BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Pengapian 2.2. Sistem Pengapian dengan Baterai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Pengapian 2.2. Sistem Pengapian dengan Baterai"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Pengapian Mesin bensin dapat menghasilkan tenaga guna menjalankan mobil dengan jalan membakar campuran udara dan bensin didalam silinder, untuk menyalakan bahan bakar didalam silinder tersebut dibutuhkan loncatan api dan tugas untuk menciptakan loncatan api ini adalah dibebankan pada sistem pengapian. Setiap silinder mesin dilengkapi dengan sebuah busi yang mempunyai dua elektroda, kedua elektroda ini harus berada dibagian ruang bakar. Ketika arus tegangan tinggi disalurkan pada busi, maka arus listrik ini akan loncat pada kedua electroda tersebut sebagai loncatan api. Pada dasarnya semua sistem pengapian yang dipasang pada mobil adalah sama, kecuali mobil yang menggunakan sistem pengapian elektronik akan berbeda pada rangkaian dan detailnya. Jadi kesimpulannya sistem pengapian harus memberikan arus listrik dengan tegangan cukup tinggi pada busi, agar arus listrik tegangan tinggi tersebut loncat pada kedua electrode busi pada waktu yang setepat-tepatnya guna membakar bahan bakar yang ada diruang bakar. Sekarang ini sistem pengapian mobil terbagi dalam beberapa sistem pengapian antara lain : sistem dengan sumber pengapian Baterai, sistem pengapian konvensional (platina) dan sistem pengapian electonik (CDI) Sistem Pengapian dengan Baterai Baterai berfungsi sebagai sumber listirik untuk mengaktifkan sistem pengapian, motor listrik, lampu-lampu dan komponen lainnya. Baterai terdir dari beberapa sel yang dihubungkan secara seri dan setiap sel mempunyai tegangan listrik sebesar 2 volt, jadi Baterai yang berkekuatan 6 volt terdiri dari 3 buah sel dan Baterai 12 terdiri dari 6 buah sel. 1

2 Setiap sel Baterai terdiri dari beberapa buah pelat yang diberi atau direndam larutan sulphuric acid, larutan ini lebih dikenal dengan larutan electrolyte. Ketika baterai tersebut digunakan maka cairan electrolyte akan bereaksi dengan kedua pelat baterai, reaksi kimia yang terjadi antara cairan dan dan pelat tersebut kemudian dirubah menjadi energi listrik. Jadi pelat positif dan pelat negative akan tergabung dingan SO 4. Baterai yang telah kosong dapat diisi kembali dengan jalan distrom, selama proses pengisian ini arus listrik akan mengalir ke dalam baterai dengan arah arus yang berbeda dengan saat pengeluaran listrik dari baterai. Pada sistem pengapian baterai terdapat komponen-komponen utamanya antara lain: kunci kontak, Coil pengapian, distributor, busi dan baterai. a. Aturan Penyalaan Baterai Penyalaan dapat dipercepat dengan jalan memutar rumah pemutus dalam arah yang berlainan daripada arah bubungan pemutus, ini dapat dilakukan secara otomatik oleh pengatur pusingan (sentrifugal advance) yang dapat dibuat didalamnya, serta juga dapat dipercepat dan diperlambat dengan jalan mengatur putaran mesin. b. Bobin-bobin Bobin yang baik dapat meloncatkan bunga api dalam udara luar sepanjang 6 8 mm, jika suatu bobin meloncati jarak elektroda yang sangat besar ia makan sangat banyak arus, yang menyebabkan segera terbakarnya kontak-kontak pemutus. Dalam bobin terdapat kondensator yang kapasitasnya menyesuaikan bobin itu, biasanya kapasitasnya antara 0,2 0,25 mikro farad Sistem Pengapian Konvensional (Platina) Salah satu jenis sistem pengapian adalah sistem pengapian konvensional. Meskipun banyak digunakan oleh kendaraan sederhana, sistem pengapian konvensional juga mempunyai kelemahan. Didalam sistem ini contact breaker bekerja berdasarkan pengaturan secara mekanis saja, sehingga pada saat kecepatan tinggi ketelitiannya akan berkurang. 2

3 Untuk mengatasi kelemahan mekanis tersebut maka muncul sistem pengapian yang electronis seperti TAC (Transistor Assiated Contact), sistem magneto dan sistem pengapian CDI. Sistem pengapian konvensional dari motor bensin terdiri dari beberap komponen yaitu : baterai, kunci kontak, coil, distributor, kabel tegangan tinggi, dan busi. Instalasi diagram pengkawatan sistem pengapian dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 2.1. Instalasi (diagram Pengkawatan) sistem pengapian. Komponen-komponen sistem pengapian konvensional antar lain: Kunci Kontak Kunci kontak berfungsi sebagai alat untuk memutuskan dan menghubungkan arus dari baterai kerangkaian primer. Pada kunci kontak biasanya terdapat beberapa terminal. Pada kendaraan produk jepang, terminal-terminal tersebut biasanya diberi tanda secara alfabetis yakni ; B (baterai), G (pengapian), ST (stater), dan ACC (accesoris), sedangkan produk eropa, terminal-terminal pada kontak tersebut biasanya ditandai dengan angaka, misalnya 30 (baterai positif) 15 (pengapian) dan 50 (stater) 3

4 Gb.2.2. Kunci kontak Coil Pengapian Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai 12 volt menjadi tegangan tinggi yang diperlukan oleh busi untuk menghasilkan percikan api. Percikan api yang diproduksi oleh tegangan tinggi ini akan menyalakan campuran udara dan bahan bakar didalam ruang pembakaran. Gambar.2.3 Coil A. Prinsip Kerja Coil Terjadinya tegangan tinggi pada Coil disebabkan adannya induksi listrik pada kumparan yang terdapat pada coil. Bila saklar pada rangkaian tersebut ditutup, dari posisi dua, arus listrik akan segera mengalir ke kumparan. Hal ini akan menimbulkan medan magnet disekitar kumparan arus semakin besar sampai harga maksimumnya. Gambar.2.4. Prinsip dasar induksi diri 4

5 Saat arus mencapai pada rangkaian mencapai harga maksimumnya, keadaanya menjadi konstan, dan besarnya medan magnet disekitar kumparan juga berada pada harga maksimumnya dan tidak bertambah lagi. Pada kondisi ini arus hanya dibatasi oleh resistensi rangkaian dan tegangan yang diberikan. Bila saklar sekarang posisinya diubah dari posisi 1 ke posisi 3, arus listrik yang mengalir dari baterai akan segera terputus dan energi yang tersimpan dalam medan magnet disekitar kumparan akan dikembalikan ke rangkaian saat medan magnet collapse. Kelambatan kenaikkan ataupun penurunan arus sama dengan jika memberikan arus listrik ke sebuah rangkaian yang terdiri dari dari sebuah hambatan R dan sebuah indicator L. seandainya indicator tidak ada, maka arus listrik akan naik dengan cepat sampai nilai ε/r. akan tetapi karena adanya indicator, maka sebuah tegangan gerak elektrik imbas dari ε L muncul di dalam rangkaian tersebut dan dari hukum lenz maka tegangan gesek elektrik ini akan menentang polaritas tegangan gerak elektrik baterai. Gambar 2.5. rangkaian LR Untuk menghasilkan tegangan induksi diri yang lebih besar, maka dibuat dua kumparan yang mempunyai perbandingan tertentu seperti digunakan pada trasformator. Prinsip kerja transformator inilah merupakan dasar dari prinsip kerja Coil. 5

6 Oleh karena tegangan induksi terjadi pada kedua kumpaaran secara bersamaan, maka peristiwa ini dikenal dengan induksi bersama. Dengan terjadi induksi bersama dan adanya jumlah lilitan kumpaaran sekunder yang lebih banyak dari pada jumlah lilitan kumparan primer maka coil mampu membangkitkan tegangan tinggi Gambar 2.6. Induksi bersama Besarnya tegangan induksi pada kumparan sekunder tergantung dari perbandingan liitan antara kumparan primer dengan kumparan sekunder dan besarnya tegangan pada kumparan primer. Hubungan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : E E ρ = dimana : E p E s N p N s N ρ s N s : tegangan pada kumparan primer (volt) : tegangan pada kumparan sekunder (volt) : jumlah lilitan kumparan primer : jumlah lilitan sekunder Untuk menyatakan daya kumparan primer dan kumparan sekunder dapat dinyatakan dengan rumus : E p.i s = E s.i s 6

7 Dimana : I p I s E p I s : arus pada kumparan primer (ampere) : arus pada kumparan sekunder (ampere) : tegangan pada kumparan primer (ampere) : tegangan pada kumparan sekunder (ampere) B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan tinggi pada coil Berdasarkan penjelasan yang sudah dibahas pada landasan teori ini, ada beberapa yang mempengaruhi besar kecilnya tegangan yang terinduksi pada kumparan sekunder. Beberapa diantaranya antara lain : a. Pengaruh lamanya contact point tertutup b. Pengaruh harga tahanan dari kumparan Semakin besar tegangan dari kumparan maka akan semakin kecil arus listrik yang dapat mengalir pada kumparan tersebut. Harga tahanan kumparan ditentukan dengan rumus sebagai berikut : R = ρ.1 A dimana : R Ρ : harga tahanan kumparan (Ω) : harga tahanan jenis dari kawat kumparan (Ωm) l : panjang kawat gulungan (m) A : luas penampang kawat (m 2 ) Pada ignition coil yang digunakan oleh Toyota. Kumparan primer tahanannya sekitar 1,4 Ω dimana ukuran kawatnya lebih besar dibanding kumparan sekunder. Dengan harga tahanan tersebut diatas, tegangan induksi pada kumparan primer akan berada sekitar 300 volt samapai 400 volt. 7

8 c. Pengaruh jumlah lilitan dari kumparan Semakin banyak lilitan pada kumparan primer maka akan semakin besar kekuatan magnetnya dan semakin besar induksi yang terjadi pada kumparan tersebut. Maka dari itu perlu diperhatikan faktor L/R dimana apabila harganya besar berarti arus listrik yang mengalir sangat lamban atau waktu yang dibutuhkan untuk arus listrik agar menjadi maksimum sangat lama. Dan sebaliknya, adapun waktu yang dibutuhkan arus listrik agar menjadi maksimum adalah sebagai berikut ini : t = L/R dimana : t L R : waktu yang dibutuhkan (detik) : harga induktansi dari kumparan (henry) : harga tahanan kumparan (Ω) Jadi bila L besar maka t akan besar atau sebaliknya sedangkan bila R besar maka t akan kecil atau sebaliknya. Besarnya L dipengaruhi oleh (N 2 ) sedangkan harga R dipengaruhi oleh panjang kawat atau banyaknya lilitan (N), sehingga : t = N N 2 t N Dengan demikian t sebanding dengan jumlah lilitan dimana apabila jumlah gulungan semakin besar maka waktu yang dibutuhkan oleh arus listrik agar menjadi maksimum juga bertambah lama dan sebaliknya. Besarnya jumlah lilitan dan bertambah besarnya arus listrik yang mengalir akan menyebabkan terjadinya kenaikkan temperatur pada kumparan. Hal ini akan menurunkan kemagnetan pada inti besi yang selanjutnya akan memperkecil tegangan induksi yang 8

9 terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut pada sirkuit kumparan primer dipasangkan suatu alat pengaman berupa resistor yang disebut exsternal resistor Tahanan ballast Pada sistem pengapian menggunakan platina, terdapat rangkaian yang dilengkapi dengan resistor atau kawat resistor yang dikenal dengan tahanan ballast. Tahanan ini dipasang antara kunci kontak dan coil pengapian. Tahanan ini mengurangi tegangan pada coil pengapian yang memang dirancang untuk bekerja dibawah (lebih rendah) dari tegangan Baterai (12 volt) apa bila kunci kontak diarahkan pada posisi star untuk menghidupkan engine, tahanan ballast tidak dilewati arus karena coil engine hidup dan kunci kontak kembali pada posisi G tahanan ballast kembali dilewati arus yang dalirkan kerangkaian primer. Gb.2.7. Rangkaian sistem pengapian dengan tahanan ballast Distributor Distributor adalah suatu alat mekanik yang berfungsi sebagai jembatan yang menyesuaikan antara kerja sistem pengapian dan putaran mesin, pada distributor terdapat kontak platina yang menyambungkan dan memutuskan arus listrik pada lilitan kawat primer didalam coil pengapian, juga pada distributor dilengkapi dengan sebuah rotor yang membagikan atau mengatur pembagian arus tegangan tinggi pada busi sesuai dengan tertib pengapian mesin yang bersangkutan. 9

10 1. Tutup distributor 2. Rotor 3. Tutup penahan debu 4. Poros distributor 5. Cam 6. Sambungan ke saluran vacum 7. Vacum advancer 8. Kondensor Gb.2.8. Distributor Pada distributor terdapat komponen yang berguna untuk mempercepat saat terjadinya pengapian, yakni centrifugal advancer dan vacum advancer. Centrifugal advancer bekerja berdasarkan putaran mesin, sedangkan vakum advancer bekerja berdasarkan kevakuman pada saluran masuk. a. Pada bagian tegangan tinggi terdiri dari rotor, 4 titik pengapian dan sebuah titik Tegangan tinggi yang mendapat aliran tegangan tinggi dari coil. Gambar 2.9. Rator Dan 4 Titik Distribusi Tegangan Tinggi Tegangan tinggi dari coil diterima distribusi dan oleh rotor didistribusikan ke 4 titik pengapian yang pada akhirnya dialirkan ketiap-tiap elektroda busi sehingga timbul percikan bunga api. 10

11 b. Bagian tegangan rendah Gambar 2.10 Bagian tegangan Rendah Pada bagian tegangan rendah terdiri dari platina (point tetap dan point Penggerak), cam, kabel massa dan terminal tegangan rendah. Tegangan tinggi yang timbul pada ingnition coil adalah pada saat terputusnya arus listrik dari baterai kekumparan primer. Ini disebabkan karena membukanya titik kontak sehingga memutus aliran listrik dari baterai kekumparan primer. membukanya contact poin atau platina ini karena digerakkan oleh cam. Bila jumlah silindernya ada 4, maka jumlah camnya juga ada 4. ini berarti satu kali putaran cam terjadi 4 kali waktu pengapian atau 4 kali bukaan contact point Bagian Advencer Pada bagian Advancer distributor mempunyai alat pemaju pengapian yaitu governor advancer dan vacum advancer. a. Governor advancer Pembakaran bahan bakar dan udara pada ruang bakar harus dapat mengikuti kondisi mesin, dimana bila mesin berputar cepat maka pengapian harus harus lebih awal lagi dan sebaliknya. Kejadian ini harus berlaku secara otomatis untuk itulah maka pada distributor dilengkapi dengan alat pemaju pengapian yang sebanding dengan putaran mesin. Alat pemaju 11

12 pengapian tersebut adalah governor advancer atau centrifugal advance. Gambar.2.11 Governor advancer Kerja governor advancer ini memanfaatkan kecepatan putaran pada suatu benda yang selanjutnya mempunyai gaya sentrifugal karena kecepatan putar dan massa dari benda yang berputar tersebut. Gaya sentrifugal ini digunakan untuk merubah posisi cam yang membuka contact point lebih awal dibanding pada waktu putaran lambat. b. Vacum advancer Pada saat mesin berputar dengan kecepatan putar 600 rpm, waktu yang dibutuhkan untuk membakar campuran gas dari mulai penyalaan busi sampai tekanan pembakaran maksimum tercapai adalah 0,005 detik dengan catatan pada saat itu perbandingan campuran udara dan bahan bakar sekitar 11 : 1. apabila mesin tiba-tiba diakselerasi, maka karena adanya kelengkapan-kelengakapan pada sistem karburator akan menyebabkan campuran udara dan bahan bakar menjadi gemuk. Campuran gemuk ini selanjutnya dan menyebabkan sulit untuk dibakar atau dengan kata lain waktu yang dibutuhkan untuk membakar campuran gas yang gemuk menjadi lebih lama misalnya 0,006 detik pada 600 rpm. 12

13 Meskipun pada saat pengapian sudah dilengkapi dengan governor advancer, alat pemaju ini tidak dapat memajukan pengapian bila mesin diakselerasi karena pada saat diakselerasi putarannya masih rendah. Karena alasan inilah maka sistem pengapian ditambahkan suatu alat pemaju yang dapat memajukan pengapian pada saat mesin sedang diakselerasi. Alat pemaju pengapian tersebut vacum advancer. Disamping itu waktu penyalaan harus diajukan atau dipercepat apabila mesin bekerja didaerah beban rendah (part-load operation), yaitu keadaan operasi ketika katup gas tidak terbuka penuh atau pada waktu mesin bekerja dengan campuran bahan bakarudara yang miskin. Campuran yang miskin tidak cepat terbakar, jadi memerlukan waktu yang lebih lama. Untuk hal itu vacum advancer juga diperlukan. Prinsip kerja vacum advancer ialah dengan memanfaatkan kevakuman yang terjadi pada lubang diatas throttle valve yang selanjutnya dirubah menjadi gaya tarik pada diafragma dan gaya tarik tersebut diteruskan untuk menggerakkan breaker plate dengan gerakan putar yang berlawanan dengan cam. Oleh karena contact point ditempatkan pada braker plate, maka dengan berputarnya breaker plate ini akan menyebabkan contact point lebih awal membukanya yang berarti penyalaan busi lebih awal. Gambar vacum advancer unit 13

14 Kondensor Kondensor terbuat dari 2 lembar alumunium yang dibatasi dengan kertas isolasi. Lembaran ini digulung dan ditempatkan pada tabung logam. Kondensor dirangkai secara paralel dengan kontak platina. Plat-plat kondensor meredam arus yang dapat menimbulkan percikan pada platina. Hal ini mempercepat berhentinya aliran listrik pada rangkaian primer. Kodensor bekerja sebagai berikut: 1. Saat kontak platina terbuka, aliran arus pada kumparan primer coil pengapian terhenti dan terjadi perubahan medan magnet yang menyebabkan terbangkitnya tegangan tinggi pada kumparan sekunder. 2. Perubahan garis gaya magnet ini juga menghasilkan tegangan gaya induksi pada kumparan primer dan arus induksinya dapat mengalir melalui kontak platina yang masih terbuka. 3. Plat-plat kondensor menyediakan area yang luas untuk mengalirkan electron selama kontak platina terbuka. Keadaan ini menyebabkan diserapnya arus yang mengalir lewat kontak platina. 4. Secara cepat kondensor diisi, pada saat seperti ini, kontak platina mempunyai celah yang cukup untuk menghindari adanya percikan bunga api. Kesimpulannya kondensor bekerja sebagai penampung sementara. 5. Kondensor juga menghentikan arus secara cepat. Hal ini menyebabkan perubahan garis gaya magnet terjadi lebih cepat. Proses inilah yang diperlukan untuk pembangkitan tegangan tinggi pada kumparan sekunder Kontak Platina Kontrak platina merupakan komponen yang menghubung dan memutuskan arus pada rangkaian primer yang dikontrol oleh 14

15 breaker cam pada poros distributor. Arus yang mengalir pada kontak platina ini bisa mencapai 5 ampere dan tegangan yang hasilnya kumparan primer bisa mencapai 500 watt pada engine 4 silinder, saat engine pada putaran 6000 rpm, kontak platina membuka dan menutup hingga x dengan frekuensi 200 Hz. Kontak plaitina yang rusak dapat mengganggu pengaliran arus pada coil pengapian, sehingga konsumsi bahan bakar lebih tinggi dan inilah gas bekas yang lebih jelek. a. Dweel Angle Kondisi kontak platina berpengaruh pada dwel angle, atau juga disebut cam angle. Dwel angle adalah sudut yang dibentuk oleh cam pada distributor saat kontak mulai menutup hingga membuka kembali. Kontak platina menutup dalam waktu yang sangat singkat untuk memungkinkan mengalirnya arus kekumparan primer untuk membangkitkan medan magnet. Bila medan magnet lemah maka tegangan tinggi dari coil pengapian juga rendah, hal ini terjadi pada putaran tinggi. Maka itu diperlukan penyetelan yang baik. 15

16 Gambar kontak platina Busi Busi merupakan media untuk meloncatkan bunga api untuk membakar campuran bunga udara dan bahan bakar pada langkah kompresi. Busi menpunyai 2 elektroda yakni elektroda tengah dihubungkan keterminal busi dan elektroda sampai atau elektroda massa dihubungkan kebadan busi sebagai massa. Antara kedua elektroda tersebut terdapat celah untuk meloncatkan bunga api. Tegangan yang terinduksi pada coil pengapian akan dialirkan pada distributor, kabel, besi dan elektroda tengah busi, melalui celah busi ke elektroda massa. Suatu hal yang perlu diingat bahwa arus saat meloncati celah busi, percikan api akan terbangkit, inilah tujuan akhir dari sistem pengapian. 1. Mur terminal busi 2. Ulir terminal busi 3. Pencegah kebocoran 4. Isolasi 5. Sel penghantar khusus 6. Batang terminal 7. Bodi 8. Gasket 9. Isolator 10. Elektroda tengah 11. Elektroda massa Gambar konstruksi busi Kabel Tegangan Tinggi Kabel tegangan tinggi mengalirkan arus bertegangan tinggi yang dibangkitkan oleh coil melalui distributor kebusi. Pada ujung kabel tegangan tinggi terdapat penutup yang berguna untuk menjaga terminal dari korosi, minyak dan udara lembab. Penutup ini sifatnya fleksibel sehingga dapat menutup kabel dengan rapat ke tutup distributor, coil 16

17 pengapian dan busi. Engine untuk racing dan mobil-mobil lama biasanya menggunakan kabel-kabel tegangan tinggi dengan kawat solid. Dalam hal ini kawat yang digunakan ada beberapa buah yang diplintir bersama-sama. Kabel tegangan tinggi dengan serat kawat ini sudah mulai ditinggalkan karena mengganggu pesawat radio dan televisi. Kabel sekunder yang sekarang digunakan sudah diberi tahanan pada saat diproduksi. Tujuannya adalah untuk memfilter gangguan dan suara berisik pada radio. Kabel tegangan tinggi ini dibuat dari karbon yang dipasang ditengah-tengah anyaman nilon serta mempunyai tahanan sekitar Ohm. Gambar Kabel Tegangan tinggi 2.4. Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional Pada waktu start adalah pada saat kontak penyalaan dalam keadaan tertutup sedangkan kam dan rotor berputar sesuai dengan putaran mesin. Jika kontak penyalaan dalam keadaan on dan contact breaker tertutup, maka arus listrik mengalir dari baterai ke kumparan primer coil, contact breaker, kemudian ke massa (ground). Arus yang mengalir ke coil membangkitkan suatu medan magnet pada inti besi dari coil. Dalam keadaan ini besi menjadi magnet, bila contact breaker terbuka oleh cam yang terdapat pada poros distributor, arus yang mengalir pada kumparan primer akan terputus dengan seketika dan fluks magnet pada inti besi akan hilang dengan cepat. Hilangnya kemagnetan ini akan menyebabkan kumparan primer dan kumparan sekunder timbul tegangan induksi. Karena lilitan pada kumparan sekunder lebih banyak dari kumparan primer maka tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Tegangan ini disalurkan ketiap-tiap busi dengan urutan penyalaan (firyng order) dari engine dengan cara memanfaatkan rotor yang berada pada bagian atas dari distributor. 17

18 Cara kerja sistem pengapian saat kontak platina menutup Apabila kunci kontak pada posisi ON arus mengalir dari baterai melalui kunci kontak ke kumparan primer pada Coil pengapian dan kontak platina ke massa. Dalam kondisi seperti ini pada Coil pengapian terbangkit garis gaya magnet. Gambar Pengaliaran arus pada rangkaian primer Besarnya arus listrik yang mengalir pada kumparan primer tidak segera mencapai maksimum, hal ini disebabkan karena pada saat contact poin mulai menutup. Arus listrik yang mengalir pada kumparan primer untuk membuat kemagnetan pada inti besi mengalami hambatan yang disebabkan oleh adanya counter elektromagnetive force, seperti gambar berikut ini : Gambar Counter electromotive force Pada gambar diatas memperlihatkan titik kontak saat mulai tertutup, harga tegangan counter elektromagnetive adalah maksimum 18

19 sehingga arus listrik sama sekali belum dapat mengalir. Arus listrik yang mengalir lambat laun menjadi besar setelah beberapa saat yang disebabkan oleh tegangan counter eletromagnetive force yang lambat laun mencapai harga nol. Pada saat harga arus listrik mencapai maksimum, harga tegangan counter elektromagnetive force akan mencapai nol. Untuk lebih jelasnya hubungan antara arus primer dengan waktu kontak contact point berada dalam keadaan tertutup dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut ini : dimana : Vo I = (1 e R I V o R V O R t L Rt / L ) : arus primer (ampere) : tegangan baterai (volt) : tahanan kumparan (ohm) : besarnya arus listrik maksimum yang dapat mengalir pada kumparan primer (ampere) : waktu contact point dalam keadaan tertutup (detik) : induksi rangkaian primer (henry) Dari rumus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memperoleh besar arus yang maksimum, maka waktu menutupnya contact point yaitu t (detik) harus besar harganya agar harga e -Rt/L dapat mencapai nol. Sedangkan untuk mengetahui besarnya energi magnet yang tersimpan didalam kumparan primer adalah sebagai berikut ini : dimana : E = E p p 1 2 Lp. I 2 p : energi magnet pada kumparan primer (joule) L p : induktansi dari kumparan primer sebanding kuadrat I p jumlah lilitannya. : arus primer (ampere) 19

20 Adapun untuk mengetahui besarnya energi energi magnet yang tersimpan dalam rangakaian kumparan sekunder adalah sebagai berikut ini : dimana : 1 E s = CSV 2 E S C S V S 2 S : energi magnet pada kumparan sekunder (joule) : kapasitas seluruh komponen yang ada didalam rangkaian sekunder dan kabel ke busi (farad). : tegangan sekunder (volt) Cara kerja sistem pengapian saat kontak platina membuka Pada saat engine distart, poros engkol berputar sekaligus memutarkan poros distributor bersama camnya. Apabila camnya menyentuh kontak palatina, maka kontak platina akan terbuka karena sifat arus listrik selalu meneruskan gerakannya, maka arus ini beralih pengalirannya ke kondensor yang sekaligus menghentikan pengaliran arus listrik ini menyebabkan terjadinya perubahan garis gaya magnet disekiling kumparan primer dan sekunder dengan sangat cepat. Dengan adanya perubahan garis gaya magnet ini maka pada kedua kumparan akan terbangkit arus listrik. Arus listrik yang terbangkit pada kumparan primer diserap oleh kondensor sedangkan arus dengan tegangan tinggi terbangkit pada kumparan sekunder dan dialirkan pada terminal kabel tegangan tinggi pada tutup distributor, selanjutnya melalui rotor arus bertegangan tinggi tersebut dialirkan ke busi sesuai dengan urutan pengapian. Pada busi arus listrik tersebut akan mengalir pada elektroda tengah ke elektroda massa melalui celah busi sehingga pada celah busi sehingga pada celah busi timbul letikan bunga api. Proses ini terjadi antara kali perdetik tergantung pada putaran engine. 20

21 Gb Pengaliran arus rangkaian sekunder Pada waktu contact point terbuka, seluruh energi magnet didalam kumparan primer dapat dirubah menjadi energi listrik dalam rangkaian sekunder, hal ini berarti E p = E s. Dari kesamaan dan persamaan dapat diketahui harga puncak tegangan ini adalah tegangan maksimum dan disebut available voltage yang timbul dalam rangkaian sekunder adalah sebagai berikut ini : V = I Smaks P L S C S dimana : V Smaks : tegangan maksimum dalam rangkaian sekunder (volt). Tegangan maksimum akan tercapai dalam waktu sebagai berikut : τ s 1, 1 L S C S dimana : τs : waktu yang diperlukan V Smaks (detik) L S : induktansi dari kumparan sekunder (henry) Sedangkan waktu yang diperlukan untuk memuati kondensor pada waktu contact pont terbuka adalah sebagai berikut : τ s 1, 6 L S C S dimana : τp : waktu yang diperlukan kondensor (detik) C : kapasitas kondensor (farad) Energi maksimum yang ditransfer ke rangkaian sekunder diberikan dengan persamaan berikut ini : 21

22 dimana : 1 E Smaks = CSV 2 E S 2 Smaks : energi maksimum di rangkaian sekunder (jaoule) Demikian dengan tegangan maksimum dari sistem tersebut diberikan persamaan sebagai berikut ini : V Smaks 2E = C Smaks S V Smaks = 2E C Smaks S V Smaks 2E = C Smaks S Jika energi yang tersimpan pada rangkaian primer coil adalah sebesar ½ L p.i 2 p dan ditransfer ke rangkaian sekunder, maka persamaan akan menjadi persamaan seperti berikut ini : V V Smaks Smaks ( 2) 2 1/ LP I = CS L = C P S 1/ 2 2 p Dengan demikian tegangan maksimum yang terjadi pada kumparan sekunder dapat ditentukan dengan menghitung antara arus primer I P induktansi kumparan primer L P dan kapasitansi rangkaian sekunder C S seperti yang ditentukan pada persamaan Sistem Pengapian Elektronik Lebih banyak jumlah silinder sebuah mesin dan lebih tinggi putaran mesinnya, maka akan lebih besar kebutuhan tegangan listrik guna sistem pengapian, untuk kebutuhan tersebut diatas maka pada mobil-mobil modern condong untuk menggunakan sistem pengapian elektronik 22

23 Sistem pengapian elektronik yang digunakan pada mobil-mobil modern ada 2 macam, antara lain sistem pengapian tipe inductive atau tipe capacity discharge. Pada kedua sistem pengapian diatas, sebagai alat pengganti platinanya digunakan sistem optical atau sistem magnetic trigger. Untuk mesin-mesin dengan jumlah silinder 4 buah cukup menggunakan sistem pengapian inductive elektronik, sedangkan untuk mesin-mesin dengan jumlah silinder 6,8 dan 12 lebih cocok jika menggunakan sistem pengapian capacity discharge atau lebih dikenal dengan singkatan CDI Cara kerja sistem pengapian elektronik (CDI). Pada dasarnya sistem pengapian elektronik mempunyai komponen yang sama dengan sistem pengapian konvensional, namun untuk sistem pengapian konvensional pengaturan arus baik menghubungkan ataupun memutuskannya dilakukan oleh contact breaker (Platina) yang bekerja secara mekanis. sedangakan pada sistem pengapian elektronik (CDI) pengaturan arus tersebut dilakukan oleh sistem elektronik. arus yang berasal dari sumbernya (Accu) 12 volt kemudian masuk kedalam CDI yang kemudian dalam CDI arus tersebut diubah oleh kompenen elektronik itu untuk menghasilkan arus yang lebih besar. dalam CDI dipasang inveter sebagai rangkaian pembalik untuk menghasilkan arus yang lebih besar sekitar 25 K volt. Setelah melewati CDI arus diteruskan ke coil dan pada coil tersebut terjadi proses induksi yang disebabkan oleh menyabung dan memutusnya arus. kemudian arus dari coil diteruskan lagi ke busi. 23

24 Gb. Grafik perbandingan tegangan system pengapian elektronik dengan konvensional Rangkaian pada sistem pengapian elektronik Bagian inveter (pembalik tegangan dari AC ke DC) terdiri dari transistor TR1 dan TR2 serta perangkai transformer T1, sedangkan bias didapat dari pembagi tegangan (potensial divider) R3-R3-R3 dengan melewati R1-R2 serta feed back dari lilitan T1. dengan hubungan ini maka tegangan bias yang dibutuhkan untuk mengaktifkan bagian inventer diserahkan oleh penyearah diode D4-D7 dengan menghasilkan tegangan 500 volt dari 25 volt input, tegangan yang telah diserahkan ini kemudian diperhalus oleh kapasitor C2. untuk mendapat reduksi besar sebaiknya kapisitor C2 dari tipr disc. resistor R6 berfungsi sebagai pembatas arus minimum terhadap beban inveter, sehingga tegangan pada C3 atau SCR tidak terlampau tinggi. Pengisian serta pembuangan muatan kapasitor C3 berkisar kurang lebih 500 volt, selanjutnya pada saar Thyristor/SCR1 bekerja, maka kapasitor C3 akan langsung berhubungan dengan coil. Thyristor baru akan bekerja bila terminal gatenya(saklar) mendapat pulsa tegangan dari R-C network sederhana berupa R8, C4 dan C5. dengan adanya thristor ini maka tegangan yang masuk ke coil akan turun naik, sesuai dengan kerja dan tidaknya thyristor. resistor R4 akan berfungsi sebagai pembatas arus, sehingga rangkaian R-C network tersebut selalu menggunakan konsumsi arus yang tidak lebih dari 100 ma. transsitor TR3 berfungsi sebagai pemberi tegangan bias cadangan TR1 dan TR2 sewaktu unit ini sedang bekerja, oleh sebab adanya short pada saat thyristor bekerja. untuk mentriger TR3 digunakan R-C network lain berupa R5-R7 dan C1, 24

25 zener diode D1 dan D2 berfungsi sebagai pembatas kemungkinan terjadinya tegangan balik transformer. Gb Blok diagram sistem pengapian elektronik Keuntungan sistem pengapian CDI dibandingkan dengan sistem pengapian konvensional. Keuntungan sistem pengapian elektronik dibanding sistem pengapian konvensional antara lain : 1. Sistem pengapian elektronik akan memungkinkan pengontrolan saat penyalaan yang tepat dan dapat mengusahakan agar bahan bakar yang ada didalam berbagai kondisi campuran dapat menyala dengan baik, sehingga dengan demikian akan didapat penggunaan bahan bakar seefisien mungkin. 2. Sistem pengapian elektronik dapat membuat busi 50% lebih lama jangka pemakaiannya, serta sistem pengapian ini bebas perawatan hingga mencapai jarak tempuh kurang lebih sampai dengan km Sistem Pembakaran Karburator adalah bagian yang memegang peranan penting untuk memudahkan mesin menjadi hidup, mengakselerasi kendaraan tanpa ragu-ragu, membuat perjalanan menjadi ekonomis dan membuat mesin tetap hidup dengan lancar pada jalanan yang padat kendaraan. Pekerjaan utama karburator adalah 25

26 mencampurkan bensin dan udara dengan kompresi yang benar, sehingga bahan bakar ini dapat dinyalakan didalam ruang bakar. Bahan bakar yang dibawa kedalam ruang bakar ini bukan hanya sekedar dapat dinyalakan saja, tetapi dapat dijamin bahwa capuran bensin dan udara ini dapat dibagikan kesetiap silinder yang ada dengan kompresi yang tepat. Proses pengolahan bahan bakar ini bukan hanya pada karburator saja, tetapi ada faktor-faktor lainya yang harus diperhitungkan, antara lain jarak antara karburator dan ruang bakar, bagaimana bentuk inlet manifoldnya, bagaimana ukuran katup masuknya dan sebagainnya. Perbandingan udara dan campura bensin yang tepat agar dapat dinyalakan dengan sempurna menurut ilmu kimia adalah 15 bagian udara harus dicampur dengan bagian 1 bagian bensin dalam ukuran berat, tetapi campuran dengan kompresi 15 : 1 ini tidak dapat menghasilkan tenaga maksimum pada berbagai kecepatan mesin, bahkan secara umum tidak membuat pemakaian bahan bakar menjadi ekonomis Prinsip Kerja Karburator Udara dibawa masuk kedalam lubang silinder oleh gerakan torak dari TMA (batas pembakaran paling atas) menu TMB (batas pembakaran paling bawah) didalam langkah hisap, masukknya udara ke dalam silinder ini disebabkan terjadinya sebagian kevakuman didalam lubang silinder tersebut. Udara yang masuk kedalam lubang silinder ini melewati bagian karburator, dimana jumlah udara yang masuk kedalam lubang tersebut dapat diatur melalui katup throttle yang dihubungkan dengan pedal akselerasi didalam ruang kemudi. Untuk penyetelan karburator yang seharusnya perbandingan campuran harus terletak pada bidang yang diberi bergaris, untuk kecepatan puncak yang besar pada garis yang paling bawah, diatas bidang yang diberi bergaris, pemakaian bahan bakar yag tinggi dan berkurangnya kecepatan puncak, dibawah bidang yang diberi 26

27 bergaris, sangat turunnya kecepatan puncak dan dan nilainya pemakaian bahan bakar. 1. Tempat masuknya udara 2. Pompa akselerator 3. Baut penyetel troutlle 4. Penghubung aselerator 5. Baut penyetel volume 6. Penghubung pedal akselerator. Gb Karburator a. Pompa percepatan Gunanya untuk menjaga supaya pada pembukaan terus yang tiba-tiba dari pemasukian gas, campuran itu tidak menjadi terlalu miskin, sehingga motor menjadi tersentak, digerakkan dengan engkol kecil pada poros tingkap gas. Hasilnya biasanya dapat diubah dengan jalan mengikatkan batang penggerak dalam sebuah lubang yang lain dari engkol (dalam musim panas harus membuat langkah yang lebih kecil dari pada dalam musim dingin). b. Cuk: Digunakan untuk menutup hamper seluruh pemasukan udara ketika mengasut (menstarter) motor sehingga motor itu menghisap campuran yang kaya melalui percik pengasut dan percik utama dan menyebabkan mulai berputar dengan lancar. Kita membedakan cuk yang digerakkan oleh sebuah tombol (cuk tangan) dan cuk gerak sendiri (otomatis), cuk yang terakhir dilayani dengan sebuah thermostat dan makin panas motornya makin bertambah terbuka ia dengan cara teratur. 27

28 c. Karburator pengasut Pada beberapa karburator dipakai karburator Bantu yang kecil sebagai pengganti cuk, alat ini dibangun satu dengan karburator yang normal dan dijual denga pelayanan thermostik. Pelayanan karburator penghasut sama dengan pelayanan cuk. Kebaikannya; campuran yang cukap dan kaya untuk dapat mengasut dengan lancar, sedikit bahaya untuk campuran yang terlampau kaya, bila kita lupa mematikan alat itu sesudah motor menjadi panas. Karburator-karburator dengan by pass mempunyai perecik utama HS dengan mana mobil dapat mencapai kira-kira 75% dari kecepatan puncak, dalam pada itu tingkap gas akan terbuka + ¾. Dengan jalan membuka tingkap gas itu lebih lebar, by pass BS dapat dikerjakan. Engkol K menekan batang D kebawah, sehingga tingkap peluru BS dibuka dan juga dengan jalan ini bensin itu dimasukkan ke percik utama, sehingga campuran menjadi kaya dan daya motor akan naik Pompa Bahan Bakar Pompa bahan bakar peranannya sangat penting didalam menyalurkan bensin dari tangki ke karburator, perlunya pompa dipasang karena penempatan tangki yang rendah dan jauh dari mesin, serta posisi karburator selalu ada dibagian yang lebih tinggi dari pada posisi tangki. Ada 2 tipe pompa bensin yang digunakan saat ini, yaitu : pompa bensin mekanik dan pompa bensin elektrik. Pompa bensin mekanik ditempatkan pada bagian mesin, karena pompa bensin mekanik bekerja bila dihubungkan dengan tenaga putaran mesin. Ruangan pompa bensin mekanik terbagi menjadi 2 ruangan yang dipisahkan oleh membrane, pada bagian atas pompa terdapat saringan bensin, mangkuk tempat mengendapkan kotoran ada 2 buah buah katup yang diberi beban pegas untuk mengontrol aliran bensin. Bagian bawah pompa terdiri dari pegas yang mengatur pengisapan dan penekan bensin serta peralatan lainnya termasuk rocker arm (tuas pompa) yag digerakkan oleh dorongan bubungan pada poros bubungan (camshaft). Membran dapat menghisap 28

29 dan menekan bensin dengan jalan ditarik oleh alat yang menghubungkan bagian membrane dan tuas pompa, serta kembali kebagian atas untuk menekan bensin oleh kekuatan pegas. Ketika katup jarum pada karburator telah menutup saluran sebagai akibat ruangan pelampung telah penuh bensin, maka bensin yang ada didalam saluran antara pompa dan karburator tidak dapat ditekan oleh kekuatan pegas membran, sehingga posisi membrane sekarang ada dibagian bawah. Pompa bensin mekanik dapat bekerja setelah mesin dihidupkan. Gb Pompa bensin mekanik Pompa bensin elektrik bekerja dengan prinsip yang sama seperti pompa bensin mekanik, hanya membrane pada pompa bensin elektrik diaktifkan oleh solenoid (elektro magnet) sebagai pengganti poros bubungan. Ketika solenoid diberi arus listrik melalui sepasang kontak platina membrane akan ditarik dengan melawan beban pegas untuk menghisap bahan bakar dari tangki. Setelah langkah pengisapan kemudian kontak platinanya akan terbuka, akibat dari kontak platinanya terbuka maka pegas membrane akan menekan bahan bakar menuju karburator. Bila ruangan pelampung pada karburator telah penuh terisi bensin, maka kontak platina didalam pompa ada dalam keadaan terbuka. Pompa bensin elektrik tidak tahan terhadap panas mesin, oleh sebab itu penempatannya 29

30 selalu berada didekat tangki bahan bakar. Pompa bensin elektrik dapat bekerja segera setelah kunci kontak diputar, kerja pompa dapat dikenal dengan suara yang dikeluarkannya Gb Pompa bensin elektrik Penyemprotan pada tiap-tiap langkah kerja motor empat tak pada muatan penuh dalam gram : N 200 g = n 60 a 2 dimana : g = berat tiap-tiap jumlah penyemprotan pada tiap- tiap pembakaran. N = daya motor dalam tak 200 = pemakaian bahan bakar dalam gram pada tiap-tiap tkj(tenaga kuda/ jam). n = banyaknya perputaran tiap-tiap menit a = banyaknya silinder sedangkan penyemprotan motor 2 Tak : 30

31 g = N n a isi bahan bakar yang disemprotkan pada tiap-tiap langkah kerja dalam cm 3 : I = g = berat jenis g 0,83 a. Konstruksi pompa bahan bakar Pada umumnya pompa plunyer, hampir dengan tidak ada kecualinya dengan pengatur arus lebih, jarang pengatur bubungan yang miring (pada pompa bahan bakar untuk tekanan rendah, kira-kira 80 atm). Pengaturan dilakukan dengan pengatur, tetapi ada juga dilakukan dengan tegangan. Kadang-kadang (bosch) poros bubungan pompa dapat sedikit diputar terhadap pergerakkan sehingga penyemprotan dapat sedikit diperlambat atau dipercepat. Pengaturan dapat disetel dari dashboard untuk bermacam-macam kecepatan. b. Benda penyemprotan (pengabut) Ada 2 macam benda penyemprot yang dipakai, yakni benda penyemprot terbuka dan benda penyemprot-penyemprot tertutupm benda penyemprot terbuka tidak mempunyai tingkap atau hanya memakai tingkap yang dibebani oleh pegas ringan supaya tidak menetes. Benda penyemprot tertutup pada umumnya mempunyai tingkap-tingkap jarum yang dibebani pegas yang demikian beratnya sehingga barulah dapat dibuka setelah tercapai tekanan semprot. Untuk tekanan semprot yang rendah kebanyakan kita pakai tingkap jarum tap, disini juga dapat dipakai benda penyemprot yang langsung mengharuskan pemakaian pengabut yang mempunyai lebih dari satu lubang gerakan yang kecil Saringan Bahan Bakar Semua mobil modern akan selalu dilengkapi dengan saringan udara (air filter) pada saluran udara akan masuk ke karburator. Fungsi 31

32 saringan ini sangat penting didalam mencegah masuknya debu dan partikel-partikel lainnya ke dalam karburator dan silinder mesin. Saringan udara akan mempunyai efek sebagai tahanan udara yang akan masuk kedalam karburator, sehingga hal ini akan mempunyai dampak seolah-olah jet karburator tersumbat. Bila ini terjadi berarti performa mesin menjadi berkurang. Oleh sebab itu secara berkala, katakanlah setiap mobil telah menempuh jarak km. saringan udara harus dibersihkan atau diganti dengan yang baru. Saringan udara juga berfungsi sebagai peredam suara, dimana saringannya itu sendiri dapat menghilangkan suara mendesis udara yang masuk kedalam karburator. Saringan udara yang banyak digunakan saat ini adalah dibuat dari elemen kertas karena dapat dengan mudah kita buang bila sudah tidak dapat digunakan lagi. Sistem penyaringan udara yang lainya adalah dengan menggunakan bak oli dan saringan metal, sedangkan model terakhir yang dipasangkan dibuat dari bahan plastik. Ada beberapa tipe saringan udara, dari bentuk penampilannya akan segera diketahui model saringan udara tersebut. Saringan udara yang biasa digunakan adalah dari model elemen kertas, keunggulanya dari model bak oli adalah mempunyai bobot yang ringan dan bentuknya lebih kompak. Saringan udara model bak oli banyak digunakan pada mobil yang selalu digunakan didaerah yang udaranya banyak mengandung debu, contohnya daerah padang pasir Tipe pembersih udara yang sederhana dibuat dari jala kawat, sebelum jala kawat ini dipasang terlebih dahulu jala kawat diberi oli Bahan Bakar Bahan bakar merupakan unsur yang sangat penting bagi proses pembakaran dalam mobil. Mobil sekarang ini kebanyakan menggunakan bahan bakar bensin dan solar. Bensin merupakan bahan yang mempunyai volatile (mudah untuk menguap) untuk memudahkan didalam proses pembakaran sehingga memudahkan penghidupan mesin pada segala 32

33 cuaca. Tetapi bensin tidak boleh mudah menguap, sebab hal ini akan memungkinkan terjadinya vapour lock pada saliran bahan bakar atau justru nantinya penggunaan bahan bakarnya tidak ekonomis. Biasanya vapour lock terjadi pada saat mesin panas, hal ini terjadi karena penyaluran bensin kekarburator tidak lancar. Kadang-kala temperatur mesin dapat jika membuat mesin menjadi mendidih didalam karburator ketika mesinnya telah dimatikan, hal ini akan membuat campuran antara bensin dan udara menjadi kaya didalam inlet manifold. Bila ini terjadi berarti mesin akan sulit dihidupkan pada saat suhu mesinnya masih tinggi, dengan demikian berarti mesin tersebut dapat hidup setelah mesinnya dingin. Untuk mengatasi hal tersebut perlunya ditambahkan zat-zat adiktif yang berguna untuk menyesuaikan / menstabilkan mesin. Bensin juga harus tahan terhadap detonasi (detonasi dpaat diketahui dari suara yang timbul saat mesin hidup, bunyi suara seperti ketukan). Knocking dapat terjadi pada mesin bila bahan bakar yang digunakan mempunyai angka oktan terlalu rendah untuk perbandingan kompresi mesin yang digunakan, bila knocking ini terjadi terus-menerus berarti temperatur torak akan meningkat dan akhirnya akan membuat lubang silinder menjadi terbakar. Angka oktan suatu bensin dapat ditetapkan dengan jalan membandingkan bensin yang bersangkutan dengan 2 macam bensin yang telah mempunyai tingkat angka octane tertentu. Adapun kedua bensin sebagai bahan pembanding yang mempunyai angka octane tersebut ialah Iso-octane dan Normal heptane, Iso-octane mempunyai daya tahan yang btinggi terhadap timbulnya knocking dan diberi angka octane 100, sedangkan Normal heptane mempunyai daya tahan rendah terhadap timbulnya knocking dan diberi angka octane 0. Angka octane yang dibutuhkan mesin juga dapat berubah-ubah, hal ini tergantung dari berapa lama mesin tersebut dihidupkan dan seberapa jauh kendaraan tersebut digunakan. Banyak faktor yang akan 33

34 mempengaruhi kondisi mesin yang menyebabkan berubahnya angka octane yang dibutuhkan. Untuk itu perlu bahan kimia agar dapat meningkatkan daya tahan mesin tersebut. a. Control terhadap emisi gas buang Salah satu dari kemajuan sistem pengontrolan terhadap emisi ialah bagaimana caranya menyatukan antara saringan udara dan pengontrol temperatur, dimana udara yang akan dihisap oleh mesin melalui saringan tersebut selalu mempunyai temperatur yang tetap. Salah satu cara yang banyak dipakai di Eropa adalah dengan jalan melengkapi lubang pemasukan udaranya menjadi 2 buah, jadi bila musin dingin tiba, udara akan dinaikkan temperaturnya melalui salah satu lubang pemasukan yang dipanaskan oleh emisi gas buang, sedangkan bila musim panas tiba, maka salah satu lubang pemasukan tersebut akan dicabut dan emisi gas buangnya diajukan guna mendinginkan udara yang akan dihisap mesin. 34

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada. SISTIM PENGAPIAN Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di dalam silinder harus untuk menghasilkan tenaga. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan prinsip kerja motor 2 tak dan motor 4 tak. 2. Menjelaskan proses pembakaran pada motor bensin 3. Menjelaskan dampak saat pengapian yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin 2.1.1 Pengertian Motor Bakar Torak Bensin Motor bakar torak bensin merupakan salah satu jenis motor bakar yang menggunakan bensin sebagai bahan bakarnya. Bensin

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 30 BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 1. Dasar Pada motor bakar yang menggunakan bahan bakar bensin, yang masuk keruang bahan bakar adalah gas campuran udara dan bensin, sedangkan untuk pembakarannya

Lebih terperinci

Gambar 9.1. Sistem pengapian

Gambar 9.1. Sistem pengapian BAB 9 SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 9.1. Pendahuluan Sistem pengapian merupakan sistem yang berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api pada busi yang kuat dan tepat untuk memulai pembakaran campuran

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor NAMA : MUHAMMAD ABID ALBAR KELAS : IX E Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor Sistem pengapian pada sepeda motor berfungsi untuk mengatur proses terjadinya pembakaran campuran udara dan

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No. 1, April 2009 (87-92) Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor I Wayan Bandem Adnyana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER Petunjuk Lembar Kerja Siswa Ikuti prosedur Tune Up seperti pada video yang anda saksikan Tayangan dan petunjuk di video adalah terbatas, tetapi prosedur

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN 1997 Indra Joko Sumarjo 1, Agus Suprihadi 2, Muh. Nuryasin 3 DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram

Lebih terperinci

Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat

Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat 1. Menurut gambar di bawah ini jaket air (water jacket) ditunjukkan oleh 1 5 7 2 8 9 6 3 4 a. No. 1 b. No. 2 c. No. 3 d. No.

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI Motor penggerak mula adalah suatu alat yang merubah tenaga primer menjadi tenaga sekunder, yang tidak diwujudkan dalam bentuk aslinya, tetapi diwujudkan dalam

Lebih terperinci

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 Kusnadi D-III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal. ABSTRAK Sistem pengapian merupakan sistem yang menghasilkan tegangan

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung UJIAN TEORI PRAKTEK ENGINE

Lebih terperinci

K BAB I PENDAHULUAN

K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh variasi resistansi ballast resistor cdi dan variasi putaran mesin terhadap perubahan derajat pengapian pada sepeda motor honda astrea grand tahun 1997 Oleh: Wihardi K. 2599051 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK B.7 TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK Edy Susilo Widodo 1 dan Eko Surjadi 2 1 Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor Sistem pengisian adalah gabungan dari beberapa komponen pengisian seperti generator (alternator), regulator dan baterai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian bahwa CDI Racing dan koil racing menghasilkan torsi dan daya lebih besar dari CDI dan Koil standar pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka Adita (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh pemakaian CDI standar dan racing serta busi standard an busi racing terhadap kinerja motor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR Bibid Sarifudin, Agung Nugroho Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang mengunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER DAN VARIASI JENIS BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MESIN PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 Ilham Fahrudin, Husin Bugis, dan Ngatou Rohman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN TUNE UP MOTOR BENSIN 1 Membersihkan Saringan Udara Ganti bila sudah kotor belebihan Semprot dengan udara tekan dari arah berlawanan dengan arah aliran udara masuk 2 Periksa Oli Mesin Periksa : Jumlah Oli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Torak Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu: JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BUKU AJAR NO 2 Motor Bensin TANGGAL : KOMPETENSI Mendeskripsikan

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Ragkaian Sistem Pengapian Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Heru Setiyanto (2007), meneliti tentang pengaruh modifikasi katup buluh dan variasi bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin pada motor bensin dua langkah 110

Lebih terperinci

ANALISA DAN CARA MENGATASI GANGUAN SISTEM PENGAPIAN MAZDA MR 90

ANALISA DAN CARA MENGATASI GANGUAN SISTEM PENGAPIAN MAZDA MR 90 ANALISA DAN CARA MENGATASI GANGUAN SISTEM PENGAPIAN MAZDA MR 90 LAPORAN Disusun untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III dengan gelar Ahli Madya Teknik Mesin Oleh Ali Agsa 5250304539 PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

AC (AIR CONDITIONER)

AC (AIR CONDITIONER) AC (AIR CONDITIONER) AC adalah suatu jenis mesin pendingin yang berfungsi sebagai penyejuk ruangan. Ditinjau dari konstruksi, AC bias dibagi menjadi dua bagian, yakni sisi luar dan sisi dalam. Sisi luar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator. BAB III METODOLOGI 3.1 Desain Peralatan Desain genset bermula dari genset awal yaitu berbahan bakar bensin dimana diubah atau dimodifikasi dengan cara fungsi karburator yang mencampur bensin dan udara

Lebih terperinci

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T.

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. KODE MODUL SPD. OTO 225-01 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4) Jurusan

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Diagnosa Ignition Control Sistem Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi BAB II DASAR TEORI Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan untuk merekondisi sepeda motor Honda C86 tahun 1986. Salah satu hal yang menyangkut pendekatan pemecahan masalah adalah dasar teori. Dasar

Lebih terperinci

TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K

TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI ENGINE TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K Nama Siswa No. Absen Kelas Jurusan : : : : 74 TUNE UP MESIN BENSIN 4 LANGKAH PENGERTIAN TUNE UP Jumlah kendaraan mobil sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Pengapian Perkembangan sistem pengapian yang ditawarkan setiap keluaran mobil baru patut dibanggakan. Salah satu keunggulan sistem pengapian eletronik atau CDI adalah

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI 1. Saklar magnet (Kontaktor) Kontaktor adalah sejenis saklar atau kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu melayani arus beban

Lebih terperinci

Mesin Diesel. Mesin Diesel

Mesin Diesel. Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel. Ia membangkitkan tenaga yang tinggi pada kecepatan rendah dan memiliki konstruksi yang solid. Efisiensi bahan bakarnya lebih baik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya BAB II TEORI DASAR 2.1 Teori Dasar Pengapian Sistem pengapian pada kendaraan Honda Supra X 125 (NF-125 SD) menggunakan sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) yang merupakan penyempurnaan dari

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu alat (mesin) yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik, motor bakar umumnya terdapat dalam beberapa macam antara lain : mesin

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL Didi Eryadi 1), Toni Dwi Putra 2), Indah Dwi Endayani 3) ABSTRAK Seiring dengan pertumbuhan dunia

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Ludfianto (2013), meneliti penggunaan twin spark ignition dengan konfigurasi berhadapan secara Horizontal pada Motor Yamaha F1ZR dua langkah

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2. 1 Sistem Pengapian Sistem pengapian sangat berpengaruh pada suatu kendaraan bermotor, karena berfungsi untuk mengatur proses pembakaran campuran antara bensin dan udara di dalam ruang

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder JOB SHEET DASAR TEKNOLOGI A. TUJUAN : Setelah menyelesaikan praktek ini diharapkan siswa dapat : 1. Dapat menjelaskan prosedur tune up 2. Dapat melakukan prosedur tune up dengan benar 3. Dapat melakukan

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC Muhamad Nuryasin, Agus Suprihadi Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No.

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER Oleh : Rolando Sihombing, ST Dosen Universitas Simalungun, P. Siantar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. commit to user 3

BAB II DASAR TEORI. commit to user 3 BAB II DASAR TEORI Rekondisi sepeda motor Honda C86 tahun 1986 bertujuan untuk mengembalikan performa mesin dan memperbaiki semua komponen. Dasar teori yang membantu dalam melakukan rekondisi didapat dari

Lebih terperinci

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar Mesin Diesel 1. Prinsip-prinsip Diesel Salah satu pengegrak mula pada generator set adala mesin diesel, ini dipergunakan untuk menggerakkan rotor generator sehingga pada out put statornya menghasilkan

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Yudha (2014) meneliti tentang pengaruh bore up, stroke up dan penggunaan pengapian racing (busi TDR dan CDI BRT) terhadap kinerja motor Vega

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Pengaruh Sistem Pengapian Capasitive Discharge Ignition(CDI) dengan Sumber Arus yang Berbeda Terhadap Kandungan Karbon Monoksida (CO) Gas Buang Sepeda Motor 110 cc Imam Mahir Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar

PENDAHULUAN A. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar PENDAHULUAN A. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar Bahan ajar Perbaikan Kerusakan dirancang untuk pelaksanaan pembelajaran mandiri tanpa kehadiran guru atau pembelajaran klasikal. Apabila digunakan pada pembelajaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Desember Penyusun

KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Desember Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada nabi besar Muhammad saw, kepada keluarga, para sahabat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perancangan Dan Pembuatan Mesin preheat pengelasan gesek dua buah logam berbeda jenis yang telah selesai dibuat dan siap untuk dilakukan pengujian dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR A. Yudi Eka Risano Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UNILA Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Telp. (0721)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sumito (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Karburator Racing Terhadap Kinerja Motor Bore Up 4-Langkah 150 cc. Dari penelitiannya tersebut

Lebih terperinci

BUKU DIKTAT Kelistrikan Otomotif. Disusun Oleh: TIM DOSEN

BUKU DIKTAT Kelistrikan Otomotif. Disusun Oleh: TIM DOSEN BUKU DIKTAT Kelistrikan Otomotif Disusun Oleh: TIM DOSEN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA 2010 1 KATA PENGANTAR Ucap syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan CDI racing programabel dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan CDI racing programabel dan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan CDI racing programabel dan koil racing pada motor tipe 30C CW 110 cc. Menyatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KOMPRESI

PERBANDINGAN KOMPRESI Jalan paling efektif untuk meningkatkan BMEP adalah menaikkan perbandingan kompresi. BMEP adalah Brake Mean Effectife Presure (Tekanan efektif pengereman rata-rata) atau rata-rata tekanan di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN UMUM Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja dari motor bakar bensin adalah perubahan dari energi thermal terjadi mekanis. Proses diawali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Motor Bensin Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak (dinamis) yang bila bekerja dapat menimbulkan tenaga/energi. Sedangkan pengertian motor bakar

Lebih terperinci

Prosedur Pengetesan Injektor

Prosedur Pengetesan Injektor Prosedur Servis, Pengetesan dan Perbaikan Injektor Diesel Menentukan Kerusakan Injektor Sesuai penjelasan dalam buku yang ditulis oleh May and Crouse, sebuah kesalahan pada injektor akan dapat di identifikasikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K. untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap hidup.

BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K. untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap hidup. BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K 3.1 Pengertian Kelistrikan mesin ialah sistem kelistrikan otomatisasi dipergunakan untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Bahan bakar yang dipergunakan motor bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni : berwujud gas, cair dan padat (Surbhakty 1978 : 33) Bahan bakar (fuel)

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci