BAB V IMPLEMENTASI PERANCANGAN SISTEM. Sebelum merealisasikan perancangan sistem kontrol kedalam sistem berbasis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V IMPLEMENTASI PERANCANGAN SISTEM. Sebelum merealisasikan perancangan sistem kontrol kedalam sistem berbasis"

Transkripsi

1 BAB V IMPLEMENTASI PERANCANGAN SISTEM 5.1 Kriteria Perancangan Sistem Sebelum merealisasikan perancangan sistem kontrol kedalam sistem berbasis komputer. Diperlukan penelaahan mengenai kriteria sistem yang akan dibuat. Secara keseluruhan, diharapkan sistem yang telah dibuat akan berjalan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Penelusuran mengenai kriteria sistem berkaitan dengan inti dari perancangan sistem itu sendiri yaitu rancangan sistem kontrol. Kemudian kriteria mengenai sistem pendukungnya, dalam hal ini adalah sistem intrumentasi yang merupakan fondasi dari rancangan sistem berbasis komputer Kriteria rancangan sistem kontrol Diinginkan untuk melakukan perancangan sistem kontrol loop tertutup terhadap suatu plant secara otomatis dan berbasis komputer. Parameter fisis yang akan diukur adalah temperatur dan kelembapan udara dalam plant. Sistem yang akan dikontrol harus dapat teramati dan terkontrol dengan baik. Dilain pihak keberlangsungan berjalannya proses pengontrolan harus dapat diakses oleh pengguna melalui komputer. Lebih jauh lagi realisasi sistem fuzzy logic dalam rancangan sistem kontrol harus bisa mencapai performansi yang diinginkan. Pada kenyataannya, secara alami sistem akan selalu mendapatkan gangguan dari lingkungan luar. Meskipun faktor gangguan tidak mungkin dihindari, namun sistem kontrol yang akan dirancang harus bisa mengatasinya. 47

2 Ilustrasi rancangan sistem kontrol loop tertutup yang dibuat mengikuti rancangan diagram blok berikut : (Gambar 5.1 : Skematik sistem kontrol loop tertutup) Kondisi temperatur yang diinginkan terjadi pada chamber (ruangan tertutup), harus selalu lebih besar daripada temperatur lingkungannya. Proses ini terjadi jika pada chamber dialirkan udara panas yang bersumber dari pemanas. Aliran udara panas yang masuk atau keluar chamber dipandang sebagai gangguan utama. Dilain pihak keadaan non-adiabatis pada chamber pun dipandang sebagai gangguan. Aksi kontrol yang dihasilkan dari proses komputasi berbasis fuzzy logic harus mampu mengendalikan ganguan melalui aktuator yang ada. Kestabilan sistem kontrol ditentukan berdasarkan kondisi nilai error yang relatif tak banyak berubah selama proses berjalan. Toleransi nilai error yang diharapkan adalah +/ C serta penolakan terhadap overshoot. Salah satu skenario pengujian sistem kontrol yang dilakukan, adalah pemberian gangguan dengan cara memberikan aliran udara berkelembapan tinggi pada chamber. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh kelembapan udara terhadap perubahan temperatur rata-rata dalam chamber. Disamping itu, dapat ditunjukan pula mengenai ketahanan sistem kontrol terhadap gangguan. 48

3 5.1.2 Kriteria rancangan sistem instrumentasi Sistem instrumentasi digunakan untuk merealisasikan perancangan sistem kontrol kedalam dunia nyata. Sistem instrumentasi diarahkan untuk menciptakan sistem otomatis berbasis komputer. Beberapa instrumen mekanik yang dibutuhkan seperti fan (kipas) dan valve bekerja ketika diberikan tegangan kepadanya. Secara umum sistem instrumentasi yang dibuat diimplementasikan melalui sistem elektronik. Kebutuhan perancangan sistem instrumentasi harus mengikuti alur proses sistem yang direncanakan. Olehkarena itu, penjelasan umum yang menggambarkan mekanisme proses sistem kontrol harus dirancang terlebih dahulu. Rancangan proses sistem konrol yang diinginkan adalah menciptakan mekanisme pengontrolan temperatur melalui pengaturan laju aliran udara. Dengan demikian penjelasan diatas dapat dilustrasikan melalui rancangan P&ID berikut : (Gambar 5.2 : Skematik rancangan proses sistem kontrol) Rancangan P&ID ( Piping and Instrumentation Diagram ), merupakan teknik perancangan sistem kontrol dan instrumnetasi yang sering digunakan dalam dunia teknik rekayasa proses. Teknik tersebut cukup representatif untuk menggambarkan keseluruhan proses pengontrolan temperature chamber melalui pengaturan laju aliran udara. 49

4 Disamping itu ilustrasi mengenai instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam rancangan sistem kontrol pun dimunculkan, seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.2. Merujuk pada gambar 5.2, diperlihatkan mengenai aliran udara dari luar sistem sampai kembali lagi ke lingkungan. Panah berwarna biru menandakan arah aliran massa udara yang berasal dari lingkungan luar sistem. Panah berwarna merah menandakan arah aliran massa udara yang bertemperatur lebih tinggi dari temperatur lingkungan luar sistem. Instrumen elektronik yang digunakan pada perancangan sistem kontrol adalah : TT (Temperature Transmitter) dan TC (Temperature Control ). TT berfungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi sinyal listrik. TC (Temperature Control ) berfungsi untuk mengolah sinyal elektrik yang dihasilkan TT menjadi sinyal kontrol. Sinyal kontrol yang dihasilkan TC digunakan untuk mengatur daya pemanas, bukaan valve, dan penjadwalan nyalanya kipas. Instrumen pengontrol temperatur (TC) sistem diimplementasikan melalui sebuah PC (Personal Computer). Proses pengambilan data temperatur diimplementasikan melalui DAQ ( Data Acquisition Board ) atau TT( Temperatur Transmitter). Aksi kontrol diolah oleh PC kemudian diumpankan pada aktuator-aktuator, yang terdiri dari : valve, fan, dan elemen pemanas. Pada prakteknya perlu dirancang suatu modul antarmuka yang menjembatani antara PC dengan aktuator, tujuannya adalah untuk menjalankan aktuator yang dimaksud. 50

5 (Gambar 5.3 : Arsitektur sistem kontrol berbasis komputer) Data-data temperatur plant diambil dan dikumpulkan oleh modul DAQ kemudian dikirimkan secara digital pada PC melalui komunikasi serial. Hasil pengolahan data yang berupa aksi kontrol, diumpankan ke aktuator melalui modul aktuator. Jalur pengiriman data yang dipakai untuk mentransmissikan data-data hasil pengolahan, adalah jalur paralel. Sistem bekerja secara real-time dan periodik, sehingga kondisi temperatur dalam plant dapat terus dimonitor selama selang waktu yang ditentukan. Dilain pihak sistem pun diinginkan supaya dapat diakses dengan mudah oleh pengguna untuk mengerjakan berbagai keperluan, seperti : monitoring, pengontrolan, dan peyimpanan data. Dibutuhkan sebuah aplikasi dalam bentuk perangkat lunak (software) yang dijalankan pada PC untuk menangani keperluan monitoring, pengontrolan dan penyimpanan data. Lebih lanjut istilah yang diberikan untuk software tersebut adalah software HMI (Human Machine Interface), namun pembahasan mengenai perancangan software ini akan dibahas pada bab selanjutnya. 51

6 5.2 Rancangan Plant Plant dapat diartikan sebagai seperangkat peralatan yang bekerja bersama-sama untuk melangsungkan operasi tertentu [Ogata,1992]. Susunan plant yang dimaksud mencakup : sensor, chamber dan aktuator. Secara keseluruhan rancangan plant harus mampu melangsungkan proses fisis yang sedang direncanakan. Kemampuan sensor sebagai pengindera harus mampu mendeteksi perubahan besaran fisis yang diukurnya, sehingga persyaratan mengenai keteramatan terpenuhi. Dilain pihak kemampuan aktuator pun harus dapat dikontrol dengan baik atau syarat keterkontrolan terpenuhi Perancangan chamber Bentuk chamber berupa kotak berdimensi 60cmx40cmx50cm, terbuat dari bahan acrylic tembus pandang. Chamber memiliki 5 buah saluran udara yang menghubungkan chamber dengan entitas luar. Terdapat empat buah saluran masukan dan sebuah saluran pembuangan. Saluran masukan terpecah menjadi dua bagian, yaitu dua buah saluran pemanas dan dua buah saluran bebas. (Gambar 5.4: Fitur fisik rancangan chamber ) 52

7 Saluran pemanas yang menghubungkan chamber dengan pemanas, dibuat dari pipa paralon yang dilapisi bahan anti panas didalamnya. Kedua bagian ujung saluran pemanas yang terhubung pada chamber, dihubungkan melalui valve. Saluran bebas merupakan saluran masukan yang mengalirkan udara luar (lingkungan sekitar) kedalam chamber. Tujuan dibuatnya saluran bebas adalah untuk membantu mempercepat proses penyebaran panas juga untuk menguji sistem kontrol melalui pemberian beberapa gangguan. (Gambar 5.5: Fitur fisik saluran masukan pada chamber ) Saluran terakhir merupakan saluran pembuangan, yang menghubungkan chamber dengan entitas luar. Fungsi dari saluran pembuangan ini adalah untuk menjaga keseimbangan tekanan didalam chamber. (Gambar 5.6 : Fitur fisik saluran pembuangan pada chamber) 53

8 5.2.2 Pemilihan dan konfigurasi sensor Variabel fisis yang akan diukur adalah temperatur udara dalam ruangan, rentang pengukuran berada pada nilai 20 0 C s/d C. Oleh karena itu dipilih sebuah sensor suhu yang memiliki daerah kerja yang cukup kecil. Sensor temperatur yang dipilih adalah LM35. Sensor LM35 merupakan sensor temperatur yang berbasis pada centigrade. Centigrade berarti tegangan keluaran (output) dari sensor temperatur ini menyatakan suatu temperatur dalam derajat Celcius. Untuk sensor LM 35, tegangan keluaran 10 mv menyatakan temperatur 1 derajat Celcius. Artinya bila tegangan keluaran sama dengan 250 mv, maka temperatur yang dibaca oleh sensor LM 35 adalah sekitar 25 derajat Celcius. Akurasi sensor LM 35 adalah ± 0.5 derajat Celcius dari temperatur aktual sistem. Artinya bila temperatur aktual sistem adalah 30 Celcius, maka temperatur yang diukur sensor ini dapat berada pada rentang Celcius. Dimensi ruangan dalam chamber cukup besar, oleh karena itu dibutuhkan paling tidak dua buah sensor untuk pengukuran. Pada prakteknya digunakan 8 buah sensor temperatur untuk mengukur beberapa titik dalam chamber. Hasil pengukuran adalah nilai rata-rata terhadap setiap titik yang diukur suhunya. (Gambar 5.7: Ilustrasi konfigurasi sensor pada chamber) 54

9 5.2.3 Perancangan aktuator Aktuator diterapkan untuk mengeksekusi hasil pengolahan sistem kontrol. Terdapat tiga jenis aktuator yang digunakan, yaitu : kipas (fan), valve, dan pemanas. Meskipun jenisnya berbeda, namun tujuan dari mekanismenya sama yaitu untuk mengatur laju aliran udara yang masuk maupun yang keluar melalui chamber. Secara teknis, pengaturan besaran fisis yang terukur pada setiap aktuator adalah : daya bagi pemanas, tegangan bagi fan, dan sudut bukaan bagi valve. Dilain pihak pengaturan daya bagi pemanas diprediksi dapat mengurangi beban lisrik yang dipakai dalam rancangan sistem kontrol. Pemanas yang dipakai merupakan sebuah hairdryer yang mempunyai kapasitas daya sebesar 1800 Watt. Skenario pengontrolan mengharuskan supaya terjadi pengaturan daya pada pemanas, namun nilai maximum yang dihasilkannya sebesar 1800 Watt. Kipas yang diterapkan pada saluran bebas dan saluran pembuangan dicatu oleh tegangan sebesar 12 Volt DC. Jenis valve yang digunakan tergolong kedalam jenis rotary valve (valve putar), memiliki sudut maksimum bukaan sebesar 60 0 untuk masing-masing celah. ( Gambar 5.8 : Ilustrasi struktur rancangan valve ) Pada valve terdapat 3 buah celah yang bisa dibuka maupun ditutup. Merujuk pada gambar 5.8, valve putar terdiri dari dua bagian yaitu bagian stator dan bagian rotor. 55

10 Bagian stator yang ditunjukan oleh warna hitam, menggambarkan lubang yang terhubung dengan saluran udara. Bagian rotor yang ditunjukan oleh warna kuning, menggambarkan sebuah katup yang dapat berotasi untuk membuka atau menutup celah pada bagian statornya. Rotor digerakan oleh motor stepper melalui karet mekanik atau belt. Motor steper merupakan jenis motor yang pergerakannya bertahap untuk setiap satu step, besar sudut tiap step sekitar Pada prinsipnya motor steper bekerja berdasarkan pengaruh elektromagnetis dari setiap kumparan terhadap sebuah magnet permanen didalamnya. Berbeda dengan jenis motor lainnya, pergerakan motor steper diatur berdasarkan data digital yang diberikan kepadanya. Ada dua tipe motor steper yang tersedia dipasaran yaitu, tipe bipolar dan tipe unipolar. Namun dipilih tipe motor steper yang dipilih adalah tipe unipolar. Motor steper unipolar mempunyai 4 buah kumparan, berikut konfigurasinya : (Gambar 5.8 : Konfigurasi motor steper unipolar) Olehkerena itu dibutuhkan 4 bit data untuk menggerakan motor steper searah jarum jam (clockwise) atau berlawanan arah jarum jam (counter clockwise). 56

11 5.3 Rancangan Hardware Modul DAQ Modul DAQ digunakan untuk menangani proses-proses berikut : pengukuran data, pengambilan data, dan pengiriman data kepada PC. Konfigurasi modul DAQ yang dirancang, diperlihatkan melalui gambar berikut : (Gambar 5.9: Ilustrasi rancangan modul DAQ ) Beberapa spesifikasi yang diinginkan pada modul DAQ yang dirancang berdasarkan kriteria perancangan sistem adalah : 1. Banyaknya masukan sensor sebanyak 8 buah 2. Penguatan tegangan sensor dapat diatur pada kisaran 1 s/d 20 kali 3. Jumlah bit ADC yang dipakai sebesar 8-bit 4. Data sensor bisa diakses pada PC maupun pemroses lainnya seperti komponen TTL (Transistor-Transistor Logic) 5. PC dan Modul DAQ bisa berkomunikasi dua arah 57

12 Beberapa tahapan proses pengolahan sinyal sensor sedemikian hingga menjadi data-data digital yang muncul di PC, dijelaskan melalui bagan dibawah ini : (Gambar 5.10: Ilustrasi alur proses sistem operasi pada modul DAQ ) a. Proses 1 Pada proses 1 dilakukan proses pemilihan saluran masukan dari 8 saluran masukan sensor. Komponen yang khusus menanganinya adalah multiplexer. Multiplexer atau MUX merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk memilih salah satu jalur data yang ingin diteruskan dari beberapa jalur data 58

13 masukan. Multiplexer memiliki arsitektur yang menyerupai gerbang saklar dimana proses pengaktifannya menggunakan teknik pengalamatan (addressing) pada pin kontrolnya. Multiplexer yang digunakan dalam blok ini adalah MUX4051 yang memiliki 8 jalur data input (In0-In7), 1 jalur data output (Out), 3 alamat input (A,B,C) dan 1 pin logic(enable Logic). (Gambar 5.11: Fitur fisik dan skematik rangkaian MUX4051) Jalur kontrol dari mikrokontroller dihubungkan melalui jalur alamat dan pin enable logic. Selanjutnya mikrokontroller akan mengirimkan kombinasi logic untuk menentukan jalur data input yang dipilih. Berikut ini adalah tabel kebenaran dari setiap kombinasi logic pada jalur alamat multiplexer : KANAL ALAMAT MUX A B C JALUR DATA INPUT IN IN IN IN IN IN IN IN 7 (Tabel 5.1 : Tabel kebenaran pengalamatan multiplexer) 59

14 Tanda (0) merupakan kondisi low level tegangan, sebaliknya tanda (1) menyatakan kondisi high level tegangan. Pengoperasian muliplexer ini mengikuti langkah-langkah sbb : 1. Aktifkan multiplexer dengan memberikan logic low (0) pada pin logic Enable MUX 2. Lakukan pemilihan jalur data dengan memberikan kombinasi menurut tabel kebenaran pada table 4.1. Output multiplexer akan memberikan output tegangan yang sama dengan input tegangan dari jalur data input multiplexer yang dipilih. 3. Non aktifkan multiplexer dengan memberikan logic high (1) pada pin logic Enable MUX setelah pembacaan data selesai dilakukan b. Proses 2 Sinyal keluaran sensor LM35 berkisar antara 200 mv s/d 900 mv, olehkarena itu sebelum masuk pada ADC sinyal tersebut harus diperkuat. Berikut ini adalah skematik rangkaian penguat yang dirancang : (Gambar 5.12: Skematik rangkaian penguat) 60

15 Merujuk pada gambar 5.12, proses penguatan yang terjadi dilakukan sebanyak 3 tahap. Tahap pertama bekerja penguatan membalik ditunjukan oleh kotak berwarna biru. Besarnya gain penguatan membalik diatur dengan melakukan penalaan pada resistor variabel Rvar 1. Tahap kedua bekerja penguatan penjumlah, bertujuan untuk mengatur level tegangan keluaran penguat membalik sesuai dengan level yang diinginkan. Pengaturan dilakukan dengan cara menala nilai hambatan pada resesistor variabel Rvar 2. Tahap ketiga bekerja penguatan penyangga, bertujuan untuk mempertahankan level tegangan keluaran dari penguat penjumlah. Komponen elektronik yang berperan dalam memperkuat sinyal analog adalah penguat operasional atau op-amp, dan jenis op-amp yang digunakan adalah LM741. c. Proses 3 Proses yang terjadi pada proses 3 adalah konversi sinyal analog menjadi sinyal digital. Tujuannya adalah supaya data analog sensor dapat diolah oleh perangkatperangkat digital, seperti PC dan mikrokontroller. Komponen yang digunakan adalah sebuah single-chip (IC) ADC atau Analog to Digital Converter. ADC adalah komponen elektronika yang digunakan untuk mengkonversi data analog menjadi data digital. Jenis IC ADC yang digunakan dalam blok ini adalah ADC0809. ADC0809 merupakan ADC 8 bit, yaitu ADC yang mengkonversi data analog menjadi data digital dengan panjang data sebanyak 8 bilangan digital (1 byte). Artinya, ADC ini mengkonversi data analog menjadi data digital dalam rentang dalam basis biner (atau dalam basis 61

16 desimal). IC ADC yang terdapat dalam blok ADC ini menggunakan tegangan referensi sebesar 5 volt sebagai acuan dalam konversi data. Sampling rate dari ADC 0809 (ADC jenis SAR / Successive Approximation Register) sekitar 100 us. Sampling rate ini menunjukkan waktu minimum yang diperlukan oleh ADC 0809 untuk melakukan satu proses konversi. ADC 0809 memiliki error konversi sebesar ± 1 lsb artinya hasil konversi data analog akan berbeda sekitar ± 19.6 mv dari data analog sebenarnya. Masukan analog pada ADC 0809 terdapat 8 buah channel masukan, dengan demikian pada ADC 0809 terdapat kanal-kanal yang dialamati khusus untuk melakukan pemilihan gerbang masukan diantara 8 buah gerbang masukan tersebut. Berikut fitur fisik dan penerapan IC ADC0809 pada rancangan blok operator proses 3 : (Gambar 5.13: Fitur fisik dan Skematik rangkaian ADC0809) Merujuk pada gambar 5.13, ADC 0809 memiliki beberapa pin logic yang harus dikontrol agar ADC ini dapat melakukan konversi data. Pin-pin logic tersebut adalah pin logic START (Write), Output Enable (Read), End Of Conversion (Interrupt). Kanal data keluaran digital ADC terdiri dari pin D0 s/d D7. 62

17 Pengoperasian ADC dapat dilakukan dengan melihat diagram pewaktuan (timing diagram) berikut : (Gambar 5.14 : Diagram pewaktuan ADC 0809) Diagram pewaktuan merupakan sebuah metode standar yang digunakan untuk menjelaskan siklus kerja sistem dari sebuah komponen digital. Melalui pembahasan mengenai informasi diagram pewaktuan ADC 0809, dapat dibuat protokol untuk mengoperasikannya. Adapun langkah-langkah untuk mengoperasikan ADC 0809 yang dimaksud, adalah: 1. Pilih gerbang masukan analog, pada pin A, B dan C. Gerbang analog hanya dipilih satu dari 8 gerbang yang ada 2. Aktif High sinyal pin logic ALE dan pin logic START dengan cara memberi logic 1 pada pin logic START 3. Periksa kapan konversi data selesai dengan merujuk pada pola sinyal keluaran pada pin logic EOC yang terhubung dengan Interupt Mikrokontroller 4. Lakukan penulisan data hasil konversi ke pin output dengan memberikan logic high pada pin logic Output Enable 63

18 d. Proses 4 Data sensor suhu yang masuk pada proses 4 sudah beruapa data digital 8-bit. Selanjutnya data suhu ini akan diproses supaya data dapat diakses oleh PC dan komponen TTL. Kompenen TTL (Transistor-Transistor Logic) merupakan keluarga IC yang mana level high tegangan logicnya sebesar 5 Volt. Komponen TTL yang dimaksud adalah mikrokontroller, fasilitas ini dibuat untuk mendukung rancangan sistem embedded pada sistem pemanas. Komponen utama yang bertugas untuk mengolah data digital pada modul DAQ adalah mikrokontroller. Mikrokontroller adalah sebuah piranti berwujud IC single-chip yang dirancang khusus menyerupai struktur fungsional dari sebuah komputer. Secara umum struktur fungsional komputer terdiri dari : RAM atau Random Access Memory, ROM atau Read Only Memory, perangkat input-output atau I/O, dan CPU atau Central Processing Unit. Meskipun struktur fungsional mikrokontroller mirip dengan komputer, namun kapasitas struktur keseluruhan sistemnya terbatas. Penerapan mikrokontroller pada modul DAQ ini berfungsi juga untuk mengontrol sistem operasional komponen-komponen digital lain yang termasuk dalam modul DAQ. Jenis mikrokontroller yang digunakan adalah AT89S52, termasuk dalam golongan mikrokontroller MCS51. Disamping itu tipe IC dari AT89S52 termasuk dalam jenis IC TTL. Mikrokontroller ini merupakan mikrokontroller 8 bit yang mampu ditulisi dengan pemograman flash (flash programmer). Mikrokontroller 64

19 ini memiliki 40 pin dengan komposisi 32 pin input-output, 3 pin untuk pertambahan RAM / EEPROM, 2 pin untuk osilator kristal, 1 pin untuk reset, dan 2 pin untuk Vcc dan Gnd. (Gambar 5.15: Skematik rangkain dan konfigurasi pin-pin AT89S52) Merujuk pada gambar 5.15, beberapa pin mikrokontroller yang digunakan untuk mengontrol komponen digital dan penyedia jalur data digital dalam modul DAQ adalah : 1. Port 2 (P2.0 s/d P2.7) digunakan sebagai input data digital dari ADC 2. Port 1 digunakan sebagai pin pengontrol multiplexer (P1.4 P1.7) 3. Port 3 digunakan untuk mengontrol pin-pin logic ADC0809. Pin START terhubung dengan P3.6; pin Conversion Enable terhubung dengan pin P Port TXD dan RXD digunakan untuk komunikasi data serial dengan PC dimana baud rate yang digunakan adalah bps (bit per second). Disamping itu port TXD dan RXD ini digunakan untuk melangsungkan dengan komponen TTL (mikrokontroller lain) 65

20 Mikrokontroller dirancang untuk dapat melakukan komunikasi dengan PC maupun mikrokontroller lain. Protokol sistem komunikasi yang diterapkan adalah metode pengiriman data serial UART ( Universal Asynchronous Receiver Transmitter ). Proses penerapan pengiriman data serial UART dilakukan dengan cara memprogram mikrokontroller, melalui pengontrolan register timer. Sebelum melakukan komunikasi serial antara mikrokontroller dengan PC, perlu dilakukan penyamaan level tegangan pada pin transmitter dan reciever kedua piranti. Hal ini dilakukan karena sudah ada standard mengenai komunikasi antarmuka terhadap beberapa piranti elektronik. Standar komunikasi data serial yang dipakai adalah standar EIA( Electronic Industries Association) RS-232. Dokumentasi standard ini salah satunya membahas mengenai level tegangan untuk kondisi HIGH dan kondisi LOW [Champbel Joe-9]. Komponen digital yang dipakai dalam modul DAQ ini adalah IC konverter MAX232. Berikut fitur fisik dan skematik rangkaian MAX 232 yang dipakai: (Gambar 5.16: Fitur fisik dan skematik rangkain MAX 232) 66

21 5.3.2 Modul Aktuator Jenis aktuator yang digunakan ada 3, yaitu : valve, fan dan pemanas. Olehkarena itu dirancang 3 bagian modul penggerak pada masing-masing aktuator. Semua aktuator dikendalikan oleh PC melalui jalur paralel pada port LPT-1. (Gambar 5.17: Ilustrasi rancangan modul aktuator) Port LPT-1 memiliki 25 pin, masing-masing digolongkan kedalam empat jenis fungsi, yaitu : jalur data, jalur status, jalur kontrol dan grounding. Pada prakteknya digunakan jalur data untuk mengendalikan aktuator. Kapasitas jalur data sebanyak 1 byte atau 8 bit, olehkarena itu jalur data yang tersedia berjumlah 8 pin. Untuk keperluan manipulasi data digunakan latch, sehingga mampu mengirimkan data ke-sejumlah terminal keluaran. Proses manipulasi dilakukan dengan cara memecah jalur 8 bit data menjadi 2 bagian atau per-nible. Empat pertama dijadikan sebagai saluran data bagi aktuator, empat berikutnya dijadikan sebagai saluran kontrol untuk latch. Latch yang digunakan adalah jenis D Flip-Flop dengan tipe produk DM74LS573. Sinyal kontrol masing-masing dihubungkan pada pin LE (Latch Enable) lacth. 67

22 Saat pin LE berkondisi High kondisi latch adalah kondisi mengunci, sehingga keluaran latch akan selalu sama dengan keadaaan awalnya. Kondisi sebaliknya bagi lacth ketika LE berkondisi Low. ( Gambar 5.18: Fitur fisik dan tabel kebenaran Latch DM74LS573 ) a. Modul Valve Modul valve merupakan susunan rangkaian pengendali motor steper. Komponen digital yang digunakan adalah ULN2003, berfungsi untuk menguatkan arus yang mengalir pada kumparan motor steper. ( Gambar 5.19: Skematik rangkaian modul valve ) Merujuk pada gambar 5.19 diatas, paket data 4 bit dari PC dihubungkan pada ULN2003 ditunjukan oleh garis berwarna hitam dengan tanda D0 s/d D3. Jumlah keluaran ULN2003 sebanyak 4 jalur dan itu masing-masing dihubungkan pada 68

23 motor stepper, diperlihatkan dengan garis berwarna. Aturan yang dipakai untuk menggerakan motor stepper dijelaskan melalui penjelasan pada tabel berikut : TAHAP D3 D2 D1 D0 DESIMAL (Tabel 5.2: Tabel tahapan pengiriman data motor stepper ) Untuk menggerakan motor stepper setiap satu step sebesar , diperlukan kelengkapan urutan tahapan pengiriman data mulai dari tahap 1 sampai tahap 4. Dengan demikian data yang dikirimkan untuk memutar 1 step diperlukan data array berikut: [ 9, 5, 6, 10 ]. Proses pembalikan arah putaran dilakukan dengan cara mengubah susunan data array untuk pemutaran setiap 1 step, sehingga data array yang diperlukan adalah: [10,5, 6, 9]. Aturan pemutaran motor stepper seperti yang ditunjukan pada tabel 5.2 hanya berlaku untuk motor stepper unipolar. b. Modul Fan Pemasangan fan diposisikan pada saluran keluaran dan saluran bebas. Fan yang dipasang pada saluran keluaran berfungsi untuk mempercepat proses pengosongan chamber, sedangkan fan yang dipasang pada saluran bebas berfungsi untuk mempercepat proses penyebaran panas. Penjadwalan fan ditentukan oleh masa aktif dari valve yang diterapkan. Olehkarena itu pengaturan fan disinkronkan dengan pengaturan valve ( inhaust valve dan exhaust valve). 69

24 Modul fan tersusun dari rangkaian relay, dimana trigger (pemicu) relay dihubungkan dengan pin data LPT-1. Berikut skematik rangkain modul fan : ( Gambar 5.20: Ilustrasi rancangan modul fan ) c. Modul Pemanas Modul pemanas tersusun dari rangkaian saklar dan sebuah DAC, namun saklar yang dipakai merupakan tipe semikonduktor atau TRIAC. Dengan menggunakan modul pemanas daya keluaran pemanas dapat diatur berdasarkan nilai bit yang dikirim dari PC. Olehkarena itu dibutuhkan DAC ( Digital to Analog Converter) untuk menghasilkan sinyal analog dari data-data digital. ( Gambar 5.21: Skematik rangkaian modul pemanas ) Tegangan analog yang dihasilkan digunakan untuk mengendalikan Opto Coupler. Aktivasi TRIAC ditentukan oleh perbedaan tegangan analog dan tegangan refrensi pada opto coupler. Variasi perbedaan tegangan tersebut akan menyebabkan variasi daya pemanas dari 0 watt sampai dengan 1800 watt. 70

25 5.4 Rancangan Software Perangkat lunak atau software diperlukan untuk menjalankan keseluruhan hardware (perangkat keras) yang dirancang. Merujuk pada pembahasan mengenai kriteria rancangan software yang diinginkan (lih Bab 5.1), realisasinya diwujudkan melalui rancangan cetak biru software berikut : (Gambar 5.22: Rancangan cetak biru software Human Machine Interface) 71

26 Merujuk pada gambar 5.22, diperlihatkan mengenai alur proses (run time process) yang terjadi pada software yang dibuat. Pengguna atau user mendapatkan fasilitas untuk mengakses hardware secara manual maupun otomatis ketika digunakan untuk menjalankan sistem kontrol. Data-data hasil pengukuran secara otomatis tersimpan dalam format file umum sehingga dapat dibuka pada semua jenis text editor. Bahkan user pun dapat terus memonitor kondisi plant secara real-time, melalui grafik dan perangkat display lainnya. Pada layer (lapisan) local operating system, terjadi proses pengolahan data-data yang telah diinisialisasi maupun diinputkan oleh user. Jalur penghubung yang berwarna hijau menandakan deretan data dari pengguna, warna merah muda menandakan jalur kontrol (boolean logic), dan warna biru menandakan jalur data pemrosesan dalam sistem. Pada layer hardware, diperlihatkan mengenai sekumpulan hardware yang terlibat dalam komponen penyusun sistem kontrol. Untuk menjembatani koneksi antara PC dengan hardware, pada software sudah dipersiapkan beberapa protokol yang menangani komunikasi data secara serial dan paralel. Software yang dibuat tersebut dinamai dengan HMI (Human Machine Interface), karena fungsinya sebagai penghubung antara user dengan hardware (machine) sedemikian hingga user dapat berinteraksi terhadapnya. Perancangan software HMI ini dilakukan dengan menggunakan LabView 8.0. Perancangan program yang menjalankan komputasi fuzzy logic dilakukan pada software FuzzyTech versi 5.1, sehingga untuk menggabungkan dengan software HMI yang dibuat, format filenya harus berupa fungsi dll ( dynamic link library). 72

27 5.4.1 Perancangan struktur sistem fuzzy logic untuk sistem kontrol Perancangan software fuzzy logic untuk aplikasi sistem kontrol sudah distandarisasikan melalui dokumen IEC (International Electrotechnical Commission) yang dikeluarkan pada tahun Olehkarena itu sejumlah produk software yang mendukung komputasi fuzzy logic banyak bermunculan. Software yang digunakan untuk merancang komputasi fuzzy logic untuk sistem kontrol ini adalah FuzzyTech 5.1. Fasilitas utama yang diberikan adalah, membantu user untuk membangun sistem fuzzy logic untuk beberapa aplikasi, salah satunya adalah untuk perancangan sistem kontrol. Perancangan fuzzy logic untuk sistem kontrol harus melewati beberapa tahapan perancangan berikut : (Gambar 5.23: Alur proses penerapan sistem fuzzy logic pada sistem kontrol ) Tahapan preprocessing dan post-processing dikerjakan melalui software LabView 8.0, sedangkan tahapan perancangan struktur sistem fuzzy logic dikerjakan pada FuzzyTech 5.1. Pada prakteknya perancangan struktur sistem fuzzy logic tersebut dilakukan berulang-ulang kali, tujuannya adalah untuk mencapai hasil yang optimal. Perlu dicatat disini, bahwa tidak ada metode khusus yang menentukan performasi rancangan sistem fuzzy logic. Karena perancangan sistem fuzzy logic ditentukan oleh pengalaman si perancang mengenai penguasaan terhadap masalah yang sedang dihadapinya. 73

28 Variabel input yang akan diproses pada sistem fuzzy logic ini adalah error temperatur (error) dan laju perubahan error temperatur (error dot). Variabel output yang akan dihasilkan melalui sistem fuzzy logic ini adalah sudut bukaan valve (bukaan). Ketiga variabel tersebut ( error, error dot, dan bukaan) akan diproses melalui tahap fuzzifikasi. Kemudian setelah proses fuzzifikasi selesai dilakukan, berikutnya adalah tahap pembentukan rule-base dan inferensi, tahap terakhir adalah proses defuzzifikasi. Untuk memantapkan pemahaman mengenai proses perancangan struktur sistem fuzzy logic, dianjurkan untuk membaca kembali bab 4 pada tulisan ini. Variabel error didefinisikan sebagai selisih antara nilai temperatur aktual dengan nilai set point temperatur. Variabel laju perubahan error didefinisikan sebagai selisih nilai mutlak error sekarang dengan nilai error mutlak sebelumnya. Periode waktu untuk menentukan variabel laju perubahan error ditentukan selama 1 detik. Error = Temperatur Aktual Temperatur Set Point (5.1) Error Dot = Error n - Error n - 1 (5.2) Untuk mendapatkan nilai error dan error dot, data-data mentah hasil pengukuran harus dimanipulasi pada tahap preprocessing. Selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa tahapan yang dilalui dalam rangka melakukan perancangan sistem fuzzy logic menggunakan FuzzyTech 5.1. a. Tahap Fuzzifikasi Pada prakteknya proses fuzzifikasi merupakan proses pembentukan himpunan fuzzy untuk setiap variabel yang akan diproses pada sistem fuzzy logic. Sebelum melangkah lebih jauh, pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan 74

29 selang nilai untuk setiap variabel. Dasar pertimbangan yang digunakan adalah berdasarkan data-data pengamatan terhadap sistem yang ditinjau. Setelah selang nilai didapatkan, selanjutnya mengelompokan nilai-nilai tersebut kedalam variabel bahasa (language variable) yang ditentukan berdasarkan pengalaman perancang. Ketika melakukan pengelompokan ini, secara definisi perancang melakukan pengaturan (adjustment) terhadap fungsi keanggotaan untuk setiap variabel bahasa yang ditentukannya. Tahap fuzzifikasi dalam perancangan sistem fuzzy logic, berkaitan dengan penggunaan software FuzzyTech 5.1, diperlihatkan melalui gambar-gambar berikut : (Gambar 5.24: Panel fuzzifikasi variabel error pada FuzzyTech 5.1) 75

30 (Gambar 5.25: Panel fuzzifikasi variabel laju error pada FuzzyTech 5.1) (Gambar 5.26: Panel fuzzifikasi variabel bukaan valve pada FuzzyTech 5.1) Variabel error secara intuitif terbagi menjadi 3 bagian yaitu : negatif, zero dan positif. Semakin negatif nilai error semakin jauh nilai temperatur yang diukur terhadap nilai temperatur yang diinginkan. Variabel error dot pun dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu : decrease, steady, dan increase. Secara definisi diartikan bahwa, semakin besar derajat keanggotaan variabel bahasa decrease, maka semakin lambat pula laju kesalahan sistem kontrol. Pemilihan variabel error dot yang mengukur laju kesalahan atau error, didasari atas pertimbangan untuk melihat seberapa cepat respon sistem terhadap gangguan. Pada akhirnya, 76

31 kecepatan sistem untuk mencapai nilai set point dapat diatur sesuai dengan hasil yang diharapkan. b. Tahap pembentukan rule-base dan inferensi Pemetaan variabel fuzzy masukan kepada variabel fuzzy keluaran dilakukan dengan cara menentukan rule untuk semua kemungkinan. Metode inferensi yang dipakai adalah inferensi Mamdani. Seperti halnya dengan proses fuzzifikasi, ketika menentukan rule base pun dilakukan secara intuitif dan berdasarkan pengalaman. (Gambar 5.27: Panel pembuatan rule base pada FuzzyTech 5.1) Ciri khas dari inferensi Mamdani adalah pernyataan consequent pada setiap rule, dinyatakan dalam himpunan fuzzy yang diwakili oleh suatu variabel bahasa. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.27 diatas. Pencarian nilai optimal dari sistem kontrol dilakukan dengan cara mengatur susunan rule pada rule base yang dibuat. 77

32 c. Tahap defuzzifikasi Ketika melakukan perancangan sistem fuzzy logic, software yang digunakan telah menyediakan fasilitas untuk menentukan metoda defuzzifikasi yang ingin diterapkan. Metode defuzzifikasi yang dipilih adalah COG (Centre of Gravity) atau COM (Centre of Maxima). Metode ini dipilih karena banyak digunakan untuk perancangan sistem kontrol (Gambar 5.28: Panel pemilihan metode defuzzifikasi pada FuzzyTech 5.1) Setelah struktur fuzzy logic selesai dibangun, file yang dibuat harus di compile kedalam bentuk sistem run-time. Tujuannya supaya struktur fuzzy logic yang dibuat melalui FuzzyTech 5.1 dapat diakses oleh software HMI yang dibuat melalui LabView 8.0. Namun perlu diperhatikan mengenai waktu operasi dari fungsi sistem fuzzy logic tersebut, hal ini dilakukan untuk mencegah gagalnya operasi akibat timeout proses. 78

33 5.4.2 Protokol pengatur aktuator Nilai crisp yang dihasilkan oleh sistem fuzzy logic, akan diumpankan pada ketiga aktuator. Olehkarena itu dibutuhkan program yang menangani pengolahan data dan interfacing kepada hardware (modul aktuator). Dilain pihak program tersebut dapat digunakan secara manual oleh user (lih Gb 5.22). Prosedur pengaturan aktuator bersarkan nilai crisp dari sistem fuzzy logic maupun manual, dijelas melalui ilustrasi DFD (Data Flow Diagram) berikut : (Gambar 5.29: DFD proses pengaturan modul aktuator) 79

34 5.4.3 Rancangan software interfacing Modul DAQ dengan PC Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan mengenai proses yang terjadi pada modul DAQ. Dalam kaitannya dengan interfacing (antar muka) dengan PC, data hasil pengukuran dikirimkan secara serial dengan metode UART (Universal Asynchronous Receiver Transmitter). Metode pengiriman UART dijelaskan melalui ilustrasi berikut : (Gambar 5.30: Teknik UART dalam komunikasi serial ) Merujuk pada gambar 5.30, untuk memulai proses pengiriman data 8 bit atau 1 byte perlu dilakukan inisialisasi dengan memberikan bit penanda bahwa data akan dikirim. Bit penanda untuk memulai proses pengiriman ini adalah bit START yang berkondisi low atau logic 0. Setelah bit START dikirim data dikirim secara serial sebanyak 8 bit atau 1 byte mulai dari bit LSB (Least Significant Bit) sampai bit MSB (Most Significant Bit). Ketika proses pengiriman data selesai, kemudian ditutup dengan pemberian bit penanda akhir atau STOP bit yang berkondisi high atau logic 1. Kecepatan proses pengiriman data perdetik secara serial melalui teknik UART dinyatakan dalam baud rate dengan satuan bps atau bit per second Komponen pengendali dari modul DAQ tersebut adalah mikrokontroller AT89S52. Dalam upaya memprogram mikrokontroller perlu dipersiapkan beberapa tools yang dibutuhkan, antara lain : Editor, Compiler, dan Downloade/linker. Editor berfungsi untuk menuliskan text bahasa pemograman yang dipakai, compiler berfungsi untuk mengekstrak kode-kode mesin dari program yang ditulis pada editor, dan downloader 80

35 berfungsi untuk mengirimkan kode-kode mesin pada flash memory mikrokontroller. Pada prakteknya perangkat lunak yang digunakan untuk memprogram mikokontroller AT89S52 adalah ProVIEW32. Perangkat lunak tersebut sudah dilengkapi dengan editor, compiler dan downloader /linker. Dibawah ini diperlihatkan mengenai flowchart proses akuisisi data sampai pada pengiriman data ke PC : (Gambar 5.31: Flowchart proses akuisisi data dan interfacing modul DAQ ke PC ). 81

BAB IV PERANCANGAN SISTEM 36 BAB IV PERANCANGAN SISTEM. 4.1 Pembangunan Basis Pengetahuan dan Aturan

BAB IV PERANCANGAN SISTEM 36 BAB IV PERANCANGAN SISTEM. 4.1 Pembangunan Basis Pengetahuan dan Aturan BAB IV PERANCANGAN SISTEM 36 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Pembangunan Basis Pengetahuan dan Aturan 4.1.1 Basis Pengetahuan Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengetahuan adalah hal yang paling

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

BAB VI PENGUJIAN SISTEM. Beberapa skenario pengujian akan dilakukan untuk memperlihatkan

BAB VI PENGUJIAN SISTEM. Beberapa skenario pengujian akan dilakukan untuk memperlihatkan BAB VI PENGUJIAN SISTEM 6.1 Tahap Persiapan Pengujian Beberapa skenario pengujian akan dilakukan untuk memperlihatkan performansi sistem kontrol yang dirancang. Namun perlu dipersiapkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler BAB II PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F005 2.1 Pengenalan Mikrokontroler Mikroprosesor adalah sebuah proses komputer pada sebuah IC (Intergrated Circuit) yang di dalamnya terdapat aritmatika,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Mikrokontroler ATMEGA Telepon Selular User. Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

BAB III PERANCANGAN. Mikrokontroler ATMEGA Telepon Selular User. Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem BAB III PERANCANGAN 3.1 Prnsip Kerja Sistem Sistem yang akan dibangun, secara garis besar terdiri dari sub-sub sistem yang dikelompokan ke dalam blok-blok seperti terlihat pada blok diagram pada gambar

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

Beberapa istilah dalam ADC

Beberapa istilah dalam ADC Analog to Digital Converter (ADC) ADC adalah interface yang digunakan untuk mengambil data dari sensor dan memasukkannya ke dalam komputer atau mikrokontroler. Karena besaran keluaran dari sensor adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 Yudhi Gunardi 1,Firmansyah 2 1,2 Jurusan Elektro, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

Bab IV PERANCANGAN SISTEM KONTROL NUTRISI HIDROPONIK NFT TUMBUHAN TOMAT

Bab IV PERANCANGAN SISTEM KONTROL NUTRISI HIDROPONIK NFT TUMBUHAN TOMAT Bab IV PERANCANGAN SISTEM KONTROL NUTRISI HIDROPONIK NFT TUMBUHAN TOMAT IV. Desain Sistem Disain sistem yang dibangun dibagi menjadi tiga proses yaitu pencampuran larutan di tabung pencampur, pemberian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 21 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem kendali yang dibuat ini terdiri dari beberapa blok bagian yaitu blok bagian plant (objek yang dikendalikan), blok bagian sensor, blok interface

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Keras (Hardware) Pengujian perangkat keras sangat penting dilakukan karena melalui pengujian ini rangkaian-rangkaian elektronika dapat diuji

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI PLC (Programable Logic Control) adalah kontroler yang dapat diprogram. PLC didesian sebagai alat kontrol dengan banyak jalur input dan output. Pengontrolan dengan menggunakan PLC

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Secara Umum Perancangan sistem yang dilakukan dengan membuat diagram blok yang menjelaskan alur dari sistem yang dibuat pada perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 13 (ADC 2 Bit) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 2 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC 2 Bit dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL 34 BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rancangan desain dan cara-cara kerja dari perangkat keras atau dalam hal ini adalah wattmeter

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pada timbangan digital sebagai penentuan pengangkatan beban oleh lengan robot berbasiskan sensor tekanan (Strain Gauge) dibagi menjadi dua bagian yaitu perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

Aplikasi Mikrokontroler sebagai Pemroses Depan Pengambilan Data pada Sensor Jamak Berbasis Komputer

Aplikasi Mikrokontroler sebagai Pemroses Depan Pengambilan Data pada Sensor Jamak Berbasis Komputer Aplikasi Mikrokontroler sebagai Pemroses Depan Pengambilan Data pada Sensor Jamak Berbasis Komputer Wydyanto Dosen Universitas Binadarma, Palembang Email : widiwidyanto@yahoo.com ABSTRAK Telah dibuat sistem

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen didalamnya termasuk adalah pengambilan data dan membangun sistem kontrol temperatur.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 8 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC

Lebih terperinci

Perancangan Serial Stepper

Perancangan Serial Stepper Perancangan Serial Stepper ini : Blok diagram dari rangakaian yang dirancang tampak pada gambar dibawah Komputer Antar Muka Peralatan luar Komputer Komputer berfungsi untuk mengendalikan peralatan luar,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM 3.1 Perangkat Keras Perancangan perangkat keras untuk sistem kontrol daya listrik diawali dengan merancangan sistem sensor yang akan digunakan, yaitu sistem sensor

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Diagram blok dari sistem yang dirancang terdiri dari bagian sensor, ADC, komputer client dan komputer server beserta perangkat lunaknya, seperti yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Penyaji Minuman Otomatis Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital 3.1 Introduction Kebanyakan informasi yang ada di dunia nyata adalah besaran analog. Contohnya tegangan, arus listrik, massa, tekanan, suhu, intensitas cahaya dan lain sebagainya. Namun pada era masa kini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1

DAFTAR ISI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN vii viii x xiv xv xviii xix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori 6 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Sistem Kontrol Kata kontrol atau pengendalian mempunyai arti mengatur, mengarahkan dan memerintah. Dengan kata lain bahwa sistem pengendalian adalah susunan komponen - komponen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Alat Pendeteksi Uang Palsu Beserta Nilainya Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Gambaran umum dari sistem pengendalian level ketinggian air dapat dilihat dalam blok diagram di bawah ini : LAMPU LED Sensor Infrared Object Detector

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC)

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC) ADC (Analog To Digital Converter) adalah perangkat elektronika yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog (sinyal kontinyu) menjadi sinyal digital. Perangkat ADC (Analog To Digital Convertion) dapat berbentuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAKSI... TAKARIR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III MIKROKONTROLER

BAB III MIKROKONTROLER BAB III MIKROKONTROLER Mikrokontroler merupakan sebuah sistem yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat suatu alat yang dapat mengontrol piranti rumah tangga yang ada pada

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK Bab ini membahas tentang perancangan perangkat lunak yang meliputi interface PC dengan mikrokontroller, design, database menggunakan Microsoft access untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH Sensor adalah merupakan salah satu komponen penting sebagai pengindera dari sistem. Bagian ini akan mengubah hal-hal yang dideteksi

Lebih terperinci

Tabel 1. Karakteristik IC TTL dan CMOS

Tabel 1. Karakteristik IC TTL dan CMOS BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. IC Digital TTL dan CMOS Berdasarkan teknologi pembuatannya, IC digital dibedakan menjadi dua jenis, yaitu TTL (Transistor-Transistor Logic) dan CMOS (Complementary Metal Oxide

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan alat pada tugas akhir ini meliputi pemilihan komponen dan perhitungannya serta memilih rangkaian yang tepat dalam merancang dan membuat alat yang telah di rencanakan.

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL 2.1 Pengenalan Sistem Kontrol Definisi dari sistem kontrol adalah, jalinan berbagai komponen yang menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Blok Diagram Blok diagram ini dimaksudkan untuk dapat memudahkan penulis dalam melakukan perancangan dari karya ilmiah yang dibuat. Secara umum blok diagram dari

Lebih terperinci

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika TAKARIR AC (Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

Bab III Perancangan Sistem

Bab III Perancangan Sistem Bab III Perancangan Sistem Dalam perancangan sistem kendali motor DC ini, terlebih dahulu dilakukan analisis bagian-bagian apa saja yang diperlukan baik hardware maupun software kemudian dirancang bagian-perbagian,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY 3.1 Perancangan Alat Dalam merealisasikan sebuah sistem elektronik diperlukan tahapan perencanaan yang baik dan matang. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii DAFTAR ISTILAH USART : Jenis komunikasi antar mikrokontroler tipe serial yang menggunakan pin transmitter dan receiver. Membership function : Nilai keanggotaan masukan dan keluaran dari logika fuzzy. Noise

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV.1 Deskripsi Perangkat Perangkat yang dirancang dalam tugas akhir ini merupakan sistem instrumentasi pengukuran yang bertujuan untuk merekam data sinyal dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu berupa hardware dan software. Table 3.1. merupakan alat dan bahan yang digunakan. Tabel 3.1. Alat dan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/DEL 214/10 evisi : 02 Tgl : 10 Mei 2010 Hal 1 dari 10 1. Kompetensi Memahami cara kerja ADC (Analog to Digital Converter) dan DAC (Digital to Analog Converter) 2. Sub Kompetensi Memahami cara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Jurnal Teknik Komputer Unikom Komputika Volume 2, No.1-2013 PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Syahrul 1), Sri Nurhayati 2), Giri Rakasiwi 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

ALAT PEMANTAU SUHU RUANGAN MELALUI WEB BERBASISKAN MIKROKONTROLER AT89S51. Robby Candra

ALAT PEMANTAU SUHU RUANGAN MELALUI WEB BERBASISKAN MIKROKONTROLER AT89S51. Robby Candra Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2006) Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 23-24 Agustus 2006 ISSN : 1411-6286 ALAT PEMANTAU SUHU RUANGAN MELALUI WEB BERBASISKAN

Lebih terperinci