Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA Summary
|
|
- Glenna Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Summary Secara kumulatif realisasi Anggaran Pendapatan dan Daerah (APBD) provinsi, kabupaten, dan kota pada triwulan II Tahun Anggaran (TA) 2 sebesar 52,1% dari anggaran daerah secara nasional, nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan realisasi belanja daerah yaitu sebesar 32,7%. Persentase tertinggi realisasi daerah secara nasional (aggregate provinsi, kabupaten, kota) berasal dari asli daerah (PAD) sebesar 55,3% diikuti oleh dana perimbangan (Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH)) yaitu sebesar 51,3% dan lain-lain daerah yang sah sebesar 49,6%. Sementara itu realisasi belanja daerah secara nasional (aggregate provinsi, kabupaten, kota), yang terbesar adalah untuk belanja pegawai (belanja pegawai langsung dan belanja pegawai tidak langsung) yaitu sebesar 44,4 % diikuti oleh belanja yaitu sebesar 3,6%, belanja barang dan jasa yaitu sebesar 28,% dan belanja modal yang hanya sebesar 13,%. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 29, persentase realisasi maupun realisasi belanja pada tahun 2 mengalami kenaikan, meskipun tidak terlalu besar. Peningkatan persentase realisasi terjadi pada semua komponen. Sementara itu, untuk peningkatan persentase realisasi belanja lebih banyak didorong oleh peningkatan persentase realisasi belanja. Sebaliknya, persentase modal justru mengalami penurunan sementara belanja pegawai relatif tetap. 1 P a g e
2 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Anggaran Pendapatan dan Daerah (APBD) TA 2 APBD TA 2 merupakan penggabungan dari 524 *) Peraturan Daerah tentang APBD yang terdiri atas 33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota. daerah (aggregate provinsi, kabupaten, kota) adalah sebesar Rp43, triliun, sedangkan total belanja daerah (aggregate provinsi, kabupaten, kota) adalah sebesar Rp443,6 triliun. Tabel I Anggaran Pendapatan dan Daerah (APBD) TA 2 Mata Anggaran (MiliarRp.) Jumlah Anggaran Prov, Kab, Kota Provinsi Kabupaten Kota Pendapatan 43,42 2, ,19 57,75 PAD 71,852 47,331 16,475 8,46 Dana Perimbangan 292,281 45,24 25,28 42,49 Lain-lain Pendapatan yang Sah 38,98 9,964 21,336 7,69 443, , ,35 65, ,562 29, ,96 33,818 Barang dan 82,7 26,872 42,838 12,297 96,179 26,37 55,935 13,936 Lainnya 66,813 3,116 31,627 5,7 *) Telah mencakup Perda APBD dari seluruh daerah (dalam laporan realisasi triwulan I yang dipublikasikan pada akhir Mei 2 disebutkan 522 Perda APBD, karena masih terdapat 2 daerah yang belum menyampaikan APBD mereka) 2 P a g e
3 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Realisasi APBD Triwulan II TA 2 Realisasi APBD pada triwulan II TA 2 memperlihatkan bahwa secara persentase, realisasi daerah secara nasional (aggregate provinsi, kabupaten, kota) lebih besar dibandingkan dengan persentase realisasi belanja daerah. Realisasi daerah secara nasional adalah sebesar 52,1%, sedangkan realisasi belanja daerah secara nasional (aggregate provinsi, kabupaten, kota) baru mencapai 32,7%. Dari data sampel sebanyak 219 daerah, sampai dengan triwulan II, daerah yang merealisasikan daerah paling tinggi adalah Kabupaten Natuna, yaitu sebesar 68,48% sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Bandung sebesar 37,61%. Sementara realisasi belanja daerah yang paling tinggi adalah Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 47,85% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Puncak sebesar 17,84%. Perbandingan antara realisasi dan realisasi belanja daerah secara nasional dapat dilihat pada grafik I dibawah ini. 6 5 Grafik I Realisasi APBD Triwulan II TA Pendapatan Pendapatan 3 P a g e
4 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Realisasi daerah untuk triwulan II yang tertinggi berasal PAD yaitu 55,3%, diikuti oleh dana perimbangan 51,3% dan lain-lain daerah yang sah sebesar 49,6%. Sementara itu, realisasi belanja daerah secara nasional (aggregate provinsi, kabupaten, kota) yang terbesar diperuntukan belanja pegawai (belanja pegawai langsung dan belanja pegawai tidak langsung) yaitu 44,4%, diikuti oleh belanja yaitu 3,6%, belanja barang dan jasa yaitu 28,% dan belanja modal yang baru mencapai 13,%. Rincian realisasi dan belanja daerah secara nasional dapat dilihat pada grafik II dibawah ini Grafik II Realisasi Pendapatan dan Daerah secara Nasional Triwulan II TA PAD DAPER Lain-lain pend yg sah 4 P a g e
5 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Realisasi Pendapatan dan Daerah Provinsi Untuk provinsi, besarnya realisasi sampai dengan triwulan II tahun anggaran 2 hampir dua kali lipat lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi belanjanya. Realisasi adalah 51,3% sedangkan belanja daerah baru mencapai 26,9%. Komponen daerah provinsi yang terealisasi paling tinggi adalah PAD sebesar 56,6% diikuti oleh lain-lain daerah yang sah yaitu 48,4% dan dana perimbangan (DAU, DAK, DBH) sebesar 45,1%. Sementara itu, realisasi belanja daerah yang tertinggi adalah untuk belanja pegawai sebesar 37,8%, diikuti belanja dan belanja barang dan jasa, yang masing-masing sebesar 33,9% dan 29,1%. Untuk belanja modal sampai dengan akhir Juni 2, realisasi masih sangat rendah yaitu baru mencapai 12,7%. Dari sampel daerah provinsi, sampai pada triwulan II, provinsi yang merealisasikan daerah paling tinggi adalah Provinsi Banten sebesar 63,1% sedangkan yang paling rendah adalah Provinsi DKI Jakarta 44,5%. Sementara, provinsi yang paling tinggi realisasi belanjanya adalah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu 44,4% dan yang paling rendah adalah Provinsi Sumatera Utara sebesar 2,2%. Rincian realisasi dan belanja daerah provinsi dapat dilihat pada grafik III dibawah ini. Grafik III Realisasi Pendapatan dan Daerah Provinsi Triwulan II TA PAD DAPER Lain-lain pend yg sah 5 P a g e
6 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Realisasi Pendapatan dan Daerah Kabupaten Apabila dibandingkan dengan provinsi, realisasi dan belanja daerah kabupaten sampai dengan triwulan II TA 2 sedikit lebih tinggi, baik di sisi (terutama realisasi dana perimbangan) maupun di sisi belanjanya (terutama realisasi belanja pegawai). Sebagaimana daerah provinsi, realisasi kabupaten juga lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi belanjanya. Realisasi kabupaten adalah 53,% sedangkan realisasi belanja baru mencapai 35,4%. Komponen yang realisasinya tertinggi adalah PAD yaitu 54,4% dan diikuti oleh lainlain yang sah dan dana perimbangan yaitu masing-masing 52,9% dan 52,7%. Realisasi tertinggi di sisi belanja daerah kabupaten adalah belanja pegawai yaitu 46,% dan diikuti oleh belanja, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yaitu masing-masing 27,7%, 27,% dan 13,%, Dari 166 sampel daerah kabupaten, sampai dengan akhir Juni 2, daerah yang merealisasikan daerah paling tinggi adalah Kabupaten Natuna sebesar 64,5% sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Bandung yaitu 37,6%. Ada pun kabupaten yang paling tinggi realisasi belanjanya adalah Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu sebesar 47,9% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Puncak sebesar 17,8%. Rincian realisasi dan belanja daerah kabupaten dapat dilihat pada grafik IV dibawah ini. Grafik IV Realisasi Pendapatan dan Daerah Kabupaten Triwulan II TA PAD DAPER Lain-lain pend yg sah 6 P a g e
7 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Realisasi Pendapatan dan Daerah Kota Gambaran realisasi dan belanja daerah kota sampai dengan triwulan II TA 2 tidak jauh berbeda dengan kabupaten. Sedikit perbedaan pada realisasi adalah pada komponen PAD, dimana untuk realisasi PAD kota (48%) lebih rendah dibandingkan dengan realisasi PAD kabupaten yang mencapai 54,4%. Sementara untuk realisasi belanja tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara kota dan kabupaten. Dari 42 daerah kota yang dijadikan sampel, realisasi tertinggi sampai dengan triwulan II, adalah Kota Tangerang sebesar 64,5% sedangkan yang paling rendah adalah Kota Bekasi yaitu sebesar 38,5%. Sementara itu. realisasi belanja tertinggi adalah Kota Cilegon sebesar 46,7% dan yang paling rendah adalah Kota Tual 21,3%. Rincian realisasi dan belanja daerah kota dapat dilihat pada grafik V di bawah ini. Grafik V Realisasi Pendapatan dan Daerah Kota Triwulan II TA PAD DAPER Lain-lain pend yg sah 7 P a g e
8 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Perbandingan Realisasi APBD Triwulan II TA 29 dengan TA 2 Dibandingkan dengan periode yang sama pada TA 29, secara persentase realisasi APBD (Aggregate provinsi, kabupaten, kota) pada triwulan IITA 2 memperlihatkan kenaikan, baik pada maupun belanja daerah. Realisasi pada triwulan IITA 2 mencapai 52,1%, lebih besar 3,6% dibandingkan realisasi daerah pada periode yang sama pada TA 29 yang sebesar 48,5%. Hal yang sama juga terjadi pada realisasi belanja daerah yang juga mengalami peningkatan yaitu dari 31,7% pada triwulan IITA 29 menjadi 32,7% pada triwulan IITA 2 atau naik sebesar 1,%. Grafik VI berikut menunjukkan perbandingan realisasi dan belanja daerah triwulan II pada TA 29 dan Grafik VI Perbandingan Realisasi APBD Triwulan II TA 29 dan Pendapatan TW II 29 TW II 2 8 P a g e
9 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Perbandingan Rincian Realisasi APBD Secara Nasional Antara Triwulan IITA29 denganta 2 Perbandingan realisasi dan belanja daerah secara nasional antara triwulan IITA 29 dengan triwulan IITA 2 memperlihatkan bahwa semua jenis daerah mengalami kenaikan, yaitu PAD meningkat 4,1%, dana perimbanganmeningkat 1,5%, dan lain-lain yang sahmeningkat cukup besar 15,8%. Sementara itu, realisasibelanja daerah secara nasional menunjukkan belanja modal mengalami penurunan yaitu sebesar -,8%, sedangkan belanja pegawai tetap, belanja, dan barang dan jasa mengalami peningkatan yaitu masing-masing 3,8% dan 2,1%.Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Grafik VII berikut. Grafik VII PerbandinganRealisasi APBD Triwulan II secara Nasional (Provinsi, Kabupaten, Kota) TA 29 dan PAD DAPER Lain-lain pend yg sah TW II 29 TW II 2 TW II 29 TW II 2 9 P a g e
10 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Perbandingan Rincian Realisasi APBD Provinsi, Kabupaten, dan Kota Antara Triwulan IITA 29 dengan TA 2 Secara umum, terdapat perbedaan yang signifikan pada pola realisasi dan belanja antara provinsi, kabupaten, dan kotabaik pada realisasi triwulan II pada TA 29 maupun 2. Realisasi provinsi lebih didominasi oleh realisasi PAD, sedangkan realisasi dana perimbangan agak tertinggal. Sementara itu untuk kabupaten dan kota realisasi semua komponen relatif seimbang. Di sisi belanja, realisasi provinsi jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi kabupaten dan kota. Dalam konteks perbandingan antara realisasi triwulan II TA 29 dan 2, hal yang cukup menarik untuk dicermati adalah penurunan realisasi belanja modal provinsi yang cukup signifikan, yaitu dari 2,3% di triwulan II TA 29 menjadi 12,7% di triwulan II TA 2. Hal lain yang mengalami perubahan signifikan adalah realisasi lain-lain yang sah, baik di kabupaten maupun kota.gambaran selengkapnya untuk perbandingan realisasi triwulan II TA 29 dan 2, baik provinsi, kabupaten maupun kota dapat dilihat pada Grafik VIII, IX dan X. Grafik VIII Perbandingan Realisasi APBD Provinsi Triwulan II TA 29 dan PAD DAPER Lain-lain pend yg sah TW II 29 TW II 2 TW II 29 TW II 2 P a g e
11 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA Grafik IX Perbandingan Realisasi APBD Kabupaten Triwulan II TA 29 dan PAD DAPER Lain-lain pend yg sah TW II 29 TW II 2 TW II 29 TW II 2 Grafik X Perbandingan Realisasi APBD Kota Triwulan II TA 29 dan PAD DAPER Lain-lain pend yg sah TW II 29 TW II 2 TW II 29 TW II 2 11 P a g e
12 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Tren Realisasi APBD Triwulan I dan II TA 2. Tren realisasi APBD merupakanfluktuasi (peningkatan/penurunan) realisasi APBD pada triwulan II dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I.Secara nasional, kenaikanrealisasi dari triwulan I ke triwulan II mengikuti pola triwulanan yang wajar, yaitu dari berkisar 25% pada triwulan I menjadi berkisar 5% pada triwulan II. Namun untuk tren realisasi belanja ternyata masih jauh dibawahnya, yaitu hanya di kisaran 13% pada triwulan I dan naik menjadi sekitar 33% pada triwulan II. Apabila dilihat pada rincian belanja, maka realisasi belanja pegawai relatif mengikuti pola yang relatif lebih baik, namun untuk belanja barang dan jasa, dan terutama belanja modal perkembangannya cenderung sangat lambat. Beberapa hal yang sangat mungkin menjadi penyebab keterlambatan tersebut antara lain keterlambatan penetapan APBD, proses lelang yang belum selesai, atau juga permasalahan teknis lain yang mengakibatkan belanja baru dapat direalisasikan setelah adanya perubahan APBD (yang rata-rata dilakukan pada bulan Agustus-September). Secara detail, gambaran tren realisasi triwulan I dan II dapat dilihat pada Grafik XI, XII, XIII, XIV dan XV. 6 5 Grafik XI Tren Realisasi APBD Nasional Triwulan I dan Triwulan II TA Pendapatan TW I TW II 12 P a g e
13 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA Grafik XII Tren RealisasiPendapatan dan Daerah Nasional Triwulan I dan Triwulan II TA PAD DAPER Lain-lain pend yg sah TW I TW II TW I TW II Grafik XIII Tren RealisasiPendapatan dan DaerahProvinsi Triwulan I dan Triwulan II TA PAD DAPER Lain-lain pend yg sah TW I TW II TW I TW II 13 P a g e
14 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Grafik XIV Tren RealisasiPendapatan dan DaerahKabupaten Triwulan I dan Triwulan II TA PAD DAPER Lain-lain pend yg sah TW I TW II TW I TW II Grafik XV Tren RealisasiPendapatan dan DaerahKota Triwulan I dan Triwulan II TA PAD DAPER Lain-lain pend yg sah TW I TW II TW I TW II 14 P a g e
15 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Lampiran KONSEP APBD : APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Realisasi Triwulan APBD Realisasi triwulan APBD adalah Perwujudan perolehan dan pengeluaran belanja daerah dalam kurun waktu tiga bulan. Realisasi Triwulan II APBD Realisasi dan belanja APBD sampai dengan tanggal 3 Juni yang disajikan dalam bentuk persentase. Metodologi Realisasi triwulan II APBD didasarkan pada data realisasi triwulan II APBD yang dikirimkan oleh daerah kepada Kementerian Keuangan. Batas waktu penyampaian data dari daerah kepada Kementerian Keuangan (cut off) adalah sejak akhir waktu triwulan yang bersangkutan sampai dengan 45 hari berikutnya (untuk triwulan II TA 2 batas waktunya adalah 15 Agustus 2). Laporan realisasi triwulan II APBD secara nasional disajikan dalam bentuk persentase terhadap anggaran, yang didasarkan pada data yang masuk dalam waktu penyampaian tersebut di atas. Laporan realisasi disusun apabila mewakili minimal 3% jumlah daerah dan 3% volume APBD secara nasional. Laporan realisasi merupakan persentase realisasi atas anggaran dari keseluruhan daerah sampel. Contoh: Jika data yang masuk adalah 219, maka persentaserealisasi adalah total realisasi dibagi dengan total anggaran untuk 219 daerah. Dalam menghitung persentase ini, terlebih dahulu outliers dibuang agar tidak mengganggu hasil perhitungan. 15 P a g e
16 Laporan Realisasi Triwulan II APBD TA 2 Laporan realisasi Triwulan II APBD disajikan dalam 4 kelompok, yaitu (i) APBD secara nasional (Aggregate Provinsi, Kabupaten, Kota) yang berarti mencakup APBD pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota; (ii) APBD Provinsi yang berarti hanya APBD Pemerintah Provinsi; (iii) APBD Kabupaten yang berarti hanya APBD Pemerintah Kabupaten; dan (iv) APBD Kota yang berarti hanya APBD Pemerintah Kota Laporan Realisasi Triwulan II 2, didasarkan pada data: APBD Provinsi/Kabupaten/Kota: APBD berasal dari 219 Daerah atau 41,79% dari keseluruhan daerah (524 daerah) atau setara 46,8% dari volume nominal dan 46,4% dari volume belanja nominal seluruh APBD. APBD Provinsi : APBD Provinsi terdiri dari 11 Provinsi atau 33,33% dari jumlah provinsi atau setara 53,6% dari volume nominal dan 52,4% dari volume belanja nominal seluruh APBD. APBD Kabupaten : APBD Kabupaten berasal dari APBD 166 Kabupaten atau 41,71% dari jumlah daerah kabupaten (398 kabupaten) atau setara 43,8% dari volume nominal dan 43,5% dari volume belanja nominal seluruh APBD. APBD Kota : APBD Kota berasal dari 42 Kota atau 45,16% dari jumlah daerah Kota (93 kota) atau setara 47,5% dari volume nominal dan 47,4% dari volume belanja nominal seluruh APBD. 16 P a g e
MONITORING REALISASI APBD 2009
MONITORING REALISASI APBD 2009 Triwulan III (s/d 30 September 2009) SUMMARY Realisasi kumulatif pendapatan daerah sampai dengan akhir triwulan III mencapai 73,38%, realisasi tertinggi adalah realisasi
Lebih terperinciMONITORING REALISASI APBD 2011 TRIWULAN I
MONITORING REALISASI APBD 2011 TRIWULAN I Summary Secara kumulatif realisasi pendapatan ABPD Provinsi, Kabupaten dan Kota pada triwulan I adalah 25,2% dari total anggaran pendapatan, sedangkan realisasi
Lebih terperinciKONDISI PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KONDISI PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH 1 Persentase Realisasi Belanja Tahun 2011-2015 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2011 2012 2013 2014
Lebih terperinciTabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Tabel 2. Persentase Sumber Pendapatan Daerah
RINGKASAN I. PENDAPATAN DAERAH Untuk tahun 2007-2011, rata-rata jumlah PAD hanya sekitar 18% dan Lain-lain pendapatan hanya 1 (Tabel 1) dari total pendapatan, sementara Dana Perimbangan\ (Daper) mencapai
Lebih terperinciPELAPORAN DATA REALISASI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN YANG BERSUMBER DARI DANA TRANSFER
PELAPORAN DATA REALISASI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN YANG BERSUMBER DARI DANA TRANSFER Disampaikan Pada Acara : Rapat Penyajian dan Publikasi Data Informasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah
Lebih terperinciTabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Ratarata % Dalam milyar rupiah. Jenis Pendapatan
RINGKASAN I. PENDAPATAN DAERAH Untuk tahun 27-211, rata-rata jumlah PAD hanya sekitar 17% dan Lain-lain pendapatan hanya 1% (Tabel 1) dari total pendapatan, sementara Dana Perimbangan (Daper) mencapai
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD TAHUN ANGGARAN 2013 1 L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI
Lebih terperinciReferensi : Evaluasi Dana Perimbangan : Kontribusi Transfer pada Pendapatan Daerah dan Stimulasi terhadap PAD
Referensi : Evaluasi Dana Perimbangan : Kontribusi Transfer pada Pendapatan Daerah dan Stimulasi terhadap PAD Pendapatan Daerah Secara umum, pendapatan daerah terdiri dari tiga jenis yaitu pendapatan asli
Lebih terperinciPendapatan dan Belanja Daerah (Nasional)
POTRET APBD TA 2013 Secara umum struktur APBD terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayan Daerah. Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. iii. ANALISIS Realisasi APBD tahun anggaran 2012
ANALISIS Realisasi APBD tahun anggaran 2012 1 KATA PENGANTAR Dalam konteks implementasi otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah selama lebih dari satu dasawarsa ini telah mengelola
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii
1 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2014 KATA PENGANTAR Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang dimulai sejak tahun 2001 menunjukkan fakta bahwa dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah) dan Undang-Undang
Lebih terperinciKABUPATEN JEMBRANA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2013
LAMPIRAN III : NOMOR : TANGGAL : PERATURAN DAERAH 7 Tahun 2013 September 2013 KABUPATEN JEMBRANA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN 2013 - TRIWULAN III
LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - 1 LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 TRIWULAN III KATA PENGANTAR Kualitas belanja yang baik merupakan kondisi ideal yang ingin
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 SEMESTER I
1 KATA PENGANTAR Kualitas belanja yang baik merupakan kondisi ideal yang ingin diwujudkan dalam pengelolaan APBD. Untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh penyerapan
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI YANG BERSUMBER DARI DANA TRANSFER BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2017
LAPORAN REALISASI YANG BERSUMBER DARI DANA TRANSFER BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2017 1 REALISASI PENERIMAAN DANA TRANSFER TA 2016 URAIAN TARGET REALISASI % DBH 526.279.279.000
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PMK.07/2015 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PMK.07/2015 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinci2016, No Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah
No.400, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Fiskal Daerah. Peta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 /PMK.07/2016 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN
BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011-2015 3.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah. Implementasi otonomi daerah menuntut terciptanya performa keuangan daerah yang lebih baik. Namun pada
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1321, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Kapasitas Fiskal. Daerah. Peta. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226 /PMK.07/2012 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH
Lebih terperinciLaporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus)
1 ii Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus) RINGKASAN EKSEKUTIF 1. SILPA daerah yang besar merupakan indikasi
Lebih terperinciBUPATI MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 7 TAHUN 2014
BUPATI MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN ANGGARAN 2015 Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.673, 2015 KEMENKEU. Dana Alokasi Khusus. APBN. Tahun Anggaran 2015. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOINESIA NOMOR 92/PMK.07/2015 TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI
Lebih terperinciANALISIS APBD I. PENDAPATAN DAERAH
ANALISIS APBD I. PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Daerah terdiri dari beberapa jenis yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah. Dari 3 jenis pendapatan tersebut
Lebih terperinciRevenue & Expenditure
Pengenalan tentang Keuangan Daerah Revenue & Expenditure Syukriy Abdullah Penger5an Keuangan Daerah Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
Lebih terperinci2015, No Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Kapasitas Fiskal Daerah yang selanjutnya disebut Kapasitas Fiskal adalah g
No.338, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Fiskal Daerah. Kapasitas. Peta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PMK.07/2015 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU 22/1999 (direvisi Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas antara fungsi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN ARAH KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN ARAH KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD) Dasar Hukum UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Lebih terperinciPECAPP. Revenue & Expenditure. Pengenalan tentang Keuangan Daerah. Syukriy Abdullah
Pengenalan tentang Keuangan Daerah A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark Revenue & Expenditure Syukriy Abdullah Pengertian Keuangan Daerah Keuangan Daerah adalah semua
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Alokasi. Dana. SDA. Pertambangan. Panas Bumi. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PMK.07/2012 TENTANG PERKIRAAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2010
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKeuangan Kabupaten Karanganyar
Keuangan Kabupaten Karanganyar Realisasi Pendapatan 300,000 250,000 255,446 200,000 150,000 119,002 100,000 50,000 22,136 7,817 106,490 0 2009 2010 2011 PENDAPATAN ASLI DAERAH 2012 2013 2014 2,015 Pendapatan
Lebih terperinciMonitoring Realisasi APBD 2013 - Triwulan I
Monitoring Realisasi APBD 2013 - Triwulan I 1 laporan monitoring realisasi APBD dan dana idle Tahun 2013 Triwulan I RINGKASAN EKSEKUTIF Estimasi realisasi belanja daerah triwulan I Tahun 2013 merupakan
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.112, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. Cukai Hasil Tembakau. Alokasi Sementara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 /PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI SEMENTARA
Lebih terperinciTREND TOTAL PENDAPATAN DAERAH-BELANJA DAERAH
PAD DANA PERIMBANGAN LAINLAIN PENDAPATAN YG SAH PAD DANA PERIMBANGAN LAINLAIN PENDAPATAN YG SAH GRAFIK POTRET UMUM ANGGARAN KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG TAHUN 20122013 1.TREND TOTAL PENDAPATAN DAERAHBELANJA
Lebih terperinciSinergi DPD- RI dan Pemda Dalam Penyusunan APBD Pro- Rakyat
Sinergi DPD- RI dan Pemda Dalam Penyusunan APBD Pro- Rakyat Diskusi Terbatas DPD- RI di Provinsi DI Yogyakarta 30 Juli 2015 Wahyudi Kumorotomo, PhD Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pedoman. Dana Insentif Daerah.
No.465, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pedoman. Dana Insentif Daerah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.07/2009 TENTANG ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN
Lebih terperinciDeskripsi dan Analisis APBD 2010 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Deskripsi dan Analisis APBD 2010 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah Jl. Dr. Wahidin No.1 Gedung Sutikno Slamet Lantai 19, Jakarta 10710
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013
No.23/05/31/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH
ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH DEFINISI Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran negara untuk suatu
Lebih terperinciDANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Dgchuank.blogspot.com I. PENDAHULUAN Dalam rangka menciptakan suatu sistem perimbangan keuangan yang proporsional, demokratis, adil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001 diharapkan pembangunan di daerah berjalan seiring dengan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT EVALUASI PENDANAAN DAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH SUBDIT DATA KEUANGAN DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT EVALUASI PENDANAAN DAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH SUBDIT DATA KEUANGAN DAERAH Profil APBD TA 2012 Pendahuluan Dalam kerangka desentralisasi fiskal, pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemakmuran masyarakat dapat diukur dari pertumbuhan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengertian yang disampaikan oleh Sadono Sukirno. Menurutnya, pertumbuhan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja keuangan daerah khususnya APBA sedikit membaik dibandingkan tahun lalu. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan persentase realisasi anggaran. Hingga November 2012,
Lebih terperinciBUPATI MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR : 61 TAHUN 2016HU
SALINAN BUPATI MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR : 61 TAHUN 2016HU TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN KABUPATEN MAROS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimban g : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan
Lebih terperinciINNEL ROSA APRINELITA FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH INNEL ROSA APRINELITA 21209775 FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI LATAR BELAKANG UU No.22 tahun
Lebih terperinciPengelolaan Keuangan Daerah
A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark Pengelolaan Keuangan Daerah Sebuah Pengantar Syukriy Abdullah Keuangan Daerah Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
Lebih terperinciDeskripsi dan Analisis
1 Deskripsi dan Analisis APBD 2012 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2012 Daftar Isi DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii KATA PENGANTAR... xi EKSEKUTIF SUMMARY...xiii BAB I PENDAHULUAN...1
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001 memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai dengan
Lebih terperinci3.2.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 1 Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN.... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Keseimbangan Keuangan Pusat-Daerah dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Outline
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Keseimbangan Keuangan Pusat-Daerah dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Jakarta, 28 Mei 2013 Outline Hubungan Keuangan Pusat-Daerah Reformasi Birokrasi, Kendala
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2015 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,
Lebih terperinciFORMAT SURAT LAPORAN RENCANA DEFISIT APBD KOP SURAT PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA
2012, No.852 10 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137/PMK.07/ 2012 TENTANG BATAS MAKSIMAL DEFISIT ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DAN BATAS MAKSIMAL KUMULATIF PINJAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi merupakan suatu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi merupakan suatu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya pada bidang pemerintah daerah dan pengelolaan keuangan. Berdasarkan
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI PADA SOSIALISASI TRANSAKSI NON TUNAI DAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK DALAM PEMBERIAN LAYANAN PUBLIK TERTENTU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Disampaikan Oleh : TJAHJO KUMOLO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyerapan anggaran menjadi topik menarik akhir-akhir ini. Fenomena APBN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyerapan anggaran menjadi topik menarik akhir-akhir ini. Fenomena APBN dan APBD yang kurang terserap di awal tahun, tapi digenjot penyerapannya di akhir
Lebih terperinciDisusun Oleh : NPM : Pembimbing : Dr. Emmy Indrayani
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH (Studi Pada Kabupaten dan Kota di Pulau Kalimantan periode 2009-2011) Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya
Lebih terperinciGrafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016
BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran
Lebih terperinciWorkshop Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Mengenai Tata Cara Penghitungan Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa TA 2017
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Workshop Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Mengenai Tata Cara Penghitungan Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa TA 2017 Direktorat Jenderal Perimbangan
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemandirian keuangan daerah merupakan salah satu tujuan dari otonomi daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818,2011 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 208/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa sehubungan
Lebih terperinciStruktur P-APBD TA. 2014
SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 Dalam rangka transparansi dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan
Lebih terperinciPERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN RINGKASAN EKSEKUTIF Belanja dalam APBD dialokasikan untuk melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan kemampuan pendapatannya,
Lebih terperinci2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Rincian Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Menurut Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang Dialokasikan dala
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1466, 2017 KEMENKEU. Dana Bagi Hasil. TA 2017. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.07/2017 TENTANG RINCIAN KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL MENURUT
Lebih terperinci, ,00 10, , ,00 08,06
E. AKUNTABILITAS KEUANGAN Perkembangan realisasi pendapatan daerah selama 5 (lima) tahun terakhir sejak Tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 selalu menunjukkan peningkatan. Berdasarkan realisasi pendapatan
Lebih terperinciFrequently Asked Questions (FAQ)
Frequently Asked Questions (FAQ) Subdit Evaluasi Keuangan Daerah No Pertanyaan Jawaban 1. 2. 3. Bagaimana gambaran umum pendapatan daerah dalam APBD 2017? Bagaimana gambaran umum belanja daerah dalam APBD
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik karena adanya beberapa faktor sumber daya yang mampu menggerakkan jalannya organisasi pemerintah daerah
Lebih terperinciPerkembangan Pagu dan Realisasi APBN dan Dana Transfer Triwulan III 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
Kementerian Keuangan Kanwil DJPBN Provinsi Kalimantan Tengah Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN dan Dana Transfer Triwulan III 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah Disampaikan oleh L u d i r o Kepala Kanwil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI SUMBER PENDAPATAN DAERAH 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah. Artinya daerah harus memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masa sentralisasi pemerintahan telah berakhir diganti dengan otonomi daerah. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004, setiap daerah diberi kewenangan yang luas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciFrequently Asked Questions (FAQ)
Frequently Asked Questions (FAQ) Subdit Evaluasi Keuangan Daerah No Seksi Pertanyaan Jawaban I Evaluasi Pendapatan dan Belanja Daerah 1. Bagaimana gambaran umum pendapatan daerah dalam APBD 2017? Komposisi
Lebih terperinciPETA INFORMASI DAN ANALISIS LIFTING DBH MIGAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PETA INFORMASI DAN ANALISIS LIFTING DBH MIGAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR I. Lifting Minyak Bumi A. Sebagai Provinsi Penghasil 2, 18, 17,377. 16, 14, 15,699.1 13,523.8 15,39.39 14,641.61 12, 1, 8, 7,428.24
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciRUANG FISKAL DALAM APBN
RUANG FISKAL DALAM APBN Ruang fiskal secara umum merupakan ketersediaan ruang dalam anggaran yang memampukan Pemerintah menyediakan dana untuk tujuan tertentu tanpa menciptakan permasalahan dalam kesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu yang berisi sumber pendapatan dan penggunaan
Lebih terperinciPeraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010
Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan Nomor, tanggal 11/PMK.07/2010 25 Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2011-2014 Disusun Oleh : Nama : Andini NPM : 20212798 Program Studi : Akuntansi Pembimbing : Dr. Henny Medyawati, Skom., MM
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Alokasi. Anggaran Pendidikan. APBN.
No.83, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Alokasi. Anggaran Pendidikan. APBN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/PMK.02/2009 TENTANG ALOKASI ANGGARAN BELANJA
Lebih terperinciPROYEKSI/TARGET PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA B A D A N P E N G E L O L A K E U A N G A N D A N A S E T D A E R A H
PROYEKSI/TARGET PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA NAMA BIODATA PRIBADI : Drs. PURNOMO, MM NIP : 19590801 198701 1 002 JABATAN : EMAIL PLT. KEPALA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Pertambangan Panas Bumi. Perkiraan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Pertambangan Panas Bumi. Perkiraan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 /PMK.07/2011 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI
Lebih terperinciGAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi) Disampaikan dalam Konsultasi Publik Rancangan Awal RPJMD Kab. Gunungkidul 2016-2021 RABU, 6 APRIL 2016 OUT LINE REALISASI (2011 2015) a. Pendapatan
Lebih terperinciBAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. suatu negara. Bangsa yang maju pasti tingkat pendidikan rakyatnya juga
88 BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 7.1. Ringkasan Pendidikan merupakan aspek penting dalam peningkatan kualitas kehidupan suatu negara. Bangsa yang maju pasti tingkat pendidikan
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD
BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 01 TAHUN 2012 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA, Menimbang : a.
Lebih terperinci