Analisis Belanja Publik SEKTOR KESEHATAN. Kabupaten Pidie Jaya 2014 CPDA. Consolidating for Peacefull Development in Aceh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Belanja Publik SEKTOR KESEHATAN. Kabupaten Pidie Jaya 2014 CPDA. Consolidating for Peacefull Development in Aceh"

Transkripsi

1 Analisis Belanja Publik SEKTOR KESEHATAN Kabupaten Pidie Jaya 2014 CPDA Consolidating for Peacefull Development in Aceh

2

3 Analisis Belanja Publik SEKTOR KESEHATAN Kabupaten Pidie Jaya 2014 CPDA Consolidating for Peacefull Development in Aceh

4 RINGKASAN EKSEKUTIF

5 RINGKASAN EKSEKUTIF BELANJA KESEHATAN Belanja pemerintah terus meningkat searah dengan meningkatnya penerimaan. Pada tahun 2013, pengeluaran Kabupaten Pidie Jaya tercatat sebesar Rp 472 miliar, meningkat lebih dari dua kali dari tahun Meskipun secara nominal belanja ini meningkat, secara riil belanja Pemerintah Pidie Jaya lebih kecil daripada belanja pada tahun 2011, terhitung sebesar Rp 433 miliar. Belanja pendidikan dan belanja pelayanan umum (administrasi pemerintahan) merupakan belanja terbesar Pidie Jaya, yang secara keseluruhan memiliki porsi sebesar 63 persen pada tahun Belanja kesehatan di Pidie Jaya mengalami peningkatan yang cukup besar. Anggaran belanja kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2008 berjumlah Rp 10 miliar atau 6 persen dari belanja total. Angka tersebut terus mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah maupun porsi terhadap total belanja. Pada tahun 2013 terhitung anggaran belanja secara keseluruhan sebesar Rp 55 miliar atau mencapai 11 persen dari total belanja. Porsi belanja tersebut jika dibandingkan dengan rata-rata kabupaten/kota lainnya di Aceh lebih rendah, dimana rata-rata Aceh mencapai 12 persen. Jumlah belanja kesehatan perkapita di Pidie Jaya sedikit di bawah rata-rata belanja kabupaten/kota di Aceh. Jumlah anggaran belanja perkapita di Pidie Jaya pada tahun 2013 terhitung sebesar Rp 382 ribu, masih di bawah rata-rata Aceh yang berjumlah Rp 398 ribu. Belanja perkapita tertinggi terdapat di Kota Sabang dan Kota Langsa. Tingginya belanja perkapita di kota tersebut disebabkan jumlah penduduk yang relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya. Secara total sebesar Rp 152 miliar sejak tahun 2009 hingga 2012 dibelanjakan untuk sektor kesehatan. Hampir 70 persen belanja kesehatan digunakan untuk belanja tidak langsung. Jumlah total belanja tidak langsung dari tahun 2009 hingga 2012 mencapai Rp 101 Miliar atau 66 persen dari total belanja. Meskipun karakteristik pelayanan kesehatan diantaranya adalah padat karya, sehingga banyak tenaga kesehatan yang perlu disediakan, namun belanja yang cukup tinggi untuk gaji dan tunjangan pegawai akan memberikan celah yang kecil untuk program kesehatan lainnya. Meskipun pada tahun 2013 anggaran belanja tidak langsung lebih kecil dari rata-rata belanja tidak langsung selama empat tahun, namun jumlahnya masih cukup besar, yakni mencapai 62 persen dari total belanja. Belanja supportif merupakan belanja terbesar dari sektor kesehatan. Hampir sama dengan kabupaten lain di Indonesia dimana alokasi belanja supportif cukup besar, hampir 80 persen atau sebesar Rp 43 miliar pada tahun 2013 dari belanja kesehatan dialokasikan untuk supportif. Alokasi belanja preventif terhitung cukup rendah, hanya sebesar satu persen. Rendahnya belanja preventif dan tingginya belanja suportif merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah kabupaten/kota di Indonesia Belanja langsung pada Dinas Kesehatan rata-rata berjumlah Rp 11 miliar per tahun. Belanja yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Pidie Jaya yang digunakan untuk belanja program selama lima tahun berjumlah total Rp 56 miliar atau sekitar Rp 11 miliar per tahun. Belanja tersebut menunjukkan kecenderungan menurun selama tiga tahun terakhir. Penurunan belanja yang terjadi mengakibatkan celah yang sempit dalam melaksanakan berbagai program kesehatan. Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

6 Porsi belanja preventif cenderung mengalami perbaikan. Dari Rp 56 miliar total dana yang dikelola oleh Dinas Kesehatan diluar belanja tidak langsung tahun 2009 hingga tahun 2013, terhitung hanya tiga persen saja dana yang diarahkan untuk upaya preventif atau pencegahan. Namun kondisi tersebut terus mengalami perbaikan, dimana pada tahun 2009 belanja pencegahan yang hanya berjumlah Rp 215 juta atau 1,7 persen dari total belanja, meningkat menjadi Rp 599 juta atau 5,3 persen (2012) dan Rp 608 juta atau 5,6 persen pada tahun Belanja tersebut diarahkan untuk berbagai upaya pencegahan seperti peningkatan pelayanan gizi, ibu dan anak serta upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular. INDIKATOR KESEHATAN Rasio Puskesmas terhadap penduduk di Pidie Jaya lebih baik dari target nasional. Pada tahun 2012 rasio Puskesmas terhadap penduduk di Pidie Jaya adalah satu berbanding 14 ribu, atau satu Puskesmas ratarata melayani 14 ribu penduduk. Kondisi tersebut lebih baik dari target nasional yang mempunyai target satu Puskesmas melayani 30 ribu penduduk. Pada tahun 2013, Puskesmas Bandar Baru mengalami pemekaran, dimana Pustu Cubo menjadi Puskesmas sehingga membuat rasio di Puskesmas tersebut menjadi lebih baik dan melayani penduduk di bawah 30 ribu orang. Jarak rata-rata penduduk ke Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) di Pidie Jaya cukup terjangkau. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kemudahan akses masyarakat ke sarana kesehatan cenderung baik. Jarak terjauh akumulatif masyarakat ke Puskesmas dan Pustu adalah 3 kilometer terjadi di Kecamatan Meureudu, sementara jarak terdekat di Kecamatan Jangka Buya. Daerah dengan jarak yang relatif jauh untuk Puskesmas juga telah direspon dengan letak Pustu yang lebih dekat. Rata-rata dokter umum di Aceh melayani tiga ribu penduduk. Jumlah dokter di Aceh pada tahun 2012 lebih dari orang. Tenaga tersebut tersebar ke seluruh kabupaten/kota maupun di level pemerintah provinsi. Rasio dokter umum terhadap penduduk adalah sebesar 33 per 100 ribu penduduk atau setiap dokter melayani tiga ribu penduduk. Namun bila jumlah yang dihitung hanya dokter yang bertugas di kabupaten/kota saja, maka rasio ketersediaan dokter di Aceh adalah 23 per 100 ribu penduduk. Jumlah tersebut hampir mencapai target Indonesia sehat 2010 yang menargetkan satu dokter berbanding penduduk atau sekitar 40 dokter per 100 ribu penduduk. Ketenagaan dokter spesialis di Pidie Jaya sangat minim. Tantangan ketersediaan dokter spesialis adalah jumlah dan kualifikasinya. Dokter spesialis bertugas di RSUD Pidie Jaya menurut data terakhir hanya empat orang. Ketersediaan dokter spesialis tersebut masih jauh dari kebutuhan ketenagaan sesuai dengan aturannya. Ketersediaan spesialis tetap di RSUD Pidie Jaya hanya tersedia satu dokter spesialis yakni dokter spesialis mata. memenuhi pelayanan spesialistik kepada masyarakat, dilaksanakan kerja sama dengan Rumah Sakit Umum Kabupaten Pidie untuk mendatangkan dokter spesialis. Jika dibandingkan dengan kondisi kabupaten/kota lainnya di Aceh, secara umum jumlah seluruh tenaga kesehatan terhadap penduduk di Pidie Jaya sudah baik. Dengan menggunakan indikator beberapa ketenagaan, seperti dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, ahli gizi, ahli kesehatan masyarakat dan ahli sanitasi, maka dibutuhkan sebanyak 518 tenaga per 100 ribu penduduk. Jumlah tenaga kesehatan di Pidie Jaya pada tahun 2012 mempunyai rasio 571 per 100 ribu penduduk, lebih tinggi dari rata-rata kabupaten/kota lainnya di Aceh yang berjumlah 548 per 100 ribu penduduk. 2 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

7 Indeks angka kematian di Pidie Jaya lebih baik dibandingkan daerah lain di Aceh. Dengan menggunakan standar angka kematian (ibu, bayi dan Balita) di Aceh, diketahui bahwa Kabupaten Simeulue adalah daerah dengan nilai indeks terendah. Terdapat tujuh daerah dengan pencapaian seluruh angka kematian yang lebih baik dari rata-rata Aceh sehingga memperoleh nilai maksimum. Angka Kematian Ibu (AKI) di Pidie Jaya pada tahun 2012 menjadi salah satu yang terbaik di Aceh. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Pada tahun 2012, AKI di Aceh mencapai 191 per 100 ribu Kelahiran Hidup (KH) atau hampir dua kematian ibu terjadi akibat proses kehamilan, persalinan dan masa nifas setiap seribu kelahiran hidup. AKI di Aceh cukup bervariasi, dimana terdapat daerah yang AKI-nya sangat rendah dan daerah dengan AKI yang sangat tinggi. Pidie Jaya menempati urutan ke empat terbaik di Aceh untuk AKI tahun Angka Kematian Bayi (AKB) di Pidie Jaya menurun. Pada tahun 2011 di Kabupaten Pidie Jaya terjadi 21 kematian bayi dari jumlah Lahir Hidup (LH), atau dari seribu bayi yang lahir hidup terdapat 6 sampai 7 bayi yang meninggal dalam setahun. Penurunan AKB dari tahun 2009 hingga 2011 menunjukkan perbaikan yang signifikan. Namun, AKB kembali meningkat pada tahun 2012 menjadi 9 per seribu LH. Meskipun angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan secara nasional yaitu 32 per seribu LH maupun pencapaian AKB Aceh tahun 2012 yang berjumlah 10,8 per seribu LH. Peningkatan AKB tahun 2012 menunjukkan perlunya penguatan upaya penurunan AKB untuk mencapai angka yang lebih baik di masa mendatang. Indeks penyakit menular di Pidie Jaya merupakan salah satu yang terendah di Aceh. Angka kesakitan di Pidie Jaya cenderung lebih tinggi dari daerah lainnya di Aceh sebagai akibat penyakit-penyakit tertentu yang digunakan sebagai indikator memperoleh nilai yang relatif rendah. Penyakit dengan indeks terendah adalah angka kesakitan campak dimana Pidie Jaya merupakan daerah dengan jumlah penderita campak terhadap penduduk tertinggi di Aceh. Tantangan tersebut harus diperhatikan di masa mendatang. Sementara itu, penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) dan kusta juga berkontribusi cukup besar terhadap nilai indeks Pidie Jaya. Jumlah Balita dengan kondisi gizi di Bawah Garis Merah (BGM) merupakan masalah di Pidie Jaya. Pada tahun 2012 jumlah dan persentase Balita BGM mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang berjumlah hanya tiga persen. Kondisi tersebut juga menempatkan Pidie Jaya sebagai daerah dengan angka Balita BGM tertinggi kedua di Aceh. Kasus Balita BGM bukanlah berarti seorang Balita telah menderita gizi buruk, namun ukuran BGM dapat memberikan sinyal bahaya terhadap potensi Balita dengan gizi buruk yang semakin besar. Pencapaian indikator gizi merupakan tantangan di Pidie Jaya. Kabupaten Aceh Tengah bersama dengan tiga daerah lainnya merupakan kabupaten dengan pencapaian indikator gizi yang lebih baik dari ratarata Aceh. Dibandingkan dengan daerah lainnya di Aceh, pencapaian indeks indikator gizi di Pidie Jaya menempati urutan kedua terendah di Aceh. Tantangan tersebut adalah pada komponen Balita BGM yang cukup tinggi. Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

8 BELANJA PUSKESMAS Sumber belanja terbesar adalah Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Belanja bersumber dana JKA mencapai Rp 1,8 miliar atau 60 persen dari total belanja pada tahun Total jumlah belanja di Puskesmas pada tahun 2012 berjumlah Rp 2,9 miliar. Belanja JKA, meskipun menurun sebesar Rp 462 juta dari tahun 2011, tetapi masih merupakan sumber belanja terbesar. Penurunan jumlah tersebut belum diketahui penyebab pasti, namun kemungkinan pengaruhnya adalah; jumlah penduduk dan besaran kapitasi yang menurun. Selain JKA, belanja bersumber Jamkesmas/Jampersal merupakan sumber belanja yang dominan. Jumlah total kedua jenis belanja tersebut tahun 2012 adalah Rp 678 juta atau 23 persen dari total belanja. Belanja Puskesmas perkapita sebesar Rp 33 ribu. Total belanja perkapita tertinggi pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 40 ribu dan terendah sebesar Rp 31 ribu dengan nilai rata-rata Rp 33 ribu. Belanja tersebut merupakan hasil penjumlahan seluruh belanja yang dikelola oleh Puskesmas dibagi dengan jumlah penduduk, sehingga meskipun besaran belanja cukup besar, namun dapat saja belanja perkapitanya lebih rendah dari Puskesmas lainnya karena jumlah penduduk yang besar. Kondisi tersebut tampaknya terjadi pada Puskesmas Ulim dan Bandar Baru. Pengobatan adalah jenis program dengan belanja terbesar. Belanja upaya kuratif atau pengobatan menyerap sebesar 60 persen belanja (Rp 1,8 miliar untuk lima Puskesmas pengamatan). Belanja untuk pencegahan dimanfaatkan sebesar 35 persen atau sebesar Rp 1 miliar, sementara belanja supportif untuk kegiatan manajemen dan administrasi hanya menggunakan 5 persen belanja. Kondisi tersebut dapat disebabkan kebijakan dari pemanfaatan dana JKA yang setidaknya 20 persen diperuntukkan bagi upaya pencegahan. Upaya ini memberikan kesempatan yang lebih baik bagi Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat guna mencapai berbagai indikator kesehatan lebih baik. Belanja untuk pencegahan dialokasikan sekitar sepertiga belanja Puskesmas. Pada tahun 2012, belanja untuk pencegahan dengan porsi terbesar diperoleh di Puskesmas Meurah Dua, mencapai 38 persen dari belanja Puskesmas. Secara umum seluruh Puskesmas memberikan porsi yang baik untuk belanja pencegahan, antara 33 hingga 38 persen. REKOMENDASI Besaran belanja kesehatan di Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya perlu ditingkatkan untuk memberikan porsi yang lebih besar pada upaya pencegahan. Upaya pencegahan perlu didorong guna menghasilkan belanja kesehatan yang efektif. Peran serta pemerintah lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat perlu dikedepankan untuk memperoleh pencapaian indikator yang lebih baik. Analisis kondisi daerah dan kesehatan perlu dipertajam terutama dalam upaya alokasi dana yang lebih baik di masa mendatang. Pembangunan sarana kesehatan harus memperhatikan akses masyarakat serta kualitas pelayanan yang lebih baik. Kebersihan lingkungan dan memasyarakatkan perilaku hidup sehat dalam mengendalikan dan menurunkan jumlah infeksi baru perlu didorong. Puskesmas harus memberikan dorongan untuk menciptakan kesadaran masyarakat hidup secara bersih dan sehat, sebagai upaya intervensi pencegahan dan pengendalian berbagai penyakit. 4 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

9 Pemerintah kabupaten perlu mengarahkan penguatan promosi kesehatan, monitoring dan evaluasi serta pembinaan ke Puskesmas. Pola alokasi belanja di Puskesmas perlu diperhatikan terutama dalam alokasi belanja guna menjawab tantangan kesehatan yang ada. Penguatan upaya kesehatan perlu ditingkatkan serta memberikan perhatian terhadap pencegahan serta pemberdayaan masyarakat juga kerjasama lintas sektor. Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

10 PRAKATA 6 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

11 PRAKATA REKTOR UNIVERSITAS SYIAH KUALA Pidie Jaya merupakan salah satu kabupaten di Aceh yang relatif masih muda. Pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya mengalokasikan belanjanya sebesar 11 persen untuk sektor kesehatan. Berbagai program dan kegiatan pembangunan kesehatan dibiayai dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) selain didukung sumber-sumber pendanaan lainnya untuk sektor kesehatan. Kajian Belanja Publik Sektor Kesehatan Pidie Jaya yang disusun oleh Tim Teknis Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program (PECAPP)-Universitas Syiah Kuala yang mendapatkan arahan dari Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya merupakan langkah penting untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana pengelolaan dana kesehatan selama ini. Kajian ini juga bermanfaat guna mengidentifikasi berbagai capaian dan tantangan dalam pembangunan yang sedang dihadapi Pidie Jaya, terutama di sektor kesehatan. Di samping itu, kajian ini juga berusaha mengidentifikasi lebih rinci kebutuhan-kebutuhan prioritas dari sektor tersebut yang dapat direspon oleh Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. Berbagai capaian pembangunan untuk sektor kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya telah menunjukkan perkembangan yang positif. Namun, diperlukan juga upaya dan langkah perbaikan yang serius dalam pengelolaan dana untuk menghasilkan kinerja pembangunan yang lebih baik. Hasil kajian yang dilakukan PECAPP menunjukkan untuk mencapai efektifitas pengelolaan dana kesehatan, harus dimulai dengan perencanaan yang lebih baik. Alokasi pendanaan yang seimbang antara upaya pencegahan, pengobatan dan manajemen merupakan isu yang cukup mengemuka ketika analisis ini disusun, dimana belanja untuk komponen pengobatan jauh lebih tinggi daripada upaya pencegahan. Arah belanja pada program dan kegiatan pembangunan kesehatan memerlukan prioritas yang lebih kuat berbasis analisis, sehingga dapat memberikan dampak jangka panjang dan berkelanjutan. Pada akhirnya, kami berharap kajian ini benar-benar memberikan kontribusi terhadap perbaikan pengelolaan belanja kesehatan di Pidie Jaya, sehingga belanja pembangunan kesehatan yang terbatas ini dapat mendatangkan manfaat yang optimal, khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya. Banda Aceh, Januari 2014 Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. Rektor Universitas Syiah Kuala Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

12 KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PIDIE JAYA Sebagai kabupaten yang baru terbentuk di Provinsi Aceh, Pidie Jaya tentu masih membutuhkan berbagai upaya dalam melaksanakan pembangunan. Tantangan di sektor kesehatan yang terus mengalami perubahan juga menuntut Kabupaten Pidie Jaya menyesuaikan dirinya. Analisis Belanja Publik Sektor Kesehatan yang telah dilaksanakan bersama PECAPP (Public Expenditure Analysis Capacity and Sthrengtening Program) diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi kesehatan dan penggunaan dana di bidang kesehatan bersumber pemerintah di Kabupaten Pidie Jaya. Analisis ini terlaksana berkat kerjasama yang baik antara Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, dan PECAPP. Laporan analisis ini disusun dalam Health Public Expenditure Review (Health PER). Health PER merupakan analisis terhadap belanja publik sektor kesehatan yang dilakukan oleh PECAPP, dengan data fiskal dan nonfiskal yang diperoleh dari sumber-sumber resmi pemerintah. Health PER berisi informasi mengenai belanja kesehatan, indikator kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya. Analisis yang telah disusun ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam menyusun berbagai program pembangunan di sektor kesehatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan Kabupaten Pidie Jaya. Berbagai kegiatan lainnya bersama dengan analisis seperti yang telah disusun tentu saja perlu dilakukan guna melaksanakan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan. Dengan dukungan berbagai pihak diharapkan laporan ini dapat membantu pemerintah dalam mencapai cita-cita pembangunan kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya. Meureudu, Januari 2014 dr. Buchari, MM. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya 8 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

13 UCAPAN TERIMA KASIH Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

14 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya maka Health Public Expenditure Review (Health PER) Kabupaten Pidie Jaya dapat kami selesaikan dengan baik. Health PER merupakan Analisis Belanja Publik Sektor Kesehatan yang dilakukan oleh PECAPP (Public Expenditure Analysis Capacity and Sthrengtening Program) atas dukungan Pemerintah Aceh. Laporan ini disusun oleh sebuah tim yang dipimpin Rachmad Suhanda, di bawah supervisi Harry Masyrafah sebagai Team Leader. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada: 1. Gubernur Provinsi Aceh, Bapak dr. Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Bapak Muzakir Manaf. 2. Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Bapak Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. 3. Sekretaris Daerah Provinsi Aceh, Bapak Drs. Dermawan, MM. 4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Bapak dr. Taqwallah, M.Kes. dan segenap jajarannya. 5. Kepala Bappeda Provinsi Aceh, Bapak Prof. DR. Ir. Abubakar Karim, MS. dan segenap jajarannya. 6. Bupati Kabupaten Pidie Jaya, Bapak Drs. Gade Salam dan segenap jajarannya. 7. Sekretaris Daerah Kabupaten Pidie Jaya, Bapak Ramli Daud SH,. MM. 8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya dan Para Kepala Puskesmas dalam wilayah Kabupaten Pidie Jaya beserta segenap jajarannya. 9. Kepala Bappeda Kabupaten Pidie Jaya dan segenap jajarannya. 10. World Bank dan Consolidating Peaceful Development in Aceh (CPDA) 11. Bapak Prof. Raja Masbar, Bapak Dr. Islahuddin, Dr. Iskandar Majid, dan Bapak T. Harmawan sebagai Advisor PECAPP. 12. Bapak T. Setia Budi, Bapak dr. M. Yani, M.Kes, PKK dan Bapak Drg. Saifuddin Ishak, M.Kes, PKK atas dukungan dan arahannya. 13. Tim Sektor Kesehatan PECAPP yang telah bekerja keras guna menghasilkan laporan ini: Tika Indiraswari, Darma Satria, T. Muhammad Yus, Riza Faruqi dan Haqqi Harzaki. 14. Tim Inti PECAPP, Adi Warsidi, T. Zukhradi Setiawan, Renaldi Safriansyah, Teuku Triansa Putra, Dian Alifya, Inggit Maulidina, Sofran Sofyan, T. Aulia Zailian, Eliana Gultom, Wan Windi Lestari, Sukhairi Amirsyah, T. Hendra Kemala, Husaini, Agus Salim. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak telah memberikan kontribusinya dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan Aceh pada umumnya dan Kabupaten Pidie Jaya khususnya di masa mendatang. 10 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

15 DAFTAR ISI Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

16 DAFTAR ISI Ringkasan Eksekutif...1 Prakata Rektor Universitas Syiah Kuala...7 Kata Pengantar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya...8 Ucapan Terima Kasih Daftar Grafik Daftar Tabel Daftar Lampiran...16 Daftar Singkatan dan Simbol Gambaran Umum Demografi dan Kondisi Sosial Penerimaan dan Belanja Pemerintah Daerah Penerimaan Pemerintah Belanja Pemerintah Belanja Sektor Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya Jumlah dan Pengelola Belanja Belanja Dinas Kesehatan Sumber Daya dan Upaya Kesehatan Sumber Daya Manusia Sarana Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Situasi Derajat Kesehatan Angka Kematian Gizi Angka Kesakitan Standar Pelayanan Minimal dan Upaya Kesehatan...50 Belanja Kesehatan Puskesmas Sumber Pendapatan dan Belanja Puskesmas Sumber daya dan Upaya Kesehatan di Puskesmas...60 Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Rekomendasi...68 Daftar Pustaka Lampiran Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

17 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun Grafik 2. Piramida Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun Grafik 3. IPM Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh Tahun Grafik 4. Penerimaan Daerah Pidie Jaya Grafik 5. Belanja Pemerintah Daerah Grafik 6. Jenis Belanja Kabupaten Pidie Jaya...24 Grafik 7. Porsi Anggaran Kesehatan Terhadap Total Belanja...26 Grafik 8. Belanja Perkapita Kesehatan Tahun 2013 di Aceh...27 Grafik 9. Belanja Kesehatan Pidie Jaya...27 Grafik 10. Belanja Kesehatan Berdasarkan Kegunaan Grafik 11. Belanja Pada RSUD Pidie Jaya Grafik 12. Belanja Langsung Dinas Kesehatan Grafik 13. Jenis Belanja Langsung...30 Grafik 14. Belanja Berdasarkan Jenis Program Kesehatan Grafik 15. Sasaran Belanja Program Preventif/Kuratif Grafik 16. Porsi Belanja Pencegahan Menurut Sasaran Grafik 17.Rasio Dokter per 100 ribu Penduduk Grafik 18. Rasio Bidan per 100 ribu Penduduk di Pidie Jaya Grafik 19. Indeks Tenaga Kesehatan...36 Grafik 20. Jarak Masyarakat ke Rumah Sakit Grafik 21. Indeks Sarana Kesehatan...39 Grafik 22. Rasio Puskesmas Terhadap Penduduk Grafik 23. Jarak Tempuh ke Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Grafik 24. Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan Grafik 25. Sarana Berobat Jalan Masyarakat Grafik 26. Angka Kematian Ibu (per 100 ribu KH) Grafik 27. Angka Kematian Ibu di Pidie Jaya Grafik 28. Angka Kematian Bayi per seribu Lahir Hidup (LH) Grafik 29. Indeks Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita Grafik 30. Indeks Angka Kematian Terhadap Belanja Kesehatan Perkapita Grafik 31. Persentase Balita Ditimbang Terhadap Balita BGM Grafik 32. Indeks Indikator Gizi Grafik 33. Balita Ditimbang dan Balita di Bawah Garis Merah (BGM) di Puskesmas...47 Grafik 34. Indeks Penyakit Menular Grafik 35. Beberapa Indikator TB Paru Tahun Grafik 36. Indikator Beberapa Penyakit Menular Tahun Grafik 37. Persentase Kunjungan Ibu Hamil Minimal Empat Kali Selama Kehamilan dan Persalinan Pada Tenaga Kesehatan Grafik 38. Pencapaian Beberapa Indikator Pelayanan Anak Grafik 39. Indeks Upaya Kesehatan Grafik 40. Sumber Belanja Puskesmas...56 Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

18 Grafik 41. Belanja Total dan Perkapita Puskesmas...57 Grafik 42. Jenis Belanja Kesehatan...58 Grafik 43. Sumber Belanja Program Kesehatan...58 Grafik 44. Jenis Belanja Kesehatan per Puskesmas Grafik 45. Belanja Kesehatan Berdasarkan Sasaran Grafik 46. Sasaran Belanja per Puskesmas...60 Grafik 47. Indeks Tenaga Kesehatan di Puskesmas...61 Grafik 48. Indeks Angka Kematian Ibu, Anak dan Balita di Puskesmas...62 Grafik 49. Indeks Angka Kematian di Puskesmas...62 Grafik 50. Indeks Penyakit Menular...63 Grafik 51. Indeks Upaya Kesehatan di Puskesmas Grafik 52. Alokasi Belanja Pencegahan Penyakit Menular Terhadap Jenis Penyakit Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

19 DAFTAR TABEL Tabel 1. Situasi Ketersediaan Dokter Spesialis Pada RSUD Pidie Jaya Tahun Tabel 2. Indikator Kinerja Rumah Sakit Umum Meureudu Tahun 2011 dan Tabel 3. Pencapaian dan Target SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya...50 Tabel 4. Tantangan Terhadap Beberapa Kasus Penyakit Menular...63 Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rasio Beberapa Tenaga Kesehatan Tahun Lampiran 2. Jumlah Penduduk yang Dilayani per Puskesmas Tahun 2012 dan Jarak Rata-rata Penduduk Ke Puskesmas serta Puskesmas Pembantu Tahun Lampiran 3. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Tahun Lampiran 4. Kondisi Kejadian Beberapa Penyakit Menular Tahun Lampiran 5. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) Tahun Lampiran 6. Beberapa Indikator Upaya Kesehatan Tahun Lampiran 7. Indeks Tenaga Kesehatan Lampiran 8. Indeks Sarana Kesehatan...80 Lampiran 9. Indeks Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita Lampiran 10. Indeks Indikator Gizi Lampiran 11. Indeks Penyakit Menular Lampiran 12 Indeks Upaya Kesehatan DAFTAR FOTO Cover (Sumber: Gambaran Umum (Sumber: Khairul Umami) Belanja Sektor Kesehatan Pemerintah Kab. Pidie Jaya (Sumber: 25 Sumber daya dan Upaya Kesehatan (Sumber: 33 Belanja Kesehatan Puskesmas (Sumber: Kesimpulan dan Rekomendasi (Sumber: 16 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

21 DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL Singkatan AKB : Angka Kematian Bayi AKABA : Angka Kematian Balita AKI : Angka Kematian Ibu APBA : Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh APBK : Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten API : Annual Parasite Incidence Askes : Asuransi Kesehatan BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah BGM : Bawah Garis Merah BOK : Bantuan Operasional Kesehatan BOR : Bed occupancy Rate BOR : Bed Occupancy Rate BPS : Badan Pusat Statistika DAU : Dana Alokasi Umum DBD : Demam Berdarah Dengue Dinkes : Dinas Kesehatan DPKKD : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah GDR : Gross Date Rate IMR : Infant Mortality Rate IPM : Indeks Pembangunan Manusia Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat Jampersal : Jaminan Persalinan JKA : Jaminan Kesehatan Aceh Kemenkeu : Kementerian Keuangan KH : Kelahiran Hidup Km 2 : Kilometer persegi LH : Lahir Hidup LOS : Length of Stay MDGs : Millennium Development Goals Menkes : Menteri Kesehatan NDR : Net Death Rate P2M : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi PECAPP : Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program Pemkab : Pemerintah Kabupaten Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

22 Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan Polindes : Pondok Bersalin Desa PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat Pustu : Puskesmas Pembantu RSU : Rumah Sakit Umum RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah SPM : Standar Pelayanan Minimal Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional TOI : Turn Over Interval Simbol % : Persen o C : Derajat Celcius 18 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

23 GAMBARAN UMUM

24 GAMBARAN UMUM 1. DEMOGRAFI DAN KONDISI SOSIAL Kabupaten Pidie Jaya salah satu daerah pemekaran terbaru di Aceh. Kabupaten Pidie Jaya merupakan satu dari 16 usulan pemekaran kabupaten/kota yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007, sebelumnya bagian dari Kabupaten Pidie. Kabupaten ini memiliki karakteristik daerah pantai dan perbukitan dengan delapan kecamatan yang sebagian besar terletak di pesisir pantai. Kabupaten Pidie Jaya memiliki kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi. Kepadatan penduduk Pidie Jaya terhitung sebesar 145 jiwa/km 2. Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2012 mencapai 145 ribu jiwa, lebih tinggi dari rata-rata Aceh, yaitu 81 jiwa/km 2, dengan komposisi yang hampir seimbang antara laki dan perempuan. Pidie Jaya merupakan daerah hujan tropis dengan temperatur rata-rata o C (derajat Celcius) dengan kelembaban rata-rata 85 persen, Grafik 1. Grafik 1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012 Sumber: BPS, PECAPP Karakter usia penduduk Pidie Jaya didominsi usia muda. Penduduk Pidie Jaya didominasi penduduk berusia tahun, yang berjumlah 48 persen dari populasi. Penduduk yang berusia di atas 45 tahun hanya 22 persen. Karakteristik umur tersebut menunjukkan perlunya perhatian yang cukup besar pada kelompok usia anak, rentang usia 0-14 tahun yang mempunyai porsi cukup besar (30 persen), Grafik Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

25 Grafik 2. Piramida Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012 Sumber: Dinas Kesehatan Aceh, PECAPP Tingkat kemajuan pembangunan manusia dan kesejahteraan masyarakat di Pidie Jaya terus mengalami peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pidie Jaya terhitung terus meningkat sejak tahun IPM adalah salah satu indikator kesejahteraan masyarakat yang di hitung berdasarkan beberapa variabel. 1 Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2012 berada di atas rata-rata IPM Aceh, meningkat dari tahun 2007 yang berada di bawah rata-rata Aceh, Grafik 3. Pidie Jaya masih memiliki beberapa tantangan utama, diantaranya tingkat kemiskinan. Grafik 3. IPM Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh Tahun Sumber: BPS Pidie Jaya, PECAPP 1 Indeks pembangunan masyarakat (IPM) terdiri dari tiga indikator utama, yaitu: kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup yang layak. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, namun saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

26 Pidie Jaya merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, juga potensi masalah kesehatan yang besar. Sebanyak 34 persen penduduk Pidie Jaya pada tahun 2012 merupakan penduduk miskin, jauh lebih tinggi dari Aceh yang mempunyai angka 19 persen. Tingginya tingkat kemiskinan seringkali searah dengan besarnya permasalahan kesehatan. Masyarakat miskin identik dengan lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi buruk, pangan yang buruk yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan dan pendidikan, perilaku dan kesadaran hidup sehat yang rendah serta terbatasnya akses layanan kesehatan. Kondisi kemiskinan menyebabkan penduduk menjadi rentan terhadap serangan penyakit dan kesakitan juga berpotensi membuat penduduk menjadi miskin. 2 Berbagai indikator kesehatan di negara berpendapatan rendah dan menengah jika dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi, juga memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan. 3 Meskipun terdapat beberapa peningkatan positif dari pembangunan kesehatan, tetapi tantangan utama masih ada. Pembangunan kesehatan perlu mempertimbangkan dinamika yang berkembang selain komponen di dalam sektor kesehatan sendiri. Berbagai upaya percepatan pencapaian indikator kesehatan harus terus diupayakan dengan memperhatikan berbagai kondisi yang berkembang. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, masalah gizi buruk dan berbagai kejadian penyakit, baik menular maupun tidak, adalah beberapa tantangan yang terus terjadi dalam dinamika pembangunan kesehatan. Ketersediaan belanja kesehatan serta pemanfaatannya merupakan masalah yang perlu dianalisis. Salah satu komponen yang sangat berperan dalam pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan, terutama belanja pemerintah. Kebijakan pemerintah yang menyebutkan bahwa besaran anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10 persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji, pada kenyataannya belum semua daerah mampu melaksanakan kebijakan tersebut. 4 Keterbatasan jumlah belanja yang tersedia, pengalokasian belanja secara adil, efektif dan efisien merupakan beberapa tantangan yang dihadapi. 2. PENERIMAAN DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH 2.1. Penerimaan Pemerintah Penerimaan Pidie Jaya terus meningkat seiring dengan meningkatnya dana transfer dari pemerintah pusat. Pada tahun 2013, anggaran penerimaan Kabupaten Pidie Jaya terhitung sebesar Rp 474 miliar, meningkat lebih dua kali lipat dari tahun 2008, yang tercatat sebesar Rp 187 miliar pada tahun Peningkatan penerimaan terbesar bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang menyumbangkan sebesar 74 persen dari keseluruhan penerimaan, Grafik 4. Seperti kabupaten/kota lainnya di Indonesia, penerimaan daerah sangat bergantung dari transfer pemerintah pusat, secara rata-rata terhitung sebesar 80 persen pada tahun Sedangkan sumbangan penerimaan lain di Pidie Jaya seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperkirakan akan menyumbangkan sebesar 4 persen pada tahun Argadiredja D, Firdausi, NT UU Nomor 36 Tahun 2009, Pasal 171 ayat 2 5 Transfer dari daerah pusat adalah; dana perimbangan terbagi dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana perimbangan dari propinsi 22 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

27 Grafik 4. Penerimaan Daerah Pidie Jaya Sumber : Kemenkeu, Pemkab Pidie Jaya, PECAPP 2.2. Belanja Pemerintah Belanja pemerintah terus meningkat searah dengan meningkatnya penerimaan. Pada tahun 2013, pengeluaran Kabupaten Pidie Jaya tercatat sebesar Rp 472 miliar meningkat lebih dari dua kali lipat tahun Meskipun secara nominal belanja ini meningkat, secara riil belanja pemerintah Pidie Jaya lebih kecil daripada belanja pada tahun 2011, terhitung sebesar Rp 433 miliar. Belanja pendidikan dan belanja pelayanan umum (administrasi pemerintahan) merupakan belanja terbesar dari Pidie Jaya, yang secara keseluruhan memiliki porsi sebesar 63 persen pada tahun 2013, Grafik 5. Kedua sektor ini memiliki belanja yang terus meningkat secara rata-rata sebesar 6 persen sejak tiga tahun terakhir. Sektor pendidikan mendapatkan alokasi belanja pada tahun 2013 sebesar Rp 150 miliar, sedangkan pendidikan mendapatkan Rp. 144 miliar. Grafik 5. Belanja Pemerintah Daerah Sumber: Pemkab Pidie Jaya, PECAPP Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

28 Belanja pegawai merupakan belanja terbesar dan terus meningkat sejak tahun Meningkat lebih dua kali lipat dari tahun 2008, belanja pegawai tercatat sebesar Rp 248 miliar pada tahun 2013, dari hanya Rp 85 miliar pada tahun 2008 atau sebesar 53 persen dari keseluruhan belanja pemerintah, Grafik 6. Hal ini didorong oleh bertambahnya jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 900 orang dalam kurun waktu 5 tahun. Pada tahun 2013, jumlah PNS tercatat sebesar orang, sedangkan pada 2012 hanya orang. Di berbagai daerah di Indonesia, belanja pegawai secara rata-rata terhitung sebesar 70 persen dari keseluruhan belanja pemerintah daerah. 6 Grafik 6. Jenis Belanja Kabupaten Pidie Jaya Sumber: Pemkab Pidie Jaya, PECAPP 6 Analisis Keuangan Daerah, Depkeu, 2012 dalam Pecapp, Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

29 BELANJA SEKTOR KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA

30 Belanja Sektor Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya 1. Jumlah dan Pengelola Belanja Belanja kesehatan di Pidie Jaya mengalami peningkatan yang cukup besar. Anggaran belanja kesehatan di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2008 hanya berjumlah Rp 10 miliar atau 6 persen dari belanja total. Angka tersebut terus mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah maupun porsi terhadap total belanja. Pada tahun 2013 terhitung anggaran belanja secara keseluruhan adalah sebesar Rp 55 miliar atau mencapai 11 persen dari total belanja. Namun, porsi belanja tersebut jika dibandingkan dengan rata-rata kabupaten/kota lainnya di Aceh masih lebih rendah, dimana rata-rata Aceh mencapai 12 persen, Grafik 7. Grafik 7. Porsi Anggaran Kesehatan Terhadap Total Belanja Sumber: Kemenkeu, PECAPP Jumlah belanja kesehatan perkapita di Pidie Jaya sedikit di bawah rata-rata belanja kabupaten/kota di Aceh. Jumlah anggaran belanja perkapita di Pidie Jaya pada tahun 2013 terhitung sebesar Rp 382 ribu, masih di bawah rata-rata Aceh yang berjumlah Rp 398 ribu. Belanja perkapita tertinggi tercatat di Kota Sabang dan Kota Langsa. Belanja perkapita yang tinggi di Sabang disebabkan jumlah penduduk yang relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya, Grafik Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

31 Grafik 8. Belanja Perkapita Kesehatan Tahun 2013 di Aceh Sumber: Kemenkeu, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP Secara total sebesar Rp 152 miliar sejak tahun 2009 hingga 2012 dibelanjakan untuk sektor kesehatan. Hampir 70 persen belanja kesehatan digunakan untuk belanja tidak langsung. Jumlah total belanja tidak langsung dari tahun 2009 hingga 2012 mencapai Rp 101 miliar atau 66 persen dari total belanja. Meskipun karakteristik pelayanan kesehatan diantaranya adalah padat karya, sehingga banyak tenaga kesehatan yang perlu disediakan, namun belanja yang cukup tinggi untuk gaji dan tunjangan pegawai memberikan celah yang kecil untuk program kesehatan lainnya. Meskipun pada tahun 2013 anggaran belanja tidak langsung lebih kecil dari rata-rata belanja tidak langsung selama empat tahun, namun jumlahnya masih cukup besar, mencapai 62 persen dari total belanja, Grafik 9. 7 Grafik 9. Belanja Kesehatan Pidie Jaya Sumber: Kemenkeu, BPS, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP 7 Belanja tidak langsung merupakan belanja yang digunakan secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Termasuk dalam jenis belanja ini adalah belanja gaji dan tunjangan bagi Pegawai Negeri Sipil. Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

32 Belanja supportif merupakan belanja terbesar dari sektor kesehatan. Hampir sama dengan kabupaten lain di Indonesia dimana alokasi belanja supportif cukup besar, hampir 80 persen atau sebesar Rp 43 miliar pada tahun 2013 dari belanja kesehatan dialokasikan untuk supportif. 8 Alokasi belanja preventif terhitung cukup rendah, hanya sebesar satu persen. Sedangkan rata-rata di kabupaten/kota lain di Aceh, pada tahun 2012 alokasi belanja ini terhitung hampir 80 persen dari alokasi belanja pemerintah. Rendahnya belanja preventif dan tingginya belanja supportif merupakan salah satu tantangan bagi banyak pemerintah kabupaten/kota di Aceh, Grafik 10. Grafik 10. Belanja Kesehatan Berdasarkan Kegunaan 9 Sumber: Dinkes Pidie Jaya, RSUD Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP Belanja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya mengalami peningkatan. RSUD Pidie Jaya sejak berdiri pada tahun 2007 berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya. Belanja yang khusus digunakan untuk RSUD Pidie Jaya pada tahun 2009 berjumlah Rp 1,6 miliar atau 5 persen dari total belanja Dinas Kesehatan. Pada tahun 2013, belanja pada RSUD Pidie Jaya meningkat menjadi Rp 9,6 miliar atau sebesar 18 persen dari total belanja. Meningkatnya jumlah belanja tersebut dikarenakan semakin banyaknya pelayanan yang diberikan, terutama penambahan anggaran sebesar Rp 5 miliar untuk kegiatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Dana tersebut sebagian besarnya, Rp 2,2 miliar digunakan untuk belanja jasa pelayanan medis dan nonmedis, Grafik Belanja supportif merupakan belanja yang diperuntukkan berbagai kegiatan manajerial, termasuk di dalamnya adalah pembayaran gaji dan tunjangan pegawai, penyediaan jasa perkantoran dan lain sebagainya. 9 Belanja preventif/kuratif adalah belanja yang tidak dapat dipisahkan pemanfaatannya, apakah murni sebagai upaya pencegahan ataupun upaya pengobatan. Komponen tersebut menurun cukup besar karena jumlah belanja pembangunan sarana kesehatan Puskesmas dan jejaringnya yang bertujuan untuk upaya pencegahan sekaligus juga upaya pengobatan, menurun cukup besar dari Rp 7,8 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp 2,7 miliar pada tahun Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

33 Grafik 11. Belanja Pada RSUD Pidie Jaya Sumber: Dinkes Pidie Jaya, RSUD Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP 2. Belanja Dinas Kesehatan Belanja langsung pada Dinas Kesehatan cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Belanja yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pidie Jaya yang digunakan untuk belanja program selama lima tahun berjumlah total Rp 56 miliar atau sekitar Rp 11 miliar per tahun. Belanja tersebut menunjukkan kecenderungan menurun selama tiga tahun terakhir. Belanja kesehatan langsung pada tahun 2013 tercatat hanya sebesar Rp 11 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2009 yang tercatat sebesar Rp 13 miliar. Penurunan jumlah belanja salah satunya diakibatkan bergesernya prioritas pembangunan ke belanja di rumah sakit yang cenderung mengalami peningkatan, Grafik 12. Relatif rendahnya belanja langsung mengakibatkan sedikitnya alokasi belanja dalam melaksanakan berbagai program kesehatan. Grafik 12. Belanja Langsung Dinas Kesehatan Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

34 Belanja program yang tersedia pada Dinas Kesehatan seperempatnya digunakan untuk urusan manajemen dan perkantoran. Dari Rp 11 miliar anggaran belanja pada tahun 2013, sebanyak 26 persen diarahkan untuk menunjang urusan perkantoran. Secara umum belanja pada Dinas Kesehatan sebagian besarnya diperuntukkan untuk berbagai upaya kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan. Belanja pegawai menunjukkan kecenderungan peningkatan dan merupakan jenis belanja terbesar. Pada tahun 2011, belanja langsung pegawai pada Dinas Kesehatan Pidie Jaya berjumlah Rp 1,6 miliar atau hanya 6 persen dari total belanja. Belanja tersebut meningkat menjadi 37 persen atau Rp 4 miliar pada tahun Kondisi tersebut terjadi karena meningkatnya anggaran belanja pegawai pada program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin yang jumlahnya mencapai Rp 3 miliar pada tahun Sementara itu, belanja barang dan jasa berkisar antara 24 persen hingga 36 persen atau Rp 3 miliar hingga Rp 4 miliar per tahun. Belanja modal cenderung menurun, tercatat sebesar 28 persen dari keseluruhan belanja. Pada anggaran tahun 2011, porsi belanja modal 70 persen atau Rp 9 miliar, jauh lebih besar dari tahun 2013 yang berjumlah Rp 3 miliar. Hal ini berpengaruh terhadap program kesehatan padat modal, terutamanya program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas, puskesmas pembantu dan jaringannya, Grafik 13. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pembangunan di Pidie Jaya, maka kemungkinan pemanfaatan dana bersumber lain, seperti dana Otonomi Khusus (Otsus) dapat menjadi pilihan dalam menutupi kebutuhan di masa mendatang. Grafik 13. Jenis Belanja Langsung Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP 30 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

35 Porsi belanja preventif cenderung mengalami peningkatan. Dari Rp 56 miliar total dana yang dikelola oleh Dinas Kesehatan di luar belanja tidak langsung tahun 2009 hingga 2013, terhitung hanya 3 persen dana yang diarahkan untuk upaya preventif atau pencegahan. Namun, kondisi tersebut terus mengalami perbaikan, dimana pada tahun 2009 belanja pencegahan yang berjumlah Rp 215 juta atau 1,7 persen dari total belanja, meningkat menjadi Rp 599 juta atau 5,3 persen pada tahun 2012 dan Rp 608 juta atau 5,6 persen pada tahun 2013, Grafik 14. Belanja tersebut diarahkan untuk berbagai upaya pencegahan seperti peningkatan pelayanan gizi, ibu dan anak serta upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular. Grafik 14. Belanja Berdasarkan Jenis Program Kesehatan Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP Porsi belanja pencegahan yang rendah merupakan masalah di banyak daerah di Indonesia. Belanja preventif di Indonesia masih belum proporsional. Dalam merumuskan program kesehatan, terlihat penerapan subsistem upaya kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) belum diterapkan sepenuhnya, kondisi tersebut terlihat dari penyelenggaraan program, masih banyak yang berupa kegiatan kuratif. Sementara dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga perlu menitikberatkan kegiatan promotif/preventif. 10 Belanja preventif/kuratif cenderung meningkat dan menyerap cukup besar dana langsung. 11 Belanja jenis ini merupakan belanja penyediaan sarana dan prasarana kesehatan serta obat dan perbekalan kesehatan. Pada tahun 2009, jumlah belanja preventif/kuratif mencapai Rp 9 miliar atau 70 persen dari total belanja langsung di Dinas Kesehatan, Grafik 15. Hal tersebut dipicu dengan tingginya pembangunan dan penyediaan sarana/prasarana kesehatan pada tahun tersebut yang mencapai Rp 8,8 miliar. Pada tahun 2012, belanja tersebut berkurang, dimana belanja jenis ini menggunakan 42 persen atau Rp 4,7 miliar belanja langsung, yang digunakan sebagian besarnya untuk obat dan perbekalan kesehatan. 10 Adisasmito W, Belanja yang tidak dapat dipisahkan besarannya untuk upaya pengobatan dan pencegahan Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

36 Grafik 15. Sasaran Belanja Program Preventif/Kuratif Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP Penanggulangan masalah gizi, pelayanan kesehatan ibu dan anak serta penanggulangan penyakit menular merupakan prioritas pemerintah. Belanja gizi, pelayanan ibu anak dan penanggulangan penyakit menular mendapatkan porsi lebih besar (hingga 80 persen pada anggaran 2013) untuk sasaran belanja pencegahan. Dari beberapa sasaran tersebut, gizi merupakan sasaran utama pada anggaran tahun Kondisi ini menunjukkan pengentasan masalah gizi, penanganan penyakit menular dan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas di Pidie Jaya, Grafik 16. Namun, masih terdapat beberapa tantangan utama di bidang ini yang perlu mendapat perhatian pemerintah. Grafik 16. Porsi Belanja Pencegahan Menurut Sasaran Sumber: Dinkes Pidie Jaya, DPKKD, PECAPP 32 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

37 SUMBER DAYA DAN UPAYA KESEHATAN

38 SUMBER DAYA DAN UPAYA KESEHATAN 1. Sumber Daya Manusia Rata-rata dokter umum di Aceh melayani tiga ribu penduduk. Jumlah dokter di Aceh pada tahun 2012 lebih dari orang. Tenaga dokter tersebar ke seluruh kabupaten/kota maupun di level pemerintah provinsi. Rasio dokter umum terhadap penduduk adalah sebesar 33 per 100 ribu penduduk atau setiap dokter melayani tiga ribu penduduk. Jika jumlah yang dihitung hanya dokter yang bertugas di kabupaten/ kota saja, maka rasio ketersediaan dokter di Aceh adalah 23 per 100 ribu penduduk. Jumlah tersebut belum mencapai target Indonesia Sehat 2010 yang menargetkan satu dokter melayani penduduk atau 40 per 100 ribu penduduk. Disparitas rasio dokter terhadap penduduk di Aceh cukup besar. Rasio dokter terhadap penduduk terbaik tercatat di Kota Sabang dan Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk per dokter di bawah jiwa, atau telah sesuai dengan target. Sementara itu banyak kabupaten/kota lainnya belum sesuai target Indonesia Sehat 2010, seperti di Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Tamiang, dimana setiap dokternya melayani lebih dari penduduk, Grafik 17. Grafik 17. Rasio dokter per 100 ribu Penduduk Sumber: Dinkes Aceh, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP Jumlah dokter umum di Pidie Jaya masih di bawah rata-rata Aceh. Pada tahun 2012 jumlah dokter umum di Pidie Jaya 32 orang, sebagian besarnya bertugas di Puskesmas (seluruh Puskesmas mempunyai dokter umum). Kabupaten Pidie Jaya mempunyai rasio dokter 24 per 100 ribu penduduk atau setiap dokter melayani sekitar empat ribu orang, Grafik 17. Kondisi yang sama terjadi pada dokter gigi dengan rasio 5 per 100 penduduk atau setiap dokter gigi melayani rata-rata 20 ribu penduduk. Jumlah tersebut belum mencapai target Indonesia Sehat 2010, yaitu 11 dokter per 100 ribu Penduduk. Ketersediaan jumlah dokter yang cukup, termasuk dokter gigi, merupakan salah satu syarat pelaksanaan kegiatan kesehatan terutama yang berkaitan dengan upaya kesehatan perorangan agar dapat berlangsung dengan baik. 34 Public Expenditure Analysis Capacity and Strengthening Program

39 Ketenagaan dokter spesialis di Pidie Jaya sangat minim. Tantangan ketersediaan dokter spesialis adalah jumlah dan kualifikasinya. Dokter spesialis bertugas di RSUD Pidie Jaya menurut data terakhir hanya empat orang. 12 Ketersediaan dokter spesialis tersebut masih jauh dari kebutuhan ketenagaan sesuai dengan aturannya. 13 Ketersediaan spesialis tetap di RSUD Pidie Jaya hanya satu dokter spesialis yakni dokter spesialis mata, Tabel 1. Untuk memenuhi pelayanan spesialistik kepada masyarakat, dilaksanakan kerja sama dengan Rumah Sakit Umum Kabupaten Pidie untuk mendatangkan dokter spesialis. Tabel 1. Situasi Ketersediaan Dokter Spesialis Pada RSUD Pidie Jaya Tahun 2013 Penyakit Dalam Kesehatan Anak Bedah Jenis Spesialis Jumlah Status Keterangan Obstetri dan Ginekologi 1 Sementara Mata 1 Tetap Telinga, Hidung dan Tenggorokan 1 Sementara Paru 1 Sementara Sumber: Dinkes Aceh, PECAPP 0 Setidaknya 2 dari empat tenaga menurut Permenkes RI No. 340/Menkes/Per/III/2010 Sebaran tenaga kesehatan di Pidie Jaya belum merata. Rasio bidan terhadap penduduk di Pidie Jaya tahun 2012 adalah 137 per 100 ribu penduduk. Angka tersebut telah mencapai target Indonesia Sehat 2010, yaitu 100 bidan untuk 100 ribu penduduk. Meskipun demikian, distribusi bidan masih belum sepenuhnya mencapai target, dimana Puskesmas Trienggadeng mempunyai rasio yang masih rendah, Grafik 18. Grafik 18. Rasio Bidan per 100 ribu Penduduk di Pidie Jaya Sumber: Dinkes Aceh, Dinkes Pidie Jaya, PECAPP 12 Dinas Kesehatan Aceh, 22 Juni Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010, setidaknya Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua dari empat jenis pelayanan spesialis dasar. Spesialisasi yang dipersyaratkan tersebut meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Health Public Expenditure Kabupaten Pidie Jaya

ANALISIS BELANJA SEKTOR KESEHATAN ACEH. Rachmad Suhanda Peneliti Senior Kesehatan - PECAPP PECAPP

ANALISIS BELANJA SEKTOR KESEHATAN ACEH. Rachmad Suhanda Peneliti Senior Kesehatan - PECAPP PECAPP ANALISIS BELANJA SEKTOR KESEHATAN ACEH Rachmad Suhanda Peneliti Senior Kesehatan - OUTLINE ANALISIS BELANJA KESEHATAN ACEH INDIKATOR CAPAIAN KESEHATAN JKA KESIMPULAN & REKOMENDASI Belanja Kesehatan Aceh

Lebih terperinci

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013 POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN 2013 Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013 PENERIMAAN DAERAH 2 Penerimaan Aceh Tengah meningkat secara

Lebih terperinci

CPDA. Consolidating for Peacefull Development in Aceh FAKULTAS EKONOMI

CPDA. Consolidating for Peacefull Development in Aceh FAKULTAS EKONOMI CPDA Consolidating for Peacefull Development in Aceh FAKULTAS EKONOMI Gambaran Umum 1 Grafik 1. 2 Aceh akan terus memiliki sumber daya keuangan yang besar dalam masa mendatang dari dana otonomi khusus.

Lebih terperinci

Pada akhir 2027 (Otonomi Khusus), Aceh akan menerima lebih dari Rp 650 T

Pada akhir 2027 (Otonomi Khusus), Aceh akan menerima lebih dari Rp 650 T Belanja Publik Aceh 2013; Mengulang Kekeliruan www.belanjapublikaceh.org Prof. Raja Masbar Banda Aceh, 28 November 2013 Pada akhir 2027 (Otonomi Khusus), Aceh akan menerima lebih dari Rp 650 T Diperkirakan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

KAJIAN TATA KELOLA DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS

KAJIAN TATA KELOLA DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS KAJIAN TATA KELOLA DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS Kabupaten Pidie Jaya 2014 CPDA Consolidating for Peacefull Development in Aceh KAJIAN TATA KELOLA DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS Kabupaten Pidie

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

Analisis Belanja Publik Sektor Kesehatan

Analisis Belanja Publik Sektor Kesehatan Analisis Belanja Publik Sektor Kesehatan Rachmad Suhanda Health Sector Researcher, Public Expenditure Analysis and Capacity Strengthening Program Disampaikan pada: Pela@han Analisis Belanja Publik Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Indikatornya adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, yang dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu agenda yang tercantum di dalam Nawa Cita Pembangunan Nasional adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI SERANG,

TENTANG BUPATI SERANG, BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA

Lebih terperinci

BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBN) 1. Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan secara bersama dan berjenjang antara pemerintah pusat,

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 A. POTRET AKI/AKB DI PROVINSI NTB 1. Trend Kematian Bayi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 276 300 248 265 274 240 Tren Angka Kematian Bayi Provinsi

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deklarasi pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan hasil kesepakatan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September 2000

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak TUJUAN 4 Menurunkan Angka Kematian Anak 51 Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian balita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan (WHO, 2000). Komponen pengelolaan kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN Menimbang DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan salah satu komponen penting dari sistem kesehatan, guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Namun demikian, berbagai permasalahan masih

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang semakin modern dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek kesehatan lambat laun seiring dengan perkembangan zaman menuntut masyarakat juga untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan Kesehatan di Provinsi Riau adalah Riau Sehat 2020. Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2020

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI) kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan nasional secara menyeluruh. Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah

Lebih terperinci

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan tubuh yang sehat atau fungsi tubuh manusia berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Tingginya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Tingginya jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (2012), setiap hari sekitar 800 perempuan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) dari seluruh kematian ibu terjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis rasio ketergantungan keuangan daerah, simpulan yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis rasio ketergantungan keuangan daerah, simpulan yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis rasio ketergantungan keuangan daerah, simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut. 1. Pemerintah Daerah Provinsi Aceh memiliki tingkat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan 22 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PECAPP. Now or Never. Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih Baik Analisa Belanja Publik Aceh 2012

PECAPP. Now or Never. Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih Baik Analisa Belanja Publik Aceh 2012 Now or Never Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih Baik Analisa Belanja Publik Aceh 2012 Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Aceh akan menerima lebih dari Rp 100T pada akhir

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat, dimana angka kematian bayi di Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci