EKSISTENSI LESBIAN DI MASYARAKAT
|
|
- Bambang Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB Lima EKSISTENSI LESBIAN DI MASYARAKAT Pengantar Persoalan eksistensi di dalam masyarakat menjadi penting untuk diketahui. Begitu banyak persoalan dan dinamika yang dihadapi oleh lesbian baik di Indonesia maupun negara lain. Eksistensi lesbian belum sepenuhnya diterima oleh sebagian besar masyarakat. Eksistensi tidak hanya merujuk pada pengakuan terhadap lesbian saja. Ada beberapa hal lain yang begitu penting juga untuk diketahui, seperti eksistensi diri, termasuk di dalamnya adalah memahami dan menerima diri sendiri. Dimana hingga saat ini kebebasan dalam menjalani orientasi seksual masih dibatasi sehingga melahirkan ketersembunyian identitas seksual bagi sebagian besar lesbian. Ketika seorang lesbian mampu berproses untuk menerima dirinya, memahami bahwa dirinya ada secara sadar, dapat membangun eksistensi dirinya, maka akan muncul kesadaran kritis akan dirinya. Kesadaran tersebut membentuk sebuah nilai atau makna atas diri dan kehidupannya. Dalam bab III penulis menggambarkan bagaimana Kris berproses untuk menerima dirinya, dan mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan pribadi dan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dapat menjadi modal utama, karena ketika Kris mampu menerima dirinya sebagai apa adanya dirinya, maka Kris akan mampu berstrategi untuk membangun eksistensi diri di masyarakat. Eksistensi diri di masyarakat bukanlah selalu harus dilihat bagaimana besarannya, melainkan proses-proses bersama dengan orang terdekat, lingkungan sekitar, dan tempat kerja juga dapat menjadi sebuah pembahasan yang menggambarkan bagaimana pola yang terbangun dari seorang individu lesbian dalam pencapaian dirinya di lingkungan 105
2 tempat dia berada. Selain hal tersebut, ketika seorang lesbian mampu menyadari dirinya sebagai Aku dan bukan Aku konstruksi sosial di masyarakat, seorang lesbian sudah melampaui proses eksistensi diri di masyarakat. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai eksistesi diri lesbian di masyarakat, proses yang cukup panjang, sampai detik ini terus dilakukan, bukan hanya untuk pengakuan saja, melainkan sebagai sebuah proses memahamkan bahwa setiap manusia adalah sama, memiliki kemampuan, serta pilihan yang harus tetap dihargai. Proses yang dilalui Kris dan Roh memang tak lepas dari peranan komunitas Effort. Begitu banyak penguatan dan proses yang dilakukan bersama dikomunitas untuk membantu Kris berproses menerima diri, mampu mengenali dirinya dan membangun eksistensi dirinya dimasyarakat. Proses eksistensi diruang publik adalah sebuah gambaran bagaimana lesbian membangun dirinya, mengahdirkan dirinya Ada bagi hidupnya dan lingkungan disekitarnya. Mempertanyakan ke-aku-an dalam Masyarakat Rangkaian dinamika eksistensi seorang lesbian, berawal dari bagaimana proses penerimaan diri yang kemudian berlanjut dalam proses eksitensi diri, menerima dan memahami nilai yang ada pada dirinya, serta menyadari bahwa dirinya ada sebagai Aku dan bukan Aku harapan orang lain. Dengan terwujudnya kesadaran akan diri, menemukan komunitas yang pas dalam membangun diri juga menjadi satu hal yang penting. Dengan komunitas sebagian lesbian akan mampu belajar lebih tentang kesadaran kritis dan keputusan kritis. Hal lain yang juga sangat penting adalah kemauan untuk terus mengembangkan capacity building serta potensi untuk menjadi seorang community organizer yang berkembang dalam aktivitasnya di komunitas menjadi satu hal pendukung tercapainya eksistensi di komunitas dan di lingkungan sekitar. 106
3 Tubuh, seksualitas serta pilihan dalam hidup adalah milik manusia, karena hanya manusia yang bereksistensi. Eksistensi bagi Kiergeraad diperuntukkan bagi manusia, karena hanya manusia yang sadar atas eksistensinya dan mau berjuang secara sadar untuk mencapai kesempurnaan eksistensinya. Kata berjuang yang ditekankan oleh Kierkegaard mengartikan eksistensi sebagai sebuah proses yang bbelum selesai. Kebelumselesaian inilah yang menjadi ciri khas eksistensialisme Kierkegaard. Setiap orang bebas memutuskan sendiri mengenai cara bereksistensinya. Eksistensi bukanlah seseuatu yang sudah final, melakukan suatu gerak hidup yang sedang dilaksanakan, sedang menjadi (Margaretha, 2006: 41). Kiergeraard menekankan bahwa manusia tak pernah hidup sebagai aku umum, melainkan sebagai aku individu yang sama sekali unik dan tak dapat dijabarkan dengan sesuatu yang lain. Hanya manusia yang bereksistensi dan bereksistensi sama dengan bertindak. Maka bereksistensi sama dengan merealisasi diri, mengisi kebebasan selaku individu (Margaretha, 2006: 38). Dari apa yang disampaikan oleh Kiergeraard tersebut, maka setiap manusia termasuk yang berorientasi seksual lesbian haruslah tetap hidup sebagai aku individu dan bukan aku umum. Ketika masyarakat masih memandang bahwa lesbian adalah aku umum, maka seluruh proses yang ada pada diri lesbian tidak akan pernah dapat diterima, penolakan, diskriminasi menjadi sebuah bentuk ketidakadilan yang terus dilanggengkan. Begitu banyak gerakan perempuan yang bertumbuh dari tahun 1980an, mengahadirkan sebuah perjuangan pembebasan dan pemenuhan hak asasi perempuan, yang kemudian perjuangan tersebut juga menjadi dasar perjuangan bagi lesbian. Pengalian sejarah tentang gerakan lesbian di Indonesia telah dilakukn dan dituliskan sejak tahun Menggambarkan begitu beragamnya orientasi seksual yang ada pada kenyataan kehidupan ini. Memang menjadi sulit ketika proses penggambaran realitas ini juga kurang diterima masyarakat sama halnya dengan kenyataan lesbian yang ada disekitarnya. 107
4 Memahami benar bahwa eksistensi lesbian di masyarakat, adalah proses yang panjang, begitu banyak problematika dan konflik. Namun ketika seorang lesbian mampu menyadari dirinya sebagai Aku bukan lagi mengamini ke Liyanannya, maka lesbian akan mampu berstrategi dan menunjukkan dirinya dilingkungan sekitarnya dengan kemampuan, pikiran, kedirian dan kedaulatan yang mereka miliki, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang di sekitarnya. Menerapkan ke-aku-an Seperti yang disampaikan pada bagian diatas, eksistensi lesbian di masyarakat, adalah sebuah proses yang panjang dan sampai sekarang masih terus dilakukan. Mengungkap bagaimana proses eksistensi lesbian di masyarakat, memang penuh dinamika. Mulai dari pemahaman dan bentuk penolakan dari masyarakat yang menghambat proses eksistensi lesbian, kemudian bagaimana budaya dan agama mengkonstruksi masyarakat atas keberadaan lesbian juga bukan hal mudah untuk dideskonstruksi. Deskripsi Kris dan Roh akan menggambarkan bagaimana proses eksistensi mereka bangun dilingkungan sekitar mereka berada. Dinamika dan proses yang tidak simpel, membutuhkan usaha serta kemampuan berdialog dan bernegosiasi dengan baik. Proses menuju pada eksistensi diri di masyarakat, juga membutuhkan dialog yang baik dengan diri, memahhami nilai atas diri, sehingga menghadirkan sebuah penerimaan atas diri dari lingkungan. Tidak selalu yang utama adalah penerimaan orientasi seksual, melainkan penerimaan atas diri sebagai bagian dari keluarga, teman dan masyarakat. Terus membangun kemampuan diri menjadi hal penting dalam berhadapan dengan lingkungan sekitar. Potensi dan kemapuan yang ada didalam diri untuk terus berkembang dan belajar harus terus dikembangan, sehingga akan ada banyak cara dalam berdialog dengan lingkungan sekitar. Isu-isu dalam kehidupan juga 108
5 merupan salah satu pintu masuk yang dapat dipakai dalam berdialog, dan negosiasi diri dengan masyarakat. Eksistensi Diri di Ruang Publik Membangun eksistensi di lingkungan sekitar, merupakan salah satu bagian dari aktualisasi diri. Dengan proses tersebut lesbian juga akan memahami nilai dirinya, tidak hanya untuk diri sendiri diterima, melainkan dapat membagikan sebuah proses yang dilaluinya kepada orang lain sebagai sumber belajar. Eksistensi diri yang dibangun di masyarakat tidak lepas dari bagaimana perjuangan bersama individu lesbian dan komunitas dalam setiap proses perkembangan diri, batin dan spiritualitas. Setiap kegiatan bersama diharapkan dapat membangun diri, lebih berpikir kritis dan bertindak kritis dan tetap menyadari setiap prosesnya sebagai sebuah perjalanan yang harus dijalani dengan baik. Eksistensi di masyarakat tidak harus selalu ditunjukkan dengan capaian yang besar. Namun kemampuan menjadi bagian dari masyarakat sekitar, melebur dalam lingkungan sosial juga merupakan sebuah capaian eksistensi. Tidak menjadi eksklusif, melainkan menjalani kehidupan sosial dengan baik adalah juga salah satu capaiannya. Dibawah ini Kris dan Roh akan mendeskripsikan bagaimana proses yang mereka bangun untuk menjalani kehidupan dengan lingkungan mereka sebagai wujud eksistensi diri di masyarakat. Kegiatan bersama dengan Effort sangat berpengaruh dilingkungan tempaku kerja. Aku banyak belajar di Effort, dari apa yang aku dapat ternyata berguna untukku ketika ibu-ibu teman bekerjaku di pabrik bertanya banyak hal dengan ku. Pernah mereka bertanya tentang PMS, HIV/AIDS, kesehatan dan banyak lainnya. Aku coba jelaskan apa yang aku tau, kalau aku kurang tau aku akan dating ke Effort mengcopy materi dan kemudian aku akan berikan pada ibu-ibu itu dan ngobrol dengan mereka. Aku juga banyak ngobrol dengan temantemanku. Kalau mereka membutuhan ngobrol mereka akan mencariku. 109
6 110 Selain itu dengan mengikuti diskusi atau kegiatan lain baik formal maupun informal dengan Effort memberikan banyak manfaat untukku, disana aku juga belajar menjadi diriku sendiri apa adanya, lebih mandiri, sehingga keluargaku juga akan merasa baik-baik saja saat mengetahui bahwa aku menjalani hidupku dengan baik. Orang disekitarku sebagin mengetahui orientasi seksualku, namun ada juga yang tidak mengetahuinya. Ada kalanya aku bisa sampaikan orientasi seksualku atau tidak, aku juga harus melihat siapa yang ada didepanku saat itu. Aku selalu kenalkan pasanganku dengan keluargaku, dari mulai pasanganku yang pertama, semua pernah main kerumah. Tapi aku kenalkan mereka sebagai teman dekat, karena aku belum memiliki kesempatan dan waktu yang tepat untuk menyampaikan ketertarikanku pada keluarga. Aku harus belajar banyak hal untuk menyampaikan pada mereka tanpa melukai, tetapi membuah mereka mengerti dan memahami bahwa inilah Aku. Beberapa pasanganku juga sering menginap dirumahku. Proses yang dilakukan oleh Kris adalah bagian dari kehidupan yang harus terus dijalaninya. Apa yang Kris dapat dari kegiatan bersama dengan komunitas mampu dibagi pada lingkungan sekitar, teman dan lingkungan tempat dimana Kris bekerja. Dengan proses tersebut terbangun sebuah niaai untuk tetap menghargai proses karena itu bagian dari eksistensi diri. Kris memiliki kemampuan untuk berdialog dan berinteraksi serta membangun hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya melalui media yang dibutuhkan oleh lingkungan sekitarnya. Selain Kris, Roh juga memiliki proses berbeda dengan lingkungan sekitar, atas pilihan dalam kehidupannya. Keputusan untuk tidak menikah, tentu menghadirkan problematika tersendiri bagi Roh. Namun kemampuan serta independensi dan rasa membangun yang berkembang di dalam diri Roh membantu Roh dalam dialog dan berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Berikut deskripsi Roh atas dialognya bersama dengan lingkungan sekitar. Banyak hal yang aku dapat dari kegiatanku bersama Effort, aku memahami banyak hal termasuk dilingkungan sekitar, membebaskan banyak hal, terpasuk pilihan orang lain, memiliki independensi diri dalam menghadapi dan berhungan dengan sekitar termasuk keluarga. Sehingga keluarga juga akan
7 memahami banyak hal. Ya mereka dulu selalu mendorong ku untuk menikah. Tahun 2013 waktu bapak meninggal, sebelumnya bapak juga masih sempat menyatakan keinginannya untuk melihatku menikah. Tapi aku selalu bilang sama bapak sama ibu bahwa inilah keputusanku, aku juga sampaikan pada mereka untuk tidak memasukan dalam hati apa yang orang lain katakan tentangku pada mereka. Ketika aku melakukan banyak diskusi dan berkegiatan bersama teman-teman Effort, aku merasa menjadi diri sendiri, selain itu perubahan pola pikir bagiku yang mendasar, misalnya tentang pilihanku untuk tidak menikah. Ya pengalamanku membuat dasar untuk ku belajar lebih banyak tentang kehidupan, dari teman Effort aku juga banyak belajar. Aku merasa Effort yang memberi support dan kekuatan ku. Tidak ada penilaian, tapi mereka memberikan kebebasan. Aku selalu sampaikan pada keluarga dan lingkungan disekitarku bahwa inilah kenyamanan dan kebahagiaanku, aku merasa nyaman dan bahagia seperti ini, bukan karena dengan menikah, tetapi dengan menjalani hidupku yang sekarang ini. Aku selalu mencoba untuk menjalani kehidupan ini dengan baik. Yang terjadi ya biar terjadi, jangan pikirkan esok hari, karena belum tentu esok hari itu ada. Ya begitu. Jika ada orang ngomongin aku, aku juga biasa saja, sudah kebal. Apalagi kalau mereka ngomongin aku kalau sampai sekarang aku tidak menikah. Dari usia remaja aku sudah berpikir untuk tidak menikah. Proses yang panjang untukku mencoba ngomong baik-baik dengan keluargaku. Kalau dengan orang lain aku bilang kalau aku menikah ya dengan pilihan ku bukan dengan orang yang dijodohkan padaku. Sebuah independensi diri, kedirian dan kedaulatan diri yang dimiliki oleh Roh menjadi modal dasar baginya untuk merhadapan dengan lingkungan sekitar, bukan hanya untuk memahamkan pada sekitar tentang pilihan hidupnya. Tetapi memberikan gambaran bahwa proses masing-masing orang berbeda dan harus tetap terbangun rasa saling menghargai. Modal dalam diri juga menjadi sebuah proses awal untuk memampukan diri bernegosiasi serta mengkomunikasikan banyak hal dengan baik, tanpa menyakiti orang yang ada disekitarnya
8 Banyak lesbian yang mengalami diskriminasi dan penolakan, meski tidak semua mengalaminya. Ada lesbian yang bisa diterima dan diperhitungkan dimasyarakat dan publik mengakui dan menerima orientasi seksualnya. Misalnya saja seorang penulis buku seperti Evelyn Blackwood dan beberapa aktivis lesbian di Indonesia. Mereka cukup diterima dengan pekerjaan dan aktivitas mereka tanpa melihat orientasi seksualnya. Kemandirian dan kemampuan serta perjuangan teman-teman lesbian tersebut menghasilkan sebuah point yang cukup penting dalam membangun eksistensi lesbian di masyarakat. Proses yang panjang harus dialami dan diperjuangkan sebelum penerimaan itu didapatkan. Begitu banyak karya, perjuangan, kegiatan dan sosialisasi yang teman-teman lesbian tersebut lakukan, seperti tulisan penelitian dan histori yang diterbitkan dalam buku, seminar, pelatihan dan juga sosialisasi dengan masyarakat. Mengenalkan dan memahamkan begitu beranekaragamnya keunikan lesbian disetiap daerah kepada masyarakat merupakan satu diantara ribuan cara yang dapat digunakan. Perjuangan gerakan perempuan dan lesbian yang mulai terbentuk sejak tahun 1980-an dengan proses yang panjang, menjadi sebuah perjalanan yang mereka lakukan untuk sampai pada eksistensi diri, kelompok atau komunitas serta pengakuan dari masyarakat. Namun tidak sedikit juga lesbian yang bisa diterima orientasi seksualnya dimasyarakat. Banyak informasi tentang lesbian dan gerakannya yang kurang diketahui oleh lesbian lainnya. Keterbatasan informasi terkadang menjadikan sebagian lesbian hanya mengetahui dan menjalankan kehidupan pribadinya saja sesuai dengan yang ia ketahui. Hal ini menjadi hambatan bagi perkembangan lesbian. Proses eksistensi diri masih cukup panjang, terkadang mereka menyadari bahwa mereka lesbian, namun kerap kali mereka merasa belum dapat menerima apa yang mereka rasakan sebagai seorang perempuan yang tertarik terhadap perempuan. Belum menerima diri menjadi hambatan untuk proses menuju pada eksistensi diri yang diharapkan. Hal ini membuat sebagian lesbian kurang mengerti dan 112
9 paham benar tentang perkembangan isu lesbian. Keterbatasan berbagai hal termasuk informasi membuat mereka menjadi rumit ketika menghadapi persoalan diri, persoalan dengan pasangan, keluarga bahkan persoalan dengan masyarakat. Dari paparan di atas, ditemukan sebuah tahapan yang penting dalam eksistensi lesbian, sama seperti yang sudah disampaikan pada rumusan masalah. Yaitu, bahwa yang menjadi pokok adalah eksistensi diri tau memahami nilai dan makna diri, mencakup penerimaan dan pemahaman terhadap diri sebagai seorang lesbian, kemudian akan menghasilkan fleksibilitas ketika masuk pada ranah yang lebih luas yaitu masyarakat. Dengan proses penerimaan diri yang dilalui, maka lesbian akan mampu melihat begitu banyak ketidak adilan dalam hal pemenuhan hak asasi manusia, masih sangat diskriminatif dan proses penerimaan diri ini juga akan membantu lesbian berupaya untuk menyuarakan pemenuhan haknya pada masyarakat, maupun Negara. Fakta yang ada dalam uraian diatas memang tidak begitu saja dapat digeser. Darimana masyarakat akan memahami lesbian, ketika tidak ada sebuah aktivitas yang mencoba untuk mamahamkan tentang lesbian pada masyarakat. Namun hal lain yang juga banyak dialami di belahan dunia ini adalah bahwa masyarakat pada umumnya memiliki ketidaktahuan yang mendasar tentang lesbian. bukankah suatu hal yang sulit ketika hanya lesbian yang harus dipahami, tanpa menengok bahwa masyarakat juga butuh dipahamkan tentang lesbian itu sendiri. Oleh karenanya, penting membangun budaya dimasyarakat untuk saling memahami dan menghargai keberagaman orientasi seksual. Saat ini mungkin yang terlihat adalah banyak sekali individu dan gerakan perjuangan lesbian yang muncul, namun benarkah bahwa apa yang dilakukan adalah sudah termasuk dalam bagian memahami tentang kondisi lesbian dan masyarakat. Hal dasar yang seharusnya dimiliki dan dilakukan adalah benar-benar memahami keber-ada-an dan kebutuhan setiap individu didalam kelompok. Ketidaktahuan tentang bagaimana cara memahami lesbian juga terkadang dialami oleh orang-orang gerakan, bahwa proses dan persoalan lesbian itu selalu 113
10 bergerak dan berkembang. Dengan menggunakan cara dan jalan yang sama seperti dulu, kadang hanya menjadi sebuah gerakan yang monoton, karena kita ketahui bahwa proses kehidupan ini konjungtural bukan linier. Demikian juga yang terjadi pada lesbian yang selalu mengalami proses perkembangan dan kemtangan secara psikologi maupun spiritual. Menyadari bahwa gerakan perjuangan lesbian yang muncul terkadang kurang memahami akar masalah di masyarakat seperti kenapa mereka tidak bisa menerima lesbian? Sebenarnya hal ini bukan lagi persoalan dosa atau tidak, salah atau benar, tetapi bahwa dasarnya setiap manusia adalah pemilik dirinya, yang tentu berhak atas nilai dirinya sendiri. Satu pernyataan reflektif bagi gerakan perjuangan lesbian adalah, menempatkan lesbian sebagai obyek, sehingga masyarakatpun berpikir hal yang sama yaitu menempatkan lesbian sebagai obyek. Konsekuensinya, pertentangan serta perbedaan antara aku lesbian dan aku heteroseksual semakin menajam. Dengan demikian, gerakan perjuangan lesbian telah meniadakan eksistensi manusia yang menjadi dasar ideology gerakan. 114
DINAMIKA EKSISTENSI DIRI DI DALAM KOMUNITAS
BAB Empat DINAMIKA EKSISTENSI DIRI DI DALAM KOMUNITAS Pengantar Proses penerimaan diri yang dilalui oleh seorang lesbian yang tergambar dari bab III diatas dapat menjadi sebuah dasar bagaimana seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual
Lebih terperinciCOMING IN (PENERIMAAN DIRI ) DAN EKSISTENSI DIRI SEORANG LESBIAN
BAB Tiga COMING IN (PENERIMAAN DIRI ) DAN EKSISTENSI DIRI SEORANG LESBIAN Pengantar Setiap perjalanan kehidupan manusia selalu dinamis, bahwa manusia selalu berpikir dan berdialog dengan diri tentang proses
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa keseluruhan subyek yang sedang dalam rentang usia dewasa awal mengalami tahapan pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.1 Interaksi Dengan Anggota Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan manusia lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan biologis seperti makan dan minum maupun kebutuhan psikologis, seperti
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sosial, serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk
BAB V KESIMPULAN Gender merupakan salah satu isu yang sangat penting dalam masalah pembangunan, terkhusus Sumber Daya Manusia di dunia. Meskipun isu ini tergolong ke dalam isu yang masih baru, gender telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk
Lebih terperinciREFLEKSI, DINAMIKA DAN PERGERAKAN
BAB Enam REFLEKSI, DINAMIKA DAN PERGERAKAN Pada bab ini, penulis ingin membangun kerangka untuk lebih menjelaskan bagaimana proses penerimaan diri dan eksistensi diri terbangun. Baik eksistensi diri pribadi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan
Lebih terperinciBAB Satu PENDAHULUAN
BAB Satu PENDAHULUAN Tesis ini ditulis berawal dari ketertarikan penulis mengangkat realitas sosial terkait kehidupan komunitas homoseksual yang kompleks, penuh dinamik, dan paradoks. Kehidupan homoseksual
Lebih terperincitersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap
BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ketiga subyek, mereka memiliki persamaan dan perbedaan dalam setiap aspek yang diteliti. Khususnya dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)
101 PEDOMAN WAWANCARA Hari, tanggal : Minggu, 4 juli 2010 Waktu : 12.51 Tempat : Kostan, Sekeloa Nara Sumber : Rani Umur : 21 tahun Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Mahasiswa Eksistensi Komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia mempengaruhi banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya media Eropa ke Asia
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciPERSEPSI TENTANG PENGAJAR DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
PERSEPSI TENTANG PENGAJAR DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI Soepri Tjahjono Moedji Widodo Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta Abstrak Pendidikan kesehatan reproduksi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka. kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : Pembentukan orientasi seksual gay di Manado tidak dapat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.686, 2017 KEMENSOS. Kawasan Ramah Lanjut Usia. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN RAMAH LANJUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam dunia pendidikan merupakan salah satu ilmu dasar yang dapat digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika, kimia, komputer, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.
Lebih terperinciUKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat
Lebih terperinciSeks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender
Dari Suara Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT)- Jalan Lain Memahami Hak Minoritas Konsep tentang Seksualitas Esensialism vs Social Constructionism Memperbincangkan LGBT tak dapat dilepaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanggung jawab yang telah diembankan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakekatnya adalah sebuah anugerah dan juga sebuah amanah. Sebagai sebuah anugerah, anak adalah karunia terindah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk
Lebih terperinciPengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya
SETYA ROHADI dan MULYANTO Globalisasi budaya telah mengikuti pola yang sama seperti globalisasi ekonomi. Televisi, musik, makanan, pakaian, film dan yang lainnya merupakan bentuk-bentuk budaya yang serupa
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological
Lebih terperinciKOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia
KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological
15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termaksud juga di indonesia, namun masih menyimpan banyak persoalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemofilia merupakan penyakit keturunan, dengan manifestasi berupa gangguan pembekuan darah, yang sudah sejak lama dikenal di belahan dunia ini termaksud juga di indonesia,
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. bahwa masyarakat Indonesia sekarang ini masih terkurung dengan pemikiran
127 BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia sekarang ini masih terkurung dengan pemikiran bahwa penilaian identitas seseorang mengenai
Lebih terperinciberbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu
63 BAB V PENUTUP 5.1. Pembahasan Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan percaya sebagai diri kita. Jika seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinci2015 REKONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN KAUM WARIA DI KOTA CIMAHI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria adalah suatu fenomena yang semakin menjamur di Indonesia. Fenomena waria adalah sebuah fenomena yang dapat ditemui di hampir semua kota besar di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang mengarah pada sisi perempuan. 1. sedangkan dalam pengertian dalam pandangan islam waria
Lebih terperinciMateri 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team
Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan
Lebih terperinciSEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM
SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dari bagian awal penelitian ini dijelaskan mengenai pembahasan yang hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling pada pasangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum seseorang menjadi waria, atau ia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksual merupakan suatu realitas sosial yang semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan homoseksual telah muncul seiring dengan sejarah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sangat tergantung pada bantuan orang-orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria atau banci adalah laki-laki yang berorientasi seks wanita dan berpenampilan seperti wanita, (Junaidi, 2012: 43). Waria adalah gabungan dari wanita-pria
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditariklah suatu kesimpulan yaitu : 5.1.1 Indikator kepuasan Seksual Subyek A, B dan C menyatakan
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua anak dilahirkan baik dan tidak berdosa. Setiap anak masing-masing memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua untuk membuat
Lebih terperinciAku selalu suka sebuah pertemuan, karena buat ku pertemuan adalah awal dari kisah yang mungkin bisa dikenang atau untuk dibuang.
Aku selalu suka sebuah pertemuan, karena buat ku pertemuan adalah awal dari kisah yang mungkin bisa dikenang atau untuk dibuang. Kamu menyenangkan bahkan bisa lebih dari itu seharusnya. Aku tak pernah
Lebih terperinci2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ketika seorang anak menjadi remaja dan kemudian remaja berkembang menuju ke tingkat dewasa, banyak perubahan yang akan dialami (Susilowati, 2013: 103). Sebagai manusia,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui setiap perbedaan yang ada pada diri manusia, baik itu perbedaan jenis kelamin, asal ras atau etnis, dan agama, yang pada dasarnya semua perbedaan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini merupakan salah satu yang paling pesat. Karena banyaknya mal-mal, apartemen maupun gedung-gedung
Lebih terperinciPenyebab dan Akar Masalah
Membedah Angka Kematian Ibu: Penyebab dan Akar Masalah Tingginya Angka Kematian Ibu Konferensi INFID, 26-27 November 2013 Institut KAPAL Perempuan Jl. Kalibata Timur Raya No.5 Jakarta Selatan Telp/Fax:
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu
100 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu kenyataan yang harus ditanggung oleh para ODHA. Terinfeksinya ODHA dilatarbelakangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinci"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menjalani kehidupan sebagai ODHA yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu
Lebih terperinciMILAD 100 TAHUN AISYIYAH M AISYIYAH AWAL ABAD KEDUA: MEMULIAKAN MARTABAT UMAT, BERKIPRAH MEMAJUKAN BANGSA
MILAD 100 TAHUN AISYIYAH 1917-2017 M AISYIYAH AWAL ABAD KEDUA: MEMULIAKAN MARTABAT UMAT, BERKIPRAH MEMAJUKAN BANGSA A. DASAR PEMIKIRAN 1. Aisyiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam kehidupannya. Salah satu tahapan yang harus dilewati adalah masa dewasa awal. Masa dewasa awal (young
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini banyak terjadi pergeseran peran atau kedudukan antara lakilaki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi semata-mata
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL BAMBOO DANCING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 5 SD PADA PEMEBELAJARAN IPA
PENERAPAN MODEL BAMBOO DANCING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 5 SD PADA PEMEBELAJARAN IPA Intan Dinasti Septiya Rachmawati 158620600182/6/B2 /S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo intan_dinastiseptiarahmawati@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya adalah masa remaja akhir (19-22 tahun) pada masa ini remaja ditandai dengan persiapan akhir
Lebih terperinciDUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS
DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : ARHAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.
Lebih terperinciTAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang berinteraksi dengan individu lain tentu memerlukan ruang, khususnya dalam menjalin relasi sosial, dan lingkungan masyarakat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)
107 PEDOMAN WAWANCARA Hari, tanggal : Sabtu, 3 juli 2010 Waktu : 15.15 Tempat : Kostan, Sekeloa Nara Sumber : Diana Umur : 20 tahun pendidikan terakhir Pekerjaan : SMA : Mahasiswi Eksistensi Komunitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari spiritualitas. Spiritualitas melekat dalam diri setiap manusia dan merupakan ekspresi iman kepada Sang Ilahi. Sisi spiritualitas
Lebih terperinci