COMING IN (PENERIMAAN DIRI ) DAN EKSISTENSI DIRI SEORANG LESBIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "COMING IN (PENERIMAAN DIRI ) DAN EKSISTENSI DIRI SEORANG LESBIAN"

Transkripsi

1 BAB Tiga COMING IN (PENERIMAAN DIRI ) DAN EKSISTENSI DIRI SEORANG LESBIAN Pengantar Setiap perjalanan kehidupan manusia selalu dinamis, bahwa manusia selalu berpikir dan berdialog dengan diri tentang proses menuju kehidupan ke depan. Bisa saja terjadi penurunan dan peningkatan pada pola pemikiran, batin, kesadaran dan penerimaan atas kehidupannya. Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan setiap manusia adalah proses pencapaian nilai atau makan atas diri. Nilai dan makna atas diri merupakan satu perdebatan batin yang terjadi dalam diri manusia, dan ini adalah nilai refleksi puncak yang cukup memerlukan proses yang sangat dialogis. Dalam proses pencapaian eksistensi seorang manusia, penting sekali menurut penulis melukiskan bagaimana eksitensi diri seorang lesbian, ketika begitu banyak lapisan ketidakadilan dan diskriminasi yang masih didapatkan oleh homoseksual (lesbian). Penulis merasa perdebatan yang selama ini muncul di kalangan masayarakat masih berada pada diskusi mengenai normal, tidak normal, dosa, penyimpangan dan seksual yang sempit sebatas aktivitas seksual dan relasi yang tidak semestinya saja. Kondisi pemikiran dan penilaian sebagian masyarakat yang belum berubah tersebut, terkadang memunculkan begitu banyak problematika dalam diri sebagian lesbian. Jika memahami benar, bahwa kehidupan yang dijalani oleh lesbian penuh dengan perjuangan sama halnya dengan seorang heteroseksual. Memperjuangkan diri hingga mencapai proses penerimaan diri dengan apa yang ada di dalam dirinya dan juga memperjuangkan hak serta 43

2 eksistensi dirinya sebagai bagian dari kehidupan. Lebih dari itu seorang lesbianpun memiliki proses menuju pada aktualisasi diri yang diharapkan, baik kesadaran akan diri, kekritisan, menggembangkan batin dan proses menuju pada kehidupan sesuai dengan konsep nilai yang terbangun pada dirinya. Tulisan dalam bab tiga ini akan membahas bagaimana seorang lesbian menunjukkan dinamika kehidupan menuju pada proses penerimaan diri. Dimana dalam diri seorang manusia pasti memiliki modal dalam pencapaian eksistensi diri. Modal tersebut akan sangat berpengaruh dalam diri untuk proses menyadari, mengkritisi dan menganalisis proses yang telah dilalui di dirinya yang kemudian akan memunculkan sebuah refleksi untuk proses menerima dirinya dan berlanjut pada eksistensi diri. Ketika proses menganalisis atau mengetahui benar apa yang ada dalam diri berada dengan segala usahanya, maka akan muncul sebuah kesadaran kritis untuk terus memahami diri. Dalam setiap dinamika yang dilalui oleh seorang lesbian, pasti menghadirkan banyak hal yang dapat menjadi sebuah loncatan untuk mencapai kesadaran. Dimana dengan kesadaran diri tersebut seorang lesbian akan mampu menentukan pilihan dan keputusan akan dirinya. Prosesnya terus berkembang dan berjalan, dengan refleksi panjang dari setiap pengalaman kehidupannnya, maka dia akan terus berkembang, menjadi diri yang dia inginkan. Meskipun tidak sederhana, namun haruslah di pahami bahwa fenomena lesbian merupakan sebuah bagian dari kehidupan, bukan hanya masalah diterima atau tidak diterima, melainkan banyak problematika yang masih coba diselesaikan dengan baik oleh lesbian. Diri lesbian membutuhkan proses mengetahui dan memahami setiap konsep yang terkait dengan dirinya. Pengetahuan akan seksualitas, tubuh, penerimaan diri, eksistensi diri dan mengembangkan diri dalam kehidupan adalah sebuah perjalanan panjang yang tetap terus dilakukan. Dalam pembahasan mengenai eksistensi diri, penulis akan memaparkan fakta empiris tentang proses dan dinamika diri seorang 44

3 lesbian mencapai pada sebuah tahapan penerimaan diri dan cara membangun eksitensi dirinya. Bagaimana pengetahuan yang dimiliki seorang lesbian dapat menjadi modal awal dalam proses eksistensi dirinya. Penulis menggunakan beberapa konsep yang akan membantu dalam memahami bagaimana proses eksistensi diri seorang lesbian dicapai. Beberapa konsep yang dipakai akan sangat membantu penulis dalam memaparkan dan menganalisis hasil temuan dilapangan. Eksistensi Diri Aku adalah Aku Eksistensi diri seorang lesbian, bukan merupakan proses perjalanan pencapaian material dan pengakuan saja, melainkan lebih pada nilai atas dirinya. Proses pencapaian atas nilai manusia bisa digambarkan dengan bagaimana diri seorang lesbian haruslah didefinisikan oleh dirinya sendiri, bukan oleh konsep yang dipahami orang lain. Sartre membuat perbedaan antara pengamat dan yang diamati dengan membagi Diri kedalam dua bagian, yaitu Ada untuk dirinya sendiri (pour-soi) dan Ada dalam dirinya sendiri (en-soi). Ada dalam dirinya sendiri mengacu kepada kehadiran material repetitif yang dimiliki oleh manusia dengan binatang, sayuran dan mineral. Ada untuk dirinya sendiri mengacu kepada kehadiran yang bergerak dan berkesadaran, yang hanya dimiliki oleh manusia. Perbedaan antara Ada dalam dirinya sendiri dan Ada untuk dirinya sendiri berguna dalam melakukan analisis tentang manusia, terutama untuk mengasosiasikan Ada dalam dirinya sendiri dengan tubuh (Tong, 1998:255). Pandangan kritis yang diperlukan untuk memahami bahwa lesbian ada untuk dirinya sendiri, seseorang lesbian menyadari bahwa tubuh dan pilihan atas hidupnya adalah bagian dari ke-aku-annya diidentifikasikan oleh dirinya, bahwa tubuh dan pilihannya adalah bagian dari dirinya bukan bagian tubuh atau pilihan orang lain. Kita dapat melihat bagaimana orang lain, atau masyarakat sosial selalu memahami bahwa pilihan atas diri bahkan tubuh seorang lesbian dapat mereka identifikasikan menurut apa yang mereka yakini dan pahami. 45

4 Sehingga Aku lesbian tidak mampu menunjukkan ke-aku-annya dalam proses kehidupan yang dijalaninya. Namun dengan Ada yang ketiga, yaitu Ada untuk yang lain, Sartre kadang-kadang menggambarkan modus ke-ada-an ini dalam dua bentuk. Secara positif sebagai Mit-Sein, sebagai ada yang komunal. Meskipun demikian Sartre lebih sering menggambarkannya secara negatif, yaitu Ada yang melibatkan konflik personal karena setiap Ada untuk dirinya sendiri berusaha untuk menemukan Ada-nya sendiri dengan secara langsung atau tidak langsung menjadikan lain sebagai obyek. Karena setiap Ada untuk dirinya sendiri membangun dirinya sendiri sebagai subyek, sebagai Diri, tepat dengan mendefinisi Ada Liyan sebagai obyek, sebagai Liyan, tindak kesadaran membentuk sistem yang secara fundamental merupakan relasi sosial yang konfliktual. Dengan demikian, proses definisi diri adalah proses untuk menguasai Liyan (Tong, 1998: 256). Dengan demikian Aku masih menjadi sebuah kuasa atas Aku. Dimana Aku (sosial) mendefinisikan Aku (lesbian) sebagai yang lain. Bukan merupakan diri yang secara sadar dapat mendefinisikan dirinya dengan kebebasannya. Dalam pencapaian eksistensi lesbian yang penuh dengan nilai dan makna akan mengalami hambatan ketika lesbian masih dianggap sebagai Liyan, yang masih menjadi obyek definisi dan nilai oleh konstruksi sosial masyarakat saat ini. Pemahaman yang berkembang di masyarakat atas tubuh, seks, gender dan seksualitas yang utuh belum menjadi sebuah budaya yang dapat dideskonstruksikan untuk memahami dan menghargai apa yang ada pada diri orang lain. Bahwasanya mendefinisikan diri atas tubuh, seks, gender dan seksualitas adalah sebuah kesadaran yang ada dalam Aku dan dimiliki oleh masing-masing dari diri. Sehingga muncul satu rangkaian yang penting, bahwa pemahaman atas tubuh, seks, gender dan seksualitas adalah penting. Dengan pemahaman tersebut, seorang lesbian akan mampu memahami dan menyadari tentang orientasi penuh atas tubuh dan dirinya. Sehingga kemudian akan muncul kesadaran dan kekritisan pada diri 46

5 untuk menganalisis dan merefleksikan tentang makna atas eksistensi diri sebagai Aku lesbian, bukan Aku sosial. Pola pendidikan kritis akan membantu seorang lesbian dalam menyadari dan memahami orientasi atas tubuh dan dirinya sendiri dalam proses penerimaan diri. Proses untuk benar-benar memahami diri sendiri sebagai Ada untuk dirinya sendiri akan terus berkembang untuk mencapai pemaknaan atas eksistensi dirinya. Mengungkap ke-aku-an Untuk mengungkap bagaimana proses penerimaan dan eksistensi diri seorang lesbian, penulis menggunakan studi kasus dari Kris untuk menemukan dinamika yang berkembang pada dirinya. Unit amatan dalam bagian pembahasan ini adalah Kris seorang lesbian, dan Roh seorang heteroseksual. Studi kasus dari keduanya akan menggambarkan bagaimana proses penerimaan diri dan proses pencapaian eksistensi diri seseorang lesbian dan heteroseksual. Kemudian yang menjadi unit analisis adalah modal yang dimiliki di dalam diri serta dialog yang terjadi dalam diri lesbian maupun heteroseksual, memahami dan berproses dalam penerimaan diri. Selain itu bagaimana Kris dan Roh memahami konsep atas orientasi tubuh, seks, gender dan seksualitas akan menjadi sebuah proses awal dalam dirinya untuk mencapai penerimaan dan eksistensi dirinya. Apa yang penulis temukan dalam dialog bersama dengan Kris dan Roh akan menjadi temuan yang dapat dianalisis untuk melihat eksistensi dirinya. Proses penerimaan diri dan eksistensi diri seorang Kris dan Roh yang penuh dengan dinamika dan problematikanya merupakan sebuah fakta yang unik untuk diungkapkan. Pola-pola yang dipakai dalam pemahaman atas konsep tubuh dan seksualitas, sampai pada titik kesadaran yang menghasilkan kekritisan dalam diri dan lingkungan sekitarnya menjadi penting untuk diketahui. Berbagai dialog serta refleksi atas dirinya akan membantu penulis dalam menggambarkan bagaimana Kris melampaui proses penerimaan dan eksistensi dirinya. 47

6 Tidak dapat dipungkiri ketika Kris menyadari bahwa dirinya dengan orientasi seksualnya masih belum dapat diterima oleh masyarakat akan menjadi salah satu faktor yang menjadi hambatan bagi Kris untuk membangun eksistensi dirinya. Dari hal tersebut akan memperlihatkan bagaimana kesadaran diri yang dibangun Kris untuk dapat berdialog dan berstrategi dalam proses pencapaian Aku, menyadari bahwa Ada-nya Kris untuk dirinya sendiri sebagai subyek atas diri dan bukan obyek atas orang lain. Banyak lesbian yang mampu membangun eksistensi diri dengan cara masing-masing, namun masih banyak juga lesbian yang belum dapat mencapai proses penerimaan diri dan membangun eksistensi dirinya. Sehingga dalam bab ini penulis ingin menunjukkan bagaimana pentingnya seorang lesbian membangun eksistensi dirinya dengan tantangan yang tergambar diatas. Pembahasan proses penerimaan dan eksistensi diri seorang lesbian ini akan dibagai ke dalam empat pembahasan untuk melihat deskripsi diri dari seorang lesbian. Dibagian pertama (1) akan dijelaskan tentang deksripsi diri seorang lesbian dan heteroseksual, (2) deskripsi modal penegetahuan seorang lesbian dan heteroseksual, (3) deskripsi modal pengetahuan praksis seorang lesbian dan heteroseksual, dan yang keempat (4) sejarah penerimaan diri seorang lesbian dan heteroseksual. Life Historis Kris dan Roh Proses panjang yang dengan dinamika kehidupan yang naik turun, mungkin inilah yang tergambar dari sebuah proses coming in atau penerimaan diri seorang lesbian. Penerimaan diri menjadi sebuah pondasi penting dalam pencapaian eksistensi diri. Proses memahami nilai dan makna diri secara sadar sehingga menjadikan diri lebih mampu mengaktualisasikan diri, dan kembali kehakikatnya sebagai manusia. 48

7 Pembebasan diri atas dogma dan nilai yang dilebelkan pada lesbian adalah sebuah proses berat bagi seorang lesbian.namun seberapa beratnya proses tersebut, akan terus dijalani sampai pada titik dimana seorang lesbian menyadari dirinya sebagai manusia yang memiliki hak atas kehidupannya. Nilai tertinggi dari segala aspek kehidupan dalam diri seorang manusia bukan hanya nilai material saja, melainkan nilai spiritual dan ideology dalam hidupnya. Penerimaan diri dalam hidup seorang lesbian maupun heteroseksual membutuhkan proses yang berbeda dari masing-masing individu. Membutuhkan kesabaran diri, analisis dan reflesi atas setiap pikiran dan tindakan. Dibawah ini akan menceritakan sebuah proses perjalanan panjang seorang lesbian, dengan proses perjalanan panjang kehidupannya sampai pada titik dimana terdapat sebuah kesadarn akan nilai dirinya, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk menghargai dan menjadi seseorang yang memiliki nilai dan berguna untuk orang lain. Kris besar disebuah kota di daerah Jawa Tengah, bersama kakak, adik dan kedua orang tuannya. Kedekatan dengan orang tua membuat dia merasa disayangi sebagi bagian dari keluarga.cerita ini berawal dari dimulainya Kris membangun relasi dengan seorang perempuan dikelasnya bernama Ayu saat SMA ditahun Kris adalah seorang yang pemalu, komunikasi yang dijalin dengan Ayu diwaktu itu melalui berbalasan surat, karena ditahun itu belum banyak orang yang menggunakan telepon genggam. Dengan surat itu, Kris menyatakan ketrtarikannya terhadap Ayu, dan dibalas dengan sebuah penerimaan. Relasi yang mereka bangun terjalin dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya permasalahan atas mana yang normal dan tidak normal. Pemahaman yang berkembang adalah ketika mencintai siapapun dan apapun gender mereka, bukanlah menjadi masalah yang rumit seperti yang terlihat diwaktu sekarang ini. Hingga tibalah di tahun 2000 disaat kelulusan, Kris memutuskan untuk bekerja di Semarang tepatnya di sebuah pabrik roti sembari menungguu ijasah sekolah dikeluarkan.setelah menunggu 49

8 beberapa waktu, ijasah pun didapatkan,kemudian Kris merantau ke ibukota untuk mencari pekerjaan.dan Ayu pun saat itu juga sudah berada di ibukota untuk bekerja.namun mereka bekerja dipabrik yang berbeda, dan komunikasi masih berjalan dengan baik. Sampai pada tahun 2001 Kris memutuskan untuk datang ke Ungaran mencari dan memulai pekerjaan yang baru disebuah pabrik.tak selang berapa lama, Ayu menyusul Kris ke Ungaran.Berjalannya waktu, setelah mereka sama-sama bekerja di Ungaran, konflik antara Kris dan Ayupun terjadi. Masalah pertama yang muncul adalahtanpa disadari ternyata kakak laki-laki Kris juga tertarik pada Ayu sejak mereka masih di SMA dan masih tinggal di daerah asal mereka yaitu, Purwodadi.Ayu menjalin hubungan dengan kakak laki-laki dan juga masih menjalin hubungan dengan Kris.Namun Kris menyadari bahwa hubungan itu tidak sehat, sehingga Kris memutuskan untuk mengakhiri relasinya dengan Ayu. Sampai pada akhirnya Ayu resmi menjadi kakak ipar Kris. Berat namun begitulah proses kehidupan yang dijalani Kris. Di tahun 2005 Kris keluar dari pekerjaannya disebuah pabrik di Ungaran.Ditahun itu Kris memiliki pasangan bernama Titi dan keduanya memutuskantinggal bersama.dalam waktu yang tidak terlalu lama, Titi mengajak Kris untuk mencari pekerjaan di Bali.Dan sebelum mereka ke Bali, orang tua Kris datang ke Ungaran untuk menjenguk Kris.Namun diwaktu itu orangtua Kris tidak dapat bertemu dengannya, maka orang tua Kris menitipkan pesan melalui sebuah surat pada Titi. Namun ternyata pesan-pesan yang disampaikan oleh orang tua Kris pada Titi tidak pernah disampaikan. Akhirnya mereka berdua berangkat ke Bali. Di kota itu mereka berdua mendapat pekerjaan tetapi mereka bekerja ditempat yang berbeda. Proses kehidupan mereka jalani, sampai dengan munculnya konflik karena kondisi ekonomi yang pas-pasan yang sebenarnya tidak diharapkan oleh Titi. Titipun kerap melakukan kekerasan fisik pada Kris. Kekerasan ini nyaris terjadi setiap hari. Kekerasan lain muncul ketika aku menolak ajakan Titi untuk berhubungan seksual. Titi tidak 50

9 pernah mau mengerti kondisiku.pulang kerja semua terasa capek tapi Titi tidak mau tahu, cerita Kris saat obrolan kami mengenai kekerasan yang dialaminya. Tidak ada komunikasi yang terjalin dengan baik ketika hal-hal itu terjadihal lain yang muncul dan menjadi masalah adalah rasa cemburu Titi ketika melihat Kris diantar seorang teman laki-laki disaat pulang kerja.hal ini juga menimbulkan tindakan kekerasan bagi Kris.Umpatan dan pukulan sering diterima oleh Kris ketika Titi marah dan tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena Kris merasa tidak ada perubahan yang baik dalam perekonomin dan juga relasinya dengan Titi, Kris memutuskan untuk kembali ke Ungaran bersamadengan Titi.Akhirnya mereka berdua kembali ke Ungaran, dan tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan di Ungaran.Mereka bekerja di pabrik yang berbeda.satu hal yang cukup menrik disini adalah gambaran tentang identitas relasi yang dibangun oleh Titi. Ada dua kondisi yang berbeda yang terjadi ketika mereka berada dalam lingkungan pabrik yang berbeda.pertama, Titi memunculkan Kris sebagai seorang laki-laki dihadapan teman-teman dilingkungan pabrik tempatnya bekerja.dan untuk memperkuat bentukan Titi dalam lingkungan tempatnya bekerjanya, Titi meminta Kris berfoto layaknya pernikahan heteroseksual dengan pakaian umumnya laki-laki.yang kedua, kondisi berbeda ditunjukkan oleh Kris pada lingkungan dan tempat ia bekerja. Temen-teman pabriknya mengetahui benar bahwa relasi Kris dan Titi adalah relasi lesbian. Hal inilah yang menimbulkan sebuah pertanyaan ketika teman-teman Kris melihat foto dikamar kosnya dengan pakaian pernikahan dan Kris diperankan sebagai laki-laki dengan tata rias da busana layaknya pengantin laki-laki. Proses terus berjalan tetapi kondisi tidak kunjung membaik.di Ungaran kekerasan fisik, ekonomi dan seksual pun terus terjadi kepada Kris.Hal itu membuat Kris selalu berupaya untuk membuat Titi merubah kebiasaan kasarnya kepada Kris.Namun Kris belum dapat membuat Titi menyadari dan merubah perilaku kasarnya.sampai pada suatu hari di tanggal 17 Agustus 2008 terjadi konflik besar antara Kris 51

10 dan Titi. Karena kemarahan yang luar biasa, Titi nyaris melenyapkannyawa Kris dari muka bumi. Kris hampir terbunuh karena kemarahan Titi yang tak terbendung. Namun teman-teman Effort segera datang untuk menengahi masalah mereka.salah satu teman Effort sudah mengenal Kris dari tahun 2000 ketika Kris masih bekerja di Semarang. Hingga akhirnya keduanya dibawa ke basecamp Effort dengan dua motor. Di Basecamp dilakukan dialog untuk menyelesaikan masalah ini. Karena hubungan yang mereka jalin sudah tidak baik, maka disarankan agar mereka introspeksi dan tidak berdekatan dalam waktu yang cukup untuk menimbang relasi mereka. Dengan berbagai pertimbangan, Kris dan Titi akhirnya mengambil keputusan untuk menyudahi relasinya pada akhir Agustus Sebelum relasi antara Kris dan Titi berakhir, Kris mengenal seorang teman dipabrik tempat dia bekerja dan perempuan itu bernama Sila. Setelah hubungan Kris dengan Titi berakhir, Kris menjalin relasi dengan Sila.Relasi ini hanya berjalan selama 1 tahun.kris memberikan ruang untuk Sila belajar bersama dengan komunitas di Effort. Kris dan Sila selalu menghadiri kegiatan dan diskusi secara bersama-sama dengan komunitas yang di bangun Effort. Hubungan Kris dan Silapun berakhir genap diusia 1 tahun mereka membangun relasi. Disaat-saat terakhir relasinya dengan Sila, Kris kembali mengenal sosok perempuan bernama Nia. Krispun mengikuti perasaannya untuk menjalin hubungan spesialnya bersama Nia.Alasan inilah yang membuat Kris memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Sila. Di sisi lain Krisselalu punya kebiasaan untuk memperkenalkan pasangannya pada keluarganya. Memperkenalkan pasangan pada keluarga, bagi Kris adalah upaya untuk mendekatkan pasangannya pada keluarga Kris. Tak jarang pasangan Kris juga menginap di rumah orang tua Kris. Menurut Kris, Nia adalah pasangan yang berbeda dari pasangan-pasangan sebelumnya.nia mempunyai cara pendekatan yang baik dengan orang tua Kris,sehingga Nia cukup dekat dengan orang tua 52

11 Kris. Namun berbeda dengan orang tua Kris, orang tua Nia menolak hubungan mereka. Sampai pada akhirnya Nia dipaksa pulang oleh orangtuanya dan kembali ke kota asalnya, Pacitan. Keputusan orangtua Nia membuat panik dan tanpa berpikir panjang, Kris menggadaikan BPKB motor untuk menemui Nia di Pacitan. Kedatangan Kris ke Pacitan adalah untuk menanyakan tentang keseriusan Nia menjalin hubungan dengan Kris. Waktu itu salah satu teman di Effort mengetahui bahwa Kris pergi ke Pacitan, dimalam hari saat Kris sampai di Pacitan,Kris mendapat telepon dari teman Effort yang menawarinya sebuah pekerjaan. Krispun langsung menerima tawaran tersebut, meski sebenarnya ia masih dalam kondisi limbung. Disaat itu aku hanya berpikir bahwa manakah yang terbaik untukku dan Nia, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menerima pekerjaan dan kembali ke Ungaran. Disaat orangtua Nia tidak menyetujui relasi ini, aku menimbang bahwa, ketika menyayangi seseorang, tidak berarti harus mengikat orang yang kita disayangi. Setiap hubungan atau relasi apapun haruslah saling membebaskan, dan menghargai setiap proses masing-masing untuk saling berkembang ungkap Kris ketika menceritakan proses pembebasan relasinya dengan Nia. Menurut Kris relasinya dengan Nia, sampai keputusan akhir yang diambilnya adalah proses dimana dia memahami makna menyayangi yang sesungguhnya. Relasi inilah yang sangat membuat Kris merasa bahwa inilah sebuah relasi yang penuh dengan nilai. Bukan saling mengikat, saling merugikan, penuh dengan kekerasan, namun membebaskan satu dengan yang lainnya untuk menjalani proses kehidupannya dengan lebih baik. Malam itupun di tahun 2009 Kris pulang ke Ungaran dan menerima tawaran pekerjaan yang diberikan padanya.dan setelah itu Kris mulai aktif mengikuti kegiatan dan diskusi dengan Effort.Komunitas membantu setiap proses dalam kehidupan Kris untuk penerimaan dirinya, atas orientasi seksualnya, dan bagaimana mengelola gejolak batinnya karena sering diolok-olok oleh kakaknya 53

12 karena orientasi seksualnya. Dengan pengalamnannya bersamatemanteman Kris belajar banyak hal. Disaat ingin membangun relasi, Kris sangat hati-hati dan menimbang banyak hal. Semua dia hitung dan pertimbangkan karena pengalaman berelasi sebelumnya telah memberi pelajaran tersendiri bagi Kris. Di akhir tahun 2009 Kris menjadi peserta pelatihan yang diadakan rutin setiap satu tahun sekali oleh Effort untuk komunitas.pelatihan itu bertema HIV/AIDS, diproses itulah Kris bersedia bercerita dan sharing didepan teman-teman komunitas tentang kekerasan yang dia alami saat menjalin relasi dengan pasangannya.pada tahun 2009 kegiatan Effort masih bersama dengan kelompok heteroseksual dan belum ada teman lesbian yang bergabung selain Kris. Sore itu Kris mulai menceritakan kisahnya, proses kehidupan yang dia alami bersama dengan mantan pasangannya dulu yang penuh dengan kekerasan. Selesai bercerita, bukan penolakan yang Kris dapatkan dalam forum itu, tapi empati dari peserta pelatihan.testimony Kris menjadi pengalaman dan pelajaran berharga bagi peserta pelatihan.bahwa kekerasan dalam hubungan apapun, dan orientasi apapun adalah tindakan yang harus ditolak bersama. Temanteman pun akhirnya saling berbagi atas atas apa yang dilihat maupun yang dialami, termasuk pengalaman peserta pelatihan yang lain yang juga mengungkapkan fakta di keluarganya ada juga yang berorientasi seks pada sesama jenis.testimony yang dilakukan Kris, akhirnya membuat teman-teman pelatihan yang lain terbuka bahwa tidak ada yang salah dan tidak ada yang perlu ditolak dari relasi lesbian karena itu adalah pilihan orientasi seksual dan merupakan hak asasi setiap orang. Yang harus ditolak adalah bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap manusia tanpa melihat latar belakang, orientasi seksual, pendidikan dan lain sebagainya. Kini Kris sudah menerima dirinya sebagaimana adanya dirinya dan orientasi seksualnya.kris ingin belajar banyak hal, terus berupaya untuk menjadi lebih baik dan dapat melakukan sesuatu bagi orang lain disekitarnya. Proses belajardi Effort dan apa yang ia dapatkan selalu ia 54

13 bagikan kepada teman-teman di pabriknya tempat dia bekerja. Kepada ibu-ibu ditempatnya bekerja dia membagi banyak hal, termasuk tentang HIV/AIDS, PMS, Kesehatan, dan lain-lain. Proses itulah yang membuat teman sekerja yang mayoritas adalah ibu-ibu, menjadikan Kris sebagai sumber informasi. Disinilah aktualisasi diri Kris sebagai seorang manusia mencapai eksistensinya.bukan dengan pemenuhan atas materi semata, namun dengan niali-nilai yang dapat bermanfaat bagi orang lain disekitarnya. Penerimaan diri adalah bagian terawal dalam sebuah proses aktualisasi diri. Dengan penerimaan diri, maka seseorang akan terus melakukan apa yang menjadi tujuan baik baginya. Jadi, aktualisasi diri adalah bagian dimana kehidupan seorang dapat berguna dan bermanfaat bagi mahkluk lainnya. Satu hal yang Kris sampaikan, Ketika aku merasa dihargai sebagai seseorang dengan apa adanya diriku, aku merasa bermanfaat dan berguna bagi lingkungan disekitarku, itulah titik kenyamanan dan kebahagiaanku. Kenyamanan dan kebahagiaan inilah yang disebut sebagai eksistensi diri seorang lesbian. Dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh Effort Membangun Ruang Kemanusian Tanpa Batas ( Sebuah Proses Pengorganisasian ) Kris menuliskan kisah kehidupannya. Di bawah ini, sepenggal cerita yang disampaikan oleh Kris. Pada pertengahan tahun 2012, ada perubahan yang luar biasa yang kurasakan di diriku. Aku putus dengan pacarku, dan hari kedua idul fitri tahun 2012 aku pergi ke Yogyakarta bersama teman dari Effort, dan pada saat itulah aku merasa menjadi manusia merdeka karena nggak ada lagi pacar yang melarang aku pergi. Dan akhirnya aku memutuskan untuk memperbaiki diri dan belajar serius. Terimakasih kepada teman-teman karena aku dikennalkan pada banyak hal yang selama ini aku tidak tahu. Dari hari ke hari aku semakin punya semangat dan aku tambah tahu apa yang harus aku lakukan dalam hisup ini. Tehnik dan strategi dalam menjalankan peranku sebagai seorang CO (Community 55

14 Organizer) semakin bertambah. Beberapa kali melakukan pendekatan dengan komunitas buruh lesbian bersama dengan teman-teman Effort membuat aku semakin mengerti dan memahami bagaimana melakukan pendekatan pada komunitas. Dari semua ini, aku jadi tahu kesabaran dari teman-teman Effort dalam mengorganizer lesbian. kesulitan ini juga aku alami. Tetapi ini juga yang aku alami dulu, susah diajak berkembang karena belum beres dengan diri sendiri. Aku sadar masih banyak yang harus aku pelajari untuk meningkatkan kemampuanku sebagai seorang CO. Ada yang membuatku paling senang adalah aku tetap menjadi diriku sendiri, apapun keadaannya. Dan ini selalu aku sampaikan pada teman-temn siapapun mereka dan apapun orientasi seksualnya. Jadilah diri sendiri dan berdamailah dengan diri sendiri. Aku sering menyesali kebodohan masa laluku, tetapi aku tahu penyesalan ini harus aku tebus dengan semangat belajar agar hidupkubisa lebih berarti. Dan terus mengisi pikiran karena sekarangaku tahu pikiran adalah pelopor dunia. (Widiawati, 2013:66) Inilah cerita singkat tentang Kris, dan tulisan Kris juga adalah gambaran tentang nilai dirinya dan pencapaian eksistensinya. Pergeseran makna dan pandangan tentang tujuan dan hakikat atas dirinya. Proses pembebasan diri yang terus diupayakan dari saat ke saat untuk sampai pada proses penerimaan diri,proses aktualisasi diri dengan tujuan hidup yang penuh dengan nilai. Setiap proses didalam perjalanan kehidupan seseorang, siapapun itu pasti mengalami sebuah dinamika, ada titik dimana diri merasa sangat frustasi, namun tetap akanada titik dimana dia menyadari dirinya ada dalam sebuah makna atas dirinya didunia ini. Cerita singkat kehidupan Kris diatas juga merupakan sebuah proses panjang tentang memaknai dirinya sebagai yang ada dikehidupan ini. Eksistensi diri akan dicapai oleh siapapun orang itu ketika seseorang menyadari benar tentang potensi dan bahwa dirinya berharga. Untuk melihat sebuah proses lain dibawah ini akan digambarkan singkat sebuah perjalanan kehidupan seseorang yang memiliki pilihan lain 56

15 atas hidupannya. Dan dengan cerita ini kita akan melihat bagaimana proses eksistensi diri seorang heteroseksual dalam perjalanan panjangnya dan akhirnya menjatuhkan pilihan hidup demi kenyamanan dan kebahagiaanya Roh adalah seorang perempuan yang lahir di pinggiran kota Salatiga, kini usianya 43 tahun. Hampir setengah abad proses kehidupan yang dia jalani. Bukan lagi usia muda, namun kematangan diri yang nampak dengan proses perjalanan kehidupan yang panjang. Selama 43 tahun proses demi proses dilalui olehnya untuk menemukan nilai atau makna tertinggi atas diri dan proses hidupnya. Berbagai nilai spiritual, bagaimana memahami materialismedan nilai -nilai hidup yang berarti tidak hanya bagi diri Roh sendiri,tetapi berarti bagi penulis, dan sebagaian besar orang yang mengenalnya. Roh adalah bagian dari anggota kelompok yang selalu menyediakan diri untuk terus belajar bersama dengan teman lain di lembaga Effort. Proses perkenalan dengan teman di Effort diawali dari banyaknya pengurus Effort ditahun 2000an yang berasal dari lembaga Yasanti (sebuah lembaga perempuan tertua di Indonesia yang concern pada isu Buruh Perempuan), dan banyak juga buruh pabrik diwaktu itu yang sering belajar bersama dengan lembaga yasanti. Ditengah-tengah proses bersama dengan yasanti, Roh sebenarnya mulai mengenal teman-teman Effort, karena beberapa teman dari Yasanti mendirikan Effort. Cerita perkenalan ini dimulai dari seorang teman bernama Lia, seorang buruh pabrik yang bekerja dengan Roh dipabrik yang sama. Lia sering mengikuti kegiatan diluar bersama teman-teman Effort, dan apa yang didapatkan dalam kegiatan dan perjumpaanya dengan teman Effort selalu diisampaikan kepada beberapa teman dipabrik termasuk Roh. Sampai pada suatu hari di tahun 2004 Lia di PHK dari pabrik. Beberapa waktu setelah itu Lia memutuskan untuk bekerja di Surabaya. Namun Lia berpikir bahwa dia akan merasa sangat bersalah ketika Roh dan beberapa temannya tidak diperkenalkan dengan 57

16 teman-teman di Effort karena beberapa alasan. Dari sinilah awal perkenalan dan kedekatan Roh dengan Effort. Disebuah malam setelah pulang dari pabrik sekitar tahun 2004, Roh dan seorang temannya memutuskan untuk berkunjung ke Effort. Pada waktu itu di tahun 2004 Effort belum terbentuk, namun beberapa teman sudah aktif bersama dalam kegiatan dan gerakan social. Dimalam itu Roh dan temannya bertemu dengan beberapa teman Effort. Diawal perjumpaan itu, terjadi banyak diskusi beberapa diantaranya adalah tentang kesehatan seksual, menstrurasi dan sampai pada obrolan mengenai tujuan hidup seseorang. Di awal salah seorang teman Effort membahas mengenai pilihan atas menikah atau tidak menikah. Karena Roh juga adalah orang yang sudah berpikir lama tentang proses pilihan itu, Roh menyampaikan bahwa menikah itu adalah ibadah dan sunah, sehingga menikah bukanlah suatu kewajiban. Sebuah pilihan yang tentu saja didasari oleh argumen yang cukup kuat tentunya. Hingga proses-proses lain bergulir ditahun-tahun berikutnya. Samapi pada Effort resmi berdiri di tahun 2007, tahun yang sama ketika Roh memutuskan untuk keluar dari pabrik tempatnya bekerja. Ada beberapa alasan yang cukup menarik dan berbeda dari keputusan Roh untuk keluar kerja. Alasan-alasan itu diantaranya adalah pekerjaan menjadi seorang buruh pabrik itu tidak ada seninya. Tuntutan sift dan bekerja selama 8 jam bahkan lebih tidak menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda bagi Roh. Sebuah keputusan yang sulit dilakukan oleh orang lain, yaitu berhenti bekerja. Cukup unik dan menarik, bahwa pilihan adalah salah satu proses kehidupan yang penuh dengan seni untuk menjalankannya. Roh mengikuti kegiatan pertama di Effort pada tahun 2009 yaitu di kegiatan pelatihan HIV/AIDS. Ditahun yang sama juga ketika Kris mulai mengikuti kegiatan pelatihan bersama Effort. Setelah pelatihan itu, Roh rutin berproses dan belajar bersama dengan temanteman kelompok lainnya di Effort. Proses yang cukup lama hingga tahun 2014 ini belajar, berbagi, saling mengerti dan menerima sesama. 58

17 Sejak SMP, Roh sudah memiliki pola pikir yang berbeda dengan remaja lain seusianya. Di usia SMP Roh sudah memiliki pemikiran yang bergejolak tentang sebuah relasi pernikahan, hingga pemikiran untuk tidak menikah.dan pilihan itu terus diperkuatnya hingga sekarang. Bukan sebuah keputusan yang mudah karena banyak kendala dan penolakan dari eksteral seperti keluarga dan juga lingkungan terdekat Roh. Ketika melihat bagaimana kakaknya membina sebuah hubungan pernikahan, dan bukan menuju pada kebaikan bersama, tapi justru sebaliknya.yang terjadi dalam pandangan Roh adalah proses yang cukup berat dengan kehadiran 5 orang anak. Bukan hanya itu, bagi Roh menikah bukanlah satu-satunya solusi yang terbaik bagi proses kehidupan. Tentu pemikiran ini sangat bertolak belakang dengan pemikiran mayoritas orang. Proses kenyamanan, kebahagiann terkadang tidak selalu diwujudkan dalam proses perkawinan.tidak bisa diingkari bahwa banyak fakta menunjukkan bahwa perkawinan merupakan proses saling mengekang, tidak ada kemandirian bagi masing-masing pasangan dan akhirnya menjadi sumber penderitaan yang baru. Roh menyampaikan gagasan dan pemikirannya dalam sebuah obrolan bahwa jalani saja proses kehidupan ini dengan baik, yang terjadi biarlah terjadi, pikirkan apa yang sekarang kita hadapi, jangan pikirkan esok hari, karena esok hari belum tentu ada. Proses pemikiran inilah yang menjadi dasar bagaimana Roh menjalani hidupnya secara pribadi dan dilingkungan sekitarnya. Sehingga ketika banyak orang membicarakan dirinya atas pilihannya untuk tidak menikah, Roh hanya menanggapinya dengan sikap yang biasa saja dan cukup memaklumi cara pandang yang berbeda dengannya. Bahkan cenderung tidak medengarkan apa yang dinilaikan pada dirinya oleh orang lain. Inilah bentuk perlawanan Roh atas penilaian orang yang seringkali tidak bisa memahami ruang privat kehidupan orang lain. Orang tua Roh dulu sangat mendorong Roh untuk menikah, hingga ditahun 2013 sebelum bapak Roh meninggal, bapaknya masih mendorong Roh untuk menikah. Ibu Roh pun memiliki keinginan 59

18 yang sama untuk melihat Roh menikah, namun seiring dengan proses dialog yang dibangun oleh Roh di keluarga, akhirnyakeluarga bisa memahami dan menerima keinginan Roh.Ibu Roh kini hanya menyerahkan seluruh kehidupan dan pilihan kehidupan pada Roh. Roh selalu memaknai sebuah kenormalan yang ada dimasyarakat dengan cara yang berbeda-beda. Karena Bagi Roh, kenormalan bisa ia maknai secara pribadi yang bisa saja berbeda dengan orang lain.artinya, tergantung pada siapa dan bagaimana orang itu akan menjalani hidupnya. Latar belakang bapak Roh adalah seorang tokoh NU, dansosok ibu yang punya prinsip kuat disepanjang perjalanan hidupnya. Transformasi nilai-nilai spiritual menjadi sebuah dasar yang kuat mengapa Roh berdiri dan ada seperti apa adanya saat ini. Pondasi kekuatan diri dan independensi yang ditunjukkan ketika usia remaja adalah sebuah prinsip dasar dimana pencarian makna akan diri telah dimulai dan dilaluinya. Setiap ideology yang ada di kedua orang tua Roh juga erat menjadi latar belakang proses menjalani kehidupan Roh sampai saat ini. Roh berasal dari keluarga yang taat dalam beragama, namun ketika dihadapkan dalam proses keputusan untuk tidak menikah dan menghadapi respon orang disekitarnya tentang pilihannya, Roh menyampaikan bahwa ajaran agama adalah sebuah konsep. Tinggal bagaimana kita melihat dan mengambil nilai yang diyakini dan mana yang baik untuk masing-masing diri. Penafsiran orang boleh berbeda mengenai ajaran agama, yang terpenting adalah demi kebaikan diri dan tentunya tidak merugikan orang lain. Suatu ketika Roh pernah dijodohkan dengan seorang laiki-laki pilihan keluarganya. Namun Roh menolak, karena Roh sudah berpikir untuk tidak menikah. Namun Roh mencoba menolak dengan alasan yang baik. Kalaupun aku menikah, itu adalah dengan orang pilihanku sendiri, dan bukan karena perjodohan begitu yang disampaikan Roh pada orangtuanya. Saat ia dijodohkan, Roh memilih untuk pergi dari rumah, dan memilih tinggal dikost di daerah Ungaran dekat dengan 60

19 tempat dia bekerja. Kepergiannya dari rumah adalah sebuah proses untuk membebaskan diri dari pernikahan beserta dengan belenggunya. Selain itu keputusan untuk pergi juga adalahbagian dari penguatan akan prinsip yang sudah ada semenjak dia masih duduk dibangku SMP. Sampai akhirnya ditahun 1994 Roh kembali kerumah, untuk mengahadiri pernikahan adiknya dengan laki-laki yang pernah dijodohkan orangtuanya pada Roh. Roh tetap bersikap tenang dan sangat menerima. Bahkan dia menyediakan diri untuk mengambil bagian sebagai orang yang mengurus segala pesiapan pernikahan adiknya, dan mengabadikan setiap proses pernikahan adiknya. Orangorang dilingkungan Roh sangat merasa kasihan terhadap Roh karena pernikahan adiknya dengan laki-laki yang pernah dijohkan denganya. Rasa haru dari orang disekitarnya membuat Roh juga merasa terharu saat itu. Dan kini Roh hidup berdampingan rumah dengan adik dan suaminya. Keputusan untuk tidak menikah yang diambil Roh bukan lantaran karena sakit hati dengan laki-laki atau pengalaman tidak baik dengan laki-laki. Roh pernah bercerita aku dulu juga punya pacar, aku juga membuka diri dengan teman lawan jenis, dan kalaupun aku putus dengan pacarku aku merasa sangat biasa dan tidak pernah merasa sakit hati, karena memang begitulah proses yang harus dijalani kan. Roh adalah anak ketiga dari lima bersaudara dan sejaki dulu Roh sudah nampak berbeda dengan saudara lainnya. Roh selalu punya prinsip dan independensi diri yang kuat dalam setiap keputusan yang diambilnya. Sampai pada titik memaknai orangtua dia pun berbeda dengan yang lain. Dia tidak ingin mengorbankan diri pada keluarga, dalam artian menghabisi dirinya demi keluarga. Tetapi bukan berarti Roh tidak perduli dengan keluarganya. Ada ruang yang paling pribadi yang mampu ia jaga. Bahkan Roh sempat mengatakan, kalau orang tuaku meninggal karena memikirkan aku tidak menikah, itu bukan karena kesalahan atas keputusnku yang menyebabkan mereka meninggal, itu hanyalah takdir yang harus dijalani setiap orang sampai 61

20 pada waktunya. Yang menjalani kehidupan ini adalah diri sendiri, dengan setiap pemikiran dan keputusannya, bukan orang lain. Proses-proses yang dilalui Roh bersama teman-teman di Effort menjadikan sebuah pengalaman belajar kedepan untuk sebuah perjalanan panjang hidupnya. Roh menyampaikan bahwa Effort adalah bagian dari support dan kekuatan untuk dirinya. Tidak ada penilaian, tetapi terus membebaskan manusia dari berbagai kungkungan apapun.proses untuk saling membebaskan dan memanusiakan manusia, adalah hal yang didapat dan selalu dibawa Roh dalam menjalani kehidupannya. Itu nampak dari kehadiran seorang lesbian didalam kegiatan bersama Effort. Roh dan teman-teman lain tidak pernah menilai baik atau tidak, salah atau benar, bahwa setiap orang sama dan yang terpenting adalah toleransi dan saling menghargai. Bahwa proses belajar bersama ini adalah ruang yang di buka bagi semua orang. Sebelum penulis mengakhiri perbincangan dengan Roh, ada satu hal lain yang Roh sampaikan. Hidup akan mati, harta dan benda termasuk orang tua bukanlah milik kita selamanya. Yang paling penting dan utama adalah perbuatan kita didalam kehidupan ini, bahwa perbuatan kita itulah yang akan melekat pada orang dan yang akan kita bawa sampai mati. Hidup kita harus penuh dengan motivasi sama seperti yang aku sampaikan, jangan pernah merasa minder, karena kita semua pasti mampu. Dan jangan perdulikan omongan orang lain ketika itu hanya akan menghambat proses kita. Inilah nilai yang diterus dipegang oleh Roh dalam memaknai pencapaian tertinggi atas dirinya, inilah eksistensi dirinya. Hal itulah yang terus dia jalankan dalam prosesnya untuk sebuah aktualisasi diri. Deskripsi Diri Seorang Lesbian dan Heteroseksual Setiap proses yang berkembang pada diri seorang manusia merupakan sebuah afeksi yang terus dinamis. Kedinamisan tersebut bukan hanya jalan untuk menuju pemenuhan atas kebutuhan biologis 62

21 saja, melainkan mencoba untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas seorang diri. Dimana dialog terhadap proses yang telah dijalani menjadi sebuah refleksi untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Dari setiap tahapan yang dijalani oleh seseorang, ada sebuah tahapan terpenting yang terkadang kurang menjadi perhatian, yaitu proses penjalanan penerimaan dan eksistensi diri. Penerimaan diri dan eksistensi diri merupakan sebuah proses yang penting untuk dideskripsikan agar memahami benar konflik serta dinamika perjuangan diri seorang manusia. Bahwa dirinya harus menyadari benar keber-ada-annya sebagai mahkluk yang memiliki kebebasan atau hak atas dirinya, menentukan dirinya sendiri, menerima setiap resiko yang ada dan penuh tanggung jawab terhadap pilihan akan hidupnya. Eksistensi diri adalah proses yang dilalui setiap manusia, siapapun itu, dan apapun orientasi seksualnya. Tidak ada batasan bagi heteroseksual ataupun homoseksual. Namun demikian kita memahami bagaimana heteronormatifitas menjadi nilai yang dianut oleh sebagian besar masyarakat, sehingga homoseksual termasuk lesbian memerlukan upaya yang cukup keras untuk mencapai eksistensi drinya. Problematika bahkan diskriminasi yang berlapis bagi lesbian menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi lesbian untuk berstrategi dalam pencapaian eksistensi dirinya sebagai seorang manusia. Ada dua hal yang menjadi problematika bagi lesbian yang harus terselesaikan untuk mencapai eksistensi dirinya, yang pertama adalah penerimaan diri, yang bersifat internal dalam diri seorang lesbian. Dan yang kedua adalah kemampuan untuk mendeskripsikan dirinya yang menitikberatkan pada kesadaran diri yang kritis untuk mencapai haknya sebagai manusia yang bertanggung jawab atas dirinya. Untuk lebih memahami bagaimana eksistensi diri seorang lesbian dan heteroseksual, dalam sub bab ini penulis akan lebih menggambarkan mulai dari proses mengenal diri seorang lesbian dan hetersoseksual. Dalam proses mengenal siapakah lesbian dan 63

22 heteroseksual ini, akan difokuskan pada deskripsi awal yang penting untuk diketahui bersama, yaitu deskripsi diri dari seorang Kris (lesbian) dan Roh (heteroseksual). Deskripsi lesbian dan heteroseksual disini bukan untuk membandingkan, tetapi untuk membantu menggambarkan bagaimana seorang diri membangun eksistensinya. Bahwa eksistensi setiap orang adalah relatif, proses dan capaiannya tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lain. Namun pemaparan eksistensi diri seorang lesbian dan heteroseksual disini adalah untuk melihat bagaimana proses penerimaan diri dari seseorang atas diri dan pilihan kehidupannya. Pada bagian ini penulis akan memaparkan identitas dan latar belakang dari Kris dan Roh. Dengan dua studi kasus ini diharapkan akan menemukan pola eksistensi diri seorang manusia yang beragam, dan apapun orientasi seksualnya. Studi kasus yang pertama adalah mengenal siapa Kris, dan apa yang melatar belakangi kehidupan Kris dan keluarganya. Aku lahir di kota Purwodadi, kini usiaku sudah jalan 33 tahun. Di Purwodadi aku tinggal bersama kakak, adik dan kedua orang tua ku. Aku dulu sangat dekat dengan orang tua, kedekatan itu membuat aku merasa disayangi sebagai bagian dari keluarga. Aku sangat dekat dengan ibu ku sampai sekarang, mungkin karena ibu ku selalu dirumah dan sangat memperhatikan anakanaknya. Dengan bapak juga cukup dekat tetapi karena bapak ku bekerja di PJKA, jadi aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibu ku, kami sering bersama sampai aku lulus SMA. Setelah lulus SMA tahun 2000 aku ke Semarang untuk cari pekerjaan. Pertama kali aku bekerja dipabrik roti di Semarang. Tapi pekerjaan di pabrik roti itu hanya untuk mengisi waktu luang sampai ijasah SMA ku bisa diambil. Nah pas ijasah ku sudah keluar dan aku ambil, aku keluar kerja dari pabrik roti, lalu aku ke Jakarta untuk cari kerja yang lain, karena aku sudah bisa pakai ijasah ku untuk mencari pekerjaan. Dari profil diri singkat yang disampaiakan oleh Kris diatas dapat menjadi sebuah awalan untuk mengenal Kris. Melihat bagaimana latar belakangnya dan bagaimana kehidupan Kris bersama dengan keluarganya. Tumbuh dalam keluarga yang terbangun kedekatan dan kasih sayang. Dengan usia yang sudah dewasa, dan pendidikan sampai pada jenjang sekolah menengah atas yang ia selesaikan. Pengalaman 64

23 kerja yang dia miliki hingga saat ini adalah dilingkungan pabrik, tempat dimana Kris memulai proses dalam dirinya di usia dewasa. Dalam studi kasus yang kedua ini akan membahas juga mengenai deskripsi diri seorang Roh. Untuk memahami bagaimana diri Roh, penulis mencoba mendeskripsikan diri dan latar belakang keluarga Roh. Saya asli Salatiga, usia ku kini 43 tahun. Aku menjalani hidupku selama 43 tahun dengan banyak pengalaman baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan tempat aku kerja. Aku anak ketiga dari 5 sodara. Mungkin aku yang beda dari yang lain, lulus SMP aku merasa diriku sudah berbeda. Bapakku itu tokoh NU, dan semua orang tau. Aku tau bapak ku orang yang punya prinsip dalam hidupnya. Mungkin itu yang menurun di aku. Ya tentunya pemikiran bapak yang cukup terbuka melatar belakangi apa yang ada pada diriku sekarang. Usia yang hampir setengah abad, dengan proses perjalanan kehidupan yang panjang telah di lalui oleh Roh. Latar belakang keluarga NU, memperkuat prinsip dan keyakinan Roh dalam menjalani setiap proses dalam hidupnya. Pendidikan yang hanya diselesiakan pada jenjang sekolah menengah pertama tidak menjadi sebuah halangan bagi Roh untuk menjadi orang yang terus membangun kediriannya. Deskripsi Modal Pengetahuan Seorang Lesbian dan Heteroseksual Memahami diri adalah sebuah proses yang terus dinamis dan berkembang. Namun dalam perkembangannya membutuhkan sebuah pemahaman atas pengetahuan akan konsep yang terkait dengan pilihan atas hidup masing-masing. Seorang lesbian maupun seorang heteroseksual memiliki sebuah cara untuk memahami apa yang ada di dalam dirinya. Pilihan atas kehidupannya, bersama dengan seorang perempuan atau laki-laki, atau bahkan pilihan untuk menjalani hidup tanpa pasangan adalah proses dialog yang tentunya membutuhkan pemahaman atas beberapa hal yang terkait dengan seksualitas. Pada 65

24 sub bab ini penulis akan menggambarkan bagaimana Kris dan Roh memahami istilah-istilah yang lekat dalam pilihan kehidupan mereka. Ada beberapa istilah yang akan coba dideskripsikan oleh Kris dan Roh untuk melihat pengetahuan yang telah mereka miliki sebagai sebuah modal untuk berproses dalam kesadaran kritis akan makna pilihan hidup masing-masing untuk sampai pada penerimaan diri dan pencapaian eksistensi diri. 66 Kalau menurutku seks itu lebih kepada jenis kelamin biologis, kalau seksualitas itu lebih luas bukan hanya sebatas hubungan seksual. Seksualitas itu di dalamnya juga menyangkut masalah cinta, mengekspresikan diri, emosi, kemudian termasuk perspektif dan bagaimana memahami diri dan tubuh kita. Gender itu lebih kepada pemahaman atas pembedaan sifat peran dan posisi antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial di masyarakat, tetapi dengan pembedaan sifat tersebut akan muncul ketidakadilan. Sedangkan istilah lesbian itu adalah seorang perempuan yang tertarik dengan perempuan lainnya, tetapi tidak hanya masalah cinta atau melihat dari fisik saja, tetapi juga hal lain seperti emosi dan seksual. Dari apa yang aku ketahui homoseksual itu adalah rasa tertarik, seperti perasaan, emosi, kasih sayang, bisa berhubungan fisik ataupun tidak pada sesama jenis. Kalau heteroseksual ya ketertarikan dengan lawan jenis. Dulu sebelum aku ikut diskusi di Effort ya aku sering mendengar istilah-istilah itu. Aku tau tentang istilah itu, tetapi saat bergabung dikomunitas, ada banyak diskusi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, dan itu membuatku menjadi lebih paham karena ternyata bukan maslah suka atau cinta tetapi ketertarikannya bisa dalam berbagai hal yang luas. Dari pemaparan di atas, Kris dan Roh cukup memahami benar istilah-istilah yang lekat dengan pilihan atas kehidupan mereka. Konsep seksualitas yang digambarkan diatas menjadi sebuah modal dalam diri untuk terus membangun keyakinan akan hidup masingmasing. Dengan memahaminya pun akan membantu dalam proses berdialog dengan diri. Hal tersebut pun akan mempengaruhi bagaimana kesadaran diri, dan kekritisan diri dalam menghadapi pemahaman yang telah menjadi konstruksi sebagian masyarakat tentang lesbian dan heteroseksual yang memutuskan untuk tidak

25 menikah. Sehingga Kris dan Roh akan berproses untuk mencari makna atas seksualitas mereka masing-masing, bukan karena pemahaman orang lain melainkan atas pemahaman yang dimiliki oleh diri. Deskripsi Modal Pengetahuan Praksis Seorang Lesbian dan Heteroseksual Dari deskripsi yang ada pada sub bab tentang pengetahuan formal pada Kris dan Roh diatas, akan terkait dengan deskripsi praktis. Konsep yang ada saling berkaitan, istilah yang berkembang dan penamaan yang dipakai dalam mendeskripsikan diri mereka juga menjadi penting untuk dipahami. Pemahaman atau pemaknaan atas penamaan yang melabeli masing-masing sebagai lesbian ataupun heteroseskual juga menjadi sebuah modal bagaimana Kris dan Roh memahami apakah ada perbedaan yang signifikan atas orientasi seksual. Ataukah penamaan yang selama ini mereka ketahui dan yang berkembang di lingkungan dan komunitas memiliki deskripsi yang berbeda atau hanya sebagai sebuah alat untuk benar membedakan manusia sesuai dengan kotaknya masing-masing. Dari dulu sampai sekarang ya lesbian yang aku pakai untuk mengidentifikasikan perempuan yang tertarik terhadap sesama perempuan. Dari dulu penamaan itu yang dipakai, tetapi sebenarnya aku merasa penamaan itu tidak terlalu penting. Dengan teman-temanku ditempat kerja aku rasa semua memakai istilah itu, direlasi dan dikomunitas pun untuk menamakan dan memahami perempuan yang tertarik dengan perempuan ya dengan istilah atau penamaan lesbian. Kalau maknanya sendiri lesbian adalah ketertarikan secara banyak hal dari seorang perempuan pada perempuan lainnya bukan hanya masalah seksual, tetapi bagaimana aku mengekspresikan serta mengaktualisasikan diri ku dengan pilihanku. Tapi bagiku maknanya tidak harus dibedakan, atau bisa dikatakan sama saja, karena intinya menjalin hubungan dengan siapapun itu kan sama saja. Mau dengan laki-laki atau perempuan sama, yang penting tidak saling menyakiti dan merugikan satu sama lain. 67

26 68 Istilah atau definisi tentang lesbian itu kan masing-masing, dikomunitas kita belajar banyak hal termasuk memahami benar tentang kehidupan dan juga orientasi seksual, tetapi bukan untuk mencari kesepakatan tapi mencoba menghargai berbagai keragaman yang ada disekitar kita kan. Istilah yang dipakai oleh Kris, komunitas maupun lingkungan sekitarnya adalah sama yaitu lesbian. Bahwa yang terpenting adalah memaknai dirinya sebagai seorang perempuan yang tertarik pada perempuan lainnya bukan hanya karena masalah seksual, melainkan bagaimana seorang diri mengaktualisasikan dirinya dengan baik tanpa merugikan dan menyakiti orang lain. Dan komunitas cukup membantu Kris untuk lebih memahami tentang orientasi seksualnya dan memahami bahwa keberagaman orientasi seksual apapun itu harus dihargai. Demikian juga dibawah ini Roh akan mendeskripsikan pemahaman dan penggunaan istilah atau penaman yang dia pakai dalam mendeskripsikan dirinya. Tidak hanya deskripsi dari Roh dengan pemahamannya, tetapi juga memperlihatkan bagaimana penamaan yang dipakai di komunitas dan lingkungan sekitranya. Istilah yang aku dengar dan sering aku pakai untuk menamai seorang yang tertarik dengan lawan jenis ya heteroseksual. Dikomunitas pun sama, penamaan yang dipakai juga heteroseksual dan lesbian. Tetapi mungkin ketika kita berdialog bersama dengan teman heteroseksual maupun lesbian, kita tidak menggunakan istilah itu, karena akan membuat pembedaan. Tapi satu hal yang coba aku pikirkan adalah sepertinya siapapun orangnya mau tertarik dengan siapapun, yang sama adalah proses membangun relasi dengan sesama haruslah tanpa kekerasan dan tidak saling merugikan. Di dalam komunitas dengan setiap kegiatan atau obrolan, kita sering juga mendiskusikan tentang keberagaman orientasi seksual, dan istilah atau penamaannya sama. Menurutku penamaan itu masing-masing, bukan menjadi kesepakatan, tetapi karena dilingkungan manapun memakai istilah itu, kita juga mempermudah dengan memakai istilah itu. Istilah atau penaman yang dipakai oleh Roh dalam menamai ketertarikan atau relasi dengan lawan jenis adalah heteroseksual,

EKSISTENSI LESBIAN DI MASYARAKAT

EKSISTENSI LESBIAN DI MASYARAKAT BAB Lima EKSISTENSI LESBIAN DI MASYARAKAT Pengantar Persoalan eksistensi di dalam masyarakat menjadi penting untuk diketahui. Begitu banyak persoalan dan dinamika yang dihadapi oleh lesbian baik di Indonesia

Lebih terperinci

DINAMIKA EKSISTENSI DIRI DI DALAM KOMUNITAS

DINAMIKA EKSISTENSI DIRI DI DALAM KOMUNITAS BAB Empat DINAMIKA EKSISTENSI DIRI DI DALAM KOMUNITAS Pengantar Proses penerimaan diri yang dilalui oleh seorang lesbian yang tergambar dari bab III diatas dapat menjadi sebuah dasar bagaimana seorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi guna mendapatkan data-data dari berbagai sumber sebagai bahan analisa. Menurut Kristi E. Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Sr. Bundanita mensharingkan pengalamannya bagaimana ia pernah mempunyai anak mas waktu mengajar di Sekolah

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ketiga subyek, mereka memiliki persamaan dan perbedaan dalam setiap aspek yang diteliti. Khususnya dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,

Lebih terperinci

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com NADIA AKU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com JUDUL BUKU Oleh: Nadia Copyright 2015 by Nadia Penerbit nulisbuku nulisbuku.com admin@nulisbuku.com Desain Sampul: nadia Diterbitkan melalui:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN. No Sumber Data / Informasi. Dicapai. 1. Subyek penelitian. Keberagamaan Homoseksual. Mengetahui sikapsikap

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN. No Sumber Data / Informasi. Dicapai. 1. Subyek penelitian. Keberagamaan Homoseksual. Mengetahui sikapsikap LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN No Sumber Data / Informasi 1. Subyek penelitian adalah homoseksual (melalui wawancara mendalam) Aspek Pengumpulan Data Keberagamaan Homoseksual 1. keyakinan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksualitas merupakan rasa tertarik pada orang-orang berjenis kelamin sama baik secara perasaan ataupun secara erotik, dengan atau tanpa hubungan fisik. Disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa keseluruhan subyek yang sedang dalam rentang usia dewasa awal mengalami tahapan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Metode yang diterapkan pada peneliti ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan

Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan Sektor Petrus & Paulus Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka Rabu, 25 September 2013 A. Perjalanan Hidup Perjalanan hidup manusia di dunia ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI Pada bab ini, peneliti menjelaskan pola komunikasi pada hubungan pernikahan dengan pria

Lebih terperinci

CATATAN KECIL MASA SEKOLAH. dan cerita-cerita lainnya

CATATAN KECIL MASA SEKOLAH. dan cerita-cerita lainnya CATATAN KECIL MASA SEKOLAH dan cerita-cerita lainnya Isi Buku PENGANTAR THE LOVE BETWEEN ME AND MY BEST FRIEND SAHABAT MASA KECIL PERTEMUAN DI KEDAI PERJALANAN PERKENALAN SINGKAT BELUM ADA JUDUL 5CM HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III SINTESIS MAKNA TEKSTURAL DAN STRUKTURAL. selanjutnya dalam studi fenomenologi adalah penggabungan secara intuitif

BAB III SINTESIS MAKNA TEKSTURAL DAN STRUKTURAL. selanjutnya dalam studi fenomenologi adalah penggabungan secara intuitif BAB III SINTESIS MAKNA TEKSTURAL DAN STRUKTURAL Setelah mendeskripsikan hasil dari temuan secara tekstural dan structural mengenai pemeliharaan hubungan pada keluarga poligami, maka langkah selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Lika-liku Mencari Pasangan Hidup yang Seiman. Ditulis oleh Krismariana Senin, 30 Januari :02

Lika-liku Mencari Pasangan Hidup yang Seiman. Ditulis oleh Krismariana Senin, 30 Januari :02 Ini cerita seorang teman, sebut saja namanya Fifi. Setelah berpacaran bertahun-tahun, lima tahun lebih, akhirnya Fifi memutuskan untuk menikah. Senang? Yaaa, senang. Senang, karena akhirnya dia tiba sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk dapat melanjutkan generasi manusia secara turun-temurun. Untuk itu, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan manusia lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan biologis seperti makan dan minum maupun kebutuhan psikologis, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para remaja. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah karena perilaku tersebut dianggap

Lebih terperinci

PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT

PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT Artikel PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT Oleh: Drs. Mardiya Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa penyelenggaraan program Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy DATA PRIBADI Nama ( inisial ) : Jenis Kelamin : Usia : Fakultas : Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BABl PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi pasangan suami istri, memiliki keturunan merupakan sesuatu yang dinantikan. Pasangan yang baru menikah ataupun sudah lama berkeluarga tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tindakan, ucapan, bahkan ekspresi manusia dapat disebut dengan bentuk komunikasi baik antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar

Lebih terperinci

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan

Lebih terperinci

Written by Daniel Ronda Saturday, 08 February :22 - Last Updated Wednesday, 29 October :08

Written by Daniel Ronda Saturday, 08 February :22 - Last Updated Wednesday, 29 October :08 Oleh Daniel Ronda Zaman sekarang pria dan wanita mendapat peluang yang sama dalam karir dan kesempatan, sehingga pria dan perempuan bekerja bersama dan melakukan interaksi yang intens dalam tugas. Bahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

Rekonstruksi 1 data 1. Analisa Tematik

Rekonstruksi 1 data 1. Analisa Tematik Rekonstruksi data No Analisa Tematik Makna ateis Deteachment Jumlah Analisa/Koding kemunculan Ateis bentuk ketidakpercayaan terhadap Tuhan, bukan bentuk kepercayaan baru W.A.P.0306.J Pengertian ateis bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis. BAB 2. SEKSUALITAS Apa itu Seks dan Gender? Sebelum kita melangkah ke apa itu seksualitas, pertanyaan mengenai apa itu Seks dan Gender serta istilah lain yang berkaitan dengan nya sering sekali muncul.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA 99 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA I. KEY INFORMAN 1. Faktor Internal Hubungan Dalam Keluarga a) Status dalam keluarga b) Pekerjaan orangtua c) Hubungan kedekatan dengan orangtua d) Peran orangtua dirumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci