KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOIF DENGAN HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP DAN UJI WIDAL DI RSIA PURI BUNDA PERIODE OKTOBER JANUARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOIF DENGAN HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP DAN UJI WIDAL DI RSIA PURI BUNDA PERIODE OKTOBER JANUARI"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOIF DENGAN HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP DAN UJI WIDAL DI RSIA PURI BUNDA PERIODE OKTOBER 13 - JANUARI 14 Ni Nyoman Loka Natari 1, I Wayan Putu Sutirta Yasa 2, A.A. Wiradewi Lestari 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman Denpasar, 2 Laboratorium Patologi Klinik Rumah SakitUmum Pusat Sanglah / Fakultas Kedokteran Universitas Udayana lokanatari@yahoo.com ABSTRAK Demam tifoid adalah life-threating systemic infection yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi. Berdasarkan World Health Organization (WHO), demam tifoid didefinisikan apabila penderita menderita demam (>38 o C) setidaknya selama 3 hari, dengan tes konfirmasi labroratorium kultur positif Salmonella typhi. Pemeriksaan darah lengkap (DL) ditujukan pada semua pasien dengan keluhan awal demam dan merupakan salah satu skrining yang paling sering dilakukan dalam tes laboratorium. Untuk laboratorium yang memiliki keterbatasan sarana mikrobiologi klinik, maka uji widal dapat dilakukan. Metode penelitian ini adalah studi deskriptif, non-eksperimental. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari 70 sampel darah pasien yang diduga demam tifoid melalui gejala klinis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter di RSIA Puri Bunda pada Oktober 13-Januari 14. Dari 30 (100%) pasien yang positif demam tifoid, sebanyak 16 (53,33%) pasien ditemukan kelainan pada nilai leukosit, 7 (23,33%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai hemoglobin, 5 (16,67%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai eritrosit, 3(10%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai trombosit, dan 2(6,67%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai hematokrit. Sedangkan pada hasil uji widal, nilai positif tertinggi pada antigen BH titer 1:3 yaitu sebanyak (28,6%) penderita, diikuti oleh antigen CO titer 1:3 sebanyak 11 (15,7%) penderita, antigen O titer 1:3 sebanyak 4 (5,7%) penderita, antigen H titer 1:3 sebanyak 3 (4,3%) penderita, dan berturut-turut antigen CH titer 1:3, antigen AO titer 1:3, dan antigen BO titer 1:3 masing-masing sebanyak 1 (1,4%) penderita. Kata Kunci : Salmonella typhi, Salmonella parathypi, Darah Lengkap, Demam Tifoid, Uji Widal!1

2 CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH TYPHOID FEVER EXAMINATION RESULTS OF COMPLETE BLOOD COUNT AND WIDAL TEST IN RSIA PURI BUNDA ON THE PERIOD OCTOBER 13 - JANUARY 14 Ni Nyoman Loka Natari 1, I Wayan Putu Sutirta Yasa 2, A.A. Wiradewi Lestari 2 1 Medical Student of Medical Faculty Udayana University, PB Sudirman Street Denpasar, 2 LaboratoryPathologyClinic Sanglah Hospital /Medical Faculty Udayana University lokanatari@yahoo.com ABSTRACT Typhoid fever is a life-threating systemic infection caused by gram-negative bacteria Salmonella typhi. Based on the World Health Organization (WHO), typhoid fever is defined if the patient has a fever (> 38 o C) for at least 3 days, with confirmation of positive labroratorium culture test of Salmonella typhi. Complete blood count (DL) aimed for screening at all patients with initial complaints of fever. For laboratories who have limited means of clinical microbiology, the widal test can be done. This research method is a descriptive study, non-experimental. Data were collected retrospectively from 70 blood samples patient suspected typhoid fever through clinical symptoms and physical examination by doctors in RSIA Puri Bunda in October 13-January 14. Of the 30 (100%) positive patients with typhoid fever,16 ( 53.33%) patients were found abnormalities in leukocytes value, 7 (23.33%) patients showed abnormalities in hemoglobin value, 5 (16.67%) patients showed abnormalities in the value of the erythrocyte, 3 (10%) patients showed abnormalities in value platelets, and 2 (6.67%) patients showed abnormalities in hematocrit values. While from widal test found that the highest positive values in BH antigen titer of 1: 3 were (28.6%) patients, followed by CO antigen titer of 1: 3 by 11 (15.7%) patients, the O antigen titer of 1: 3 4 (5.7%) patients, the H antigen titer of 1: 3 for 3 (4.3%) patients, and CH antigen titer of 1: 3, AO antigen titer of 1: 3, and BO antigen titer of 1 : 3 respectively of 1 (1.4%) patients. Keywords: Salmonella typhi, Salmonella parathypi, the CBC, Typhoid Fever, Widal Test!2

3 PENDAHULUAN Deman tifoid atau yang lebih dikenal dengan nama tifus merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat di negara berkembang di seluruh dunia. Demam tifoid adalah lifethreating systemic infection yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi. 1,2 Penularan demam tifoid melalui kontaminasi makanan dan air. Terdapat 16 juta kasus baru demam tifoid, dengan kematian tiap tahunnya. Antara 1-5% penderita dengan demam tifoid tipe akut dilaporkan menjadi pasien karier kronis. 1 Studi populasi terbaru dari Asia Selatan menyebutkan insiden tertinggi demam tifoid terjadi pada anak umur dibawah 5 tahun, dengan tingkat komplikasi dan hospitalisasi yang tinggi. 2 Diagnosis penderita terduga demam tifoid dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Gejala awal yang diperlihatkan penderita seperti demam, anoreksia, letargi, malaise, sakit kepala, batuk-batuk, rasa tidak nyaman pada daerah abdomen (abdominal discomfort), dan konstipasi. 5 Berdasarkan World Health Organization (WHO), demam tifoid didefinisikan apabila penderita menderita demam (>38 o C) setidaknya selama 3 hari, dengan tes konfirmasi labroratorium kultur positif Salmonella typhi. 4 Pemeriksaan laboratorium yang menunjang diagnosis demam tifoid diantaranya pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi biakan kuman, uji serologis, dan pemeriksaan kuman secara molekuler. Pemeriksaan darah lengkap (DL) ditujukan pada semua pasien dengan keluhan awal demam dan merupakan salah satu skrining yang paling sering dilakukan dalam tes laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap menguji sejumlah parameter yang berbeda, termasuk jumlah, jenis, persentase, konsentrasi, dan kualitas sel-sel darah. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan menggunakan automated hematology analyzer, yang dapat memberikan hasil dalam waktu singkat 7. Pada pasien d e n g a n d u g a a n d e m a m t i f o i d, pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hasil yang tidak spesifik. Pada tahap awal hemoglobin masih menunjukkan nilai normal, tapi akan menurun seiring dengan perjalanan penyakit. Hitung sel darah putih atau WBC count menunjukkan nilai normal pada kebanyakan kasus. Leukopenia menjadi syarat penting pada demam tifoid dan telah dilaporkan pada -25% kasus. Differentialcount biasanya tidak spesifik kecuali menunjukkan adanya eosinopenia. Eosinopenia muncul pada 70-80% kasus. Hitung trombosit dapat normal pada tahap awal dan akan turun pada beberapa kasus di minggu kedua perjalanan penyakit. 11 Secara keseluruhan prevalensi trombositopenia pada kasus demam tifoid berkisar 10-15% kasus. 11 Konfirmasi diagnosis demam tifoid dilakukan dengan mengisolasi Salmonella typhi dari darah, feses, urin, atau spesimen klinis lainnya, termasuk diantaranya sumsum tulang belakang. 5 Isolasi Salmonella typhi dari darah!3

4 merupakan metode pilihan dan gold standar untuk diagnosis laboratorium. 1 Namun, ketersediaan fasilitas kultur mikrobiologis biasanya terbatas pada daerah-daerah endemis demam tifoid, dan hasil kultur menunjukkan negatif apabila pasien telah mendapatkan terapi antibiotik. 1 U n t u k l a b o r a t o r i u m y a n g m e m i l i k i k e t e r b a t a s a n s a r a n a mikrobiologi klinik, maka uji widal dapat dilakukan. 6 Prinsip kerja uji widal adalah adanya proses aglutinasi yang terjadi antara antibodi dengan antigen pada permukaan spesimen tertentu yang menyebabkan spesimen tersebut saling bergumpal atau beraglutinasi. 7 Uji widal dinyatakan positif (+) apabila terjadi aglutinasi antara serum pasien dan suspensi pembawa antigen Salmonella typhi. Yang perlu diperhatikan adalah uji widal memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang rendah. Uji widal dapat memperlihatkan hasil negatif sampai 30% dari pembuktian positif dengan menggunakan uji kultur, sehingga hasil uji widal negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi Salmonella typhi. Berdasarkan hal tersebut, demam tifoid akan terdiagnosis lebih baik apabila gejala klinis dan pemeriksaan penunjang saling mendukung satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid dengan hasil pemeriksaan darah lengkap dan uji widal di RSIA Puri Bunda. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan rancangan studi deskriptif, non-eksperimental dengan data diambil secara retrospektif dari RSIA Puri Bunda sebanyak 70 sampel darah yang berasal dari pasien yang diduga menderita demam tifoid b e r d a s a r k a n g e j a l a k l i n i s d a n pemeriksaan fisik oleh dokter di RSIA Puri Bunda pada Oktober 13-Januari 14. Sampel darah pasien diperiksa darah lengkap dan uji widal. Langkah kerja pemeriksaan darah lengkap dan uji widal dilakukan sebagai berikut. Langkah kerja pemeriksaan darah lengkap : 1. Pemeriksaan Darah Lengkap Dengan menggunakan syringe 5 ml, sampel darah pasien diambil dari pembuluh vena pasien dan dipindahkan kedalam tabung yang berisi antikoagulan EDTA kemudian segera ditransfer ke dalam laboratorium untuk diperiksa dengan menggunakan alat a u t o m a t e d h e m a t o l o g y analyzer. Langkah kerja uji widal : 2. Uji Widal 7,17 Uji widal dilakukan dengan metode slide secara kualitatif dan kuantitatif. Pada uji widal slide secara kualitatif, 1 tetes undilution serum pasien untuk 8 suspesi pembawa antigen diteteskan diatas slide yang t e l a h d i b e r i l i n g k a r a n!4

5 berwarna merah. Kemudian ditambahkan 1 tetes 8 suspensi pembawa antigen Salmonella dimasing-masing lingkaran dan dirotasikan selama 1 menit. Adanya aglutinasi memberikan hasil kualitatif. Untuk mengetahui titer dari t i a p a n t i g e n, m a k a pemeriksaan harus diulang d e n g a n s e r u m d i l u s i. Sedangkan pada uji widal slide secara kuantitatif, sebanyak 80 µl, 40 µl, µl, 10 µl, dan 5 µl serum pasien untuk masing-masing 8 suspensi antigen diteteskan pada slide uji widal yang telah diisi lingkaran merah secara terpisah. Pada setiap serum, 1 tetes dari tiap-tiap antigen ditambahkan, kemudian dicampurkan dan dirotasikan selama 1 menit. Amati dan catat aglutinasi yang terjadi pada setiap lingkaran merah. Pembacaan reaksi dilakukan dibawah lampu neon 10 watt. HASIL Terdapat 70 sampel darah yang diduga menderita demam tifoid yang melakukan pemeriksaan darah lengkap dan uji widal di RSIA Puri Bunda pada bulan Oktober 13-Januari 14. Pada bulan Oktober 13 didapatkan 14 (%) sampel darah pasien, bulan November 13 didapatkan 25 (35,7%) sampel darah pasien, bulan Desember 13 didapatkan 11 (15,7%) sampel darah pasien, dan bulan Januari 14didapatkan (28,6%) sampel darah pasien yang diduga menderita demam tifoid. Berdasarkan jumlah sampel d i d a p a t d i s t r i b u s i k a r a k t e r i s t i k berdasarkan jenis kelamin dan usia pasien sebagai berikut. Tabel 4.1. Distribusi karakteristik penderita diduga demam tifoid pada RSIA Puri Bunda bulan Oktober 13- Januari 14 berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 34 48,6% Perempuan 36 51,4% Total % B e r d a s a r k a n d i s t r i b u s i karakteristik penderita menurut jenis kelamin, didapatkan penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 34 (48,6%) dan penderita perempuan sebanyak 36 (51,4%) orang dengan jumlah total penderita sebanyak 70 (100%). Tabel 4.2. Distribusi karakteristik penderita diduga demam tifoid pada RSIA Puri Bunda bulan Oktober 13- Januari 14 berdasarkan usia menurut Departemen Kesehatan RI tahun 09 Kelompok usia Frekuens i Persentase Balita (0-5 th ) 40 57,2% Kanak-kanak (6-11 tahun) Remaja Awal-Akhir (12-25 tahun) Dewasa Awal-Akhir (26-45 tahun) 14 % 8 11,4% 8 11,4%!5

6 Lansia Awal-Akhir (46-65 tahun ) Usia Lanjut (66 tahun ke atas) 0 0% 0 0% Total % Sedangkan berdasarkan distribusi karakteristik penderita menurut kelompok usia, didapatkan penderita yang diduga demam tifoid terbanyak berada pada kelompok usia balita dengan jumlah 40 (57,2%) orang, disusul kemudian oleh kelompok usia kanak-kanak sebanyak 14 (%) orang, dan terakhir oleh kelompok usia remaja awal-akhir sebanyak 8 (11,4%) orang dan dewasa awal-akhir juga berjumlah 8 (11,4%) orang. Tidak ditemukan penderita dengan kelompok usia lansia awal-akhir dan usia lanjut. Tingginya jumlah penderita kelompok usia balita dikaitkan dengan keberadaan rumah sakit Puri Bunda yang memang mengkhususkan kepada kesehatan ibu dan anak (RSIA), sehingga penderita yang frekuensinya paling besar adalah penderita anak-anak. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah lengkap yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaaan uji widal positif, didapatkan data hasil pemeriksaan sebagai berikut. Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan darah lengkap penderita positif demam tifoid pada RSIA Puri Bunda Parameter DL Frekuensi Persentase RBC 5 16,67% WBC 16 53,33% PLT 3 10% HCT 2 6,67% Total % Dari pemeriksaan darah lengkap sebagai skrinning awal dan uji widal sebagai penunjang diagnosis demam tifoid, didapatkan kelainan pada nilai eritrosit, leukosit, trombosit, hemoglobin, dan hematokrit berdasarkan parameter yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Okafor, A.I 13. Dari 30 (100%) pasien yang positif demam tifoid, sebanyak 16 (53,33%) pasien ditemukan kelainan pada nilai leukosit; dengan leukopenia sebanyak 6 (37,5%) dan leukositosis sebanyak 10 (62,5%) pasien, 7 (23,33%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai hemoglobin, 5 (16,67%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai eritrosit, 3(10%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai trombosit, dan 2(6,67%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai hematokrit. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji widal, didapatkan data hasil pemeriksaan sebagai berikut. Tabel 4. 4 Hasil uji widal penderita diduga demam tifoid pada RSIA Puri Bunda Bulan Oktobe r 13 Novem b e r 13 Antigen H AH BH CH O AO BO CO HGB 7 23,33%!6

7 Desem b e r 13 Januari 14 Total 70 (100% ) (4, 3% ) 0 ( 0 %) (28,6 %) 1 (1, 4% ) 4 (5, 7% ) 1 (1, 4% ) 1 (1, 4% ) 11 (15,7 %) Berdasarkan distribusi aglutinasi titer antigen pada Tabel 4.4, didapatkan maka jumlah pasien positif demam tifoid adalah sebanyak 30 (42,85%) orang dari 70 (100%) total sampel yang didapat selama periode Oktober 13-Januari 14. Pada bulan Oktober didapatkan positif 6 (%) orang, November sebanyak 6 (%) orang, Desember sebanyak 7 (23,33%) orang, dan Januari sebanyak 11 (36,67%) orang. Hasil uji widal postif tertinggi pada reaksi aglutinasi antigen BH titer 1:3 yaitu sebanyak (28,6%) penderita, diikuti oleh antigen CO titer 1:3 sebanyak 11 (15,7%) penderita, antigen O titer 1:3 sebanyak 4 (5,7%) penderita, antigen H titer 1:3 sebanyak 3 (4,3%) penderita, dan berturut-turut antigen CH titer 1:3, antigen AO titer 1:3, dan antigen BO titer 1:3 masing-masing sebanyak 1(1,4%) penderita. Aglutinasi dengan antigen AH titer 1:3 tidak ada yang menunjukkan hasil positif (0%). Sisanya terdeteksi dengan titer dibawah 1:3 atau tidak menunjukkan aglutinasi (hasil negatif). PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan adanya kelainan pada nilai leukosit baik leukopenia maupun leukositosis mengarahkan kecurigaan ke arah demam t i f o i d, n a m u n t i d a k m e n u t u p kemungkinan teradinya infeksi oleh bakteri lain. Penelitian menyebutkan bahwa adanya leukosistosis membuat diagnosis demam tifoid menjadi tidak memungkinkan, sedangkan leukopenia mutlak terjadi pada -25% kasus demam tifoid. 11 Sesuai dengan penelitian yang dilakukan A.I Okafor, 07 yang mengivestigasi perubahan hematologi demam tifoid kronis dan berat di daerah endemis Enugu Urban-Nigeria ditemukan bahwa demam tifoid menyebabkan leukopenia yang signifikan secara statistik (p <0,01), dengan penurunan sel darah putih (WBC), hitung sel darah merah (RBC) dan hitung trombosit, begitu juga dengan hemoglobin dan PCV (p <0,05). Dalam kasus yang lebih parah dan kronis, adanya leukopenia disertai dengan trombositopenia (p <0,05) o l i g o c y t h a e m i a ( p < 0, 0 5 ) hypohaemoglobinaemia (p<0,05) dan penurunan hematokrit (p <0,05). 13 Leukopenia signifikan yang umum terdapat pada demam tifoid disebabkan oleh adanya invasi ke organ-organ haemopoietik seperti kelenjar getah bening, spleen, tonsil, sumsum tulang belakang, dan lain-lain, oleh Salmonella thypi y a n g m e m p e r l a m b a t l a j u leukopoesis. Adanya invasi Salmonella thypi ke organ-organ diatas juga dapat menekan laju haematopoesis yang juga menjelaskan adanya oligositemia dan trombosiopenia pada pasien demam tifoid. Trombositopenia terjadi oleh karena adanya luka spontan dan pendarahan yang berkepanjangan di saluran usus dengan konsekuensi perforasi usus pendarahan yang lebih!7

8 h e b a t d a n b e r b a h a y a. A d a n y a oligositemia dan hipohaemoglobinemia menjelaskan mengapa kebanyakan kasus d e m a m t i f o i d a k u t d a n k r o n i s menghasilkan anemia defisiensi besi. 13 Sedangkan uji widal sendiri dapat menyebabkan hasil positif-palsu karena Salmonella typhi memiliki antigen O dan antigen H yang sama dengan Salmonella serotype lainnya dan memiliki reaksi silang epitope dengan Enterobacteriace. 7 Hasil positif-palsu berarti uji widal menunjukan hasil yang positif (+) atau terjadinya aglutinasi tetapi bukan positif untuk penyakit demam tifoid karena bisa saja hasil positif tersebut diakibatkan oleh infeksi Salmonellaserotype yang lain seperti Salmonella paratyphi. 7 Selain itu belum terdapatnya batas penentuan atau cut off point titer uji widal menyebabkan sulitnya penegakan diagnosis demam tifoid. Cut off point uji widal berbeda sesuai dengan tempat sampel diambil. Seperti pada penelitian dr. Haji Khan Khoharo et al yang menggunakan cut off point titer 1:160, titer aglutinin antigen O memiliki spesifisitas 97%, sensitivitas 70%, dan akurasi 90%. Sedangkan titer aglutinin antigen H memiliki spesifisitas 97%, sensitivitas 30%, dan akurasi 83.1%. Berdasarkan analisa penelitian tersebut, titer antigen O dan H pada level 1:160 atau lebih mengindikasikan infeksi demam tifoid. 11!8

9 !9

10 !10

11 PENUTUP Terdapat 70 sampel darah yang diduga menderita demam tifoid yang melakukan pemeriksaan darah lengkap dan uji widal di RSIA Puri Bunda pada bulan Oktober 13-Januari 14. Berdasarkan distrribusi karakteristik penderita menurut jenis kelamin, didapatkan penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 34 (48,6%) dan penderita perempuan sebanyak 36 (51,4%) orang. Sedangkan berdasarkan distribusi karakteristik penderita menurut kelompok usia, didapatkan penderita yang diduga demam tifoid terbanyak berada pada kelompok usia balita dengan jumlah 40 (57,2%) orang, disusul kemudian oleh kelompok usia kanak-kanak sebanyak 14 (%) orang, dan terakhir oleh kelompok usia remaja awal-akhir sebanyak 8 (11,4%) orang dan dewasa awal-akhir juga berjumlah 8 (11,4%) orang. Dari pemeriksaan darah lengkap sebagai skrinning awal dan uji widal sebagai konfimasi diagnosis demam tifoid, maka didapatkan jumlah pasien positif demam tifoid adalah sebanyak 30 (42,85%) orang dari 70 (100%) total sampel yang didapat selama periode Oktober 13-Januari 14. Pada bulan Oktober didapatkan positif 6(%) orang, November sebanyak 6(%) orang, Desember sebanyak 7 (23,33%) orang, dan Januari sebanyak 11 (36,67%) orang. Dari 30 (100%) pasien yang positif demam tifoid, sebanyak 16 (53,33%) pasien ditemukan kelainan pada nilai leukosit; dengan leukopenia sebanyak 6 (37,5%) dan leukositosis sebanyak 10 (62,5%) pasien, 7 (23,33%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai hemoglobin, 5 (16,67%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai eritrosit, 3(10%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai trombosit, dan 2(6,67%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai hematokrit. Hasil uji widal positif tertinggi terletak pada reaksi aglutinasi antigen BH titer 1:3 yaitu sebanyak (28,6%) penderita, diikuti oleh antigen CO titer 1:3 sebanyak 11 (15,7%) penderita, antigen O titer 1:3 sebanyak 4 (5,7%) penderita, antigen H titer 1:3 sebanyak 3 (4,3%) penderita, dan berturut-turut antigen CH titer 1:3, antigen AO titer 1:3, dan antigen BO titer 1:3 masing-masing sebanyak 1(1,4%) penderita. Aglutinasi dengan antigen AH titer 1:3 tidak ada yang menunjukkan hasil positif (0%). SARAN Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar untuk mengetahui keterkaitan antara hasil pemeriksaan darah lengkap dan uji widal pada penderita diduga demam tifoid sehingga melalui dua pemeriksaan ini diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan secara definitif. DAFTAR PUSTAKA 1. Rahul Mitra, Narender Kumar, Anshuman Trigunayat, Surya Bhan. New Advances in The Rapid Diagnosis of Thypoid Fever. African Journal of Microbiology Research. 10; 4(16): Zulfiqar Bhutta. Current Concepts in The Diagnosis and Treatment of Thypoid Fever. BMJ 06; 333:78-82!11

12 3. John Wain, Salih Hosoglu. The Laboratory Diagnosis of Enteric Fever. J Infect Developing Countries. 08; 2(6): K.K Mehta. ChangingTrends in Enteric Fever. 5. Ty p h o i d ( E n t e r i c ) F e v e r. Washington State Departement of Health. 12; DOH # Puspa Wardhani, Prihartini, Probohoesodo MY. Kemampuan Uji Tabung Widal Menggunakan Antigen Import dan Antigen Lokal. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Alboratory. 05; 2(1): I Made Tomik Nurya Wardana. Diagnosis Demam Thypoid dengan Pemeriksaan Widal. Bagian/SMF Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. 8. Demam Thypoid. Diunduh dari Diakses pada 12 September Wanda Lockwood, RN, BA, MA. The Complete Blood Count and Associated Tests. 13. Diunduh dari Diakses pada 10 September K r i s C a h y o M u l y a n t o. Pemeriksaan Darah Lengkap. 11. Ritabrata Kundu, Nupur Ganguly, Tapan Kr Ghosh, Vijay N Yewale, Raju C Shah, Nitin K Shah. IAP Task Force Report: Diagnosis of Enteric Fever in Children. Indian Pediatrics : OP Kapoor. The Importance of Routine CBC and ESR in Common Fevers. Bombay Hospital Journal (3) 13. Okafor, A.I. Haematological Alterations Due to Typhoid Fever i n e n u g u U r b a n - N i g e r i a. Malaysian Journal Microbiology (2): I Putu Bagus Muliartha, I Wayan Putu Sutirta Yasa. Peran Tes Widal dalam Diagnosis Demam Tifoid. Laboraorium Patologi Klinik Rumah Sakit Sanglah/Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 15. WHO. The Diagnosis,Treatment, and Prevention of Typhoid Fever. Geneva. 03; Haji Khan Khoharo, Shuaib Ansari, FatimaQureshi. Evaluating Single Acute-Phase Widal Test for The Diagnosis of Thypoid Fever. Medical Channel. 10; 16(1): Sridhar Rao P.N. Widal Test. Departement of Microbiology JJMMC, Davangers. 09.!12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN ABSTRAK GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN IgM ANTI Salmonella typhi (+) DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013 Rinda Harpania Pritanandi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Melisa, 2010, Pembimbing I : Penny S.M., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii DAFTAR ISI SAMPUL DALAM i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK. vi ABSTRACT... vii RINGKASAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes iv ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Gabby Ardani L, 2010.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN WIDAL SLIDE UNTUK DIAGNOSA DEMAM TIFOID. Agnes Sri Harti 1, Saptorini 2

PEMERIKSAAN WIDAL SLIDE UNTUK DIAGNOSA DEMAM TIFOID. Agnes Sri Harti 1, Saptorini 2 PEMERIKSAAN WIDAL SLIDE UNTUK DIAGNOSA DEMAM TIFOID Agnes Sri Harti 1, Saptorini 2 1,2 Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Demam tifoid (Typhus abdominalis) adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

Djaja Rusmana 1, Christine Sugiarto 2, Rinda Harpania Pritanandi 3 1. Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 2

Djaja Rusmana 1, Christine Sugiarto 2, Rinda Harpania Pritanandi 3 1. Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 2 GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN UJI WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN IgM ANTI Salmonella typhi (+) DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013 DESCRIPTION OF CLINICAL MANIFESTATION,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. Demam tifoid merupakan masalah yang serius di negara berkembang,

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

GAMBARAN KLINIS PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) GAMBARAN KLINIS PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU Ristiana Wibawati 1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati 2), Neni Maemunah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN IGM ANTI SALMONELA TYPHI DI LABORATORIUM SURYA HUSADHA DENPASAR PADA BULAN JUNI -NOVEMBER 2013

KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN IGM ANTI SALMONELA TYPHI DI LABORATORIUM SURYA HUSADHA DENPASAR PADA BULAN JUNI -NOVEMBER 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN IGM ANTI SALMONELA TYPHI DI LABORATORIUM SURYA HUSADHA DENPASAR PADA BULAN JUNI -NOVEMBER 2013 Sagung Novita Widyaningrat 1, A.A. Wiradewi Lestari 2, I Wayan Putu Sutirta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri Salmonella sp. Gambar 1. Mikroskopis kuman Salmonella www.mikrobiologi Lab.com) sp. (http//. Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr, M.Kes Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr, M.Si

ABSTRAK. Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr, M.Kes Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr, M.Si ABSTRAK Gambaran Leukosit dan Hitung Jenis pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid dengan Gall Culture Positif di RS Immanuel periode Januari 2007 Juni 2008 Billy Lesmana, 2009; Pembimbing I : Lisawati Sadeli,

Lebih terperinci

PREVALENSI DEMAM TIFOID DENGAN TITER AGLUTININ O DAN H 1:320 MENGGUNAKAN UJI WIDAL PADA LABORATORIUM KLINIK NIKI DIAGNOSTIC CENTER TAHUN 2012

PREVALENSI DEMAM TIFOID DENGAN TITER AGLUTININ O DAN H 1:320 MENGGUNAKAN UJI WIDAL PADA LABORATORIUM KLINIK NIKI DIAGNOSTIC CENTER TAHUN 2012 PREVALENSI DEMAM TIFOID DENGAN TITER AGLUTININ O DAN H 1:320 MENGGUNAKAN UJI WIDAL PADA LABORATORIUM KLINIK NIKI DIAGNOSTIC CENTER TAHUN 2012 Ni Nyoman Ayu Laksmi Trimurti, 1 I Wayan Putu Sutirta Yasa,

Lebih terperinci

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN WIDAL TERHADAP KULTUR SALMONELLA SPECIES SEBAGAI PENUNJANG DIAGNOSIS DEMAM TIFOID

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN WIDAL TERHADAP KULTUR SALMONELLA SPECIES SEBAGAI PENUNJANG DIAGNOSIS DEMAM TIFOID ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN WIDAL TERHADAP KULTUR SALMONELLA SPECIES SEBAGAI PENUNJANG DIAGNOSIS DEMAM TIFOID Larissa, 2007, Pembimbing Utama : Dani Brataatmadja, dr. Sp.PK Pembimbing Pendamping

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DEMAM THYPOID DENGAN PEMERIKSAAN WIDAL ABSTRAK

DIAGNOSIS DEMAM THYPOID DENGAN PEMERIKSAAN WIDAL ABSTRAK DIAGNOSIS DEMAM THYPOID DENGAN PEMERIKSAAN WIDAL I Made Tomik Nurya Wardana, Sianny Herawati, I Wayan Putu Sutirta Yasa Bagian/SMF Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan Lama Demam pada Pasien Suspek Demam Tifoid

Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan Lama Demam pada Pasien Suspek Demam Tifoid 687 Artikel Penelitian Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan Demam pada Pasien Suspek Demam Tifoid Vika Rahma Velina, Akmal M. Hanif 2, Efrida 3 Abstrak Diagnosis definitif demam tifoid adalah dengan biakan,

Lebih terperinci

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC) Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyakit menular ini terkait erat dengan

Lebih terperinci

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini berupa deskriptif pemeriksaan laboratoris. Penelitian dilakukan di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini berupa deskriptif pemeriksaan laboratoris. Penelitian dilakukan di 31 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif pemeriksaan laboratoris. Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data 34 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data penderita

Lebih terperinci

Karakteristik Klinis Pasien Demam Tifoid di RSUP Sanglah Periode Waktu Juli 2013 Juli 2014

Karakteristik Klinis Pasien Demam Tifoid di RSUP Sanglah Periode Waktu Juli 2013 Juli 2014 E-JURNAL MEDIKA, VOL. I 6 Komang NO. 11, Gede NOVEMBER, Triana Adiputra, 2017 : 98 I - Ketut 102 Agus Somia (Karakteristik Klinis Pasien Demam Tifoid...) ISSN: 2303-1395 Karakteristik Klinis Pasien Demam

Lebih terperinci

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP PADA PASIEN SUSPECT INFEKSI VIRUS DENGUE DI RUMAH SAKIT SURYA HUSADHA DENPASAR FEBRUARI-JULI 2014

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP PADA PASIEN SUSPECT INFEKSI VIRUS DENGUE DI RUMAH SAKIT SURYA HUSADHA DENPASAR FEBRUARI-JULI 2014 GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP PADA PASIEN SUSPECT INFEKSI VIRUS DENGUE DI RUMAH SAKIT SURYA HUSADHA DENPASAR FEBRUARI-JULI 2014 Ni Luh Putu Pranena Sastri 1, Anak Agung Wiradewi Lestari 2 1

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA TAHUN 2013 ABSTRAK

KARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA TAHUN 2013 ABSTRAK KARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA TAHUN 213 Intan Astariani 1, I Wayan Putu Sutirta Yasa 2, A.A. Wiradewi Lestari

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Demam Tifoid a. Definisi Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi derajat kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

Choerunnisa N, Tjiptaningrum A, Basuki W Medical Faculty of Lampung University ABSTRACT

Choerunnisa N, Tjiptaningrum A, Basuki W Medical Faculty of Lampung University ABSTRACT PROPORTION OF POSITIVE IgM ANTI SALMONELLA TYPHI 09 EXAMINATION USING TUBEX WITH POSITIVE WIDAL EXAMINATION IN CLINICAL PATIENT OF ACUTE TYPHOID FEVER IN Dr. H. ABDUL MOELOEK HOSPITAL BANDAR LAMPUNG Choerunnisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Tifoid 1. Pengertian Demam Tifoid Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang terdapat pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi ditandai dengan

Lebih terperinci

Sakina Meta, Basuki Wiranto, Tjiptaningrum Agustyas, Soleha Tri Umiana Medical Faculty of Lampung University. Abstract

Sakina Meta, Basuki Wiranto, Tjiptaningrum Agustyas, Soleha Tri Umiana Medical Faculty of Lampung University. Abstract PROPORTION OF POSITIVE IgM ANTI-Salmonella typhi EXAMINATION USING TYPHIDOT WITH POSITIVE WIDAL EXAMINATION IN CLINICAL PATIENT OF ACUTE TYPHOID FEVER IN RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Sakina

Lebih terperinci

GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2007 Angelina, 2009. Pembimbing I : Budi Widyarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENURUNAN TROMBOSIT PADA DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DAN II DI RS BHAYANGKARA TRIJATA

PERBEDAAN PENURUNAN TROMBOSIT PADA DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DAN II DI RS BHAYANGKARA TRIJATA PERBEDAAN PENURUNAN TROMBOSIT PADA DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DAN II DI RS BHAYANGKARA TRIJATA Putu Diani Wirayanti, 1 I Wayan Putu Sutirta Yasa, 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. lainnya termasuk di Indonesia (Gasem et al., 2002; Vollaard et al., 2005; Prajapati

BAB I. PENDAHULUAN. lainnya termasuk di Indonesia (Gasem et al., 2002; Vollaard et al., 2005; Prajapati BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit endemis yang tersebar luas di daerah tropis terutama di Asia Tenggara, Afrika, Amerika Latin, dan Negara berkembang lainnya termasuk

Lebih terperinci

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012 Artikel Penelitian Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012 Dewi Oktavia 1, Rismawati Yaswir 2, Nora Harminarti 3 Abstrak Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam tifoid adalah salah satu infeksi yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di negara yang beriklim tropis. persamaan demam tifoid masyarakat umum biasa menyebutnya

Lebih terperinci

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011 GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011 Rinaldy Alexander 1, July Ivone 2, Susy Tjahjani 3 1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Lebih terperinci

Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1

Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1 Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1 PERBANDINGAN METODE DIAGNOSIS DEMAM TIFOID COMPARISON OF METHODS FOR DIAGNOSIS OF TYPHOID FEVER Ghaida Putri Setiana 1 dan Angga Prawira Kautsar 2 Fakultas Farmasi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan.demam tifoid dapat dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011 Rinaldy Alexander, 2014. Pembimbing : July Ivone, dr, MKK, MPd.Ked Prof. Dr dr. Susy Tjahjani, M.Kes Latar belakang

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN JUMLAH HEMATOKRIT DAN TROMBOSIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN

ABSTRAK HUBUNGAN JUMLAH HEMATOKRIT DAN TROMBOSIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN ABSTRAK HUBUNGAN JUMLAH HEMATOKRIT DAN TROMBOSIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN 2013-2014 Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit arboviral

Lebih terperinci

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG Listiyani Halim, 2010, Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Indahwaty,

Lebih terperinci

ABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR

ABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR ABSTRAK GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR Nathanael Andry Mianto, 2013 Pembimbing : dr. Christine Sugiarto, Sp.PK, dr. Adrian Suhendra, Sp.PK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia demam tifoid sering disebut dengan penyakit tifus. Penyakit ini biasa dijumpai di daerah sub tropis terutama di daerah dengan sumber mata air yang tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI AMEBIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT PERIODE TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI AMEBIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT PERIODE TAHUN ABSTRAK PREVALENSI AMEBIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT PERIODE TAHUN 2007-2010 Richo Basthian, 2011 Pembimbing I : Budi Widyarto,dr,.M.H. Pembimbing II : Freddy Tumewu A,dr.,M.S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

PROFIL JUMLAH LEUKOSIT DAN SUHU TUBUH PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD KARANGANYAR

PROFIL JUMLAH LEUKOSIT DAN SUHU TUBUH PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD KARANGANYAR PROFIL JUMLAH LEUKOSIT DAN SUHU TUBUH PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD KARANGANYAR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Ni Putu Eka Rosiana Dewi 1, A.A. Wiradewi Lestari 2, Wayan Sutirtayasa 2

Ni Putu Eka Rosiana Dewi 1, A.A. Wiradewi Lestari 2, Wayan Sutirtayasa 2 KARAKTERISTIK HASIL UJ I ANTIGEN NON-STRUKTURAL 1 (NS1)PADA PASIEN YANG DIDUGA DEMAM BERDARAH DENGUE DI LABORATORIUM RSU SURYA HUSADA PERIODE MEI SAMPAI OKTOBER TAHUN 2013 Ni Putu Eka Rosiana Dewi 1, A.A.

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PASIEN DEMAM BERDARAH RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO DENGAN METODE ANALISIS KELAS LATEN

PENGELOMPOKAN PASIEN DEMAM BERDARAH RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO DENGAN METODE ANALISIS KELAS LATEN PENGELOMPOKAN PASIEN DEMAM BERDARAH RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO DENGAN METODE ANALISIS KELAS LATEN SKRIPSI Oleh : Noviana Nurhayati 24010210120031 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN IMMUNOGLOBULIN M ANTI SALMONELLA DALAM DIAGNOSIS DEMAM TIFOID

PEMERIKSAAN IMMUNOGLOBULIN M ANTI SALMONELLA DALAM DIAGNOSIS DEMAM TIFOID PEMERIKSAAN IMMUNOGLOBULIN M ANTI SALMONELLA DALAM DIAGNOSIS DEMAM TIFOID I Kadek Septiawan, Sianny Herawati, I Wayan Putu Sutirta Yasa Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE

ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE Andy Sudjadi, 2006; Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2 Mei 2017

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2 Mei 2017 KARAKTERISTIK USIA, JENIS KELAMIN, TINGKAT DEMAM, KADAR HEMOGLOBIN, LEUKOSIT DAN TROMBOSIT PENDERITA DEMAM TIFOID PADA PASIEN ANAK DI RSU ANUTAPURA TAHUN 2013 Ni Putu Dea Pawitri Handayani*, Diah Mutiarasari**

Lebih terperinci

Interpretasi dan Aspek Legalitas Hasil. Pemeriksaan Laboratorium pada HIV/AIDS

Interpretasi dan Aspek Legalitas Hasil. Pemeriksaan Laboratorium pada HIV/AIDS nterpretasi dan Aspek Legalitas Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada HV/ADS Diajukan oleh: Agnes R ndrati Dept. Patologi Klinik, RS Hasan Sadikin/ FK Universitas Padjadjaran Bandung Pada Acara: Simposium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif.

BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis mieloproliferatif. Pada penderita PV, terdapat produksi berlebih sel-sel darah akibat hipersensitifitas proses hematopoesis

Lebih terperinci

HUBUNGAN JUMLAH HEMATOKRIT DAN TROMBOSIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN

HUBUNGAN JUMLAH HEMATOKRIT DAN TROMBOSIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN HUBUNGAN JUMLAH HEMATOKRIT DAN TROMBOSIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN 2013-2014 Ni Nyoman Ayu Widyanti Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Tifoid 2.1.1 Pengertian Penyakit demam tifoid (Typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN Prevalensi pre_treatment BAB 4 HASIL PENELITIAN Sebanyak 1857 orang penduduk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penduduk laki-laki sebanyak 878 orang dan penduduk wanita sebanyak 979 orang. Gambar 1

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia, WHO, baru-baru ini membunyikan tanda bahaya untuk mewaspadai serangan berbagai penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, wabah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan dan dapat menurunkan

Lebih terperinci

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN A.A.WIRADEWI LESTARI Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unversitas Udayana

Lebih terperinci

APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA

APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA I KOMANG CANDRA WIGUNA 0820025045 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...viii SUMMARY... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhage Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Lebih terperinci

* Dosen FK UNIMUS. 82

* Dosen FK UNIMUS.  82 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari Desember 2004 Drug Use Evaluation of Adults and Children

Lebih terperinci

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014 RASIONALITAS PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI RSUD UNDATA PALU TAHUN 2012 Puspita Sari*, Oktoviandri Saputra** * Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan di PMI antara lain mencakup pengerahan donor, penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien. Kegiatan

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 204 Putu Gde Hari Wangsa, A.A. Wiradewi Lestari 2 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was THE EVALUATION OF THE ACCURACY OF THE DOSE OF ANTIBIOTICS IN CHILDREN WITH TYPHOID FEVER IN INPATIENT INSTALLATION AT SULTAN AGUNG HOSPITAL SEMARANG AND AT NU ISLAMIC HOSPITAL DEMAK IN 2015 Sikni Retno

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab

Lebih terperinci

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JULI 2009 SAMPAI DENGAN 30 JUNI 2010 Oleh: NUR LIYANA BINTI ZAKARIA 070100274

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KLB). Penyakit ini termasuk common source yang penularan utamanya melalui

BAB I PENDAHULUAN. (KLB). Penyakit ini termasuk common source yang penularan utamanya melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis A merupakan infeksi hati akut. Karena sifat menularnya maka penyakit ini disebut juga hepatitis infeksiosa. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan di Indonesia

Lebih terperinci