BLOCK BOOK Mata Kuliah : Hukum Perundang undangan (HPU) Kode : WEI 4237

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BLOCK BOOK Mata Kuliah : Hukum Perundang undangan (HPU) Kode : WEI 4237"

Transkripsi

1 BLOCK BOOK Mata Kuliah : Hukum Perundang undangan (HPU) Kode : WEI 4237 Team Pengajar : Gede Marhaendra Wijaatmaja,SH.MHum Made Nurmawati,SH.MH Luh Gede Astariyani,SH.MH Made Ari Yuliartini Griadhi,SH.MH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA BALI INDONESIA 2009 Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 1

2 1. Identitas Mata Kuliah. WEI4237 : Hukum Perundang undangan (HPU) Team Pengajar : Gede Marhaendra Wijaatmaja,SH.MHum Made Nurmawati,SH.MH Luh Gede Astariyani,SH.MH Made Ari Yuliartini Griadhi,SH.MH Status Mata Kuliah : Mata Kuliah wajib program kekhususan SKS : 2 2. Diskripsi Mata Kuliah: Substansi Mata Kuliah Hukum Perundang undangan ini disamping mengkaji aspek aspek teoritis dari perundang undangan, juga mengkaji aspek aspek hukum dari perundangundangan berkaitan dengan pengertian, norma hukum peraturan perundangan undangan (jenis, sifat, struktur norma hokum dan metode dalam merumuskan norma hukum). Hal lainya yang dikaji adalah menyangkut sumber kewenangan perundang undangan.dari mana sumber kewenangan itu berasal merupakan hal yang penting bagi sah/tidaknya peraturan tersebut. Sebagai sebuah Negara hukum, dimana setiap tindakan pemerintah ataupun rakyat harus berdasarkan kepada peraturan, maka substansi perkuliahan ini juga mencakup dasar dasar pembentukan peraturan perundang undangan, jenis/materi, proses pembentukan serta pengawasan atau pengujian peraturan perundang undangan. 3.Tujuan Mata Kuliah: Melalui pemahaman terhadap mata kuliah Hukum Perundang undangan ini diharapkan mahasiswa mampu memahami teori, asas, kaidah hukum pembentukan peraturan perundangundangan baik menyangkut perumusan norma hukum, proses pembentukan maupun pengawasannya. 4. Metode dan Strategi Proses Pembelajaran: Metode perkuliahan adalah Problem Based Learning (PBL) pusat pembelajaran ada pada mahasiswa. Metode yang diterapkan adalah belajar (learning) bukan mengajar (teacing). Strategi pembelajaran : kombinasi perkuliahan 50% ( 6 kali pertemuan perkuliahan) dan tutorial 50% (6 kali pertemuan tutorial). Satu pertemuan untuk Tes Tengah Semester, dan satu kali pertemuan untuk Tes Akhir Semester (TAS). Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 2

3 Pelaksanaan Perkuliahan dan Tutorial. Dalam Mata kuliah Hukum Perundang undangan ini perkuliahan direncanakan berlangsung selama 6 kali yaitu pertemuan ke 1,3,5,7,9, dank e 11. Tutorial 6 kali pertemuan yaitu: pertemuan ke 2, 4,6,8, 10 dan ke 12. Strategi perkuliahan: Perkuliahan berkaitan dengan pokok bahasan akan dipaparkan dengan alat bantu media berupa papan tulis, power point slide, serta penyiapan bahan bacaan tertentu diakses oleh mahasiswa. Sebelum mengikuti perkuliahan mahasiswa sudah mempersiapkan diri (self study) mencari bahan materi, membaca dan memahami pokok bahasan yang akan dikuliahkan sesuai dengan arahan (guidance) dalam Block Book. Tekhnik perkuliahan: pemaparan materi, Tanya jawab dan diskusi (proses pembelajaran dua arah). Strategi Tutorial: Mahasiswa mengerjakan tugas tugas : (Discuccion Task, Study Task dan Problem Task) sebagai bagian dari self study (20 jam perminggu), kemudian berdiskusi di kelas tutorial dan presentasi power point. Dalam 6 kali tutorial di kelas, mahasiswa diwajibkan: o Menyetor karya tulis berupa paper sesuai dengan topic tutorial 4,5,6. Pilih salah satu topic tersebut dan disetor paling lambat pada tutorial ke 6. o Mempresentasikan tugas tutorial dalam bentuk power point untuk tugas tutorial 4,5,6.Presentasi dilakukan saat tutorial 4 dan 6. 5.Ujian dan Penilaian. Ujian Ujian dilaksanakan dua kali dalam bentuk tertulis yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Penilaian Penilaian akhir dari proses pembelajaran ini berdasarkan rumus nilai akhir sesuai buku pedoman yaitu: (UTS+TT) + 2(UAS) 2 NA 3 Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 3

4 Nilai Range A B B C C D D E Materi Perkuliahan (Organisasi Perkuliahan) I. Pendahuluan a.pengertian Ilmu Perundang undangan,ppu,hukum perundang undangan,dan Hukum Tata Pengaturan. b.domain studi hukum perundang undangan c.pendekatan dalan studi hukum Perundang undangan d.letak Hukum perundang undangan dalam system hukum II. Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang undangan a.pengertian norma hukum b.asas hokum,norma hukum dan aturan hukum c.jenis norma hukum d.sifat norma hukum e.struktur norma hukum dalam aturan hokum f.metode perumusan norma hukum dalam aturan hukum III.Sumber Kewenangan Perundang undangan a.pengertian sumber kewenangan b.kewenangan Atribusi c.kewenangan Delegasi d.perbedaan sumber kewenangan Perundang undangan dengan sumber kewenangan pemerintahan. IV. Sejarah Perundang undangan a.periode Kolonial b.periode awal Proklamasi c.demokrasi Parlementer d.demokrasi Terpimpin e.demokrasi Pancasila f.periode Reformasi Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 4

5 V. Dasar Dasar Pembentukan Peraturan Perundang undangan a.landasan Keberlakuan Peraturan perundang undangan b.asas asas pembentukan Peraturan Perundang undangan VI. Jenis dan Materi Muatan Peraturan Perundang undangan a.jenis Peraturan Perundang undangan Pusat dan Daerah b.fungsi Peraturan Perundang undangan c.materi muatan Peraturan Perundang undangan VII. Proses Pembuatan Peraturan Perundang undangan a.proses pembuatan UU b.proses Pembuatan PP dan Perpres c.partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan PPU VIII. Pengawasan dan Pengujian Peraturan Perundang undangan a.pengawasan Perda dan Peraturan dibawahnya bpengujian Konstitusionalitas UU c.pengujian legalitas PPU dibawah UU 7. BAHAN BACAAN: Peraturan Perundang Undangan. UUD Tahun 1945 UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan Putusan Perkara Mahkamah Konstitusi No.065/PUU II/2004 Perpres No.68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang Undang, Rancangan Perpu,Rancangan PP dan Rancangan Perpres Literatur : Abdul Latief,Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)Pada Pemerintahan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2005 Bagir Manan, dasar dasar Peraturan Perundang undangan Indonesia, Indo Hill Co, Jakarta,1992 Hamid S Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,Disertasi Doktor,Fakultas Pasca Sarjana UI, Jakarta,1990 Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 5

6 I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung 2008 Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007, Ilmu Perundang undangan 2: Proses dan Teknik Pembentukannya, Penerbit Kanisius, jogyakarta, 2007 I.C.Van Der Viles, Buku Pegangan Perancangan Peraturan Perundang undangan Terjemahan, Dirjen Perundang undangan Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta 2005 Supardan Madeong dan Zudan Arif Fakrulloh, Legal Drafting berporos Hukum Humanis Partisipatoris, Perca,Jakarta,2005 Hamzah Halimdan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis disertai manual) Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Emperis,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009 Rosjidi Ranggawidjaya, Pengantar Ilmu Perundang Undangan, Mandar Maju, Bandung, 1998 Fatmawati, Hak Menguji (Toetsingsrecht) yang dimiliki hakim dalam system hukum Indonesia, Taja Grafindo Persada, Jakarta, Persiapan Proses Perkuliahan Sebelum perkuliahan dimulai mahasiswa diwajibkan sudah memiliki block book mata kuliah Hukum Perundang undangan (HPU), dan sudah mempersiapkan materi sehingga perkuliahan dan tutorial dapat terlaksana dengan lancer. PERTEMUAN KE 1 : PERKULIAHAN KE 1 (Lectures) Pendahuluan Pengertian Ilmu Perundang undangan,ppu,hukum perundang undangan,dan Hukum Tata Pengaturan. Domain studi hukum perundang undangan Pendekatan dalan studi hukum Perundang undangan Letak Hukum perundang undangan dalam system hukum Bahan Bacaan: Bagir Manan, dasar dasar Peraturan Perundang undangan Indonesia, Indo Hill Co, Jakarta,1992 Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006 Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 6

7 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007 Amiroedin Syarif, Perundang Undangan Dasar, Jenis dan teknik Membuatnya,Rineka Cipta, Jakarta,1997 Rosjidi Ranggawidjaya, Pengantar Ilmu Perundang Undangan, Mandar Maju, Bandung, PERTEMUAN KE 2 : Tutorial 1 Discussion Task Study Task Peraturan perundang undangan adalah merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lebih lebih dengan telah ditegaskannya bahwa Indonesia adalah merupakan Negara hukum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Tahun Hanya saja di dalam UUD Tahun 1945, tidak jelas apa lingkup dan pengertian Peraturan perundang undangan ataupun undang undang. Kata undang undang ada yang ditulis dalam huruf kecil (undangundang), dan ada pula yang ditulis dengan huruf awal huruf besar (Undang Undang), dan dalam kepustakaan kita juga mengenal beberapa istilah berkaitan dengan perundang undangan yakni ilmu perundang undangan, perundang undangan, peraturan perundang undangan, hukum perundang undangan, hukum tata pengaturan dan pembentukan peraturan perundang undangan. Apakah yang dimaksud dengan istilah istilah tersebut. Apakah makna Undang Undang (Huruf awal huruf besar) dan undang undang (huruf kecil) itu sama?. Dimanakah letak hukum perundangan undangan dalam system hukum serta apa yang menjadi domain studi hukum perundang undangan. Pendekatan apa yang dipakai dalam studi hukum perundang undangan. Bahan Bacaan: UU No.10 Tahun 2004 Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta, 2006, hal Amiroedin Syarif, Perundang undangan Dasar,Jenis, dan Teknik Membuatnya, Rineka Cipta, Jakarta, hal.1 5 Bagir Manan, dasar dasar Peraturan Perundang undangan Indonesia, Indo Hill Co, Jakarta,1992 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007, hal.1 4 I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung 2008,hal.5 14 Rosjidi Ranggawidjaya, Pengantar Ilmu Perundang Undangan, Mandar Maju, Bandung, 1998,hal Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 7

8 PERTEMUAN KE 3 : PERKULIAHAN KE 2 (Lectures) Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang undangan Pengertian norma hukum Asas hukum,norma hukum dan aturan hukum Jenis norma hukum Sifat norma hukum Struktur norma hukum dalam aturan hukum Metode perumusan norma hukum dalam aturan hukum Bahan Bacaan : Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007 Bagir Manan, dasar dasar Peraturan Perundang undangan Indonesia, Indo Hill Co, Jakarta,1992 I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung 2008,hal PERTEMUAN KE 4 : Totorial 2 a.discussion Task Study Task Di dalam kehidupan masyarakat, selalu terdapat berbagai macam aturan norma yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun lingkungannya. Norma inilah yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi tata cara kita berperilaku atau bertindak. Di Negara kita terdapat bermacam macam norma seperti norma adat, norma agama, norma moral,dan norma hukum Negara. Dalam merumuskan norma hukum maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan baik dari segi bahasa, sistematika, maupun isi norma hukum agar produk hukum yang dihasilkan tidak menimbulkan multi tafsir dan dapat berlaku dimasyarakat. Apakah yang dimaksud dengan norma?. Apakah norma hukum sama dengan norma lainnya?. Apa saja jenis dan sifat dari norma hukum?,dan bagaimana struktur norma hukum dalam Negara?. b.study Task Problem Task. Anda adalah seorang anggota DPR yang akan menyusun Rancangan Undang Undang (RUU) tentang kewarganegaraan, yakni RUU yang mengatur tentang siapa itu warga Negara Indonesia, Bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, dan cara kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Dari beberapa jenis dan sifat norma hukum yang ada tidak semua dapat dipakai untuk merumuskan norma ke dalam pasal pasal RUU Kewarganegaraan tersebut. Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 8

9 Tugas anda sebagai anggota DPR adalah mencoba merumuskan satu pasal yang berisi rumusan norma hukum yang sesuai dengan isi, jenis dan sifat norma hukum yang ada apakah merupakan norma hukum tunggal atau norma hukum berpasangan ataukah norma hukum umum abstrak, indifidual abstrak, dan sebagainya. Bahan bacaan: Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006.Hal.1 9. Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007.Hal Bagir Manan, dasar dasar Peraturan Perundang undangan Indonesia, Indo Hill Co, Jakarta,1992 I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung 2008,hal Amiroedin Syarif, Perundang undangan Dasar, Jenis, dan Teknik Membuatnya, Rineka Cipta, Jakarta, hal.1 5 Rosjidi Ranggawidjaya, Pengantar Ilmu Perundang Undangan, Mandar Maju, Bandung, 1998,hal PERTEMUAN KE 5 : PERKULIAHAN KE 3 (Lectures) Sumber Kewenangan Perundang undangan Pengertian sumber kewenangan Kewenangan Atribusi Kewenangan Delegasi Perbedaan sumber kewenangan Perundang undangan dengan sumber kewenangan pemerintahan. Sejarah Perundang undangan Bahan Bacaan : I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung, 2008,hal.49 51, hal Supardan Madeong, Teknik Perundang Undangan di Indonesia,Perca,Jakarta,2005, hal Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006.Hal Supardan Madeong dan Zudan Arif Fakrulloh, Legal Drafting Berporos Hukum Humanis Partisipatoris, Perca, Jakarta, 2005, hal Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007.Hal Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 9

10 Rosjidi Ranggawidjaya, Pengantar Ilmu Perundang Undangan, Mandar Maju, Bandung, 1998,hal PERTEMUAN KE 6 : Tutorial 3 Discussion Task. Kedudukan peraturan perundang undangan dalam system hukum adalah termasuk dalam lingkungan hukum tertulis. Hukum tertulis adalah hukum yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, dengan bentuk atau format tertentu. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang diberi wewenang oleh peraturan perundang undangan yang berlaku untuk membentuk hukum. Hukum/peraturan yang dibuat oleh bukan pejabat yang berwenang dapat mengakibatkan peraturan tersebut batal demi hukum. Jelaskan apa yang dimaksud dengan wewenang dan kewenangan. Dengan cara bagaimana kewenangan tersebut dapat diperoleh?. Apa bedanya sumber kewenangan perundang undangan dan sumber kewenangan pemerintahan. Bagaimana sejarah perundang undangan di Indonesia?. Bahan Bacaan : I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung, 2008,hal.49 51, hal Supardan Madeong, Teknik Perundang Undangan di Indonesia,Perca,Jakarta,2005, hal Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006.Hal Supardan Madeong dan Zudan Arif Fakrulloh, Legal Drafting Berporos Hukum Humanis Partisipatoris, Perca, Jakarta, 2005, hal Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007.Hal Rosjidi Ranggawidjaya, Pengantar Ilmu Perundang Undangan, Mandar Maju, Bandung, 1998,hal PERTEMUAN KE 7 : PERKULIAHAN KE 4 (Lectures) Dasar Dasar, Jenis dan Materi Peraturan Perundang undangan Landasan Keberlakuan Peraturan perundang undangan Asas asas pembentukan Peraturan Perundang undangan Jenis Peraturan Perundang undangan Pusat dan Daerah Fungsi Peraturan Perundangundangan Materi muatan Peraturan Perundang undangan Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 10

11 Bahan Bacaan: Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007.Hal Amiroedin Syarif, Perundang undangan Dasar,Jenis, dan Teknik Membuatnya, Rineka Cipta, Jakarta, hal.31 60, Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006.Hal Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Disertai Manual): Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Emperis, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2009,hal.1 29 dan Supardan Madeong, Teknik Perundang Undangan di Indonesia,Perca,Jakarta,2005, hal PERTEMUAN KE 8 : Tutorial 4 Discussion Task Study Task Untuk membuat suatu peraturan perundang undangan yang baik (good legislation) ada beberapa landasan dan asas asas yang perlu diperhatikan yakni landasan filosofis, sosiologis dan yuridis. Di Indonesia terdapat berbagai jenis peraturan perundang undangan untuk tingkat pusat maupun tingkat daerah dan memiliki bermacam macam fungsi dan materi muatan. Apa yang dimaksud dengan landasan filosofis, sosiologis dan yuridis tersebut?. Dari segi asas maka harus memperhatikan asas formal dan material. Apa yang dimaksud dengan asas formal dan material?. Apa saja jenis dan fungsi dari peraturan perundang undangan di Indonesia, serta apa yang menjadi materi muatan dari masing masing peraturan perundang undangan tersebut?. Bahan Bacaan : Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007.Hal Amiroedin Syarif, Perundang undangan Dasar,Jenis, dan Teknik Membuatnya, Rineka Cipta, Jakarta, hal.31 60, Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006.Hal Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Disertai Manual): Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Emperis, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2009,hal.1 29 dan Supardan Madeong, Teknik Perundang Undangan di Indonesia,Perca,Jakarta,2005, hal Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 11

12 PERTEMUAN KE 9 : PERKULIAHAN KE 5 (Lectures) Proses Pembuatan Peraturan Perundang undangan Proses pembuatan UU Proses Pembuatan PP dan Perpres Partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan PPU Bahan Bacaan: UU No.10 Tahun 2004 Perpres No.68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang Undang, Rancangan Perpu,Rancangan PP dan Rancangan Perpres Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006.Hal Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Disertai Manual): Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Emperis, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2009,hal Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007.Hal I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung 2008,hal PERTEMUAN KE 10 : Tutorial 5 Study Task Problem Task Banyak masalah social yang terjadi di Indonesia, yang belum dapat ditangani dengan baik seperti masalah terhad anak anak. Dalam berbagai media sering diberitakan bagaimana anak menjadi obyek eksploitasi dari orang tua seperti pemanfaatan anak anak untuk kepentingan ekonomi ( menjadi pengemis, pekerja, bahkan pernikahan dini demi ekonomi keluarga ), anak juga sering menjadi obyek perdagangan baik oleh orang tua kandungnya maupun orang lain, dan juga sering kita dengar berbagai kasus kekerasan terhadap anak. Pemerintah bermaksud mengatasi hal ini dengan membuat peraturan perundang undangan. Peraturan perundang undangan yang ada dirasakan belum mampu memberikan perlindungan terhadap anak anak tersebut. Tugas : mahasiswa terbagi menjadi 3 group, masing masing group memainkan peran sebagai pemerintah, anggota DPR dan masyarakat. Masing masing group akan berperan sebagai pihakpihak yang akan terlibat dalam penyusunan RUU tersebut diatas. Group pemerintah akan berperan mengusulkan RUU tersebut dan berperan membahas RUU tsb di Pemerintah maupun DPR. Group DPR akan berperan sebagai anggota DPR yang akan membahas RUU dari Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 12

13 pemerintah baik ketika RUU masuk ke DPR ataupun ketika pembahasan di DPR. Group masyarakat berperan sebagai orang orang yang berpartisipasi dalam proses penyusunan RUU tersebut. Bahan Bacaan : UU No.10 Tahun 2004 Peraturan Tata Tertib DPR ( Perpres No.68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang Undang, Rancangan Perpu,Rancangan PP dan Rancangan Perpres Jimly Assidiqie, Perihal Undang Undang, Konstitusi Press, Jakarta,2006.Hal Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah (Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Disertai Manual): Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi Emperis, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2009,hal Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang Undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,2007.Hal I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung 2008,hal PERTEMUAN KE 11 : PERKULIAHAN KE 7 (Lectures) Pengawasan dan Pengujian Peraturan Perundang undangan Pengawasan Perda dan Peraturan dibawahnya Pengujian Konstitusionalitas UU Pengujian legalitas PPU dibawah UU Bahan Bacaan: I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung 2008,hal Hamid S Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,Disertasi Doktor,Fakultas Pasca Sarjana UI, Jakarta,1990 Abdul Latief, Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)Pada Pemerintahan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2005 Irawan soejito, Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah,Bina Aksara, Jakarta,1983. Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 13

14 PERTEMUAN KE 12 : Tutorial 6 a.discussion Task Study Task. 1. Pengawasan terhadap segala kegiatan pemerintahan di daerah termasuk Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala daerah, merupakan akibat dari Negara kesatuan. Konsekwensi dari Negara kesatuan adalah bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan harus selalu ada keserasian dan keharmonisan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengawasan adalah sebagaian dari kewenangan pemerintahan dan merupakan konsekwensi dari sebuah Negara hukum. Pengawasan apa saja yang dapat dilakukan terhadap Perda dan Kepda?. Apa yang dimaksud dengan pengawasan Preventif, Represif dan pengawasan umum?, serta apa perbedaan antara pengawasan prefentif dan represif. Lembaga mana yang berwenang melakukan pengawasan tersebut?. 2. Tidak ada suatu produk hukum yang sempurna. Ketidak sempurnaan dapat diakibatkan oleh berbagai factor antara lain ketidak mampuan penyusunnya dalam merumuskan norma, sehingga sering terjadi norma kabur, mempunyai arti ganda (ambiguity), terlalu luas (overbulkiness), berlebihan (redundancy), dan sebagainya. Atau dapat pula karena kesepakatan kesepakatan politik para penyusunnya. Untuk itulah maka perlu adanya upaya pengujian terhadap produk produk hukum yang dihasilkan melalui apa yang disebut dengan hak menguji (judicial review). Apa yang dimaksud dengan judicial review?, Siapa yang berwenang melakukan judicial review?, dan Produk hukum apa saja yang dapat dimintakan judicial review?. Serta bagian mana dari peraturan perundang undangan yang dapat dimintakan judicial review, dan apa akibat hukum dari judicial review?. b.problem Task Mahkamah Konstitusi pada tanggal 8 Agustus 2006 mengeluarkan keputusan yakni Putusan Perkara No.065/PUU II/2004 tentang pengujian UU No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Pemohon menganggap bahwa hak konstitusionalnya dirugikan berkaitan dengan berlakunya Pasal 43 ayat (1) UU No.26 Tahun 2000, yang memberikan landasan persidangan berdasarkan asas berlaku surut. Hak untuk tidak dituntut dengan menggunakan asas berlaku surut adalah merupakan HAM yang ada pada setiap orang tanpa kecuali dan tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun sebagaimana ditentukan dalam Pasal 28I ayat (1) UUD Tahun Karena itu Pasal 43 ayat (1) UU No.26 Tahun 2000 terhadap perkara pelanggaran berat yang diajukan pemohon (Amrozi,dkk) dianggap telah merugikan hak konstitusionalnya. Tugas : anda adalah hakim konstitusi yang akan menyidangkan dan memutuskan perkara tersebut, yakni apakah asas retroaktif bertentangan ataukah tidak dengan ketentuan UUD Tahun Sebagai hakim langkah langkah apa/ argumentasi hukum apa yang akan dipakai dalam mengkaji permasalahan tersebut diatas. Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 14

15 Bahan Bacaan: I Gede Panca Astawa dan Na a Suprin, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundangundangan, Alumni Bandung 2008,hal Hamid S Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,Disertasi Doktor,Fakultas Pasca Sarjana UI, Jakarta,1990 Abdul Latief, Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)Pada Pemerintahan Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2005 Irawan soejito, Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah,Bina Aksara, Jakarta,1983,hal Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 065/PUU II/2004 Hukum Perundang-undangan, Bagaian HTN, 2009 Page 15

HUKUM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

HUKUM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT HUKUM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM NEGARA HUKUM Herlin Wijayati.SH.MH Bagian Hukum Tata Negara FHUB

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah TEORI DAN METODE PERANCANGAN PERUNDANG-UNDANGAN

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah TEORI DAN METODE PERANCANGAN PERUNDANG-UNDANGAN SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah TEORI DAN METODE PERANCANGAN PERUNDANG-UNDANGAN PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012 SILABI A. IDENTITAS

Lebih terperinci

TEORI DAN HUKUM KONSTITUSI WHI 3215 Block Book

TEORI DAN HUKUM KONSTITUSI WHI 3215 Block Book TEORI DAN HUKUM KONSTITUSI WHI 3215 Block Book Planning Group: Edward T.L. Hadjon, S.H., LL.M. (Koordinator) e mail: www.hadjon.edward@gmail.com I Gede Yusa S.H., M.H. Bagian Hukum Tata Negara FH UNUD.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang

Lebih terperinci

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) I Pembahasan tentang dan sekitar membangun kualitas produk legislasi perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH BLOCK BOOK HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH KODE MATA KULIAH : WCI 3222 STATUS MATA KULIAH : PROGRAM KEHKUSUSAN HUKUM PEMERINTAHAN (PK.III) SKS : 2 (DUA) SEMESTER : III (TIGA) PLANNING GROUP : PROF.DR. IBRAHIM,

Lebih terperinci

Pemetaan Kedudukan dan Materi Muatan Peraturan Mahkamah Konstitusi. Rudy, dan Reisa Malida

Pemetaan Kedudukan dan Materi Muatan Peraturan Mahkamah Konstitusi. Rudy, dan Reisa Malida Pemetaan Kedudukan dan Materi Muatan Peraturan Mahkamah Konstitusi Rudy, dan Reisa Malida Dosen Bagian Hukum Tata Negara FH Unila Mahasiswa Bagian HTN angkatan 2009 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABI Fakultas : Ilmu Sosial Jurusan/Program Studi : PKNH Mata Kuliah : PKH423 Hukum Tata Negara SKS : 4 Semester : 4 (A & B) Dosen : 1. Sri Hartini,

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219

Mata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219 Block Book Mata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219 Planning Group: 1. Prof. R.A. Retno Murni, SH.MH.Ph.D 2. Dr. I Wayan Wiryawan,SH.MH 3. AA Dharma Kusuma,SH.MH Bagian Hukum Perdata

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bhakti.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bhakti. DAFTAR PUSTAKA Buku: Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bhakti. Armen Yasir, 2007. Hukum Perundang-Undangan. Bandar Lampung: Pusat Studi Universitas Lampung. Bagir

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM. diprogramkan. Sedangkan menurut M. Efendi efektifitas adalah indikator dalam tercapainya

BAB III TINJAUAN UMUM. diprogramkan. Sedangkan menurut M. Efendi efektifitas adalah indikator dalam tercapainya BAB III TINJAUAN UMUM A. Pengertian Efektifitas dan Syarat Efektifnya Suatu Undang-Undang Efektifitas adalah segala sesuatu yang aplikasinya berjalan sesuai dengan yang diprogramkan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG ~, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM [TIRTA MAHOTTAMA] SURAT PERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian analisa terhadap judul dan topik pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengesahan perjanjian internasional

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Peraturan Perundang-undangan sebagai produk hukum, bukan merupakan produk

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Peraturan Perundang-undangan sebagai produk hukum, bukan merupakan produk BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Peraturan Perundang-undangan Peraturan Perundang-undangan sebagai produk hukum, bukan merupakan produk politik semestinya ditempatkan sebagai norma yang digali bersumber

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri I. PEMOHON 1. Abda Khair Mufti (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Muhammad Hafidz (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana yang ditegaskan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana yang ditegaskan di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana yang ditegaskan di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

Bola Panas Putusan Pengujian Undang-Undang Pengesahan Piagam ASEAN oleh: Ade Irawan Taufik *

Bola Panas Putusan Pengujian Undang-Undang Pengesahan Piagam ASEAN oleh: Ade Irawan Taufik * Bola Panas Putusan Pengujian Undang-Undang Pengesahan Piagam ASEAN oleh: Ade Irawan Taufik * Penantian panjang hampir dua tahun, terjawab sudah pada hari Selasa, tanggal 26 Februari 2013 kemarin. Mahkamah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum I. PEMOHON Drs. Rahmad Sukendar, SH. Kuasa Hukum Didi Karya Darmawan, SE.,

Lebih terperinci

KONSTITUSI DAN RULE OF LAW

KONSTITUSI DAN RULE OF LAW KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Modul ke: 07 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Manajemen A. Pengertian dan Definisi Konstitusi B. Hakikat dan fungsi Konstitusi (UUD) C. Dinamika Pelaksanaan

Lebih terperinci

SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258

SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258 SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258 BLOCK BOOK Planning group : I Ketut Keneng, SH,MH ( Kordinator) Bagian Hukum Acaraa FH UNUD, Telp. 431876, e mail: re_keneng@yahoo.com I Wayan Tangun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008 MAHKAMAH KONSTITUSI R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008 Pokok Bahasan Latar Belakang Kelahiran Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP HASIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MELALUI PROSES EXECUTIVE REVIEW

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP HASIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MELALUI PROSES EXECUTIVE REVIEW 77 BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP HASIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MELALUI PROSES EXECUTIVE REVIEW Pemerintah Pusat memiliki kewenangan pengawasan terhadap Pemerintah daerah. Pengawasan tersebut

Lebih terperinci

Bahan Analisis. RUU tentang Perubahan atas UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan. Supporting System A-194

Bahan Analisis. RUU tentang Perubahan atas UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan. Supporting System A-194 Bahan Analisis RUU tentang Perubahan atas UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan Supporting System A-194 Masukan Supporting System A-194 atas RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Norma hukum yang berlaku di Indonesia berada dalam sistem berlapis dan

BAB I PENDAHULUAN. Norma hukum yang berlaku di Indonesia berada dalam sistem berlapis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Norma hukum yang berlaku di Indonesia berada dalam sistem berlapis dan berjenjang sekaligus berkelompok-kelompok dimana suatu norma berlaku, bersumber pada norma yang

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006 I. PEMOHON Yandril, S.Sos. dkk KUASA PEMOHON M. Luthfie Hakim. dkk II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG Undang-undang Nomor 32

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold I. PEMOHON Partai Nasional Indonesia (PNI) KUASA HUKUM Bambang Suroso, S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehakiman diatur sangat terbatas dalam UUD Buku dalam pasal-pasal yang

BAB I PENDAHULUAN. kehakiman diatur sangat terbatas dalam UUD Buku dalam pasal-pasal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi Nasional tahun 1998 telah membuka peluang perubahan mendasar atas Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang disakralkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

Oleh: Iskandar Muda, S.H., M.H. Pengajar Hukum Acara Mahkamah Konstitusi DLB Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung

Oleh: Iskandar Muda, S.H., M.H. Pengajar Hukum Acara Mahkamah Konstitusi DLB Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung Oleh: Iskandar Muda, S.H., M.H. Pengajar Hukum Acara Mahkamah Konstitusi DLB Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung UU yg dpt Dimohonkan utk Pengujian Pihak yg dpt Bertindak sbg Pemohon Pihak Terkait

Lebih terperinci

KRIMINOLOGI KODE MATA KULIAH : MKK 077 BLOCK BOOK. Planing Group :

KRIMINOLOGI KODE MATA KULIAH : MKK 077 BLOCK BOOK. Planing Group : KRIMINOLOGI KODE MATA KULIAH : MKK 077 BLOCK BOOK Planing Group : Dr. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H. I Ketut Rai Setiabudhi, S.H., M.S. Gde Made Swardhana, S.H., M.H. Sagung Putri S.E. Purwani, S.H.

Lebih terperinci

Ringkasan Putusan.

Ringkasan Putusan. Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 140/PUU-VII/2009 tanggal 19 April 2010 atas Undang- Undang Nomor 1/PNPS/Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan bukan Negara Serikat maupun Negara Federal. Suatu bentuk Negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online ANALISA MENGENAI JALUR HAKIM NONKARIR DALAM PERKARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG MAHKAMAH AGUNG Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 20 Juli 2016; disetujui: 19 September 2016 Keberadaan Hakim Agung dari

Lebih terperinci

Riki Yuniagara: Jenis dan Hirarki Peraturan...

Riki Yuniagara: Jenis dan Hirarki Peraturan... Buku Saku: Studi Perundang-Undangan, Edisi Ke-3 1 Buku Saku: Studi Perundang-undangan Edisi Ke-3 JENIS DAN HIRARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA DALAM LINTAS SEJARAH (TAP MPR dari Masa ke Masa)

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

Catatan Koalisi Perempuan Indonesia terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 46/PUU-XIV/2016

Catatan Koalisi Perempuan Indonesia terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 46/PUU-XIV/2016 Catatan Koalisi Perempuan Indonesia terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 46/PUU-XIV/2016 DPR & PRESIDEN PERLU MEMPERHATIKAN PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MERUMUSKAN PASAL KESUSILAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5234 ADMINISTRASI. Peraturan Perundang-undangan. Pembentukan. Teknik Penyusunan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum sebagaimana termuat dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD RI 1945).

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG KEBIDANAN DAN RUU TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sebagai hukum dasar yang digunakan untuk penmbentukan dan penyelenggaraan Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar, yang pertama kali disahkan berlaku sebagai konstitusi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA

Lebih terperinci

Pengujian Peraturan. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Pengujian Peraturan. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Pengujian Peraturan R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Pokok Bahasan Dasar Hukum Pengujian Peraturan Memahami pengujian peraturan di Mahkamah

Lebih terperinci

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 149/PUU-VII/2009 Tentang UU Ketenagalistrikan Perusahaan listrik tidak boleh memiliki usaha yang sama dalam satu wilayah I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN,

Lebih terperinci

1

1 1 MEWUJUDKAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BAIK Politik Hukum Proses Pembentukan Materi Muatan Asas Hukum Menjawab Kebutuhan 2 POLITIK HUKUM PENYUSUNAN PERUNDANG-UNDANGAN UUD 1945 UU 12 TAHUN 2011 PERATURAN

Lebih terperinci

Pengujian Ketentuan Penghapusan Norma Dalam Undang-Undang Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

Pengujian Ketentuan Penghapusan Norma Dalam Undang-Undang Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Pengujian Ketentuan Penghapusan Norma Dalam Undang-Undang Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Pendahuluan Mahkamah Konstitusi memutus Perkara Nomor 122/PUU-VII/2009

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH Makna Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Apa informasi yang kalian peroleh

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN I. UMUM Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

SILABI MATA KULIAH. 1. Sejaran PKn 2. Visi, misi, fungsi PKn paradigma baru

SILABI MATA KULIAH. 1. Sejaran PKn 2. Visi, misi, fungsi PKn paradigma baru SIL/PSD 326/ Revisi : 02 8 Maret 2011 Hal 1 dari 4 SILABI MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Konsep Dasar PKn Kode Mata Kuliah : PSD 326 SKS : 3 Teori 0 Praktek Dosen : 1. 2. Wuri Wuryandani,M.Pd Program Studi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bagir manan, Dasar-Dasar Perundang-Undangan Indonesia, Jakarta: Indo Hill, 1992

DAFTAR PUSTAKA. Bagir manan, Dasar-Dasar Perundang-Undangan Indonesia, Jakarta: Indo Hill, 1992 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abraham Amos, Katatstropi & Quo Vadis sistem politk peradilan indonesia, Jakarta, Grafindo persada, 2007 Acmad Ruslan, Teori dan Panduan Praktik Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. pengaturan dibidang perkawinan yang dirumuskan kedalam Undang-Undang

BAB III PENUTUP. pengaturan dibidang perkawinan yang dirumuskan kedalam Undang-Undang BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Salah satu pengaturan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah pengaturan dibidang perkawinan yang dirumuskan kedalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (UU

Lebih terperinci

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015 DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015 POKOK BAHASAN Latar Belakang Kelahiran Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi dalam UUD 1945 Wewenang Mahkamah

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013.

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XI/2013 Pemenuhan Perjanjian Pekerjaan Waktu Tertentu, Perjanjian Pekerjaan Pemborongan, dan Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial I. PEMOHON Asosiasi

Lebih terperinci

PENGUJIAN UU TERHADAP UUD. Riana Susmayanti, SH. MH

PENGUJIAN UU TERHADAP UUD. Riana Susmayanti, SH. MH PENGUJIAN UU TERHADAP UUD Riana Susmayanti, SH. MH PENGUJIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Subyek yg melakukan pengujian a. Hakim (toetsingsrecht van de rechter / judicial review) b. Legislatif (legislative

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Pertemuan 7 dan 14 ANDY KURNIAWAN, SAP, MPA Staff Pengajar pada Jurusan Administrasi Publik Fakultasi Ilmu Administrai Universitas

Lebih terperinci

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016 URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016 Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Hukum Pemilu (RUU Kitab

Lebih terperinci

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. Lahir : Solo, 14 Juni 1949 Alamat Rumah : Jl. Margaguna I/1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Alamat Kantor : Mahkamah Konstitusi Jl. Medan Merdeka Barat No. 6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 (UUD Tahun 1945) telah melahirkan sebuah

PENDAHULUAN. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 (UUD Tahun 1945) telah melahirkan sebuah PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 (UUD Tahun 1945) telah melahirkan sebuah lembaga baru dengan kewenangan khusus yang merupakan salah satu bentuk judicial

Lebih terperinci

I. UMUM

I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PERKULIAHAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PERKULIAHAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PERKULIAHAN (GBPP) MATA KULIAH BEBAN SKS SEMESTER DOSEN : HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI : 2 SKS : V : Prof. Dr. I Nyoman Budiana, S.H., M.Si. I Nyoman Ngurah Suwarnatha, S.H., LL.M.

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. Istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving) dalam beberapa

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. Istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving) dalam beberapa 16 BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Pengertian Peraturan Perundang-Undangan Istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving) dalam beberapa kepustakaan mempunyai dua pengertian yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Oleh: A.A. Oka Mahendera, S.H.

Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Oleh: A.A. Oka Mahendera, S.H. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Oleh: A.A. Oka Mahendera, S.H. Disharmonisasi antara Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim I. PEMOHON Teguh Satya Bhakti, S.H., M.H. selanjutnya disebut

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah institusi yang berperan melakukan kegiatan pengujian konstitusional di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi I. PEMOHON Dr. Bambang Widjojanto, sebagai Pemohon. KUASA HUKUM Nursyahbani Katjasungkana,

Lebih terperinci

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KE-2 Registrasi Nomor: 74/PUU-X/2012 Tentang Pemberhentian Sementara Pengujian Peraturan Perundang- Undangan Di Bawah Undang-Undang Yang Sedang Dilakukan Mahkamah Agung I.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENGATURAN SUMBER HUKUM DAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Oleh: RETNO SARASWATI 1

PERKEMBANGAN PENGATURAN SUMBER HUKUM DAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Oleh: RETNO SARASWATI 1 PERKEMBANGAN PENGATURAN SUMBER HUKUM DAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Oleh: RETNO SARASWATI 1 I.PENDAHULUAN Sejak Indonesia merdeka sampai tahun 2004, Indonesia sebagai Negara

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 106/PUU-XII/2014 Larangan Rangkap Jabatan di Lembaga Negara Lain dan Menjadi Anggota Partai Politik bagi Anggota BPK I. PEMOHON 1. Ai Latifah Fardhiyah 2. Riyanti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA SEBAGAI PENEGAK PERATURAN DAERAH Sejarah Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA SEBAGAI PENEGAK PERATURAN DAERAH Sejarah Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA SEBAGAI PENEGAK PERATURAN DAERAH 2.1. Sejarah Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja Salah satu perangkat pemerintahan daerah yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004 I. PEMOHON Suta Widhya KUASA HUKUM JJ. Amstrong Sembiring, SH. II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air: Prosedur

Lebih terperinci

Peraturan Perundang-undangan:

Peraturan Perundang-undangan: DAFTAR PUSTAKA Adams. Wahiduddin, 2012, Proses Penyusunan Peraturan Daerah, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, AR. Suharyono, 2012, Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan Peraturann Perundangundangan,

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 1 ALINEA KE IV PEMBUKAAN UUD 1945 MEMUAT : TUJUAN NEGARA, KETENTUAN UUD NEGARA, BENTUK NEGARA, DASAR FILSAFAT NEGARA. OLEH KARENA ITU MAKA SELURUH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA EKSISTENSI PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN UNDANGAN DI INDONESIA MATERI DISAMPAIKAN OLEH: HAKIM KONSTITUSI MARIA FARIDA

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Formatted: Left: 3,25 cm, Top: 1,59 cm, Bottom: 1,43 cm, Width: 35,56 cm, Height:

Lebih terperinci

PROSES PENGHARMONISASIAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN WICIPTO SETIADI REFORMASI REGULASI = HARMONISASI? Harmonisasi : Rancangan PUU atau PUU Harmonisasi PUU =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang berlaku berada dalam sistem yang berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, sekaligus berkelompok-kelompok,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. legislatif dengan masyarakat dalam suatu Negara. kebutuhan-kebutuhannya yang vital (Ni matul Huda, 2010: 54).

BAB 1 PENDAHULUAN. legislatif dengan masyarakat dalam suatu Negara. kebutuhan-kebutuhannya yang vital (Ni matul Huda, 2010: 54). 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan undang-undang adalah bagian dari aktivitas dalam mengatur masyarakat, yang terdiri dari gabungan individu-individu manusia dengan segala dimensinya.merancang

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online PENGHAPUSAN KEWENANGAN PEMERINTAH UNTUK MEMBATALKAN PERDA; MOMENTUM MENGEFEKTIFKAN PENGAWASAN PREVENTIF DAN PELAKSANAAN HAK UJI MATERIIL MA Oleh: M. Nur Sholikin * Naskah diterima: 24 pril 2017; disetujui:

Lebih terperinci

BAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU

BAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU 62 BAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU 3.1. Kekuatan berlakunya Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN / MKPK 201/ 2 SKS Pertemuan ke 1 Pokok Bahasan Pengantar Perkuliahan Identitas (3) Sub Pokok Bahasan Sistem Perkuliahan Bahan Kajian Selama Perkuliahan

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

BLOCK BOOK Mata Kuliah: SOSIOLOGI HUKUM. Kode Mata Kuliah : WHM 5207

BLOCK BOOK Mata Kuliah: SOSIOLOGI HUKUM. Kode Mata Kuliah : WHM 5207 BLOCK BOOK Mata Kuliah: SOSIOLOGI HUKUM Kode Mata Kuliah : WHM 5207 Tim Penyusun Pengajar : : 1. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS 2. Ketut Rai Setiabudi, SH, MH. 3. Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, SH,MH.

Lebih terperinci

Klinik Hukum Perancangan Peraturan Daerah

Klinik Hukum Perancangan Peraturan Daerah Klinik Hukum Perancangan Peraturan Daerah SILABUS MATA KULIAH : KLINIK PERANCANGAN PRODUK HUKUM DAERAH PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum MATA KULIAH : Klinik Perancangan Produk Hukum Daerah KODE : - SEMESTER

Lebih terperinci

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI 25-27 APRIL 2011 Program Orientasi Tenaga Ahli DPR RI 25-27 April

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) HUKUM TATA NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) HUKUM TATA NEGARA Mata Kuliah : Hukum Tata Negara Kode/Bobot : 3 sks Waktu Pertemuan : 3 x 50 Menit Pertemuan : 1 (satu) A. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti pertemuan pertama ini, mahasiswa dapat memahami kompetensi

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDASARI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN *

POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDASARI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN * POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDASARI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN * Oleh: Dra. Hj. IDA FAUZIAH (Wakil Ketua Badan Legislasi DPR) A. Pendahuluan Dalam Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan kebijakan publik dan penyelenggaraan negara. Namun, pasca

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan kebijakan publik dan penyelenggaraan negara. Namun, pasca 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi tahun 1998 lalu, telah banyak membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap sistem ketetanegaraan Indonesia. Sistem ketatanegaraan

Lebih terperinci

BAB SATU PENDAHULUAN

BAB SATU PENDAHULUAN 1 BAB SATU PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam negara hukum, pembentukan undang-undang merupakan suatu bagian penting yang mendapat perhatian serius. Undang-undang dalam negara hukum berfungsi

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Intelijen negara diperlukan sebagai perangkat deteksi dini adanya ancaman terhadap keamanan nasional, tidak saja ancaman

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI PENDAHULUAN Pembentukan Peraturan Perundangundangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya

Lebih terperinci

Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Kode M.K. : WUI 4227 PENYUSUN PROF. DR. TIP. ASTITI, SH., MS. I KETUT WIRTA GRIADHI, SH., MH.

Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Kode M.K. : WUI 4227 PENYUSUN PROF. DR. TIP. ASTITI, SH., MS. I KETUT WIRTA GRIADHI, SH., MH. BLOCK BOOK Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Kode M.K. : WUI 4227 GFGTT PENYUSUN PROF. DR. TIP. ASTITI, SH., MS. I KETUT WIRTA GRIADHI, SH., MH. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR, 2009 1

Lebih terperinci

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIII/2015 Syarat Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Karena Melakukan Tindak Pidana Yang Diancam Dengan Pidana Penjara 5 (Lima) Tahun Atau Lebih Bagi Seseorang Yang Akan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi I. PEMOHON Pungki Harmoko II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Lebih terperinci

BAB III KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM PENGAJUAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

BAB III KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM PENGAJUAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG 31 BAB III KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM PENGAJUAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG A. Hak Inisiatif DPD dalam Membuat Rancangan Undang-Undang Di dalam UUD 1945 Pasal 22D ayat (1); dijelaskan bahwasanya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PP TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PP TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK Menetapkan: PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PP.01.01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci