KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN PONCOKUSUMO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN PONCOKUSUMO"

Transkripsi

1 Lukman Hakim, Dimas Wisnu Adrianto, Dian Dinanti KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN PONCOKUSUMO Lukman Hakim, Dimas Wisnu Adrianto, Dian Dinanti Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167 Malang Indonesia Telp ABSTRAK Desa Ngadireso memiliki jumlah KK miskin sebesar 597 KK (61,5%) dan memiliki potensi sebagai desa rawan pangan. Indikator kerawanan pangan meliputi faktor kemiskinan serta beberapa faktor-faktor lain. Hasil analisis regresi berganda menyatakan bahwa kerawanan pangan Desa Ngadireso dipengaruhi oleh faktor pola pangan harapan (sig partial 0,00), untuk faktor kedua adalah kemiskinan (sig. partial 0,004), faktor ketiga adalah asset kendaraan (sig partial 0,542), faktor keempat asset ternak (sig partial 0,605), faktor kelima asset lahan (sig partial 0,773), dan faktor keenam produksi (sig. partial 0,81) dengan faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor pola pangan harapan dan faktor kemiskinan. Berdasarkan dari keenam faktor tersebut maka konsep penanganan Kerawanan Pangan di Desa Ngadireso antara lain konsep pekarangan lestari dengan jalan menanam komoditas yang menjadi unggulan serta pemberian pelatihan dan bantuan dalam bidang sub sistem usaha tani. Kata Kunci: rawan pangan, desa miskin, analisis regresi. ABSTRACT The village Ngadireso has 597 poor families households (61.5%) and has potential as rural food insecurity. Indicators of food insecurity include poverty as well as several other factors. The results of multiple regression analysis stated that food insecurity Village Ngadireso influenced by food patterns expectations (partial sig 12:00), the second factor is poverty (partial sig 0.004), the third factor is the vehicle asset (partial sig 0.542), the fourth factor is livestock assets (sig partial 0605), the fifth factor is land assets (partial sig 0.773), and the sixth factors is production (partial sig 0.81). The most influencing factor is the food patterns expectations and poverty. Based on those factors, the concept in Food Insecurity in Rural Ngadireso are : sustainable yard with planting eminent commodities and the provision of training and assistance in the sub-systems of farming Kata Kunci: food insecurity, poor village, regression analysis PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang dimaksud dengan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Desa rawan pangan dapat diartikan kondisi suatu daerah yang tingkat ketersediaan, akses dan keamanan pangan sebagian masyarakat dan rumah tangganya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan (Petunjuk Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan Tahun 2011). Terdapat tiga elemen penting dalam ketahanan pangan (food security) yaitu ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan. Pada situasi tertentu, sebagian atau seluruh elemen tersebut dapat mengalami gangguan, sehingga berpengaruh pada terpenuhinya pangan disuatu wilayah. Analisis food security harus mempertimbangkan ketiga elemen tersebut, penjelasan dari setiap elemen food security antara lain (WFP, 2005:32): 1. Ketersediaan pangan (food availability), merupakan ketersediaan pangan di suatu wilayah terkait produksi domestik, komersial dan cadangan pangan. Faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan antara lain, produksi, kapasitas pasar keterkaitan dengan kemampuan untuk distribusi produk ke daerah lain, bantuan dari pemerintah untuk supply produksi ke daerah lain. 2. Akses pangan (food access), merupakan kemampuan rumah tangga secara teratur un- Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember

2 KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN PONCOKUSUMO tuk memperoleh pangan melalui berbagai cara seperti memproduksi sendiri, pembelian, barter, pemberian, meminjam maupun bantuan. Pemanfaatan pangan (food utilization), merupakan pemanfaatan pangan yang diperoleh melalui akses terhadap pangan. Faktor yang mempengaruhi dari elemen pemanfaatan pangan antara lain, fasilitas untuk menyimpan dan mengelola pangan, pengetahuan terhadap pangan untuk dimanfaatkan dan persiapan dalam menghadapi kerusakan pangan. Menurut BKP3 (Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian) Kabupaten Malang, daerah yang ditetapkan sebagai rawan pangan antara lain (1) Kecamatan Kasembon dengan desa yang paling rawan di Desa Pait, (2) Kecamatan Pujon dengan desa yang paling rawan di Desa Sukomulyo, (3) Kecamatan Jabung dengan desa yang paling rawan di Desa Slamparejo, (4) Kecamatan Sumbermanjing Wetan dengan desa yang paling rawan di Desa Ringin Kembar, (5) Kecamatan Poncokusumo dengan desa yang paling rawan di Desa Ngadireso, (6) Kecamatan Tajinan dengan desa yang paling rawan di Desa Gunungsari. Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo merupakan daerah rawan pangan yang memiliki banyak faktor-faktor penyebab rawan pangan bila dibandingkan 5 desa yang telah ditetapkan. Kelima desa tersebut disebabkan karena akses untuk menjangkau 5 desa tersebut sulit. Untuk Desa Ngadireso disebabkan karena kemiskinan, SDM rendah dan lahan yang dikuasai pihak luar. Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo merupakan daerah rawan pangan yang dimana memiliki jumlah KK miskin 61,5% (597 KK). Selain permasalahan kemiskinan tersebut memiliki permasalahan lain yaitu rendahnya tingkat SDM masyarakat. Wilayah Desa Ngadireso memiliki 2 pedukuhan yang ditunjukkan pada gambar 1. Gambar 1. Wilayah administrasi Desa Ngadireso 130 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013

3 Lukman Hakim, Dimas Wisnu Adrianto, Dian Dinanti Menurut Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian &World Food Programme Rawan Pangan dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu variabel ketersedian, distribusi, dan penyerapan. Ketersediaan terdiri atas indicator asset lahan pertanian, asset kendaraan, asset ternak serta jumlah produksi, untuk variabel akses terdiri atas indikator infrastruktur jalan, infrastruktur air, infrastruktur listrik, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran. Variable penyerapan terdiri atas sarana kesehatan, buta huruf dan pola pangan harapan. Setiap daerah yang ditetapkan sebagai rawan pangan tentunya memiliki perbedaan faktor-faktor yang menyebabkan daerah itu rawan pangan. Tujuan dari penelitian Konsep Penanganan Rawan Pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo antara lain untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya rawan pangan di Desa Ngadireso melalui identifikasi masalah rawan pangan serta untuk mengetahui konsep penanganan rawan pangan didasarkan pada identifikasi potensi yang dimiliki Desa Ngadireso yang dimana potensi tersebut digunakan untuk mengatasi masalah. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis yang dimana bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan potensi. 1) untuk mengidentifikasi masalah menggunakan analisis LQ- Growth Share, analisis situasi, analisis regresi berganda dan analisis akar masalah. 2) Untuk mengidentifikasi potensi menggunakan analisis kemampuan dan keseuaian lahan dan analisis system usaha tani. Untuk konsep penanganan menggunakan analisis akar tujuan. Analisis LQ-Growth Share berfungsi untuk mengidentifikasi permasalahan produksi pertanian. Analisis situasi berfungsi untuk mengidentifikasi penyebab permasalahan. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui indikator-indikator yang berpengaruh terhadap rawan pangan. Analisis regresi berganda menggunakan responden untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Untuk memperoleh sampel tersebut menggunakan rumus binomunal proportions. Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar 88 orang. Dusun Krajan memiliki jumlah sample 53 KK dan puthuk memiliki jumlah sample 35 KK. Variabel yang digunakan untuk variable Y adalah jumlah kalori, sedangkan untuk X dalam analisis regresi dijelaskan pada tabel 1. Identifikasi potensi yang dimiliki menggunakan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan menurut pedoman SK Menteri Pertanian No. 837/ KPTS/UM/11/1980 dan No. : 683/KPTS/UM/ 8/1981, dan Analisis Sistem Usaha Tani. Konsep penanganan rawan pangan didasarkan pada analisis akar tujuan yang dimana memanfaatkan potensi yang dimiliki yang dimana potensi tersebut digunakan untuk menangani masalah rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo. Tabel 1. Variabel dan Indikatornya dalam Analisis Regresi Variabel Variabel ketersediaan Pangan Variabel akses Pangan Indikator - Produksi - Ketersediaan dan asset lahan - KK miskin - Tingkat Pengangguran - Infrastruktur Variabel penyerapan Pangan - Akses sarana kesehatan - Buta Huruf - Pola Pangan harapan Sumber: Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian & World Food Programme Rawan (modifikasi) HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Ngadireso ditinjau dari segi potensi sumber daya air yang dapat menunjang kebutuhan penduduk sehari-hari berasal dari mata air yang terletak di Dusun Ngadireso dengan debit yang besar. Menurut Profil Desa Ngadireso tahun 2010 Keadaan iklim di desa Ngadireso memiliki suhu 24 C dan curah hujan mm/tahun sehingga Desa Ngadireso tergolong daerah iklim kering. Penggunaan lahan di Desa Ngadireso didominasi oleh tegalan seluas 223 ha (55,2%), permukiman seluas 84 ha (20,78%), dan persawahan seluas 81 ha (20,09%). Selain itu terdapat pula peruntukan kuburan 1,2 ha (0,29%), pekarangan 12 ha (2,98%), perkantoran 0,037 ha (0,01%), dan prasarana umum lainnya 2,617 ha (0,065%). Penggunaan lahan berupa persawahan didominasi persawahan dengan jenis sawah irigasi teknis dengan luas 77 ha (95,1%) dan jenis sawah irigasi ½ teknis dengan luas 4 ha (4,9%). Karakteristik Faktor Utama Rawan Pangan Desa Ngadireso Kerawanan pangan mencakup 3 variabel yang merupakan faktor utama rawan pangan yaitu ketersediaan, akses, dan penyerapan. Penilaian kerawanan pangan suatu KK (Kepala Keluarga) dilakukan dengan cara menghitung kalori ratarata makanan minimal kalori. Berikut ini adalah hasil dari analisis situasi tiap indikator. Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember

4 KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN PONCOKUSUMO Variabel Ketersediaan Kondisi Desa Ngadireso dalam hal produksi pertanian, sedikit KK yang bisa merasakan manfaat dari hasil produksi pertanian sendiri karena sebagian besar lahan pertanian dikuasai pihak-pihak dari luar desa Ngadireso. Selain itu dari hasil analisis LQ dan Growth Share komoditas perkebunan hasilnya tidak maksimal. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal aset lahan, kepemilikan lahan dikuasai pihak luar disebabkan karena tingkat kemiskinan tinggi. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal Aset Kendaraan, banyak KK yang tidak memiliki alat transportasi karena tingkat kemiskinan tinggi. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal Aset Hewan, banyak KK yang tidak memiliki hewan ternak karena tingkat kemiskinan tinggi. Variabel Akses Kondisi Desa Ngadireso dalam hal KK Miskin, penghasilan rendah diakibatkan banyak yang menjadi buruh tani akibat sebagian lahan pertanian dikuasai pihak luar. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal tingkat pengangguran, jarang penduduk yang menjadi pengangguran karena dominasi memiliki perkerjaan sebagai buruh tani namun buruh tani pendapatannya sedikit dan penyebab banyak yang menjadi buruh tani karena sebagian lahan pertanian dikuasai pihak luar. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal infrastruktur listrik, tidak ada penerangan jalan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pengadaan penerangan jalan. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal infrastruktur air, beberapa rumah harus mengambil air ke sumber karena masalah pompa yang terbatas. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pengadaan pompa. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal infrastruktur jalan, jalan banyak rusak dan kurang memadai. Hal ini diakibatkan dilalui truk pengangkut pasir. Variabel Penyerapan Kondisi Desa Ngadireso dalam hal akses sarana kesehatan, masyarakat Dusun Puthuk kurang terlayani fasilitas kesehatan karena jarak Dusun Puthuk dengan puskesmas jauh. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal buta huruf, pendidikan yang rendah karena faktor fasilitas pendidikan yang kurang memadai. Kondisi Desa Ngadireso dalam hal pola pangan harapan, gizi yang tidak seimbang dapat mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Pola Pangan harapan yang rendah disebabkan minimnya pengetahuan akan gizi seimbang dan kurangnya sosialisasi gizi sehat oleh petugas kesehatan. Indikator-indikator yang sudah dipaparkan selanjutnya digunakan ke dalam analisis regresi linear berganda yang dapat digunakan untuk melihat nilai pengaruh masing-masing indikator-indikator terhadap rawan pangan dan indikator mana yang berpengaruh significant pengaruhnya terhadap kerawanan pangan yang dipaparkan pada tabel 2. Tabel 2. Besar Pengaruh Variabel X terhadap Y Model Summary Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate 1 0,917a 0,841 0, ,85202 a. Predictors: (Constant), SkorPPH, Ternak, Produksi, Kemiskinan, Kendaraan, Lahan Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai R Square sebesar 0,841. Hal ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa 84,1% rawan pangan Desa Ngadireso disebabkan oleh Skor pola pangan harapan, asset kepemilikan hewan ternak, hasil produksi, Kemiskinan, asset kepemilikan kendaraan, dan asset kepemilikan Lahan,untuk persentase sisanya yaitu sebesar 15,9% disebabkan oleh faktor-faktor lain penyebab rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo. Cara untuk melihat pengaruh dari tiap-tiap variable X yang berpengaruh terhadap rawan pangan akan dipaparkan dalam hasil keluaran output Regresi linear berganda secara parsial pada tabel 3. Tabel 3. Analisis Regresi Berganda dengan Uji Parsial Coefficients a 1 Unstandardized Std Coefficients Coef Model t Sig. Std. B Beta Error (Constant) 673,839 84,596 7,965 0,000 Lahan 44, ,035 0,037 0,290 0,773 Produksi -1,326x10-6 0,000-0,032-0,241 0,810 Kendaraan -2,911x10-6 0,000-0,077-0,612 0,542 Ternak 3,347x10-6 0,000 0,036 0,520 0,605 Kemiskinan 166,932 56,347 0,228 2,963 0,004 SkorPPH 15,806 1,608 0,750 9,827 0,000 a. Dependent Variable: Kalori Variabel yang paling berpengaruh terhadap rawan pangan dapat dilihat dari nilai standardized coefficiens beta sehingga dapat dibuat suatu peringkat pengaruh yang menyebabkan rawan pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo. Peringkat 1: Skor Pola Pangan Harapan Peringkat 2: Kemiskinan Permodelan regresi Rawan Pangan Desa Ngadireso yang dijelaskan lewat persamaan tidak dipaparkan karena tujuan penggunaan analisis re- 132 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013

5 Lukman Hakim, Dimas Wisnu Adrianto, Dian Dinanti gresi berganda hanya untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap rawan pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo. Akar Masalah Kerawanan Pangan Desa Ngadireso Kerawanan pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu skor pola pangan harapan dan kemiskinan. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kedua faktor tersebut akan terlebih dahulu dicari akar permasalahan utama dengan menggunakan analisis akar masalah seperti pada gambar 2. Analisa akar masalah pada gambar 2 menunjukkan kedua indikator rawan pangan yaitu Angka tersebut disebabkan oleh 2 faktor sebagai akar masalah utama yaitu daya beli rendah dan tingkat pendidikan yang rendah. Faktor Input untuk Menidentifikasi Potensi Ketahanan Pangan Kerawanan pangan selain faktor utama, terdapat juga input yang terdiri atas kondisi fisik dasar dan sistem usaha tani. Kondisi Fisik Dasar Kondisi hidrologi Desa Ngadireso memiliki 6 mata air untuk dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Keadaan iklim di desa Ngadireso memiliki suhu 24 C dan curah hujan yang kering yaitu mm/tahun. Penggunaan lahan di Desa Ngadireso didominasi oleh sawah, perkebunan, dan permukiman. Jenis tanah di Desa Ngadireso terbagi atas tanah Latosol Coklat Merah dan Regosol Coklat. Kondisi kemiringan lahan di Desa Ngadireso di dominasi kemiringan yang datar 0-8% dan landai 8-15%. Keadaan fisik dasar tersebut dilakukan suatu analisis kemampuan dan kesesuaian lahan sesuai pedoman SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. : 683/KPTS/UM/8/1981. Hasil analisa tersebut dipaparkan pada gambar 3. Rawan Pangan Desa Ngadireso Angka Kemiskinan Tinggi Pola Pangan Harapan Rendah Penghasilan kurang Konsumsi makanan tidak bergizi dan sehat Sebagian Besar Menjadi Buruh Tani Minim pengetahuan makanan bergizi dan Sehat Sebagian besar lahan dikuasai pihak luar desa Penjualan lahan oleh warga Tingkat Pendidikan Rendah Terdapat Warga Buta Huruf Tidak mampu mencukupi kebutuhan Keterangan sehari-hari Daya beli rendah Analisis Situasi Analisis Regresi Analisis LQ Growth Share Wawancara dan observasi Gambar 2. Analisis akar masalah Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember

6 KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN PONCOKUSUMO Gambar 3. Peta analisis kemampuan lahan Hasil kesimpulan pada gambar 3 yaitu peta analisis kemampuan lahan diatas yang telah dipaparkan adalah kemampuan lahan di Desa Ngadireso didominasi oleh kemampuan lahan tanaman semusim dan penyangga. Selain itu terdapat kawasan lindung yang penetapannya dilakukan bukan dari hasil scoring yang menilai parameter jenis tanah, curah hujan, dan kemiringan. Hal ini disebabkan hasil skoring yang tidak mencapai nilai 174. Penetapan kawasan lindung pada Desa Ngadireso didasarkan pada kriteria-kriteria klasifikasi kawasan lindung yang dimana salah satunya menetapkan buffer sungai dan mata air sebagai kawasan lindung. Kawasan lindung sungai dan mata air menurut SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1981 adalah 50 meter kiri kanan dari tepi sungai dan jarak radius 200 meter untuk mata air. Penetapan kawasan lindung bertujuan untuk menjaga kelestarian sungai dan mata air, apalagi sumber air yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari masyarakat Desa Ngadireso berasal dari beberapa mata air yang dimana letak mata air terbesar berada dekat sungai lesti di Dusun Ngadireso dengan luas kira-kira 200 m 2. Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim merupakan kawasan yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim terutama tanaman pangan yang disamping itu dapat diperuntukan menjadi lahan pemukiman. Kawasan fungsi penyangga merupakan wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur dan lainnya yang sejenis. Kesesuaian lahan Desa Ngadireso dapat dilihat dengan membandingkan kemampuan lahan dengan kondisi penggunaan lahan eksisting sehingga dapat disimpulkan bahwa apakah penggunaan lahan yang sudah ada apakah sudah sesuai atau belum sesuai dengan kemampuan lahan. Penggunaan lahan di Desa Ngadireso mencakup lahan permukiman, sawah dan perkebunan. Berikut ini akan dipaparkan kesesuaian lahan dari tiap-tiap penggunaan lahan di Desa Ngadireso yang mencakup dari lahan permukiman, sawah dan perkebunan. 134 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013

7 Lukman Hakim, Dimas Wisnu Adrianto, Dian Dinanti Gambar 4. Analisis kesesuaian lahan tanaman semusim Gambar 5. Analisis kesesuaian lahan permukiman Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember

8 KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN PONCOKUSUMO Tabel 5. Kesesuaian tanah Desa Ngadireso No Tutupan Lahan Luas Eksisting (ha) Luas Lahan yang Sesuai (ha) 1 Permukiman 84 41,3 2 Tanaman Semusim ,3 Pada tabel 5, untuk kesesuaian tutupan lahan permukiman di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo terdapat permukiman dan bangunan yang tidak sesuai karena dekat dengan kawasan lindung mata air dan sungai, untuk tutupan lahan tanaman semusim di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo banyak tanaman semusim yang ditanam pada kemiringan yang kurang landai yang pada dasarnya merupakan kemampuan jenis peruntukan penyangga. Dari kesesuaian lahan permukiman, sawah, dan perkebunan yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan produksi pertanian Desa Ngadireso kurang maksimal diakibatkan karena penggunaan lahan yang belum sesuai. Padahal ketersediaan pangan yang meliputi produksi berpengaruh terhadap kondisi rawan pangan di Desa Ngadireso. Kemampuan lahan yang didominasi dengan kemampuan untuk pertanian tanaman semusim merupakan suatu potensi yang bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan tanaman pangan yang dimana mampu untuk mencukupi kebutuhan pangan di di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo sehingga cadangan pangan melimpah dan mampu untuk membantu mengatasi permasalahan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo. Sistem Usaha Tani Sistem usaha tani meliputi sub sistem hulu yang dimana meliputi kegiatan yang menghasilkan barang-barang modal sistem pertanian, sub system on farm yang dimana meliputi kegiatan yang menggunakan barangbarang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer dan sub sistem hilir yang dimana meliputi kegiatan mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk setengah jadi maupun produk yang sudah jadi. Ketiga subsistem usaha tani selanjutnya akan dipaparkanmengenai Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo potensi-potensi yang dimiliki pada penjelasan berikut ini. a. Subsistem Hulu Subsistem hulu meliputi kegiatan yang menghasilkan barang-barang modal sistem pertanian. Proses yang menghasilkan barangbarang modal tersebut antara lain perbenihan, pemupukan, sumber daya air, dan peralatan produksi.potensi-potensi yang dimiliki yaitu(1) Jenis bibit padi IR-64 unggul dari rasa dan panennya lebih banyak, (2) Petani merasa terbantu dengan adanya pupuk bersubsidi yaitu urea dan organik karena harganya lebih murah, (3) Banyak sumber mata air yang melimpah, (4) Sungai Lesti yang airnya mengalir sepanjang tahun, (5) Bantuan pengembangan sapi di Desa Ngadireso. b. Subsistem On Farm Sub sistem On Farm meliputi kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer yang meliputi sumber daya manusia, lahan, dan sarana prasarana produksi pertanian. Potensi-potensi yang dimiliki yaitu (1) Tenaga kerja di bidang pertanian melimpah, (2) Potensi tanah yang subur karena dekat dengan gunung berapi, (3) Irigasi yang mengalir sepanjang tahun. c. Subsistem Hilir Sub-sistem hilir meliputi kegiatan mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk setengah jadi maupun produk yang sudah jadi. Potensi-potensi yang dimiliki yaitu (1) Pemasaran cukup mudah karena tengkulak yang datang dan mengambil hasil panen, (2) Dari hasil analisis LQ Growth Share banyak komoditas yang unggul, (3) Komoditas hasil panen bervariasi sehingga memungkinkan untuk dijadikan bermacammacam olahan baru Tingkat produksi pertanian Ngadireso jika dilakukan analisis LQ didapatkan hasil komoditas unggulan kacang tanah, padi, ubi jalar, tomat, kubis mentimun, jeruk, papaya, durian, lengkeng, dan nangka. Hasil dari analisis Growth Share komoditas unggulan meliputi kacang tanah, padi, ubi jalar, tomat, kubis, pepaya, lengkeng dan nangka. Konsep Penanganan Desa Rawan Pangan Konsep penanganan Desa Ngadireso yang mengalami penanganan rawan pangan menggunakan analisis akar tujuan yang didasarkan pada potensi yang dimiliki sesuai hasil analisis sebelumnya. 136 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013

9 Lukman Hakim, Dimas Wisnu Adrianto, Dian Dinanti Terhindar dari Rawan Pangan di Desa Ngadireso Angka Kemiskinan Rendah Pola Pangan Harapan Tinggi Penghasilan meningkat Konsumsi makanan bergizi dan sehat Mayoritas bekerja sebagai petani Memiliki pengetahuan makanan bergizi dan Sehat Sebagian besar lahan dimiliki oleh masyarakat desa Kemampuan yang baik dari warga untuk mengelola lahan Tingkat Pendidikan tinggi Semua warga memiliki kemampuan baca tulis Mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari Daya beli tinggi Gambar 6. Analisis Akar Tujuan Dari analisis akar tujuan untuk terhindar dari rawan pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo harus memiliki 2 aspek yang harus dicapai sebagai langkah awal yaitu menciptakan daya beli masyarakat yang tinggi, dan tingkat pendidikan yang tinggi. Untuk mencapai 2 aspek tersebut harus memperhatikan potensi yang dimiliki. Potensi-potensi yang dimiliki antara lain penanganan rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo berdasarkan pada potensi yang dimiliki. Potensi tersebut antara lain (1) Komoditas unggulan yang berpotensial adalah Kacang tanah, padi, ubi jalar, tomat, kubis, pepaya, lengkeng, dan nangka. Hal ini didukung tanah subur dan kemampuan lahan didominasi peruntukan tanaman semusim yang sangat cocok untuk dikembangkan komoditas unggulan, (2) Pembenihan padi menggunakan jenis padi yang unggul sehingga hasil produksi nya maksimal, (3) Sumber Daya Air yang melimpah baik yang berasal dari mata air ataupun untuk pengairan, (4) Tenaga kerja bidang pertanian melimpah, (5) Pemasaran cukup mudah karena ada tengkulak, (6) Untuk peralatan produksi mendapatkan bantuan yaitu pengembangan sapi untuk menarik pembajak sawah, (7) Pemupukan terbantu adanya pupuk bersubsidi pemerintah, (8) Komoditas hasil panen bervariasi sehingga memungkinkan untuk dijadikan bermacam-macam olahan baru Potensi-potensi di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo yang sudah diidentifikasi pada faktor input melalui beberapa analisis tersebut selanjutnya dilakukan kompilasi dengan analisis Akar Tujuan sehingga menghasilkan upaya penanganan rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo pada tabel 7 dan 8. Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember

10 KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN PONCOKUSUMO Tabel 7. Penanganan masalah daya beli Potensi yang Dimiliki Pemasaran cukup mudah karena ada tengkulak Pemupukan terbantu adanya pupuk bersubsidi pemerintah Komoditas hasil panen bervariasi sehingga memungkinkan untuk dijadikan bermacammacam olahan baru Penanganan Memberikan subsidi bantuan pupuk dengan yang disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat desa Memberikan pelatihan untuk pengolahan lanjutan hasil pertanian sehingga hasil pemasaran lebih luas dan hasilnya lebih meningkat Tabel 8. Penanganan Masalah Pendidikan Potensi yang Dimiliki Tenaga kerja bidang pertanian melimpah KESIMPULAN Penanganan Memberikan pelatihan mengenai teknologi pertanian sehingga masyarakat terampil dan sadar bahwa pendidikan juga penting Indikator-indikator kerawanan pangan di Desa Ngadireso terdiri dari pola pangan harapan, kemiskinan, asset kendaraan, asset lahan, asset ternak, dan produksi. Besar pengaruh nilai variabel indikator-indikator tersebut terhadap kerawanan pangan sebesar 84,1%. Untuk persentase sisanya yaitu sebesar 15,9% disebabkan oleh faktor-faktor lain penyebab rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo. Indikator-indikator yang paling berpengaruh terhadap kerawanan pangan adalah Pola Pangan Harapan dan Tingkat kemiskinan yang bersumber pada dua masalah utama yaitu daya beli masyarakat yang rendah, dan tingkat pendidikan masyarakat desa yang rendah. Mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki dilakukan melalui analisis kemampuan dan kesesuaian lahan, dan analisis system usaha tani. Potensi tersebut dikombinasikan dengan hasil analisa akar tujuan sehingga didapatkan cara penanganan rawan pangan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo. Penanganan secara garis besar dari masalah rawan pangan antara lain (1) Melakukan upaya pekarangan lestari dengan menanam komoditas unggulan, dan (2) Memberikan pelatihan dan bantuan bidang sub sistem usaha tani DAFTAR PUSTAKA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Petunjuk Pelasanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan Tahun Surabaya: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian & World Food Programme Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian & World Food Programme Menteri Pertanian Kriteria Fungsi Kawasan. Jakarta: Menteri Pertanian Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repuplik Indonesia. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pemerintahan Desa Ngadireso Profil Desa Ngadireso Kabupaten Malang: Pemerintahan Desa Ngadireso SK Menteri Pertanian No. 837/ KPTS/UM/11/1980 dan No. : 683/KPTS/UM/ 8/1981 World Food Programe Emergency Food Security Assessment Handbook. Rome-Italy-UNESCO WFP, WFP Indonesia 2012 in Review. Jakarta- UNESCO 138 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN SYARAT KAWASAN PERTANIAN DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dari perspektif sejarah, istilah ketahanan pangan (food security) mulai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dari perspektif sejarah, istilah ketahanan pangan (food security) mulai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ketahanan pangan Dari perspektif sejarah, istilah ketahanan pangan (food security) mulai mengemuka saat terjadi krisis pangan dan kelaparan yang menimpa dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Arahan Pemanfaatan Lahan Kritis Pasca Tambang Pasir di Desa Ranji Kulon Kecamatan Kasokandel Agar Dapat Mengembalikan Produktifitas dan Nilai Ekonomis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

Luas Panen Padi (Ha) Harga Beras (Rp/kg)

Luas Panen Padi (Ha) Harga Beras (Rp/kg) A. Ketersediaan Beras Tahun Ketersediaan Beras (Kg) Luas Panen Padi (Ha) Harga Beras (Rp/kg) Jumlah penduduk (Juta jiwa) Konsumsi beras (Kg/kap/tahun) Y X1 X2 X3 X4 2001 1.832.426.000 801.948 2.523 11.647.958

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Ketahanan pangan (food security) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup baik

Lebih terperinci

Andry Wirawan Analisis Pengaruh Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Warung Ayam Monyet.

Andry Wirawan Analisis Pengaruh Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Warung Ayam Monyet. Andry Wirawan 10210772 Manajemen Ekonomi 2013 Analisis Pengaruh Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Warung Ayam Monyet. Latar Belakang Sebagai studi kasus tentang produk dan harga,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN FISIK WILAYAH DENGAN PENDAPATAN PETANI TANAMAN PANGAN DI

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pujastuti Sulistyaning Dyah Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) 66 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 66-73 Mewa Ariani et al. ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) Mewa Ariani, H.P.S. Rachman, G.S. Hardono, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian di Indonesia memiliki 2 jenis lahan yaitu lahan kering dan lahan

I. PENDAHULUAN. Pertanian di Indonesia memiliki 2 jenis lahan yaitu lahan kering dan lahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian di Indonesia memiliki 2 jenis lahan yaitu lahan kering dan lahan basah, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Karakter lahan basah yang lebih identik

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN POTENSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Lahan Pertanian (Sawah) Luas (km 2 ) Lahan Pertanian (Bukan Sawah) Luas (km 2 ) 1. Irigasi Teknis 15.250 1. Tegal / Kebun 30.735 2. Irigasi Setengah Teknis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara (1996-2010) Tahun Jumlah Penduduk 1996 11.306.300 1997 11.463.400 1998 11.754.100 1999 11.955.400 2000 11.513.973 2001 11.722.548 2002 11.847.075 2003 11.890.399

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan atau kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi suatu negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang selalu bertambah pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan otonomi daerah, serta pertambahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perjalanan yang terjadi pada lokasi penelitian pada hari kerja adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perjalanan yang terjadi pada lokasi penelitian pada hari kerja adalah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Penggunaan Moda Transportasi Persentase penggunaan moda transportasi diperoleh dari jenis kendaraan yang dibedakan menjadi dua jenis yaitu sepeda motor dan mobil. Total tarikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN DAN KESENANGAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (STUDI KASUS TAKSI BLUE BIRD)

ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN DAN KESENANGAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (STUDI KASUS TAKSI BLUE BIRD) ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN DAN KESENANGAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (STUDI KASUS TAKSI BLUE BIRD) Nama : Karina Oktaviani NPM : 11209873 Pembimbing : Dr. Budi Prijanto Latar Belakang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 29 5.1 Hasil BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Karakteristis Responden Karakteristik responden yang diukur dalam penelitian ini adalah kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jarak pemukiman

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran I: Karakteristik Karyawan Sampel Pemanen di PTP Nusantara IV Kebun Sawit Langkat

Lampiran I: Karakteristik Karyawan Sampel Pemanen di PTP Nusantara IV Kebun Sawit Langkat Lampiran I: Karakteristik Karyawan Sampel Pemanen di PTP Nusantara IV Kebun Sawit Langkat Gol Tingkat Pengalaman Jumlah Gaji Umur Pendidikan Bekerja Tanggungan Pokok No. (tahun) (tahun) (tahun) (jiwa)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk kelanjutanhidupnya, oleh karena itu terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagisetiap orang.berdasarkan hal itu

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup, sehingga usaha pemenuhan kebutuhan pangan merupakan suatu usaha kemanusiaan yang mendasar

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung 50 BAB VI SINTESIS Untuk menetapkan zonasi perencanaan tapak diterapkan teori Marsh (2005) tentang penataan ruang pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang membagi tapak menjadi tiga satuan lahan, yaitu Satuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi komoditas pertanian pangan di kawasan budiddaya di Kecamatan Pasirjambu, analisis evaluasi RTRW Kabupaten Bandung terhadap sebaran jenis pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D 003 322 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGANGGURAN, KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE

PENGARUH PENGANGGURAN, KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE PENGARUH PENGANGGURAN, KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE 2008-2012 Nama : Eko Hadi Hartoko NPM : 12212426 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Neltje F.

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

DAMPAK PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DAMPAK PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA (Studi Kasus Di Desa Pucangsari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan) Teguh Sarwo Aji, Mu munatus Sholihah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KRITERIA, PERSYARATAN, DAN TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b. 30 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PERTANIAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci