NCB Interpol Indonesia - Teroris Di Indonesia Dan Usaha-Usaha Yang Diambil Untuk Mengalahkan Masala Sabtu, 20 September :35

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NCB Interpol Indonesia - Teroris Di Indonesia Dan Usaha-Usaha Yang Diambil Untuk Mengalahkan Masala Sabtu, 20 September :35"

Transkripsi

1 Isu dari teroris global sudah menjadi hal penting sejak serangan teroris di Pusat Perdagangan Dunia AS dan Pentagon di September 11, Di dalam menanggapi serangan teroris itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dipimpin oleh AS, sudah melaksanakan suatu kampanye untuk membawa semua negara-negara bersama-sama kepada teroris serangan balasan global yang adalah suatu ancaman keamanan dunia. Jauh sebelum 11 September bahwa Indonesia telah menderita serangan teroris karena satu rangkaian tindakan-tindakan teroris yang terjadi dari Ini yang dimasukkan satu rangkaian ledakan-ledakan dalam tujuh kota yang besar yang menargetkan gereja-gereja di Malam Hari Natal pada tahun 2000 dan beberapa wilayah umum yang lain ( seperti pusat perbelanjaan dan alun-alun, dan bangunan Jakarta Stock Exchange). Ada banyak korban, walau tidak sejumlah yang sama pada serangan teroris 11 September. Pada kampanye anti teroris, beberapa negara-negara, termasuk negara-negara ASEAN, secara langsung bertanggung jawab dalam penangkapan teroris dengan menggolongkan dan menerapkan tindakan keamanan internal pada setiap negara masing-masing. Pada waktu yang sama, Indonesia juga telah mencurigai dalam hubungan pemboman, tetapi mereka yang tidaklah disebut teroris karena istilah "teroris" tidak terdapat di perundang-undangan Indonesia dan perundang-undangan Anti-Subversion telah dihapuskan selama "Zaman Reformasi" (post-suharto administrasi). Permulaan, banyak dari masyarakat Indonesia belum menyadari akan ancaman teror bahwa bisa terjadi pada setiap waktu, dan tidak pandang pada target atau tempat. Usaha-usaha dari pemerintah di dalam menetralkan kelompok-kelompok yang terlibat, sering kali bertemu kelompok-kelompok tertentu dengan menuduh pemerintah tentang memecahkan Islam dengan menggambarkan dan menyamaratakan bahwa teroris digolongkan Islam. Dari hasil tersebut, pemerintah menjadi lebih berhati-hati secara representatif dalam bertindak. Dalam waktu itu, negara-negara lain bertindak melawan kelompok teroris dan menangkap informasi dengan mengumpulkan aktifitas kelompok teroris di Indonesia. Pengaruh dari hal ini bahwa Indonesia, pada waktu itu, dituduh tidak serius dalam menangani terorisme. Di sana masih banyak peristiwa teroris dan para pelakunya masih bebas dan belum ditangkap. Pandangan negatif pada Indonesia, bagaimanapun, berubah secara total setelah Bali Bombing di Oktober 12, 2002 bahwa telah terbunuh 202 orang dan terluka 235 orang. (kebanyakan korban-korban berasal dari Australia, Eropa dan Asia). 1 / 10

2 Tragedi di Bali menimbulkan banyak dukungan penawaran negara-negara lain ke Indonesia -dalam membantu korban-korban, di dalam membongkar kasus, dan di dalam memburu orang yang dicurigai. Oleh karena dukungan dari banyak negara dalam bentuk peralatan dan keahlian profesional, kerjasama yang baik, dan yang disertai oleh para anggota yang bermotivasi tinggi, kasus bom Bali terbongkar kurang dari satu bulan. Lebih dari itu, jaringan dari pemboman menjadi terungkap dan tertangkap. Misteri dari banyaknya teroris yang bertindak sejak 2000 juga dapat terungkap. Dari perspektif yang lain, kasus Bom Bali menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Itu mempengaruhi dalam Industri pariwisata-dunia tidak bisa bergantung pada suatu jaminan dari keselamatan di Indonesia. Sebaliknya, penanganan yang sukses kasus bom Bali menjadi langkah untung seperti: 1. Menciptakan satu kesadaran di dalam masyarakat Indonesia dari ancaman teroris yang ada di Indonesia. 2. Kembalinya internasional dan kepercayaan domestik pada Pemerintah Indonesia dalam menangani teroris. 3. Alir simpati dan dukungan dari negara-negara lainnya untuk mengalahkan efek bom Bali. 4. Penawaran bantuan dari banyak negara untuk memperbaiki anti teroris dalam wujud peralatan, pelatihan dan keuangan. Sukses dalam membongkar kasus bom Bali dan menangkap banyak penjahat yang terlibat kasus-kasus teroris, yang terjadi bersamaan sebelum dan setelah tragedi Bali dalam 2002 maupun di dalam 2003 (seperti kasus-kasus di Makasar, Markas besar kepolisian, Airport, di Parliament Building dan JW Marriott) sudah mengubah pandangan negatif: dari satu gambaran negara yang tidak serius menindaki teroris menjadi negara yang sukses melawan teroris. Sukses dalam membongkar teroris tidak berarti bahwa Indonesia bebas dari ancaman teroris. Dari satu analisa dari trend teroris di Indonesia, beberapa faktor-faktor menunjukkan bahwa Indonesia sangatlah rentan terhadap ancaman dari teroris. Usaha-usaha untuk mengalahkan teroris di Indonesia ada sedikitnya tiga masalah pokok yang perlu diperhatikan: 1. Menyerang teroris global memerlukan kerjasama antara negara-negara. 2. Semua kasus terorisme harus sepenuhnya dengan penangkapan semua penjahat dan jaringan mereka. Hal ini harus dilakukan sesuai hukum yang ada. 2 / 10

3 3. Usaha-usaha represif, diperlukan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah tindakan-tindakan teroris yang akan terjadi. Ini bukanlah hanya tanggung jawab segi keamanan tetapi harus seluruh aspek institusi yang terkait termasuk masyarakat diri sendiri. Untuk mendiskusikan permasalahan teroris dan usaha-usaha untuk mengalahkan, beberapa materi yang harus dibahas secara lebih detil: 1. Trend dalam pengembangan dari teroris di Indonesia. 2. Hasil dalam penanganan permasalahan teroris. 3. Satu analisa dari aktivitas jaringan teroris di Indonesia. 4. Usaha di dalam menanggulangi teroris. Trend di dalam Pengembangan dari Terorisme di Indonesia 1. Pengembangan dari Terorisme di Indonesia Pengembangan dari terorisme di Indonesia dapat dilihat dari data dari peristiwa-peristiwa di mana material bahan ledak digunakan. Data ini adalah dari Markas besar kepolisian: Peristiwa-Peristiwa Kriminal dengan Material Bahan Ledak telah digunakan di Indonesia: Periode Peristiwa Dipecahkan Yang diselidiki Peristiwa-Peristiwa Teror Material Bahan Ledak yang Digunakan di Indonesia: Periode Peristiwa / 10

4 Dipecahkan Yang diselidiki Peristiwa Terorisme Profil tinggi di Indonesia Di antara peristiwa-peristiwa yang menggunakan material bahan ledak dan dapat digolongkan ketika kasus-kasus teroris, hal ini sangat diperhatikan secara serius oleh publik dan internasional. Hasil-hasil dari Ukuran-ukuran Teroris Usaha-usaha penting telah diambil untuk tempat teroris yang konter dan ini adalah hasil-hasil dari operasi dalam memburu orang yang dicurigai dari kasus Bom Bali Oktober Operasi ini diselenggarakan oleh suatu regu khusus yang terbentuk setelah pemboman. Pada awalnya, tugas utama dari regu itu untuk memburu orang yang dicurigai yang terlibat dalam pemboman Bali, selama keadaan operasi, regu itu sukses dalam menangkap orang yang dicurigai dan membongkar jaringan yang terlibat dalam peristiwa teroris lain di Indonesia karena 2000 (terutama di Malam Hari Natal 2000). Oleh karena; berhubungan dengan suksesnya operasi, tugas regu itu diperluas untuk melanjutkan dengan pemburuan dan penangkapan tersangka yang terlibat dalam Pemboman Bali dan peristiwa teroris lain. Selama operasi Pemboman Bali, 80 anggota teroris telah ditangkap dari banyak lokasi ke seberang Indonesia. Ketika pernyataan dari orang yang dicurigai yang ditangkap langsung diuji dan yang disambungkan ke lokasi keterlibatan mereka di dalam aktivitas, itu telah jelas bahwa kebanyakan dari kasus-kasus teroris yang penting di Indonesia dapat terbongkar, kecuali ledakan di Kantor Kejaksaan Agung pada Sukses dalam pembongkaran jaringan teror JI dan pengalaman selama operasi sangatlah 4 / 10

5 penting di dalam meningkatkan kemampuan penyelidik dalam membongkar peristiwa teroris setelah Bali dibom. Informasi mengumpulkan dari tersangka dan pengalaman memperoleh di kemudian, itu sangat jelas bahwa peristiwa-peristiwa teroris yang terjadi dikemudian, seperti bom Makasar, bom Markas besar kepolisian dan beberapa kasus pengeboman yang lain termasuk bom JW Marriott Hotel yang dapat dipecahkan dan yang diungkapkan dalam waktu singkat. Lebih dari itu, dari menangkap/menghentikan tentang banyak analisa lebih baik sudah diselenggarakan yang mampu mengantisipasi kejadian lebih lanjut dari peristiwa-peristiwa teroris dan mencegah setiap serangan-serangan yang direncanakan. Penemuan dari sejumlah besar material perlengkapan senjata dan bahan ledak pada beberapa lokasi persembunyian teroris merupakan hal penting dalam mencegah rencana teroris yang dirancang oleh kelompok teroris. Jaringan Teroris di Indonesia a. Golong Teroris Dasar pembongkaran peristiwa teroris di Indonesia, teroris dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok : 1. GAM (Gerakan Aceh Merdeka -Free Aceh Movement): orang yang dicurigai dari Kelompok Aceh Separatist yang menyelesaikan tindak teroris di luar Nangroe Aceh Darussalam (NAD) wilayah teritorial. Sasaran dari tindak teroris untuk menciptakan kekacauan dan menyebabkan ketidakstabilan snegara dari Republik Indonesia. Targetnya: Bangunan pemerintah, kantor-kantor, dan instalasi-instalasi hal penting; wilayah umum dan pusat belanja. 2. Kelompok Islam Radikal ( JI) :Para anggota Jemaah Islamiah, yang ditemukan oleh Abdullah Sungkar di Malaysia dan lalu dilanjutkan oleh Abu Bakar Basir. Tujuan mereka untuk menerapkan Islam Sharia Hukum (untuk membentuk suatu Greater Islamic State). Sasaran dari teroris mereka bertindak untuk mengira pembalasan dendam, perawatan yang tidak adil menghubungkan dengan Islam. Target-target: 1. Pada awalnya, tempat beribadat, gedung-gedung/perkantoran/kedutaan wakil-wakil yang asing ( yang disebut 'Target-target Sulit') 2. Ini sudah berubah 'Target-target lembut': tempat-tempat publik, pusat belanja, hotel-hotel, kelab malam, dan gedung-gedung/kedutaan dengan koneksi-koneksi AS. 3. Kelompok lain dengan alasan-alasan yang individu: Target : Orang-orang atau bangunan, dengan alasan pembalasan dendam yang berkenaan dengan keluhan yang individu. 5 / 10

6 b. Struktur Organisasi Salah satu teroris paling aktif yang sudah melaksanakan banyak aktivitas di Indonesia adalah Jemaah Islamiyah (JI) yang dipimpin oleh Abu Bakar Basyir (seperti ketika pemimpin rohani Amir). Organisasi tersebut tidak secara resmi ada dan yang didasarkan pada pintu masuk tersangka. Tujuan utama dari JI adalah perwujudan suatu Golongan Grater Islamic untuk menutupi keterlibatan meliputi : bagian dari Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia dan Negara Pilipina. Langkah-langkah keterlibatan dalam memperkuat tekad tentangnya para anggota dengan pemahaman: 1. visi dan misi JI 2. kumpulan perencanaan strategis 3. Implementasi 4. Pembentukan atau penciptaan unit-unit 5. memutuskan target-target operasional 6. ketetapan peralatan 7. menyelesaikan aktivitas. c. Daerah kerja Wilayah Untuk persyaratan-persyaratan dari strategi mereka, JI membagi daerah kerja mereka yang wilayah ke dalam empat bidang (Mantiki). Ini adalah : 1. Mantiqi Ula/I :Singapura perlindungan wilayah ekonomi dan Malaysia. Pemimpin pembentuk adalah HAMBALI dan lalu diubah ke MUKLAS 2. Mantiqi Sani/II :Konflik Area perlindungan bagian dari Indonesia dan yang dipimpin oleh ABU IRSYAD 3. Mantiqi Thalid/III: Pelatihan Area perlindungan selatan Pilipina bidang dari Mindanau, dan yang dipimpin oleh MOHNASIR 4. Mantiqi Ukhro/IV perlindungan Australia, dan yang dipimpin oleh ABD ROHMI AYUB Setiap Mantiqi yang dibagi menjadi Wakalah 6 / 10

7 Setiap Wakalah mensupervisi suatu Chatibah Qirdas Setiap Qirdas mensupervisi Fiah. d. Pembagian kerja di Activities Untuk menyelesaikan pembagian kerja aktivitas teroris mereka mulai dengan: Perencana Strategis, Kelayakan Study/Penelitian, Ladang Observer, pembuat keputusan target, penyedia logistik/transportasi, Pembuat pengeboman, asisten dan bomber. e. Penyaluran Dasar Sumber dari pembiayaan JI adalah dari: 1. Sumbangan dari para anggota +5% dari pendapatan mereka 2. Sumbangan dari masyarakat 3. Sumbangan dari Fisabililah 4. Sumbangan Wajib dari pendapatan 5. Sumbangan Wajib pada akhir Ramadhan (puasa bulan) perayaan-perayaan 6. Al Qaeda 7. Sumbangan dari Parties 8. FA'I (uang memperoleh dari yang tidak islam oleh apapun yang digunakan untuk kemajuan dari Islam) Funds yang dikumpulkan digunakan untuk aktivitas untuk membantu Muslim dalam konflik, untuk pelatihan, karena membeli senjata-senjata dan karena membiayai teroris activities/ledakan yang dilaksanakan oleh unit-unit mereka yang khusus. Sebagai contoh dana digunakan untuk: 1. Untuk membiayai bidang-bidang dari konflik: Ambon, Poso 2. Membeli senjata dan mengirimkan mereka ke bidang-bidang konflik 3. Mengirimkan anggota untuk menyelesaikan Jihad dan untuk pelatihan di Afghanistan 4. Membiayai untuk pelatihan militer dalam Islam Akademi Militer training Camp, di Moro Malam Hari Natal 2002 membom: Medan, Siantar, Pekanbaru, Batam, Jakarta, Bandung, Sukabumi, Mojokerto dan Mataram. 6. Membom selama 2001 di Jakarta (Atrium Senen, Santa Ana dan HKBP gereja-gereja), Kerinci dinding jangkar/biaya labuh, Pekan Baru dan Medan. 7. Bali Bombing dalam 2002 (US$35,500) 8. Kegiatan-Kegiatan Perencanaan di Singapura (Bernyanyi $50,500) 9. Membom JW Marriott Hotel 7 / 10

8 Meningkatkan Usaha-Usaha Menghapuskan Teroris Sukses-sukses sampai saat ini di dalam menangkap/menghentikan tentang teroris-teroris tidak berarti bahwa Pemerintah Indonesia telah mampu menghapuskan ancaman dari terorisme di Indonesia. Faktor-faktor bahwa menguatkan ancaman dari terorisme di Indonesia termasuk: 1. Masih ada banyak anggota Islam radikal menggolongkan yang secara langsung terlibatkan dalam tindakan-tindakan teroris dan siapa yang masih diinginkan oleh polisi. Mereka adalah sangat gerak dan mampu melintasi provinsi-provinsi, pulau-pulau dan bahkan negara-negara. Mereka bersifat militan dan tidak takut tentang ancaman dari hukuman mati jika mereka dicoba. 2. Terorisme global sejauh ini mempunyai sukses di dalam menerapkan suatu strategi tentang manipulasi isu-isu yang religius dan mengambil keuntungan dari dendam-dendam atau kesetiakawanan religius untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Strategi ini adalah sangat efektif ketika yang diterapkan di Indonesia karena masyarakat Indonesia itu mempunyai suatu kultur dari " gotong-royong" dan kesetiakawanan antar Muslims adalah ketinggian. Kondisi-kondisi ini membantu teroris menggolongkan untuk bersembunyi dan meminta perlindungan di antara masyarakat bahwa tidak merasa bahwa itu sudah dirintangi oleh strategi teroris itu. 3. tindakan-tindakan AS yang sabar dalam melawan teroris dengan memecahkan negara Islam seperti Afghanistan dan Iraq sudah menyebabkan satu reaksi yang antipathetic kepada AS. Reaksi ini dipertajam oleh pengembangan dari kabar angin yang AS sedang berkomplot dengan teroris untuk mengambil alih ladang minyak, kabar angin dari perilaku AS kadang-kadang menciptakan dua patokan yang mengakibatkan ketidakadilan-ketidakadilan yang dilaksanakan terhadap Muslims sepanjang dunia. 4. Pernyataan dari kebanyakan dari orang yang dicurigai ydan tertangkap menunjukkan keteguhan hati mereka di dalam pemahaman jihad mereka yang membenarkan tindakan-tindakan mereka yang kejam atau bahkan tindakan-tindakan teroris mereka ketika mereka melakukan dalam pembelaan diri atau dalam melindungi tekanan melaksanakan Muslim. 5. Di dalam periode yang mendekati Pemilihan Umum dari Indonesia tahun 2004 pilihan yang politis akan sedang mencari dukungan dari rakyat banyak. Bagi mereka menggambarkan yang sedang mencari dukungan dari kelompok mayoritas (Islam-islam) mereka bukan statemen-statemen buatan bahwa boleh mengisolasikan golongan Muslim. Meningkatkan Usaha-usaha untuk Menghapuskan Teroris di Indonesia Mempertimbangkan lingkungan peka, dalam memerangi teroris di Indonesia perlu dipertimbangkan bahwa usaha-usaha akan efektif ketika itu bukanlah hanya mengarahkan 8 / 10

9 pada tindakan-tindakan yang represif (penangkapan dan memburu teroris-teroris). Hal yang paling penting adalah :bagaimana caranya mencegah tindakan-tindakan melalui peningkatan dari kewaspadaan sehingga tidak ada peluang untuk teroris-teroris, seperti juga usaha-usaha untuk memberi informasi kepada masyarakat sehingga mereka tidak dirintangi atau yang terjerat oleh strategi teroris yang mengolah Islam pengajaran-pengajaran untuk menemukan dukungan dari masyarakat yang lebih luas.... Sejalan dengan aktivitas di dalam menyelesaikan. Pada waktu yang sama hasil polisi Indonesia itu yang meningkatkan usaha-usaha dan kemampuan mereka kepada melawan terorisme, seperti; Menciptakan dan Increasing Capabilities dari Anti Terrorist Unit. 1. Pembentukan Anti Terrorism Coordination Desk menempatkan di kantor dari Coordinating Minister untuk Politics dan Security. 2. Meningkatkan koordinasi kecerdasan(inteligen dan berhubungan lembaga; institusi termasuk: BAK/PETI (Tubuh Kecerdasan(Inteligen Nasional), BIK (Menjaga ketertiban Intelligence Body), Intelligence milik jaksa agung, National Army Intelligence Indonesia, Departemen dari Finance/Customs, Bank dari Indonesia, Departemen dari State Affairs, dll. 3. Pembentukan Yang Khusus Anti Unit Teroris: 1. Pembentukan Direktorat VI Bareskrim (Tubuh Penyelidikan Jahat) 2. Pembentukan Permanent Anti Terrorist Unit pada Markas besar kepolisian dan pada Pos polisi regional. 3. Memperbaharui Perundang-undangan: 1. Pengesahan Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai usaha-usaha untuk [berjuang/ berkelahi] terorisme. 2. Pembekuan asset-asset mencurigai tentang mahluk yang digunakan di dalam aktivitas teroris. 3. Mensahihkan Regulation 15/2003 mengenai penghapusan terorisme 4. Meningkatkan kooperasi internasional dan regional: 1. Mengambil bagian di dalam pertemuan-pertemuan forum regional :ASEAN, ARF, AMMTC, dll. 2. Meningkatkan pertukaran dari informasi kecerdasan(inteligen dengan negara-negara ASEAN, negara-negara tetangga, dan negara-negara lain : Australia, AS, Jerman, Jepang, dll. 3. Pembentukan suatu Joint Task Force dalam satu usaha untuk membongkar kasus-kasus teroris dan di dalam berburu teroris-teroris. 9 / 10

10 4. Meningkatkan mutu ketrampilan dari Anti Terrorist Unit. 1. Perhebat aktivitas pendeteksian dan pembongkaran jaringan teroris 2. Menemukan dan memaksimalkan dukungan pelatihan untuk kemampuan Anti Terrorist dari yang domestik dan latihan luar negeri: AS, Australia, Jerman, Jepang, dll. 3. Meningkat;kan kemampuan anti peralatan teroris teknologi: Telekomunikasi-telekomunikasi, Identifikasi, mobilitas /transportation) 4. Meningkatkan Kemampuan untuk Mencegah Terorisme. 1. Meningkat;kan sistem keamanan lingkungan kita(kami yang pribadi: lingkungan kerja, lingkungan hotel, pusat belanja dan proyek-proyek penting. 2. Meningkatkan kewaspadaan di antara masyarakat kepada ancaman dari terorisme: 1. Dorong dan maksimalkan pemakaian media massa 2. Dorong peran dari masyarakat yang berpengaruh menggambarkan dan figur-figur religius mengembangkan masyarakat. Jakarta, September / 10

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme menjadi tema utama dalam wacana global selain demokrasi dan perekonomian dunia. Sehingga menimbulkan berbagai pernyataan variatif dari berbagai elemen

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama, BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dalam sejarah terorisme di abad ke-20, dikenal sebuah kelompok teroris yang cukup fenomenal dengan nama Al Qaeda. Kelompok yang didirikan Osama bin Laden dengan beberapa rekannya

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas tindak terorisme global khusunya ISIS (Islamic State of Irak and

BAB I PENDAHULUAN. memberantas tindak terorisme global khusunya ISIS (Islamic State of Irak and BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Skripsi ini akan membahas tentang kebijakan pemerintah Malaysia dalam memberantas tindak terorisme global khusunya ISIS (Islamic State of Irak and Syiria) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN. Ke Sekretariat ASEAN dan Kedutaan Besar Malaysia. Sekretariat ASEAN

LAPORAN KUNJUNGAN. Ke Sekretariat ASEAN dan Kedutaan Besar Malaysia. Sekretariat ASEAN LAPORAN KUNJUNGAN Christoph. Ratno Nugroho Ke Sekretariat ASEAN dan Kedutaan Besar Malaysia Sekretariat ASEAN M. C. Abad, Jr. (Head of ARF Unit) June, 16 th 2006 Topik : Isu-Isu Kontemporer di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat santri merupakan salah satu kelompok yang sangat penting dalam umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat pesantren,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada tanggal 12 oktober 2002 hingga bom yang meledak di JW Marriott dan Ritz- Carlton Jumat pagi

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal dengan jumlah penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, melalui sensus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat

PENDAHULUAN. pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Media dan berita yang diproduksi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Kaum pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat menyampaikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME Pencegahan dan penanggulangan aksi teror merupakan agenda pemerintah yang akan dilaksanakan secara berkelanjutan. Di samping melakukan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

Oleh Juwono Sudarsono

Oleh Juwono Sudarsono Oleh Juwono Sudarsono MALAPETAKA di Bali, yang merenggut lebih dari 180 jiwa pada 12 Oktober 2002, akhirnya menegaskan keberadaan kelompok teror di Indonesia yang terkait dengan terorisme internasional.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH ROMANIA TENTANG KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL, TERORISME DAN JENIS KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Potensi ideologisasi..., Rocky Sistarwanto, FISIP UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Potensi ideologisasi..., Rocky Sistarwanto, FISIP UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Terorisme merupakan problem utama yang dihadapi oleh komunitas global. Situasi yang dihadapi, tanpa dapat dipungkiri, menjadi sangat genting dalam beberapa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB III. A. Tinjauan Polresta Medan dan Susunan Fungsi Unit Jatanras. Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan disingkat Sat Reskrim

BAB III. A. Tinjauan Polresta Medan dan Susunan Fungsi Unit Jatanras. Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan disingkat Sat Reskrim BAB III PERANAN KEPOLISIAN RESORT KOTA MEDAN (UNIT JATANRAS) DALAM MENGUMPULKAN INFORMASI DAN KETERANGAN LAIN GUNA MELENGKAPI PEMBUKTIAN YANG TERKAIT TINDAK PIDANA TERORISME A. Tinjauan Polresta Medan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 PEMBERLAKUAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

BAB IV POTA (PREVENTION OF TERRORISM ACT) SEBAGAI UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM MEMBENDUNG TERORISME GLOBAL DAN FAKTOR PENDORONG DIBUATNYA POTA

BAB IV POTA (PREVENTION OF TERRORISM ACT) SEBAGAI UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM MEMBENDUNG TERORISME GLOBAL DAN FAKTOR PENDORONG DIBUATNYA POTA BAB IV POTA (PREVENTION OF TERRORISM ACT) SEBAGAI UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM MEMBENDUNG TERORISME GLOBAL DAN FAKTOR PENDORONG DIBUATNYA POTA Pada bab ini akan membahas tentang faktor pendorong dibuatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja

Lebih terperinci

tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep :25

tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep :25 tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep 2010 18:25 NAMA : AULIA ADANTI HAMDAN KELAS : X-3 NIS : 101085 Menurut saya bentuk akomodasi yang sesuai

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat

Lebih terperinci

berkumpul, kebebasan beragama, dan kebebasan bergerak dalam suatu wilayah sering kali diabaikan dalam kebijakan pemerintah melawan terorisme.

berkumpul, kebebasan beragama, dan kebebasan bergerak dalam suatu wilayah sering kali diabaikan dalam kebijakan pemerintah melawan terorisme. BAB V KESIMPULAN Terorisme kembali menjadi wacana dan perhatian publik dan negaranegara di dunia setelah tragedi WTC, 11 September 2001. Peristiwa ini, dengan bantuan media massa, telah mengingatkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME Aksi teror yang melanda belahan bumi Indonesia telah terjadi sejak era orde lama, orde baru, dan bahkan semakin meningkat pada era reformasi. Melihat pola,

Lebih terperinci

Badan Siber Terwujud. 06 Juni 2017

Badan Siber Terwujud. 06 Juni 2017 Badan Siber Terwujud 06 Juni 2017 Setelah begitu lama ditunggu, akhirnya Indonesia segera mempunyai badan yang khusus mengurusi keamanan siber Tanah Air. Adalah Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. A. Ringkasan Eksekutif Sementara hukum draft di terorisme sedang dirumuskan, pelaksanaan hukum sudah diterapkan melalui Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Peraturan

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK POLANDIA TENTANG KERJASAMA PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL DAN KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

menjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K

menjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Belakangan ini Indonesia sedang digemparkan dengan berita ledakan bom yang terjadi di Solo pada 18 Agustus lalu. Bom meledak di depan Pos Polisi Tugu Gladak, Solo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kasus teroris tidak pernah habis untuk dibahas dan media merupakan sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat mengenai peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME I. UMUM Sejalan dengan tujuan nasional Negara Republik Indonesia sebagaimana

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke :

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke : LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM

Lebih terperinci

Narsum I 8.15 Sekjen Forum Umat Islam - KHMuhammad Al Khaththath-

Narsum I 8.15 Sekjen Forum Umat Islam - KHMuhammad Al Khaththath- Sahabat MQ/ tragedi bom yang menimpa 2 hotel asing dikuningan jakarta telah berlalu/ namun hingga kini gaungnya belum berhenti// Dari anggapan awal bahwa aksi bom tersbebut terkait mengenai upaya sabotase

Lebih terperinci

NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati,

NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati, Sambutan Wakil Presiden Republik Indonesia H.M. Jusuf Kalla Pada International Meeting on Counter-Terrorism dan The 2nd Counter-Terrorism Financing Summit NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS 2016 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK Kegiatan ekonomi tidak akan pernah lepas dari aktivitas investasi. Keputusan investasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta resiko-resiko yang menyertainya. Faktor eksternal inilah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : NOMOR 2 TAHUN 2002 PEMBERLAKUAN NOMOR 1 TAHUN 2002 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME, PADA PERISTIWA PELEDAKAN BOM DI BALI TANGGAL 12 OKTOBER 2002 Menimbang : Mengingat : Menetapkan : PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Perlawan Balik

Dasar-Dasar Perlawan Balik Dasar-Dasar Perlawan Balik Oleh Brian Martin Kunci dari Perlawanan Balik Mengungkap: membongkar adanya ketidakadilan, membuka hal-hal yang tersembunyi Membebaskan: mengesahkan target, mendevaluasi atau

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Gerakan pemisahan diri (separatisme) dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di wilayah Aceh, Papua, dan Maluku merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafiking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2]

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] BERADA DI TENGAH-TENGAH AKSI TERORISME i [Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] Bukanlah hal yang diduga bila suatu waktu anda tiba-tiba berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat berpindah dengan cepat dari satu tempat ketempat lain dan dari kemajuan zaman tersebut dapat mempengaruhi proses

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005

BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005 BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005 Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu destinasi pariwisata paling diminati di dunia. Perekonomian Bali didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange)

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amerika Serikat memiliki salah satu pasar keuangan terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange) merupakan bursa terbesar

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan BAB V KESIMPULAN Ulama merupakan salah satu entitas yang penting dalam dinamika politik di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan pemerintah atau kerajaan dan mengkafirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan mengenai hak-hak dan perlakuan terhadap tawanan perang telah dimulai lebih dari satu abad yang lalu dan saat ini pun sedang menjadi isu hangat pasca dikobarkannya

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Mam MAKALAH ISLAM Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI 5 Agustus 2014 Makalah Islam Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Fuad Nasar (Pemerhati Masalah Sosial Keagamaan) Islamic

Lebih terperinci

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB),

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB), Sambutan Y. M. Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Umum Interpol Ke-85 Dengan Tema Setting The Goals Strengthening The Foundations: A Global Roadmap for International Policing

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM DAN KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM PENANGGULANGAN TERORISME PASCA TRAGEDI 11 SEPTEMBER 2001 DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA SKRIPSI

POLITIK HUKUM DAN KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM PENANGGULANGAN TERORISME PASCA TRAGEDI 11 SEPTEMBER 2001 DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA SKRIPSI POLITIK HUKUM DAN KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM PENANGGULANGAN TERORISME PASCA TRAGEDI 11 SEPTEMBER 2001 DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk memperoleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tanggal 12 Oktober 2002, Bali diguncang serangan bom di kawasan Legian, Badung dan Renon, Denpasar. Peristiwa ledakan pertama kali terjadi di kawasan padat wisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA Oleh: NAMA : AGUNG CHRISNA NUGROHO NIM : 11.02.7990 KELOMPOK :A PROGRAM STUDI : DIPLOMA 3 JURUSAN DOSEN : MANAJEMEN INFORMATIKA : Drs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyikapi permasalahan yang muncul di wilayah binaan pada era reformasi pembina teritorial pada hakekatnya adalah segala unsur potensi wilayah geografi,

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1 ABSTRAK KAJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN DI SELAT MALAKA Selat Malaka merupakan jalur pelayaran yang masuk dalam wilayah teritorial

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN 3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN Semua organisasi organisasi yang terlibat dalam kegiatan nuklir jelas memiliki perhatian yang sama terhadap pemeliharaan dan peningkatan keselamatan. Tetapi

Lebih terperinci