Rencana Operasi Penyingkiran Hambatan (BROP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rencana Operasi Penyingkiran Hambatan (BROP)"

Transkripsi

1 Rencana Operasi Penyingkiran Hambatan (BROP) Sistem Intensifikasi Pertanian dan Model Kebun Demplot Agroforestry (Percobaan Kebun Mitigasi di Wilayah Konflik Satwa Di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh-Indonesia) Fauna & Flora International Program Aceh Shaummil Hadi 1

2 Barrier Removal Operational Plan (BROP) Rangkuman Eksekutif Apa: Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang praktik pertanian berpindah yang selama ini diterapkan oleh petani setempat akan diminimalisir dengan cara mengantikan model pertanian lama ke model pertanian baru dengan sistem intensifikasi pertanian dan model kebun campur agroforestri di empat (4) desa yang terdapat di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Hasil yang diharapkan adalah menurunkan akses petani membuka lahan baru dan atau menetapnya petani dengan penerapan teknologi pertanian yang baru. Hasil konservasi yang diharapkan adalah penyelamatan wilayah jalur migrasi Gajah Sumatera di Hutan Geumpang, Kompleks Hutan Ulu Masen, Aceh-Indonesia. Di akhir masa kampanye, diharapkan petani lokal setempat akan mengetahui fungsi hutan dan mendukung perlindungan hutan serta mengadopsi sistem agroforestri/wanatani secara permanen. Siapa: FFI Aceh yang berbasis di Banda Aceh, adalah salah satu lembaga utama yang bergerak dalam kawasan konservasi yang diusulkan ULU MASEN seluas ha. Letaknya berada di ujung utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Geumpang Forest Compleks adalah bagian dari kawasan Ulu Masen tsb. FFI Aceh dan Rare dalam usaha menerapkan strategi ini telah menyetujui untuk mengatur dan mengawasi program peralihan sistem perkebunan lama yang berpindah ke pola perkebunan yang menetap dengan model agroforestri. Keduanya akan medukung masalah finansial dari implementasi proyek ini. Pihak Kecamatan dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pidie memiliki komitmen yang sama dalam hal program perkebunan dan kehutanan di wilayah Mane ini. Pihak BKSDA berkomitmen dalam upaya penanggulangan masalah konflik satwa dan manusia. Target utama dari implementasi proyek ini adalah petani lokal di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Kapan: Dengan syarat ijin telah dikeluarkan, (fokus dari komplementer kampanye Pride), FFI Aceh akan mulai melakukan usaha pendampingan awal dan pelatihan bagi petani lokal di 4 desa di Kecamatan Mane, pada akhir Oktober 2009 sebagai bagian dari rencana implementasi sistem pertanian baru. Diharapkan pada November 2009, telah ada 4 kelompok pengadopsi awal di masing-masing desa dan 4 kebun demplot agroforestri ditambag satu unit kebun pembibitan di Mane. Menjelang November 2009, akan dimulai tahapan pelaksaanaan dan pembangunan kebun demplot dan kebun pembibitan/nurseri oleh 4 kelompok petani pengadopsi. Bagaimana: FFI Aceh memiliki beberapa divisi khusus yang menangani masalah pemberdayaan ekonomi dan pertanian (Livelihood Division). Divisi ini telah memiliki pengalaman dalam melakukan kegiatan pemberdayaan usaha tani lokal serupa di beberapa tempat di Ulu Masen. Selain itu, FFI Aceh memiliki divisi lainnya yang mengurusi masalah proteksi area dan konflik satwa-manusia. Divisi ini akan mendukung program-program yang berkaitan di Mane. Kedua divisi tersebut memiliki program dan cukup dana untuk pendanaan proyek ini. Sementara, Pride Program di Pidie sendiri memiliki dana khusus untuk kampanye ini, namun akan lebih banyak difokuskan kepada pendanaan kegaiatan penyadartahuan dan edukasi yang berhubungan dengan masalah di target lokasi program. Beberapa sumber pendanaan lainnya dapat diperkirakan (dukungan RARE) untuk mendukung program ini. Pihak Pemerintah Kabupaten dan Dinas Kehutanan setempat pada prinsipnya mendukung segala bentuk program konservasi di lokasi target. 2

3 OBJEKTIF-OBJEKTIF PROYEK & PELAKSANAAN Tujuan Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang praktik pertanian berpindah yang selama ini diterapkan oleh petani setempat akan diminimalisir dengan cara mengantikan model pertanian lama ke model pertanian baru dengan sistem intensifikasi pertanian dan model kebun campur agroforestri di empat (4) desa yang terdapat di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Hasil yang diharapkan adalah menurunkan akses petani membuka lahan baru dan atau menetapnya petani dengan penerapan teknologi pertanian yang baru. Hasil konservasi yang diharapkan adalah penyelamatan wilayah jalur migrasi Gajah Sumatera di Hutan Geumpang, Kompleks Hutan Ulu Masen, Aceh-Indonesia. Di akhir masa kampanye, diharapkan petani lokal setempat akan mengetahui fungsi hutan dan mendukung perlindungan hutan serta mengadopsi sistem agroforestri/wanatani secara permanen. Objektif-objektif: Agustus Oktober 2009: Pada akhir Oktober 2009, petani lokal di 4 desa di Kecamatan Mane akan mendapatkan pelatihan-pelatihan dan pendampingan awal bagi proses implementasi sistem pertanian baru. Oktober November 2009: Pada November akan terbentuk 4 kelompok pengadopsi awal sistem baru di 4 desa di Kecamatan Mane dengan jumlah minimal masing-masing kelompok 5 petani. November 2009: Pada November 2009, telah dipilih 4 kebun demplot dan 1 kebun nurseri di 4 desa di Kecamatan Mane. November - Desember 2009: Pada November hingga akhir Desember 2009, akan dimulai tahapan pelaksanaan dan pembangunan kebun demplot dan kebun pembibitan/nurseri oleh 4 kelompok petani pengadopsi. April 2010: Pada April 2010, 8 orang petani dari perwakilan setiap kelompok akan melakukan kunjungan belajar atau studi banding. Januari - Mei 2010: Sepanjang bulan Januari hingga Mei 2010, akan dilakukan 4-5 kali monitoring ke kebun demplot untuk melihat perkembangan dan kemajuan dari kebun demplot yang telah dibangun dan dilaksanakan oleh setiap kelompok pengadopsi. Dalam fase ini, kelompok pengadopsi akan belajar dari setiap demplot yang ada. Metodologi yang digunakan dalam Penilaian BROP Pelaksanaan kegiatan BROP akan diawali dengan beberapa proses persiapan pelatihan kepada petani pengadopsi. Masa pelatihan adalah fase kritikal dalam menetukan proses pembentukan kebun demplot, rencana-rencana lainnya yang berkaitan dengan kebun demplot serta transfer pengetahuan dan teknik adopsi kepada petani lokal setempat. Masa pelatihan juga diarahkan untuk penguatan dan pembentukan kelompok pengadopsi. Direncanakan terdapat 4 kebun demplot yang akan dibangun di 4 desa yang ada di kecamatan Mane. Ditambah dengan satu unit kebun pembibitan/nurseri masyarakat. Luas lahan kebun demplot masing-masing seluas 1 hektar perkelompok pengadopsi. Pelaksana dari kebun demplot dan kebun nurseri yang ada akan dilakukan oleh setiap kelompok pengadopsi di setiap desa yang telah terbentuk. Metodologi yang diajukan akan mengikuti tahapan-tahapan berikut: A. Tahapan Persiapan A.1 Pelatihan-pelatihan A.2 Pembentukan / Penguatan Kelompok Petani Agroforestri Lokal A.3 Penentuan/ Pemilihan dan Persiapan Lokasi Kebun Demplot A.4 Pengadaan Bibit B. Tahapan Pelaksanaan/ Implementasi Awal untuk Adopsi B.1 Pengolahan Lahan B.2 Pembangunan Unit Kebun Utama Demplot B.3 Persemaian B.4 Penanaman Bibit B.5 Pelatihan Lanjutan & Praktek Lapangan di Kebun Demplot dan Studi Banding B.6 Pendampingan, Pemeliharaan dan Pembinaan Kebun Demplot C. Tahapan Monitoring dan Evaluasi C.1 Monitoring C.2 Impact Survey D. Strategi Keberlanjutan D.1 Merencanakan manajemen keberlanjutan Kebun Meliputi pendampingan teknis dari pemerintah D.2 Mengukur keberhasilan kebun demplot D.3 Pemetaan wilayah tumpang tindih kebun dan jalur Gajah 3

4 Kegiatan ini akan berlangsung selama satu tahun lebih dimulai dari fase assesment, pendirian kebun demplot agroforestri utama dan kebun pembibitan hingga monitoring dan maintenance/ perawatan kebun. Dari Kebun Monokultur Invasif ke Kebun Campur Intensif / Agroforestri Ada beberapa hal yang penting dilihat mengapa penerapan sistem baru intensifikasi lahan dengan model kebun campur kopi/kakao ini ternyata lebih menjanjikan, adalah: 1. Nilai konservasi Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usahatani ) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Pada sistem ini, terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangi risiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur-ulang sisa tanaman. Keuntungan sistem multistrata: Mengurangi intensitas cahaya matahari, misalnya untuk kopi dan coklat yang butuh naungan. Karena banyak jenis tanaman, diharapkan panen dapat berlangsung secara bergantian sepanjang tahun dan ini dapat menghindari musim paceklik. Tanah selalu tertutup tanaman sehingga aman dari erosi 2. Nilai ekonomis (asumsi-asumsi pendapatan) 1 Asumsi pendapatan Kebun Kakao Monokultur Harga pasaran hasil kakao di pasar lokal Aceh sangatlah fluktuatif, misalnya pada Juni 2009, kisaran harga 1 kg berada diantara level Rp 17000,- s.d Rp 21000,-. (Serambi Indonesia, Juni 2009) Sedang pada kwartal III, Agustus tahun 2008, harga 1 kg berkisar antara Rp (Harian Aceh, Agustus 2008). Penilaian harga sangatlah bergantung dari penilaian di pasar lokal di Kota Medan, Prov. Sumut dimana pasar utama ekspor hasil produksi kakao Aceh. Dalam satu (1) hektar kebun, hasil kebun kakao yang baik biasanya berjumlah antara ton/ha. Asumsi pendapatan petani dihitung misalnya jika dalam satu hektar areal kebun monokultur coklat bisa dihasilkan ~1,5 ton/ha (1,5-3 ton/ha). Dan rasio harga pasaran yang dipilih adalah Rp ,-, maka pendapatan petani dari hasil produktifitas panen dalam kebun kakao monokultur ini mencapai tersebut adalah sebesar: 1500 kg x Rp /kg = Rp ,-. Nilai ini adalah nilai bruto dari hasil produksi kebun sebab nilai ini belum dikurangi dengan biaya/ ongkos produksi di kebun (bibit, pupuk, pemeliharaan dstnya). Asumsi pendapatan Kebun Kopi Monokultur Satu hektar lahan kopi biasanya rata-rata terdiri atas batang kopi dengan produktivitas 800 kg per hektar setiap panen yang hanya satu tahun sekali. Atau dalam panen kopi basah ini ada pada kisaran kg/ha/tahun. Sedang untuk kopi kering berkisar kg/ha. Produktivitas itu masih rendah dibandingkan dengan produksi kopi Vietnam yang mencapai 1,8 ton per hektar per tahun. Sama halnya dengan harga kakao dipasaran, harga komoditi kopi ini di pasar lokal sangat fluktuatif. Berkisar antara Rp /kg Rp /kg. Dengan mean (pertengahan) harga Rp /kg. Untuk jenis kopi robusta. Dan untuk kualitas terbaik jenis kopi arabika bisa mencapai level Rp /kg. (Serambi Indonesia, Maret 2008). Asumsi pendapatan petani dihitung misalnya jika dalam satu hektar areal kebun monokultur kopi bisa dihasilkan ~300 kg/ha (nilai produktiftas kopi kering berkisar kg/ha). Dan mean harga pasaran adalah Rp ,-, maka pendapatan petani dari hasil produktifitas panen dalam kebun kopi monokultur ini mencapai tersebut adalah sebesar: 800 kg x Rp /kg = Rp ,-. Nilai ini belum dikurangi dengan biaya/ ongkos produksi di kebun (bibit, pupuk, pemeliharaan dstnya). Kebun kopi baru bisa dipanen pada tahun ke-4 sejak masa tanam. 1 Catatan Penulis: Asumsi-asumsi dibawah ini tidak menunjukkan jumlah riil dalam hitungan ekonomis pertanian yang tepat. Asumsi biaya yang dihitung disini bersifat kasar dan perkiraan, dengan tetap mengacu pada harga pasaran dan nilai produktifitas lahan yang ada. 4

5 Asumsi pendapatan Kebun Campur intensif/ agroforestry kopi Pada satu hektar areal kebun kopi akan ditanami dengan beberapa jenis tanaman. Tanaman-tanaman tersebut berada dalam strata tertentu. Pada strata bawah (pertama), terdapat jenis tanaman holtikulturan (misalnya: palawija dan kacang-kacangan, cabai dstnya). Pada strata menengah (kedua), terdapat jenis tanaman kopi/ kakao. Sebagai tanaman utama/pokok. Pada strata atas (ketiga) terdapat tanaman keras komersial (mahoni, sengon, dstnya) dan tanaman buah-buahan komersial (durian, mangga, dstnya). Tanaman pada strata bawah (satu) berfungsi sebagai peneduh bagi tanaman kopi usia dini, sedang tanaman strata atas berfungsi sebagai pohon naungan kopi. Tanaman strata atas (ketiga), juga berfungsi untuk memperbaiki kadar unsur hara dalam tanah yang dihasilkan oleh serasah-serasah. Tanaman strata atas, diperlakukan minimal untuk menghindari persaingan. Kehadiran beberapa jenis tanaman ini membuat kebun menjadi semakin kompleks. Keuntungan-keuntungan penerapan sistem baru kebun campur/ agroforestri, menurut: a. Jenis tanaman dan hasil pendapatan Jika ditinjau dari keragaman jenis tanaman, kebun multistrata akan lebih menguntungkan petani pengadopsi sebab keragaman jenis tanaman akan mendatangkan lebih banyak hasil. Dibandingkan hanya menerapkan satu jenis tanaman dalam satu kebun atau sistem monokultur. b. Waktu Jika ditinjau dari pengunaan waktu yang digunakan petani dalam mengarap lahan dan pembukaan lahan baru akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan dengan pengolahan lahan lama dengan intensifikasi pertanian. Petani juga akan memperkecil jarak perjalanan ke kebun jika mengolah lahan yang telah ada dibandingkan membuka lahan baru. c. Pendapatan Perhitungan asumsi pendapatan sama seperti pendapatan dari kebun kopi atau kakao monokultur hanya ditambah dengan nilai-nilai tanaman lainnya. Misal hasil dari panen tanaman cabai/ jagung, mahoni, kopi dstnya. Tabel Asumsi/ perkiraan hasil dari kebun multistrata agroforestri dalam sekali panen (belum termasuk pemotongan ongkos produksi) Pilihan Jumlah Produktifitas Kisaran Masa Awal Jenis tanaman tanaman Hasil Harga Pemanenan tiap strata (1 ha) (1ha) (1 ha) (tahun ke) Strata Atas Sengon batang batang Rp / m3 Batas Bawah Pendapatan Batas Atas Pendapatan Durian 300 batang buah Rp /bh Pinang kg biji batang Strata menengah (tanaman pokok) Kakao Rp. 1500kg batang /kg Kopi Strata bawah batang Kopi basah kg dan kopi kering kg. Rp /kg Cabai Kacang-kacangan Masa efektif peningkatan pendapatan petani agroforestri ini baru akan bisa dilihat setalah masa tanam 5-10 tahun. Tetapi beberapa tanaman di dalam kebun juga dapat dipanen sebelum masa pemanenan tanaman pokok (kopi/kakao). Biasanya adalah tanaman semusim. 5

6 d. Disinsentif Petani akan terhindar (mengurangi disinsentif) dari jeratan-jeratan masalah-masalah yang berkaitan dengan aturan pemanfaatan lahan di hutan lindung dari pemerintah dan aturan pembatasan pemanfaatan hutan seperti misalnya kebijakan Moratorium Logging dari Gubernur Aceh tahun Metodologi Implementasi yang Diajukan Pembuatan kebun demplot akan dilaksanakan oleh 4 kelompok pengadopsi yang mewakili setiap desa yang ada di Kecamatan Mane. Akan dibangun empat unit kebun demplot agroforestry dan satu unit kebun pembibitan masyarakat di wilayah Mane. Masing-masing kebun seluas 1 hektar. Total keseluruhan kebun demplot adalah 4 ha dan kebun pembibitan/nurseri dibangun dengan luas tidak tidak lebih dari ha. Rencana kebun demplot utama dipilih pada lokasi yang berada dekat dengan pemukiman masyarakat dan jalan utama yang memungkinkan semua khalayak dapat memantau hasil dan perkembangan kebun pembibitan. Kebun ini selain dipakai sebagai pusat pelatihan pertanian intensifikasi yang ramah lingkungan juga sebagai wahana pelatihan lapangan langsung bagi masyarakat petani setempat. Diharapkan pula petani lokal setempat akan mengambil bagian dari rencana pengelolaan kebun pembibitan dan demplot agroforesrtri yang ada di dalamnya. Ilustrasi Model Pemanfaatan Lahan Kebun, Kebun Demplot Agroforest dan wilayah potensial konflik satwa & manusia di Mane Wilayah Potensial Konflik dalam home range. DEMPLOT 1 Pekarangan Rumah Areal Dekat Pekarangan Rumah DEMPLOT 1 DEMPLOT 2 Lahan Kebun Hutan Sekunder Hutan Primer Kebun Bibit Dekat Pekarangan Rumah Kebun Nursery Jalur Migrasi/ Pergerakan Gajah dalam home range. Metodologi implementasi yang diajukan akan diperlihatkan dari bagan berikut di bawah ini: 6

7 Barrier Removal Operational Plan (BROP), PRIDE CAMPAIGN di HUTAN GEUMPANG di MANE, PIDIE, ACEH Fase Pra-Adopsi (0-5 bulan) Fase Implementasi Untuk Adopsi (1 tahun) Pertemuan Sosialisasi dan Perencanaan Kegiatan Pelatihan 1 Pelatihan 2 Pelatihan 3 Pelatihan 4 Pelatihan 5 dstnya Pembentukan / Penguatan Kapasitas Kelompok Petani Agroforestry Lokal Assesment Awal / SLA (Sustainable Livelihood Assesment) Pemilihan dan Persiapan Lokasi Kebun Percontohan Utama (Demplot Agroforestry dan Pembibitan) Lokasi Kebun Demplot (Adopsi 1) Pengolahan Lahan Pembangunan unit Kebun Utama Percontohan Persemaian Penanaman Bibit Pelatihan & praktek lapangan di kebun demplot Pendampingan Pemeliharaan dan Pembinaan Kebun Habitat Gajah Sumatera Terjaga Thread Reduction (TR)/ Pengurangan Ancaman: Dorongan perluasan dan pembukaan lahan baru di dalam habitat Gajah dan Hutan Geumpang-Mane, Ulu Masen akan menurun Adopsi Kebun Menetap Agroforestry (kebun n1, n2 dstnya) Fase Adopsi (Setelah 2-5 tahun ke atas) Monitoring Impact Survey Fase Pembelajaran dan Mengukur Keberhasilan (Setelah 1-2 tahun) 7

8 A. Tahapan Persiapan (bulan ke 0-5) A.1 Pelatihan-pelatihan Kegiatan pelatihan berada di awal seluruh fase ini untuk mendorong kegiatan pembentukan kebun demplot. (Lihat bagan fase). Persiapan pelatihan akan berlangsung sejak Agustus Sedang masa pelatihan akan berlangsung sepanjang bulan Juli-Oktober Fase ini adalah fase kritikal dalam beberapa: 1) Pelatihan adalah usaha pendampingan awal bagi petani dan penjangkauan terhadap petani pengadopsi sistem, 2) Pelatihan adalah sarana paling efektif dalam mengerakkan petani dan masyarakat yang berada dalam fase kontemplasi dalam skema perubahan perilaku, 3) Pelatihan juga menjadi sarana penting dalam assesment awal dan pengalian kebutuhan masyarakat dan petani setempat, sekaligus tempat belajar dengan pengalaman petani setempat, 4) Pelatihan menjadi sarana pembentukan kelompok pengadopsi 5) Dalam pelatihan akan ada pemberian informasi pengetahuan-pengetahuan tentang keuntungankeuntungan secara ekologis/ konservasi dan pertambahan nilai ekonomis dari sistem intensifikasi model kebun agroforestri ini. Beberapa jenis pelatihan teknologi tepat guna yang akan diperlukan dan dilatih kepada para petani lokal, misalnya, seperti: a. Teknik Penyiapan lahan dan Penanaman Bibit b. Teknik Pembibitan dan perbanyakan tanaman c. Teknik Budidaya Tanaman (Kopi, Kakao, dll) d. Teknik Panen dan Pasca Panen e. Teknik pembuatan produksi pupuk organik lokal f. Teknik Manajerial dan Orientasi Kelompok Tani g. Teknik-teknik Agroforestri (dan hubungannnya dengan konservasi), dan h. Teknik-teknik lainnya yang dibutuhkan oleh petani selama masa pelatihan berlangsung. Setelah beberapa pelatihan diluncurkan, petani akan diarahkan untuk membentuk satu atau beberapa kelompok petani yang menjadi pengerak dari program agroforestry di dalam wilayah tersebut. Diharapkan mereka akan menjadi kelompok adopsi pertama dari sistem agroforesry kopi dan teknikteknik intensifikasi yang telah mereka pelajari di masa pelatihan. A.2 Pembentukan / Penguatan Kelompok Petani Agroforestri Lokal Pembentukan Kelompok petani agroforestri lokal ataupun penguatan kapasitas kelompok yang telah ada sebelumnya ditujukan untuk mempercepat proses adopsi awal dari sistem pertanian agroforestri yang diharapkan. Di setiap desa di Kecamatan Mane, diharapkan akan ada minimal satu (1) kelompok tani lokal pengadopsi. Dengan jumlah minimal petani dalam satu kelompok tani berjumlah 5 orang petani dan jumlah maksimal 15 orang petani. Rumus Perkiraan Minimal Jumlah petani pengadopsi dalam kelompok di Setiap desa: Perkiraan jumlah petani pengadopsi (minimal) = Jumlah Desa x Kelompok tani desa x Jlh min petani dlm kelompok 20 = 4 x 1 x 5 Kelompok-kelompok ini adalah kelompok-kelompok pengadopsi awal. Dari kelompok ini akan dipelajari baik dinamika kelompoknya maupun perkembangan kebun demplot buatan petani pengadopsi tersebut. Kelompok-kelompok pengadopsi awal ini juga diharapkan nanti akan menjadi pemandu pertanian setempat. Pada bulan Oktober-November 2009, diharapkan sudah teridentifikasi kelompok pengadopsi dan terbentuknya kelompok pengadopsi. A.3 Penentuan / Pemilihan dan Persiapan Lokasi Kebun Demplot dan Nurseri/pembibitan Setiap kelompok tani pengadopsi akan memilih lokasi / tempat dari rencana kebun demplot akan diimplementasikan. Akan dilaksanakan pada bulan November

9 Tempat yang dipilih adalah yang telah disepakati oleh masing-masing kelompok dan masyarakat petani setempat. Tempat yang dipilih telah diijinkan untuk dipakai selama masa implementasi. Beberapa petani lokal yang telah dilatih akan menjaga dan merawat kebun ini. Rencananya akan dibangun 4 kebun demplot dengan masing-masing luas satu (1) hektar di masingmasing desa yang ada di Kecamatan Mane. Dimana terdapat 2 demplot agroforestri kopi dan 2 unit demplot kebun campur kakao Selain itu, akan dibangun pula satu unit kebun nurseri dengan luas 1 ha, di lokasi yang akan disepakati oleh kelompok-kelompok yang ada. Kebun demplot multistrata kopi kemungkinan akan dikonsentrasikan di Desa Blang Dalam dan Lutueng. Sedang kakao akan dikonsentrasikan di Desa Turue Cut. Sedang Desa Mane akan dilihat kemungkinan pembuatan kebun demplot kopi atau kakao yang layak dikembangkan dan dipilih kelompok tani pengadopsi yang ada di desa tersebut. 4 kebun demplot (2 atau 3 multistrata kopi + 2 atau 1 multistrata kakao) dan 1 kebun pembibitan Kebun nurseri pada tahun pertama masa proyek akan dikelola oleh FFI bersama masyarakat petani setempat, namun pada tahun-tahun selanjutnya pengelolaannya akan diserahkan langsung kepada masyarakat petani setempat. Aspek keberlangsungan kebun nursery ini dinilai dari seberapa mampu FFI membentuk manajemen pengelolaan kebun ini bersama masyarakat petani setempat. Manajemen pengelolaan adalah salah satu cara memperkuat basis kepemilikan kebun ini untuk keberlangsungan program. A.4 Pengadaan Bibit Pada tahapan persiapan pembangunan kebun demplot, bibit-bibit akan disediakan. Beberapa jenis bibit tanaman adalah di antaranya sebagai berikut: Kopi, Kakao, Durian, Sengon/ Mahoni, dan beberapa jenis bibit tanaman lainnya yang dibutuhkan oleh kelompok petani lokal setempat. B. Tahapan Pelaksanaan/ Implementasi Awal untuk Adopsi (Bulan ke 5-12) Pembangunan Unit Kebun Utama Demplot 2 Kopi dianggap salah satu jenis tanaman yang layak di kembangkan sebagai salah satu cara dalam mitigasi konflik Gajah- manusia. Kopi adalah salah satu jenis tanaman yang sering dikatakan sebagai elephant friendly crop. Jika ditinjau dari pengalaman masyarakat petani setempat dan keberadaannya, kopi adalah jenis tanaman yang sudah pernah diterapkan di kawasan. Bahkan pada kurun 1990-an, kopi di wilayah ini pernah berhasil. Dengan menerapkan model agroforesri kopi naungan, manajemen kebun akan dikembangkan. Model kebun kopi naungan adalah kebun kopi yang ditanami dengan beberapa spesies tanaman lainnya dalam satu areal kebun kopi. Naungan berfungsi sebagai media penjaga jumlah dan ketebalan serasah dan pengakaran (penting dalam wilayah dengan kemerengan tertentu). Dalam satu kebun kopi terdapat beberapa strata, yakni: tanaman sela, tanaman utama kopi, tanaman pagar/ pembatas. Rencana Metode Pengembangan Pada areal di antara pohon Kopi muda yang ditanam dengan jarak 6-8 x 6-8 meter akan ditanam tanaman palawija jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cabai/lombok atau ubikayu yang dapat dipanen setelah 3-4 bulan. Tujuan dari pemberian tanaman sela ini antara lain agar petani dapat memperoleh hasil/ pendapatan dari lahan usahataninya sebelum tanaman Kopi berproduksi. Salah satu dari kedua palawija tersebut akan ditanam secara bergilir hingga pohon Kopi mencapai usia 5 tahun. Sedangkan tanaman pagar/pembatas dapat berupa mahoni, pete, sengon, randu, melinjo atau pohon kayu-kayuan lainnya. 2 Beberapa informasi dalam bagian ini telah dikutip dari KAWASAN INDUSTRI MASYARAKAT PERKEBUNAN (KIMBUN), AGROFORESTRI KOPI SISTEM EMPAT STRATA. Diakses pada tanggal 29 april

10 Agroforestri Kopi: Setiap demplot = 1 ha hutan Tanaman pagar : Durian/ Mahoni/ Sengon/ Kaliandra, dll Kebun Kopi KOPI: AGROFORESTRI SISTEM MULTISTRATA 6 x 8 m 6 x 8 m Jalan hutan Strata I: Tanaman pagar, yaitu Mahoni, Pete, Sengon, Kaliandra, Lamtoro Strata II: Kopi Jarak tanam 6-8 x 6-8 m Tanaman sela: cabai/lombok, jagung, serai Strata III: Penguat teras rumput gajah & FEED- CROPS Tanaman sela jagung, kacang hijau, sayuran hingga Kopi umur 5-10 tahun Arah slope PAH/ Sumur Batas Lahan Kondisi Fisik Setelah kurun waktu lima tahun, diharapkan tercipta sentra produksi Kopi milik petani dengan kondisi sebagai berikut : a. Terdapat hutan Kopi dengan populasi tanaman Kopi sebanyak 250 pohon per hektar dengan jarak tanam 6 x 6 meter. b. Setiap kelompok tani berhasil mengelola ha hutan Kopi atau pohon produktif. c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan hutan) sepanjang 100 meter/ha. d. Terdapat sumur gali atau embung dua buah per/ha sebagai sumber air bersih. Dampak Jangka panjang: Tanaman Kopi baru dapat berproduksi setelah tanaman berusia 5 tahun. Agar petani mampu melakukan melakukan pemeliharaan tanaman sesuai paket teknologi yang dianjurkan, maka diharapkan pembinaan dan bantuan Pemerintah diberikan kepada petani tidak hanya berupa paket 1 tahun (pada tahun penanaman) tapi juga pembinaan dan paket pemeliharaan tanaman sampai dengan tanaman mulai berproduksi. Pengairan Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada saat proses produksi s/d proses pengolahan. Bantuan pembuatan sistem Pengairan Air Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana, atau kalau tidak memungkinkan dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan melalui pembangunan kolam penampung air hujan (PAH). Idealnya, sebuah sumur / PAH harus terdapat pada setiap 1 ha hutan Kopi. 0

11 B.5 Pelatihan Lanjutan & Praktek Lapangan di Kebun Demplot dan Studi Banding Fase ini adalah fase perawatan/ maintenance di lapangan. Selain akan ada beberapa pelatihan dan praktek lapangan juga akan dilakukan suatu studi banding ke wilayah lainnya yang memiliki corak dan model perkebunan yang sejenis. Pelatihan-pelatihan yang akan diberikan dalam fase ini berkenaan dengan materi-materi perawatan tananman, teknik pemanenan, dan tata cara atau teknik pasca-panen (pengolahan hasil dan penjualan hasil dstnya.) Dilakukan pada Januari Studi banding akan melibatkan ketua kelompok pengadopsi di masing-masing desa, manajemen kebun nurseri, dan tokoh tani lainnya yang ada di Kecamatan Mane. Kunjungan atau studi banding akan dilaksanakan pada Februari-Maret Lokasi tujuan studi banding adalah ke kelompok tani agroforestri kopi di Lampung Barat. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk belajar dari petani di Lampung Barat tentang manajemen kebun agroforestri kopi dan manajemen kelompok tani yang baik. C. Tahapan Monitoring dan Evaluasi (Bulan ke 12) C.1 Monitoring Fase monitoring adalah fase untuk melihat perkembangan dan kemajuan dari kebun demplot yang telah dibangun dan dilaksanakan oleh setiap kelompok pengadopsi. Dalam fase ini, kelompok pengadopsi akan belajar dari setiap demplot yang ada. Dilakukan sepanjang Januari hingga Mei C.2 Impact Survey Impact survey adalah suatu survey yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan kemajuan dari pelaksanaan kebun demplot agroforestri. Dilakukan pada Mei D. Strategi Keberlanjutan (Bulan ke 13- seterusnya...) D.1 Merencanakan manajemen keberlanjutan Kebun Perlu suatu usaha untuk melihat dan menilai sisi keberlanjutan dari kebun demplot dan nurseri/pembibitan yang telah dibangun. Mengevaluasi kerangka manajemen kebun dan sistem pengelolaan yang lebih berkelanjutan. Kegiatan ini juga akan meliputi pendampingan teknis dari pemerintah kabupaten setempat dalam mendukung keberlanjutan dari program ini. Masyarakat adalah penentu dalam pelaksanaan di tahuntahun selanjutnya dari program yang telah terbangun / established pada masa kampanye. D.3 Pemetaan wilayah tumpang tindih kebun dan jalur Gajah Di tahun 2010, Program Pride akan merencanakan survei traking jalur Gajah dan pemetaan wilayah konflik satwa dan perkebunan masyarakat yang tumpang tindih. Salah satu tujuan yang diharapakan dari kegiatan ini adalah terpetakannya wilayah tumpang tindih lahan dan melihat kemungkinan pemecahan bagi masalah tersebut. Kemungkinan pelaksanaan kegiatan ini tergantung dari sumber pendanaan yang ada dan masuk dalam kas di awal tahun

12 PARA MITRA DAN PERANAN Para pemangku kepentingan utama yang terlibat dalam proyek atau mereka yang akan mempengaruhi kesuksesan proyek adalah: Nama Pemangku kepentingan Posisi Peran di dalam Proyek Nomer Telefon Drs. Bahtiar Camat Mane Penaggungjawab kecamatan, konsulatif Azhari, Spt Imum Mukim Penanggungjawab kecamatan, konsulatif M. Jamil Abd Geusyik Mane Penanggungjawab gampong/desa, konsulatif Anwar A. Wahab Geusyik Lutung Penanggungjawab gampong/desa, konsulatif Abdullah Samad Geusyik Blang Dalam Penanggungjawab gampong/desa, konsulatif M. Gade Geuyik Turue Cut Penanggungjawab gampong/desa, konsulatif Hamid Affan Kepala Dishutbun Kab. Pidie Penanggung jawab masalah kehutanan di kabupaten pidie Ibnu Hajar Kabag. Kehutanan Dishutbun Pidie Penanggung jawab masalah kehutanan di kabupaten pidie Shaummil Hadi Campaign Staf Pelaksana Program Matt Linkie Helene Barnes Technical Manager/ Act Director FFI Aceh CBC Manager / Livelihood Division FFI Aceh Penangung jawab program dan kelembagaan FFI Aceh Penangung jawab program komuniti pinggir hutan berbasis livelihood Dewa Gumay Communication Manager FFI Aceh Line manager Wahdi Azmi Protected Area Mgr FFI Aceh Penanggung jawab masalah Kehati dan proteksi area di FFI Aceh Yasser Premana Livelihood Coordinatro FFI Aceh Penanggung jawab program livelihood di FFI Aceh, pelaksana program pendampinangan peatni di Mane Kepala BKSDA NAD BPTP Prov. NAD Penyuluh Pertanian Penanggung jawab masalah kehati di Aceh Pendampingan teknologi Pendampingan pelatihan

13 Tabel RACI Shaummil hadi Helene Barnes Dewa Gumay Wahdi Azmi Drs. Bahtiar (Camat Mane) Geusyik di Mane Imum Mukim Kepala BKDSA Aceh Yaser Premana (Livelihood Coor-FFI) KESELURUHAN PROYEK R A A C C C C C C C Penjangkauan masyarakat dan R C A C C C C C I C peningkatan kepedulian (Pride) Sosialiasi kegiatan penyingkiran halangan R A C C C C C R I Perencanaan kegiatan bersama R A I I C C C C R masyarakat Pelatihan-pelatihan pembibitan R A I I I C C C R I dan teknologi pertanian menetap Pembentukan Kelompok tani pengadopsi C A I C C R Analisa lokasi kebun demplot R C I I I C I A I Pembangunan kebun demplot agroforestri R C I I I C I A I Pendampingan dan pembinaan C A I I I C C R Monitoring R A I I I C C R C Impact survey R A I I I C C R Pertemuan merencanakan agenda masa depa R A I I C C C I R C Matt Linkie R Responsible/Penanggungjawab: Adalah mereka yang melakukan kerja atau menyediakan sumber daya untuk menyelesaikan tugas. A Accountable/Dapat dipercaya: (Juga yang menyetujui) adalah mereka yang pada akhirnya bertanggung jawab atas keakuratan dan keseluruhan penyelesaian tugas. Mereka mengawasi atau mengakhiri kerja yang dilakukan oleh Penanggungjawab/R. C Consulted/Pemberi konsultasi: Adalah mereka yang opininya diminta untuk tugas tersebut. I Informed/Pemberi Informasi: Adalah mereka yang mereka yang menjamin informasi kemajuan proyek tetap up-to-date. Fauna & Flora International Program Aceh Fauna & Flora International yang didirikan pada tahun 1903 merupakan organisasi internasional yang paling lama berkiprah di bidang pelestarian alam. FFI merupakan organisasi nirlaba berpusat di Inggris yang memberikan dukungan teknis, pendanaan secara langsung serta konsultasi bagi pengerak dan organisasi-organisasi konservasi di 40 negara di seluruh dunia. FFI memiliki misi untuk melakukan usaha konservasi terhadap jenis satwa maupun tumbuhan dan ekosistem yang terancam punah, menemukan solusi berkesinambungan yang berbasis ilmu pengetahuan dengan mempertimbangkan kebutuhan manusia. Fauna & Flora International telah melakukan kegiatan di Aceh sejak 1998, bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pemerintah Provinsi/ Kabupaten, Pemuka Adat dan masyarakat. Tujuan FFI di Aceh adalah untuk melindungi daerah hutan primer dan memastikan adanya program konservasi jangka panjang atas keanekaragaman flora dan fauna yang ada di dalamnya. Tujuan jangka panjang FFI di Aceh adalah lestarinya keanekaragaman fauna dan flora Sumatera yang berada di Aceh dengan memastikan pengelolaan yang berkelanjutan di wilayah hutan Ulu Masen. 3

14 Dalam mencapai tujuan tersebut FFI merancang aktivitas yang terbagi dalam lima (5) komponen: Monitoring dan Proteksi, Pendidikan dan Penyadartahuan, Kelautan, Mata Pencaharian dan Berkelanjutan, Perencanaan dan Tata Ruang. Gempa bumi dan Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 berpengaruh terhadap semua aspek masyarakat Aceh yang memerlukan perhatian serius terhadap manajemen penggunaan sumber daya alam di Aceh secara benar. Tim Proyek Shaummil Hadi, staf Fauna & Flora International Program Aceh (FFI Aceh) akan menjadi koordinator dalam kampanye Pride di Mane, Pidie. Shaummil sudah bekerja selama 3 tahun untuk FFI Aceh untuk divisi komunikasi yang beratanggung jawab pada kegiatan kampanye di media massa, pembuatan produk-produk komunikasi dan kampanye FFI, dan penjaungkauan audiens. Pada pelaksanaan Kampanye Pride di Mane Pidie, terutama untuk program pentingkiran halangan, Shaummil akan dibantu oleh rekan dari divisi pengembangan pertanian dan mata pencaharian alternatif FFI Aceh. Sedang, untuk program penanganan dan pencegahan masalah konflik satwa manusia (Human Wildlife Conflict-HWC), Tim CRU dan Protected Area FFI Aceh akan mendukung program-program di Mane. 14

15 JADWAL PROYEK Untuk jadwal lengkap program dimulai dari permulaan sampai monitoring serbuan ulang dapat dilihat pada lampiran Tabel Gantt. Jadwal Penyingkiran Hambatan secara Mendetil Implementasi Penyingkiran hambatan Langkah-langkah Sebelum Juni 2009 Jul-09 Agt- Sept 09 Okt- 09 Nop- 09 Des- 09 Jan- 10 Feb- 10 Mar- 10 Apr- 10 Mei- 10 Jun- 10 Setelah Juni 2010 Penjangkauan masyarakat dan peningkatan kepedulian (Pride) Perencanaan kegiatan bersama masyarakat Pelatihan para petani Pembentukan Kelompok pengadopsi awal Fase Analisa dan penentuan lokasi kebun demplot Pengadaan bibit Persiapan lokasi kebun Pembangunan unit kebun demplot dan nurseri Fase Perawatan dan pemeliharaan kebun Studi banding kelompok petani pengadopsi Monitoring & Evaluasi Impact survey Sosialisasi, hearing dengan pemerintah kabupaten, dan lainnya Pertemuan merencanakan agenda masa depan 15

16 Tolak Ukur/ Kejadian penting spesifik untuk komponen pengembangan kebun demplot dan pemibibitan masayarakat dari keseluruhan proyek: 1) Menjelang Agustus 2009, diharapkan sosialisasi kegiatan ke pemangku kepentingan utama telah dilaksanakan, 2) Pada September 2009, perencanaan kegiatan telah dimulai untuk menyusun agenda-agenda pelatihan (termasuk materi) 3) Pada bulan September-Desember 2009, beberapa pelatihan pendampingan awal telah dilaksanakan 4) Pada akhir November 2009, diharapkan kelompok petani pengadopsi telah dibentuk 5) Menjelang Desember 2009, analisa kebun dempot telah dilaksanakan dan dipilih, 6) Pada Desember 2009, pembangunan kebun demplot agroforestry telah dimulai 7) Sejak Desember Mei 2010, usaha pendampingan dan pembinaan dilaksanakan 8) Kegiatan monitoring dan impact survey dilaksanakan pada Juni Pada Juni-Juli 2010, diadakan pertemuan untuk merencanakan agenda keberlanjutan. 6

17 BIAYA-BIAYA Sumber Dana NO URAIAN Rincian Anggaran Unit Volume Unit Cost (Rp) Cost Sharing Total (Rp) FFI Aceh Rare Swadaya Pemerintah Daerah I. Fase pelatihan-pelatihan 1.1 Konsumsi pelatihan 5 kali 60 org Honorarium Honor fasilitator 6 kali 1 org Honor trainer 6 kali 2 org Asisten lokal 50 bln 2 org Material pelatihan ATK 1 paket 1 kali Fotocopy 1000 sheet 1 kali Training kits/ modul (book, booklet, factsheet) + ongkos produksi 100 buah 5 jenis Peralatan pelatihan (gunting, plastik, ember, pisau okulasi, dll) 1 paket 1 kali Bahan/ alat praktek pelatihan 1 paket 3 kali

18 II. Penentuan lokasi Konsumsi Pertemuan kelompok 2 kali 10 org Survei lokasi demplot & nurseri III. Pengadaan Bibit 3.1 Kebutuhan kebun demplot a. Sengon 600 btg 4 kbn b. Kopi 1000 btg 2 kbn c. Coklat 1000 biji 2 kbn d. Cabai (1 bungkus=1500 butir) 3 bks 4 kbn Kebutuhan kebun nurseri a. Kopi btg 2 kali b. Durian butir 2 kali c. Pinang butir 2 kali d. Mahoni 20 kg 2 kali e. Coklat bh 2 kali IV. Persiapan Lokasi Kebun 4.1 Penyediaan lahan lahan kebun demplot (5 tahun) 4 unit 1 kali lahan kebun nurseri (5 tahun) 1 unit 1 kali

19 4.2 Pembersihan Lahan Konsumsi tenaga kerja 7 hari 15 org Transportasi 7 hari 15 org V. Pembangunan Unit Kebun Demplot 5.1 Pembangunan unit kebun demplot biaya dan material pembajakan 1 paket 4 kebun material dan biaya pembuatan gulutan 1 paket 4 kebun biaya penanaman bibit 1 paket 4 kebun material dan pembuatan pagar tanaman 1 paket 4 kebun material dan biaya pembuatan sumur 1 paket 4 kebun Pembangunan unit kebun nurseri Pondok kerja pembibitan a.peralatan bangunan pondok kerja 1 paket 1 kali b.material pondok kerja 1 paket 1 kali c.instalasi air 1 paket 1 kali d.pagar kebun pembibitan 1 paket 1 kali e.pembuatan naungan bibit (30 unit, 15 m x 1.8 m) f.pengadaan sarana pendukung kebun bibit (polybag, tanah topsoil, kereta sorong, handspayer, dll) 1 paket 1 kali paket 1 kali Biaya Kerja Bangun Unit Kebun Bibit a.ongkos pembuatan pondok kerja kebun bibit 1 unit 1 kali b.ongkos pembuatan pagar kebun bibit 30 orang 5 hari

20 c.ongkos pembuatan naungan bibit 10 orang 5 hari d.ongkos pembuatan instalasi 1 unit 1 kali Pemupukan (pupuk kompos) kotoran hewan (kohe) 8 goni 5 kebun sekam padi 8 goni 5 kebun serbuk gergaji 8 goni 5 kebun mulsa organik (jerami/dedaunan) 5 goni 5 kebun kompos 2 ton 5 kebun VI. Perawatan & Pemeliharaan Kebun Insektisida alami (jahe, kelapa, kunyit, lengkuas, 1 paket 5 kebun dll) Biaya perawatan 30 hari 2 orang VII. Pembinaan Kelompok Tani Pengadopsi 7.1 Studi banding (2 staf, 4 ketua kelompok, 2 wakil tani, 2 tokoh lokal) Transportasi ke Lampung Barat 10 orang 2 pp Honor instruktur 2 orang 5 hari Konsumsi 10 orang 5 hari Akomodasi 5 kmr 5 hari Bahan-bahan dan alat 1 paket 1 kali

21 VIII. Monitoring dan Evaluasi Impact Survey (20 4 desa = 80 responden) 1 paket 1 kali Konsumsi Pertemuan kelompok 30 orang 4 kali Transportasi ke kebun demplot 5 orang 5 kali VIII. Biaya lainnya Audiensi/pertemuan kelompok tani dgn pemerintah/dinas terkait di kota kabupaten 5 orang 2 kali ,00% 27,00% 15,00% 4% Total Biaya Program Pengembangan Teknik Pertanian Intensif dan Kebun Pembibitan dan Demplot Agroforest di Kecamatan Mane, Kab. Pidie, Provinsi Aceh = Rp Cost Sharing: FFI Aceh : 53% (Rp ) RARE Conservation : 28% (Rp ) Swadaya Masyarakat : 15% (Rp ) Pemerintah Kabupaten : 4% (Rp ) : 100% (Rp ) 21

22 SUMBER-SUMBER PENDAPATAN Fauna & Flora International Program Aceh FFI Aceh telah berkomitmen untuk memasukkan dana awal untuk Program Kampanye Pride di Pidie pada tahun 2009 sebesar USD. Dana ini sebagian dipakai untuk proses identifikasi dan perencanaan proyek. Sisa dana sampai akhir tahun akan dipergunakan untuk melanjutkan fase implementasi program Pride Campaign di Mane, Pidie. Divisi-divisi lainnya di dalam lembaga FFI Aceh memiliki dana sendiri untuk beberapa program yang akan dijalankan di Mane. Dukungan dana terbesar dalam implementasi program penyingkiran halangan seharusnya datang dari divisi livelihood. Negoisasi terakhir dari dukungan pembiayaan belum mencapai kesepakatan, selain masih terbatas pada dukungan awal program pengembangan model pertanian/perkebunan agroforestri di Mane. Tetapi, tidak menutup kemungkinan akan ada dana tambahan dari divisi ini nantinya. Divisi Komunikasi di bagian edukasi dan penyadartahuan memiliki rencana untuk pengembangan satu pusat pendidikan lingkungan (PPLH) di Mane. Jika ini terjadi, Kampanye Pride akan mendapat dukungan lainnya. Kampanye mitigasi konflik akan dilakukan oleh tim HWC dari Divisi Proteksi Area Management FFI Aceh, yang dibawahi oleh Wahdi Azmi. Dukungan dari divisi ini akan terlihat sejak pembangunan Conservation Reaction Unit (CRU), suatu tempat pelatihan dan mitigasi konflik satwa, hingga fase berjalannya CRU ini di Mane. RARE Conservation Rare telah memiliki komitmen untuk menyediakan dana bagi semua implementasi Barrier Removal Program (BRP) dari setiap kampanye Pride di seluruh dunia. Besar dana yang dapat diakses bekisar dari USD. Kampanye Pride Mane telah mengajukan permohonan dukungan dana BROP ini untuk menjalankan fase-fase awal dari implemetasi program Pride, khususnya pada kegiatan-kegiatan pelatihan, implementasi pembangunan kebun, dan biaya studi banding petani lokal (lebih jelas lihat pada bagian usulan biaya/dana terlampir). Kegiatan-kegiatan ini adalah sesuatu yang dianggap penting dalam menjangkau dan melibatkan masyarakat dan petani dalam Program Pride Campaign di Mane. Pemerintah Daerah/ Instansi Terkait Pemerintah Daerah pada prinspinya mempunyai komitmen pada kegiatan-kegiatan pemberdayaan petani di wilayah Kabupaten Pidie. Pemerintah memiliki plot anggaran sendiri, biasanya diajukan pada pertengahan hingga akhir tahun ke Dewan kabupaten dan plot anggaran pembangunan ini berjalan efektif di awal tahun. Beberapa bantuan untuk ditambahkan dalam proyek ini sangat mungkin dilakukan dan diajukan ke pemerintah lokal/ instansi terkait dan beberapa instansi pemerintah di Provinsi. 22

23 PEMASUKAN DAN PENGELUARAN KAS Langkah-langkah Nilai Total Pemasukan/ Pengeluaran Sebelum Juni 2009 Agt- Sept 09 Okt- 09 Nop- 09 Implementasi Penyingkiran hambatan (dalam ribuan rupiah) Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Fauna & Flora International Program Aceh RARE Swadaya masyarakat Pemerintah Kabupaten/ Dishutbun Pidie Pengeluaran Kas Pelatihan para petani Biaya-biaya fase penentuan lokasi Biaya-biaya pengadaan bibit Biaya-biaya persiapan lokasi kebun Biaya pembangunan unit kebun demplot dan nurseri Biaya-biaya perawatan dan pemeliharaan Biaya studi banding kelompok petani pengadopsi Biaya-biaya fase Monitoring & Evaluasi Biaya-biaya sosialisasi, hearing dengan pemerintah kabupaten, dan lainnya Balans Kas Netto Apr- 10 Mei-10 Jun-10 Setelah Juni.10 23

24 PENILAIAN DAMPAK Keberhasilan konservasi di lokasi target tergantung dari menurunnya intensitas pembukaan lahan baru oleh petani lokal setempat dan keberhasilan mengadopsi sistem baru pertanian menetap dengan pola pertanian pertanian agroforestri. Keberhasilan akan dilihat pula dari meningkatnya jumlah pengadopsi sistem baru ini, dari perkiraan awal 4 kelompok tani dengan masing-masing jumlah petani dalam kelompok 5-10 orang di 4 desa dalam Kecamatan Mane. Keberhasilan dalam jangka panjang dapat diukur dari keberlanjutan program adopsi sistem baru ini dan penyebaran/ difusi sistem baru ini ke dalam cara bertani petani lokal setempat. Tingkat keberhasilan dan dampak lainnya dapat diukur dari sejauh mana tingkat kesuksesan dalam menjalankan baik kesepakatan, tata cara mitigasi dan penanganan konflik serta tingkat keberhasilan yang tinggi dalam model demplot agroforest yang ramah pada Gajah dilakukan maka akan menentukan minimalisasi gangguan habitat dan jalur Gajah yang ada di sekitar Mane dan Geumpang. Faktor-faktor Resiko Lainnya Faktor-faktor Resiko Konsekuensi Strategi-strategi Mitigasi Pemerintah Kabupaten Pidie dan Dinas Kehutanan setempat bisa saja tidak menyetujui rencana penentuan tata batas atau timbul silang sengketa penentuan lahan kelola dan konservasi antara pemerintah dan masyarakat Tanpa dukungan pemerintah lokal dan dinas terkait program penentuan tata batas tidak akan terlaksana dan menimbulkan dampak ketidakpercayaan pada program-program konservasi lanjutan. Program penentuan tata batas tidak akan melibatkan secara lebih lembaga FFI, kecuali mitra lokal lainnya, guna menghindari dan pengaruhnya pada program lainnya. Program akan dilakukan oleh mitra lokal dan dilaksanakan di penghujung Kampanye dan ketika dukungan pada kampanye semakin meluas. Beberapa petani akan menolak menerapkan/ adopsi teknik intensifikasi secara cepat, mereka berpikir bahwa cara-cara ini akan mengurangi/ menghambat perilaku pembukaan lahan baru yang selama ini menjadi kebutuhannya. Pertumbuhan jenis tanaman agroforesry seringkali memakan waktu yang lama, sedang petani cenderung memilih jenis tanaman dengan pilihan ekonomis dan cepat panen. Tidak ada petani yang mau mengadopsi sistem baru ini di wilayah mereka Dalam waktu yang singkat, petani enggan menerapkan dan mengadopsi model pertanian ini Pendekatan dan pelibatan pemangku kebijakan inti di dinas dalam proses. Serta kontinutitas pelaporan kegiatan kepada dinas terkait. Mengajak petani untuk ikut serta dalam series pelatihan pertanian adalah metode awal untuk fase pembangunan keterlibatan petani. Karenanya pelatihan pengenalan terhadap peningkatan pengetahuan akan lebih penting dalam fase ini dibanding mengukur hasil pertumbuhan dan dampaknya secara ekonomis kepada petani yang menerapkan. Kebun nursery/pembibitan adalah langkah yang disiapkan dalam fase pendek dan diharapkan dapat mendukung usaha pengembangan pertanian petani lokal. 4

25 Beberapa petani menolak membuat dan mengikuti kesepakatan desa/ mukim tentang tata batas dan pengaturan wilayah kelola kebun. Resiko pergantian politik pasca pemilu 2009 Komitmen pendanaan program tidak dapat disepakati karena ketidak sesuai program dengan rencana program/ kebijakan lembaga yang lebih besar; serta limit/ batasan waktu pendanaan proyek yang kecil. Terdapat kesulitan menentukan tata batas yang akan direncanakan untuk wilayah konservasi Gajah dan wilayah kelola dan pengembangan kebun masyarakat. Perubahan tata kebijakan dan penataan ruang pembangunan dan konservasi di wilayah ini. Program bisa saja berhenti di tengah jalan dan berpengaruh pada tingkat kepercayaan di masyarakat Kegiatan penyadartahuan dan edukasi tentang dampak pembukaan lahan di wilayah perlintasan Gajah akan dilakukan pada tahap awal kegiatan Kampanye; sekaligus sebagai pintu masuk pelibatan masyarakat dalam proyek ini. Dan menekankan keuntungan bagi pemanfaatan kebun di luar wilayah konservasi Gajah. Memastikan dukungan publik yang meluas bagi kampanye melalui kampanye Pride yang menekankan perlunya tindakan dan minimnya resiko yang terjadi sehubungan dengan rencana proyek. Melobi pemimpin-pemimpin politis kunci yang cenderung mudah menerima aktifitas lingkungan hidup dan mendorong mereka untuk menggerakkan rencana tersebut melalui proses legislatif. Memastikan dukungan pendanaan lainnya untuk proyek ini dalam kerangka kelanjutan proyek yang telah terbangun/ dijalankan. Memastikan program prioritas dengan asumsi bahwa dampak pemanfaatan program penting dilakukan pada tahapan awal. 5

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang sebagian Kawasan Blang Raweu, suatu kawasan yang kaya akan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan G. Tindak Lanjut Pendahuluan Program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon telah menunjukkan hasil yang positif, dalam mencapai perubahan perilaku maupun dampak konservasi, sebagai contoh terdapat

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre 2010 LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Program Coordinator : Pride Campaign Manager

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan erat dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara, yang pada masa lalu didominasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KAMPANYE HUTAN GEUMPANG, KOMPLEKS ULU MASEN, ACEH. Oleh: Shaummil Hadi Fauna & Flora International Program Aceh Agustus 2010

LAPORAN AKHIR KAMPANYE HUTAN GEUMPANG, KOMPLEKS ULU MASEN, ACEH. Oleh: Shaummil Hadi Fauna & Flora International Program Aceh Agustus 2010 LAPORAN AKHIR KAMPANYE HUTAN GEUMPANG, KOMPLEKS ULU MASEN, ACEH Oleh: Shaummil Hadi Fauna & Flora International Program Aceh Agustus 2010 PENDAHULUAN oleh Shaummil Hadi Selama dua tahun terakhir, saya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th XI.,1 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan

Lebih terperinci

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan

Lebih terperinci

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO 2016 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET 47 6.1. Aspek Biofisik 6.1.1. Daya Dukung Lahan VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur tahun 2010, kondisi aktual pertanaman karet

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestri adalah sistem dan teknologi lahan dimana tanaman berkayu ditanam secara sengaja pada unit manajemen lahan yang sama dengan pertanian dan/atau ternak. Penanaman

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun,

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

Kampanye Pride. Di KKLD Kaimana

Kampanye Pride. Di KKLD Kaimana Kampanye Pride Di KKLD Kaimana Theory Perubahan Perilaku (ToC) CR Conservation Result TR Threat Reduction BC Behavior Change BR Barrier Removal IC Interpersonal Communication A Attitude K Knowledge Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA MANUNGGAL Desa Sukakarya STL Terawas Ulu Musi Rawas

Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA MANUNGGAL Desa Sukakarya STL Terawas Ulu Musi Rawas Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA MANUNGGAL Desa Sukakarya STL Terawas Ulu Musi Rawas Disusun oleh Tim Penyusun 2016 Page 1 of 6 Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 1 Pendahuluan Tujuan, Output, Prakiraan Manfaat & Dampak Metodologi

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) 9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang menjadikan sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Walau termasuk sektor penting, namun sektor pertanian ini masih

Lebih terperinci

Bagian I. Pembangunan dan Pelaksanaan Kebun Demplot

Bagian I. Pembangunan dan Pelaksanaan Kebun Demplot LAPORAN AKTIFITAS Barrier Removal (BR) Program (Program Penyingkiran Halangan) Sistem Intensifikasi Pertanian dan Model Kebun Demplot Agroforestry (Percobaan Kebun Mitigasi di Wilayah Konflik Satwa Di

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI Oleh: Aladin Nasution*) - Abstrak Pada dasarnya pembangunan pertanian di daerah transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004 telah menimbulkan dampak yang sungguh luar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok komoditas ekspor unggulan di Indonesia. Komoditas kopi berperan dalam meningkatkan devisa negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM 2016-2020 Tugas Pokok : Fungsi : Visi : Misi : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kean dan 1. Merumuskan kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia.

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia. 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu subsektor pertanian, mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Baik sebagai sumber penghasil devisa

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK Hutan rakyat sudah lama ada dan terus berkembang di masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari hutan rakyat sangat dirasakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.19/03/35/Th XIV,1 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) A. PADI Angka Sementara () produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 13,15 juta ton Gabah Kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk menunjang segala kebutuhan hidup semua mahluk hidup. Sehingga dalam pengelolaannya, lahan tersebut harus sesuai

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah

Lebih terperinci

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI Nursanti, Fazriyas, Albayudi, Cory Wulan Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Jambi email: nursanti@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2012)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2012) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 20/03/35/Th.XI,1 Maret 2013 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Sementara produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar 12,20 juta

Lebih terperinci

Studi Kasus Geumpang, Pidie Aceh ANALISA PENYINGKIR HALANGAN DENGAN MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN (AGROFORESTRI)

Studi Kasus Geumpang, Pidie Aceh ANALISA PENYINGKIR HALANGAN DENGAN MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN (AGROFORESTRI) Tugas: Analisa Kelayakan Penyingkiran Halangan (Model Agroforestri) Oleh Shaummil Hadi Pride, Cohort 3 Bogor Fauna & Flora International Aceh Program. 19 November 2008 Studi Kasus Geumpang, Pidie Aceh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora dan fauna. Hutan

Lebih terperinci

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA PKMM-1-6-2 MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA Rahmat Hidayat, M Indriastuti, F Syafrina, SD Arismawati, Babo Sembodo Jurusan Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

SINTESA RPI: AGROFORESTRY. Koordinator: Encep Rachman

SINTESA RPI: AGROFORESTRY. Koordinator: Encep Rachman SINTESA RPI: AGROFORESTRY Koordinator: Encep Rachman TARGET OUTPUT RPI 2012-2014 Sintesa Output 1: Paket Iptek pendukung peningkatan produk0vitas lahan dgn pola agroforestry berbasis kayu pertukangan Output

Lebih terperinci

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari : Kamis Tanggal : 31 Juli 2008 Pukul : 09.00 Wib

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan sektor pertanian. Perkebunan juga berperan dalam membangun perekonomian nasional,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen kakao terbesar

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hutan merupakan bagian penting di negara Indonesia. Menurut angka resmi luas kawasan hutan di Indonesia adalah sekitar 120 juta hektar yang tersebar pada

Lebih terperinci

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang. ELABORASI Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci