FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI AKADEMIK MURID SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI AKADEMIK MURID SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR TESIS"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI AKADEMIK MURID SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR TESIS Fijri Auliyanti FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK JAKARTA MEI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI AKADEMIK MURID SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis Anak TESIS Fijri Auliyanti FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK JAKARTA MEI 2013 i

3

4

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat ridho dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan pendidikan sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) selaku pembimbing materi yang dengan penuh perhatian dan kesabaran senantiasa membimbing penulis sejak penulisan sari pustaka, usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai penyusunan tesis. 2. Dr. dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K) selaku pembimbing metodologi, yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk yang sangat berarti kepada penulis dalam menyusun tesis ini. 3. Prof. dr. Taralan Tambunan, Sp.A(K), Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A(K), dan Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, Sp.A(K), selaku dewan penguji, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan kritikan yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan tesis ini. 4. Dekan Fakultas Kedokteran, serta kepada Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K) selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM dan Dr. dr. Partini P. Trihono, Sp.A(K), M.Med (Paed) selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Anak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan dokter spesialis anak dan memacu penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini. 5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM yang telah memberikan bimbingan dan bekal ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan. 6. Kepala sekolah SMPN 30 Jakarta Dra. AMT Sri Eko Yaniati, MM, Kepala sekolah SMPN 216 Jakarta Dr. Hj. Ajisarni L.Z. M.Pd, Kepala sekolah SMPN 115 Jakarta Dra. Pesta Maria Y.S. M.Pd, Kepala sekolah SMPN 75 iv

6 Jakarta Drs. H. Siddik Tawad, dan Kepala sekolah SMPN 255 Jakarta Drs H. Jojo Zaenudin Dimyati M.Pd, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Wakil Kepala Sekolah SMPN 30 Jakarta Drs. H. Muhamad Efendi, M.Si, Staf Kesiswaan SMPN 216 Jakarta Bapak Drs. Saman A.S. dan Ibu Edeh Djubaedah M.Pd, Staf UKS SMPN 115 Jakarta Dra. Budiyawati, Staf Humas SMPN 75 Jakarta Drs. Mulyadi MM, serta Ibu Tiyur dan Henik Karjati, S.Pd dari SMPN 255 Jakarta yang telah membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian. 8. Jovita Maria Ferliana, M.Psi, Psikolog yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 9. Rekan-rekan PPDS IKA khususnya teman-teman PPDS IKA angkatan Juli 2008: Mbak Alvi, Anisa, Ayijati, Mas Daniel, Mas Dave, Teh Dede, Debora, Dewi, Mbak Emilda, Fathy, Ihat, Mbak Ina, Liza, Mbak Rita Mey, Mas Adhi, Reni, Mas Renno, Mas Satria, Teh Teti, Mbak Swanty, dan Mbak Sita yang senantiasa memberikan semangat dan mendukung dalam suka dan duka selama masa pendidikan. Kalian telah menjadi teman bersama dalam jatuhbangun, berbagi cerita dan pembangkit semangat. 10. Saya persembahkan tesis ini kepada suami saya tercinta Endang Saputro, ST, yang telah memberikan dukungan dari segala segi, baik moril maupun materiil. Aa selalu memberikan perhatian, dukungan, pengertian, doa, dan cinta kepada penulis sehingga penulis mampu mencapai tahap ini. Kepada kedua putriku tercinta Nada Nafisah dan Hanin Raihanah, yang selalu memberikan semangat dan doa serta mengorbankan waktu bersama ibunya selama penulis menjalani pendidikan. 11. Ibunda dan ayahanda tersayang, Tati Hartiana dan Bahrul SH, yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang hingga saat ini. Rasa hormat, cinta, dan terima kasih sebesar-besarnya penulis haturkan untuk mereka. Kepada Bapak Sutanto dan Ibu Poni, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis. Semoga Allah senantiasa melindungi mereka dan memberi penulis v

7 kesempatan dan kemampuan untuk berbakti dan membalas segala jasa dan budi mereka. 12. Eni dan Yuni, asisten rumah tangga yang telah menggantikan tugas penulis dalam mengurus rumah serta menjaga Nada dan Hanin dengan penuh kasih sayang selama penulis tidak berada di rumah. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis selama menjalani proses pendidikan dan penelitian ini. Akhir kata, semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Mei 2013 Fijri Auliyanti vi

8

9 ABSTRAK Nama : Fijri Auliyanti Program studi : Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Akademik Murid Sekolah Menengah Pertama di Jakarta yang Mengalami Gangguan Tidur Latar belakang. Gangguan tidur pada remaja memiliki prevalens yang tinggi dan dapat memengaruhi prestasi akademik di sekolah. Namun, sejauh ini di Indonesia, belum terdapat studi yang meneliti prestasi akademik pada remaja dengan gangguan tidur serta faktor yang berhubungan. Tujuan. Penelitian ini untuk mengetahui: (1) prevalens dan pola gangguan tidur berdasarkan SDSC, (2) proporsi murid SMP dengan gangguan tidur yang memiliki prestasi akademik di bawah rerata, (3) hubungan antara: jenis kelamin, motivasi dan strategi belajar, nilai IQ, tingkat pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi keluarga, struktur keluarga, pendidikan di luar sekolah, adanya TV/komputer di kamar tidur, durasi tidur di hari sekolah, perbedaan waktu tidur dan bangun, dan prestasi akademik murid SMP dengan gangguan tidur. Metode. Penelitian potong lintang analitik di lima SMP di Jakarta pada bulan Januari hingga Maret Skrining gangguan tidur dengan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children dilakukan terhadap 491 orang murid SMP di Jakarta. Murid yang memenuhi kriteria gangguan tidur diminta mengisi kuesioner motivasi dan strategi pembelajaran. Peneliti meminta nilai IQ subjek penelitian. Hasil. Terdapat 129 subjek yang memenuhi kriteria gangguan tidur. Empat orang subjek di drop-out karena tidak memiliki nilai IQ. Prevalens gangguan tidur sebesar 39,7% dengan jenis gangguan tidur terbanyak adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur (70,2%). Sebanyak 47,6% subjek memiliki prestasi akademik di bawah rerata. Sebagian besar subjek perempuan (71%), termasuk sosial ekonomi menengah ke bawah (58,9%), memiliki motivasi dan strategi belajar yang cukup (72,6%), dan mengikuti pendidikan di luar sekolah (87,9%). Tiga belas subjek yang memiliki nilai IQ di bawah rata-rata tidak diikutsertakan dalam analisis bivariat dan multivariat. Berdasarkan uji regresi logistik, faktor yang paling berhubungan dengan prestasi akademik di bawah rerata secara berurutan, yaitu pendidikan di luar sekolah (> 2 jenis, non-akademik), nilai IQ rata-rata, dan jenis kelamin lelaki. Simpulan. Prevalens gangguan tidur pada murid SMP di Jakarta adalah 39,7% dengan jenis gangguan tidur terbanyak adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur. Sebanyak 47,6% subjek memiliki prestasi akademik di bawah rerata. Faktor yang terbukti berhubungan dengan prestasi akademik di bawah rerata adalah pendidikan di luar sekolah (> 2 jenis, non-akademik), nilai IQ rata-rata, dan jenis kelamin lelaki. Kata kunci: gangguan tidur, prestasi akademik, faktor yang berhubungan viii

10 ABSTRACT Name Program Title : Fijri Auliyanti : Pediatrics : Factors Related to Academic Achievement in Junior High School Students in Jakarta with Sleep Disorders Background. Sleep disorders are prevalent in adolescents and may influence their academic achievement at school. However, in Indonesia, no research has ever been done to study academic achievement in students with sleep disorders and related factors. Objectives. This study aimed to define: (1) the prevalence of sleep disorders and their patterns based on the SDSC questionnaire, (2) the proportion of junior high school students having low average academic achievement, (3) the relationship between factors; i.e gender, motivation and learning strategies, IQ level, mothers' educational level, socioeconomic level, family structure, non-formal education, TV/computer set inside the bedroom, sleep duration during schooldays, bedtimewakeup time difference; and the academic achievement in junior high school students with sleep disorders. Method. This was an analytical cross-sectional study, performed at five junior high schools in Jakarta between January to March Screening for sleep disorders, based on the Sleep Disturbance Scale for Children questionnaires, was done in 491 junior high school students. Students who fulfilled the criteria of sleep disorders, were asked to fill in the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). The IQ level of each subjects was also measured. Results. There were 129 subjects who fulfilled the sleep disorders criteria. Four subjects were dropped out due to they didn t have IQ level. The prevalence of sleep disorder in this study was 39.7%, mostly difficulty in initiating and maintaining sleep (70.2%). There were 47.6% subjects had low average academic achievement. As many as 13 subjects had low average IQ level and were not included in bivariate and multivariate analysis. Subjects mostly female (71%), with middle-low income (58.9%), had moderate motivation and learning strategies (72.6%), and attended non-formal education (87.9%). Based on the logistic regression analysis, the most influencing factors to the low average academic achievement are consecutively: the non-formal education ( > 2 types, non-academic), the average IQ level, and male sex. Conclusion. The prevalence of sleep disorders in junior high school students in Jakarta are 39.7%, mostly difficulty in initiating and maintaining sleep. There were 47.6% subjects had low average grade. Factors related to the low average academic achievement are non-formal education ( > 2 types, non-academic), the average IQ level, and male sex. Keywords: sleep disorders, academic achievement, related factors ix

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR SINGKATAN... xvi 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Hipotesis Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Bidang Akademik Bidang Pengembangan Penelitian Bidang Pengabdian Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Akademik Faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik Faktor Individu Faktor Lingkungan Fisiologi Tidur Perkembangan Pola Tidur Anak Perkembangan Pengaturan Tidur Perkembangan Pola Tidur Remaja Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Tidur Faktor Budaya dan Keluarga Faktor Perkembangan Anak Faktor Organik Faktor Lingkungan Faktor Orangtua Faktor Sekolah dan Aktivitas Ekstrakulikuler Fungsi Tidur Gangguan Tidur pada Remaja Definisi Gangguan Tidur Epidemiologi Jenis Gangguan Tidur pada Remaja x

12 Disomnia Parasomnia Dampak Gangguan Tidur pada Remaja Hubungan Waktu Mulai Sekolah dengan Gangguan Tidur dan Prestasi Akademik Skrining Gangguan Tidur Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) Diagnosis Gangguan Tidur Tata Laksana Gangguan Tidur Edukasi Terapi Perilaku Terapi Medis KERANGKA TEORI KERANGKA KONSEP METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Kriteria Inklusi dan Eksklusi Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Pelaksanaan Penelitian Pra-Penelitian Penelitian Pasca-Penelitian Alur Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Manajemen dan Analisis Data Etik Penelitian HASIL PENELITIAN Alur Subjek Penelitian Karakteristik Subjek Penelitian Prevalens Gangguan Tidur pada Murid SMP di Jakarta Kebiasaan Tidur Subjek Penelitian Jenis Gangguan Tidur pada Subjek Penelitian Persepsi Orangtua Mengenai Gangguan Tidur pada Anak Prestasi Akademik Subjek Penelitian Pendidikan di Luar Sekolah Subjek Penelitian Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Akademik Analisis Multivariat terhadap Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Akademik PEMBAHASAN Keterbatasan Penelitian Karakteristik Subjek Penelitian Prevalens Gangguan Tidur pada Murid SMP di Jakarta xi

13 7.4 Kebiasaan Tidur Subjek Penelitian Jenis Gangguan Tidur pada Subjek Penelitian Persepsi Orangtua Mengenai Gangguan Tidur pada Anak Prestasi Akademik Subjek Penelitian Pendidikan di Luar Sekolah Subjek Penelitian Faktor yang yang Berhubungan dengan Prestasi Akademik Analisis Multivariat terhadap Faktor yang yang Berhubungan dengan Prestasi Akademik SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 6.2. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 6.4. Kebiasaan Tidur Subjek Penelitian Tabel 6.5. Jenis Gangguan Tidur pada Subjek Penelitian Tabel Pendidikan di Luar Sekolah Subjek Penelitian Tabel Tabel 6.9. Tabel Prestasi Akademik Subjek Penelitian yang Mengikuti Pendidikan di Luar Sekolah Hubungan Jenis Kelamin, Pendidikan Ibu, Sosial Ekonomi Keluarga, Struktur Keluarga, Nilai IQ, Motivasi dan Strategi Belajar, Durasi Tidur Sekolah, Perbedaan Waktu Tidur, Perbedaan Waktu Bangun, TV/Komputer di Kamar Tidur, dan Pendidikan di Luar Sekolah dengan Prestasi Akademik Hubungan Jenis Kelamin, Nilai IQ, Struktur Keluarga, Pendidikan di Luar Sekolah, Sosial Ekonomi Keluarga, serta Motivasi dan Strategi Belajar dengan Prestasi Akademik xiii

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Proporsi REM dan NREM Gambar 3. Kerangka Teori Gambar 4. Kerangka Konsep Gambar 5.7. Alur Penelitian Gambar 6.1. Alur Subjek Penelitian xiv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Penjelasan penelitian 78 Lampiran 2. Lampiran 3. Surat pernyataan persetujuan orangtua ikut serta dalam penelitian 80 Surat pernyataan persetujuan murid ikut serta dalam penelitian 81 Lampiran 4. Survei karakteristik subjek 82 Lampiran 5. Kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children 83 Lampiran 6. SDSC scoring sheet 88 Lampiran 7. Kuesioner mengenai motivasi dan strategi pembelajaran 89 Lampiran 8. Keterangan Lolos Kaji Etik Penelitian 92 xv

17 DAFTAR SINGKATAN ACG AAP BDI-2 BEDS BSID-III DSM IV EEG FKUI GPA IK IQ MA MAK MI MTs MSLQ NREM OSA OECD PPDGJ PSG REM RLS RP RSBI PLMD RSCM SDSC SMPN SMA SMK SMS SAI WHO WISC-IV aktigrafi The American Academy of Pediatrics Batelle Developmental Inventory-second edition Behavioral Evaluation of Disorders of Sleep Bayley Scales of Infant Development-III Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition) elektroensefalografi Fakultas Kedokteran grade point average interval kepercayaan intelligence quotient madrasah aliyah madrasah aliyah kejuruan madrasah ibtidaiyah madrasah tsanawiyah motivated strategies for learning questionnaire non-rapid eye movement obstructive sleep apnea Organization for Economic Cooperation and Development pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa polisomnografi rapid eye movement restless legs syndrome rasio prevalens Rintisan Sekolah Berstandar Internasional periodic limb movement disorder Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sleep disturbance scale for children sekolah menengah pertama negeri sekolah menengah atas sekolah menengah kejuruan short message service school achievement index World Health Organization Wechsler Intelligence Scale for Children-fourth edition xvi

18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan berperan sangat penting dalam perkembangan anak. Tidur tidak hanya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun emosional namun juga sangat terkait dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi. 1,2 Pola tidur berkembang sesuai dengan usia. Bayi baru lahir tidur hampir sepanjang waktu, tetapi setelah usia 6 bulan bayi tidur sekitar 13 jam per hari. Anak usia 2 tahun tidur 12 jam per hari, usia 4 tahun tidur jam dan remaja tidur 8-9 jam per hari. 3 Pola tidur remaja berbeda dibandingkan tahap usia lain karena adanya perubahan hormonal dan pergeseran irama sirkadian. Remaja mulai mengantuk pada tengah malam sedangkan mereka harus bangun pagi untuk berangkat ke sekolah. 4 Wolfson dan Carskadon 5 menilai kebiasaan tidur-bangun pada 3120 anak sekolah usia tahun di Amerika Serikat dan menemukan bahwa rerata lama tidur malam adalah 7,3 jam. Waktu tidur malam adalah pukul 22:35 dan bangun pagi pukul 06:05. Pada hari libur, waktu tidur dimulai pukul 00:25 dan bangun pagi pukul 09:32, dengan durasi tidur 9 jam 7 menit. Beberapa penelitian self report menyatakan bahwa banyak remaja tidak memiliki tidur yang adekuat, mereka terbangun hingga tengah malam pada hari sekolah dan tidur di hari libur. 4,6-10 Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Natalita dkk 11 melaporkan bahwa berdasarkan pemeriksaan wrist actigraphy didapatkan rerata waktu subjek tidur adalah pukul 22:12 WIB dan waktu bangun pukul 05:55 WIB, sehingga total waktu tidur 6 jam 47 menit. Gangguan tidur didefinisikan sebagai pola tidur yang tidak memuaskan bagi orangtua, anak, atau dokter, yang dicirikan dengan gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu. 12 Diagnosis gangguan tidur sulit ditegakkan karena adanya perbedaan pola tidur pada setiap tahap perkembangan anak dan toleransi keluarga terhadap perilaku tidur anak sangat bervariasi. 13,14 1

19 2 Prevalens gangguan tidur pada murid sekolah menengah pertama (SMP) berusia tahun di Jakarta Timur dilaporkan sebesar 62,9% dengan menggunakan Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC). 15 Jenis gangguan tidur yang sering ditemukan adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur. 16 Gangguan tidur pada remaja dipengaruhi oleh faktor medis dan non-medis. Faktor non-medis antara lain: jenis kelamin, pubertas, kebiasaan tidur, status sosioekonomi, keadaan keluarga, gaya hidup, dan lingkungan. Faktor medis yaitu gangguan neuropsikiatri dan penyakit kronik. 17,18 Dampak gangguan tidur pada remaja adalah meningkatkan angka ketidakhadiran di sekolah; memengaruhi prestasi akademik; meningkatkan risiko penggunaan alkohol, rokok, dan risiko terjadinya obesitas. 9 Chung dkk 19 menemukan bahwa remaja dengan nilai akademik yang baik memiliki waktu tidur yang lebih awal dan jarang mengalami rasa mengantuk di siang hari dibandingkan remaja yang memiliki nilai akademik yang rendah. Prestasi akademik sekolah dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari anak itu sendiri sementara faktor eksternal berasal dari lingkungan, termasuk di antaranya: lingkungan keluarga, teman bermain, sekolah, dan komunitas tempat tinggal. 20,21 Pengukuran prestasi akademik sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara. Ng dkk 22 pada tahun 2009 melakukan penelitian terhadap remaja di Hong Kong untuk mencari hubungan antara lama tidur dan prestasi akademik di sekolah. Indikator yang digunakan adalah nilai matematika dan bahasa Inggris. Penelitian mengenai prestasi akademik pada remaja dengan gangguan tidur belum banyak dilakukan. Penelitian di Italia 23, Belgia 24, dan Amerika Serikat 5 menemukan hubungan bermakna antara pola tidur, kebiasaan tidur (perbedaan waktu tidur, durasi tidur di hari sekolah, dan perbedaan waktu bangun), serta skor gangguan tidur dengan prestasi akademik remaja. Faktor lain yang dapat memengaruhi prestasi akademik remaja di antaranya adalah: tingkat pendidikan orangtua, tingkat pendidikan ibu, enuresis, dan kelelahan anak. 23,24

20 3 Tingginya prevalens gangguan tidur pada remaja serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik membutuhkan adanya deteksi dini gangguan tidur dan penanganan yang optimal. Keluhan gangguan tidur seringkali tidak disampaikan oleh remaja kepada orangtuanya dan lagi pula pola tidur remaja tidak lagi menjadi pusat perhatian orangtua. Hal tersebut menyebabkan gangguan tidur pada remaja seringkali tidak terdeteksi, dan pada akhirnya tidak ditangani dengan baik. Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) dapat mendeteksi adanya enam jenis gangguan tidur pada anak. Penelitian mengenai gangguan tidur pada remaja di Indonesia sangat terbatas. Hingga saat ini belum terdapat penelitian mengenai faktor yang memengaruhi prestasi akademik remaja dengan gangguan tidur. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan prestasi akademik pada murid SMP di Jakarta yang mengalami gangguan tidur. 1.2 Rumusan Masalah Menurut penelitian di luar negeri gangguan tidur pada remaja sangat berpengaruh pada prestasi akademik. Di Indonesia, murid SMP memiliki waktu sekolah lebih lama daripada durasi tidur harian yaitu 7,5-8 jam per hari dibandingkan 6 jam 47 menit (durasi tidur normal 8-9 jam). 11 Murid SMP memulai sekolah pukul 6:30 WIB dan pulang pukul 14:00-14:30 WIB, kemudian 76% di antaranya harus mengikuti pendidikan tambahan baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Hingga saat ini belum terdapat data penilaian prestasi akademik pada remaja dengan gangguan tidur di Indonesia. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti ingin mengetahui prevalens gangguan tidur pada remaja, prestasi akademik pada remaja dengan gangguan tidur serta hal-hal yang memengaruhinya. 1.3 Pertanyaan Penelitian Peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Bagaimana prevalens dan pola gangguan tidur murid SMP di Jakarta berdasarkan SDSC pada tahun 2012?

21 4 2. Bagaimana kebiasaan tidur (durasi tidur di hari sekolah dan hari libur, perbedaan waktu tidur dan bangun) murid SMP di Jakarta pada tahun 2012? 3. Berapakah proporsi murid SMP dengan gangguan tidur yang memiliki prestasi akademik di bawah rerata? 4. Apakah terdapat hubungan antara: jenis kelamin, motivasi dan strategi belajar, nilai intelligence quotient (IQ), tingkat pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi keluarga, struktur keluarga, pendidikan di luar sekolah, adanya televisi (TV)/komputer di kamar tidur, durasi tidur di hari sekolah, perbedaan waktu tidur dan perbedaan waktu bangun, dan prestasi akademik murid SMP dengan gangguan tidur? 5. Bagaimana probabilitas seorang murid SMP dengan gangguan tidur untuk memiliki prestasi akademik di bawah rerata? 1.4 Hipotesis Penelitian Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut : Prestasi akademik di bawah rerata pada murid SMP yang mengalami gangguan tidur berhubungan dengan jenis kelamin lelaki, motivasi dan strategi belajar kurang, nilai IQ di bawah rata-rata, tingkat pendidikan ibu yang rendah, tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah, orangtua tunggal, adanya pendidikan di luar sekolah, adanya TV/komputer di kamar tidur, kurangnya durasi tidur di hari sekolah, adanya perbedaan waktu tidur dan bangun. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui faktor yang berhubungan dengan prestasi akademik murid SMP di Jakarta yang mengalami gangguan tidur Tujuan Khusus 1. Mengetahui prevalens dan pola gangguan tidur berdasarkan SDSC pada murid SMP di Jakarta pada tahun 2012.

22 5 2. Mengetahui kebiasaan tidur (durasi tidur di hari sekolah dan hari libur, perbedaan waktu tidur dan bangun) murid SMP di Jakarta pada tahun Mengetahui proporsi murid SMP dengan gangguan tidur yang memiliki prestasi akademik di bawah rerata. 4. Mengetahui hubungan antara: jenis kelamin, motivasi dan strategi belajar, nilai IQ, tingkat pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi keluarga, struktur keluarga, pendidikan di luar sekolah, adanya TV/komputer di kamar tidur, durasi tidur di hari sekolah, perbedaan waktu tidur dan perbedaan waktu bangun, dan prestasi akademik murid SMP di Jakarta yang mengalami gangguan tidur. 5. Mengetahui probabilitas seorang murid SMP dengan gangguan tidur untuk memiliki prestasi akademik di bawah rerata. 1.6 Manfaat Penelitian Bidang Akademik 1. Mengetahui kebiasaan tidur (durasi tidur di hari sekolah dan hari libur, perbedaan waktu tidur dan bangun) pada remaja. 2. Mengetahui prevalens dan pola gangguan tidur pada remaja. 3. Mengetahui hubungan antara: jenis kelamin, motivasi dan strategi belajar, nilai IQ, tingkat pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi keluarga, struktur keluarga, pendidikan di luar sekolah, adanya TV/komputer di kamar tidur, durasi tidur di hari sekolah, perbedaan waktu tidur dan perbedaan waktu bangun, dan prestasi akademik murid SMP dengan gangguan tidur Bidang Pengembangan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan dan data dasar bagi penelitian lebih lanjut mengenai prestasi akademik pada remaja dengan gangguan tidur Bidang Pengabdian Masyarakat 1. Memberi gambaran mengenai kebiasaan tidur dan gangguan tidur pada remaja.

23 6 2. Instrumen SDSC diharapkan dapat digunakan oleh tenaga kesehatan sebagai alat skrining deteksi dini adanya gangguan tidur pada remaja. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan sekolah yang dapat memengaruhi pola tidur anak remaja.

24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Akademik Prestasi memiliki arti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Prestasi akademik didefinisikan sebagai hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. 25 Performa seorang anak di sekolah terdiri dari faktor yang memengaruhi kesuksesan anak di sekolah. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Perilaku dan keterampilan kognitif, meliputi kemampuan kognitif dasar, seperti fungsi eksekutif, atensi, memori, verbal comprehension, dan proses informasi. b. Perilaku akademik, meliputi perilaku yang memiliki dampak pada prestasi akademik murid sekolah. Indikator yang umum digunakan antara lain: on-task behaviour, organisasi, perencanaan, kehadiran, penjadwalan, dan kontrol impuls. c. Prestasi akademik, meliputi skor ujian yang telah distandardisasi seperti penilaian membaca, matematika dan bahasa, penilaian di kelas (nilai rapor), indeks prestasi, dan penilaian formal lain. 20 Penilaian prestasi akademik murid merupakan salah satu cara untuk mengetahui mutu pengajaran dalam sekolah. Ada beberapa cara untuk mengevaluasi mutu murid yang berkaitan dengan pendidikan formal, tetapi indikator yang paling dapat dilacak adalah bagaimana kinerja murid yang bersangkutan ketika mengikuti suatu ujian. 26 Ujian yang diberikan kepada murid dapat bersifat harian, yang diberikan oleh guru dan hasil penilaiannya akan dimasukan ke dalam rapor murid, atau ujian yang dilakukan di tingkat nasional. Ujian merupakan indikator objektif, terutama ujian yang dilaksanakan pemerintah di tingkat nasional, karena sekolah atau guru tidak dapat memberikan nilai rendah atau tinggi kepada murid berdasarkan alasan pribadi atau alasan lainnya. Hasil ujian juga dapat dipercaya karena setiap murid akan memperoleh hasil sesuai dengan kemampuannya, 7

25 8 terutama kemampuan yang diajarkan dan diperoleh di lembaga pendidikan formal. Ujian yang telah distandardisasi secara nasional juga memungkinkan pemerintah secara objektif mengevaluasi tingkat mutu sekolah relatif terhadap sekolah lainnya. 27 Terdapat beberapa hal tidak menguntungkan yang disebabkan oleh penggunaan hasil ujian sebagai alat evaluasi. Pertama: guru mungkin hanya mengajarkan bahan pelajaran yang akan diuji. Hal ini sangat mungkin terjadi bila tanggal dan bahan ujian sudah diketahui terlebih dahulu. Kedua: kemungkinan munculnya upaya untuk memanipulasi hasil ujian. Ketiga: keterampilan murid yang diperoleh secara khusus, misalnya karena latar belakang dan kondisi sosial ekonomi murid, akses terhadap fasilitas dan keterampilan, dianggap dan telah terbukti dalam sejumlah studi ternyata mempunyai peran penting dalam menentukan kinerja murid ketika ujian Faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik Faktor yang dapat memengaruhi prestasi akademik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal (individu) dan faktor eksternal (lingkungan). 21 Faktor individu antara lain kognitif dan fisik Faktor lingkungan antara lain sekolah, rumah, dan lingkungan tempat tinggal Faktor Individu 1. Faktor Kognitif Anak Kognitif adalah kemampuan untuk mempelajari, mengingat, dan menggambarkan informasi serta memecahkan masalah. Kemampuan kognitif anak berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Proses pembelajaran dan pengolahan informasi menjadi lebih cepat, daya ingat menjadi lebih lama, dan kemampuan abstrak semakin berkembang. Kemajuan perkembangan kognitif juga berhubungan dengan pengalaman dan pembelajaran. 28,29 Perkembangan kognitif merupakan bagian dari lima jenis perkembangan anak yang ada, yaitu: perkembangan komunikasi, fisik, sosial-emosional, dan adaptif.

26 9 Evaluasi perkembangan kognitif dibutuhkan untuk menilai perkembangan anak normal atau tidak sehingga bila terdapat gangguan perkembangan harus segera diatasi. Perkembangan kognitif pada anak dapat diuji dengan berbagai metode di antaranya Bayley Scales of Infant Development-III (BSID-III), Batelle Developmental Inventory-second edition (BDI-2), dan Wechsler Intelligence Scale for Children-fourth edition (WISC-IV) yang dengan nama lain merupakan IQ. Kemampuan kognitif meningkat seiring dengan bertambahnya usia sehingga sangat penting mengevaluasi setiap tahap perkembangan kognitif untuk mendeteksi gangguan secara dini Faktor Fisik Anak Kondisi fisik anak sangat memengaruhi prestasi akademiknya. Penyakit kronik pada anak, dari yang ringan seperti rhinitis alergi, hingga yang berat seperti kanker, dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik. Obesitas pada anak dapat mengurangi kepercayaan dirinya, anak akan merasa terisolasi, sehingga prestasi akademiknya menurun. 30 Prestasi akademik anak perempuan biasanya lebih baik daripada anak lelaki. Penelitian Buckingham pada tahun 2003 di Australia menemukan bahwa nilai rerata rapor murid perempuan di kelas lebih tinggi daripada murid lelaki Faktor Kepribadian Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada diri seseorang yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator dan atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai adanya hal-hal berikut: (1) hasrat dan keinginan berhasil; (2) dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) harapan dan cita-cita masa depan; (4) penghargaan dalam belajar; (5) kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang untuk belajar dengan baik. 32

27 10 Anak dengan kepercayaan diri dan motivasi untuk berhasil memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Anak yang tidak percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berhasil akan menjadi frustasi dan depresi, sehingga sulit untuk mencapai kesuksesan. 33 Penilaian motivasi berprestasi seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik itu wawancara langsung maupun dengan metode pengisian kuesioner. Kuesioner mengenai motivasi berprestasi seorang murid yang banyak digunakan adalah kuesioner Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich pada tahun Kuesioner ini terdiri atas 44 pernyataan yang diisi dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan-pernyataan di kuesioner ini menentukan bagaimana motivasi seorang murid untuk berprestasi dan strateginya dalam mencapai prestasi akademik tersebut Faktor Lingkungan 1. Sekolah Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sistem pendidikan sekolah mempunyai hubungan dengan prestasi akademik murid, baik mutu sekolah, mutu pengajaran, gaji guru, dan lain-lain. 27 Sekolah yang bagus memiliki atmosfir yang tidak menindas dan teratur. Kepala sekolah aktif dan guru berperan dalam mengambil keputusan. Kepala sekolah dan guru memiliki harapan yang besar terhadap murid, lebih menekankan akademik daripada aktivitas ekstrakurikuler, serta memperhatikan kinerja muridnya Rumah Pengaruh keluarga menjadi faktor yang sangat menentukan. Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan ibu dikatakan memiliki hubungan dengan prestasi akademik anak. Suatu studi di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa murid yang orangtuanya (terutama ibu) memegang ijazah sekolah menengah atas atau kualifikasi yang lebih tinggi mempunyai prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan teman-temannya yang setara. 35

28 11 3. Lingkungan tempat tinggal Status sosial ekonomi memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi akademik anak, melalui pengaruhnya terhadap suasana keluarga, pilihan lingkungan tempat tinggal, dan cara orangtua membesarkan anak. Anak dengan orangtua yang miskin dan tidak berpendidikan cenderung memiliki suasana keluarga dan sekolah yang negatif dan menegangkan. Status sosial ekonomi yang tinggi meningkatkan kesempatan anak untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Pendapatan keluarga yang cukup tinggi memungkinkan keluarga untuk membiayai pendidikan tambahan bagi anak di luar sekolah. Akan tetapi, banyak juga anak dengan status sosial ekonomi rendah tetap memiliki prestasi akademik yang baik, hal ini dikarenakan adanya social capital, yaitu sumber daya dari keluarga dan lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh anak Penggunaan media visual Sharif dkk 36 melakukan penelitian potong lintang berbasis populasi pada tahun 2008 di Amerika Serikat terhadap murid sekolah kelas 5-8 untuk mengetahui hubungan antara paparan terhadap media, yaitu televisi dan video game, dengan prestasi akademik murid sekolah kelas 5-8. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara paparan terhadap media tersebut, baik waktu yang dihabiskan maupun materi yang diterima, dengan prestasi akademik murid tersebut. 36 Penelitian lain terhadap anak usia tahun di AS pada tahun 2003, yang bertujuan mengetahui mekanisme pengaruh penggunaan media visual (televisi, film video, dan video game) terhadap prestasi akademik remaja. Peneliti melakukan survei melalui telepon sebanyak empat kali dalam waktu 2 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama paparan terhadap media visual serta isi media visual yang ditonton memengaruhi prestasi akademik. 37 Barr-Anderson dkk 38 meneliti prevalens remaja yang memiliki TV di dalam kamar tidur mereka serta hubungannya dengan karakteristik perilaku dan sosial. Peneliti mendapatkan hasil bahwa hampir dua pertiga subjek memiliki TV di dalam kamar. Remaja yang menonton TV lebih lama memiliki aktivitas fisik yang kurang serta kebiasaan makan dan prestasi akademik yang lebih buruk. 38

29 12 The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan untuk tidak menempatkan TV di dalam kamar tidur anak. Cara termudah agar hal ini tercapai adalah dengan memberikan edukasi kepada orangtua mengenai efek berbahaya program TV pada anak dan membuat batasan yang tegas sejak awal terhadap anak. Orangtua harus dapat mengontrol acara TV yang dapat ditonton oleh anak baik ketika anak sendiri maupun ditemani. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua dapat mengatasi berbagai potensi program TV yang berbahaya dengan cara mendiskusikan acara tersebut dengan anak mereka Fisiologi Tidur Tidur adalah keadaan tidak sadar saat otak relatif lebih responsif terhadap stimulus internal dibandingkan dengan stimulus eksternal. Selama peralihan dari bangun ke tidur, yang juga disebut tidur tahap 1, otak berangsur-angsur menjadi kurang responsif terhadap stimulus visual, auditorik, dan stimulus dari lingkungan lainnya. 40 Tidur normal dibagi menjadi tidur non-rapid eye movement (NREM) dan rapid-eye movement (REM). Tidur NREM dibagi lagi menjadi 4 tahap (stadium), yaitu: tahap 1 (tidur ringan), tahap 2 (tidur konsolidasi), tahap 3 dan 4 (tidur dalam atau tidur gelombang lambat) Perubahan aktivitas korteks serebri selama tidur dikelompokkan dalam 5 tahap. Saat kita siap untuk tidur, terbaring rileks, tonus otot mulai menurun dan mata masih terbuka, gelombang listrik otak memperlihatkan gelombang alfa dengan penurunan voltase, keadaan ini sering disebut tidur tahap 1. Keadaan tidur masuk tahap 2 apabila timbul gelombang tidur (sleep spindle). Pada tahap ini kedua bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara Dalam tidur tahap 3, kita tertidur cukup pulas dan tonus otot lenyap sama sekali. Elektroensefalografi (EEG) memperlihatkan gelombang lambat delta 20% - 50%. Tahap 4 adalah tidur paling nyenyak dan sulit dibangunkan. Gambaran EEG menunjukkan dominasi gelombang delta (>50%) dan gelombang tidur sulit didapat. Setelah berlangsungnya tahap 4, tiba-tiba bola mata mulai bergerak cepat, sehingga tidur ini disebut REM (tahap 5). Mimpi terjadi pada tahap ini. 42,44-46

30 Perkembangan Pola Tidur Anak Perkembangan Pengaturan Tidur Konsolidasi dan regulasi adalah dua proses biopsikososial yang berinteraksi untuk membentuk pola tidur-bangun. Konsolidasi, sebagai tidur sepanjang malam, merefleksikan perkembangan gradual dari pola diurnal untuk tidur panjang saat malam hari dan terjaga di siang hari Self-regulation mengacu pada proses saat bayi menjadi lebih baik untuk mengendalikan keadaan terjaga dan memulai tidur tanpa bantuan saat awal tidur atau saat terbangun di tengah malam. Peningkatan kemampuan regulasi mandiri selama tidur di malam hari disebut self-soothing. 44,45 Durasi tidur nokturnal cenderung menurun pada anak usia sekolah (5-12 tahun) dengan lama tidur harian adalah jam per hari. Penurunan jumlah tidur juga diikuti dengan penurunan proporsi REM dan NREM, dari 16,5 jam pada umur 1 minggu, menjadi 11 dan 10 jam pada umur 5 dan 9 tahun. Pada usia remaja durasi tidur normal adalah 8-9 jam per hari (Gambar 2.2.1). 43 Gambar Proporsi REM dan NREM Perkembangan Pola Tidur Remaja World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai individu berusia tahun. 47 Kepustakaan lain membagi remaja menjadi fase awal (usia tahun), pertengahan (usia tahun), dan lanjut (usia tahun). 48

31 14 Remaja adalah suatu fase dari periode tumbuh kembang yang memiliki karakteristik adanya perubahan penting dalam fungsi kognitif, perilaku, sosial, dan emosional sesuai dengan perkembangan biologis, serta adanya fungsi dan tuntutan baru dalam lingkungan keluarga maupun sosial. Perubahan tersebut terjadi karena adanya rangkaian perubahan hormonal dan struktur sosial, menghasilkan transisi dari fase anak ke dewasa yang dikenal masa remaja. 48,49 Perubahan biologis dan fisiologis yang bermakna di antaranya adalah perkembangan tanda seks sekunder dan pertumbuhan tinggi badan. Selain itu pada remaja terdapat perubahan dalam pola tidur-bangun, termasuk berkurangnya durasi tidur, tertundanya waktu tidur, dan bertambahnya perbedaan antara pola tidur pada hari sekolah dan akhir pekan; dengan hasil akhir kualitas tidur yang cenderung berkurang. 49 Perubahan dari segi psikososial terutama dalam hal interaksi terhadap keluarga yang jauh berkurang, dan meningkatnya interaksi dengan kelompok sebaya. Hal tersebut akan cenderung bertambah seiring dengan perjalanan fase remaja, sehingga jarak interaksi dengan keluarga akan bertambah jauh, sedangkan interaksi dengan kelompok sebaya semakin bertambah. 48 Pola tidur remaja perlu mendapat perhatian karena berhubungan dengan prestasi sekolah. Dua puluh tahun terakhir ini, para peneliti menyadari perbedaan perubahan pola tidur pada remaja yaitu jam biologis remaja (irama sirkadian). Pada permulaan masa pubertas, remaja lebih waspada pada malam hari dan sulit tidur sehingga waktu tidur menjadi lebih malam dan telat bangun di pagi hari. Terjadinya tidur distimulasi oleh pengeluaran melatonin. Ketika sinar matahari muncul, melatonin terhenti dan terjadi peningkatan kortisol yaitu hormon untuk bangun tidur. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran melatonin membuat remaja sulit tidur awal di malam hari dan bangun cepat di pagi hari Liu dkk 9 menyatakan bahwa rerata lama tidur di malam hari adalah 7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia. García-Jiménez dkk 17 melakukan penelitian pada remaja dengan usia rerata 14,03 +/- 1,86 tahun dan mendapatkan rerata tidur harian 8 jam 18 menit di hari sekolah dan 9 jam 40 menit saat hari libur.

32 Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Tidur Faktor Budaya dan Keluarga Penelitian potong lintang Crosby dkk 53 pada anak usia pra-sekolah dan sekolah di Mississipi Utara menemukan adanya perbedaan signifikan pada perilaku tidur siang anak berkulit hitam dan kulit putih berusia 2-8 tahun. Anak berkulit hitam lebih sering tidur siang dibandingkan anak berkulit putih dan memiliki durasi tidur yang lebih pendek di malam hari. 53 Variabilitas rasial dalam hal tidur siang berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu perbedaan kecenderungan untuk tidur siang oleh anak dan pengasuhnya, perbedaan perilaku kebiasaan tidur siang pada suatu keluarga dan perbedaan genetik dalam hal fungsi tidur atau mekanisme homeostasis pengaturan tidur. 53 Budaya memiliki pengaruh kuat terhadap pola tidur, di antaranya adalah kebiasaan tidur bersama dan pemahaman orangtua tentang pentingnya tidur sebagai suatu perilaku sehat. 40, Faktor Perkembangan Anak Carskadon dkk 55 menyatakan bahwa irama sirkadian berhubungan dengan tingkat kematangan pubertas, menyebabkan perubahan sistem biologis dalam pengaturan waktu tidur. Hal ini menyebabkan jumlah waktu tidur remaja lebih pendek dan terdapat perbedaan antara waktu tidur-bangun di hari sekolah dan hari libur Faktor Organik Bukti-bukti yang menunjukkan hubungan antara komplikasi masa perinatal dan gangguan tidur masih menjadi perdebatan Anak dengan kondisi medis tertentu memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan tidur seperti anak dengan penyakit asma. Anak dengan gangguan mood dan cemas juga lebih rentan mengalami gangguan tidur. Anak dengan retardasi mental berat 30-80% mengalami masalah tidur yang signifikan Faktor Lingkungan Kondisi lingkungan rumah yang memengaruhi pola tidur anak meliputi kondisi fisik, yaitu kebisingan, ruang tidur, tempat tidur, dan adanya televisi di dalam

33 16 kamar tidur. Faktor lain adalah komposisi keluarga antara lain jumlah orang dalam keluarga, usia, status kesehatan anggota keluarga, dan gaya hidup. 58 Schochat dkk 59 melaporkan bahwa adanya media elektronik di kamar tidur, menonton televisi lebih dari 3 jam per hari, dan penggunaan fasilitas internet 2,5 jam per hari akan meningkatkan risiko sleep latency dan mengurangi waktu tidur anak Faktor Orangtua Pembentukan pola tidur anak dipengaruhi oleh kedisiplinan, tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai perkembangan anak, kondisi mental, serta kualitas dan kuantitas tidur orangtua. 58 Stimulasi berlebihan orangtua berupa pengawasan yang terlalu ketat dan responsif juga memengaruhi perkembangan tidur anak Faktor Sekolah dan Aktivitas Ekstrakulikuler Epstein dkk 60 melakukan penelitian terhadap 600 remaja dengan waktu masuk sekolah pukul 7:10 dan pukul 8:00. Hasilnya adalah anak dengan waktu sekolah lebih awal memiliki waktu tidur yang lebih pendek. Remaja dengan banyak aktivitas ekstrakulikuler akan memiliki keterlambatan waktu tidur malam, pengurangan durasi tidur, kesulitan dibangunkan pada pagi hari, dan lebih banyak tertidur di kelas pada siang hari. Milman dkk 61 melaporkan bahwa murid kelas 11 dan 12 yang bekerja lebih dari 20 jam per minggu memiliki masalah perilaku tidur-bangun dibandingkan teman sekolahnya yang bekerja kurang dari 20 jam per minggu. Kelompok ini juga dilaporkan memiliki tingkat konsumsi kafein, alkohol, dan rokok yang lebih tinggi. 2.5 Fungsi Tidur Fungsi tidur di antaranya adalah menetralisir hipnotoksin, konversi energi, pertumbuhan badan dan otak, restorasi tubuh, regulasi suhu, dan meningkatkan fungsi imunitas. 62 Tidur penting untuk kesehatan fisik dan mental. Anak yang tidak dapat tidur malam dengan baik akan menjadi irritable dan depresi, sulit mengerjakan sesuatu, dan sulit berkonsentrasi di sekolah. 43

34 Gangguan Tidur pada Remaja Definisi Gangguan Tidur Gangguan tidur adalah pola tidur yang tidak memuaskan bagi orangtua, anak, dan dokter. 14 Tidur yang terganggu sulit dibedakan dengan tidur normal. Kebiasaan tidur yang sama dapat diartikan berbeda oleh klinisi, orangtua, dan anak, bergantung pada usia dan status perkembangan anak. 42,63 Neonatus tidak memiliki pola tidur teratur dan konsisten, namun tidak dianggap masalah. Setelah periode neonatal, tidur normal memiliki kuantitas dan kualitas tidur NREM dan REM yang diperlukan untuk memulihkan anak. 64 Gangguan tidur merupakan pola tidur yang memengaruhi fungsi restoratif tidur atau mengganggu tidur orang lain. 40,63, Epidemiologi Studi oleh Ipsiroglu dkk 66 terhadap anak usia tahun menyatakan 12% anak mengalami gangguan tidur setiap malam, 76% kadang-kadang mengalami gangguan tidur, dan hanya 12% yang tidak mengalami gangguan tidur. Liu dkk 1 menyatakan 17% anak usia tahun mengalami gangguan memulai dan mempertahankan tidur. Prevalens gangguan tidur pada murid SMP di Jakarta Timur adalah sebesar 62,9% dengan gangguan tersering adalah gangguan transisi tidur-bangun Jenis Gangguan Tidur pada Remaja Gangguan tidur terdiri dari disomnia, parasomnia, dan gangguan tidur sekunder. Istilah disomnia berhubungan dengan masalah jumlah, saat memulai dan mempertahankan tidur. Parasomnia terdiri dari sekelompok masalah yang berhubungan dengan keadaan terjaga; terjaga sebagian atau transisi tahapan tidur. Masalah ini dapat mengganggu tidur, tetapi biasanya tidak menyebabkan keadaan mengantuk yang berlebihan. Gangguan tidur sekunder dihubungkan dengan gangguan psikiatri, neurologi, atau masalah medis lain. 67 Klasifikasi penyakit gangguan tidur berdasarkan International Classification of Diseases (ICD-10) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,

35 18 fourth edition (DSM IV TR). Diagnosis tidur pada ICD-10 termasuk dalam kategori F51 (nonorganic sleep disorders) dan G47 (organic sleep disorders). Kategori F51 selanjutnya dibagi menjadi disomnia dan parasomnia. Tidak ada kriteria khusus untuk anak, tetapi ICD-10 menekankan masalah tidur pada anak tidak perlu berhubungan dengan kualitas tidur, melainkan lebih berhubungan dengan ketidakmampuan orangtua untuk mengontrol waktu tidur. 68 Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) membagi gangguan tidur menjadi dua, yaitu disomnia dan parasomnia. Golongan disomnia meliputi insomnia, hipersomnia, dan gangguan jadwal tidur. Parasomnia terdiri dari somnanbulisme, teror tidur, dan mimpi buruk Disomnia Gangguan tidur disomnia antara lain: 1. Insufficient sleep Insufficient sleep didefinisikan sebagai tidur di malam hari yang tidak adekuat jika dibandingkan dengan kebutuhan tidur. Insufficient sleep biasanya diakibatkan oleh kesulitan memulai dan atau mempertahankan tidur, dengan adanya fragmentasi tidur yang berulang atau sering. Lama tidur yang tidak adekuat, terutama pada anak yang lebih besar atau remaja, dapat merupakan keputusan yang disadari karena ingin menyelesaikan aktivitas sosial atau tugas sekolah yang lebih diprioritaskan. Kekurangan tidur kronik berdampak pada fungsi harian dan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari. 54,63 2. Kebiasaan tidur yang tidak sehat Gangguan tidur ini meliputi kebiasaan yang menyebabkan anak mudah terbangun dan tidak sejalan dengan pengaturan tidur. Kebiasaan yang menyebabkan anak mudah terbangun di antaranya: konsumsi kafein, menonton televisi sampai larut malam, dan menggunakan tempat tidur sebagai tempat bermain pada waktu tidur. Kebiasaan yang tidak sejalan dengan pengaturan tidur meliputi tidur siang yang

36 19 terlambat atau terlalu sore, membiarkan kekacauan jadwal tidur terjadi terusmenerus, dan tinggal terlalu lama di tempat tidur walaupun sudah terbangun. 16,54 3. Insomnia primer Insomnia primer merupakan suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan kualitas, dan berlangsung untuk suatu kurun waktu tertentu. Diagnosis insomnia primer tidak ditegakkan berdasarkan taraf penyimpangan kuantitas tidur karena sifatnya subjektif. Kriteria diagnosis berdasarkan DSM IV TR adalah keluhan kesulitan memulai atau mempertahan tidur atau tidur yang tidak menyegarkan, selama paling kurang 1 bulan; gangguan tersebut menimbulkan gangguan fungsi atau penderitaan secara klinis. 69 Insomnia primer ditegakkan bila penyebab lain (narkolepsi, gangguan tidur berhubungan dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkardian, parasomnia) sudah disingkirkan. Tidak didapatkan gangguan mental lain atau efek fisiologis langsung dari zat atau kondisi medis lainnya. 68 Insomnia tersering yang ditemukan pada remaja adalah psychophysiologic insomnia, yaitu individu mengalami ansietas terkondisi menyangkut kesulitan memulai atau mempertahankan tidur Hipersomnia primer Kondisi tidur berlebihan maupun serangan kantuk (tidak disebabkan tidur yang kurang) atau membutuhkan tenggang waktu lebih lama untuk pulih segar setelah bangun. 69 Keluhan yang predominan adalah mengantuk berlebihan di siang hari selama kurang lebih 1 bulan atau lebih singkat bila berulang, dengan episode tidur memanjang atau tidur di siang hari yang terjadi hampir setiap hari. Keluhan tidak disebabkan oleh insomnia, gangguan tidur lain, jumlah tidur yang tidak adekuat, atau akibat efek zat dan kondisi medis lainnya. Kondisi ini menimbulkan penderitaan secara klinis atau gangguan fungsi Narkolepsi Keadaan menyerupai hipersomnia, namun disertai gejala tambahan seperti katapleksi, paralisis nokturnal, dan halusinasi hipnagogik. 69 Serangan tidur tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan memegang peranan penting dalam perkembangan anak. Tidur tidak hanya berdampak pada perkembangan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja dalam proses belajar, proses memori dan prestasi sekolah. Peningkatan kejadian putus tidur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah periode kritis antara masa anak anak dan masa dewasa (WHO). Masa remaja selalu disertai dengan perubahan aspek biologis, kognitif, emosional, dan sosial

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERSETUJUAN.... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv KATA PENGANTAR... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan. kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan. kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Tidur Normal pada Remaja Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan fisiologik aktif yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migren Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja. 11 Nyeri kepala merupakan penyebab tersering anak-anak dirujuk ke ahli neurologi anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS Shella Monica, 2013 Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc. Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi kesehatan

Lebih terperinci

PREVALENSI GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA USIA TAHUN Studi Pada Siswa SMP N 5 Semarang LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA USIA TAHUN Studi Pada Siswa SMP N 5 Semarang LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA USIA 12-15 TAHUN Studi Pada Siswa SMP N 5 Semarang LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN TIDUR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA USIA TAHUN DI SEMARANG: STUDI PADA SISWA SMP N 5 SEMARANG

HUBUNGAN GANGGUAN TIDUR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA USIA TAHUN DI SEMARANG: STUDI PADA SISWA SMP N 5 SEMARANG HUBUNGAN GANGGUAN TIDUR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI SEMARANG: STUDI PADA SISWA SMP N 5 SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Lembar Persetujuan Presentasi Pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Singkatan Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Bagan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Lembar Persetujuan Presentasi Pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Singkatan Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Bagan DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Persetujuan Presentasi Pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Singkatan Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Bagan i ii iii iv vi ix x xii xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik

BAB 1. PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik adanya perubahan penting dalam fungsi kognitif, perilaku, sosial, dan emosional sesuai perkembangan

Lebih terperinci

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ Gangguan tidur P E N Y A J I LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA P E M B I M B I N G DR. SUZY YUSNA D, SPKJ pendahuluan Tidur adalah suatu aktivitas khusus dari otak, yang di kelola oleh

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Menonton Televisi Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi untuk anak 10.5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu proses penting dalam kehidupan manusia. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu proses penting dalam kehidupan manusia. Kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan suatu proses penting dalam kehidupan manusia. Kualitas tidur yang baik berperan penting terhadap fungsi kognitif. Manusia menghabiskan sekitar sepertiga

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA TIDUR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN Oleh: NUR AINI BINTI JUSOH NIM:

HUBUNGAN ANTARA POLA TIDUR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN Oleh: NUR AINI BINTI JUSOH NIM: HUBUNGAN ANTARA POLA TIDUR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2011 Oleh: NUR AINI BINTI JUSOH NIM: 080100305 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi gangguan tidur pada remaja mengalami peningkatan selama 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi gangguan tidur pada remaja mengalami peningkatan selama 10 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi gangguan tidur pada remaja mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir (Thorleifsdottir et al. 2002; National Foundation 2004). Penelitian pada sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. 17. hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. 17. hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Definisi Belajar Belajar merupakan sebuah proses yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari hari. Menurut pendapat Notoatmodjo belajar merupakan usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang paling sering terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa kedokteran merupakan golongan dewasa muda yang unik, yang memiliki komitmen akademik dan gaya hidup yang dapat berimbas pada kebiasaan tidurnya dan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir seluruh hidup manusia dikaruniai nikmatnya tidur dan berbagai cara terus dilakukan untuk menciptakan kualitas tidur yang baik dimalam hari. Bagi sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang membutuhkan tidur, makan, air dan oksigen untuk bertahan hidup. Untuk manusia sendiri, tidur adalah suatu

Lebih terperinci

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR I

ABSTRAK TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR I DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... i SAMPUL DALAM... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang bersifat reversibel dan berlangsung cepat. 6 Literatur lain mendefinisikan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI OLEH : AMY TRISNA RAHMAWATI

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak. Semarang dan sekitarnya yang bersedia bekerja sama.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak. Semarang dan sekitarnya yang bersedia bekerja sama. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada, maupun timbulnya perubahan karena unsur-unsur yang baru. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada, maupun timbulnya perubahan karena unsur-unsur yang baru. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan adalah suatu proses yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai dengan berkurangnya responsivitas terhadap rangsang eksternal. Secara fisiologis tidur dibagi menjadi

Lebih terperinci

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu aktivitas dalam kehidupan keseharian kita, termasuk kedalam kebutuhan dasar yang harus dipenuhi layaknya makan, minum bernafas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterlambatan bicara (speech delay) adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari tampaknya semakin

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN PEER GROUP TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMA NEGERI 2 DAN MAN 2 MEDAN TAHUN 2012 TESIS.

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN PEER GROUP TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMA NEGERI 2 DAN MAN 2 MEDAN TAHUN 2012 TESIS. PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA DAN PEER GROUP TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMA NEGERI 2 DAN MAN 2 MEDAN TAHUN 2012 TESIS Oleh WILDAN 107032185/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang. Oleh: SANTA YOHANA L. GAOL

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang. Oleh: SANTA YOHANA L. GAOL Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang Oleh: SANTA YOHANA L. GAOL 110100282 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Hubungan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjanastrata-1 pendidikan dokter

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjanastrata-1 pendidikan dokter GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN BERBAGAI FAKTOR PADA PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS (Studi Deskriptif Analitik di Puskesmas Halmahera Semarang) LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR Kecemasan adalah sebuah reaksi yang timbul dari suatu masalah atau stresor. Reaksi kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember 2015. Dari 150 mahasiswa ini kemudian dinilai lama penggunaan telepon

Lebih terperinci

commit to user BAB V PEMBAHASAN

commit to user BAB V PEMBAHASAN 48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN TIDUR SIANG DENGAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA SISWA SDN NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN TIDUR SIANG DENGAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA SISWA SDN NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN TIDUR SIANG DENGAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA SISWA SDN NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AGNES YESSY PRATIASTUTI G0013008

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua umur berbeda. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua umur berbeda. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1 Fisiologi Tidur Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, kebutuhan tidur untuk semua umur berbeda. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

SEBAGAI PEROKOK. Oleh: ARSWINI PERIYASAMY

SEBAGAI PEROKOK. Oleh: ARSWINI PERIYASAMY KORELASI USIA, JENIS KELAMIN, STATUS SOSIOEKONOMI DAN KETERGANTUNGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP NIKOTIN DAN KATEGORINYA SEBAGAI PEROKOK Oleh: ARSWINI PERIYASAMY 120100490 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh: ENDAH WAHYUNINGSIH

Lebih terperinci

HUBUNGAN RINITIS ALERGI DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIAL PADA SISWA/I SMPN 1 MEDAN. Oleh: JUNIUS F.A. SIMARMATA

HUBUNGAN RINITIS ALERGI DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIAL PADA SISWA/I SMPN 1 MEDAN. Oleh: JUNIUS F.A. SIMARMATA HUBUNGAN RINITIS ALERGI DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIAL PADA SISWA/I SMPN 1 MEDAN Oleh: JUNIUS F.A. SIMARMATA 120100267 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN 2015 ii ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA KEBIASAAN MAKAN CEPAT SAJI (FAST FOOD MODERN), AKTIVITAS FISIK DAN FAKTOR LAINNYA DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA PENGHUNI ASRAMA UI DEPOK TAHUN 2009 SKRIPSI EVI HERYANTI NPM :

Lebih terperinci

WARA KUSRINI NIM: S

WARA KUSRINI NIM: S HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PRESTASI BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BOYOLALI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH DURASI MENONTON TELEVISI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI KELAS 2 SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN 2013

PENGARUH DURASI MENONTON TELEVISI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI KELAS 2 SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN 2013 PENGARUH DURASI MENONTON TELEVISI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI KELAS 2 SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN 2013 Oleh: ELVITA NORA SUSANA 100100371 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Penilaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT SUGESTIBILITAS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA LAPORAN HASIL AKHIR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT SUGESTIBILITAS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA LAPORAN HASIL AKHIR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT SUGESTIBILITAS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA LAPORAN HASIL AKHIR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF Latar belakang : Epidemi obesitas berkembang pesat dekade

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN TIDUR DENGAN STATUS MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK BERUMUR TAHUN KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: AMELIA ERVINA NIM:

HUBUNGAN GANGGUAN TIDUR DENGAN STATUS MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK BERUMUR TAHUN KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: AMELIA ERVINA NIM: HUBUNGAN GANGGUAN TIDUR DENGAN STATUS MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK BERUMUR 14-17 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Oleh: AMELIA ERVINA NIM: 120100069 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 ii HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefinisikan sebagai keadaan di mana terjadi penurunan atau kehilangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefinisikan sebagai keadaan di mana terjadi penurunan atau kehilangan 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1 Fisiologi Tidur Tidur didefinisikan sebagai keadaan di mana terjadi penurunan atau kehilangan kesadaran secara alami yang ditandai dengan menurunnya aktivitas motorik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENONTON TELEVISI DAN PRESTASI AKADEMIK ANAK USIA SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENONTON TELEVISI DAN PRESTASI AKADEMIK ANAK USIA SEKOLAH HUBUNGAN ANTARA LAMA MENONTON TELEVISI DAN PRESTASI AKADEMIK ANAK USIA SEKOLAH TESIS ARMILA RAMADHANI IKA /067103004 PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

SRI HARYATI NIM: S

SRI HARYATI NIM: S HUBUNGAN HARGA DIRI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA AWAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005). BAB 1 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Tidur merupakan proses fisiologis yang kompleks dan dinamis, hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005). Tidur diperlukan untuk memulihkan

Lebih terperinci

SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM...ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM...ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM....ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan sikap dan tingkah laku yang semula tidak tahu menjadi tahu. setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar.

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan sikap dan tingkah laku yang semula tidak tahu menjadi tahu. setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEMPAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAWAT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA TESIS

HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEMPAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAWAT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA TESIS HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEMPAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAWAT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta tetapi merasa badan tidak

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT KECANDUAN GADGET DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA USIA 10 11 TAHUN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

PREVALENSI GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA USIA TAHUN : Studi pada Siswa SMP N 5 Semarang

PREVALENSI GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA USIA TAHUN : Studi pada Siswa SMP N 5 Semarang PREVALENSI GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA USIA 12-15 TAHUN : Studi pada Siswa SMP N 5 Semarang Hafidh Awwal 1, Fitri Hartanto 2, Meita Hendrianingtyas 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I DAN II PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang.

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP Kelas IX Husni Thamrin Medan tentang Bahaya Rokok terhadap Timbulnya Penyakit Paru.

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP Kelas IX Husni Thamrin Medan tentang Bahaya Rokok terhadap Timbulnya Penyakit Paru. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP Kelas IX Husni Thamrin Medan tentang Bahaya Rokok terhadap Timbulnya Penyakit Paru Oleh : ARWAINI ULFA NASUTION 080100191 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI MAHASISWA SEMESTER IV DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2016

HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI MAHASISWA SEMESTER IV DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2016 HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI MAHASISWA SEMESTER IV DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Studi pada mahasiswa tingkat awal (2014) Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

GANGGUAN TIDUR. Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN TIDUR. Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN TIDUR Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ Sub Topik Bahasan 1. Sleep-wake cycle disturbance 2. Nightmare 3. Sleep Walking Indikator Pencapaian 1. Menjelaskan Etiologi Gangguan Tidur 2. Membedakan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK LUH DEVI PRIYANTHI ASDIANA 1120025061 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA UD UL TESIS KURNIA FITROTIN S300110008 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian

Lebih terperinci

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). SDM yang baik dapat diperoleh dengan mengoptimalkan. <3 tahun atau 0-35 bulan atau belum mengalami ulang tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). SDM yang baik dapat diperoleh dengan mengoptimalkan. <3 tahun atau 0-35 bulan atau belum mengalami ulang tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakikat dari pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM yang baik dapat diperoleh dengan mengoptimalkan tumbuh kembang anak. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana  dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, maka internet menjadi salah satu media yang paling mudah dan murah untuk digunakan. Sejalan

Lebih terperinci

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY DENGAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI-IIS 6 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa jurusan arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata yang sedang menghadapi tugas akhir. Karena kesibukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan hampir seperempat hingga sepertiga waktunya untuk tidur. Tidur merupakan proses yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Kecemasan dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda-beda. Baik menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda-beda. Baik menyangkut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda-beda. Baik menyangkut kecepatan dan percepatan proses tumbuh kembangnya, maupun keunikan-keunikkan tersendiri

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

DERAJAT DAN FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008 PERIODE SEPTEMBER 2009 DESEMBER

DERAJAT DAN FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008 PERIODE SEPTEMBER 2009 DESEMBER ABSTRAK DERAJAT DAN FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008 PERIODE SEPTEMBER 2009 DESEMBER 2009 Arga Gabriel Podanatur, 2009; Pembimbing

Lebih terperinci