Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Beragama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Beragama"

Transkripsi

1 Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Beragama Abdullah A. An-Naim Abstract Untuk pengantar hubungan referensi dan tesis mengenai dasar-dasar hak asasi manusia untuk beragama dalam Islam, diskusi saya akan dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, saya akan memberikan garis besar tentang asal-usul, sifat dan perkembangan hukum Islam dan teologi, dan pengaruh modern. Bagian kedua akan memfokuskan pada sifat dan situasi wacana tentang hak asasi dan tanggung jawab di dunia Islam saat ini. Dalam pandangan itu, saya akan mengusulkan bagian ketiga mengenai teori dasar hak asasi manusia untuk beragama dalam Islam, yang akan dipahami dalam konteks modern. Abdullah an-naim, Profesor hukum di Emory University. Terjemahan ini merupakan bagian pertama dari teks aslinya. Diterjemahkan oleh Dede Iswadi, dari Abdullah A. An-Naim Islamic Foundations of Religious Human Rights dalam buku J. White dan J.D. van der Vyver (eds.), Religious Human Rights in Global Perspectives, Kluwer Law International, 1996, h Penerjemah artikel ini menyelesaikan S1 di IAIN Kalijaga Yogyakarta dan S2 di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Menjadi staf pengajar di Pesantren Attaqwa Bekasi dan beberapa perguruan tinggi di Bekasi.. Pengantar: Memisahkan sebuah Paradoks alam framework tulisan ini Dsebagai sebuah keseluruhan, maka bagian awal akan mendiskusikan hukum Islam dan dasar-dasar teologi untuk hak asasi manusia dalam beragama dan tanggung jawab, dan pengaruh wacana Islam tentang hak asasi dalam kehidupan hukum Islam modern masa sekarang. Sebagai sebuah terminologi, dalam karya sarjana-sarjana Islam awal atau dalam pikiran para pengikutnya, memang tidak membuat pembedaan antara hukum dan teologi. Masalahmasalah hukum, seperti dalam pengertian istilah modern, meliputi TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

2 kepercayaan dan doktrin, etika dan moralitas, praktik ritual keagamaan, gaya berpakaian, kebersihan, kesopanan, dan perilaku-perilaku yang baik, semuanya masuk dalam wilayah syarî ah, jalan hidup ilahi. 1 Dengan demikian, saya akan menggunakan istilah syarî ah dalam tulisan ini. Kalimat hak asasi manusia untuk beragama, yang digunakan dalam tulisan ini, merujuk ke hak asasi yang meliputi kebebasan untuk berkeyakinan dan hati nurani, termasuk di antaranya perbedaan agama, dalam kesesuaian dan kekurangannya, toleransi, sebagai hak asasi manusia. 2 Dari hal itu, saya fokus pada hak untuk beragama seperti yang dipahami, diartikulasikan, dan diaplikasikan dalam paradigma hak asasi manusia, daripada dalam agama tertentu atau kerangka referensi lainnya atau sistem hukum. Konsepsi dan implementasi hak untuk beragama sebagai hak asasi manusia adalah sebuah kebutuhan dan paradoks yang keduanya tidak mudah untuk digabungkan atau dipisahkan. 3 Pada satu sisi, menghubungkannya merupakan hal yang sulit dilakukan karena ketegangan inheren antara premis universalitas yang mendasari hak asasi manusia dan kekhususan dasar-dasar agama untuk hak tersebut. 4 Karena universalitas hak asasi manusia bermakna validitas dan aplikasi hak-hak ini ke semua umat manusia di seluruh dunia, maka ia harus diaplikasikan tanpa memperhatikan ada atau tidak pemahaman yang dilandaskan pada keyakinan agama sebuah masyarakat. Universalitas hak asasi manusia secara partikular ditentang oleh kalangan aktivis agama, seperti kelompok-kelompok Islamis di beberapa negara Islam sekarang ini, yang mengklaim bahwa kepercayaan agama memerlukan pembentukan negara teokratik untuk memperkuat visi hukum suci. Namun, perintah untuk mempertahankan universalitas hak asasi manusia berhadapan dengan klaim-klaim tersebut tepatnya karena negara teokratik bersifat ekslusif dan kasar, seperti pertentangan orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Pada sisi lain, sulit untuk memisahkan agama dan hak asasi manusia, karena keduanya tidak hanya berjalan pada justifikasi moral yang sama, namun juga saling melengkapi dan berinteraksi dalam kandungannya. Keduanya adalah sistem normatif yang mempremiskan pada ajaran-ajaran moral yang sama mengenai hubungan manusia, dan karena itu orang-orang beriman menjunjung tinggi norma-norma hak asasi manusia diluar keyakinan agama, perlindungan terhadap hak asasi dipegang dan dijalankan dengan keyakinan tersebut adalah integral dari konsep dasar hak asasi manusia yang fundamental. Karena orangorang beriman akan selalu membuat hubungan, apakah positif atau negatif, maka ini sangat baik untuk TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

3 para pendukung hak asasi manusia untuk mengakui dan meresponnya daripada menganggapnya bahwa hubungan tersebut tidak ada. Kegagalan memisahkan paradoks yang nampak antara agama dan hak asasi manusia, saya berpendapat, adalah kerusakan yang berasal dari dua perspektif. Kalau landasan umum bisa dibangun sehingga manusia akan menjunjung tinggi hak asasi manusia sebagai masalah atau sedikitnya tanpa kekerasan keyakinan agamanya, maka mereka akan membuat pilihan antara dua kredo. 5 Dari hal itu, saya berpendapat, biaya masyarakat atau seseorang yang membuat pilihan tersebut tidak hanya kehilangan beberapa atau semua keuntungan dengan meninggalkan kredonya, namun juga dalam hubungannya dengan nilai yang diadopsi atau dipilihnya. Kalau sebuah masyarakat memilih untuk menjunjung tinggi apa yang mereka yakini sebagai ajaran-ajaran agamanya di atas komitmen pada normanorma hak asasi manusia, maka masyarakat dan anggota-anggotanya akan kehilangan, baik pendirian agama maupun hak asasi manusianya. Dengan memilih hak asasi manusia di atas ajaran-ajaran agama, pada sisi lain, maka mereka akan kehilangan baik dari perspektif hak asasi manusia maupun agama. Kehilangan keuntungan dengan kehilangan kredo mungkin jelas, namun bagaimana sebuah pilihan antara dua kredo itu mengurangi nilai salah satu ajaran yang diambil? Dalam pandanganku, komitmen terhadap hak asasi manusia akan mempertinggi kualitas keyakinan beragama, relevansinya, dan penggunaan ajaran-ajarannya untuk kehidupan para penganutnya. Dengan sifatnya itu, dan untuk mempengaruhi secara efektif keyakinan moral dan perilaku sehari-hari mereka yang menganutnya, maka keyakinan beragama harus menjadi pengambilan dan penegakkan yang bersifat sukarela. Memaksa keyakinan adalah sebuah istilah yang kontradiktif, dan hanya bisa mendidik kemunafikan, korupsi sosial dan penindasan politik. Selain itu, seperti bisa dilihat dari sejarah setiap agama besar, pertentangan internal adalah esensial untuk meremajakan kembali keyakinan dan membetulkan praktik di kalangan para penganutnya. Kelangsungan hidup dan pembaruan setiap agama besar dijamin oleh keyakinan dan pandangan orang yang tidak setuju sama banyaknya dengan konformitas ortodoksinya. Sebagai contoh, dalam konteks Islam, setiap bentuk Sunni, Sufi, atau keyakinan syarî ah yang dipegang oleh para penganutnya sekarang ini sebagai orotodoks untuk beberapa poin dalam sejarah adalah sebuah pandangan orang yang tidak setuju yang menentang oposisi ortodoksi pada masa itu. Dengan melindungi hak perbedaan pendapat dalam masyarakat beragama, maka normanorma dan mekanisme hak asasi manusia akan melindungi prospek TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

4 pertumbuhan spiritual agama dan praktik menjalankan ajaranajarannya untuk kehidupan para penganutnya. Seperti bisa sama-sama dilihat dari sejarah setiap agama besar, pandangan-pandangan keagamaan yang berbeda selalu dihukum dan ditindas dengan mengatasnamakan melindungi integritas keimanan, dan/atau moral yang ada. Karena perhatian terhadap hal itu harus diambil dengan serius disebabkan legitimasinya penting untuk orangorang beriman, maka mereka tidak pernah diizinkan untuk menentang atau merusak fakta keagamaan dan pluralitas politik, atau mengurangi komitmen masyarakat untuk mengakui dan menghormatinya di wilayah publik bersama. Realitas yang ada sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang menyangkut pluralitas agama dan politik harus benar-benar diakui dan dipenuhi sebagai sesuatu yang integral dan esensial untuk legitimasi dan integritas dengan keimanan atau masyarakat. 6 Sebaliknya, klaimklaim tindakan untuk kepentingan melindungi integritas keimanan dan masyarakat adalah tidak bermakna apa-apa selain sebuah perlindungan untuk dominasi politik dan agama oleh elit-elit tertentu atau kelompok-kelompok orang beriman. Dari perspektif hak asasi manusia, ketika motivasi keagamaan menjunjung tinggi hak asasi manusia mempertinggi prospek pemenuhan secara sukarela dan munculnya keinginan politik untuk memperkuatnya, maka resistensi pada semua hak ini dari sudut agama sangat sulit untuk diatasi. Orang-orang Muslim, sebagai contoh, tidak bisa memahami atau pun menerima sistem hak asasi yang menghilangkan agama. Bagi mereka, agama mencakup semua ajaran hidup dan tidak ada sistem hak asasi yang mengabaikan aksiom yang fundamental ini sebagai adopsi dan penguatan yang bermanfaat. 7 Karena itu, pengalaman keagamaan tidak hanya sumber yang sangat diperlukan untuk memperoleh dukungan bagi hak asasi manusia dari orang-orang beriman, khususnya tempaan hubungan rasional hak asasi dan tanggung jawab sebagai pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-harinya, 8 namun juga sebagai sumber kandungan hak asasi yang kaya dan bernilai. Selain itu, hubungan-hubungan ini telah dibuat oleh orang-orang beriman dan harus diakui serta sesuai dengan ajaran-ajarannya. Jadi, sekalipun hubungannya sulit dan bersifat paradoks, agama dan hak asasi manusia tidak hanya harus direkonsiliasikan, namun mungkin mendukung satu sama lain. Saya percaya, ini bisa dan harus dicapai melalui usaha-usaha di atas dua sisi isu tersebut. Para pendukung hak asasi manusia, pada satu sisi, harus mentransendensikan sikap toleransi agama yang lalai pada pengakuan moral keimanan beragama dan keseriusan penggunaan perspektif keagamaan. Mereka yang mengambil agama TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

5 dengan serius, pada sisi lain, harus melihat hak asasi manusia sebagai sesuatu yang integral dengan kepercayaan atau perhatian mereka, daripada sebagai sistem yang murni sekular yang harus diakomodasi. Saya melihat bagian ini dan tulisan sebagai sebuah keseluruhan sebagai usaha menemukan landasan umum untuk saling mendukung satu sama lain. Untuk mengeksplorasi prospek dan permasalahan menemukan landasan Islam untuk hak asasi manusia, bagian ini tidak mengklaim mampu memberikan diskusi yang komprehensif dalam hubungannya dengan setiap aspek sejarah Islam atau semua bagian dari dunia Islam. Sebab tidak mungkin meraih semua kekayaan dan kompleksitas sejumlah negara dalam sejarah besar dan bagianbagian dunia yang sangat berbeda dalam satu tulisan. Malahan, tujuan saya di sini adalah menyaring bagian-bagian sejarah tersebut yang sangat berhubungan, dan menarik beberapa pengalaman masyarakat Islam, untuk mengembangkan teori yang koheren mengenai hak asasi manusia untuk beragama dalam Islam. Seperti telah dielaborasi sebelumnya, teori ini mempremiskan dua prinsip utama. Pertama, berkenaan dengan kebebasan internal untuk berkeyakinan dan perbedaan pendapat di kalangan Muslim, sebab identitas dan sistem normatif hanya bisa bermanfaat dan berguna dalam konteks sejarah, identitas Islam dan syarî ah harus tetap membuka renegosisasi dan rekonstruksi oleh setiap masyarakat sesuai dengan kondisinya masingmasing. Fakta yang ada bahwa peran manusia merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam penafsiran dan implementasi teks-teks keagamaan, setiap formulasi identitas Islam dan artikulasi syarî ah adalah sebuah produk akal dan tindakan manusia. Karena itu, tidak ada formulasi atau artikulasi yang harus memonopoli keautentikan dan otoritas agama dengan meniadakan penafsiran yang lain. Dibutuhkan formulasi dan artikulasi alternatif untuk bersaing agar diterima oleh masyarakat sebagai pemutus praktik keautentikan Islam. Karena itu, kebebasan beriman dan perbedaan pendapat harus dilindungi di kalangan mereka yang mengindentifikasi sebagai Muslim untuk menjamin vitalitas dan integritas proses renegosiasi dan rekonstruksi identitas keagamaan dan hukum ini. Kedua, berkenaan dengan hak asasi manusia orang-orang non- Muslim, pluralitas keagamaan dan pluralitas masyarakat politik di tingkat nasional dan internasional dalam situasi dan kondisi modern saat ini untuk sama-sama menghormati hak asasi manusia dari semua anggota masyarakat sebagai dasar tuntutan Muslim itu sendiri atas hak-haknya. Selain itu, pengakuan atas fakta pluralitas dan konsekuensinya ini tidak hanya didukung oleh sumber-sumber teks Islam, namun juga disetujui oleh TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

6 pengalaman sejarah masyarakat Islam. Syarî ah: Dulu dan Sekarang Saya tidak akan membatasi diskusi tentang dasar-dasar hak asasi manusia dalam Islam dari dasar hak asasi itu sendiri, atau kekurangan yang ada di dalamnya, di bawah syarî ah. Aspek lain dari kesadaran Islam, seperti persepsi dan pengalaman kesalehen dan spiritualitas, juga faktor sosioekokomi dan politik, selalu integral dengan pemahaman keyakinan dan perilaku Muslim. Mungkin, saya menegaskan bahwa asal-usul, sifat, dan konteks perkembangan syarî ah itu sendiri dikondisikan oleh konteks sejarah masyarakat Islam awal di Timur Tengah. 9 Pada waktunya, konteks lokal juga sangat kuat mempengaruhi adopsi dan adaptasi syarî ah di belahan lain dunia Islam. Dengan nada yang sama, konteks sejarah akan mempengaruhi, dan akan terus mempengaruhi, pemahaman dan implementasi syarî ah sebagai bagian dari dasar-dasar hak asasi manusia untuk beragama dalam masyarakat Islam. Konteks lokal serta faktor sosio-ekonomi dan politik telah mempengaruhi pemindahan syarî- ah selama masa kolonial dan awal kemerdekaan di sebagian besar negara-negara Islam, juga kebangkitan Islam baru-baru ini sebagai framework wacana mengenai hak asasi manusia. Dalam hal ini, saya akan memberikan garis besar yang singkat mengenai asal-usul, sifat dan perkembangan syarî ah sebagai model teoritis untuk jalan hidup Islam. Sekalipun model ideal ini jarang sekali diimplementasikan secara utuh dalam kehidupan nyata masyarakat dan individu-individu Muslim, namun tetap menjadi simbol kekuatan dan sumber motivasi dan framework untuk tindakan masa sekarang. Karena itu, bagian ini akan menyimpulkan evaluasi dan diskusi peran syarî ah dalam wacana Islam modern mengenai hak asasi dan tanggung jawab. Sumber utama kerangka rujukan konseptual dan kandungan syarî ah adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad. 10 Tradisi generasi Muslim awal juga diambil sebagai sumber otoritatif petunjuk Islam dalam praktik masyarakat. Sepanjang abad pertama Islam, masyarakat dan individu-individu Islam merujuk kepada semua sumber-sumber ini untuk membimbing kehidupan sehari-hari, menurut rekoleksi tauladan kehidupan generasi awal dan pemahaman pesan Islam. Proses konsultasi mazhab yang dipercaya dianggap bisa mengetahui teks dan penafsiran Al- Quran dan Sunnah, sejarah dan relevansi tradisi masyarakat Islam awal, secara bertahap berkembang dalam praktik yang mengikuti seperangkat prinsip-prinsip umum dan aturan-aturan khusus yang dinisbatkan kepada tokoh atau guru TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

7 tertentu dan murid-muridnya. Pada akhir abad kedua hijriah, dan awal abad ketiga (abad kedelapan dan kesembilan masehi), praktik kesetiaan kepada ulama yang disukai telah dikembangkan secara sistematis dan konsisten yang saat ini dikenal sebagai mazhab. Untuk millennium berikutnya, dan hingga sekarang, perkembangan syarî ah telah terstruktur dan diatur oleh metodologi, prinsipprinsip, dan aturan-aturan yang disusun oleh imam mazhab, para murid-muridnya, dan kemudian para ulama yang mempertahankan mazhab hukum Islam, madzâhib alfiqh al-islâmi. 11 Banyak kehidupan hukum dan teologi muncul dalam framework mazhab yang berlaku di masyarakat, seringkali dalam subdivisi atau garis pemikiran dan otoritas. 12 Bagaimanapun, kepunahan beberapa mazhab, dan pergeseran teritorial telah berpengaruh di kalangan mazhab-mazhab yang masih bertahan hidup, telah memberi kesaksian pada dinamika wacana dan pilihan oleh masyarakat Islam yang menganggap mazhab (sub-mazhab) tersebut lebih responsif terhadap kebutuhan dan kepentingan pada waktu itu. Beberapa tahapan pembentukan syarî ah, berbeda dengan perkembangan masa berikutnya dan kecenderungan-kecenderungan masa kini, harus dicatat di sini. Pertama, para pendiri mazhab diikutsertakan dalam proses derivasi prinsipprinsip umum dan aturan-aturan khusus untuk membimbing masyarakat, dan merespon keraguan dan permintaan-permintaan atau mengelaborasi pertanyaan-pertanyaan hipotetis untuk mengklarifikasi prinsip-prinsip teoritis dan metodologis dianggap perlu dan berguna untuk masyarakat. Jadi, para pendiri mazhab dan para muridnya tidak tidak melihat dan menghadirkan dirinya membangun pemisahan atau perbedaan, mengabadikan, mazhab. Namun salah satu mazhab atau yang lainnya menjadi sempit diikuti sebagai satu-satunya artikulasi syarî ah yang benar. Pendekatan yang lebih integratif saat ini muncul sebagai hasil dari konteks intelektual dan politik dalam gerakan Islam modern, namun ketaatan yang otomatis terhadap mazhab yang diambil terus menjadi norma. Kedua, elobalorasi syarî ah oleh para pendiri mazhab dengan penafsiran Al-Quran dan Sunnah, sesuai dengan tradisi hidup masyarakat Islam awal, pada awalnya merupakan proses yang bersifat spontan dan tidak terstruktur. Bagi seluruh umat Muslim periode awal, semua perintah ilahi yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah, telah diterjemahkan dalam bahasa Arab mereka dan dicontohkan dalam sejarah lisan nenek moyang mereka. Karena itu, metodologi yang tepat untuk derivasi prinsip-prinsip syarî ah dan aturanaturannya berkembang secara bertahap dalam merespon situasi dan kondisi tertentu. 13 Evolusi metodologi yang tepat dan sistematis TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

8 juga mungkin didorong oleh suburnya pertumbuhan dan kompleksitas syarî ah itu sendiri. Dalam merespon semua hal ini dan faktor-faktor lainnya, para ulama mulai mengembangkan aturan-aturan dan kriteria teknis untuk penafsiran Al-Quran, keautentikan dan riwayat Sunnah dan merekonsiliasikannya dengan Al-Quran, relevansi dan penggunaan tradisi awal masyarakat Islam dalam hubungannya dengan Al-Quran dan Sunnah, namun syarî ah secara umum dipercaya telah mengembangkan metodologi yang sangat sistematis dan berpengaruh yang saat ini dikenal sebagai ilm ushûl al-fiqh, ilmu tentang dasar-dasar hukum Islam. 14 Namun, seiring dengan perjalanan waktu, legitimasi dan kebutuhan regulasi metodologi menjadi sangat menghalangi bagi, mungkin merusak, perkembangan syarî ah berikutnya, khususnya di era modern. 15 Dalam pandangan saya, secara partikular hal ini adalah benar dan jelas dalam hubungannya dengan sifat dan peran ijtihâd, secara literal adalah pengerahan tenaga atau usaha pribadi, namun yang dirujuk dalam hal ini adalah melatih dengan sengaja alasan-alasan hukum untuk memperoleh prinsip-prinsip dan aturan-aturan syarî ah. Sekalipun secara teknis dapat dipahami oleh para ahli hukum Islam sebagai satusatunya pengaplikasian terhadap masalah-masalah yang tidak jelas dan teks kategoris dalam Al-Quran dan Sunnah, namun ijtihâd secara jelas diaplikasikan kepada teks-teks fundamental. Para pemimpin masyarakat dan ulama selalu melakukan ijtihâd terhadap Al-Quran dan Sunnah karena mereka menilai bahwa ketetapan Al-Quran dan Sunnah bisa diaplikasikan untuk situasi atau pertanyaan yang ada, dan menafsirkan dan mengaplikasikan teks tersebut menjadi relevan. Dengan perkembangan ushûl al-fiqh, ijtihâd diregulasikan dan dibatasi pada kepunahan, dan tetap sangat problematik hingga kini. 16 Namun sejak ijtihâd didefinisikan dan diregulasikan dengan akal manusia di masa lalu, daripada sebagai produk langsung wahyu ilahi, maka ia bisa didefinisikan kembali dan diregulasikan kembali dengan akal manusia saat ini dan di masa mendatang. Sisi signifikan yang ketiga mengenai tahapan pembentukan syarî ah adakah ketika para ulama mengelaborasi dan menyempurnakan sistem normatif yang ideal dan komprehensif, maka masalah-masalah negara banyak memimpin sesuai dengan kegunaan politik pragmatis daripada perintah sistem. Untuk sebagian besar sejarah Islam sejak dinasti Muawiyah ( M.), ada gencatan senjata yang tidak mudah antara ulamâ [ulama syarî ah].dan otoritas politik. Sepanjang hukum suci [syarî ah] menerima pengakuan formal sebagai keagamaan yang ideal, maka ia tidak mendesak praktiknya diaplikasikan secara utuh. 17 Namun dikotomi antara teori dan TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

9 praktik tidak harus dibesar-besarkan atau disederhanakan dipandang dari sudut karakterisasi sekular dan keagamaan hal penting yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan wacana Islam saat ini seperti akan ditunjukkan nanti. Untuk satu hal, dikotomi tersebut bervariasi dari waktu ke waktu dan dari satu bidang syarî ah ke bidang lainnya dengan cara mempertahankan kredibilitas aliansi model ideal baik dari sudut pandang ilmiah maupun politik. Kedua, pandangan dan jarak pemerintahan dan administrasi di negaranegara imperial masa lalu, seiring dengan penyebaran syarî ah dalam risalah dan tafsir yang tidak bisa diakses, adalah tidak kondusif untuk implementasi yang sistematis lagi tepat. Masyarakat meninggalkan kelakuan urusan sehari-harinya yang sesuai dengan kebiasan lokal atau praktik-praktik tradisionalnya yang meliputi norma-norma syarî ah, namun tidak koheren dan makna formal perundang-undangan hukum formal dalam pengertian istilah modern. Yang lebih signifikan dari sudut pandang perdebatan saat ini tentang hak asasi manusia di dunia Islam, ideal syarî ah masih tetap hidup di hati dan pikiran umat Muslim, bahkan ketika mereka hidup di bawah adminisitrasi kolonial yang berusaha menggantikan syarî ah dengan konsep hukum modern dan pemerintah formal dan sistematikanya. 18 Anderson menjelaskan: Bagi seorang Muslim, selalu dianggap dosa yang sangat mengerikan ketika menolak atau mempertanyakan wahyu ilahi daripada gagal mengamalkannya. Jadi nampak lebih baik terus berpura-pura pada syarî ah yang tidak dapat diganggugugat, sebagai satu-satunya otoritas hukum yang fundamental, dan memaafkan orang yang tidak melaksanakannya dengan seruan doktrin darurat, daripada berusaha mengadaptasi hukum yang sesuai dengan kebutuhan situasi dan kehidupan kontemporer. 19 Namun sikap tradisional ini sekarang ditentang oleh kalangan aktivis Islam yang mengatakan bahwa Muslim saat ini bebas mengimplementasikan totalitas syarî ah setelah beberapa dekade kemerdekaan politik sebagai negara-bangsa. Hal ini jauh dari jelas, dan sangat meragukan bagi pikiran saya, apakah proyek kalangan Islamis modern akan mengarah kepada implementasi syarî ah yang diartikulasikan oleh para pendiri mazhab dan mengetahui masyarakat Islam dengan zaman. Selain ketidaksesuaian aspek fundamental syarî ah dengan situasi kehidupan modern yang memiliki negarabangsa yang pluralistik dalam dunia globalisasi dan saling bergantungan, 20 usaha kodifikasi dan penguatan oleh sentralisasi otoritas yang kursif adalah bertentangan dengan sifat syarî ah dan mainstream sejarah Islam. Namun, saya akan mendesak bahwa proyek kalangan Islamis harus diambil dengan sangat serius karena kon- TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

10 sekuensinya yang drastis bagi hak asasi manusia, khususnya hak asasi manusia untuk beragama. Catatan Kaki: 1 Untuk analisis pembangunan konsep syarî ah, lihat Fazlur Rahman, Islam (Chicago, 1979), h Hak asasi manusia adalah klaim setiap umat manusia yang diberi nama oleh kebijakan kemanusiaannya, tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, bahasa, atau asal-usul bangsa. Formulasi semua hak ini ditemukan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan instrumen internasional berikutnya, namun saya tidak mengambil semua sumber ini sebagai sumber yang definitif atau mendalam. Formulasi-formulasi yang baru bisa dan harus muncul, dan formulasi yang lama harus terbuka untuk direvisi, elaborasi dan reformulasi. 3 Mengenai berbagai macam aspek kebutuhan ini namun hubungan problematis, lihat secara umum Abdullah Ahmed An-Naim, et. al., Human Rights and Religious Values: An Uneasy Relationship? (Grand Rapid, MI, 1995); Leonard Swidler, ed., Religious Liberty and Human Rights in Nations and Religions (Philadelphia, 1986). Untuk diskusi beberapa isu mengenai permasalahan yang ada dalam tulisan ini, lihat secara umum, Daniel G. Ashburn, ed., The State of Religious Human Rights in the World: Premilinary Consultation, Premilinary Documents of Religious Human Rights Project 2 (1993) 4 Dasar universalitas hak asasi manusia dan kriteria praktis untuk identifikasinya adalah Peraturan Emas (Golden Rule) atau prinsip timbal-balik, yakni semua hak ini yang saya klaim untuk diri saya sendiri sebagai manusia, tidak hanya oleh kebijakan hukum atau status lainnya dan karena itu harus mengakui yang lain dengan nada yang sama karena itu merupakan dasar klaim saya. Lihat Abdullah Ahmed An-Naim, Toward an Islamic Reformation: Civil Liberties, Human Rights and International Law (Syracuse, 1990), Diambil sebagai seperangkat keyakinan atau prinsip-prinsip yang fundamental, hak asasi manusia jelas digambarkan sebagai sebuah kredo. Namun saya menggunakan referensi pendek, tanpa adanya implikasi atau menolak kebenaran aplikasi tersebut ke hak asasi manusia. 6 Fakta yang fundamental dan legitimasi kebutuhan serta pluralitas yang permanen ditekankan oleh Al- Quran sendiri, dalam ayat 13 surat 49 yang saya terjemahkan sebagai berikut: Kami [Tuhan] telah menjadikan kamu [seluruh umat manusia] menjadi masyarakat-masyarakat dan suku-suku supaya kamu saling mengenal satu sama lain dan bekerja sama. Mereka yang paling dimuliakan Tuhan adalah mereka saleh dan berbuat kebajikan. 7 John White, Jr., Introduction herein. 8 Ibid. 9 An-Naim, Toward an Islamic Reformation, Al-Quran adalah teks tertulis yang diyakini Muslim sebagai catatan wahyu ilahi terakhir dan konklusif. Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad dan dihapal oleh generasi pertama Muslim sampai dikumpulkan dalam teks tulisan sekitar dua dekade setelah TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

11 Nabi meninggal. Kecuali untuk beberapa perbedaan yang kecil dalam style pembacaan, teks Al-Quran, dikenal sebagai Mushhaf Utsmâni, diakui oleh semua Muslim Sunni sebagai satu-satunya teks Al-Quran yang sah. Versi teks Al-Quran yang diterima oleh kalangan Muslim Syi ah sedikit berbeda, namun tidak signifikan untuk tujuan tulisan ini. Lihat secara umum John Burton, The Collection of the Quran (Cambridge, 1977). Sunnah Nabi adalah tradisi lisan ungkapan verbal dan suri tauladan yang hidup telah dikumpulkan dalam kompilasi tulisan untuk pertama kalinya selama abad kedua dan ketiga hijriah, kedelapan dan kesembilan masehi. Keautentikan dan otoritas beberapa teks Sunnah relatif melahirkan kontroversi di kalangan Muslim Sunni dan Syi ah hingga saat ini. Mengenai konsep dan proses pengumpulan Sunnah dan sumbersumber yang kontroversi, lihat Rahman, Islam, bab 3 dan Ahmad Hasan, Early Development of Islamic Jurisprudence (Islamabad,1970), bab Rahman, Islam, h Jadi, empat mazhab Sunni yang bertahan hingga kini (Maliki, Hanafi, Syafi i dan Hambali dinamakan setelah para pendiri mazhab ini di abad kedelapan dan kesembilan masehi), cenderung memiliki wilayah pengaruh territorial tertentu di dunia Islam. Untuk mazhab Maliki, sebagai contoh, saat ini secara umum lebih berlaku di Afrika Utara dan Barat, mazhab Hanbali diikuti oleh arab Saudi, sedikitnya sebagai doktrin resmi Kerajaan. Namun kasus di Arab Saudi, penafsiran Wahhabi terhadap mazhab Hanbali lebih berlaku, daripada ulama- ulama lainnya dari mazhab tersebut sebagai sebuah keseluruhan. Mazhab Syafi i juga memiliki perluasan territorial, mazhab Ja fari di Iran, Zaidi di Arab selatan, Ismaili di kalangan Syi ah semenanjung India, dan sebagainya. 13 Dengan perluasan timur Islam ke Persia dan India, dan barat melalui Afrika Utara hingga Spanyol, banyak masyarakat yang memeluk keyakinan yang berbeda-beda atau datang di bawah wilayah kekuasaan politik, tidak mengetahui bahasa Arab atau sejarah masyarakat Islam awal. Selain itu, masyarakat ini memiliki budaya pra- Islam sendiri, beberapa di antaranya memiliki nenek moyang dan peradaban yang lebih tinggi, meliputi perbedaan sistem hukum dan teologi, institusi sosial, politik dan ekonomi. Interaksi dan lintas-pembuahan prinsip-prinsip dan aturan-aturan Islam dengan normanorma dan institusi-institusi pra-islam kemudian baru mengislamisasikan masyarakat, sebagaimana terjadi di Arab dan Timur Tengah, namun hal tersebut harus sesuai dengan criteria Islam seperti yang dikembangkan oleh para sarjana dan model komunitas awal yang lebih otoritatif. 14 Mengenai tahapan-tahapan pembentukan hukum Islam dan perkembangan metodologinya, lihat Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law (Oxford, 1964), 45-48, 58ff; Majid Khadduri, trans., Islamic Jurisprudenc, Shafi is Risala (Baltimore, 1961), 40-84; Hasan, Early Development of Islamic Jurisprudence, bab 8; Noel Coulson, A History of Islamic Law (Edinburgh, 1964), bab 4; George Makdisi, The Juridical Theology od Shafi i: Origins and TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

12 Significance of Usul Al-Fiqh, Studia Islamica 59 (1984), An-Naim, Toward on Islamic Reformation, bab Coulson, A History of Islamic Law, 80-81; Schacht, An Introduction to Islamic Law, 69ff; An-Naim, Toward on Islamic Reformation, Bandingkan dengan Wael B. Hallaq, Was the Gate of Ijtihad Closed? International Journal of Middle Eastern Studies 16 (1984): Joseph Schacht, The Origins of Muhammadan Jurisprudence (Oxford, 1959), h Tentang proses perubahan syarî ah oleh hukum Barat selama periode kolonial, lihat Herbert Liebesny, The Law of the Near and Middle East (Albany, 1975), h. 56; James Norman D. Anderson, Law Reform in the Muslim World, h. 1-2, Anderson, Law Reform in the Muslim World, h Untuk kritik model teoritis Negara Syariah dalam konteks modern, lihat secara umum, An-Na im, Toward an Islamic Reformation, bab 4-7. TURATS, Vol. 4, No. 1, Juni

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

2 Mulanya istilah demokrasi memang hanya digunakan dalam wilayah politik akan tetapi pada perkembangan selanjutnya istilah tersebut diterjemahkan sebagai sistem atau prosedur operasional atau pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Pada Jumat, 17 Rabiul Awal 83 H (702 M), lahir seorang manusia suci dan penerus risalah Nabi Muhammad Saw. Pada hari yang bertepatan dengan maulid Rasulullah

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI l Edisi 003, Agustus 2011 SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI P r o j e c t i t a i g k a a n D Saiful Mujani Edisi 003, Agustus 2011 1 Edisi 003, Agustus 2011 Syariat Islam dan Keterbatasan Demokrasi

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN, PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DALAM TINJAUAN KAUM ORIENTALIS

PEMBENTUKAN, PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DALAM TINJAUAN KAUM ORIENTALIS PEMBENTUKAN, PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DALAM TINJAUAN KAUM ORIENTALIS Fachruddin Fakultas Syaria ah UIN Maliki Malang (0341) 559399 @yahoo.com Abstract The development of Islamic law from

Lebih terperinci

Otentisitas Alkitab vs Quran

Otentisitas Alkitab vs Quran Otentisitas Alkitab vs Quran Dengan berjalannya waktu dan Muslim mengadakan kontak dengan orang Kristen dan Yahudi dan memiliki kesempatan untuk membaca Alkitab, perlahan-lahan Muslim menyadari bahwa isi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme

Islam dan Sekularisme Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat

BAB V PENUTUP. Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat 101 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat beberapa poin penting yang menjadi inti dari bahasan mengenai relevansi teori Ushul Fiqh Kontemporer

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. yang sering dilakukan adalah dengan kriminalisasi melalui instrumen hukum.

BAB V KESIMPULAN. yang sering dilakukan adalah dengan kriminalisasi melalui instrumen hukum. 152 BAB V KESIMPULAN Ketidaksetujuan masyarakat terhadap kelompok keagamaan yang berbeda seringkali berujung pada upaya untuk mengeliminasi perbedaan tersebut, salah satu yang sering dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN, PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DALAM TINJAUAN ORIENTALIS

PEMBENTUKAN, PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DALAM TINJAUAN ORIENTALIS PEMBENTUKAN, PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DALAM TINJAUAN ORIENTALIS Fakhruddin Fakultas Syari ah UIN Maliki Malang Telepon: (0341) 559399 Email: fakhruddinsyarief@yahoo.co.id Abstract The development

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah dinamisasi terutama setelah semakin banyaknya pergolakan pemikiran yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika gerakan sosial keagamaan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Dikatakan menarik, karena salah satu agendanya adalah menyebarkan gagasannya dan ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS Achmad Jainuri, PhD IAIN Sunan Ampel, Surabaya Abstraksi Harold Coward menulis sebuah buku menarik, Pluralism Challenge to World Religions. Gagasan pluralisme dewasa

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar dengan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yasng berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat. Sumber Ajaran Islam DR. Rais Hidayat Informatika www.mercubuana.ac.id Kompetensi Menjelaskan sumber-sumber ajaran Islam. Menguraikan Al-Qur an, As-Sunnah dan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam. Memahami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam mengkontruks Ahl al - Sunnah wal Al Jama ah, oleh karena itu perlu disimpulkan pemikiran Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani Modul ke: 12 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani Fakultas EKONOMI Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN l Edisi 001, Agustus 2011 EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN P r o j e c t i t a i g k a a n D Luthfi Assyaukanie Edisi 001, Agustus 2011 1 Edisi 001, Agustus 2011 Empat Agenda Islam yang Membebaskan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM ASAS MONOGAMI MENURUT HUKUM PERKAWINAN DI TURKI

BAB III TINJAUAN UMUM ASAS MONOGAMI MENURUT HUKUM PERKAWINAN DI TURKI BAB III TINJAUAN UMUM ASAS MONOGAMI MENURUT HUKUM PERKAWINAN DI TURKI A. Sejarah Undang-Undang Perkawinan di Turki Turki memproklamasikan diri sebagai negara mpdern sejak tahun 1924, secara geografis memiliki

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

Kaum Syiah di Indonesia: Perjuangan Melawan Stigma. Zulfan Taufik Dosen STAI Nur El-Ghazy Bekasi

Kaum Syiah di Indonesia: Perjuangan Melawan Stigma. Zulfan Taufik Dosen STAI Nur El-Ghazy Bekasi Zulfan Taufik Dosen STAI Nur El-Ghazy Bekasi Penulis : Zulkifli Judul : The Struggle of the Shi is in Indonesia Penerbit : Australian National University Press Tahun : 2013 Jumlah Halaman : xxiv + 304

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i) 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam 30 tahun terakhir, dunia menyaksikan bangkitnya Imperialisme ekonomi yang dilancarkan Negara-negara Barat, Negara-negara eks kolonialis, lewat apa yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri pada pertengahan abad ke-19. Manajemen lahir sebagai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. industri pada pertengahan abad ke-19. Manajemen lahir sebagai tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manajemen secara ilmiah mulai nampak pada Negara industri pada pertengahan abad ke-19. Manajemen lahir sebagai tuntutan perlunya pengaturan hubungan antar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengahtengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini, pergaulan manusia tidak dapat dibatasi hanya dalam suatu lingkungan masyarakat yang lingkupnya kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015 Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam Kode MK : KPIU 14101 Bobot / Semester : 2 sks Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi seperti sekarang ini. Perkembangan teknologi dan informasi ini telah

BAB I PENDAHULUAN. informasi seperti sekarang ini. Perkembangan teknologi dan informasi ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini kebutuhan akan informasi dan komunikasi semakin tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman yang selalu disertai dengan kemajuan teknologi dan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Sumatera Selatan; Yth. Ketua DPRD

Lebih terperinci

Hubungan Sains dan Agama

Hubungan Sains dan Agama Hubungan Sains dan Agama Pendahuluan Di akhir dasawarsa tahun 90-an sampai sekarang, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURAbah}ah,

Lebih terperinci

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno Peringatan Hari Lahir Pancasila - 01 Juni 2015 11:20 wib Pijar-Pijar Gagasan Soekarno Faisal Ismail, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta PADA sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

TWO VISIONS OF REFORMATION

TWO VISIONS OF REFORMATION l Edisi 024, Oktober 2011 TWO VISIONS OF REFORMATION P r o j e c t i t a i g k a a n D Robin Wright Dua Visi Reformasi Islam Review Paper oleh Hamid Basyaib 1 Edisi 024, Oktober 2011 Sumber Artikel: Two

Lebih terperinci

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat didorong oleh kualitas pendidikan manusia. Ilmu pengetahuan memang bersifat objektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Etika merupakan refleksi atas moralitas. Akan tetapi, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, etika bukan sekedar refleksi tetapi refleksi ilmiah tentang tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan I Sunni atau Ahl al-sunnah Wa al- Jama ah atau terkadang juga dikenal dengan sebutan ASWAJA merupakan paham yang berdasarkan pada tradisi Nabi Muhammad SAW, di samping berdasar pada Al Qur an sebagai sumber

Lebih terperinci

Tidak Ada Paksaan Dalam Islam

Tidak Ada Paksaan Dalam Islam Tidak Ada Paksaan Dalam Islam Thursday, March 17, 2016 https://www.itsme.id/tidak-ada-paksaan-dalam-islam/ Oleh : Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si [Klik disini untuk profile Penulis] it's me - Salah satu,

Lebih terperinci

DONOR ORGAN TUBUH. Oleh Nurcholish Madjid

DONOR ORGAN TUBUH. Oleh Nurcholish Madjid MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI DONOR ORGAN TUBUH Oleh Nurcholish Madjid Praktik kedokteran menyangkut donasi organ tubuh tampaknya belum pernah ada dalam zaman klasik Islam. Karena itu, permasalahan ini dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia,

Lebih terperinci

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Dasar Filosofis Rukun: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan

Lebih terperinci

LRC. Oleh : Harun Azwari (Peneliti LRC) Latar Belakang

LRC. Oleh : Harun Azwari (Peneliti LRC) Latar Belakang Oleh : Harun Azwari (Peneliti ) Latar Belakang Ilmu hukum adalah ilmu yang mandiri atau otonom, keberadaannya betul-betul independen lepas sama sekali dari anasir-anasir di luar dirinya. Ungkapan tersebut

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

Misiologi David Bosch

Misiologi David Bosch Misiologi David Bosch Definisi Sementara Misi. 1. Iman Kristen bersifat misioner, atau menyangkali dirinya sendiri. Berpegang pada suatu penyingkapan yang besar dari kebenaran puncak yang dipercayai penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Pedoman Perilaku Mahasiswa Universitas Negeri Makassar Dokumen dihasilkan oleh:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6 SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling

Lebih terperinci

BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2

BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2 BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2 Pendahulun Buku yang dibahas sekarang adalah tulisan yang dihasilkan melalui proses yang cukup panjang. Terbitnya buku ini diawali

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu, reposisi dan reformulasi metode dakwah di era kontemporer merupakan

BAB I PENDAHULUAN. itu, reposisi dan reformulasi metode dakwah di era kontemporer merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti membutuhkan informasi untuk menambah pengetahuan dalam kehidupannya, baik informasi umum maupun infomasi agama. Segala informasi tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) MATERI PERTEMUAN II Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) Tujuan Instruksional Umum: Agar mahasiswa memahami Kerangka dasar Agama Islam dan Hukum Islam serta keterkaitan keduanya

Lebih terperinci

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Istilah addin al-islam Tercantum dalam Al-Qur an Surat al-maaidah (5) ayat 3, mengatur hubungan manusia dengan Allah (Tuhan), yang bersifat vertikal, hubungan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci