BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur Definisi Tidur Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang bersifat reversibel dan berlangsung cepat. 6 Literatur lain mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan yang teratur, berulang, dan reversibel, yang ditandai dengan keadaan yang relatif diam dan meningginya nilai ambang rangsang terhadap stimulus dari luar bila dibandingkan dengan keadaan terjaga. Secara konseptual, tidur bukanlah semata-mata hilangnya kewaspadaan dan persepsi, atau terhentinya proses sensorik tetapi merupakan hasil dari kombinasi penarikan stimulus aferen dari otak dan aktivasi dari area otak spesifik. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tidur merupakan suatu proses aktif. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tidur juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual anak. Kebutuhan dan kebiasaan tidur berbeda-beda berdasarkan usia. 5,6,8,11 Kebiasaan tidur meliputi pengaturan rutinitas tidur, konsistensi waktu tidur dan bangun, ruangan tidur yang sesuai, menghindari produk-produk berkafein, dan penyesuaian aktivitas fisik sehari-hari. Kebiasaan tidur yang baik adalah jembatan penghubung antara kebutuhan biologis tidur dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhi tidur. 4 Secara umum, terjadi perubahan kebutuhan tidur seiring dengan bertambahnya usia. Neonatus membutuhkan tidur sekitar 16 jam perhari, sedangkan anak usia 3 sampai 5 tahun membutuhkan tidur 11 jam perhari. Anak yang lebih tua 3 4

2 (usia 10 sampai 11 tahun) memerlukan tidur sekitar 10 jam perhari, sedangkan orang dewasa membutuhkan waktu tidur 7.5 sampai 8 jam perhari Tabel 2.1. Kebutuhan tidur sesuai usia Usia Kebutuhan tidur (jam) 0-2 bulan bulan tahun tahun tahun tahun Fisiologi Tidur Proses tidur dan bangun dipengaruhi oleh keseimbangan dua sistem yaitu sistem tidur (hypnogenic system) dan sistem bangun (arousal system) yang terdapat di otak. Pusat-pusat tidur di otak antara lain: 3 1. Nukleus raphe yang terletak di dalam medula dan di bawah pons. Dari struktur tersebut akan tersebar serabut-serabut saraf ke formasio retikularis, talamus, neokorteks, hipotalamus dan korteks limbik. 2. Daerah inti traktus solitarius di medula dan pons. 3. Ujung depan/rostral hipotalamus terutama suprakiasma dan daerah inti talamus. Stimulasi pusat-pusat otak tersebut oleh serotonin akan menyebabkan tidur. Di samping adanya pusat-pusat tidur, terdapat pula pusat terjaga/bangun di otak. Pusat tersebut adalah Ascending Reticular Activating System (ARAS). Stimulasi terhadap ARAS, terutama oleh neurotransmitter adrenergik akan memicu kondisi terjaga. 3

3 Stadium Tidur Tidur terdiri dari dua stadium, yaitu tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tidur NonRapid Eye Movement (NREM). Pada stadium REM, aktivitas korteks cukup intensif, sedangkan pada stadium NREM, aktivitas korteks menghilang ditandai dengan gelombang amplitudo besar berfrekuensi rendah pada elektroensefalografi. 3,4,12 Stadium NREM dibagi menjadi empat fase, yaitu fase N1 sampai N4. Fase pertama adalah fase dimana orang mulai merasa mengantuk dan tertidur. Pada kondisi ini, orang tersebut masih mudah dibangunkan. Pada elektroensefalografi akan dijumpai gelombang alfa dengan penurunan voltase. Fase pertama berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit. Fase kedua merupakan fase tidur yang lebih dalam. Gambaran elektroensefalografi menunjukkan gelombang tidur (sleep spindle) dengan frekuensi Hz. Orang tersebut masih mudah dibangunkan meskipun dia benar-benar berada dalam keadaan tertidur. Fase ketiga dan keempat merupakan fase tidur dalam. Pada fase ketiga, seseorang akan tidur pulas dan tonus otot lenyap sama sekali. Elektroensefalografi menunjukkan gelombang lambat delta. Fase keempat adalah fase tidur yang paling nyenak, tanpa mimpi dan sulit dibangunkan. Gelombang delta adalah gambaran yang dominan dari elektroensefalografi. Gambaran gelombang tidur (sleep spindle) sulit ditemukan. Selanjutnya tidur akan masuk ke stadium REM. Pada stadium ini terjadi banyak aktivitas biologis yang penting seperti pelepasan hormon pertumbuhan, perbaikan sel dan pembentukan otot. Pada stadium REM, elektroensefalografi akan menunjukkan gelombang teta yang menonjol, atonia otot dan gerakan mata yang cepat. 3,4,12

4 Pada individu tanpa gangguan tidur, fase NREM dan REM akan bergantian secara siklik. Setiap siklus berlangsung dalam kurun waktu tertentu, bergantung pada usia seseorang. Balita memiliki siklus tidur sekitar 45 menit, anak sampai usia 10 tahun memiliki siklus tidur 60 menit sedangkan anak usia 10 tahun hingga dewasa memiliki siklus tidur sekitar menit. Perubahan siklus ini penting diketahui karena beberapa aktivitas motorik abnormal terjadi akibat gangguan siklus tersebut. Perbandingan tidur REM dan NREM juga berubah sesuai dengan usia. Pada neonatus, dijumpai perbandingan yang sama antara tidur REM dan NREM. Seiring bertambahnya usia, proporsi tidur REM akan semakin meningkat. 3,4,6 Gambar 2.1. Pola elektroensefalografi untuk masing-masing stadium tidur 12

5 2.2. Gangguan Tidur Definisi dan Epidemiologi Gangguan Tidur Gangguan tidur adalah kumpulan gejala yang ditandai gangguan dalam jumlah, kualitas, dan waktu tidur pada seseorang. 5 Prevalensi gangguan tidur pada anak dan dewasa secara keseluruhan mencapai 30%. Sekitar 35% sampai 45% diantaranya terjadi pada usia 2 sampai 18 tahun. 3 Penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi remaja yang mengalami gangguan tidur dari tahun ke tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Ohida, dkk di Jepang menunjukkan prevalensi gangguan tidur pada remaja berada pada kisaran 15.3% sampai 39.2%. Bruni, dkk juga melakukan penelitian mengenai gangguan tidur pada remaja dan melaporkan angka prevalensi sebesar 73.4%. 11 Chevrin, dkk melaporkan bahwa gangguan tidur sering terjadi pada anak usia sekolah dengan jenis gangguan tidur yang paling sering dijumpai adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur (10% sampai 20%). Penelitian yang dilakukan di Beijing oleh Liu, dkk melaporkan prevalensi gangguan tidur sebesar 21.1% pada anak berusia 2-12 tahun. Sebuah survei yang dilakukan di Perancis, Inggris, Jerman, dan Italia menunjukkan bahwa 25% gangguan tidur yang dialami anak usia sekolah adalah insomnia. 3 Di Indonesia, Haryono, dkk melakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi gangguan tidur pada remaja. Penelitian tersebut dilakukan di Jakarta Timur dengan angka prevalensi sebesar 62.9% Jenis Gangguan Tidur Menurut International Classification of Sleep Disorders, terdapat tiga jenis gangguan tidur pada anak, yaitu disomnia, parasomnia, dan gangguan tidur sekunder. Disomnia merujuk pada masalah jumlah tidur, saat mulai tidur, dan lama mempertahankan tidur. Parasomnia terdiri dari masalah yang berhubungan dengan

6 keadaan terjaga, terjaga sebagian, atau transisi tahapan tidur. Gangguan tidur sekunder diakibatkan oleh gangguan psikiatrik, neurologis, dan masalah medis lainnya. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Program (ICD)-10 mengklasifikasikan gangguan tidur menjadi nonorganic sleep disorders (F51) dan organic sleep disorders (G47). Kategori F51 selanjutnya akan dibagi menjadi disomnia dan parasomnia. 3,4,6,12, Disomnia Menurut Bruni, dkk yang dijabarkan dalam kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children, gangguan tidur dikategorikan menjadi gangguan memulai dan mempertahankan tidur, gangguan pernafasan saat tidur, gangguan kesadaran saat tidur, gangguan transisi tidur-bangun, gangguan somnolen berlebihan, dan hiperhidrosis saat tidur. 5,15 Gangguan memulai dan mempertahankan tidur, gangguan pernafasan saat tidur, gangguan transisi tidur-bangun, dan gangguan somnolen berlebihan merupakan jenis gangguan tidur yang termasuk ke dalam disomnia. 3 Gangguan memulai dan mempertahankan tidur adalah jenis tersering dari gangguan tidur pada anak. Gangguan ini juga dikenal dengan insomnia primer. Pada gangguan memulai dan mempertahankan tidur, anak biasanya memerlukan perlakuan khusus untuk dapat memulai tidur. Perlakuan tersebut misalnya anak harus diayun-ayun atau orang tua harus berada di dekat anak. Anak menjadi sangat bergantung pada perlakuan tersebut dan bila perlakuan tersebut tidak diberikan, anak tidak akan dapat tertidur dan selalu merasa tidak nyaman setiap kali waktu tidur tiba. 2,3,12,16,17 Ganguan pernafasan saat tidur merupakan spektrum yang terdiri dari mendengkur sampai obstructive sleep apnea. Kondisi ini ditandai dengan kekacauan

7 tidur yang menyebabkan rasa mengantuk berlebihan. Obstructive sleep apnea (OSA) adalah penyebab tersering dari gangguan pernafasan saat tidur pada anak. Kondisi ini berkaitan erat dengan obesitas, hipertrofi adenotonsilar, kelemahan otot faring posterior, dan penyakit motorneuron. Kondisi ini ditandai dengan mendengkur atau pernafasan yang berbunyi saat tertidur. Terkadang dijumpai fase henti nafas, gelisah, dan berkeringat. Gejala yang timbul bervariasi mulai dari ringan sampai berat dan dapat bersifat persisten atau intermiten. 4,12,13,16,17 Gangguan somnolen berlebihan disebut juga narkolepsi, terutama dialami pada awal masa remaja atau usia dewasa muda sebelum 30 tahun. Gangguan somnolen berlebihan ditandai dengan: 3,12,16,17,18 1. Mengantuk yang hebat (serangan tidur) di siang hari dengan kecenderungan berkali-kali tidur sepanjang hari 2. Katapleksi, yaitu hilangnya tonus otot dipicu oleh emosi yang mengakibatkan imobilitas selama beberapa detik atau menit 3. Halusinasi hipnagogik yang merupakan halusinasi visual (pengelihatan) atau auditoar (pendengaran) yang dialami pada permulaan tidur 4. Paralisis tidur, yaitu tidak mampu bergerak pada waktu awal bangun Gangguan transisi tidur-bangun atau gangguan irama sirkadian mencakup beberapa kondisi yang melibatkan ketidaksesuaian antara periode tidur yang diinginkan dan yang sesungguhnya. Gangguan transisi tidur-bangun dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe fase tidur terlambat, tipe jet lag, tipe pergantian kerja, dan tipe yang tidak terklasifikasikan. 3

8 Etiologi Gangguan Tidur Etiologi gangguan tidur dibagi menjadi etiologi internal dan eksternal. Etiologi internal berasal dari diri anak itu sendiri, misalnya kebiasaan tidur yang buruk, kondisi medis tertentu, konsumsi kafein dan alkohol serta karakteristik temperamen individu. Etiologi eksternal berasal dari luar, seperti suara bising, suhu yang panas, dan pemukiman yang padat. Etiologi-etiologi tersebut akan menstimulasi ascending reticular activating system (ARAS) dan menyebabkan keadaan terjaga. 6,11,13 Pendapat lain menyatakan bahwa gangguan tidur pada remaja disebabkan oleh faktor medis maupun nonmedis. Faktor medis yang mempengaruhi antara lain gangguan neuropsikiatri dan penyakit lain seperti asma atau obesitas. Faktor nonmedis seperti jenis kelamin, status sosioekonomi keluarga, gaya hidup, dan lingkungan juga berperan penting pada terjadinya gangguan tidur. 3,6, Diagnosis Gangguan Tidur Penilaian gangguan tidur dilakukan secara subjektif dan objektif. Penilaian subjektif diperoleh dari laporan orang tua atau anak itu sendiri. Penilaian objektif dilakukan dengan menggunakan alat seperti polisomnografi dan aktigrafi. Penilaian subjektif dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penilaian ini bersifat penapisan karena baku emas diagnosis tetap harus menggunakan polisomnografi. Namun, seringkali peralatan tersebut tidak tersedia di fasilitas kesehatan ditambah harganya yang mahal dan pengoperasiannya yang tidak mudah sehingga digunakan kuesioner untuk membantu mendiagnosis gangguan tidur pada anak. 3,4,6,9,13 Penilaian objektif dilakukan dengan polisomnografi (PSG) dan aktigrafi (ACG). Polisomnografi menggunakan prinsip elektroensefalografi sedangkan ACG menggunakan informasi aktivitas motorik. Polisomnografi memberikan informasi

9 lengkap mengenai perubahan keadaan tidur-bangun sehingga dijadikan baku emas dalam penelitian tentang tidur. Aktigrafi sendiri hanya memberikan informasi mengenai hilangnya aktivitas motorik saat tidur dan kemunculannya kembali saat terjaga. Namun demikian, korelasi anatara PSG dan ACG dilaporkan cukup baik dalam menilai gangguan tidur. 3,5,6 Terdapat beberapa jenis kuesioner untuk menilai kualitas tidur pada anak seperti Sleep Disturbance Scale for Children, Child Sleep Questionnaire, dan Children s Sleep Habits Questionnaire. Sleep Disturbance Scale for Children merupakan kuesioner yang berfungsi sebagai uji tapis untuk gangguan tidur pada anak. Kuesioner tersebut diisi oleh orang tua anak dengan mengingat pola tidur anak mereka selama enam bulan terakhir. Dengan kuesioner tersebut dapat dideteksi gangguan tidur dan jenis gangguan tidur pada anak yang berusia 6 sampai 15 tahun. Kuesioner ini sering digunakan karena memiliki keuntungan antara lain prinsip analisis komponen yang kuat dan normalitas yang distandarisasi. 4-6,13,19 Sleep Disturbance Scale for Children telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diuji validitasnya oleh Natalisa, dkk terhadap pelajar sekolah menengah pertama di Bekasi. Penelitian tersebut melaporkan bahwa Sleep Disturbance Scale for Children atau Skala Gangguan Tidur untuk Anak memliki sensitivitas 71.4% dan spesifisitas 54.5% dalam mendiagnosis gangguan tidur pada remaja dibandingkan dengan baku emas Penatalaksanaan Gangguan Tidur Penatalaksanaan gangguan tidur pada anak meliputi penatalaksanaan nonfarmakologis dan farmakologis. Penatalaksanaan nonfarmakologis meliputi: 3,4,20

10 1. Memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai perilaku tidur yang normal pada anak sesuai dengan usia anak. Penjelasan hendaknya disertai dengan dukungan bahwa orang tua dapat mengatasi masalah tidur pada anak tersebut. 2. Mengatasi masalah transisi tidur dengan baik. Masalah transisi tidur yang sering dijumpai antara lain pemisahan dengan orang tua, pemisahan dengan benda transisional seperti selimut atau boneka, dan kebiasaan lain seperti minum susu sebelum tidur. Masalah transisi tidur hendaknya ditangani secara bertahap dengan kesabaran sehingga tidak menimbulkan respon negatif dari anak. 3. Menetapkan rutinitas tidur yang teratur. Orang tua hendaknya menentukan aturan-aturan tidur yang jelas terhadap anak sehingga lambat laun akan terbentuk kebiasaan tidur yang baik. Rutinitas tidur yang dimaksud mencakup jam tidur siang, jam tidur malam, waktu bangun pagi, dan sebagainya. Penatalaksanaan farmakologis yang paling tepat untuk mengatasi gangguan tidur belum ditemukan. Beberapa jenis obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi gangguan tidur antara lain: 3,4,20 1. Difenhidramin, yang bersifat sedatif ringan. 2. Golongan benzodiazepin dan antidepresan trisiklik, untuk mengatasi mimpi buruk dan gangguan teror tidur yang terjadi secara terus menerus. 3. Melatonin, saat ini menarik perhatian banyak peneliti karena potensi terapinya yang tinggi dan efek sampingnya yang minimal. Pemberian melatonin eksogen dosis rendah (0.5 sampai 3 mg) dilaporkan dapat mengurangi latensi tidur dan memperbaiki kualitas tidur. Namun, belum ada penelitian yang memberikan cukup bukti mengenai pemakaian melatonin eksogen sebagai terapi farmakologis pada gangguan tidur.

11 Komplikasi Gangguan Tidur Gangguan tidur akan berdampak pada kesehatan dan fungsi sosial anak. Gangguan tidur akan menyebabkan perubahan mood, gangguan fungsi kognitif, gangguan performa motorik, peningkatan sekresi kortisol, depresi, migrain, peningkatan tonus simpatis, dan perubahan tekanan darah. 5,6,21-23 Di sisi lain, gangguan tidur akan menyebabkan peningkatan angka ketidakhadiran di kelas serta meningkatkan risiko penggunaan rokok, dan alkohol. 5 Gangguan tidur pada anak juga dilaporkan akan menyebabkan peningkatan risiko terjadinya gangguan tidur dan gangguan kesehatan mental pada usia dewasa nanti Penelitian yang menghubungkan antara gangguan tidur dengan kemampuan kognitif telah danyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Dilaporkan bahwa adanya gangguan tidur akan menyebabkan penurunan kemampuan kognitif pada anak. Hal ini diduga akibat kerusakan neuronal dan gangguan perkembangan otak anak pada fase kritis. Intervensi terhadap gangguan tidur dilaporkan memiliki dampak positif pada kemampuan kognitif anak di sekolah. Hal ini memperkuat adanya hubungan antara gangguan tidur dengan kemampuan kognitif. 18,22,26-28 Penelitian-penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gangguan tidur dengan tekanan darah pada anak. Terdapat perbedaan pendapat mengenai hubungan kedua variabel tersebut, namun kebanyakan penelitian melaporkan bahwa gangguan tidur akan meningkatkan tekanan darah. Setiap jenis gangguan tidur yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah. 5,9,29-31

12 2.3. Tekanan Darah Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac output dan tahanan vaskular perifer. Cardiac output sendiri dipengaruhi oleh kontraktilitas dan preload. Kontraktilitas dipengaruhi oleh aktivitas saraf otonom, yang terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Preload dipengaruhi oleh volume cairan di sirkulasi dan konstriksi vena. Perubahan pada komponen-komponen tersebut akan mempengaruhi tekanan darah. 32 Tekanan Darah Cardiac Output Tahanan Vaskular Perifer Preload Kontraktilitas Konstriksi Vena Saraf Otonom Volume Intravaskular Gambar 2.2. Mekanisme pengaturan tekanan darah Pengukuran Tekanan darah Menurut The Fourth Report and The American Heart Association, anak berusia 3 tahun atau lebih seharusnya menjalani pengukuran tekanan darah setiap kali berkunjung ke fasilitas kesehatan. Hal ini bertujuan untuk memantau anak-anak

13 dengan peningkatan tekanan darah karena dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskular lain di kemudian hari. Namun, praktek tersebut jarang dilakukan di Amerika Serikat sendiri, maupun di Indonesia. 32 Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan metode auskultasi menggunakan manometer. Manset yang digunakan disesuaikan dengan ukuran lengan anak. Manset sebaiknya memiliki cuff berukuran panjang 80% sampai 100% lingkar lengan dan lebar sekitar 40% lingkar lengan. Ukuran yang terlalu kecil akan menyebabkan peningkatan palsu dari tekanan darah yang terukur dan sebaliknya. Pengukuran dilakukan pada posisi anak duduk dan di lingkungan yang tenang. Lengan kanan disangga setentang jantung. Manset dililitkan pada lengan kanan pada pertengahan akromion dan olekranon kemudian cuff dipompa. Tekanan darah sistolik ditandai dengan munculnya bunyi Korotkoff 1 dan tekanan darah diastolik ditandai dengan bunyi korotkoff Hubungan Gangguan Tidur dengan Tekanan Darah Masih terdapat kontroversi seputar hubungan gangguan tidur dengan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Tavasoli, dkk di Iran adalah salah satu penelitian yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara gangguan tidur dengan tekanan darah. 8 Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Au, dkk, Horne, dkk, dan Nisbet, dkk menunjukkan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada anak. 9,26,33 Meskipun sebagian besar peneliti sepakat bahwa terdapat hubungan antara gangguan tidur dengan tekanan darah, belum ada penelitian terkait perbedaan tekanan darah berdasarkan jenis gangguan tidur yang dialami anak. 6,8 Gangguan tidur akan menyebabkan peningkatan sekresi hormon vasoaktif seperti endotelin, vasopresin dan aldosteron. Hormon tersebut akan menyebabkan

14 vasokonstriksi pembuluh darah sehingga meningkatkan resistensi vaskular perifer. Selain itu, aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron akan menyebabkan retensi cairan sehingga meningkatkan volume intravaskular dan meningkatkan preload. Stress yang timbul akibat gangguan tidur akan menyebabkan peningkatan sekresi kortisol dan aktivasi sistem saraf simpatis berlebihan. Kondisi tersebut akan menyebabkan peningkatan kontraktilitas jantung. Akumulasi dari kondisi di atas akan mengakibatkan perubahan tekanan darah menjadi lebih tinggi. 6,8,22 Peningkatan tekanan darah dapat berada dalam kisaran normal, prehipertensi dan hipertensi. Prehipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan/atau tekanan darah diastolik berada dalam rentang persentil 90 dan 95 pada kurva tekanan darah menurut usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Dikatakan hipertensi apabila rerata tekanan darah sistolik dan/atau diastolik lebih tinggi atau sama dengan persentil 95 pada tiga kali pengukuran. Terkadang dijumpai hipertensi white coat dimana tekanan darah yang terukur berada pada atau lebih besar dari persentil 95 saat berada di fasilitas kesehatan dan menjadi normal jika berada di luar lingkungan medis. 32 Peningkatan tekanan darah pada anak dapat menyebabkan hipertensi saat anak tersebut dewasa nanti. Selain itu, risiko menderita penyakit lainnya seperti aterosklerosis dan penyakit jantung koroner akan semakin meningkat pada usia dewasa. Hal ini menekankan pentingnya evaluasi tekanan darah pada anak secara rutin untuk mendeteksi peningkatan tekanan darah lebih cepat dan mencegah timbulnya dampak lebih lanjut. 9,29,33,34 The Fourth Report and the American Heart Association merekomendasikan pemeriksaan tekanan darah rutin dilakukan terhadap anak yang berusia tiga tahun atau lebih. Anak yang berusia kurang dari tiga tahun juga diperiksa apabila memiliki

15 faktor risiko seperti prematuritas, penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal, keganasan, dan penggunaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Pemeriksaan tekanan darah hendaknya dilakukan pada setiap kunjungan ke praktisi kesehatan termasuk dokter anak. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi kejadian hipertensi pada anak sedini mungkin. 32 Hipertensi pada anak biasanya tidak menunjukkan gejala, namun tetap dapat menyebabkan kerusakan organ target. Sekitar 40% anak dengan hipertensi mengalami hipertrofi ventikel kiri dan penebalan tunika intima-media dari arteri karotis yang berakhir pada aterosklerosis. Selain itu, hipertensi pada anak akan berlanjut menjadi hipertensi saat usia dewasa. 8,9,29,32

16 2.5. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Demografis Gangguan Tidur Sekresi hormon vasoaktif Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron Sekresi kortisol dan aktivasi sistem saraf simpatis Vasokonstriksi Peningkatan volume intravaskular Peningkatan kontraktilitas jantung Rerata tekanan darah : variabel yang diteliti Gambar 2.3. Kerangka konsep penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik potong lintang untuk mengetahui perbedaan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik potong lintang untuk mengetahui perbedaan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik potong lintang untuk mengetahui perbedaan rerata tekanan darah pada remaja berdasarkan tipe disomnia di Kecamatan

Lebih terperinci

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan memegang peranan penting dalam perkembangan anak. Tidur tidak hanya berdampak pada perkembangan fisik maupun

Lebih terperinci

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ Gangguan tidur P E N Y A J I LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA P E M B I M B I N G DR. SUZY YUSNA D, SPKJ pendahuluan Tidur adalah suatu aktivitas khusus dari otak, yang di kelola oleh

Lebih terperinci

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Definisi : Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Koma = keadaan bawah sadar dimana orang tsb tidak dapat dibangunkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migren Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja. 11 Nyeri kepala merupakan penyebab tersering anak-anak dirujuk ke ahli neurologi anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik

BAB 1. PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik adanya perubahan penting dalam fungsi kognitif, perilaku, sosial, dan emosional sesuai perkembangan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Tidur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah periode kritis antara masa anak anak dan masa dewasa (WHO). Masa remaja selalu disertai dengan perubahan aspek biologis, kognitif, emosional, dan sosial

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan. kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan. kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Tidur Normal pada Remaja Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan fisiologik aktif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. 17. hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. 17. hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Definisi Belajar Belajar merupakan sebuah proses yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari hari. Menurut pendapat Notoatmodjo belajar merupakan usaha untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005). BAB 1 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Tidur merupakan proses fisiologis yang kompleks dan dinamis, hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005). Tidur diperlukan untuk memulihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

GANGGUAN TIDUR. Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN TIDUR. Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN TIDUR Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ Sub Topik Bahasan 1. Sleep-wake cycle disturbance 2. Nightmare 3. Sleep Walking Indikator Pencapaian 1. Menjelaskan Etiologi Gangguan Tidur 2. Membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit kardiovaskular yang meningkat setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju (Adrogue and Madias, 2007). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja dalam proses belajar, proses memori dan prestasi sekolah. Peningkatan kejadian putus tidur,

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah 2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Tekanan darah arteri dipengaruhi oleh cardiac output, resistensi perifer dan volume darah (Barrett et al, 2010 dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori belajar dan prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, pengertian tidur dan fisiologi tidur serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dunia Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi yang tinggi, penggunaan bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks. Namun demikian, penerapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik. 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik. 12 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Hipertensi Pada Anak dan Remaja Hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik. 12 Definisi hipertensi pada anak dan remaja berdasarkan the Fourth Report

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi dikenal luas sebagai penyakit kardiovaskular, merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan di masyarakat modern

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi. Menurut Santoso (2010) hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kelompok usia yang mengalami penyakit degeneratif juga akan mengalami pergeseran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

commit to user BAB V PEMBAHASAN

commit to user BAB V PEMBAHASAN 48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan ketidaksadaran yang bersifat sementara dan dapat dibangunkan dengan memberikan rangsangan sensori atau rangsangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana perubahan cara pandang dari yang semula melihat kesehatan dari sesuatu yang konsumtif menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berhubungan dengan cita-cita, pengharapan, dan pandangan-pandangannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berhubungan dengan cita-cita, pengharapan, dan pandangan-pandangannya, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas hidup anak Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan, dalam hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kelompok usia yang mengalami penyakit degeneratif juga mengalami pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup (Istirahat) MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup biasanya memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari konteks yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup biasanya memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari konteks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak mudah untuk mendefenisikan kualitas hidup secara tepat. Kualitas hidup biasanya memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari konteks yang dibicarakan dan digunakan.

Lebih terperinci

LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG

LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG MARIA ANGELINA SITORUS NPM.153112620120027 FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOMEDIK UNIVERSITAS NASIONAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua umur berbeda. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua umur berbeda. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1 Fisiologi Tidur Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, kebutuhan tidur untuk semua umur berbeda. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian tidur Tidur adalah suatu keadaan dibawah sadar yang orang tersebut dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton, 1991).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal.istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik 140 mmhg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai dengan berkurangnya responsivitas terhadap rangsang eksternal. Secara fisiologis tidur dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan manusia yang esensial, karena tidur dapat mengendalikan irama kehidupan manusia sehari-hari. Proses tidur mengikuti irama sirkadian atau biologic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci