Abstract. Keywords: Green Open Space, Descriptive Qualitative, Social and Economic Aspects. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstract. Keywords: Green Open Space, Descriptive Qualitative, Social and Economic Aspects. Abstrak"

Transkripsi

1 MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI KOTA BANDA ACEH Yusmawar Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. ; Abstract This study aimed to analyze the benefits of open green space for urban communities in terms of social and economic aspects in Kota Banda Aceh. The samples in this study were 100 people around the green open space. The model used is a Qualitative Descriptive Analysis using the method of collecting data obtained directly from respondents through interviews and using a literature review on the results of research that has been done. The results showed that most people in urban areas say get the full impact of the benefits of green open spaces. Green open space is very influential for the society means that people can feel the benefits of green open space for urban communities in terms of social and economic aspects in Kota Banda Aceh, one of her people can feel the benefit of air, plants that clean, could increase household incomes and other facilities. Most other people say have not received the benefits of green open space for the community, because it does not take advantage of the resence of green open space for urban communities in terms of social and economic aspects in Kota Banda Aceh to improve welfare. Kota Banda Aceh Government expected to be able to increase the presence of green space, creating Kota Banda Aceh as the city center with the quality of a clean and healthy environment. Keywords: Green Open Space, Descriptive Qualitative, Social and Economic Aspects. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi di Kota Banda Aceh. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang masyarakat di sekitar ruang terbuka hijau tersebut. Model yang digunakan adalah Analisis Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data yang didapat secara langsung dari responden melalui wawancara serta menggunakan kajian pustaka atas hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat di perkotaan mengatakan mendapatkan dampak dari manfaat ruang terbuka hijau tersebut. Ruang terbuka hijau sangat berpengaruh bagi masyarakat artinya masyarakat bisa merasakan manfaat ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi di Kota Banda Aceh, salah satu nya masyarakat bisa merasakan manfaat udara, tanaman-tanaman yang bersih, bisa meningkatkan pendapatan masyarakat dan fasilitas lainnya. Sebagian masyarakat lain mengatakan belum menerima manfaat ruang terbuka hijau bagi masyarakat tersebut, karena tidak memanfaatkan keberadaan ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi di Kota Banda Aceh untuk meningkatkan kesejahteraan. Diharapkan Pemerintahan Kota Banda Aceh dapat meningkatkan keberadaan RTH sehingga menciptakan Kota Banda Aceh sebagai pusat kota dengan kualitas lingkungan yang sehat dan bersih. Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Deskriptif Kualitatif, Aspek Sosial dan Ekonomi. 290

2 PENDAHULUAN Masalah perkotaan pada saat ini menjadi masalah yang cukup rumit untuk diatasi. Perkembangan perkotaan saat ini membawa penurunan kualitas lingkungan hidup atau membawa dampak negatif pada beberapa aspek lingkungan, sosial dan aspek ekonomi. Besarnya tekanan ekonomi akibat persaingan warga kota dengan pendatang juga kerap menyebabkan permasalahan-permasalahan lingkungan ini diabaikan. Kota yang berkembang secara ekonomi tetapi menurun secara ekologi, akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem, seperti meningkatnya suhu udara dan pencemaran lingkungan yang pada gilirannya akan menimbulkan biaya (cost) pembangunan yang tinggi. Kota Banda Aceh terjadi pertambahan jumlah penduduk setiap tahun nya, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya densifikasi penduduk dan permukiman yang cepat dan tidak terkendali di bagian kota. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ruang meningkat untuk mengakomodasi kepentingannya. Menurunnya kualitas permukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah. Perkembangan kota terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan sosial, ekonomi dan budaya serta interaksinya dengan kota lain di daerah sekitar. Secara fisik perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari penduduknya yang makin bertambah, bangunanbangunan yang semakin rapat dan padat dan wilayah terbangun terutama permukiman yang cenderung luas, serta semakin lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial ekonomi kota (Branch, 1996). Berikut data Jumlah Penduduk dan Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh tahun yang di ambil dari Badan Pusat Statistik`Provinsi Aceh. Tabel 1. Jumlah Penduduk (jiwa) dan Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha) Kota Banda Aceh pada Tahun Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Luas RTH (Ha) , , , ,09 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Berdasarkan Tabel 1 menunjukan jumlah penduduk di Kota Banda Aceh yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bisa di lihat bahwa jumlah penduduk menurut kecamatan di Kota Banda Aceh dari tahun 2011 sampai tahun 2014 terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk berbanding terbalik dengan luas RTH yang dimiliki Kota Banda Aceh dari tahun 2011 hingga Semakin tinggi jumlah dan persentase penduduk di suatu daerah akan menjadi tinggi beban pembangunan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Banda Aceh sebanyak 228,562 jiwa dengan luas Ruang Terbuka Hijau sebesar 1421,57 Ha, Jumlah Penduduk terus meningkat setiap tahunnya hingga mencapai 249,499 jiwa pada tahun Dengan peningkatan penduduk yang ada di kota Banda aceh maka permintaan terhadap lahan pemukiman pun terus meningkat dan menyebabkan luas Ruang Terbuka Hijau mengalami penurunan setiap tahunnya menjadi 469,09 Ha pada tahun (Saiful Bahri, 2012) menyebutkan bahwa standar luas minimal RTH yang dibutuhkan di Kota Banda Aceh berdasarkan luas wilayah seluas 1.840,77 ha terdiri dari 1.227,2 ha RTH publik dan 613,6 ha RTH privat, sedangkan berdasarkan kebutuhan oksigen penduduk, kendaraan bermotor dan ternak dibutuhkan RTH seluas 1.605,82 ha tahun 2011, 1.838,31 ha 291

3 tahun 2014 dan 2.148,58 ha tahun Kondisi eksisting RTH yang ada di Kota Banda Aceh seluas 1.474,79 ha yang terdiri dari ha RTH Publik dan 798,52 ha RTH Privat, sehingga belum memenuhi standar kecukupan minimal kebutuhan RTH ditinjau berdasarkan luas wilayah dan kebutuhan oksigen. Secara agregat, diketahui luas RTH tersebut tergolong memadai mengingat masih lebih besar dari tingkat kebutuhan RTH minimal berdasarkan ketentuan Imendagri No. 14 Tahun 1988 sebesar 40 % dari luas wilayah kota. Keberadaan RTH memberikan banyak manfaat terutama manfaat sosial dan ekonomi, penilaian terhadap manfaat sosial ekonomi RTH belum mendapat perhatian. Melihat hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang pemanfaatan RTH dari aspek sosial ekonomi yang meliputi pemanfaatan RTH oleh masyarakat kota yang dapat berdampak Terhadap pendapatan, ekologi, kesehatan, polusi, inovasi, dan pendidikan. Pentingnya penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa RTH merupakan ekosistem yang memberikan manfaat sosial ekonomi. Hal ini sangat penting karena menyangkut keputusan pengembangan RTH bagi kepentingan masyarakat Kota Banda Aceh. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah Bagaimana Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat di Kota Banda Aceh. TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Prof. Dr. Sumarmi, 2010). Keberadaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat. Ruang terbuka hijau kota memiliki banyak fungsi antara lain sebagai arearekreasi, sosial budaya, estetika, fisikkota, ekologis dan memiliki nilai ekonomisyang cukup tinggi bagi manusia maupunbagi pengembangan kota, Akibat meningkatnya pertumbuhan penduduk serta berbagai aktifitas kota menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau kotadan menurunnya kualitas lingkunganhidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem alami sehingga fungsi dari ruang terbuka hijau tidak dapat dipenuhi. 1. Manfaat Ruang Terbuka Hijau Dari Aspek Sosial Ekonomi Menurut (Zhou, 2012) manfaat sosial dari ruang terbuka hijau, yang mencakup rekreasi peluang, kesenangan estika, menyesuaikan kesejahteraan psikologisndan kesehatan fisik, meningkatkan ikatan sosial, dan memberikan kesempatan pendidikan. Untuk menganalisis evaluasi yang ada dan mengukur teknik ruang terbuka hijau perkotaan, kertas menunjukkan bahwa pengukuran tunggal hanya mengevaluas aspek-aspek tertentu dari ruang terbuka hijau, yang mungkin tidak selalu cocok untuk komprehensif menilai manfaat sosial dari kedua penyedia dan konsumen perspektif. Mengingat keterbatasan ini, kertas menawarkan sebuah model yang terintegrasi untuk mengukur ruang terbuka hijau yang mungkin berhubungan dengan keterbatasan saat ini. secara umum terdapat tiga manfaat RTH yaitu manfaat secara lingkungan,sosial dan ekonomis. Manfaat secara lingkungan dijabarkan dalam tiga hal yaitu ekologis (memelihara stabilitas iklim), mengontrol polusi dan konservasi keragaman alam (Menurut (Haq, 2011). Ruang terbuka hijau,memiliki manfaat dan peran khusus pada masing-masing kawasan yang ada pada setiap perencanaan tata ruang kabupaten/kota, yang direncanakan dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman, dan vegetasi, agar dapat berperan dalam mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, dan arsitektural, sehingga dapat memberi manfaat optimal bagi ekonomi 292

4 dan kesejahteraan bagi masyarakat, sebagai berikut. a. Manfaat ekologis; RTH diharapkan dapat memberi kontribusi dalam peningkatan kualitas air tanah, mencegah terjadinya banjir, mengurangi polusiudara, dan pendukung dalam pengaturan iklim. b. Manfaat sosial budaya; RTH diharapkan dapat berperan terciptanya ruang untuk interaksi sosial,sarana rekreasi, dan sebagai penanda (tetenger/landmark) kawasan. c. Manfaat arsitektural/estetika; RTH diharapkan dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kawasan, melalui keberadaan taman, dan jalur hijau. d. Manfaat ekonomi; RTH diharapkan dapat berperan sebagai pengembangan sarana wisata hijau perkotaan, sehingga menarik minat masyarakat / wisatawan untuk berkunjung ke suatu kawasan, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi. 2. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Secara kualitas, RTH perlu di bangunan dan di kembangkan untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar penghuninya. Faktor-faktor pertimbangan itu mencakup pertimbangannya: a) fisik atau dasar eksistensi lingkungan dengan membuat bentuk-bentuk geografis sesuai geotopograsinya: b) sosial untuk mendorong penghuninya bersosialisasi; c) ekonomi, untuk memberi peluang pengembangan sumber produk yang bisa di jual (misal, bahan makanan berupa bunga, buah, dedaunan/sayur mayur, bahkan untuk di panen umbi atau akarnya; d) budaya, sebagai ruang untuk mengeksprasikan seni-budaya masyarakat; e) kebutuhan akan terlayaninya hak-hak dari segi manusia ( penduduk) untuk mendapatkan lingkungan yang aman (tersemasuk dari segi pentingnya kesehatan), nyaman, indah dan lestari yaitu fungsional dan estetis. Penelitian ini menjelaskan manfaat serta peluang ruang terbuka hijau berdasarkan pengamatan kritikal dari beberapa kota yang berbeda. Peranan penting yang dimiliki ruang terbuka hijau guna pembangunan yang berkelanjutan meliputi aspek budaya, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ruang terbuka hijau perkotaan dapat menjadi sebuah alat yang komprehensif untuk proteksi pembangunan berkelanjutan jangka panjang serta memperbaiki kualitas udara dan kehidupan, meningkatkan nilai properti sesuai dengan ramah lingkungan dan karakteristik estetika, dan mengurangi biaya energi dari pendinginan bangunan. Ruang terbuka hijau perkotaan juga dapat memelihara rekreasi dan relaksasi yang tersedia bagi masyarakat perkotaan maupun wisatawan asing. METODOLOGI PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada masyarakat yang melakukan aktivitas diruang tebuka hijau di Kota Banda Aceh yang ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi. 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dengan menggunakan wawancara berdasarkan kuisioner kepada responden, metode ini digunakan unutk melakukan komunikasi langsung (melakukan wawancara) dengan objek yang diselidiki, baik di dalam situasi yang sebenarnya (dilapangan atau loksai). 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data primer dilakukan dengan mewawancarai 100 responden dengan panduan kuesioner yang telah dipersiapkan. Penyebaran Kuisioner dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. 293

5 3. Metode Pengambilan Sampel Metode penentuan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan Purposive Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan secara sengaja dan dipilih berdasarkan tujuan penelitian. 4. Metode dan Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif serta menggunakan survei. Tujuan penelitian deskriptif kuantitatif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematik, sifat-sifat serat fakta-fakta yang akurat antara hubungan masalah yang diselidiki (Azahra dan Khadiyanto,2013). 5. Definisi Operasional Variabel a. Manfaat sosial, adalah bentuk pemanfaatan RTH oleh warga kota secara langsung seperti, sebagai sarana rekreasi, tempat bermain dan berolah raga, tempat santai, pendidikan, berdagang, dan tempat komunikasi sosial. b. Manfaat ekonomi, adalah kesediaan membayar warga kota untuk mempertahankan keberadaan RTH jenis tertentu. c. Ruang terbuka hijau umum, adalah RTH yang terdapat di sekitar pemukiman penduduk; dapat berupa hutan kota, sempadan sungai, sempadan pantai, lereng/bukit/gunung, jalur hijau jalan dan perkarangan. HASIL PENELITIAN Banda Aceh merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) dengan luas daerah sekitar 61,36 km 2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan propinsi Aceh yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh besar di sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Timur.Kota Banda Aceh terletak antara 2 o - 6 o Lintang Utara dan 95 o 98 o Lintang Selatan dengan ketinggian 1,5-2,5 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Banda Aceh merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Krueng Aceh dan Krueng Daroy.Kota Banda Aceh baru terdiri atas 2 kecamatan yakni Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Baiturrahman dengan luas wilayah 11,08 km. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 1983 tentang perubahan batas wilayah Kota madya Daerah Tingkat II Banda Aceh, Kota Banda Aceh mengalami pemekaran sehingga luas wilayah menjadi 61,36 Km2 yang dibagi ke dalam empat kecamatan, yaitu: Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan Meuraxa, dan Kecamatan Syiah Kuala (BPS, 2015) Tabel 1. Jumlah responden menurut kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Persentase(%) Meuraxa Jaya baru Banda raya Baiturrahman Lueng bata Kuta alam Kuta raja Syiah kuala Ulee kareng Total Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah). 294

6 Berdasarkan Tabel 1 di atas responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Dari Sembilan Kecamatan yang ada di Banda Aceh. Kecamatan meuraxa diambil 8 responden, Jaya baru 10 responden, Bandar raya 9 responden, baiturrahman 14 responden, lueng bata 10 responden, kuta alam 20 responden, kuta raja 5 responden, syiah kuala 14 responden, dan ule kareng 10 responden. Dari 100 responden dapat diketahui gambaran karakteristik responden yang diteliti diantaranya: nama, usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan, pendidikan terakhir, alamat, pekerjaan, pendapatan, aspek sosial dan aspek ekonomi terhadap pemanfaatan ruang terbuka hijau di wilayah Banda Aceh. Tabel 2. Berdasarkan Pendapat Responden Setelah Adanya Ruang Terbuka Hijau Jumlah persen Sangat Baik Baik Tidak Baik Total Tabel 2 di atas dapat menjelaskan pendapat responden terhadap adanya ruang terbuka hijau di perkotaan, responden yang berpendapat sangat baik sebanyak 56 orang atau 56,0 persen karena ruang terbuka hijau dapat memberikan banyak manfaat untuk masyarakat dan untuk ke indahan kota. Sedangkan responden yang mengatakan baik sebanyak 38 orang atau 38,0 persen di karenakah penggunaan lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuhan tanaman dan responden yang mengatakan tidak baik sebanyak 6 orang atau 6,0 persen karena bisa menyebabkan ketimpangan sosial.berdasarkan tingkat pendapatan responden setelah adanya ruang terbuka hijau dapat di lihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Tingkat Pendapatan Berdasarkan dampak pada pendapatan setelah adanya ruang terbuka hijau Jumlah Persen Meningkat Biasa Saja Total Tabel 3 menjelaskan setelah adanya ruang terbuka hijau tingkat pendapatan responden meningkat, responden yang memiliki tingkat pendapatan meningkat sebanyak 11 orang atau 11,0 persen.selain itu, responden yang memperoleh tingkat pendapatan biasa saja sebanyak 89 orang atau 89,0 persen.berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya ruang terbuka hijau di perkotaan tidak terjadi perubahan tingkat pendapatan yang dirasakan responden. Tabel 4. Kualitas Infrastruktrur ruang terbuka hijau Jumlah Persen sangat baik Baik Total Tabel 4 menjelaskan bahwa dari 100 responden yang di teliti, 58 orang atau 58,0 persen responden mengatakan pengaruh infrastruktur setelah adanya pengembangan ruang terbuka hijau 295

7 sangat baik. Responden yang mengatakan baik setelah adanya pengembangan ruang terbuka hijau terhadap infrastruktur sebanyak 42 orang atau 42,0 persen. Dari urain diatas, dapat dikatakan pengembangan ruang terbuka hijau memberikan pengaruh yang positif terhadap infrastruktur. Penelitian ini menunjukkan bahwa 58 persen dari 100 responden mengatakan keberadaan raung terbuka hijau ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini terlihat secara signifikan pada penghasilan/pendapatan yang mereka terima, dilihat dari data lapangan bahwa dampak yang sangat di rasakan yaitu pada responden dengan umur yang sebelumnya pendapatan yang di terima tidak sebesar saat ini. Secara umum masyarakat sekitar dapat merasakan dampak secara langsung dan tidak langsung dari ada ruang terbuka hijau tersebut. Dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar bahwa adanya lapangan kerja baru yang dapat menyerapkan tenaga kerja sehingga dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti pemanfaatan ruang terbuka kurang di perhatikan oleh masyarakat, kualitas yang kurang sangat tidak membantu dalam menjaga ruang kota. Dapat dilihat bahwa keberadaan ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang mendukung tingkat kesejahteraan masyarakat, seperti tingkat pendapatan, tingkat kunjungan, infrastruktur, dan lapangan kerja. Dapat disimpulkan bahwa responden yang mengatakan meningkat artinya responden yang sudah ada pekerjaan setelah adanya pemanfaatan ruang terbuka hijau di perkotaan yang dulunya responden sebagai pengangguran. Sedangkan responden yang berpendapat biasa saja artinya responden yang sudah ada pekerjaan di tempat lain sebelum adanya ruang terbuka hijau. Dari 64 0rang atau 64,0 persen responden mengatakan fasilitas untuk ruang terbuka hijau belum memadai dan 36 0rang atau 36,0 persen mengatakan fasilitas untuk ruang terbuka hijau sudah memadai. Dapat di simpulkan bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa fasilitas untuk ruang terbuka hijau belum memadai. Oleh karena itu harus di perhatikan lebih untuk pemanfaatan ruang terbuka hijau dan ditingkatkan lagi untuk melestarikan lahan penghijauan. Hasil penelitian ini masyarakat sekitar dapat merasakan dampak secara langsung dan tidak langsung dari adanya ruang terbuka hijau di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa 58 persen dari 100 responden mengatakan keberadaan ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan di lihat dari aspek sosial dan ekonomi memberikan pengaruh yang baik terhadap kemanfaatan ruang terbuka hijau atau penghijauan kota. Hal ini terlihat secara signifikan pada pemanfaatan/pendapatan yang mereka terima, di lihat dari data lapangan bahwa dampak yang sangat di rasakan yaitu pada responden dengan rentang umur yang menerima pengaruh baik setelah adanya ruang terbuka hijau. Perkembangan wilayah Kota Banda Aceh dalam periode waktu sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa perdagangan semakin meluas dalam waktu sekitar sepuluh tahun luas kawasan perdagangan dan jasa ini semakin meluas yaitu menjadi dua kali lipat luas sebelumnya. Perluasan kawasan perdagangan dan jasa ini mulai menyebar ke berbagai daerah di pinggiran atau di luar daerah yang sejak dulu menjadi pusat kegiatan dan kawasan perdagangan. 296

8 Kerangka Pemikiran. RTH Eksternalitas positif Aspek Sosial Aspek Ekonomi Gambar 1. Kerangka Pemikiran KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Manfaat ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh mengalami kecenderungan menurun di bandingkan dengan perkotaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor, seperti faktor rendahnya perhatian pemerintah terhadap perawatan fasilitas, pelayanan penghijau tanaman atau lahan dankurangnya tanam-tanam terhadap hutan kota selayaknya ruang terbuka hijau atau penghijauan. Hutan kota belum optimal berfungsi sebagai rauang terbuka hijau karena kondisi tanaman yang tidak terpilihara dengan baik. Pemfaatan penggunaan ruang terbuka hijau mengakibatkan menurunya mutu lingkungan hidup di Kota Banda Aceh. Walaupun keberadaan ruang terbuka hijau memberikan banyak manfaat terutama manfaat sosial dan ekonomi, penelian terhadap manfaat sosial ekonomi ruang terbuka hijau belum di perhatian.terlihat bahwa luas RTH aktual Kota Banda Aceh saat ini belum dapat memenuhi luas kebutuhan RTH, baik berdasarkan luas wilayahnya maupun berdasarkan jumlah penduduknya. Sehingga sangat perlu untuk melakukan pengembangan RTH dengan terlebih dahulu mengetahui potensi sediaannya. Saran Diharapkan Pemerintahan Kota Banda Aceh dapat meningkatkan keberadaan RTH sehingga menciptakan Kota Banda Aceh sebagai pusat kota dengan kualitas lingkungan yang sehat dan bersih dan Pengolaan serta instansi-instansi terkait perlu di perhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan pengembangan ruang terbuka hijau dan perlu adanya tambahan seperti: tanaman, pohon, wahana permainan, tempat shalat dan lain sebagiannya. Kepedulian atau kesadaran tinggi masyarakat di daerah perkotan juga sanagat di butuhkan, serta masyarakat juga ikut menjaga kelestarian yang ada pada RTH. DAFTAR PUSTAKA Branch, M. (1996). Perencanaan Kota Komprehensiif. BPS. ( ). Jumlah Penduduk Aceh Menurut Kabupaten/Kota. Kota Banda: Badan Pusat Statistik. BPS. ( ). Jumlah Penduduk Aceh Menurut Kabupaten/Kota. Kota Banda: Badan Pusat Statistik. 297

9 Ernawati, r. (2015). optimalisasi fungsi ekologis ruang terbuka hijau publik. Surabaya. Xiaolu Zhou, Md. Masud Parves Rana Social benefits of urban A conceptual framework of valuation and green space accessibility measurements. Management of Environmental. Saiful Bahri, D. S. (2012). Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. 1(1). Prof. Dr. Sumarmi, M. (2010). Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Malang. Haq, S. M. (2011). Urban Green Spaces and an Integrative Approach. Of Environmental Protection. 298

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI Saat ini banyak kota besar yang kekurangan ruang terbuka hijau atau yang sering disingkat sebagai RTH. Padahal, RTH ini memiliki beberapa manfaat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan perekonomian di kota-kota besar dan metropolitan seperti DKI Jakarta diikuti pula dengan berkembangnya kegiatan atau aktivitas masyarakat perkotaan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT

ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT (Studi Pada Pemanfaatan dan Pengendalian Kawasan Budidaya Kota Malang) SKRIPSI Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Sri Sutarni Arifin 1 Intisari Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya

Lebih terperinci

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Reka Geomatika No.1 Vol. 2016 14-20 ISSN 2338-350X Maret 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau FERI NALDI, INDRIANAWATI Jurusan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDA ACEH

KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDA ACEH KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDA ACEH Green Open Space Needs Area in the City of Banda Aceh Saiful Bahri 1), Darusman 2), dan Syamaun A.Ali 3) 1,2,&3) Fakultas Pertanian Unsyiah, Jl. Tgk. Hasan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALYSIS OF PUBLIC GREEN OPEN SPACE IN BITUNG CITY Alvira Neivi Sumarauw Jurusan Perencanaan Wilayah, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan telah mengalami transformasi lingkungan fisik lahan. Transformasi lingkungan fisik lahan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh konversi lahan. Menurut Budiman (2009), konversi lahan disebabkan oleh alasan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena pemanasan bumi, degradasi kualitas lingkungan dan bencana lingkungan telah membangkitkan kesadaran dan tindakan bersama akan pentingnya menjaga keberlanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) ANDI CHAIRUL ACHSAN 1* 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR Oleh : Elfin Rusliansyah L2D000416 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih, S.T, M.Sc Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: hapsariw@unisayogya.ac.id Abstract: This research

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sebagai hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang telah disajikan dalam beberapa bab sebelumnya.

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman

Lebih terperinci

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO Ristanti Konofo 1, Veronica Kumurur 2, & Fella Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado 2 & 3 Staf

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Ajeng Rudita Nareswari 1 dan Nieke Karnaningroem 2 1 Program Magister Teknik Prasarana

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU Cecep Kusmana Guru Besar Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 )

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 ) 38 KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH 4.1. Kota Banda Aceh 4.1.1. Letak Geografis Secara geografis Kota Banda Aceh terletak antara 5 30 05 0 35 LU dan 95 30 99 0 16 BT, dengan ketinggian rata-rata 0,80 meter

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan TA 2014 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING LAPORAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA ( Taman Nostalgia Kupang ) NAMAA NIM KELAS MK : JONIGIUS DONUATA : 132 385 018 : A : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota merupakan suatu pusat dari populasi yang luas serta padat penduduknya, juga merupakan tempat masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi, sosial dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sering mengalami permasalahan kependudukan terutama kawasan perkotaan, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi

Lebih terperinci

APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN (STUDI KASUS: KOTA BANDA ACEH)

APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN (STUDI KASUS: KOTA BANDA ACEH) APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN (STUDI KASUS: KOTA BANDA ACEH) Dewi Sri Jayanti 1 dan Siti Mechram 1 1 Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING.  IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG Mashuri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun

Lebih terperinci

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2014 (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ARSITEKTUR LANSEKAP KOTA KEDIRI STUDI KASUS: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU JALUR JALAN UTAMA KOTA

PENGEMBANGAN ARSITEKTUR LANSEKAP KOTA KEDIRI STUDI KASUS: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU JALUR JALAN UTAMA KOTA PENGEMBANGAN ARSITEKTUR LANSEKAP KOTA KEDIRI STUDI KASUS: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU JALUR JALAN UTAMA KOTA Suryo Tri Harjanto 1), Sigmawan Tri Pamungkas 2), Bambang Joko Wiji Utomo 3) 1),3 ) Teknik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kota pada mulanya berawal dari suatu pemukiman kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi strategis bagi kegiatan perdagangan (Sandy,1978). Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub

Lebih terperinci

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR Cesaria Wahyu Lukita, 1, *), Joni Hermana 2) dan Rachmat Boedisantoso 3) 1) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA) ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA) Juliana Maria Tontou 1, Ingerid L. Moniaga ST. M.Si 2, Michael M.Rengkung, ST. MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi

Lebih terperinci

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha) 80 Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun 1988 RUTRK Untuk RTH (ha) Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No.14/88 Selisih (ha) Pekanbaru Kota 0 90-90 * Senapelan 0 266-266

Lebih terperinci

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) 8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: INTAN MUNING H L2D 004 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN

EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN Ulul Albab Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya, feverboss@gmail.com Dr. Sukma Perdana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 11, No. 2, Okt 2015, Hal ISSN , e-issn KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN

Momentum, Vol. 11, No. 2, Okt 2015, Hal ISSN , e-issn KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN Wiwik Handayani 1*, Gagoek Hardiman 1 dan Imam Buchari 1 1 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro Semarang Jalan Imam Bardjo,

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2010 Menimbang : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN BUNDARAN MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007 2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Di Kota Banda Aceh

Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Di Kota Banda Aceh Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Di Kota Banda Aceh Azanul Irham, Elvitriana, Cut Safarina Yulianti, Muhammad Nizar* Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan dan pengembangan suatu kota berjalan sangat cepat, sehingga apabila proses ini tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan hidup dikhawatirkan akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah TINJAUAN PUSTAKA 1. Lanskap Sekolah Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan Kimball (1917) dalam Laurie

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng)

KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng) ISSN 2302-0253 15 Pages pp. 148-162 KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng) Maya Sari 1, Mirza Irwansyah 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan kependudukan, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengalihan fungsi lahan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota semakin banyak terjadi pada saat sekarang. Hal ini seiring dengan permintaan pembangunan berbagai

Lebih terperinci

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN Najmi Nur Arif 1), Tomi Eriawan 2), Haryani 3) Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota pada dasarnya adalah tempat bermukim bagi suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Namun selain tempat bermukim suatu komunitas, kota juga merupakan tempat dimana

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern, paradigma pembangunan saat ini cenderung mengarah pada sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang memperhatikan kondisi

Lebih terperinci

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE Tesis RA092389 KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE JOSÉ MANUEL MANIQUIN 3208205003 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Rima Dewi Suprihardjo, M.I.P Ir. Putu Rudy Satiawan, MSc PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menciptakan wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemilik kewenangan terhadap lahan kawasan Situ Bagendit di bawah pengelolaan Dinas PSDA cukup kesulitan menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan daerah yang memiliki mobilitas yang tinggi. Daerah perkotaan menjadi pusat dalam setiap daerah. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di

Lebih terperinci