang penuh stres. Untuk menghadapi keadaan yang penuh dengan stres, perawat baik pria maupun wanita harus mampu mengatasi atau melakukan coping stres pada diri mereka sendiri, sehingga tidak mempengaruhi pekerjaan mereka. Emotion-focus coping adalah mengarahkan respon kontrol emosi pada situasi yang penuh stres. Orang cenderung menggunakan emotion-focus coping ketika mereka percaya tidak dapat melakukan sesuatu untuk merubah kondisi yang penuh stres. Problem-focus coping adalah mengarahkan pada pengurangan tuntutan dari situasi stres atau menghadapi sumber stresnya. Orang cenderung menggunakan problem-focus coping ketika mereka percaya tuntutan dari situasi akan berubah. Coping religius merupakan berbagai usaha yang dilakukan individu dengan melibatkan unsur-unsur agama didalamnya untuk mengatur atau mengatasi perbedaan antara tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal sehingga dapat membantunya dalam mengatasi stres. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan coping stres yaitu problem focused coping, emotion focused coping dan religion coping antara perawat pria dan perawat wanita. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah coping stres dan variabel bebasnya jenis kelamin. Skala coping stres disusun berdasarkan jenis-jenis coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier dan Weintraub (1989) serta Pargament (1997). Penelitian ini dilakukan pada 50 orang perawat pria dan 50 orang perawat wanita. Subjek penelitian ini adalah perawat yang berjenis kelamin pria dan wanita berusia antara tahun dan telah bekerja minimal selama 6 bulan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Independent Sample t Test, diketahui bahwa untuk problem focused coping sebesar 0,682 (p>0,05), emotion focused coping 0,473 (p>0,05), dan religion coping sebesar 0,289 (p>0,05) Dari nilai tersebut, maka dapat dikatakan hipotesis penelitian ini ditolak yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada pemilihan coping stres baik itu problem focused coping, emotion focused coping, dan religion coping pada perawat pria dan perawat wanita.

2 PENDAHULUAN Di kehidupan sehari-hari manusia ada kalanya merasa bahagia, namun ada saatnya pula manusia merasa sedih. Manusia bisa merasa bahagia karena mendapatkan kebutuhan hidup yang diperlukan. Tapi di sisi lain ada pula yang dapat membuat manusia merasa sedih, tertekan bahkan sampai pada tingkat stres. Apabila stres yang dialami seseorang terus berlanjut tanpa adanya penyelesaian, maka akan banyak orang yang mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah mereka dengan cara bunuh diri dan ada juga yang sampai menjadi gila. Tiap pekerjaan dapat menimbulkan stres pada para pekerjanya. Sebagai contoh adalah profesi seorang perawat. Seorang perawat baik pria maupun wanita seringkali dihadapkan pada permasalahan dan resiko yang berhubungan dengan pasien yang sedang dirawatnya, dan keadaan inilah yang dapat memunculkan stres. Handoko (1987) mengatakan tiap orang mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai situasi stres. Di samping itu, orang juga mempunyai perbedaan dalam mengatasi atau mengcoping kondisi yang cenderung menyebabkan stres. Ada orang yang dengan mudah dan cepat melakukan coping terhadap stres mereka, namun ada pula yang sulit melupakan dan melepaskan diri dari situasi yang membuat mereka menjadi stres. Coping itu sendiri diartikan sebagai proses seseorang untuk mengelola atau mengatur ketidakcocokan yang dirasakan antara tuntutan dan sumber penilaian mereka dalam situasi yang penuh stres. Richard Lazarus dan temantemannya (dalam Sarafino, 1990) mengatakan coping ada dua fungsi, yaitu dapat merubah penyebab stres atau mengatur respon emosi terhadap masalah tersebut. Fokus coping pada emosi (emotion-focus coping) adalah mengarahkan respon kontrol emosi pada situasi yang penuh stres. Fokus coping pada masalah (problem-focus coping) adalah mengarahkan pada pengurangan tuntutan dari situasi stres atau menghadapi sumber stresnya. Terkadang ada sebagian orang yang menggunakan coping religius untuk menghilangkan stres yang mereka alami. Manusia lebih suka kembali kepada Tuhan untuk memohon pertolongan dalam keadaan yang stressful. Pada studi yang dilakukan oleh Koenig, dkk (dalam Pargament, 2003) menemukan bahwa bentuk coping religius positif diasosiasikan dengan tingkat depresi yang lebih rendah dan kualitas hidup yang lebih baik sedangkan coping religius negatif berhubungan dengan tingkat depresi yang lebih tinggi dan kualitas hidup yang lebih rendah. Coping religius merupakan berbagai usaha yang dilakukan individu dengan melibatkan unsur-unsur agama didalamnya untuk mengatur atau mengatasi perbedaan antara tuntutantuntutan internal maupun eksternal sehingga dapat membantunya dalam mengatasi stres. Menurut Hamilton dan Fagot (1988) pria cenderung menggunakan problem-focused coping karena pria biasanya menggunakan rasio atau logika selain itu pria terkadang kurang emosional sehingga mereka lebih memilih untuk langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi atau langsung menghadapi sumber stres. Sedangkan wanita lebih cenderung menggunakan emotionfocused coping karena mereka lebih menggunakan perasaan atau lebih emosional sehingga jarang menggunakan logika atau rasio yang membuat wanita cenderung untuk mengatur emosi dalam menghadapi sumber stres atau melakukan coping religius dimana wanita lebih merasa

3 dekat dengan tuhan dibandingkan dengan pria. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan coping stres yaitu problem focused coping, emotion focused coping dan religion coping antara perawat pria dan perawat wanita. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi pada umumnya dan psikologi klinis pada khususnya dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan coping terhadap stres, perawat dan hal-hal yang berkaitan dengan pria dan wanita. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi berbagai pihak, baik perawat maupun pihak rumah sakit mengenai coping terhadap stres yang terjadi pada perawat baik pria maupun wanita. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu perawat baik pria maupun wanita dalam melakukan coping terhadap stres yang sedang dialami. TINJAUAN PUSTAKA Stres Pengertian Stres Menurut Lazarus (dalam Prabowo, 1998) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi eksternal dan internal. Sementara Feldman (1989) mendefinisikan stres sebagai proses penilaian peristiwa yang mengancam, menantang atau berbahaya serta merespon pada peristiwa tersebut. Chaplin (2001) adalah suatu keadaan tertekan baik secara fisik maupun psikologis, dapat dikatakan bahwa stres adalah keadaan psikologis individu atau suatu keadaan tertekan baik secara fisik maupun psikologis karena individu dihadapkan pada situasi eksternal dan internal dimana situasi tersebut dapat mengancam, menantang atau berbahaya bagi individu itu sendiri. Penyebab Munculnya Stres Ada empat tipe sumber stres yang dikemukakan oleh Evans dan Cohen (dalam Prabowo, 1998), yaitu: a. Fenomena Catalismic, yaitu halhal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba khas dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, dan sebagainya. b. Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian serta ketika seseorang kena PHK. c. Daily Hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja, atau masalahmasalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi. d. Ambient Stressor, yang terdiri dari kondisi-kondisi yang dilatarbelakangi oleh lingkungan, seperti kerja berlebihan, kemiskinan, konflik keluarga serta polusi udara. Coping Stres Pengertian Coping Coping adalah usaha yang berupa tindakan-orientasi dan intrapsikis untuk mengatur lingkungan dan tuntutan dari dalam dan konflik diantaranya (Stone, Cohen & Adler, 1980).

4 Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Kapplan, Sallis & Patterson, 1993) coping juga diartikan sebagai usaha untuk merubah kognitif dan tingkah laku untuk mengatur tuntutan yang spesifik baik dari luar maupun dari dalam yang bersumber dari individu. Pada dasarnya coping adalah usaha kita untuk merubah stresor atau respon dari stres. Menurut Halonen dan Santrock (1999) coping adalah pengaturan beban dari keadaan sekitar dan usaha untuk memecahkan masalah kehidupan dan mencari jalan untuk menguasai atau mengurangi stres. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa coping adalah usaha untuk mengatur tuntutan dari lingkungan baik dari dalam ataupun dari luar dan mencari jalan untuk menguasai atau mengurangi stres. Bentuk-bentuk Coping Carver, Scheier dan Weintraub (1989) membagi lima strategi Problem Focused coping, dan lima strategi untuk Emotion Focused Coping. a. Problem Focused Coping 1) Active coping. Proses pengambilan langkah aktif dalam usaha untuk menghilangkan atau mengelakkan stressor atau untuk memperbaiki efek yang diberikan oleh stressor tersebut. 2) Planning. Memikirkan bagaimana mengatasi stressor, pemikiran mengenai langkah apa yang harus diambil dan cara terbaik dalam mengatasi masalah. 3) Suppression of competing activities. Mengesampingkan masalah lain, mencoba untuk menghindar dari distraksi kejadian yang lain, bahkan membiarkan masalah lain muncul, sehingga dapat berdamai dengan stressor. 4) Restraint Coping. Menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk melakukan tindakan, menahan diri dan tidak bertindak prematur. Perilaku seseorang difokuskan pada penanganan stressor secara efektif. 5) Seeking of instrumental social support. Mencari nasihat, bantuan atau informasi dari orang lain. b. Emotion Focused Coping 1) Seeking emotional social support. Mendapatkan dukungan moral, seperti simpati atau pengertian. 2) Positive reinterpretation. Berusaha mengatur emosi distress, daripada mengatasi stressor. Dilakukan dengan menafsirkan stressor dalam arti yang positif, sehingga pada akhirnya dapat mengarahkan seseorang untuk melanjutkan tindakan yang lebih problem focused. 3) Acceptance. Respon coping yang fungsional, dalam artian seseorang yang menerima kenyataan mengenai situasi menekan akan cenderung menjadi seseorang yang akan berusaha untuk mengatasi situasi tersebut. 4) Denial. Seringkali memberi kesan kalau denial itu berguna, mengecilkan distress dan memfasilitasi coping. Akan tetapi dikatakan juga bahwa denial hanya menciptakan masalah tambahan kecuali stressornya sendiri dapat diacuhkan. 5) Turning to Religion. Seseorang dapat beralih ke agama atau kepercayaan saat berada dalam tekanan untuk berbagai macam alasan. Agama atau kepercayaan dapat menyediakan sumber dukungan emosional. Dalam Pargament (1997) dikatakan bahwa beberapa peneliti melaporkan, hampir sebagian besar orang melibatkan agama dalam melakukan

5 coping terhadap peristiwa yang stressful. Pargament (1997) menjelaskan bahwa ada dua mekanisme coping yang berkaitan dengan agama, yaitu: a. Mekanisme konservasi: agama merupakan instrument yang pertama dan yang terpenting dalam mekanisme konservasi. 1) Preservation Pada mekanisme ini, ada dua hal yang difokuskan yaitu usahausaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan akhir dari signifikan dan cara-cara untuk mencapai arti atau signifikan tersebut. Ada tiga metode yang dapat dilakukan dalam preservation, yaitu: a) Marking Boundaries Pada metode coping religius ini, individu membuat batasan-batasan yang jelas antara dunia yang dimilikinya dengan kekuatan-kekuatan di luarnya. Pada batasan ini terdapat pertahanan sebagai usaha perlindungan terhadap gangguan yang dilakukan oleh elemen-elemen asing. Motivasi untuk membuat batasan adalah untuk melindungi dan memelihara dunia religiusnya dari nilai-nilai, keyakinan, dan praktik-praktik, namun hasilnya tidak selalu berhasil. b) Religious Perseverance Metode yang kedua adalah religious perseverance atau ketekunan religius. Ketekunan jenis ini dipandang sebagai reaksi yang biasa terhadap tekanan dari luar (eksternal). Reaksi ini merupakan bentuk reaksi psikologis dimana ancaman terhadap kebebasan beragama bertemu dengan komitmen yang lebih besar pada dunia beragama (Brehm, dalam Pargament, 1997). c) Religious Support Saat suatu kejadian menjadi ancaman, maka hal tersebut perlu dikembangkan. Ini membuat orang mencari hal lain di luar diri mereka untuk menyeimbangkannya atau tanpa diminta, mereka mendapat bantuan berupa dukungan. Fungsi dukungan adalah menguatkan dan menyokong seseorang untuk melalui saat-saat yang sulit agar tetap bertahan. 2) Reconstruction Hampir sebagian besar orang tidak mengasosiasikan agama dengan perubahan. Agama seringkali dikaitkan sebagai sesuatu yang konstan, suatu kekuatan yang mendorong pada kestabilan dan kesinambungan. Dalam mekanisme coping rekonstruktif dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a) Religious Switching, yang terbagi lagi menjadi dua: (1) Switching Gods Tuhan dapat menjadi figur pengganti kasih sayang yang ideal, tempat berlindung yang aman di saat terjadi masa pergolakan dalam diri, dan dasar yang aman untuk mengeksplorasi dunia. (2) Switching Religious Groups Dari teori perspektif coping, peralihan religius menjadi lebih disukai saat tekanan hidup mempertanyakan kemampuan dari kelompok religius dalam mengatasi masalah dan saat kelompok religius alternatif memiliki dan menawarkan solusi.

6 b) Religious Purification Adakalanya manusia menyimpang dari jalur yang telah ditentukan dalam ajaran agama yang diyakininya atau dengan kata lain pernah melakukan pelanggaran. Tindakan pelanggaran tersebut menjadi sesuatu yang bermakna karena hal itu merusak hubungan individu dengan hal yang suci (Tillich, dalam Pargament, 1997). Melalui ritual pembersihan, maka dosa, kejahatan atau pun hal-hal yang kotor yang diasosiasikan dengan dibersihkannya tindakan pelanggaran dalam agama. c) Religious Reframing Dalam proses reframing, penderitaan yang dirasakan dapat menjadi sesuatu yang dapat dijelaskan, dapat ditahan, dan bahkan bernilai. Reframing dirancang untuk mengkonservasi arti, yaitu: untuk meringankan terpaan krisis, untuk menegaskan kembali bahwa hidup mengandung makna meskipun menyakitkan, juga untuk melindungi hal yang suci. b. Mekanisme transformasi: mekanisme coping ini khususnya memfokuskan peran agama pada dua tipe transformasi, yaitu: 1) Re-valuation Re-valuation merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah arti pada saat meninggalkan jalur demi keutuhan arti tersebut. Pada tingkatan yang lain terdapat kontinuitas atau kesinambungan dimana cara hidup seseorang harus diteruskan ditengah-tengah rasa kehilangan dan perubahan dalam hidup. Pada mekanisme coping ini agama terlibat dengan 2 cara, yaitu: a). Mencari tujuan beragama (seeking religious purpose): pada metode coping ini subjek mencari seperangkat prioritas atau tujuan yang fokusnya bukan pada perubahan hidup secara keseluruhan akan tetapi perubahan dalam nilai-nilai. Pencarian terhadap tujuan religius melibatkan kontinuitas dan perubahan, namun timelimited. Pencarian terhadap tujuan religius mungkin menjadi langkah awal yang mudah dalam proses perubahan. b). Ritual dari perjalanan (rites of passage): ada beberapa peristiwa penting dalam hidup pada masa transisi, yaitu: kelahiran, bertambah umur, perkawinan, dan kematian. Untuk masa-masa transisi ini terdapat ritual-ritual atau tata cara keagamaan yang dilakukan menurut agama masing-masing, seperti berpuasa, bertukar hadiah, makanan perayaan, lagu, dan tarian merupakan sebagian kecil dari bentuk ritual-ritual keagamaan (Van Gennep dalam Pargament, 1997). 2) Re-creation. Re-creation merupakan usahausaha yang dilakukan untuk mengubah tujuan dari arti dan jalan untuk mencapainya. Mekanisme coping ini dibagi menjadi: a). Religious conversion; belakangan ini, sejumlah profesional di bidang kesehatan mental mengatakan bahwa konversi religius bisa jadi suatu bentuk dari brain washing atau thougt reform oleh pemujaan dan

7 pergerakan baru keagamaan untuk memaksa individu agar menjadi anggotanya (missal, sargant; singer dalam Pargament 1997). b). Religious forgiving; agama berkontribusi terhadap proses memaafkan melalui dua cara yaitu: agama memberi arti terhadap tindakan memaafkan dan agama juga menyediakan seperangkat model dan metode-metode untuk memfasilitasi proses ini. Jenis Kelamin Pengertian Jenis Kelamin Jenis kelamin atau gender menurut Denmark dan Paludi (dalam Golombok & Fivush, 1994) merupakan kategori sosial, berdasarkan pandangan dari lingkungan sosial mengenai hal yang seharusnya dimiliki oleh pria dan wanita secara fisik, kognitif, emosi dan perilaku. Weitin dan Lloyd (1997) mengemukakan bahwa jenis kelamin merupakan keadaan menjadi pria dan wanita. Namun Koentjaraningrat (dalam Muthali in, 2001) berpendapat bahwa jenis kelamin adalah pemilahan peran antara pria dan wanita dalam kehidupan sosial. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin adalah sifat dan keadaan jasmani atau rohani yang membedakan dua mahluk yaitu pria dan wanita menurut pandangan lingkungan sosial mengenai hal yang seharusnya dimiliki oleh pria dan wanita secara fisik, kognitif, emosi dan perilaku. Karakteristik Pria dan Wanita Ahmadi dan Sholeh (2005), menjabarkan beberapa perbedaan yang terdapat antara remaja pria dan wanita, antara lain : a. Pria 1). Aktif memberi 2). Cenderung untuk memberi perlindungan 3). Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektual dan abstrak 4). Berusaha memutuskan sendiri dan ikut berbicara 5). Bersifat objektif b.wanita 1). Pasif dan menerima 2). Cenderung untuk meminta perlindungan 3). Minat tertuju kepada yang bersifat emosional dan konkrit 4). Berusaha mengikuti dan menyenangkan orang tua 5). Bersifat subjektif. Perawat Pengertian Perawat Perawat didefenisikan oleh Onny (1980) sebagai seseorang yang terampil memberikan pelayanan dan perawatan, baik terhadap orang sakit dengan penuh kasih sayang, maupun terhadap orang yang sehat sehingga orang tersebut tidak mudah terkena penyakit. Namun menurut Departemen Kesehatan R.I (1989), perawat adalah merupakan profesi yang berorientasi pada pasien yang kadang kala juga dapat merubah lingkungan biopsikososial pasien untuk belajar, berkembang dan mendorong kearah hidup yang sehat. Perawat menurut Henderson (dalam Ali, 1999) adalah seseorang yang membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit, dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah seseorang yang terampil dalam memberikan pelayanan dan perawatan kepada individu yang sehat maupun

8 yang sakit untuk berkembang dan mendorong kearah hidup yang sehat. Fungsi Perawat Perawat menurut Phaneuf (dalam Ali, 1999) memiliki tujuh fungsi yaitu sebagai berikut: a) Melaksanakan instruksi dokter. b) Observasi gejala dan respon pasien yang berhubungan dengan penyakit dan penyebabnya. c) Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus-menerus berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien. d) Supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam keperawatan pasien. e) Mencatat dan melaporkan keadaan pasien. f) Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan. g) Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Perbedaan Coping Stres pada Perawat Pria dan Wanita Perawat merupakan profesi yang seringkali memunculkan stres. Tiap perawat baik pria maupun wanita dituntut untuk mampu mengatasi stres yang mereka alami karena menurut Handoko (1987) tiap orang mempunyai toleransi yang berbeda terhadap berbagai situasi stres. Banyak orang yang mudah sedih karena peristiwa ringan. Di lain pihak, banyak orang lain yang dingin dan tenang (calm) terutama karena mereka mempunyai kepercayaan diri atas kemampuannya untuk menghadapi stres. Untuk itu diperlukan coping terhadap stres. Coping stres itu sendiri terdiri dari problem-focused coping dan emotion-focused coping. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rubin (dalam Weiten dan Llyod, 1997) pria lebih cenderung untuk memilih problem-focused coping, sedangkan wanita cenderung untuk memilih emotion-focused coping. Terkadang ada sebagian orang yang menggunakan coping religius untuk menghilangkan stres yang mereka alami karena manusia lebih suka kembali kepada Tuhan untuk memohon pertolongan dalam keadaan yang stressful. Pria cenderung menggunakan problem-focused coping karena pria biasanya menggunakan rasio atau logika sehingga mereka lebih memilih untuk langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi atau langsung menghadapi sumber stres. Sedangkan wanita dikatakan lebih cenderung menggunakan emotion-focused coping karena mereka lebih menggunakan perasaan atau lebih emosional sehingga mereka cenderung untuk mengatur emosi mereka dalam menghadapi sumber stres atau melakukan coping religius dimana wanita merasa lebih dekat dengan tuhan dibandingkan pria yang kurang dekat dengan tuhan. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat ditarik hipotesis yaitu: 1. Ada perbedaan problem focused coping pada perawat pria dan perawat wanita. 2. Ada perbedaan emotion focused coping pada perawat pria dan perawat wanita. 3. Ada perbedaan religion coping pada perawat pria dan wanita. METODOLOGI PENELITIAN Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variablevariabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel Terikat : Coping Stres 2. Variabel Bebas : Jenis Kelamin

9 Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Coping adalah usaha untuk mengatur tuntutan dari lingkungan baik dari dalam ataupun dari luar dan mencari jalan untuk menguasai atau mengurangi stres. Skala ini berbentuk skala likert yang disusun berdasarkan strategi coping yang dilakukannya. 2. Jenis kelamin adalah sifat dan keadaan jasmani atau rohani yang membedakan dua makhluk yaitu pria dan wanita menurut pandangan lingkungan sosial mengenai hal yang seharusnya dimiliki oleh pria dan wanita secara fisik, kognitif, emosi dan perilaku. Jenis kelamin dapat dilihat dari isian identitas pada kuesioner. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah perawat di rumah sakit umum Raden Mataher Jambi. Karakteristik subjek penelitian ini adalah perawat yang berjenis kelamin pria dan wanita berusia antara tahun dan telah bekerja selama minimal 6 bulan. Teknik Pengumpulan Data 1. Skala coping stres Skala coping stres yang disusun berdasarkan jenis-jenis coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier dan Weintraub (1989) serta Pargament (1997) yaitu: problemfocused coping dan emotionfocused coping serta religious coping. Ada lima strategi problemfocused coping yaitu: Active coping, Planning, Suppression of competing activities, Restraint Coping, Seeking of instrumental social support. Sementara itu ada lima strategi yang tergolong dalam emotion-focused coping yaitu: Seeking emotional social support, Positive reinterpretation, Acceptance, Denial, Turning to Religion. Ada dua mekanisme dalam coping religius yaitu: mekanisme konservasi dan mekanisme transformasi. Mekanisme konservasi terbagi atas dua yaitu preservation dan reconstruction. Mekanisme transformasi pun terbagi atas dua yaitu re-valuation dan re-creation. Berdasarkan hal tersebut diatas, terdapat pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan Skala coping stres dalam bentuk favorable dan unfavorable. 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin dibedakan menjadi dua yaitu: pria dan wanita. Jenis kelamin dapat dilihat dari isian identitas pada kuesioner. Validitas dan Reliabilitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur atau tes dalam melakukan fungsi ukurnya (dalam Azwar, 1998). Sedangkan reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas alat pengumpulan data diukur melalui analisis Alpha Cronbach (dalam Azwar, 1998). Teknik Analisis Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan independent sample t-test untuk dua kelompok yang berbeda. Teknik ini dipakai untuk menganalisa perbedaan coping stres yaitu problem focused coping, emotion focused coping dan religion coping pada perawat pria dan wanita. HASIL PENELITIAN Deskripsi subjek penelitian Jenis Kelamin Subjek dalam penelitian ini adalah perawat pria dan perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit Raden Mataher

10 Jambi yang berjumlah 100 orang. Perawat pria berjumlah 50 orang (50%) dan perawat wanita berjumlah 50 orang (50%). Usia Pada perawat yang berusia tahun memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 49 orang (49%). Perawat yang berusia tahun berjumlah 26 orang (26%) dan yang berusia tahun sebanyak 21 orang (21%). Sedangkan perawat yang berusia tahun memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 4 orang (4%). Lama Bekerja Pada perawat yang telah bekerja selama 1 3 tahun memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 40 orang (40%). Perawat yang telah bekerja 4 6 tahun berjumlah 34 orang (34%) dan yang telah bekerja selama tahun berjumlah 23 orang (23%). Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Perhitungan uji validitas Skala coping stres didasarkan pada pendapat Hadi (2001) yang mengatakan suatu item yang dinyatakan valid pada jumlah N=100 adalah yang memiliki koefisien validitas minimal 0,195. Dengan demikian, dari 56 item skala coping stres yang diuji cobakan terdapat 41 item yang valid dan 15 item yang gugur. Pada problem focused coping ada 12 item yang valid dan 5 item yang gugur dan memiliki korelasi item antara 0,197 0,384. Emotion focused coping memiliki 9 item yang valid dan 6 yang gugur dengan korelasi item antara 0,199 0,353 dan religion coping memiliki 20 item yang valid dan 4 item yang gugur dengan korelasi item antara 0,201-0,595. Sedangkan hasil uji reliabilitas pada problem focused coping sebesar 0,718; emotion focused coping sebesar 0,713 dan religion coping 0,712. Hal ini menunjukkan bahwa item adalah reliabel. Uji Asumsi Uji Normalitas. Dari hasil uji normalitas untuk tiap strategi coping menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada skala coping stres, diketahui normalitas problem focused coping pada pria 0,083 (p>0,05) dan pada wanita sebesar 0,091 (p>0,05). Pada emotion focused coping nilai normalitas pada pria sebesar 0,178 (p>0,05) dan pada wanita 0,100 (p>0,05). Nilai normalitas religion coping pada pria adalah 0,082 (p>0,05) dan pada wanita 0,098 (p>0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa distribusi skor coping stres untuk masing-masing strategi adalah normal. Uji Homogenitas. Hasil uji homogenitas untuk tiap strategi coping diperoleh nilai sebesar 0,253 (p>0,05) untuk problem focused coping, dan 0,238 (p>0,05) untuk emotion focused coping serta 0,617 (p>0,05) religion coping. Dengan demikian untuk tiap strategi coping stres menunjukkan hasil yang homogen. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji Independent Sample t Test. Setelah dilakukan uji hipotesis untuk tiap strategi coping maka pada problem focused coping mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,682 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan problem focused coping pada perawat pria dan wanita. Untuk emotion focused coping hal uji hipotesisnya menunjukkan tidak ada perbedaan emotion focused coping pada perawat pria dan wanita, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi yang didapat dari hal uji hipotesis tersebut yaitu sebesar 0,473 (p>0,05). Sedangkan dari hasil uji hipotesis untuk religion coping didapat nilai signifikansi sebesar 0,289 (p>0,05).

11 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan religion coping pada perawat pria dan wanita. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan coping stres pada perawat pria dan wanita. Berdasarkan analisis, menunjukkan bahwa hipotesis yang pertama ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan problem focused coping pada perawat pria dan perawat wanita. Dalam Carver, Scheier dan Weintraub (1989) problem focused coping lebih ditekankan pada memikirkan bagaimana untuk menghadapi stressor yang meliputi memikirkan alternatif-alternatif yang dapat diterapkan, langkah-langkah yang harus diambil dan memikirkan bagaimana cara terbaik menghadapi masalah dan hal ini sejalan pada perawat baik perawat pria maupun perawat wanita dimana pada saat melakukan pekerjaannya perawat baik pria maupun wanita dituntut untuk tetap cepat bertindak dalam keadaan apapun meskipun dalam keadaan stres, sehingga tidak menutup kemungkinan jenis kelamin dalam hal ini tidak berpengaruh dalam hal pemilihan coping terhadap stres. Hipotesis yang kedua juga ditolak yaitu tidak ada perbedaan emotion focused coping pada perawat pria dan wanita. Penelitian menunjukkan bahwa membicarakan masalah atau kejadian yang membuatnya stres dapat membantu dalam melepaskan kecemasan dan menenangkan diri (dalam Weiten & Llyod, 1997). Dalam hal ini membicarakan masalah yang dapat membuat stres dapat dilakukan oleh siapapun baik perawat pria maupun perawat wanita sehingga sesuai dengan hasil hipotesis yang didapat dalam penelitian ini. Hipotesis yang terakhir pun ditolak yang berarti bahwa tidak ada perbedaan religion coping pada perawat pria maupun perawat wanita. Hal ini didukung oleh Pargament (1997) yang mengatakan bahwa beberapa peneliti melaporkan, hampir sebagian besar orang melibatkan agama dalam melakukan coping terhadap peristiwa yang stressful dan pada umumnya orang melibatkan agama pada tingkat yang lebih besar ketika didalam situasi yang stressful. Pemilihan coping stres yang sama oleh perawat pria dan perawat wanita sejalan jika ditinjau dari profesi yang mereka pilih, hal ini disebabkan perawat harus bertindak dengan cepat jika terjadi sesuatu dengan pasien yang mereka tangani atau bisa dikatakan mereka menggunakan problem focused coping, setelah itu barulah mereka bisa menenangkan diri mereka dengan melakukan emotion focused coping atau religion coping. Sehingga tidak menutup kemungkinan pada perawat pria dan perawat wanita menggunakan coping stres yang sama. Namun dalam penelitian ini perawat pria dan perawat wanita menggunakan coping stres yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Pargament (1997) dalam penelitiannya mengenai pemilihan pola coping yang menyatakan bahwa persepsi subjek terhadap kemampuannya akan mempengaruhi pola coping yang ia pilih sebagai cara penyelesaian masalah. Sehingga untuk penelitian ini peneliti menduga persepsi subjek terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan masalah lebih berpengaruh daripada faktor gender dalam memilih pola coping stres. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa semua hipotesis ditolak sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pemilihan coping stres pada perawat

12 pria dan perawat wanita, baik itu problem focused coping, emotion focused coping maupun religion coping. Hal ini dikarenakan persepsi subjek terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan masalah lebih berpengaruh daripada faktor gender dalam memilih coping terhadap stres dan mungkin disebabkan oleh tuntutan pekerjaan perawat itu sendiri dimana mereka dituntut untuk tetap cepat dalam bertindak meskipun dalam keadaan stres yang dapat mendorong mereka untuk melakukan problem focused coping terlebih dahulu dan kemudian emotion focused coping atau religion coping. Saran 1. Saran untuk Subjek Penulis menyarankan agar subjek tetap mempertahankan coping terhadap stres seperti yang biasa dilakukannya agar stres yang diakibatkan oleh masalah yang sedang dialami dapat berkurang. Subjek juga disarankan untuk menggunakan problem focused coping agar masalah yang sedang dialami cepat terselesaikan. 2. Saran untuk Perawat Penulis menyarankan agar perawat selalu melakukan coping ketika sedang stres sehingga dapat menghilangkan stres yang dirasakan atau mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan akibat dari stres yang sedang dialami karena perawat seringkali mengalami stres ketika sedang menangani pasiennya. 3. Saran untuk Peneliti Lebih Lanjut Penulis menyarankan untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang berhubungan dengan coping terhadap stres sebagai contoh variabel dukungan sosial, penghasilan atau karakteristik kepribadian. Peneliti juga menyarankan untuk melakukan penelitian pada subjek yang berbeda seperti dokter. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A., & Sholeh, M. (2005). Psikologi perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Z. (1999). Dasar-dasar keperawatan profesional. Jakarta: Widya Medika. Azwar, S. (1998). Tes prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Carver, C.S., Scheier, M.F., & Weintraub, J.K., (1989). Assessing coping strategies: A theoritically based approach. Journal of Personality and Social Psychology, 56, (2), Chaplin, J.P. (2001). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Departemen Kesehatan R.I. (1989). Hubungan antara perawat dan pasien. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kerja Kesehatan. Feldman, R.S. (1989). Adjustment: Applying psychology in complex world. New York: Mc Graw Hill. Golombok, S., & Fivush, R. (1994). Gender development. New York: Cambridge University Press. Hadi, S. (2001). Statistika jilid 2. Yogyakarta: Andi. Hamilton, S., & Fagot, B.I. (1988). Chronic stress and coping styles: A comparison of male and female undergraduates. Journal of Personality and

13 Social Psychology, 55 (5), Handoko, T. H. (1987). Manajemen personalia dan sumberdaya manusia, (edisi kedua). Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Weiten, W., & Llyod, M.A. (1997). Psychology applied to modern life: Adjustment in the 90s. California: Brooks/Cole Publishing Company. Holanen, S.J., & Santrock, J.W. (1999). Psychology contexts and application. New York: Mc Graw-Hill. Kaplan, R.M., Sallis, J.F. Jr., & Patterson, T.L. (1993). Health and human behavior. New York: Mc Graw-hill. Muthali in, A. (2001). Bias gender dalam pendidikan. Surakarta: Muhamadiyah University Press. Onny, B.I. (1980). Etika perawatan. Jakarta: Bhrata Kary Aksara. Pargament, K. I. (1997). Psychology of religion and coping: Theory, Research and practice. New York: The Guildford Press. Pargament, K. I (2003). RCOPE scale summary. Ohio: Bowling Green State University Prabowo, H. (1998). Pengantar psikologi lingkungan. Depok: Universitas Gunadarma. Sarafino, E.P. (1990). Health psychology: Biopsychosocial interactions. USA: John Wiley & Sons, Inc. Stone, C.G., Cohen, F., & Adler, N. (1980). Health psychology. London: Jossey-Bass Publishers.

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA Prety Lestarianita 1 M. Fakhrurrozi 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping Coping berasal dari kata cope yang dapat diartikan menghadang, melawan ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pembahasan pada bagian metodelogi penelitian ini akan diuraikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pembahasan pada bagian metodelogi penelitian ini akan diuraikan 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pembahasan pada bagian metodelogi penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Stres merupakan akibat dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan lingkungan dan respons individu. Stres seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif.

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA

Lebih terperinci

Lecture 6 Response to Illness

Lecture 6 Response to Illness Lecture 6 Response to Illness Pengantar Menganalisa perilaku manusia memerlukan pendekatan pendekatan personal karena tidak semua gejala sosial dan permasalahan kesehatan tidak dapat hanya dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. khususnya pada kelompok PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Semarang. PERSADIA Semarang merupakan bagian dari RS Panti

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. khususnya pada kelompok PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Semarang. PERSADIA Semarang merupakan bagian dari RS Panti 58 BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang, khususnya pada kelompok PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Semarang. PERSADIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini para peserta didik berlomba-lomba untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini para peserta didik berlomba-lomba untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini para peserta didik berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan pendidikan terbaik. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang hidup di dunia ini tidak pernah lepas dari permasalahan. Berbagai permasalahan datang silih berganti mulai dari yang ringan sampai yang berat. Pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah di mana peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk membuktikan secara empiris hipotesis pada Bab II tersebut, maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Mahasiswa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk membuktikan hipotesa. Data penelitian yang akan digunakan guna menguji hipotesa

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Azwar (2012 a, h. 5), penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Azwar (2012 a, h. 5), penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memakai metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (2012 a, h. 5), penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini berlangsung

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini berlangsung BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Profil Subjek Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini berlangsung mulai tanggal 4 Januari sampai dengan 16 Januari 2011. Profil subjek pada penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP STRATEGI COPING STRES PADA WANITA SINGLE PARENT DEWASA AWAL (STUDI DI KECAMATAN PERAK JOMBANG)

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP STRATEGI COPING STRES PADA WANITA SINGLE PARENT DEWASA AWAL (STUDI DI KECAMATAN PERAK JOMBANG) HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP STRATEGI COPING STRES PADA WANITA SINGLE PARENT DEWASA AWAL (STUDI DI KECAMATAN PERAK JOMBANG) Hubbil Fadhilah_11410101 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental Mengatasi Stress/Coping Stress Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK61112 Aulia Kirana, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. korelasional bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua

BAB 3 METODE PENELITIAN. korelasional bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Desain Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era modern masa kini, banyak ditemukannya permasalahan yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak sesuai dengan rencana. Segala permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dihimpun hanya berdasarkan stres dan strategi penanggulangan stres pada

BAB III METODE PENELITIAN. dihimpun hanya berdasarkan stres dan strategi penanggulangan stres pada BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan bersifat ex post facto dan data-data yang dihimpun hanya berdasarkan stres dan strategi penanggulangan stres pada mahasiswa yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci:

Abstrak. Kata kunci: Studi Mengenai Stres dan Coping Stres pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja Karya Ilmiah Dini Maisya (NPM. 190110070038) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Abstrak. Dalam menjalankan tugas sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi karyawan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan unjuk kerjanya, karyawan mendapatkan imbalan yang berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur budaya universal yang menjadi cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Setelah menelaah dan didasari teori yang telah ada dipaparkan pada bab B. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Setelah menelaah dan didasari teori yang telah ada dipaparkan pada bab B. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL Setelah menelaah dan didasari teori yang telah ada dipaparkan pada bab sebelumnya dan dipertegas oleh hipotesis maka yang akan menjadi Variabel yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Efi Oktawidiyanti Santosa, Imam Setyawan*

Lebih terperinci

BAB I II METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan dominant-less dominant.

BAB I II METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan dominant-less dominant. BAB I II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan dominant-less dominant. Pendekatan dominant-less dominant merupakan pendekatan yang berasal dari paradigm yang dominant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana data yang diperoleh didominasi angka, mulai dari pengambilan data, penafsiran, hingga hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Bandung melalui kuesioner yang disebarkan secara online dengan format Google Docs melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas segala kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupannya. Seringkali hal ini yang mendasari berbagai macam

Lebih terperinci

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG (Studi Kasus di Polrestabes Kota Semarang) Tri Yuli Arfianto Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, 33 BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA PERAWAT ICU DI RUMAH SAKIT TIPE C WILAYAH SEMARANG DAN PATI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA PERAWAT ICU DI RUMAH SAKIT TIPE C WILAYAH SEMARANG DAN PATI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA PERAWAT ICU DI RUMAH SAKIT TIPE C WILAYAH SEMARANG DAN PATI Eny Dwi Harsiwi, Ika Febrian Kristiana Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN

NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN DIRI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DAN STATUS PEKERJAAN Oleh : Yulianita Andromeda Hj. Ratna Syifa a Rachmahana FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009) adalah metode berlandaskan pada filsafat positivism,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Alfan Nahareko F 100 030 255 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH OVER STRESS TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN PERBEDAAN GENDER SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI. Oleh : Suci Amika Ukkas *) ABSTRAK

PENGARUH OVER STRESS TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN PERBEDAAN GENDER SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI. Oleh : Suci Amika Ukkas *) ABSTRAK Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH OVER STRESS TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN PERBEDAAN GENDER SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Oleh : Suci Amika Ukkas *) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Identivikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang sebab perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO Oleh Tiwi Ambarsari Ridwan Baraba, S.E. M. M iwanba2003@yahoo.com Esti Margiyanti Utami, S. E. M.Si em.utami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan psychological well-being pada anggota komunitas Orang Muda Katolik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Lazarus dan Folkman (Sugianto, 2012) yang mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, Metode kuantitatif menurut Sugiono (2008) adalah metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelbagai kemunduran fungsi diri yaitu fisiologis, psikologis, sosial dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pelbagai kemunduran fungsi diri yaitu fisiologis, psikologis, sosial dan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa akhir merupakan masa tatkala seseorang mengalami pelbagai kemunduran fungsi diri yaitu fisiologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Orang dewasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif non eksperimen, disain yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pernyataan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5).

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5). 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subyek yaitu usia, jenis kelamin, lama menjadi gamer, pekerjaan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angkaangka, mulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Sumber Stres dan Perilaku Coping Individu Dewasa Muda dalam Hubungan Pacaran Abstrak: Kata-kata kunci:

Sumber Stres dan Perilaku Coping Individu Dewasa Muda dalam Hubungan Pacaran Abstrak: Kata-kata kunci: Sumber Stres dan Perilaku Coping Individu Dewasa Muda dalam Hubungan Pacaran Anies Syafitri*) *) Anies Syafitri adalah dosen Program Studi Psikologi Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan di dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut : 2. Menyusun instrumen, pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan di dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut : 2. Menyusun instrumen, pengumpulan data 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian ini, digunakan studi kasus terhadap 3 subjek penelitian. Studi kasus ini bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah guru SMK yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kecamatan Pesanggrahan. Dilaksanakan pada 30 November sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan BAB V PEMBAHASAN Setiap individu pasti menginginkan pekerjaan yang memiliki masa depan yang jelas, seperti jenjang karir yang disediakan oleh perusahaan, tunjangan tunjangan dari perusahaan berupa asuransi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya tingkat perbedaan.

Lebih terperinci