PENERAPAN STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMILIH STUDI LANJUT SISWA. Dian Triwahyuningsih 1 dan Budi Purwoko 2
|
|
- Hartono Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENERAPAN STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMILIH STUDI LANJUT SISWA Dian Triwahyuningsih 1 dan Budi Purwoko 2 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan strategi pengambilan keputusan untuk meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik. Jenis penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design. Subyek penelitian adalah delapan siswa yang memiliki tingkat kemampuan memilih studi lanjut rendah. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik non parametric dengan uji rangking bertanda Wilcoxon, di mana hasil analisis menunjukkan nilai T hitung =0, bila taraf kesalahan sebesar 5% dan N=8 diperoleh nilai T tabel =4, maka dapat ditarik kesimpulan T hitung < T tabel (0<4). Dengan demikian pernyataan hipotesis Ada peningkatan yang signifikan pada skor kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik antara sebelum dan sesudah penerapan strategi pengambilan keputusan dapat diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pengambilan keputusan dapat meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik. Kata kunci: Strategi Pengambilan Keputusan dan Kemampuan Memilih Studi Lanjut 1 Alumni Prodi BK FIP Unesa 2 Staf Pengajar Prodi BK FIP Unesa
2 Pendahuluan Bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), menamatkan pendidikan di SMA berarti memasuki suatu masa peralihan menuju sebuah wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakannya, yaitu pada perguruan tinggi. Tidak ada pola tertentu untuk menentukan tugas ataupun kewajiban yang harus dipenuhi siswa setelah lulus dari SMA, sebab siswa harus menentukan sendiri apa yang harus dilakukannya. Namun sangat disayangkan, bahwa masih banyak siswa atau lulusan SMA yang belum memiliki gambaran yang jelas tentang arah hidup yang akan ditempuhnya, atau paling tidak apa yang bisa dilakukan setelah lulus dari SMA. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian dan pemikiran yang cukup mendalam mengingat hal ini menyangkut penentu arah hidupnya di masa mendatang (Kansil dan Kansil, 1997:3). Menentukan lanjutan studi bagi lulusan SMA bukanlah merupakan perkara yang mudah. Seperti yang dinyatakan oleh Gunawan (2001:31) bahwa: Pilihan untuk memasuki perguruan tinggi atau dengan kata lain melanjutkan studi atau pendidikan ke perguruan tinggi adalah salah satu persoalan yang sangat penting yang dihadapi oleh orangtua dan siswa Sekolah Menengah Atas. Oleh sebab itu, sebelum membuat pilihan studi lanjut, siswa perlu membuat perencanaan yang matang atas beberapa informasi yang telah diperoleh. Sehingga pada akhirnya siswa mampu membuat keputusan yang tepat atas pilihan studi lanjut sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya, serta keputusan yang dibuat tersebut tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) II di SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik, ditemukan sebanyak tujuh orang alumni yang merasa salah dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Dibuktikan dengan hasil wawancara dengan ketujuh alumni tersebut yang menyatakan bahwa ternyata jurusan yang mereka pilih tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mengakibatkan mereka merasa mudah bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti perkuliahan. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah tersebut, diperolah fakta bahwa terdapat sekitar 35% dari 319 siswa kelas XI yang masih mengalami kesulitan, kebingungan, dan keragu-raguan dalam menentukan pilihan studi lanjut, termasuk pada jurusan dan perguruan tinggi mana yang akan menjadi pilihannya. Kesulitan, kebingungan, dan keraguraguan siswa dalam menentukan pilihan studi lanjut ini disebabkab oleh tiga hal. Pertama, kurangnya pemahaman diri seperti bakat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka hanya ikut-ikutan teman, mengikuti keinginan orangtua, dan sekedar melihat tren tanpa mereka tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Ke dua, kurangnya informasi yang relevan mengenai berbagai jurusan di perguruan tinggi beserta prospek kerjanya. Sebagian besar siswa hanya mengenal beberapa jurusan saja, akibatnya pilihan-pilihan yang akan dibuat pun terbatas. Ke tiga, kurangnya kemampuan siswa untuk membuat, mempertimbangkan, dan menentukan satu dari beberapa alternatif menjadi sebuah keputusan pilihan studi lanjut yang diinginkan sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya. Jika tetap dibiarkan, kondisi tersebut akan melahirkan berbagai implikasi langsung kepada diri para pelajar maupun implikasi tidak langsung kepada lingkungan
3 sosial dan budaya bangsa. Dampak kepada para pelajar sebagai implikasi dari perilaku tersebut di atas adalah rendahnya prestasi akademik. Sementara dampak kepada lingkungan sosial dan budaya bangsa dari perilaku pelajar tersebut di atas adalah tingginya angka penggangguran terpelajar (student unemployment), serta rendahnya daya saing bangsa di tengah tengah bangsa lain di dunia. (http: //karya-ilmiah.um.ac.id/ index.php/bkpsikologi/article/view/1171/). Senada dengan pernyataan di atas, Winkel (2005:116) menyatakan bahwa: Kekeliruan dalam memilih program studi di tingkat pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi dapat membawa akibat fatal bagi kehidupan seseorang. Selain itu, dalam asp?id=507, dijelaskan bahwa kesalahan dalam proses memilih studi lanjut ini akan membawa beberapa dampak. Pertama, memilih jurusan sesuai dengan saran teman, mengikuti pilihan orangtua, atau hanya sekedar mengikuti tren akan membawa dampak terhadap turunnya motivasi belajar, daya tahan terhadap tekanan dan konsentrasi, serta daya juang dalam menghadapi perkuliahan yang semakin hari dirasa semakin sulit (Problem psikologis). Ke dua, kesalahan dalam memilih studi lanjut dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, kesulitan dalam memahami materi dan memecahkan persoalan, serta pencapaian prestasi yang tidak optimal, yang pada akhirnya menunjukkan pencapaian indeks prestasi yang rendah (Problem akademis). Ke tiga, ketidakmampuan dalam menguasai materi perkuliahan membawa dampak pada hasil yang tidak memuaskan akan membuat seseorang merasa rendah diri, sehingga membuat individu cenderung menjadi pendiam dan menarik diri dari pergaulan. Bahkan sebaliknya, seseorang bisa menjadi agresif sebagai kompensasi dari inferioritas di perkuliahan, yang diwujudkan dengan sikap mendominasi atau mengintimidasi orang yang dianggap lebih pandai dari dirinya (Problem relasional). Melihat hal yang demikian itu, guru BK di sekolah tersebut telah berupaya menangani permasalahan menyangkut pilihan studi lanjut ini dengan memberikan beberapa informasi terkait dengan dunia perguruan tinggi. Informasi yang diberikan meliputi persyaratan masuk perguruan tinggi, biaya yang dibutuhkan, fasilitas, gambaran umum jurusan/ prodi, status perguruan tinggi, prospek kerja, cara penyeleksian masuk perguruan tinggi, dan informasi-informasi lain yang diperoleh melalui buku sumber dan dari brosur berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Dari penanganan tersebut, ternyata tidak sepenuhnya efektif membantu siswa dalam membuat keputusan pilihan studi lanjut. Memperoleh dan mengolah berbagai informasi yang didapat baik mengenai diri maupun lingkungan siswa, sangat diperlukan dalam menentukan pilihan studi lanjut. Namun demikian, membuat suatu keputusan tanpa desertai dengan perencanaan yang matang atas beberapa alternatif tindakan tidak akan menghasilkan keputusan yang baik. Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan adanya suatu strategi dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan pilihan studi lanjut siswa. Pada hakekatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan faktafakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
4 merupakan tindakan yang paling tepat (Siagian, 1984:83). Mengambil keputusan adalah suatu keterampilan, yang dapat dipelajari, dimodifikasi, dan proses konseling menyajikan suatu situasi yang ideal bagi konselor untuk membantu klien mengambil keputusan (Nursalim, dkk. 2005:135). Oleh sebab itu, penerapan strategi pengambilan keputusan ini diduga mampu membantu siswa dalam meningkatkan kemampuannya dalam membuat keputusan pilihan studi lanjut. Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalahnya adalah Adakah peningkatan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik sesudah diterapkan strategi pengambilan keputusan? Pembahasan Menurut Badudu dan Zein (2001), kemampuan adalah Kesanggupan, kecakapan, atau kepandaian menyelesaikan sesuatu berdasarkan tujuan. Sedangkan memilih diartikan sebagai kegiatan membuat pilihan; menentukan. Sutikna (1998:17) mengartikan studi lanjut sebagai Pendidikan sambungan atau lanjutan setelah tamat dari pendidikan yang saat ini ditempuh. Studi lanjut yang dimaksud dalam hal ini adalah pendidikan lanjutan di perguruan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1990 tentang perguruan tinggi seperti yang dikutip oleh Winkel (2007:728), menyatakan perguruan tinggi adalah Pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan memilih studi lanjut adalah suatu kecakapan atau kesanggupan dalam membuat atau menentukan pilihan pendidikan lanjutan yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Tentu saja dalam menentukan pilihan studi lanjut siswa setelah lulus dari SMA tidaklah mudah, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Bashori (2004:92) secara lebih terperinci membagi faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam memilih studi lanjut tersebut menjadi dua, yaitu faktor pribadi dan faktor lingkungan. 1) Faktor pribadi, meliputi:tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol. Bakat atau kemampuan di bidang akademis. 2) Faktor lingkungan, meliputi: Nilai-nilai kehidupan masyarakat, Keadaan ekonomi keluarga, Kebutuhan atau prospek lapangan pekerjaan yang terkait, Kesempatan mendapatkan peluang suatu jabatan atau pekerjaan. Kansil dan Kansil (1997:15) dalam hal ini juga mengungkapkan pendapatnya bahwa: Suatu hal atau faktor yang dianggap sebagai pengganggu dalam proses pengambilan keputusan apabila faktor tersebut dapat mempersulit pengambilan keputusan atau pembelokan arah keputusan dari yang seharusnya. Salah satu faktor adalah lingkungan hidup terdekat seseorang, yaitu orangtua serta anggota keluarga terdekat lainnya. Gangguan lain dapat berasal dari lingkungan sekitar yang dapat timbul dari teman-teman terdekat. Lebih lanjut Kansil dan Kansil (1997:26) menjelaskan bahwa hubungan pertemanan yang akrab cenderung dapat menyebabkan seseorang melakukan pengambilan keputusan yang didasarkan atas keputusan dari teman-teman lainnya. Jika temannya memilih jurusan hukum atau ekonomi, maka ia pun akan memilih jurusan yang sama agar mereka tetap bersama, meskipun bakat/ sifat pribadinya tidak sesuai. Untuk itu, pengambilan
5 keputusan semacam ini dapat berbahaya, khususnya menyangkut pilihan dalam melanjutkan pendidikan. Sebab, banyak kegagalan terjadi akibat pengambilan keputusan semacam ini. Selain mempertimbangkan beberapa faktor yang berpengaru seperti yang telah disebutkan di atas, dalam menentukan pilihan studi lanjut terkadang masih ditemui beberapa kendala atau hambatan yang dapat menyebabkan ketidaksiapan dalam pengambilan keputusan studi lanjut. Beberapa hambatan tersebut antara lain: a) Ketidaksiapan dalam menentukan pilihan studi karena kurang memahami keadaan diri dan lingkungannya. b) Belum mampu membuat pilihan-pilihan yang mantap dalam urutan prioritas, ke dua, dan ke tiga. c) Keputusan yang diambil hanya mengikuti kehendak orang lain tanpa disertai pengolahan informasi tentang diri dan lingkungan. d) Tidak memiliki gambaran tentang masa depan. e) Sedang menghadapi konflik dengan keluarga mengenai rencana masa depan. Untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut, maka diberikan perlakuan berupa penerapan strategi pengambilan keputusan. Strategi pengambilan keputusan adalah suatu teknik pendekatan yang digunakan dalam pemilihan dua alternatif perilaku atau lebih yang sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya, baik mencakup pembuatan pilihan (choice making) maupun pemecahan masalah (problem solving) yang dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta, menentukan alternatif, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya. Begitu pula dengan pilihan studi lanjut, siswa yang berkeinginan melanjutkan studi ke perguruan tinggi tentunya membutuhkan suatu cara pengambilan keputusan yang tepat, sehingga keputusan yang akan diambil terkait pilihan studi lanjutnya tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Pada penelitian ini, proses pengambilan keputusan menggunakan tahapan yang dikemukakan oleh Hansen, dkk. (1982). Adapun tahapan dari strategi pengambilan keputusan adalah: a. Menentukan masalah Langkah awal dalam proses pengambilan keputusan adalah menentukan masalah klien. Pada tahap ini konselor dan klien berusaha untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang dikehendaki klien. Maka, tugas konselor pada tahap ini adalah mendengarkan dan mengerti apa yang dikatakan klien. Konselor dapat membantu klien dengan membuat penjelasan-penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada. Konselor perlu berhati-hati dalam menginterpretasikan masalah klien, sebab keberhasilan pembentukan hubungan dalam tahap ini akan berpengaruh pada keberhasilan proses konseling. b. Menemukan alternatif Pada tahap ini konselor dan klien secara bersama-sama mengidentifikasi alternatif-alternatif yang tersedia dan dapat diterima oleh klien. Tugas konselor adalah membantu klien mempelajari cara-cara mengidentifikasi dan mempertimbangkan kemungkinan terbaik yaitu dengan cara: 1) Konselor dan klien hanya mendiskusikan kemungkinankemungkinan tersebut, apa-apa yang telah dipertimbangkan oleh klien dan apa-apa yang perlu ditambahkan oleh konselor.
6 2) Konselor dan klien mengidentifikasi bidang-bidang yang nampak penting tapi tidak tersedia cukup data. Bermacam-macam data diperlukan dalam mengembangkan alternatif. Katalog perguruan tinggi, bahan-bahan bimbingan karir, dan nama-nama lembaga merupakan contoh dari bahanbahan yang telah siap pakai. Selain itu, wawancara langsung dengan orangorang yang berkaitan dengan beberapa alternatif juga perlu dipertimbangkan. Proses mencari alternatif akan selesai bila klien berhenti mendiskusikannya. Hal ini menuntut kepekaan konselor terhadap sikap yang ditunjukkan klien, agar proses pengambilan keputusan dapat terus berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. c. Mengumpulkan informasi Dalam kerangka kerja ini, konselor dan klien bekerja bersama-sama untuk mengidentifikasi apa yang telah diketahui dan mengumpulkan informasi untuk mengisi apa-apa yang belum diketahui. Informasi memang tidak menjamin baiknya keputusan, namun tanpa informasi tidak akan ada suatu keputusan yang baik. Kegiatan mengumpulkan informasi tidak hanya sekedar diskusi seperti hal nya dalam konseling tetapi juga bagaimana agar klien mampu memahami dirinya. Herr dan Cramer (1979) mengelompokkan informasi ini menjadi empat kategori: yaitu kemampuan dan keterampilan, nilai-nilai dan kepentingan, kesempatan pendidikan dan jabatan, serta pengharapan kelas sosial dan aspirasi keluarga. Klien membutuhkan informasi khusus, sedikitnya tentang dua hal, yaitu: 1) Informasi mengenai alternatifalternatif yang telah disebutkan terdahulu, dapat diperoleh melalui bahan-bahan siap pakai seperti katalog perguruan tinggi, bahanbahan bimbingan karir, buku pedoman tentang pekerjaan, dan sebagainya. 2) Informasi yang berkaitan dengan diri klien, dapat diperoleh dengan memberikan tes kemampuan, bakat, dan minat. Riwayat pribadi dan riwayat pendidikan pendidikan sebelumnya juga bisa memberikan informasi tentang diri klien. Selain itu, rencana wawancara langsung dengan orang yang berkaitan langsung dengan alternatif tertentu tentu saja akan memberi peluang untuk mendapat informasi lebih banyak. d. Memproses informasi Memproses informasi merupakan tahap yang penting dan sukar bagi klien dan juga konselor. Sebab, sekarang klien harus menilai alternatif-alternatif yang muncul dari beberapa informasi yang telah dikumpulkan. Dalam banyak kasus, klien membutuhkan bantuan dalam mengembangkan suatu metode yang efektif untuk menyelesaikan tahap ini. Klien juga harus mulai menentukan manfaat dari berbagai informasi yang telah didapat. Tugas konselor adalah membantu klien menemukan faktor-faktor mana dari informasi tersebut yang relevan dengan keputusan. Konselor menggunakan informasi ini untuk: 1) mengembangkan kemungkinan-kemungkinan keberhasilan klien dalam berbagai alternatif, dan 2) membantu klien agar dapat lebih memahami dirinya (Brammer dan Shostrom, 1977). Ketika data dikumpulkan dan diteliti relevansinya antara karakteristik klien dan kemungkinan-kemungkinan yang
7 ada, konselor mulai membuat interpretasi untuk membantu klien memahami beberapa aspek dalam keputusan dan dari data-data yang belum dimengerti. Dengan lain perkataan, konselor mulai mengintegrasikan data-data dan karakteristik klien dengan data-data yang diperolah dari luar. e. Membuat beberapa rencana Tahap selanjutnya adalah mengintegrasikan informasi menjadi sebuah rencana tindakan yang bersifat sementara. Pada tahap ini juga dimungkinkan untuk memberikan beberapa pengalaman praktis kepada klien, seperti memainkan peran, simulasi, atau juga pengalaman yang sebenarnya. Metode yang digunakan akan tergantung pada model yang digunakan oleh konselor. f. Mengimplementasikan dan menilai rencana Terdapat beberapa manfaat dalam menekankan aspek sementara pada rencana klien. Klien harus memutuskan untuk melangkah pada rencana tindakan tertentu, tetapi tindakan ini harus bersifat sementara untuk memberi kesempatan penyesuaian. Klien harus mengimplementasikan keputusan dan mengembangkan beberapa metode penilaian. Klien juga perlu terlibat dalam kedua proses tersebut, sebab klien lah yang harus bertanggung jawab terhadap konsekuensi atas keputusan yang telah dibuat. Keterlibatan ini tentu saja akan membantu klien dalam mempelajari proses pengambilan keputusan untuk dihadapkan pada keputusan-keputusan yang lebih penting dan lebih kompleks di masa yang akan datang. Seringkali proses berhenti setelah diambilnya suatu keputusan. Jika demikian yang terjadi, hendaknya konselor mengarahkan perhatiannya pada aspek evaluasi dan segera meninjau kembali hasil-hasilnya. Beberapa alasan yang mendasari digunakannya tahapan ini adalah sebagai berikut: a. Proses dari tahapan ini cukup lengkap dan terperinci, yakni mencakup beberapa langkah mulai dari menentukan masalah, menemukan alternatif, mengumpulkan informasi, memproses informasi, membuat beberapa rencana, serta mengimplementasikan dan menilai rencana. b. Dapat diterapkan pada siswa dalam membuat keputusan termasuk dalam memilih studi lanjut, sebab dalam tahapan ini memungkinkan siswa untuk dapat secara mandiri mencari dan memproses informasi terkait dengan diri dan lingkungannya, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat. c. Konselor memiliki keterlibatan peran dalam membantu klien pada setiap tahapan, namun tentu saja tanpa memberikan masukan pribadi yang mengarah pada keputusan yang dibuat oleh klien. Metode Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian pre-eksperimental dengan one group pretest-posttest design. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik yang memiliki kemampuan memilih studi lanjut rendah yang diketahui melalui metode angket. Agar mencapai hasil yang optimal,
8 jumlah subyek penelitian ditentukan dengan mengambil 8 siswa yang memiliki skor kemampuan memilih studi lanjut terendah. Penentuan 8 subyek ini disesuaikan dengan jumlah ideal suatu pelaksanaan kegiatan konseling, yakni antara 8 sampai 12 anggota kelompok (Nursalim dan Suradi, 2002:72). Teknik analisis data menggunakan uji rangking bertanda Wilcoxon, alasan digunakannya uji rangking bertanda Wilcoxon adalah karena selain dapat diketahui arah perbedaan, juga dapat diketahui efek atau besar perbedaannya. Hasil Dalam uji rangking bertanda Wilcoxon H 0 ditolak jika harga lebih kecil dari dan H 0 diterima jika lebih besar dari. Sebaliknya, H a ditolak jika harga lebih besar dari dan H a diterima jika lebih kecil dari. Berdasarkan tabel nilai kritis T uji rangking bertanda Wilcoxon dengan taraf signifikansi 5% dan N=8 diperoleh T tabel = 4 dan T hitung = 0, maka T hitung < T tabel (0 < 4). Dengan demikian pernyataan hipotesis Ada peningkatan yang signifikan pada skor kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik antara sebelum dan sesudah penerapan strategi pengambilan keputusan dapat diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pengambilan keputusan dapat meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik. Hasil analisis di atas sesuai dengan pendapat Nursalim (2005:135) yang mengemukakan bahwa rasional penggunaan strategi pengambilan keputusan adalah semua persoalan membutuhkan pengambilan keputusan. Labih lanjut, memilih pekerjaan, memilih program studi, memilih antara beberapa alternatif kehidupan, dan penyelesaian persoalan pribadi merupakan contoh-contoh dimensi pengambilan keputusan dalam konseling. Dalam pelaksanaan strategi pengambilan keputusan untuk memilih studi lanjut ini, konselor membantu klien dengan menciptakan kondisi pengambilan keputusan dan membantu klien mempelajari proses tersebut, yaitu membantu klien mengidentifikasi kemampuan diri, pengaruh orang-orang terdekat, informasi mengenai dunia perguruan tinggi, serta bagaimana mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam proses pengambilan keputusan pilihan studi lanjut. Tugas konselor selanjutnya adalah membantu klien mengintegrasikan faktor-faktor tersebut yang relevan dengan keputusan, sehingga pada akhirnya klien mampu membuat pilihan-pilihan studi lanjut yang mantap dalam urutan prioritas. Kelemahan penelitian ini adalah hanya menggunakan angket sebagai alat pengumpul data, untuk itu pada penelitian selanjutnya sebaiknya digunakan observasi dan wawancara jika data yang diperoleh dari hasil angket dirasa kurang memenuhi syarat sebuah penelitian. Pemberian perlakuan penerapan strategi pengambilan keputusan dilakukan hanya enam kali pertemuan, dibutuhkan waktu yang lebih banyak dalam melaksanakan perlakuan dengan menggunakan strategi pengambilan keputusan, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan untuk meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa secara optimal. Selain itu, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experiment design yang tidak menggunakan variabel-variabel pengendali, sehingga untuk peneliti-peneliti berikutnya supaya menyertakan variabel-variabel
9 pengendali yang mendukung penelitian tersebut. Kelemahan yang lain adalah kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut tidak hanya dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi pengambilan keputusan saja, melainkan dimungkinkan kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi-strategi lain yang ada dalam Bimbingan dan Konseling. Simpulan Berdasarkan tabel nilai kritis T uji rangking bertanda Wilcoxon dengan taraf signifikansi 5% dan N=8 diperoleh T tabel = 4 dan T hitung = 0, maka T hitung < T tabel (0 < 4) yang berarti pernyataan hipotesis Ada peningkatan yang signifikan pada skor kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik antara sebelum dan sesudah penerapan strategi pengambilan keputusan dapat diterima. Dengan demikian terbukti bahwa penerapan strategi pengambilan keputusan dapat meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dikemukakan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini, antara lain: 1) konselor sekolah dapat menerapkan strategi pengambilan keputusan sebagai alternatif bantuan kepada siswa yang mempunyai masalah utamanya menyangkut kemampuan dalam memilih studi lanjut. 2) penerapan strategi pengambilan keputusan ini perlu memperhatikan beberapa aspek, diantaranya: masalah waktu, kesanggupan, dan keseriusan siswa dalam melaksanakan kegiatan. Oleh karena itu, konselor sekolah seyogyanya dapat mempertimbangkan waktu (mengatur waktu yang tepat) untuk melaksanakan kegiatan, serta menguasai strategi pengambilan keputusan agar dapat memberikan rasionalisasi yang tepat sehingga siswa dapat mengetahui apa sebenarnya strategi pengambilan keputusan tersebut, utamanya menyangkut tujuan yang dapat dicapai setelah dilakukan penerapan strategi pengambilan keputusan. 3) peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa dapat menambah alat pengumpul data misalnya observasi dan wawancara, karena dalam penelitian ini hanya menggunakan angket sebagai alat pengumpul data. 4) pemberian perlakuan penerapan strategi pengambilan keputusan dilakukan hanya enam kali pertemuan, sehingga untuk peneliti-peneliti berikutnya supaya menggunakan waktu yang lebih banyak dalam melaksanakan perlakuan dengan menggunakan strategi pengambilan keputusan, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan untuk meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa secara optimal. a. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment design yang tidak menggunakan variabelvariabel pengendali, sehingga untuk peneliti-peneliti berikutnya supaya menyertakan variabel-variabel pengendali yang mendukung penelitian tersebut. b. Kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut tidak hanya dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi pengambilan keputusan saja, sehingga untuk penelitipeneliti berikutnya diharapakan dapat menggunakan strategi-strategi yang lain dalam Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut.
10 Daftar Rujukan Ahmadi, Abu dan Rohani, Ahmad Bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta All Habsy Bakhrudin Penerapan Strategi Pengambilan Keputusan untuk Meningkatkan Kemampuan Memilih Jurusan pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA Asnawi, Atik Penerapan Strategi Pengambilan Keputusan untuk Meningkatkan Ketepatan Pemilihan Program Jurusan Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Menganti Kabupaten Gresik Tahun 2006/2007. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA Basori, Muh Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Karir bagi Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang Ginting, Cipta Kiat Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo Gunawan, Yusuf Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Prenhallindo Hansen, dkk Counseling: Theory and Process Third Edition. Boston: Allyn and Bacon, INC Hardjana, Agus M Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius (anggota IKAPI) Hasan, Iqbal Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kansil, C.S.T. dan Kansil, Christine, S.T Melangkah ke Perguruan Tinggi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Manrihu, Muh. Thayeb Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi Aksara Misdi Kemana Setelah Lulus SMA?. Surabaya: Sigmagama Press Muhidin, Ali Sambas dan Abdurrahman, Maman Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia Nazir, Moh Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Nursalim, Moch. dan Suradi Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press Nursalim, Mochammad. dkk Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press Siagian, Sondang P Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung Agung Susilowati, Pudji Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi. Jurnal psikologi, (Online), ( asp?id=507, diakses 20 Mei 2010) Sutikna, Agus Bimbingan Karir untuk SMA. Jakarta: Intan Pariwara Syamsi, Ibnu Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara Utami, Yuni Setyo Pilihan Program Studi di Perguruan Tinggi Berdasarkan Jurusan di SMA Negeri 1 Turen. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Manajemen UM Winkel, W.S. dan Hastuti, Sri Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
11
BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA DALAM KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT
BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA DALAM KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT Tuti Rindiani 1 dan Tamsil Muis 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT TERHADAP KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT
PENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT TERHADAP KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT Dwi Dessy Setyowati 1 dan Mochamad Nursalim 2 Abstrak Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh layanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat
Lebih terperinciPenerapan Konseling Kelompok Trait Factor untuk Mengatasi Kesulitan dalam Perencanaan Karir pada Siswa
Penerapan Konseling Kelompok Trait Factor untuk Mengatasi Kesulitan dalam Perencanaan Karir pada Siswa Abstrak Ary Wahyu Ratnaningtyas 1 dan Satiningsih 2 Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA
77 Jurnal Psikologi Jurnal Pendidikan Psikologi Pendidikan & Konselin Vol. & Konseling 1 No. 1 Juni 2015 Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 77-83 ISSN: 2443-2202 EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Strategi Restrukturing Kognitif dalam Konseling Kelompok terhadap Percaya Diri dalam Memilih Karier Siswa
Pengaruh Penggunaan Strategi Restrukturing Kognitif dalam Konseling Kelompok terhadap Percaya Diri dalam Memilih Karier Siswa Abstrak Peggy Aprilia dan Hartono Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP
Lebih terperinciOleh: Wentin Suhartatik Guru SMP Negeri 1 Polagan Kabupaten Tranggalek
196 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK MODEL PERMAINAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI PILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS IX-E SMP NEGERI 1 POGALAN
Lebih terperinciPENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA. Lailatul Mufidah 1 dan Mochamad Nursalim 2
PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA Lailatul Mufidah 1 dan Mochamad Nursalim 2 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan
Lebih terperinciPenerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Membantu Siswa Meningkatkan Motivasi Belajar. Desti Fatayati 1 dan Eko Darminto 2
Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Membantu Siswa Meningkatkan Motivasi Belajar Desti Fatayati 1 dan Eko Darminto 2 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan konseling kelompok
Lebih terperinciJurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling, Volume 1 Nomer 1 Tahun 2013, pp Januari
PENERAPAN LAYANAN INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MOVIE MAKER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MEMILIH STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS XII DI SMA NEGERI 3 LAMONGAN Listianah Prof. Dr. H. Muhari Bimbingan
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT TERHADAP PERENCANAAN KARIR SISWA
PENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT TERHADAP PERENCANAAN KARIR SISWA Novi Wahyu Hidayati Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP-PGRI Pontianak Jl Ampera Kota Baru No. 88 Telp.(0561)748219
Lebih terperinciremaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.
I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciUSAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)
Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima01/01/2013 Direvisi12/01/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 hlm. 310-316 USAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sangat tergantung pada bantuan orang-orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja
Lebih terperinciHanim Mujidatul Iffah Prodi BK, FIP, UNESA,
LAYANAN INFORMASI KARIER MELALUI MEDIA PERMAINAN MONOPOLI UNTUK MENINGKATKAN KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XI IPA-2 SMAN 1 MENGANTI Hanim Mujidatul Iffah Prodi BK, FIP, UNESA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi selalu terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia merupakan refleksi dari kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun
Lebih terperinciHUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII
1 HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII Ari Widayat (ariwidayat.716@gmail.com) 1 Giyono 2 Rani Rahmayanthi 3 ABSTRACT The purpose of this study was to
Lebih terperincidiri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA
Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Pemahaman Kepribadian Siswa Kelas X... 25 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan dan modal untuk menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga erat kaitannya dengan bagimana
Lebih terperinciJURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF THE SOCIODRAMA TECHNIQUE TO IMPROVE ELEVENTH SCIENCE
Lebih terperinciKata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir
PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP PEMILIHAN KARIR (CAREER CHOICE) PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Oleh : Ahmad Roni. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering muncul pada remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode
Lebih terperinciPenerapan Konseling Kelompok Realita untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah. Nurin Cholifatul Ma rifa 1 dan Titin Indah Pratiwi 2
Penerapan Konseling Kelompok Realita untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah Nurin Cholifatul Ma rifa 1 dan Titin Indah Pratiwi 2 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan konseling
Lebih terperinciPENERAPAN KONSELING TRAIT AND FACTOR PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMILIH PROGRAM PENJURUSAN BAHASA
1 PENERAPAN KONSELING TRAIT AND FACTOR PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMILIH PROGRAM PENJURUSAN BAHASA Desta Putu Wikarta 1 dan Mochamad Nursalim 2 Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Lebih terperinciJURNAL. Oleh : SULIS HAFID PAMUNGKAS K
PENGARUH LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT TERHADAP KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 JURNAL Oleh : SULIS HAFID PAMUNGKAS K3110065
Lebih terperinciJURNAL. Oleh: MIA DEWANTI Dibimbing oleh : 1. Dr. Hj. Sri Panca Setyawati, M.Pd. 2. Vivi Ratnawati, S.Pd., M.Psi.
JURNAL PENERAPAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK MENGGUNAKAN STRATEGI REFRAMING UNTUK MENGURANGIKECEMASAN BERTANYA SISWA DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Oleh:
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA
14 Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Memilih Jurusan IPA Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 72 Jakarta FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA Yuriani Rinni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PERENCANAAN KARIR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 NGADILUWIH TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PERENCANAAN KARIR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 NGADILUWIH TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP PERENCANAAN PEMILIHAN JURUSAN SISWA KELAS X A TAHUN AJARAN 2014/2015
KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP PERENCANAAN PEMILIHAN JURUSAN SISWA KELAS X A TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciHUBUNGAN BIMBINGAN KARIR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI SISWA KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 2 KANDAT KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
HUBUNGAN BIMBINGAN KARIR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI SISWA KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 2 KANDAT KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciYeni Muslihatul Khoiriyah Drs.Moch. Nursalim, M.Si. Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Meningkatkan Pemahaman Karer Siswa dengan Pemberian Layanan Informasi Karier di Kelas XI IS-4 SMA Negeri 13 Surabaya (Suatu Penelitian Tindakan Dalam Bimbingan dan Konseling) MENINGKATKAN PEMAHAMAN KARIER
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA
Pengaruh Layanan Bimbingan Klasikal Strategi Inkuiri Terhadap Pemahaman Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa 77 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA
Lebih terperinciPROSIDING Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling dan Konsorsium Keilmuan BK di PTKI Batusangkar, November 2015
PENGEMBANGAN MODUL LAYANAN INFORMASI KARIER DI SMK UNTUK PERSIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA Oleh: Dra. Rafsel Tas adi, M.Pd. Sisrazeni, S.Psi.I., M.Pd. (Pogram Studi BK Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI MODELING SIMBOLIK DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMAHAMAN KARIER SISWA KELAS X SMK AL-ISLAH SURABAYA
PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI MODELING SIMBOLIK DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMAHAMAN KARIER SISWA KELAS X SMK AL-ISLAH SURABAYA Lurian Magendra Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan
Lebih terperinciCONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI
Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Tiara Irmawati Budi Handoyo Purwanto Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRINGKUKU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRINGKUKU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompleksnya persoalan akibat globalisasi yang terjadi di masyarakat, menjadikan hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI TEKNIK JIGSAW INTEGRASI JURNAL AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH KONSELING KARIR
IMPLEMENTASI TEKNIK JIGSAW INTEGRASI JURNAL AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH KONSELING KARIR MARYAM RAHIM Universitas Negeri Gorontalo Jurusan Bimbingan
Lebih terperinciPENELUSURAN MINAT-BAKAT UNTUK SISWA SMA DI YOGYAKARTA
Penelusuran Minat-Bakat untuk Siswa SMA di Yogyakarta Rostiana, et al. PENELUSURAN MINAT-BAKAT UNTUK SISWA SMA DI YOGYAKARTA Rostiana 1, Kiky Dwi Hapsari Saraswati 2 1 Fakultas Universitas Tarumanagara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, meskipun pada dasarnya proses pendidikan dapat dilaksanakan di
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN Azhar, Enny Fitriani 1) dan Zakiah Hasibuan 2) 1) Dosen FKIP UMN Alwashliyah dan
Lebih terperinciPEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH
PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika
Lebih terperinci: RARAS PUTRI PRAMESWARI K
PENGEMBANGAN BAHAN INFORMASI BIMBINGAN TENTANG STUDI LANJUT KE PERGURUAN TINGGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR BAGI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS JURNAL Oleh : RARAS PUTRI PRAMESWARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dihadapkan kepada fenomena yang sering ada di dalamnya. Selama ini masyarakat sering menentukan seorang anak yang belajar di suatu sekolah dikatakan
Lebih terperincipermasalahan di akibatkan rasa rendah diri. PENDAHULUAN Dari akibat rasa rendah diri di sekolah ± 15 Rasa rendah diri adalah perasaan bahwa
PENDAHULUAN Rasa rendah diri adalah perasaan bahwa seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal. Perasaan demikian dapat muncul sebagai akibat sesuatu yang nyata atau hasil imajinasinya
Lebih terperinciLAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA SEMESTER III JURUSAN PPB/BK FIP UNIMED TAHUN AJARAN 2016/2017
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA SEMESTER III JURUSAN PPB/BK FIP UNIMED TAHUN AJARAN 2016/2017 Mirza Irawan Universitas Negeri Medan Email: mirza@konselor.org
Lebih terperinci1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 42-47 STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TEAMS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana manusia menghadapi tantangan dalam berkembang pesatnya globalisasi. Indonesia sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Bimbingan sebagai bagian dari pendidikan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan belajar merupakan bagian integral dalam proses pendidikan secara keseluruhan. Bimbingan sebagai bagian dari pendidikan memiliki tujuan khusus, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciPENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI BEKERJA PESERTA DIDIK KELAS XII TSM 1 SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI BEKERJA PESERTA DIDIK KELAS XII TSM 1 SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciOleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI
0 UPAYA MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN SIMULASI PADA SISWA SMK NEGERI 1 KLEGO KABUPATREN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM.
Lebih terperinciPENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA
PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA Antina Delhita, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tujuan
Lebih terperinciPROSIDING ISBN :
P 26 PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, INTELIGENSI QUOTIENT, DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI OLIMPIADE SAINS DI SMA NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 ARY WIDAYANTO SMA N 1 BANTUL ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Kesiapan Kerja Siswa. 1) Pengertian Kesiapan Kerja
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kesiapan Kerja Siswa 1) Pengertian Kesiapan Kerja Pengertian kesiapan kerja menurut Robert Brady (2009), berfokus pada sifatsifat pribadi, seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini, teknologi dan informasi semakin berkembang sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para mahasiswa telah
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA PERENCANAAN KARIR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY WISMASARI 16713251012 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR
MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR Nofianti Eka Permadi Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MANAJEMEN WAKTU MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK KONTRAK PERILAKU PADA SISWA KELAS VIII-2 SMP N 5 TEBING TINGGI
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MANAJEMEN WAKTU MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK KONTRAK PERILAKU PADA SISWA KELAS VIII-2 SMP N 5 TEBING TINGGI S. Rosnetty Saragih Surel: srosnettysaragih01@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
Lebih terperinciEFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR SISWA
EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PENINGKATAN KEGIATAN BELAJAR SISWA Erla Prita Novartianti (10220117) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental
73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK IPS DI PERGURUAN TINGGI
Pengaruh Teknik Jigsaw Terhadap Pemahaman Siswa Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi... 65 PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan tentang program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut. 1. Kematangan karir siswa kelas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: BANY IRAWAN NIM: 12500020 Abstraks: Tujuan penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengantar manusia menuju kesempurnaan. Menurut pendapat Muzayyin (2005) Tugas dan fungsi
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seeorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa dari segi biologis, psikologis, paedagogis, yang sesuai
Lebih terperinciPENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS PERENCANAAN KARIR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling
PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS PERENCANAAN KARIR Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi,
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten
Lebih terperinciPEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI. Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM.
PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM. 11104244043 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa. Melalui pendidikan, siswa dapat lebih mandiri, mewujudkan cita-cita serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan karier siswa. Melalui pendidikan, siswa dapat lebih mandiri, mewujudkan cita-cita serta melakukan
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN
79 EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN Oleh: Ivani Mirasari 1 Dra. Gantina Komalasari, M.Psi. 2 Dra. Retty Filiani 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan menilai keberadaan
Lebih terperinciTitis Fitri Putri Astuti ( ) Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK
1 HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS XI-MIA SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Titis Fitri Putri Astuti (11500048) Pembimbing
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA KARTU DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK PENGENTASAN MASALAH SISWA
PENGARUH MEDIA KARTU DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK PENGENTASAN MASALAH SISWA Martunis, Khairul Bariah, M. Husen Universitas Syiah Kuala Email : martunis_yahya@yahoo.co.id ABSTRAK Dalam proses
Lebih terperinciMENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR Sri Sumarsih,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada pengertian kemandirian yaitu bahwa manusia dengan keutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, merupakan tujuan utama dari perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah periode transisi dari perkembangan manusia fisik dan mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan biologis (yaitu
Lebih terperinciBAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga
BAB I PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa SMA secara psikologis sedang memasuki perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Hurlock (2009: 207)
Lebih terperinci