TEKNIK PENYUTRADARAAN BUDI RIYANTO DALAM NASKAH LAKON KELUARGA YANG DIKUBURKAN KARYA AFRIZAL MALNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK PENYUTRADARAAN BUDI RIYANTO DALAM NASKAH LAKON KELUARGA YANG DIKUBURKAN KARYA AFRIZAL MALNA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id TEKNIK PENYUTRADARAAN BUDI RIYANTO DALAM NASKAH LAKON KELUARGA YANG DIKUBURKAN KARYA AFRIZAL MALNA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh CORRY AGUSTIN. AM C FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 digilib.uns.ac.id TEKNIK PENYUTRADARAAN BUDI RIYANTO DALAM NASKAH LAKON KELUARGA YANG DIKUBURKAN KARYA AFRIZAL MALNA Disusun oleh CORRY AGUSTIN. AM C Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing Drs. Hanindawan NIP Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP ii

3 digilib.uns.ac.id TEKNIK PENYUTRADARAAN BUDI RIYANTO DALAM NASKAH LAKON KELUARGA YANG DIKUBURKAN KARYA AFRIZAL MALNA Disusun oleh CORRY AGUSTIN. AM C Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada tanggal.. Jabatan Nama Tanda Tangan 1. Ketua Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag NIP Sekretaris Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum NIP Penguji I Drs. Hanindawan NIP Penguji II Dra. Murtini, M. S. NIP Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Drs. Sudarno, M.A. NIP iii

4 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Nama NIM : Corry Agustin. AM : C Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Teknik Penyutradaraan Budi Riyanto dalam Naskah Lakon keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, Agustus 2010 Yang membuat pernyataan Corry Agustin. AM iv

5 digilib.uns.ac.id MOTTO Hidup bukan untuk mengeluh dan mengaduh (W.S Rendra) Keberhasilan adalah kemampuan untuk tegak berdiri setelah terjatuh. Kata berhasil yang muncul sebelum kata kerja keras hanya ada dalam kamus. v

6 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya ini, penulis persembahkan untuk: Bapak dan Ibu (Almh.) yang telah memberikan kehidupan bagiku. Adikku, Asnia tempatku berbagi. Lelakiku vi

7 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi hamba-nya sehingga skripsi berjudul Teknik Penyutradaraan Budi Riyanto dalam Naskah Lakon Keluarga yang Dikuburkan Karya Afrizal Malna bisa diselesaikan meskipun ada halangan dan rintangan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag selaku ketua jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 3. Drs. Hanindawan selaku pembimbing dalam menyusun skripsi ini, yang dengan sabar dan bijak memberi bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat selesai. 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta pada umumnya yang telah memberikan ilmu kepada penulis sehingga bermanfaat dalam commit menyusun to user skripsi ini. vii

8 digilib.uns.ac.id 5. Segenap staf perpustakaan dan tata usaha yang telah membantu penulis dalam melengkapi syarat-syarat ujian skripsi untuk menjadi sarjana sastra. 6. Segenap staf perpustakaan pusat Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Budi Bodot Riyanto, terimakasih atas kesediannya memberikan beberapa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan naskah Keluarga yang Dikuburkan 8. Keluarga di rumah, bapak, ibu (Almh.), dan adik gendut Asnia atas doa dan dorongannya. 9. Lelakiku, yang menemani setiap hari dan dengan sabar menghadapi perempuan manja (Elang Firdaus Rahayu Kurniawan, akan tiba saatnya nanti ada). 10. Teman-teman Sasindo 2006, teman-teman seperjuangan yang telah memberikan sesuatu untuk dikenang, Rike, Toto, Lia, Brigita, Dimmy, Apin, Dian, Yuyun, Hafidz, Ina, Nurul, Tiara, Ririn, Rohmah, Mila, Wendi Babe, Farida, Taqwa, Yan-yan, Adit, Aji, Amel, Ayum, Toni, Widya, dan temanteman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan semangat dan dorongan agar diselesaikannya skripsi ini. 11. Teater Tesa, rumah kedua yang telah membuat banyak kenangan. Ayot, Mama, Gondes, Mas Uli, Mas Andri, Jambrong, Adis, Bre, Fina Kencit, Suryo, Pakdhe, Dewinta, Desi, Kiki, Mbak Atha, terimakasih atas celoteh kalian setiap hari. Tak lupa para sesepuh Tesa Mas Ma, Pak Bas, Kung Tabah, Lek Bodot, Mas Janta, Mbak Frides, Mbak Amee, Mbak Wiwin, Mas Pele, Mas Kencot, Mas Didit, Mbak Fitri, mas Alfian yang dengan setia mengikuti viii

9 digilib.uns.ac.id dan mendampingi perjalanan hidup Tesa, serta semua keluarga besar Teater Tesa yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 12. Keluarga besar Mbah Abu, Bulik Ut, Budhe Sri, Pakde Mukhsin, Mas Nur, Mas Iqbal, Mbak Norma dan Raihan kecil, terimakasih untuk terus mengingatkan menyelesaikan skripsi ini dan pesan-pesan untuk hari esok. 13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih penuh dengan kelemahan dan kekurangan serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa sastra pada khususnya. Surakarta, Agustus 2010 Penulis ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... i ii iii iv v vi vii x xiii xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A Latar Belakang Masalah... 1 B Pembatasan Masalah... 6 C Rumusan Masalah... 6 D Tujuan Penelitian... 7 E Manfaat Penelitian... 7 F Sistematika Penulisan... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR x

11 digilib.uns.ac.id A Penelitian Terdahulu B Kajian Pustaka.. 12 C Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Objek Penelitian C. Sumber Data dan Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data BAB IV ANALISIS Teknik Penyutradaraan Budi Riyanto a. Menentukan Nada Dasar b. Menentukan Casting/Pemeranan c. Latihan d. Tata dan Teknik Pentas e. Menguatkan atau Melemahkan Scene. 106 f. Menciptakan Aspek Laku g. Mempengaruhi Jiwa Pemain 124 h. Koordinasi 127 BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA xi

12 digilib.uns.ac.id LAMPIRAN... A. Wawancara B. Pamflet Pertunjukan C. Biografi Sutradara D. Artikel Pendukung E. Biografi Teater Tesa F. Naskah Keluarga yang Dikuburkan 144 xii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar blocking Gambar blocking 2 56 Gambar blocking 3 57 Gambar blocking 4 58 Gambar blocking 5 59 Gambar blocking 6 60 Gambar blocking 7 61 Gambar blocking Gambar blocking Gambar blocking Gambar blocking Gambar blocking Gambar blocking Gambar blocking Gambar blocking xiii

14 digilib.uns.ac.id Gambar blocking Gambar tata panggung 79 Gambar tata ruang 81 Gambar set lampu 83 Gambar set lampu spesial Basuki 84 Gambar set lampu jalan raya 86 Gambar set lampu surat wasiat 87 Gambar tata rias Basuki.. 91 Gambar tata rias Budi. 93 Gambar tata rias Iwan 94 Gambar tata busana Basuki Gambar tata busana Krima Gambar tata busana Krima Gambar tata busana Budi Gambar tata busana Budi Gambar tata busana Budi Gambar tata busana Doni Gambar tata busana Doni xiv

15 digilib.uns.ac.id Gambar tata busana Iwan. 103 Gambar tata busana Sekar Gambar tata busana Sekar Gambar adegan Doni mencukur rambut Basuki 110 Gambar adegan Doni dan Budi. 112 Gambar adegan monolog Budi 114 Gambar adegan Budi dan Sekar Gambar adegan Doni, Budi dan Sekar 117 Gambar adegan monolog Iwan 118 Gambar adegan jalan raya Gambar adegan Iwan dan Basuki 121 Gambar adegan monolog Basuki xv

16 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Corry Agustin AM. C Teknik penyutradaraan Budi Riyanto dalam naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan Karya Afrizal Malna. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini membahas bagaimana teknik penyutradaran Budi Riyanto sebagai bentuk penyutradaraan terhadap naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna? Tujuan penelitian ini adalah untuk Mendeskripsikan teknik-teknik penyutradaraan Budi Riyanto sebagai bentuk penyutradaraan terhadap naskah lakon Keluarga yang dikuburkan karya Afrizal Malna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah proses penyutradaraan dari awal hingga pertunjukan naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna yang merupakan adaptasi bebas dari naskah lakon The Buried Child karya Sam Shepard. Adapun data untuk penelitian ini adalah teknik-teknik yang dilakukan oleh Budi Riyanto dari bulan Desember 2006 sampai November 2007 berkenaan dengan tugasnya sebagai seorang sutradara yang menyutradarai naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan dan bentuk visualisasi pertunjukannya. Didukung data yang berupa artikel-artikel yang berhubungan dengan teater secara umum, ataupun artikel yang memuat pementasan tersebut, juga data-data lain berupa wawancara, buku-buku, majalah, dan artikel-artikel cyber dari internet. Teknik yang digunakan adalah (1) teknik pustaka, yaitu mengumpulkan data-data dengan membaca dan mempelajari buku yang mempunyai hubungan atau buku-buku yang dapat menunjang penulis dalam penelitian. (2) teknik observasi dan wawancara, teknik observasi yang dilakukan penulis adalah pengamatan lapangan, yaitu ketika proses latihan dan pementasan. Setelah teknik observasi, penulis melakukan teknik wawancara dan kemudian mencatat yang selanjutnya diinventarisasikan sebagai data yang diolah dalam penelitian. Berdasarkan analisis yang telah di sampaikan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Teknik penyutradaraan yang digunakan Budi Riyanto dalam mengangkat naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan, meliputi menentukan nada dasar, menentukan casting/ pemeranan, latihan (terdiri dari olah vokal, olah tubuh, olah rasa, reading, blocking), tata dan teknik pentas (tata setting/ruang, tata lampu, tata rias dan busana, dan tata musik), menguatkan atau melemahkan scene, menciptakan aspek-aspek laku, mempengaruhi jiwa pemain, koordinasi. Budi Riyanto mencoba mengangkat naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan yang diadaptasi bebas dari The Buried Child karya Sam Shepard. Naskah lakon ini menceritakan berbagai masalah-masalah yang dialami oleh sebuah keluarga karena adanya kekacauan komunikasi. Budi Riyanto xvi

17 digilib.uns.ac.id menggabungkan konsep realis dan bentuk-bentuk simbolis dengan tujuan mempermudah interpretasi penonton. Pementasan ini diperankan oleh enam orang aktor. aktor yang ikut dalam proses pementasan ini gabungan dari aktor yang sudah lama ikut berproses bersama Teater Tesa maupun baru (mahasiswa baru). Setiap aktor memiliki latar belakang yang berbeda dan kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap maksud dari naskah lakon tersebut. Untuk menghindari adanya ketidakseimbangan permainan, Budi Riyanto menggabungkan gaya penyutradaraan Gordon Craig dan Laisses Faire. Gaya penyutradaraan Gordon Craig merupakan gaya penyutradaraan yang mutlak, semua ide dan gagasan dari sutradara harus dilakukan oleh para aktor. Gaya penyutradaraan Laisses Faire adalah suatu gaya penyutradaraan yang memberikan kebebasan para aktor untuk lebih mengekspresikan diri. Budi Riyanto menerapkan gaya Gordon Craig untuk aktor-aktor yang belum memiliki jam terbang tinggi, sedangkan gaya Laisses Faire diterapkan pada aktor yang memiliki jam terbang tinggi. jam terbang setiap aktor ditentukan dari lamanya ia bergabung dengan Teater Tesa dan seberapa sering ia ikut dalam setiap proses pementasan yang diadakan oleh Teater Tesa. Meskipun menggunakan penggabungan gaya Gordon Craig dan Laisses Faire, Budi Riyanto juga mengadakan diskusi-diskusi dalam setiap kesempatan. Dari diskusi-diskusi ini dapat dilihat bahwa Budi Riyanto tidak selalu memaksakan kehendak (diktator). Budi Riyanto bersedia mendengarkan masukan dari orang lain, meskipun tidak semua masukan ia terima dengan berbagai pertimbangan. xvii

18 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyutradaraan merupakan hal yang berhubungan dengan proses yang dilakukan dari awal hingga tampilnya sebuah pementasan diatas panggung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyutradaraan adalah proses, cara, perbuatan menyutradarai. Hal ini tentu saja berkaitan dengan seni peran. ( Orang yang menyutradarai suatu seni peran adalah orang yang sudah cukup berpengalaman dibidangnya. Sebuah penyutradaraan dilakukan oleh orang yang disebut sebagai sutradara. Sutradara adalah orang yang membawa sebuah naskah drama ke atas panggung dengan menafsirkan naskah tersebut dan memvisualisasikan ke dalam seni garap teater secara utuh. Seorang sutradara merupakan sosok yang sangat penting dalam sebuah proses penggarapan drama. Dalam sebuah proses penggarapan, seorang sutradara bertugas untuk mengatur dan mengarahkan segala sesuatu yang kemudian akan diwujudkan secara visual diatas panggung. Menurut Nano Riantiarno dalam sebuah esainya Sutradara adalah suatu jabatan yang banyak mengandung resiko dan harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Sutradara wajib memberikan instruksi-instruksi. Semua instruksi yang keluar dari seorang sutradara adalah sebuah instruksi yang penuh dengan pertimbangan dan perhitungan (Tommy. F Awuy, 1999: 174). Dari pendapat commit Nano dapat to user dikatakan bahwa seorang sutradara 1

19 digilib.uns.ac.id 2 haruslah memiliki sebuah pemahaman yang matang pada sebuah naskah drama yang digarapnya, hal ini karena semua instruksi yang keluar dari seorang sutradara adalah pemahaman yang ditangkap oleh sutradara dari teks suatu naskah yang dibacanya. Hasanudin W.S berpendapat bahwa Sutradara adalah seseorang yang mengkoordinir dan mengarahkan segala unsur pementasan drama (pemain dan property), memberikan penafsiran pokok atas naskah, dan hal-hal lainnya, dengan kecakapannya sehingga mencapai suatu pementasan seni pertunjukan drama (Hasanudin W.S, 2009: 198). Seorang sutradara adalah seorang seniman atau pekerja seni yang bertugas untuk mengkoordinasi suatu proses penggarapan dari naskah lakon yang dipilihnya. Sutradara juga bertanggung jawab penuh atas sebuah pertunjukan dari awal proses hingga naskah tersebut ditampilkan di atas panggung. Dalam perannya sebagai seorang sutradara, ia dianggap mampu untuk menciptakan sebuah peristiwa teater. Teater merupakan pertunjukan dari serangkaian peristiwa. Dengan pemeran sebagai materi baku utama dalam upaya mengungkapkan pengalaman. Kata-kata yang diungkapkan diatas pentas mengandung suatu kompleksitas tersendiri, karena merupakan kata untuk: 1. dilakukan 2. didengar 3. dilihat (Ags. Arya Dipayana: 75). Seni pertunjukan teater yang dipertontonkan kepada para penikmat seni merupakan sebuah proses seni yang melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur itu meliputi proses kemunculan ide, proses keutuhan penggarapan dan apresiasi penonton. Semua proses dalam peristiwa teater memerlukan seorang koordinator

20 digilib.uns.ac.id 3 yang bertangggung jawab dan mampu mengolah pertunjukan menjadi suatu tontonan yang apik dan mempunyai keutuhan yang estetik. Estetika yang ditampilkan pertunjukan teater sangat dipengaruhi oleh imajinasi seorang sutradara dalam meramu naskah tersebut. Pemahaman sutradara terhadap suatu naskah juga merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh sutradara. Budi Riyanto adalah seorang pekerja seni yang memiliki imajinasi dan pemahaman yang mendalam dalam setiap naskah yang digarapnya. Budi Riyanto memulai perjalanan teaternya ketika memasuki masa perkuliahan. Budi Riyanto bergabung dengan Teater Tesa pada tahun 1996, sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Sekarang selain bergabung dengan kelompok teater LUNGID dan menjadi pelatih di teater DEPAN (Politeknik Pratama Mulia) Budi Riyanto masih setia menemani setiap proses perjalanan TESA. Selama bergabung dengan Teater Tesa, Budi Riyanto banyak mengikuti proses penggarapan. Budi Riyanto pernah bermain dalam beberapa pertunjukan, antara lain : a). Revolusi Burung-Burung, Naskah Anonim b). Dalam Bayangan Tuhan, Naskah Arifin C. Noer c). Soliloqui Pelayaran Hitam, Naskah Meong Purwanto d). Destrarasta, Naskah St. Wiyono e). Pedati Kita Dikubangan, Naskah Hanindawan f). Sula, Naskah Ambhita Dian Ningrum g). Topeng-Topeng, Naskah Rahman Sabur h). Paing Si Bedinde, Naskah Hanindawan

21 digilib.uns.ac.id 4 i). Pakaian dan Kepalsuan, Naskah Averchencho j). Syeh Siti Jenar, Naskah Ferdi Kastamarta k). TUK, Naskah Bambang Widoyo, SP (Kentoet) l). Visa, Naskah Goenawan Muhammad m). ROL, Naskah Bambang Widoyo, SP (Kentoet) Berdasarkan pengalamannya bermain dalam beberapa naskah tersebut, Budi Riyanto memulai untuk mencoba masuk dalam tahapan yang lebih tinggi di dalam jagad seni teater, yaitu menjadi seorang sutradara. beberapa naskah lakon yang telah disutradarai adalah sebagai berikut: a). Destrarasta, Naskah St. Wiyono b). Topeng topeng, Naskah Rahman Sabur c). Keluarga Yang Dikuburkan Naskah Afrizal Malna d). Paing Si Bedinde, Naskah Hanindawan e). Ozone, Naskah Arifin C. Noer f). Petang di Taman,Naskah Iwan Simatupang g). Hanya Satu Kali, Naskah Galswoorty dan K. Modelwene h). Paragraf Dalam Hujan, Naskah Meong Purwanto Selain sebagai seorang pelakon seni dan sutradara muda di kota Solo, Budi Riyanto yang telah lama bergelut dalam dunia seni peran ini adalah seorang mahasiswa alumni Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Budi Riyanto mencoba untuk menerapkan ilmu yang didapatnya semasa kuliah untuk membawa sebuah naskah lakon keatas panggung. Teater Tesa sendiri merupakan salah satu komunitas teater kampus di Solo. Tidak dapat dipungkiri bahwa dari berbagai komunitas teater di Indonesia,

22 digilib.uns.ac.id 5 komunitas teater kampus merupakan komunitas yang paling banyak ada di Indonesia. Dari komunitas teater kampus inilah yang kemudian menjadi cikal bakal adanya teater-teater independent. Dari pengalaman beberapa kali yang penulis alami sebagai pemain yang berproses dengan Budi Riyanto, penulis beranggapan bahwa Budi Riyanto adalah sosok sutradara dan seniman yang matang dan gaya penyutradaraannya siap untuk diteliti dan dikaji. Naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan ini dimainkan oleh enam orang aktor. Semua aktor yang bermain dalam naskah lakon ini merupakan gabungan dari anggota TESA, baik anggota baru maupun anggota yang sudah lama berproses bersama TESA. Karena adanya keberagaman dalam setiap pemain inilah yang kemudian membuat Budi Riyanto menerapkan gaya penyutradaraan yang berbeda antara aktor yang satu dengan yang lain. Adanya perbedaan gaya yang diterapkan pada setiap pemain ini dilihat dari jam terbang masing-masing aktor. Jam terbang masing-masing aktor disini dilihat dari berapa lamanya aktor bergabung dengan Teater Tesa dan seberapa sering sang aktor ikut dalam berbagai proses pementasan Teater Tesa. Aktor yang belum mempunyai jam terbang yang tinggi tentu saja harus bisa mengimbangi aktor yang telah mempunyai jam terbang yang lebih tinggi begitu pula sebaliknya, aktor yang mempunyai jam terbang lebih tinggi juga di tuntut untuk dapat mengimbangi aktor yang lain. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan permainan yang seimbang antara aktor yang satu dengan aktor yang lain di atas panggung. Dalam rangka penelitian teknik penyutradaraan Budi Riyanto dalam naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna yang merupakan

23 digilib.uns.ac.id 6 adaptasi bebas dari naskah lakon The Buried Child yang ditulis oleh Sam Shepard, penulis berupaya mengungkapkan teknik Budi Riyanto ketika menyutradarai naskah lakon tersebut. Adapun proses penyutradaraan yang akan diteliti adalah proses penyutradaraan yang dilakukan oleh sutradara Budi Riyanto terhadap naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna yang dilakukan dari bulan Desember 2006 sampai November 2007 dan dipentaskan oleh kelompok kerja Teater Tesa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul Teknik penyutradaraan Budi Riyanto dalam naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan Karya Afrizal Malna B. Pembatasan Masalah Dari latar belakang masalah di atas sebenarnya masih terdapat banyak masalah yang harus di bahas baik masalah teks, keaktoran, dan lain sebagainya. Namun, agar penelitian lebih fokus, pembatasan masalah pada penelitian ini hanya penulis batasi pada teknik penyutradaraan sutradara Budi Riyanto terhadap naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu bagaimana teknik penyutradaran sutradara Budi Riyanto sebagai bentuk penyutradaraan terhadap naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna?

24 digilib.uns.ac.id 7 D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan teknik-teknik penyutradaraan sutradara Budi Riyanto sebagai bentuk penyutradaraan terhadap naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan dan penggunaan teori sastra, khususnya teori pementasan drama dalam memvisualisasikan suatu naskah lakon di atas panggung. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan atau dipergunakan oleh seorang sutradara atau calon sutradara sebagai bentuk penyutradaraan apabila ingin mementaskan suatu naskah lakon. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah cara penyajian suatu urutan penulisan yang dibuat secara sistematis. Sistematika sangatlah penting artinya sebagai pedoman penelitian yang akan memberikan gambaran mengenai langkah-langkah penelitian sekaligus permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, sehingga memudahkan pemahaman yang menyeluruh dari penelitian tersebut. Penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab, yang masing-masing bab memuat suatu pembicaraan yang commit berlainan. to user Antara bab satu dengan bab yang

25 digilib.uns.ac.id 8 lainnya mempunyai keterikatan yang erat dan mempunyai kesinambungan, sehingga terbentuk satu kesatuan yang utuh. Uraian secara garis besar tentang kelima bab tersebut adalah sebagai berikut. Bab pertama berisi pendahuluan yang di dalamnya menguraikan latar belakang masalah yang berhubungan dengan objek penelitian. Pembatasan masalah berisi tentang pembatasan masalah yang diteliti agar tidak melenceng dari pokok penelitian. Pokok permasalahan yang akan diteliti dipaparkan dalam perumusan masalah; tujuan penelitian menjelaskan untuk apa penelitian ini dilakukan; manfaat penelitian menjelaskan tentang manfaat praktis dan teoritis dari penelitian; dan sistematika penulisan yan akan memberikan keterangan mengenai alur penulisan dalam penelitian ini. Bab kedua berisi penelitian terdahulu, kajian pustaka, dan kerangka berpikir. Kajian pustaka membahas mengenai teori teknik penyutradaraan sutradara. Bab ketiga menjelaskan metode penelitian, yaitu mengenai data apa saja yang akan dijadikan sumber data, bagaimana teknik atau cara dalam pemerolehan data, dan bagaimana teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Bab keempat merupakan pembahasan yang menyajikan mengenai analisis data, yaitu uraian mengenai teknik penyutradaraan sutradara Budi Riyanto terhadap naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna yang merupakan adaptasi bebas dari naskah lakon The Buried Child yang ditulis oleh Sam Shepard.

26 digilib.uns.ac.id 9 Bab kelima berupa penutup yang memuat simpulan yang berisi pernyataan singkat dari hasil penelitian dan pembahasan, selain itu juga akan disertakan beberapa saran relevan dalam penelitian ini.

27 digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelusuran yang penulis lakukan di universitas sekitar Solo (UMS, UNS, UNIVET, UNISRI, UGM), diperoleh beberapa penulisan skripsi dengan menggunakan teknik penyutradaraan seperti di bawah ini: 1. Anton Tri Cahyono. C Konsep Penyutradaraan Ista Bagus Putranto dalam Lakon Wabah Karya Hanindawan. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah aspek-aspek formal yang membangun naskah lakon Wabah karya Hanindawan sebagai objek awal untuk menangkap makna, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji aspek interpretasi sebagai bekal menyusun konsep penyutradaraan lakon tersebut sebagai bentuk dari proses penyutradaraan Ista Bagus Putranto. Penelitian ini merupakan hasil dari proses penyutradaraan sutradara Ista Bagus Putranto dengan Teater Kedok Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2001 di Aula Fakultas Kedokteran. Secara keseluruhan, unsur-unsur naskah lakon Wabah mempunyai keterjalinan yang erat antara penokohan, alur, latar, tikaian, tema dan amanat, serta cakapan. Interpretasi sutradara Ista Bagus Putranto yang kreatif dan penggarapan tata panggung, tata lampu, tata rias dan busana, serta tata musik menghasilkan cerita yang menarik commit saat to user dipentaskan. Hal ini didukung oleh 10

28 digilib.uns.ac.id 11 konsep penyutradaraan sutradara Ista Bagus Putranto yang menggunakan metode campuran antara teori Laissez Faire dan Gordon Craig. 2. Janta Setiana. C Teknik Penyutradaraan Rohmat Basuki dalam Naskah Lakon Aum Karya Putu Wijaya. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menjawab masalah bagaimana teknik penyutradaraan dan tugas sutradara Rohmat Basuki sebagai bentuk penyutradaraaan terhadap naskah lakon Aum karya Putu Wijaya. Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan teknik penyutradaraan dan tugas sutradara dari Rohmat Basuki selama menyutradarai naskah lakon Aum karya Putu Wijaya sebagai kebutuhan pementasan. Simpulan dari penelitian ini yaitu teknik penyutradaraan yang dilakukan oleh Rohmat Basuki dalam menyutradarai naskah lakon Aum karya Putu Wijaya. Kedelapan teknik Rohmat Basuki itu, antara lain: 1) menentukan nada dasar, meliputi: menentukan dan memberikan suasana khusus, membuat lakon gembira menjadi suatu banyolan, mengurangi bobot tragedi yang berlebihan, memberikan prinsip dasar pada lakon, 2) memilih pemain atau pengkastingan, meliputi: casting to type, casting by ability, dan antitype casting, 3) latihan, meliputi olah vokal, olah tubuh, olah rasa, reading, dan blocking, 4) tata teknik dan pentas, meliputi: tata ruang, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata busana, 5) menguatkan dan melemahkan scene, meliputi adegan yang dibuat oleh sutradara Rohmat Basuki dari adegan I sampai XI, 6) menciptakan aspek-aspek laku, dengan pendekatan ketat dan fleksibel, 7) mempengaruhi jiwa pemain, meliputi: observasi, diskusi, dan latihan alam, 8)

29 digilib.uns.ac.id 12 koordinasi, meliputi: mengumpulkan semua yang terlibat, baik para pemain, crew setting, crew ligthing, makeuper, pemusik, dan produksi untuk tumbuh bersama dalam menyukseskan pertunjukan Aum karya Putu Wijaya ke dalam pertunjukan drama. Pendekatan yang dilakukan oleh Rohmat Basuki dalam menyutradarai naskah lakon Aum karya Putu Wijaya adalah menggunakan gaya penyutradaraan Laisez Faire dan Gordon Craig. Laisez Faire adalah gaya penyutradraan dengan memberikan kesempatan bagi para pemain untuk lebih mengembangkan dirinya, gaya Laisez faire dilakukan pada para pemain yang memiliki jam terbang tinggi dalam pengalaman bermainnya, sedangkan Gordon Craig yaitu gaya penyutradaraan dengan cara-cara ketat, gaya ini digunakan bagi pemain-pemain yang pemula. Dari penelusuran penulis, teori tentang teknik penyutradaraan hanya digunakan oleh dua orang penulis, yaitu Anton Tri Cahyono dan Janta Setiana, sehingga Teknik Penyutradaraan Budi Riyanto dalam Naskah Lakon Keluarga yang Dikuburkan benar-benar belum diteliti oleh penulis lain. B. Kajian Pustaka Teknik penyutradaraan adalah suatu cara seorang sutradara dalam melakonkan perannya untuk mengangkat sebuah naskah lakon ke dalam bentuk pementasan. Ajib Hamzah berpendapat bahwa Sutradara ketika berkehendak menyutradarai suatu naskah lakon, keberangkatan naskah lakon itu didukung oleh konsep yang telah dimiliki sebagai commit hasil kontrak to user dengan naskah (1985: ).

30 digilib.uns.ac.id 13 Sementara Suyatna Anirun berpendapat bahwa setiap pagelaran drama selalu bertolak dari pencetusnya ide-ide. Ide-ide yang telah melembaga menjadi suatu gagasan-gagasan itu mengembang menjadi bahasa teater (1978: 19). Sutradara adalah orang yang dapat mengaktualisasikan naskah lakon ke dalam panggung pementasan. Sutradara tidak dapat bekerja sendiri. Dalam setiap proses pementasan, sutradara akan berhadapan dengan naskah, aktor, kru panggung, serta penonton. Harymawan menjelaskan bahwa kedudukan seorang sutradara berada di tengah-tengah segitiga, ia bertindak sebagai pusat kekuatan, berikut adalah bagan yang menjelaskan posisi sutradara dalam proses pementasan: pengarang/ naskah sutradara aktor penonton (Harymawan, 1993: 64). Menurut Suyatna Anirun, ada empat unsur yang mengusung terciptanya sebuah teater yaitu, naskah, pemain, tempat pertunjukan, dan penonton. Semua merupakan satu kesatuan yang meruang, hanya dari sana kita akan mendapat kemungkinan terciptanya atmosfer teateral. Atmosfer tersebut hanya tercita apabila naskah sedang dimainkan, dipertunjukkan dengan tingkat permainan yang optimal, bertenaga dan berpengaruh, diusung oleh kondisi ruangan dan teknik akustik yang memadai sehingga secara visual memungkinkan terjadinya komunikasi estetis maupun emosional dengan penonton (Suyatna Anirun, 2002: 41).

31 digilib.uns.ac.id 14 Seorang sutradara adalah seorang seniman, ia menyiapkan dan merencanakan kerja dan usaha-usaha kreatif untuk dapat menyuguhkan pementasan yang baik, namun sutradara juga menyadari bahwa seni bukan suatu dogma, apa yang diharapkan objektif selalu menjadi subjektif. Hal ini berkaitan dengan citra seseorang terhadap keindahan masing-masing ditentukan oleh sikap dan penalaran yang berbeda-beda. Teknik penyutradaraan yang digunakan sutradara dalam memunculkan naskah lakon ke atas pangung meliputi beberapa cara, menurut Japi Tambayong, teknik yang digunakan oleh sutradara meliputi memilih naskah, menentukan pokok penafsiran, memilih pemain, bekerja dengan staff, melatih pemain, dan mengkoordinasi setiap bagian (1981: 68-70). Sementara Harymawan dalam bukunya berjudul Dramaturgi menguraikan teknik dalam proses penyutradaraan adalah menentukan nada dasar, casting, tata dan teknik pentas, menyusun miss and scene, menguatkan dan melemahkan scene, menciptakan aspek-aspek laku, dan mempengaruhi jiwa pemain. Adapun penjelasan dari tugas dalam proses sutradara adalah sebagai berikut : a. Menentukan Nada Dasar Menentukan nada dasar adalah mencari motif yang memasuki karya lakon dan kemudian memberi ciri kejiwaan dalam suatu perwujudan naskah lakon dasar dapat bersifat sebagaimana berikut: 1). Menentukan dan memberikan suasana khusus. 2). Membuat lakon gembira menjadi suatu banyolan. 3). Mengurangi bobot tragedi yang terlalu berlebihan. 4). Memberikan prinsip dasar pada lakon.

32 digilib.uns.ac.id 15 5). Ringan b. Menentukan Casting Yang dimaksud casting ialah proses penuangan untuk menentukan pemeran berdasarkan analisis naskah untuk diwujudkan dalam pentas. Beberapa macam casting yang digunakan sutradara, adalah sebagai berikut: 1). Casting by ability : casting berdasarkan kecakapan yang terbaik dan terpandai sebagai pemeran utama, serta menjadikan pemain dengan tokoh-tokoh yang penting dan sukar. 2). Casting to type : casting berdasarkan kondisi/kesesuaian fisik dengan peran tokoh. Sutradara akan memilih pemainnya yang sesuai dalam memerankan tokoh dengan melihat kesesuaian fisik pemain dengan tokoh yang akan dilakoninya. 3). Antitype casting : casting yang agak bertentangan dengan keadaan watak maupun sifat pemeran dalam memerankan tokoh yang akan dimainkannya. Proses pengcastingan dengan model ini akan membuat pemain lebih mengeksplor dirinya. 4). Casting to emotional temperament: casting berdasarkan pada hasil observasi hidup pribadi, adanya kesamaan/kesesuaian dengan peran yang dimainkan dalam hal emosi dan temperamen. Pada tipe pengkastingan gaya emotional

33 digilib.uns.ac.id 16 temperament, sutradara akan lebih mudah menggarap para pemainnya karena pemain memiliki kemiripan kondisi keseharian dengan tokoh yang dilakoninya. 5). Therapeutic casting: casting yang dikemukakan untuk seorang pelaku yang bertentangan sekali watak aslinya dengan maksud menyembuhkan atau terapi mengurangi ketakseimbangan jiwanya. Pada tipe penyutradaraan gaya therapeutic casting, sutradara sudah mencapai tahapan suhu di mana ia mengerti betul kondisi para pemainnya dan berusaha untuk menyeimbangkan kondisi kejiwaan para pemainnya. Dalam melakukan casting, sutradara harus memilih pemain atau orang yang sesuai untuk memainkan tokoh yang dimaksud. Kesesuaian itu berdasar pada fisik, karakter, warna suara, temperamen kesehariannya, dan mungkin juga pengalaman atau jam terbang yang dimilikinya dalam dunia panggung atau seni peran. c. Tata dan Teknik Pentas Tata dan teknis pentas adalah segala yang menyangkut soal tata setting, tata rias dan busana, tata cahaya dan tata musik, kesemuanya disesuaikan dengan nada dasar. Dalam merencanakan tata pentas, seorang sutradara mempunyai konsep mengenai tata pentas sebuah lakon yang akan disutradarainya, yang memberikan gambaran mengenai tata setting, tata rias dan busana, tata cahaya, dan tata musiknya.

34 digilib.uns.ac.id 17 Pelaksanaan tata pentas ini dikerjakan oleh pekerja panggung, seperti penata setting, perias dan penata kostum, penata lampu dan penata musik. Hubungan sutradara dengan pekerja panggung tersebut, sutradara hanya memberikan konsep tata pentas secara garis besarnya saja, dan pekerja panggung mengerjakan menurut konsep tata pentas sutradara. d. Menyusun Miss en Scene Menyusun miss en scene adalah menyusun segala perubahan yang terjadi dan terdapat pada daerah pemain akibat adanya perpindahan pemeran atas perlengkapan panggung, pemberian bentuk bisa dicapai dengan hal-hal berikut : 1). Sikap pemain 2). Pengelompokan 3). Pembagian Tempat Kedudukan Para Pelaku 4). Variasi Saat Keluar dan Masuk 5). Variasi Posisi dari Dua Pemain yang Berhadap-hadapan 6). Komposisi dengan Menggunakan Garis dalam Penempatan Pelaku 7). Ekspresi Kontras dalam Pakaian Pemeran 8). Efek yang Ditimbulkan oleh Tata Sinar Lampu 9). Memperhatikan Latar Belakang Pentas 10). Keseimbangan dalam Komposisi Pentas 11). Dekorasi

35 digilib.uns.ac.id 18 Dalam menyusun miss en scene, sutradara akan menjumpai permasalahan mengenai bahasa naskah yang diangkat ke bahasa panggung, yang lazim disebut tekstur. Bahasa panggung atau tekstur meliputi, tata pentas, action, blocking, dan mood. Tata pentas meliputi aksi dan reaksi yang dilakukan oleh tokoh atau pelaku di panggung; baik dalam bentuk gesture (gerak isyarat), business (kesibukan), dan movement (gerak berpindah tempat). Adapun blocking meliputi pengelompokkan pemain, pembagian tempat kedudukan pemain, variasi saat keluar dan masuk panggung, keseimbangan dalam komposisi dengan menggunakan garis dalam penempatan pelaku. Mood merupakan suasana jiwa yang tercipta atau diciptakan dalam setiap babak atau adegan. e. Menguatkan atau Melunakkan Scene Teknik ini adalah cara penggarapan suatu lakon yang dituangkan pada bagian-bagian adegan lakon. Sutradara bebas menentukan tekanan pada bagian-bagian lakon menurut pandangannya sendiri tanpa mengubah naskah. Kondisi penguatan dan pelunakan scene bisa didukung dengan efek cahaya dan musikalitas. f. Menciptakan Aspek-aspek Laku Sutradara memberikan saran-saran pada para aktor agar mereka menciptakan apa yang disebut laku simbolik atau akting kreatif, yaitu cara berperan yang biasanya tidak terdapat dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan untuk memperkaya permainan, sehingga penonton lebih jelas dengan kondisi batin seorang pemeran.

36 digilib.uns.ac.id 19 g. Mempengaruhi Jiwa Pemain Ada dua macam kedudukan sutradara sebagai penggarap cerita lakon: 1). Ciri Sutradara Teknikus Dia akan menciptakan suatu pagelaran pentas yang menyolok dan menarik perhatian publik dengan teknik dekor yang luar biasa, tata sinar yang mewujudkan kostum yang menarik. Penyutradaraan teknikus terkesan mengelabuhi penonton dengan tampilan secara visual tanpa memahami unsur keaktorannya yang notabene sebagai media penyampai suatu maksud dari teks drama. 2). Ciri Sutradara Psikolog Gaya sutradara psikologi memang kurang memperhatikan aspek selain keaktoran karena dalam penggambaran watak dia akan lebih mengutamakan tekanan psikologis, khususnya pada cara acting yang murni ketika prestasi permainan pribadi ditempatkan dalam arti sebenarnya. Jadi aspek di luar wilayah keaktoran agak dikesampingkan. h. Koordinasi Sutradara memerlukan koordinasi dengan semua pihak yang berhubungan dengan proses pementasan. Dalam sebuah proses penggarapan suatu naskah lakon, seorang sutradara harus mampu memilih jalur yang akan dipilihnya untuk menjalankan penyutradaraannya. Jalur yang dipilihnya akan menjadi pedoman

37 digilib.uns.ac.id 20 kepemimpinannya dan menentukan tindakan yang akan diambilnya dalam sebuah proses tersebut. Japi Tambayong membagi kepemimpinan seorang sutradara, antara lain sebagai berikut : a. Sutradara Konseptor: sutradara, tak pelak, adalah dengan sendirinya konseptor. Tetapi, seorang sutradara konseptor, berdiri sebagai pemegang konsep penafsiran yang ketat. Ia menyerahkan konsep penafsirannya pada para pemain, dan dibiarkannya pemain-pemain itu mengembangankan konsep itu secara kreatif, tetapi juga terikat. b. Sutradara Koordinator: jika sebuah pertunjukan bersifat komersial, tentu aktor-aktor yang dipilih bermain adalah aktor-aktor ternama, atau paling tidak aktor-aktor yang sudah jadi. Mereka dipakai dan dibayar. Tugas sutradara disini, kuran lebih adalah pengarah. Ia tinggal mengkoordinasi pemain-pemain itu dengan konsep penafsirannya. c. Sutradara Diktator, sutradara di sini tidak percaya pada pemainpemainnya. Ia menjadi guru yang mengharapkan pemainnya dicetak persis seperti dirinya. Baginya tidak berlaku konsep penafsiran dua arah seperti sutradara konseptor. Ia mendambakan seni sebagai dirinya, seni adalah aku. Pemain-pemainnya tetap buta tuli, mereka hanya dibuat robot. d. Sutradara Suhu: untuk Indonesia, barangkali pedoman sutradara sebagai suhu, amat diperlukan bagi pembangunan jangka panjang. Sutradara adalah seorang suhu, yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin anggota pemainnya. Kelompok teaternya dibuat seperti sebuah padepokan. Ada masanya belajar bersama-sama, ada masanya membangkang dan menyanggah guru, lalu ada masanya berdiri sendiri. Para aktor diberi keyakinan, bahwa mereka adalah cantrik-cantrik yang kelak harus hadir dengan dirinya sendiri, melawan secara jantan kepada pemimpinnya. Jantan di sini berarti, ilmunya telah benar-benar mustaid. (Japi Tambayong, 1981: 73-74). Menurut Nano Riantiarno, dalam dunia penyutradaraan, tercatat ada empat jenis gaya sutradara. Semua berkaitan erat dengan perilaku atau perangainya sebagai seorang manusia. gaya dari sutradara tersebut yaitu sebagai berikut : a) Sutradara Pemarah Dalam dunia penggarapan, banyak sutradara yang mengikuti gaya ini. Hal ini disebabkan karena adanya suatu pengertian bahwa seorang sutradara marah-marah untuk menghasilkan hasil yang optimal.

38 digilib.uns.ac.id 21 Sutradara pemarah sulit sekali untuk menjalin komunikasi yang baik dengan para pekerja panggung dan pemain-pemainnya. Padahal kerja panggung dalam suatu proses merupkan suatu kerja bersama. Dunia kesenian bagi sutradara pemarah makin lama akan makin sempit. Dia akan kehilangan banyak momen berharga. b) Sutradara Pendiam Gaya jenis ini juga memiliki banyak pengikut. Sutradara jenis ini biasanya lebih suka bekerja sendirian. Dia kurang gemar memerintah atau berpetuah, tapi lebih suka langsung memberi contoh. Harapannya, semoga yang lain tak enak hati dan mau bekerja lebih optimal pada masing-masing bidangnya. Sutradara jenis ini dapat menjadi bumerang bagi proses pementasan tersebut. Hal ini akan membuat orang yang ikut dalam proses pementasannya akan bertindak seenaknya. c) Sutradara Cerewet Biasanya seorang sutradara yang cerewet menyimpan niat untuk membuat hasil kerjanya jadi sesempurna mungkin. Dia suka menganggap para pekerjanya adalah orang-orang yang bodoh yang harus selalu digiring dan wajib diberitahu hingga hal-hal paling detil. Perkembangan pekerjaan harus berasal dari dirinya saja. Pertimbangan orang lain kurang dihargai, dan semua keputusan harus atas ijinnya. Sutradara jenis ini mengatur sampai pada hal sekecil apapun. Ia ingin semua berjalan seperti keinginannya. d) Sutradara Romantis

39 digilib.uns.ac.id 22 Sutradara jenis ini entah mengapa selalu ingin memacari para pemainnya. Ia ingin merasa lebih dekat dengan pemainnya. Sutradara ini merasa bahwa kedekatan antara dirinya dengan aktor akan mempermudah dalam memberikan petunjuk maupun instruksi-instruksi meskipun hal tersebut tentunya mempunyai benberapa kendala seperti mengesampingkan profesionalismenya sebagai seorang sutradara. Hal yang berbeda dikemukakan oleh Harymawan dalam bukunya, dramaturgi. Menurut Harymawan, terdapat dua gaya sutradara, yaitu gaya Gordon Craig dan Gaya Laisez Faire. Gordon Craig menyatakan bahwa ide dan gagasan seorang sutradara harus dilaksanakan oleh para aktor. para aktor harus mendedikasikan dirinya pada ide-ide sutradara. Gaya Gordon Craig ini menciptakan sesuatu yang sesuai dengan harapan sutradara, sempurna, dan teliti, namun gaya ini akan menjadikan seorang sutradara terkesan diktator. Gaya Laisez Faire merupakan kebalikan dari Gordon Craig. Sutradara memberikan kesempatan bagi para aktornya untuk lebih leluasa berekspresi. Sutradara bertindak sebagai pendamping, namun hal ini akan menimbulkan adanya kekacauan dan kurang teratur karena tiap-tiap aktor dibiarkan berkembang menurut kemampuannya, sehingga hanya aktor-aktor yang berpengalaman saja yang dapat menghadirkan pementasan yang baik. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyutradaraan sebuah naskah lakon berangkat dari suatu konsep penyutradaraan yang didapat oleh seorang sutradara untuk memvisualisasikan suatu naskah lakon ke atas panggung, dalam hal ini seorang sutradara harus mempunyai pedoman dalam sebuah proses penggarapan.

40 digilib.uns.ac.id 23 Teknik penyutradaraan merupakan cara yang digunakan oleh sutradara dalam mengangkat naskah lakon yang ia pilih menjadi sebuah pementasan. Gaya yang digunakan oleh seorang sutradara akan dapat mempengaruhi bagaimana bentuk pementasan yang akan ditampilkan di atas panggung. Beberapa teori tersebut di atas akan dipakai sebagai dasar atau landasan dalam memecahkan permasalahan dalam penelitian ini. C. Kerangka Pikir Teknik Penyutradaraan Budi Riyanto Menentukan nada dasar Menguatkan atau Melemahkan Scene Menentukan casting/pemeranan Menciptakan Aspek-aspek Laku Latihan Tata dan Teknik Pentas Mempengaruhi Jiwa Pemain Koordinasi Gaya Penyutradaraan Laisez Faire dan Gordon Craig Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas akan mempermudah mengungkap permasalahan yaitu tentang teknik penyutradaraan sutradara Budi

41 digilib.uns.ac.id 24 Riyanto terhadap naskah lakon Keluarga yang dikuburkan karya Afrizal Malna. Teknik penyutradaraan yang diterapkan oleh Budi Riyanto meliputi delapan langkah, yaitu: menentukan nada dasar, menentukan casting/ pemeranan, latihan (terdiri dari olah vokal, olah tubuh, olah rasa, reading, blocking), tata dan teknik pentas (tata setting/ruang, tata lampu, tata rias dan busana, dan tata musik), menguatkan atau melemahkan scene, menciptakan aspek-aspek laku, mempengaruhi jiwa pemain, dan koordinasi. Budi Riyanto menggunakan gaya penyutradaraan Laisez Faire dan Gordon Craig. Teori Gordon Craig menyatakan bahwa ide gagasan dari sutradara harus dipatuhi dengan mutlak, para pemain harus mendedikasikan dirinya terhadap ide sutradara. Gaya penyutradaraan ini biasanya digunakan Budi Riyanto untuk berproses dengan pemain-pemain pemula/ baru. Pemain pemula/ baru disini dilihat dari lamanya ia bergabung dengan teater TESA (mahasiswa baru). Sedangkan teori Laisez Faire adalah suatu gaya penyutradaraan yang memberikan suatu kebebasan bagi pemain untuk mengekspresikan dirinya.

42 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELTIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengungkap, memahami sesuatu dibalik fenomena dan mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui, bahkan belum diketahui, serta dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan (Strauus dan Corbin, 2003). Dalam penelitian kualitatif, data yang diteliti berupa kata dan bukan yang berupa angka dikumpulkan dari studi kepustakaan (Mulyadi, 2005: 9). Metode kualitatif dapat digolongkan ke dalam metode deskriptif yang penerapannya bersifat menuturkan, memaparkan, memberikan analisis, dan menafsirkan (Soediro Satoto, 1995:15). Dengan demikian ini tidak terbatas hanya sampai pada penyusunan dan pengumpulan data, tetapi juga meliputi analisis interpretasi data yang ada. B. Objek Penelitian Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah teknik penyutradaraan yang dilakukan oleh Budi Riyanto dalam naskah lakon Keluarga yang dikuburkan karya Afrizal Malna yang merupakan adaptasi bebas dari naskah lakon The Buried Child yang ditulis oleh Sam Shepard. 25

43 digilib.uns.ac.id 26 C. Sumber Data dan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan karya Afrizal Malna, dokumentasi pementasan Teater Tesa dan sutradara Budi Riyanto. 2. Data Adapun data untuk penelitian ini adalah gerakan-gerakan dan visualisasi yang dilakukan oleh Budi Riyanto dalam pementasan Keluarga yang Dikuburkan oleh Teater Tesa di Teater Arena Taman Budaya Surakarta tanggal 21 November 2007, serta kata, kalimat yang terdapat dalam naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pustaka, yaitu mengumpulkan data-data dengan membaca dan mempelajari buku yang mempunyai hubungan atau buku-buku yang dapat menunjang penulis dalam penelitian. 2. Teknik Observasi dan wawancara, teknik observasi yang dilakukan penulis adalah pengamatan lapangan, yaitu ketika proses latihan dan pementasan. Setelah teknik observasi, penulis melakukan teknik wawancara dan kemudian mencatat yang selanjutnya diinventarisasikan sebagai data yang diolah dalam penelitian.

44 digilib.uns.ac.id 27 E. Teknik Analisis 1. Pembacaan: pembacaan untuk kepentingan analisis, pembaca harus bisa menjaga jarak dengan tokoh-tokoh drama dan permasalahan yang dihadapi tokoh drama tersebut agar tidak melihat permasalahan tersebut dengan emosional tetapi rasional 2. Penginventarisasian: merupakan langkah pencatatan tentang konsepkonsep ataupun teknik-teknik penyutradaraan sebuah naskah lakon. Pencatatan harus secermat mungkin sampai data-data sekecil apapun, dengan prinsip bahwa semua data yang terdapat dalam konsep atau teknik penyutradaraan ada fungsi dan maksudnya. 3. Pengidentifikasian: suatu usaha mengelompokkan data yang telah selesai diinventaris. 4. Penginterpretasian: merupakan tahap pemberian makna dari data yang telah ada. Tahap ini merupakan usaha peneliti mengembalikan data imajinatif dalam proses penciptaan ke data objektif dengan menjelaskan kembali imajinasi dalam data tersebut.

45 digilib.uns.ac.id Pembuktian: merupakan pencarian bukti, contoh, menalar hubungan hasil interpretasi dengan bukti dan penelitian, yakni dengan tidak mengabaikan bukti dan contoh yang menurut peneliti tidak relevan. 6. Pengumpulan serta pelaporan: yaitu menyusun kesimpulan-kesimpulan permasalahn-permasalahan kecil yang kemudian disusun menjadi laporan (Hasanuddin W.S, 2009, ).

46 digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS Teknik Penyutradaraan Budi Riyanto Teknik penyutradaraan yang digunakan oleh Budi Riyanto merupakan suatu cara atau teknik seorang sutradara saat melakonkan perannya sebagai orang yang menyutradarai suatu naskah lakon. Teknik yang digunakan oleh seorang sutradara yang berbeda satu sama lain dapat mempengaruhi bentuk suatu pementasan. Seorang sutradara secara umum akan memperhatikan beberapa hal sebelum menyutradarai sebuah naskah. Beberapa hal yang diperhatikan Budi Riyanto merupakan hal-hal yang nantinya akan mempengaruhi teknik yang digunakannya. Hal yang sangat diperhatikan oleh Budi Riyanto di antaranya adalah penyikapan terhadap teks naskah lakon yang hendak dibawakan, pengalaman para aktor yang dipilihnya serta nama almamater yang dibawanya. Naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan merupakan sebuah naskah dari Amerika karya Sam Shepard yang diadaptasi oleh Afrizal Malna. Dalam menyikapi naskah lakon Keluarga yang Dikuburkan, yang dipertimbangkan oleh Budi Riyanto adalah masalah-masalah yang terdapat dalam naskah tersebut dan bentuk kemungkinan pementasannya. Hal ini disebabkan dalam setiap penyutradaraan akan berakhir pada sebuah pementasan di atas panggung. Penyutradaraan naskah lakon yang dilakukan oleh Budi Riyanto menggunakan konsep realis, tetapi dalam beberapa adegan maupun dialog ditemui bentukbentuk simbolis. Yang dimaksud dengan konsep realis di sini adalah suatu bentuk pementasan yang melukiskan semua kejadian apa adanya dan tidak berlebihan. 29

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyutradaraan merupakan hal yang berhubungan dengan proses yang dilakukan dari awal hingga tampilnya sebuah pementasan diatas panggung. Menurut Kamus Besar

Lebih terperinci

PENYUTRADARAAN AGUNG WIJAYANTO DALAM MARSINAH MENGGUGAT KARYA RATNA SARUMPAET

PENYUTRADARAAN AGUNG WIJAYANTO DALAM MARSINAH MENGGUGAT KARYA RATNA SARUMPAET PENYUTRADARAAN AGUNG WIJAYANTO DALAM MARSINAH MENGGUGAT KARYA RATNA SARUMPAET SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM CERPEN KURMA KIAI KARNAWI KARYA AGUS NOOR (Pendekatan Sosiologi Sastra)

PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM CERPEN KURMA KIAI KARNAWI KARYA AGUS NOOR (Pendekatan Sosiologi Sastra) PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM CERPEN KURMA KIAI KARNAWI KARYA AGUS NOOR (Pendekatan Sosiologi Sastra) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (Sumardjo, 1992:

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK TEMATIS DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA: Tinjauan Struktural Robert Stanton

ASPEK-ASPEK TEMATIS DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA: Tinjauan Struktural Robert Stanton ASPEK-ASPEK TEMATIS DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA: Tinjauan Struktural Robert Stanton SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

PANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO

PANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO PANDANGAN TIGA TOKOH UTAMA WANITA TENTANG EMANSIPASI DALAM NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA A. SARDJONO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sasrjana Sastra

Lebih terperinci

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik)

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang berbentuk naskah. Aktor adalah media penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

VISUALISASI GAJAH SIRKUS DALAM KARYA SENI LUKIS

VISUALISASI GAJAH SIRKUS DALAM KARYA SENI LUKIS VISUALISASI GAJAH SIRKUS DALAM KARYA SENI LUKIS KONSEP PENGANTAR KARYA MINAT UTAMA SENI LUKIS Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Oleh: DEFI NURMALITA NIM. C.0612013

Lebih terperinci

ASPEK SOSIAL POLITIK DALAM LIRIK LAGU EFEK RUMAH KACA ALBUM KAMAR GELAP: Pendekatan Semiotik Riffaterre

ASPEK SOSIAL POLITIK DALAM LIRIK LAGU EFEK RUMAH KACA ALBUM KAMAR GELAP: Pendekatan Semiotik Riffaterre ASPEK SOSIAL POLITIK DALAM LIRIK LAGU EFEK RUMAH KACA ALBUM KAMAR GELAP: Pendekatan Semiotik Riffaterre SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan

Lebih terperinci

WASIAT NABI MUHAMMAD SAW : Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Fungsi

WASIAT NABI MUHAMMAD SAW : Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Fungsi WASIAT NABI MUHAMMAD SAW : Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Fungsi SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

Lebih terperinci

TEKNIK SLASHQUILT PADA BLAZER SEBAGAI PAKAIAN KERJA UNTUK WANITA

TEKNIK SLASHQUILT PADA BLAZER SEBAGAI PAKAIAN KERJA UNTUK WANITA digilib.uns.ac.id i TEKNIK SLASHQUILT PADA BLAZER SEBAGAI PAKAIAN KERJA UNTUK WANITA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

MATA SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN SENI GRAFIS

MATA SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN SENI GRAFIS MATA SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTIF T-SHIRT EVENT CAPOEIRA SEBAGAI PENCITRAAN SENI BELA DIRI CAPOEIRA

PERANCANGAN MOTIF T-SHIRT EVENT CAPOEIRA SEBAGAI PENCITRAAN SENI BELA DIRI CAPOEIRA PERANCANGAN MOTIF T-SHIRT EVENT CAPOEIRA SEBAGAI PENCITRAAN SENI BELA DIRI CAPOEIRA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: EKA RAHAYU

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

MASA KANAK-KANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS MASA KANAK-KANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI GRAFIS Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni

Lebih terperinci

KAJIAN ESTETIKA KOSTUM PENARI JATHILAN Studi Kasus Pertunjukan Jathilan di Sleman, Yogyakarta

KAJIAN ESTETIKA KOSTUM PENARI JATHILAN Studi Kasus Pertunjukan Jathilan di Sleman, Yogyakarta KAJIAN ESTETIKA KOSTUM PENARI JATHILAN Studi Kasus Pertunjukan Jathilan di Sleman, Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN : Tinjauan Sosiologi Sastra

PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN : Tinjauan Sosiologi Sastra PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN : Tinjauan Sosiologi Sastra SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang

Lebih terperinci

VISUALISASI PERMAINAN BONEKA DALAM KARYA SENI LUKIS

VISUALISASI PERMAINAN BONEKA DALAM KARYA SENI LUKIS VISUALISASI PERMAINAN BONEKA DALAM KARYA SENI LUKIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI LUKIS Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Tiga Dara adalah proses kerja teater kolektif yang melibatkan banyak unsur dalam berbagai tahapan didalamnya. Mulai dari aplikasi ide pertunjukan yang mewakili

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik)

PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik) PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

UNGKAPAN METAFORIS TENTANG CINTA DALAM ARTIKEL PADA LAMAN HIPWEE.COM

UNGKAPAN METAFORIS TENTANG CINTA DALAM ARTIKEL PADA LAMAN HIPWEE.COM UNGKAPAN METAFORIS TENTANG CINTA DALAM ARTIKEL PADA LAMAN HIPWEE.COM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas 82 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pementasan seni drama Teater Wadas memiliki karakteristik tersendiri yang

Lebih terperinci

CITRA WANITA DALAM CERPEN-CERPEN DI MAJALAH FEMINA TAHUN 1975: Sebuah Pendekatan Feminis

CITRA WANITA DALAM CERPEN-CERPEN DI MAJALAH FEMINA TAHUN 1975: Sebuah Pendekatan Feminis CITRA WANITA DALAM CERPEN-CERPEN DI MAJALAH FEMINA TAHUN 1975: Sebuah Pendekatan Feminis SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

EKSPRESI WAJAH ANAK - ANAK SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

EKSPRESI WAJAH ANAK - ANAK SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS EKSPRESI WAJAH ANAK - ANAK SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS KONSEP PENGANTAR KARYA TA Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

POHON SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

POHON SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS POHON SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi sebagai persyaratan guna meraih gelar sarjana seni Jurusan Seni Rupa Murni Oleh: DIKA FEBRIANTO

Lebih terperinci

BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI GRAFIS Diajukan Untuk Memenuhi sebagai persyaratan guna meraih gelar sarjana seni Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses yang kompleks karena menyangkut berbagai faktor baik yang berasal dari diri guru, berasal dari diri siswa maupun yang berasal dari

Lebih terperinci

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TRILOGI NOVEL GADIS PANTAI, LARASATI, PANGGIL AKU KARTINI SAJA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

ANALISIS WACANA KRITIS TRILOGI NOVEL GADIS PANTAI, LARASATI, PANGGIL AKU KARTINI SAJA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER ANALISIS WACANA KRITIS TRILOGI NOVEL GADIS PANTAI, LARASATI, PANGGIL AKU KARTINI SAJA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagaian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama merupakan bagian dari kajian sastra. Maka muatan-muatan subtstansial yang ada dalam drama penting untuk digali dan diungkapkan serta dihayati. Kegiatan

Lebih terperinci

ALAT MUSIK TRADISIONAL GAMELAN SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

ALAT MUSIK TRADISIONAL GAMELAN SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS ALAT MUSIK TRADISIONAL GAMELAN SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Prodi Seni Rupa Murni

Lebih terperinci

PROBLEM SOSIAL ANAK GENG DALAM FILM SERIGALA TERAKHIR KARYA UPI AVIANTO (Pendekatan Sosiologi Sastra)

PROBLEM SOSIAL ANAK GENG DALAM FILM SERIGALA TERAKHIR KARYA UPI AVIANTO (Pendekatan Sosiologi Sastra) PROBLEM SOSIAL ANAK GENG DALAM FILM SERIGALA TERAKHIR KARYA UPI AVIANTO (Pendekatan Sosiologi Sastra) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI: Tinjauan Sosiologi Sastra Alan Swingewood

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI: Tinjauan Sosiologi Sastra Alan Swingewood KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI: Tinjauan Sosiologi Sastra Alan Swingewood SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program

Lebih terperinci

MONSTER DAN MAKHLUK HALUS SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS

MONSTER DAN MAKHLUK HALUS SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS MONSTER DAN MAKHLUK HALUS SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni Rupa Murni

Lebih terperinci

VISUALISASI KUPU-KUPU DALAM PENCIPTAAN KARYA DRAWING

VISUALISASI KUPU-KUPU DALAM PENCIPTAAN KARYA DRAWING VISUALISASI KUPU-KUPU DALAM PENCIPTAAN KARYA DRAWING PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Seni pada Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan

Lebih terperinci

BAGAS FEBRANTORO L

BAGAS FEBRANTORO L Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Terhadap Strategi Humas Pemerintah (Studi Kasus Implikasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik Terhadap Strategi Humas Mahkamah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut salah satunya dikarenakan masuknya bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd. TEKNIK PENYUTRADARAAN PADA NASKAH DRAMA HANYA SATU KALI KARYA HOLWORTHY HALL & ROBERT MIDDLEMASS SADURAN SITOR SITUMORANG SUTRADARA ILHAM AULIA Ilham Aulia 09020134206 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik

Lebih terperinci

MOMEN DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI

MOMEN DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI MOMEN DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI GRAFIS Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra

NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

DETAIL CANGKANG KERANG DALAM VISUALISASI KARYA SENI GRAFIS

DETAIL CANGKANG KERANG DALAM VISUALISASI KARYA SENI GRAFIS DETAIL CANGKANG KERANG DALAM VISUALISASI KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA STUDIO GRAFIS Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi

Lebih terperinci

KESINONIMAN AJEKTIVA INSANI DALAM BAHASA INDONESIA: Sebuah Kajian Semantik

KESINONIMAN AJEKTIVA INSANI DALAM BAHASA INDONESIA: Sebuah Kajian Semantik KESINONIMAN AJEKTIVA INSANI DALAM BAHASA INDONESIA: Sebuah Kajian Semantik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI TESIS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PERTUNJUKAN WAYANG ORANG SRIWEDARI TERHADAP UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DI KOTA SOLO

PENINGKATAN KUALITAS PERTUNJUKAN WAYANG ORANG SRIWEDARI TERHADAP UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DI KOTA SOLO PENINGKATAN KUALITAS PERTUNJUKAN WAYANG ORANG SRIWEDARI TERHADAP UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DI KOTA SOLO LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis struktural dan nilai pendidikan karakter naskah drama Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya, dapat diambil simpulan sebagai

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D.

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D. Written by Checked by Approved by valid date Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D. Mata Kuliah : Pementasan Drama Semester : 5 Kode : 132K5401 Sks : 2 Program Studi : Bahasa Indonesia/ID5A

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS REFORMA AGRARIA PERKOTAAN SEBAGAI INSTRUMEN PENGENTASAN KEMISKINAN MASYARAKAT DI KOTA SURAKARTA

EFEKTIFITAS REFORMA AGRARIA PERKOTAAN SEBAGAI INSTRUMEN PENGENTASAN KEMISKINAN MASYARAKAT DI KOTA SURAKARTA EFEKTIFITAS REFORMA AGRARIA PERKOTAAN SEBAGAI INSTRUMEN PENGENTASAN KEMISKINAN MASYARAKAT DI KOTA SURAKARTA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA

OPTIMALISASI PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA OPTIMALISASI PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program

Lebih terperinci

SYAIR IBADAT : Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi

SYAIR IBADAT : Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi SYAIR IBADAT : Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN TOKOH SINTA DALAM NOVEL SINTA OBONG KARYA ARDIAN KRESNA DAN CERITA RAMAYANA KARYA C. RAJAGOPALACHARI: Studi Sastra Bandingan

GAMBARAN TOKOH SINTA DALAM NOVEL SINTA OBONG KARYA ARDIAN KRESNA DAN CERITA RAMAYANA KARYA C. RAJAGOPALACHARI: Studi Sastra Bandingan GAMBARAN TOKOH SINTA DALAM NOVEL SINTA OBONG KARYA ARDIAN KRESNA DAN CERITA RAMAYANA KARYA C. RAJAGOPALACHARI: Studi Sastra Bandingan SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

MITOLOGI SEBAGAI TEMA DALAM VISUALISASI KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI GRAFIS

MITOLOGI SEBAGAI TEMA DALAM VISUALISASI KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI GRAFIS MITOLOGI SEBAGAI TEMA DALAM VISUALISASI KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI GRAFIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni

Lebih terperinci

ZAMAN EDAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni Rupa Murni

ZAMAN EDAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni Rupa Murni ZAMAN EDAN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni Rupa Murni Oleh : DANANG ABDUL AZIZ NIM. C. 0612011 FAKULTAS SENI RUPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas BAB IV KOMPOSISI PENTAS STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian komposisi Menjelaskan Aspek-aspek motif Komposisi

Lebih terperinci

REINTERPRETASI KISAH CALON ARANG SEBAGAI INSPIRASI KARYA SENI VISUAL

REINTERPRETASI KISAH CALON ARANG SEBAGAI INSPIRASI KARYA SENI VISUAL REINTERPRETASI KISAH CALON ARANG SEBAGAI INSPIRASI KARYA SENI VISUAL KONSEP PENGANTAR KARYA TA Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni Murni Oleh

Lebih terperinci

Pert Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar Kegiatan Pembelajaran Rujukan

Pert Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar Kegiatan Pembelajaran Rujukan Pert Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar Kegiatan Pembelajaran Rujukan I, II dan III 1. Pemerolehan pemahaman ruang lingkup seni drama baik sebagai teori maupun praktik. 2. Pemerolehan pemahaman tentang

Lebih terperinci

FAKTA SOSIAL SASTRA NOVEL RAHVAYANA, AKU LALA PADAMU KARYA SUJIWO TEJO: Tinjauan Sosiologi Sastra Robert Escarpit

FAKTA SOSIAL SASTRA NOVEL RAHVAYANA, AKU LALA PADAMU KARYA SUJIWO TEJO: Tinjauan Sosiologi Sastra Robert Escarpit FAKTA SOSIAL SASTRA NOVEL RAHVAYANA, AKU LALA PADAMU KARYA SUJIWO TEJO: Tinjauan Sosiologi Sastra Robert Escarpit SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Program

Lebih terperinci

DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN DALAM MONOLOG BALADA SUMARAH KARYA TENTREM LESTARI: Kritik Sastra Feminis

DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN DALAM MONOLOG BALADA SUMARAH KARYA TENTREM LESTARI: Kritik Sastra Feminis DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN DALAM MONOLOG BALADA SUMARAH KARYA TENTREM LESTARI: Kritik Sastra Feminis SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

VERBA BERPREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA (Analisis Tata Bahasa Kasus)

VERBA BERPREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA (Analisis Tata Bahasa Kasus) VERBA BERPREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA (Analisis Tata Bahasa Kasus) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

GAYA RENANG INDAH SEBAGAI TEMA KARYA SENI GRAFIS

GAYA RENANG INDAH SEBAGAI TEMA KARYA SENI GRAFIS GAYA RENANG INDAH SEBAGAI TEMA KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI GRAFIS Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni

Lebih terperinci

KD Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca

KD Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca KD 16.1. Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca 1. Cerpen adalah kisah yang memberi kesan tunggal yang dominan tentang dalam satu latar dan satu situasi dramatis. 2. Drama adalah ragam

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA A. FUADI DAN LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA A. FUADI DAN LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA HUBUNGAN INTERTEKSTUAL ANTARA NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA A. FUADI DAN LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui Dialog Naskah Drama dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata

Lebih terperinci

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MURID KELAS IX SMP ARGOPURO 2 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. oleh Rika Desy Briyanti NIM

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MURID KELAS IX SMP ARGOPURO 2 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. oleh Rika Desy Briyanti NIM PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MURID KELAS IX SMP ARGOPURO 2 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Rika Desy Briyanti NIM 070110201069 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS

Lebih terperinci