BAB IV PERANCANGAN SISTEM 36 BAB IV PERANCANGAN SISTEM. 4.1 Pembangunan Basis Pengetahuan dan Aturan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERANCANGAN SISTEM 36 BAB IV PERANCANGAN SISTEM. 4.1 Pembangunan Basis Pengetahuan dan Aturan"

Transkripsi

1 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 36 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Pembangunan Basis Pengetahuan dan Aturan Basis Pengetahuan Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengetahuan adalah hal yang paling penting dalam pengembangan sistem pakar. Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman, formulasi, dan penyelesaian masalah. Dalam sistem kontrol temperatur berbasis sistem pakar, pengetahuan yang digunakan didapatkan dari hasil eksperimen untuk mengetahui karakteristik plant yang akan dikontrol sehingga dalam proses pengontrolannya tepat sasaran. Data yang didapatkan berupa data kenaikan temperatur pada beberapa bukaan dan beberapa posisi sensor. Proses pengambilan data temperatur yang digunakan sebagai basis pengetahuan dalam sistem ini berlangsung dalam beberapa tahapan agar representasi temperatur keseluruhan plant dapat terpenuhi. Tahap pertama adalah plant dibagi dalam lima layer dimana setiap layer akan dibagi menjadi tiga line dimana akan terdapat delapan sensor pada line tersebut. Gambar 4.2 menunjukkan posisi pengambilan data plant. Setelah didapatkan sebaran temperatur dalam posisi dan kondisi bukaan valve yang bervariasi maka kita memetakan sebaran data temperatur tiap layernya dalam bentuk kontur sebaran temperatur sehingga kita dapat mengetahui nilai

2 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 37 temperatur diluar posisi sensor tadi. Setelah itu, basis pengetahuan yang dibutuhkan kita susun dalam format database temperatur, database yang dimaksudkan berisi tabel-tabel nilai temperatur dimana tiap kolomnya berisi nilai temperatur tiap posisi dalam tiap waktu tertentu. Database inilah yang akan menjadi referensi dalam penentuan rule yang digunakan dalam proses pengontrolan. Gambar 4.3 menunjukkan contoh kontur dari sebaran temperatur sedangkan gambar 4.4 menunjukkan bentuk tabel database temperatur. Database temperatur yang didapatkan, dibangun dengan menggunkan MySQL. Batas bawah temperatur yang terekam dalam database menjadi acuan kapan dimulainya timer untuk cek point yang telah ditentukan. Dalam tabel database temperatur terdapat 7 field data. Yaitu : no, urutan, bukaan, posisi, layer, waktu, dan suhu. Banyaknya record yang terekam dalam tabel database temperatur ini menjadi acuan dalam program sistem kontrol yang dibangun. data_suhu no * urutan bukaan posisi layer waktu suhu Gambar 4.1 Field pada Tabel Basis Data Temperatur

3 BAB IV PERANCANGAN SISTEM cm Sumber Panas 40 cm 60 cm 8 Posisi 1 Layer Sumber Panas 1 s8 s7 s6 s5 s4 s3 s2 s1 Sensor Gambar 4.2 Posisi pengambilan data plant untuk database temperatur

4 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 39 Gambar 4.3 Kontur temperatur untuk layer 3 bukaan 100%

5 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 40 Gambar 4.4 Tabel Database temperatur untuk posisi 12 layer 3 bukaan 100% Basis Aturan (Rule) Basis aturan dikembangkan dalam bentuk rule-rule yang mengatur proses pengontrollan plant. Aturan (rule) dibangun berdasarkan perbandingan nilai setting temperatur yang diberikan dengan nilai aktual sistem tersebut. Perbedaan nilai antara keduanya disebut error. Besarnya error itulah yang akan menentukan aksi mana yang akan dilakukan oleh sistem pakar sehingga pengontrolan tepat sasaran. Gambar 4.6 menunjukkan aturan yang digunakan dalam sistem ini.

6 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 41 Dalam tabel database aturan terdapat 6 field data. Yaitu : no, urutan, posisi, layer, error, dan step_value. Record yang terekam dalam tabel database temperatur ini menjadi acuan besarnya bukaan valve pada program sistem kontrol yang dibangun. no * posisi urutan layer error data_suhu Step_value Gambar 4.5 Field pada Database Aturan Gambar 4.6 Tabel Database Aturan untuk posisi 12 layer Inferensi Inferensi yang digunakan dalam sistem pakar ini dibagi kedalam dua bagian. Pertama adalah inferensi ketika melewati cek point yang telah ditentukan. Sedangkan inferensi yang kedua adalah inferensi pada saat nilai set point telah tercapai. Tujuan inferensi pada cek point adalah untuk mendapatkan waktu

7 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 42 estimasi pencapaian setpoint yang ditentukan. Untuk inferensi pada saat sistem telah mencapai set point yang ditentukan, tujuannya adalah untuk mendapatkan rule kontrol yang tepat agar menjaga sistem stabil pada temperatur set point tersebut. Inferensi pada saat cek point selain untuk mendapatkan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai set point yang diinginkan juga mencari rule yang tepat agar waktu yang dibutuhkan untuk mencapai set point dapat sesuai dengan estimasi yang sudah terekam pada database temperatur. Rule untuk set point dibedakan dengan rule pada saat terjadinya pegontrolan. Untuk rule set point, nilai yang menjadi acuan adalah error antara temperatur referensi dengan temperatur aktual pada waktu yang sama. Jika error negatif, maka bukaan valve sebesar 100 % namun jika error negatif maka bukaan valve dikurangi 25% dari bukaan sebelumnya. Inferensi untuk mencari Aturan (rule) kontrol bekerja saat waktu pertama kali temperatur dalam plant mencapai nilai setting temperatur yang ditentukan. Estimasi waktu tersebut didapatkan dari referensi database temperatur yang telah disusun sebelumnya. Aturan pertama kali bekerja dengan membandingkan nilai setting temperatur dengan nilai temperatur aktual yang akan didapatkan nilai error. Setelah itu, sistem akan mengecek kondisi bukaan valve input yang akan menjadi referensi jalur aturan mana yang akan dipakai dalam proses pengontrolan ini. Sebagai contoh adalah jika bukaan valve input aktual adalah sebesar 75 %, maka nilai error yang telah didapatkan akan menentukan besarnya aksi yang

8 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 43 dimaksudkan untuk menuju nilai temperatur sesuai setting temperatur yang diberikan. Ketika nilai error adalah negatif maka hal ini mencerminkan bahwa nilai temperatur aktual lebih besar daripada nilai setting temperatur yang diberikan sehingga aksi yang dilakukan adalah dengan memperkecil supply udara panas pada plant sehingga nilai temperatur aktual akan menuju nilai setting temperatur yang telah ditentukan. Namun ketika nilai error adalah positif maka hal yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan supply udara panas dalam plant. 4.3 Desain Perangkat Lunak Sistem Pakar Gambar 4.7 Konteks Diagram Sistem Kontrol Dalam konteks diagram diatas, sistem kontrol temperatur berbasis sistem pakar terhubung dengan tiga entitas luar yaitu user, sensor temperatur, dan kontrol flow. User memberikan nilai setting temperatur sebagai target yang akan menjadi tolak ukur oleh sistem serta user juga memberitahukan posisi sensor aktual yang berfungsi sebagai pelengkap akses ke dalam database temperatur yang berada dalam sistem pakar tepatnya dalam basis pengetahuan. Nilai setting temperatur

9 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 44 dan posisi sensor ini digunakan sebagai fakta yang masuk ke dalam sistem pakar disamping nilai data temperatur aktual plant. Selisih antara nilai setting temperatur dan nilai temperatur aktual dijadikan sebagai masalah yang harus diselesaikan agar nilai keduanya sesuai. Rule yang telah dibangun dan terekam dalam database rule digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Aturan-aturan yang terdapat dalam database rule di bangun berdasarkan pembelajaran sebelumnya sehingga masalah-masalah yang terjadi berulang-ulang akan cepat ditanggulangi karena step-step penyelesaian masalahnya telah tersimpan dalam database rule. Metode pemilihan rule dapat disebut juga dengan metode inferensi, ketepatan memilih rule akan berakibat pada ketepatan penyelesaian masalah yang dihadapi sistem pakar. Jika rule yang di pilih tepat maka masalah yang dihadapipun akan terselesaikan secara tepat begitupun sebaliknya jika rule yang di pilih ternyata tidak sesuai maka penyelesaian masalahnya tidak seperti yang kita harapkan. Output dari rule ini adalah besarnya bukaan valve yang dapat mengetur laju aliran udara panas yang masuk dan keluar sistem. Proses pengambilan data dan pengontrolan valve dilakukan secara otomatis oleh PC dengan menggunakan perangkat lunak. Perangkat lunak yang dibangun meliputi perangkat lunak untuk mengontrol perangkat keras dan peragkat lunak untuk melakukan pengolahan data yang masuk sampai akhirnya didapatkan rule yang tepat. Perangkat lunak untuk pengontrolan perangkat keras digunakan untuk melakukan pengambilan data temperatur dari plant serta untuk mengatur gerakan

10 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 45 motor yang akan menentukan besarnya bukaan valve. Perangkat lunak pengolahan data digunakan untuk pengolahan data input temperatur dan pengontrolan sistem dengan metode sistem pakar. Sensor Temperatur Set point Posisi sensor USER 1 Ukur Temperatur 2 Besar Bukaan Valve 3 Input Data Nilai temperatur Besar bukaan valve 4 Pilih Data Temperatur 5 Rule 6 Sistem Kontrol Berbasis Sistem Pakar Estimasi waktu Rule Data Base Temperatur Data Base Rules 7 Kontrol Aktuator 8 Display Grafik dan kondisi plant Besar bukaan valve Valve Gambar 4.8 Data Flow Diagram Level 0 Untuk Desain Perangkat Lunak Data flow diagram diatas menjelaskan lebih lengkap dari rancangan perangkat lunak yang digunakan. Terdapat delapan proses utama yang terjadi dalam diagram

11 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 46 tersebut diantaranya adalah proses mengukur temperatur aktual plant, besar bukaan valve, input data yang diberikan oleh user, pemilihan database temperatur sebagai rujukan, rule yang akan mengatur sehingga kondisi yang diinginkan tercapai, sistem kontrol, kontrol aktuator dengan kondisi bukaan yang disesuaikan berdasarkan rule yang dipakai, serta display yang mempermudah user mengamati proses yang terjadi dalam kegiatan yang terjadi dalam plant yang dikotrol. Proses mengukur temperatur aktual plant melibatkan blok akuisisi data yang diatur oleh mikrokontroller dan PC. Nilai temperatur aktual yang didapatklan dalam proses ini digunakan sebagai pembanding dengan nilai setting temperatur yang ditentukan oleh user. Nilai error yang terjadi antara nilai temperatur aktual dan setting temperatur yang terjadi akan menentukan rule mana yang dipilih untuk proses pengontrollan. Input data yang diberikan oleh user adalah nilai setting point yang akan menjadi target pengontrolan dan nilai posisi sensor temperatur aktual. Kedua nilai tersebut digunakan untuk mengakses database temperatur sehingga sistem mendapatkan nilai estimasi waktu kapan nilai setting temperatur yang diberikan tersebut akan tercapai. Nilai estimasi waktu ini akan menentukan waktu cek point yang akan dilakukan oleh sistem yang bertujuan untuk mengecek apakan rule yang digunakan masih sesuai dengan kondisi plant aktual. Database rule berisi tentang rule-rule yang akan digunakan dalam proses rule selanjutnya. Rule merupakan proses yang dapat dikatakan paling penting dalam sistem ini, proses pemilihan rule berdasarkan kondisi-kondisi yang telah diberikan dan

12 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 47 kondisi yang terjadi dalam plant yang akan dikontrol. Proses pemilihan rule yang tepat akan menghasilkan pengontrolan yang tepat juga artinya nilai kondisi steady state plant akan sama dengan setting temperatur yang diberikan. Sebaliknya jika rule yang dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang ada maka nilai setting temperatur tidak akan terjadi, artinya proses pengontrollan gagal. Pemilihan rule dilakukan sebanyak nilai cek point yang ditentukan oleh sistem agar waktu untuk mencapai setpoint sesuai dengan yang diprediksikan. Pemilihan rule yang lain digunakan untuk mengontrol sistem setelah tercapainya nilai setpoint agar nilai temperatur sesuai dengan nilai setpoint. Kontrol aktuator merupakan proses yang berperan untuk mengontrol gerakan stepper motor. Proses ini melibatkan blok aktuator yang diatur oleh PC berdasarkan rule yang digunakan. Nilai besarnya bukaan valve yang digerakkan oleh stepper motor akan mengontrol besarnya jumlah udara panas yang masuk dan yang keluar dari sistem. Display merupakan proses yang berperan untuk menampilkan bagian-bagian tertentu dari kondisi plant, input data yang diberikan oleh user serta kondisi rule yang dipilih oleh sistem. Proses ini memberikan kemudahan user dalam mengamati proses yang terjadi dalam plant melalui grafik temperatur aktual plant yang ditampilkan.

13 BAB IV PERANCANGAN SISTEM DFD Level 1 Proses 5 Rule Gambar 4.9 DFD Level 1 dari Proses 5 Gambar yang ditunjukkan DFD level 1 untuk proses 5 terdiri dari tiga proses utama yaitu proses pengeditan rule, proses pembacaan rule serta proses penyimpanan rule. Proses baca rule adalah proses dimana user dapat membaca rule yang ada dalam database rule yang telah disusun. Biasanya proses baca rule sangat berperan ketika sistem sedang bekerja dimana proses ini akan menunjukkan rule mana yang bekerja untuk kondisi aktual plant saat itu. Proses edit rule dimungkinkan untuk seorang user untuk mengedit rule yang telah ada

14 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 49 dalam database rule. Perubahan rule biasanya terjadi ketika didapat suatu kondisi yang lebih baik dari pada kondisi rule sebelumnya untuk mengatasi masalah yang sama. Perubahan rule ini dilakukan secara manual oleh user. Buffer rule berfungsi sebagai penampungan sementara antara database rule dan user. Gambar 4.10 DFD level 2 untuk proses 5.1 Proses edit rule terdiri dari 3 proses yaitu proses tambah rule, proses hapus rule, dan proses ubah rule. Proses tambah rule menambahkan rule yang baru yang akan disimpan sementara dalam buffer rule sebelum terekam dalam database rule. Proses penghapusan rule dilakukan ketika kondisi rule tersebut sudah tidak efektif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sedangkan proses perubahan rule dilakukan ketika rule yang ada dirasakan harus ada perbaikan agar lebih effektif dalam menyelesaikan masalah.

15 BAB IV PERANCANGAN SISTEM DFD Level 1 Proses 6 Sistem Kontrol Gambar 4.11 DFD Level 2 untuk proses 6 Proses utama dalam proses 6 proses sitem kontrol ini terdapat 5 proses utama yaitu proses mencari field dalam database yang sesuai, menentukan cek point, proses cek point tersebut, membandingkan data temperatur dengan database temperatur pada test point yang telah ditentukan, dan memilih rule yang tepat untuk kondisi yang sesuai. Proses mencari field database yang sesuai dibutuhkan sebagai data referensi untuk membandingkan dengan data temperatur aktual pada saat cek point yang telah ditentukan. Misalnya pada saat cek point pertama, kita bandingkan apakah nilai temperatur aktual tersebut masih sesuai dengan nilai yang terdapat pada database temperatur pada waktu yang sama. Ketika nilai tersebut masih dapat ditolerir maka rule yang dipakai masih seperti rule yang dipakai sebelumnya. Namun, ketika error antara nilai data temperatur aktual dengan nilai yang ada pada database tersebut terlalu melenceng jauh maka rule

16 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 51 akan berubah menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi sehingga pada test point selanjutnya nilai dari data temperatur aktual dapat sesuai. Gambar 4.12 DFD Level 3 untuk Proses 6.5 Pilih Rule Untuk proses pemilihan rule terdapat tiga proses utama didalamnya, yaitu proses membandingkan data temperatur aktual dengan data referensi temperatur, proses pengecekan bukaan valve aktual, dan proses pemilihan rule dengan kondisi yang telah diberikan sebelumnya. Proses pemilihan rule berdasarkan logika dimana jika error yang terjadi antara data temperatur aktual dengan referensi adalah negatif maka untuk mendapatkan kondisi yang diinginkan sesuai dengan referensi dari database temperatur, harus mengurangi supply udara panas ke dalam plant yang dalam hal ini kita memperkecil besar bukaan valve dibandingkan sebelumnya. Namun, jika error yang terjadi adalah positif maka supply udara panas dalam plant harus ditingkatkan dengan memperbesar bukaan valve dari sebelumnya. Proses pemilihan ini dilaksanakan sebanyak test point yang telah ditentukan.

17 BAB IV PERANCANGAN SISTEM DFD Level 1 Proses 7 Kontrol Aktuator Proses kontrol aktuator terdiri dari 5 proses utama yaitu proses baca data step value, proses cek arah putaran motor, proses cek jumlah step, proses putar motor1 dan proses putar motor2. Pemutaran motor dilakukan hanya untuk motor1 dan motor2 karena proses kontrol hanya dilakukan untuk proses pemanasan (heating) sehingga motor yang perlu dikontrol hanya motor yang terhubung dengan saluran udara panas. Gambar 4.13 DFD Level 1 untuk Proses 7 Kontrol Aktuator

18 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 53 Data step value yang dihasilkan oleh rule dibaca oleh program kontrol. Setelah itu, program kontrol melakukan pengecekan arah putaran motor dan pengecekan jumlah step yang harus diberikan pada motor. Proses pengecekan ini menggunakan data step value yang telah dibaca oleh proses sebelumnya dan memori posisi motor sebelumnya. Proses pengecekan arah putaran dilakukan dengan membandingkan data step value dan memori posisi motor sebelumnya dimana bila memori posisi motor sebelumnya lebih besar daripada data step value, maka motor harus diputar clockwise (bukaan / valve ditutup sedikit) dan bila memori posisi motor sebelumnya lebih kecil daripada data step value, maka motor harus diputar anticlockwise (bukaan / valve dibuka sedikit). Proses pengecekan jumlah step motor dilakukan dengan membandingkan besar data step value dengan besar nilai posisi motor sebelumnya dimana jumlah step yang harus diberikan ke motor sama dengan nilai absolut dari selisih keduanya. 4.4 Desain Perangkat Keras Desain Plant Desai plant yang digunakan dalam sistem kontrol ini berupa wadah yang berbentuk kotak yang berdimensi 40cm x 60cm x 50cm, medium plant dibuat dari bahan acrylic yang transparan. Plant memiliki 3 buah saluran udara yang menghubungkan sistem dengan entitas luar. Terdapat 2 saluran udara yang berfungsi sebagai jalur untuk masukknya udara panas yang diberikan sumber

19 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 54 panas kepada sistem. Udara dari sumber panas dimasukkan ke dalam sistem dimana laju aliran masa udara ditentukan besarnya bukaan valve yang dikontrol oleh aktuator berupa stepper motor. Saluran terakhir merupakan saluran pembuangan. Fungsi dari saluran pembuangan ini adalah untuk menjaga agar tekanan didalam sistem stabil terhadap tekanan udara luar atau P system - P a = Konstan. Hal ini dimaksudkan, karena perubahan tekanan yang tidak konstan akan menyebabkan perubahan suhu dalam plant. Sehingga akan mengganggu proses pengontrolan yang akan dilakukan. Gambaran plant secara fisik dapat dilihat pada gambar cm 60 cm 40 cm

20 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 55 Gambar 4.14 Bentuk Fisik Plant yang digunakan Lubang yang berwarna merah adalah saluran untuk udara panas sedangkan lubang yang berwarna hijau adalah saluran pembuangan. Kedua entitas ini terhubung dengan entitas luar, lubang yang merah terhubung dengan sumber panas yang digunakan sedangkan lubang yang berwarna hijau terhubung dengan udara luar Blok Akusisi Data Blok akuisisi data berfungsi sebagai blok yang digunakan sebagai pengumpul data-data fisis yang dalam hal ini berupa nilai temperatur yang ingin diolah lebih lanjut. Data-data fisis biasanya diperoleh dari sensor yang berfungsi sebagai pengubah besaran fisis menjadi besaran elektrik. Blok akuisisi data dalam sistem kontrol temperatur ini terdiri dari beberapa blok utama yaitu: blok sensor temperatur, blok multiplexer, blok amplifier, blok ADC, blok mikrokontroller, dan blok PC. Skema rangkaian blok-blok tersebut ditunjukkan oleh gambar 4.15

21 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 56 Gambar 4.15 Diagram Blok Akuisisi data Gambar 4.16 Board Akuisisi Data Yang Digunakan Sensor temperatur yag digunakan adalah sensor temperatur LM 35. sensor LM 35 merupakan sensor temperatur yang berbentuk IC yang dibuat berdasarkan karakteristik tegangan yang dihasilkan dioda dengan temperatur lingkungan sekitarnya. Sensor LM35 merupakan sensor temperatur yang berbasis pada centrigrade. Centrigrade berarti tegangan keluaran (output) dari sensor temperatur ini menyatakan suatu temperatur dalam derajat celcius. Untuk sensor LM 35, tegangan keluaran 10 mv menyatakan temperatur 1 derajat celcius. Artinya bila

22 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 57 tengangan keluaran sama dengan 100 mv maka temperatur yang dibaca oleh sensor LM 35 adalah sebesar 10 derajat celcius. Akurasi sensor LM 35 adalah ± 0.5 derajat celcius. Artinya jika temperatur aktual sistem adalah 30 derajat celcius, maka temperatur yang diukur sensor ini dapat berada pada rentang 29,5-30,5 derajat celcius. Gambar 4.17 Sensor Temperatur LM35 yang digunakan Blok multiplexer yang digunakan hanya memiliki satu rangkaian utama yaitu rangkaian multiplexer dimana komponen utama dari rangkaian ini adalah multiplexer analog. Multiplexer merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk memilih salah satu jalur data yang ingin diteruskan dari beberapa jalur data yang terhubung ke multiplexer. Multiplexer memiliki arsitektur yang menyerupai gerbang saklar dimana saklar ini mengaktifkan kanal data input dengan menggunakan sistem pengalamatan (addressing). Blok amplifier berfungsi untuk mengatur level tegangan analog dari sensor suhu. Pengaturan level tegangan ini dilakukan dengan cara memperkuat sinyal analog yang bersasal dari sensor menjadi level tegangan yang diinginkan. Karakteristik

23 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 58 level tegangan keluran dari sensor berorde mv, padahal level minimum masukan analog pada ADC sekitar 2 V. Susunan rangkaian penguat merupakan suatu rangkaian penguat instrumentasi biasa yang mengandalkan OP-AMP LM741 sebagai komponen penguatnya. Gambar 4.18 Skema Rangkaian Penguat Blok ADC digunakan untuk mengkonversi data analog menjadi data digital yang dapat diproses oleh mikrokontroller maupun PC. Blok ADC memiliki satu rangkaian utama yaitu rangkaian ADC (Analog to Digital Conversion). Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC ADC. IC ADC adalah komponen elektronika yang digunakan untuk mengkonversi data analog menjadi data digital. IC ADC yang digunakan dalam blok ini adalah ADC0809. ADC 0809 merupakan ADC 8 bit yaitu ADC yang mengkonversi data analog menjadi data digital dengan panjang data sebanyak 8 bilangan digital (1 byte). Artinya, ADC ini mengkonversi data analog menjadi data digital dalam rentang dalam basis biner (atau dalam basis desimal).

24 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 59 IC ADC yang terdapat dalam blok ADC ini menggunakan tegangan referensi sebesar 5 volt sebagai acuan dalam konversi data. Persamaan yang digunakan ADC 8 bit ini untuk menentukan besarnya data digital yang dikonversi dari suatu data analog dengan menggunakan referensi 5 volt adalah: Data digital = (DataAnalog*255) / 5...(4.1) Resolusi ADC yang ditunjukkan oleh persamaan di atas adalah sekitar 19.6 mv. Resolusi ADC adalah perubahan tegangan analog terkecil pada input ADC yang dapat menimbulkan perubahan data digital pada output ADC. Blok mikrokontroller merupakan blok utama dari blok akuisisi data. Komponen utama dalam blok ini adalah IC mikrokontroller AT89S52 (MCS-51). Mikrokontroller ini merupakan mikrokontroller 8 bit yang mampu ditulisi dengan pemograman flash (flash programmer). Mikrokontroller ini memiliki 40 pin dengan komposisi 32 pin input-output, 3 pin untuk pertambahan RAM / EEPROM, 2 pin untuk osilator kristal, 1 pin untuk reset, dan 2 pin untuk Vcc dan Gnd. Mikrokontroller ini dijadikan sebagai otak pengatur pin-pin logic pada blok multiplexer, blok signal conditioning dan blok ADC. Mikrokontroller melakukan pengambilan data sensor berdasarkan instruksi dari PC dan hasil konversi data sensor dikirimkan ke PC. Komunikasi antara PC dan mikrokontroller dilakukan dengan menggunakan komunikasi serial (RS 232). Mikrokontroller diprogram untuk menunggu instruksi dari PC (instruksi untuk mengambil data sensor tertentu), memilih jalur data sensor dengan mengatur jalur data pada MUX,

25 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 60 mengatur proses penginputan data dari keypad, mengatur proses konversi data dan mengirimkan data sensor ke PC via serial port, pengaturan operasi mikrokontroller Blok Aktuator Blok aktuator dalam instrumentasi merupakan blok rangkaian elektronika yang digunakan untuk menggerakan aktuator. Aktuator merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi gerak. Contoh aktuator yang sering dijumpai adalah kipas, stepper motor, motor dc, dan lain-lain. Dalam sistem kontrol temperatur, aktuator yang digunakan adalah stepper motor yang digerakkan dengan referensi yang diberikan oleh output rule dari sistem pakar yeng dibangun untuk sistem kontrol temperatur ini. Blok aktuator terdiri dari dua blok utama yaitu blok kontrol motor dan blok kontrol kipas. Gambar 4.19 Diagram Blok Aktuator Blok kontrol motor terdiri dari 3 komponen utama yaitu IC latch digital, IC penguat arus dan stepper motor. IC latch digital yang digunakan adalah IC 74ls175 yang memiliki 4 pin input, 4 pin output, 4 pin output inverting dan 1 pin logic. IC penguat arus yang digunakan adalah IC ULN2003 yang memiliki 7 pin

26 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 61 input, 7 pin output dan 1 pin common. Stepper motor yang digunakan adalah stepper motor unipolar yang memiliki 4 pin jalur data dan 1 pin common. IC latch digital adalah komponen elektronika yang digunakan untuk memori data digital. IC ini berfungsi untuk mengingat keadaan terakhir data input dari latch dan membuat output latch ini konstan selama latch dalam keadaan mengingat. Dalam blok aktuator, IC ini berperan sebagai perantara jalur data paralel port PC dengan stepper motor dimana IC ini digunakan untuk mengekspansi jalur data pada port data paralel (DB 25) di PC. Jumlah jalur data pada port data paralel hanya terdiri dari 8 jalur data, sedangkan jumlah jalur data untuk mengatur 3 motor adalah sebanyak 12 jalur data. Oleh karena itu, perlu dilakukan penggantian pemakaian jalur data yang ada. Penggantian pemakaian jalur ini dilakukan dengan mengaktifkan dan menonaktifkan latch. Proses penggantian pemakaian jalur ini menciptakan suatu proses ekspansi jalur data pada port data paralel. Dengan menggunakan IC latch digital ini, jumlah jalur data yang diperlukan untuk mengontrol 3 motor hanya sebanyak 4 jalur data. Jalur data pada port data paralel yang digunakan untuk mengatur stepper motor adalah port D0 D3 (pin 2 pin 5 pada DB 25). Latch digital diaktifkan dan dinonaktifkan dengan memberikan logic pada pin logic latch digital. Untuk mengaktifkan keadaan latch, pin logic pada latch diberikan logic high dan untuk menonaktifkan keadaan latch, pin logic pada latch diberikan logic low. Pin logic

27 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 62 latch digital dikontrol dengan port kontrol DC0 DC2 (pin 1, pin 14 dan pin 16 pada DB 25). Stepper motor yang digunakan dalam blok aktuator ini adalah stepper motor jenis unipolar yang memiliki 5 pin yaitu 1 pin common dan 4 pin jalur data untuk mengontrol putaran stepper motor. Konfigurasi pin yang digunakan untuk mengontrol stepper motor adalah konfigurasi 4 pin dimana setiap pin stepper dapat diberikan logic high dan logic low. Untuk memutar stepper motor, logic high diberikan pada salah satu pin data dan 3 pin lainnya diberikan logic low. Gambar 4.20 Valve yang Digunakan 4.5 User Interface Halaman Utama Halaman utama pada perangkat lunak yang dibangun difungsikan sebagai jembatan bagi form-form yang ada. Form-form yang dapat diakses melelui halaman utama ini berjumlah 6 form yaitu: form sistem kontrol temperatur berbasiskan sistem pakar, form sistem kontrol on-off, form database temperatur,

28 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 63 form akuisisi data, form ubah aturan (rule), dan fasilitan penjelas sistem (help). Semua form-form yang digunakan dibangun dengan menggunkan program borland delphi 6. Gambar 4.21 Form Halaman utama Form Sistem Kontrol temperatur Berbasis Sistem Pakar Aplikasi form ini dibangun untuk melakukan pengontrolan temperatur pada plant. Pengontrolan yang dilakukan berdasarkan basis data temperatur dan basis aturan. Sebelum memulai mengontrol, user harus memberikan setting awal sebagai syarat untuk mengakses basis data temperatur yang telah dibangun sebelumnya. Settingan awal yang diperlukan adalah posisi sensor, posisi layer, besar bukaan valve awal, dan set point temperatur yang diinginkan. Setelah settingan awal dipenuhi semua, maka sistem akan memberikan waktu prediksi dimana set point

29 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 64 yang pertama kali akan tercapai. Sebelum waktu yang diprediksikan tercapai, tiga buah cek point akan diberikan akan waktu tersebut dapat tepat. Aturan yang berlaku pada ketiga cek point ini adalah jika error yang terjadi antara set point dan temperatur aktual bernilai positif atau sama dengan nol maka bukaan valve akan sama dengan bukaan valve awal. Namun jika error bernilai negatif maka bukaan valve akan dikurangi 25 % dari bukaan sebelumnya hal ini dimaksudkan agar pada waktu cek point selanjutnya nilai temperatur aktual dapat sama dengan temperatur yang direferensikan. Kondisi diatas akan sama pada cek point yang kedua. Untuk cek point yang ketiga, aturan yang diberikan sama dengan cek point satu dan dua namun perbedaaannya adalah jika nilai temperatur aktual pada cek point ketiga tidak lebih besar dari set point yang ditetapkan maka bukaan valve akan diberikan maksimum. Namun ketika kondisi set point telah terpenuhi atau bahkan terlampaui maka sistem kontrol akan bekerja berdasarkan rule yang telah dipilih. Pada halaman yang kedua terdapat gambar grafik yang akan menampilkan kondisi temperatur dari plant yang dikontrol. Grafik yang diberikan adalah grafik temperatur dalam derajat celcius per satuan waktu dalam sekon. Halaman terakhir dari form sistem kontrol ini adalah halaman dimana rule yang dipilih untuk melakukan pengontrolan akan ditampilkan. Selain itu data sebaran temperatur setelah aksi pengontrolan juga diperlihatkan. Kondisi sebaran temperatur aktual dapat dibandingkan dengan sebaran temperatur yang terekam dalam basis data temperatur.

30 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 65 Gambar 4.22 Halaman Pertama Form Sistem Kontrol Gambar 4.23 Halaman Kedua Form Sistem Kontrol

31 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 66 Gambar 4.24 Halaman Ketiga Sistem Kontrol Form Sistem Kontrol On-Off Form sistem kontrol on-off dibangun sebagai pembanding terhadap hasil pengontrolan yang dilakukan oleh sistem kontrol yang berbasiskan sistem pakar. Dalam form ini settingan awal juga harus diberikan sesuai dengan posisi sensor dan nilai set point yang diinginkan. Grafik temperatur terhadap waktu akan diberikan sebagai indikator temperatur aktual. Indikator bukaan valve akan diberikan oleh label disebelah kanan bawah. Kondisi bukaan valve untuk sistem kontrol jenis ini adalah buka atau tutup.

32 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 67 Gambar 4.25 Form Sistem Kontrol On-Off Form Database Temperatur Aplikasi form ini digunakan untuk melihat basis data temperatur yang dimiliki sebagai acuan aksi sistem ini. Selain untuk menampilkan record yang dipilih berdasarkan kondisi yang telah ditetapkan sebelumnya, form ini juga dapat digunakan untuk merubah record yang dipilih. Aplikasi untuk merubah record pada basis data temperatur dibangun atas dasar bahwa sistem pakar adalah sistem yang akan terus belajar sehingga menjadikan sistem ini powerfull untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi yang masih berada dalam batasan domainnya.

33 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 68 Gambar 4.26 Form Database Temperatur Form Akuisisi Data Form akuisisi data mempunyai fungsi sebagai aplikasi akuisisi data sensor yang berada dalam plant. Grafik temperatur terhadap waktu akan diberikan sebagai indikator temperatur aktual. Grafik ini menampilkan temperatur aktual per detik delapan sensor yang digunakan. Nilai temperatur tersebut disimpan dalam format teks dokumen. Selain itu, fasilitas untuk akses motor steper juga diberikan.

34 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 69 Gambar 4.27 Form Akuisisi Data Form Ubah Aturan Form ini dibangun sebagai akses dalam menampilkan aturan yang akan digunakan dalam proses pengontrolan. Aturan yang dipilih sesuai dengan posisi sensor dan layer akan ditampilkan dalam data grid. Melalui aplikasi ini juga dapat digunakan untuk merubah aturan tersebut.

35 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 70 Gambar 4.28 Form Ubah Aturan Fasilitas Penjelas Sistem (Help) Fasilitas penjelas sistem dibangun sebagai bantuan bagi user yang akan memanfaatkan sistem yang dibagun ini. Dalam fasilitas ini akan dijelaskan semua aplikasi yang terdapat dalam sistem sehingga dapat lebih mempermudah dalam menggunakannya.

36 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 71 Gambar 4.29 Fasilitas Penjelas Sistem

37 BAB IV PERANCANGAN SISTEM 72

Bab IV PERANCANGAN SISTEM KONTROL NUTRISI HIDROPONIK NFT TUMBUHAN TOMAT

Bab IV PERANCANGAN SISTEM KONTROL NUTRISI HIDROPONIK NFT TUMBUHAN TOMAT Bab IV PERANCANGAN SISTEM KONTROL NUTRISI HIDROPONIK NFT TUMBUHAN TOMAT IV. Desain Sistem Disain sistem yang dibangun dibagi menjadi tiga proses yaitu pencampuran larutan di tabung pencampur, pemberian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1. Perancangan Perangkat Keras Blok diagram yang dibuat pada perancangan tugas akhir ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. Keypad Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Tinjauan Umum Perancangan prototipe sistem pengontrolan level air ini mengacu pada sistem pengambilan dan penampungan air pada umumnya yang terdapat di perumahan. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM 3.1 Perangkat Keras Perancangan perangkat keras untuk sistem kontrol daya listrik diawali dengan merancangan sistem sensor yang akan digunakan, yaitu sistem sensor

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Keras (Hardware) Pengujian perangkat keras sangat penting dilakukan karena melalui pengujian ini rangkaian-rangkaian elektronika dapat diuji

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis F., dkk : Rancang Bangun Data.. RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis Fitriani, Didik Tristianto, Slamet Winardi Program Studi Sistem Komputer,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul tugas akhir maka perlu diadakan pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran adalah untuk mengetahui ketepatan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem yang dibuat, maka pada bab ini dilakukan pengujian sistem. Kemudian akan dilakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pada timbangan digital sebagai penentuan pengangkatan beban oleh lengan robot berbasiskan sensor tekanan (Strain Gauge) dibagi menjadi dua bagian yaitu perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Secara Umum Perancangan sistem yang dilakukan dengan membuat diagram blok yang menjelaskan alur dari sistem yang dibuat pada perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Metode penelitian merupakan sebuah langkah yang tersusun secara sistematis dan menjadi pedoman untuk menyelesaikan masalah. Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER Ary Indah Ivrilianita Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak Sistem pengendali lampu menggunakan mikrokontroler ATMega

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH Sensor adalah merupakan salah satu komponen penting sebagai pengindera dari sistem. Bagian ini akan mengubah hal-hal yang dideteksi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kemajuan teknologi dalam berbagai bidang. Teknologi instrumentasi

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kemajuan teknologi dalam berbagai bidang. Teknologi instrumentasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi sekarang ini terus melaju dan berkembang dengan pesat. khususnya teknologi di bidang instrumentasi. Teknologi instrumentasi sangat memegang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Diagram blok dari sistem yang dirancang terdiri dari bagian sensor, ADC, komputer client dan komputer server beserta perangkat lunaknya, seperti yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM III PERNCNGN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang diagram blok sistem yang menjelaskan tentang prinsip kerja alat dan program serta membahas perancangan sistem alat yang meliputi perangkat keras dan

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III. Perencanaan Alat BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen didalamnya termasuk adalah pengambilan data dan membangun sistem kontrol temperatur.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN ADC Program BASCOM AVR pada mikrokontroler: W=get ADC V=W/1023 V=V*4.25 V=V*10 Lcd V Tujuan dari program ini adalah untuk menguji tampilan hasil konversi dari tegangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika TAKARIR AC (Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Gambaran Umum Sistem Perancangan kendali kelistrikan rumah menggunakan web dimulai dari perancangan hardware yaitu rangkaian pengendali dan rangkaian pemantau seperti rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Blok Diagram Blok diagram ini dimaksudkan untuk dapat memudahkan penulis dalam melakukan perancangan dari karya ilmiah yang dibuat. Secara umum blok diagram dari

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI PERANCANGAN SISTEM. Sebelum merealisasikan perancangan sistem kontrol kedalam sistem berbasis

BAB V IMPLEMENTASI PERANCANGAN SISTEM. Sebelum merealisasikan perancangan sistem kontrol kedalam sistem berbasis BAB V IMPLEMENTASI PERANCANGAN SISTEM 5.1 Kriteria Perancangan Sistem Sebelum merealisasikan perancangan sistem kontrol kedalam sistem berbasis komputer. Diperlukan penelaahan mengenai kriteria sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu berupa hardware dan software. Table 3.1. merupakan alat dan bahan yang digunakan. Tabel 3.1. Alat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Jurnal Teknik Komputer Unikom Komputika Volume 2, No.1-2013 PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Syahrul 1), Sri Nurhayati 2), Giri Rakasiwi 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram blok sistem secara umum Pada sub bab ini dibahas tentang uraian keseluruhan dari diagram blok sistem. Diagram blok sistem ini diperlihatkan pada gambar 3.1. Sensor

Lebih terperinci

THERMOMETER DIGITAL DENGAN MODUL DST-51, ADC-0809 DAN LCD 2X16

THERMOMETER DIGITAL DENGAN MODUL DST-51, ADC-0809 DAN LCD 2X16 THERMOMETER DIGITAL DENGAN MODUL DST-51, ADC-0809 DAN LCD 2X16 LCD 2x16 Modul DST-51 Modul ADC-0809 Amplifier LM35 Gambar 1 Blok Diagram Sistem Aplikasi thermometer digital dilakukan dengan melakukan konversi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1 Kalibrasi Pengertian kalibrasi menurut ISO adalah seperangkat operasi dalam kondisi tertentu yang bertujuan untuk menentukan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Hasil Penelitian Setelah alat dan bahan didapat dan dipersiapkan maka perangkat-keras dan perangkat-lunak telah berhasil dibuat sesuai dengan rancangan awal walau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Februari 2014 Oktober 2014. 3.2. Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 21 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem kendali yang dibuat ini terdiri dari beberapa blok bagian yaitu blok bagian plant (objek yang dikendalikan), blok bagian sensor, blok interface

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. ruangan yang menggunakan led matrix dan sensor PING))). Led matrix berfungsi

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. ruangan yang menggunakan led matrix dan sensor PING))). Led matrix berfungsi BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Perancangan Media Penyampaian Informasi Otomatis Dengan LED Matrix Berbasis Arduino adalah suatu sistem media penyampaian informasi di dalam ruangan yang menggunakan

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 Yudhi Gunardi 1,Firmansyah 2 1,2 Jurusan Elektro, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana alat dapat

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana alat dapat BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana alat dapat menjalankan perintah inputan dan gambaran sistem monitoring Angiography yang bekerja untunk pengambilan data dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Mikrokontroler ATMEGA Telepon Selular User. Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

BAB III PERANCANGAN. Mikrokontroler ATMEGA Telepon Selular User. Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem BAB III PERANCANGAN 3.1 Prnsip Kerja Sistem Sistem yang akan dibangun, secara garis besar terdiri dari sub-sub sistem yang dikelompokan ke dalam blok-blok seperti terlihat pada blok diagram pada gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga Oscillating Water Column. 3.1. Gambaran Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi

Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi Thermometer digital dengan DST-R8C dan OP-01 sebagai rangkaian pengkondisi Saat ini telah beredar beberapa mikrokontroler yang sudah bulitin ADC ( analog to digital ) salah satunya adalah R5F21134 yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16. Enis Fitriani,DidikTristianto,SlametWinardi

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16. Enis Fitriani,DidikTristianto,SlametWinardi RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis Fitriani,DidikTristianto,SlametWinardi Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu KomputerUniversitas Narotama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Penyaji Minuman Otomatis Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor dan maraknya pencurian kendaraan bermotor, penggunaan alat keamanan standar yang

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini akan membahas tentang pengujian dan analisa system yang telah dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui respon kerja dan system secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 IMPLEMENTASI Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum memulai penggunaan Sistem Kontrol Pendeteksian Kebakaran. Berikut beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas: III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari 2013 sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cara mengatur suhu dan kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan

Lebih terperinci