I. PENDAHULUAN. Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada pula yang menyatakan bahwa kelapa sawit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada pula yang menyatakan bahwa kelapa sawit"

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada yang menyatakan tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada pula yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi (Fauzi Yan dkk, 2002). Tidak dapat dipungkiri, prospek industri kelapa sawit kini semakin cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar dunia. Sektor ini akan semakin strategis karena berpeluang besar untuk lebih berperan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap tenaga (Kemenperin, 2012). Di dalam negeri, kebijakan pemerintah mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai altenatif bahan bakar minyak (BBM) memberi peluang besar bagi industri kelapa sawit untuk lebih berkembang. Sesuai dengan target pemerintah, pada 2010 sekitar 10% dari kebutuhan bahan bakar dalam negeri akan disuplai dengan BBN, dimana 7% diantara berbasis minyak sawit atau dikenal sebagai biodiesel. Untuk itu diperlukan tambahan pasokan atau peningkatan produksi kelapa sawit dalam jumlah besar (Kemenperin, 2012). Sementara itu di pasar dunia, dalam 10 tahun terakhir, penggunaan atau konsumsi minyak sawit tumbuh sekitar rata-rata 8%-9% per tahun. Ke depan, laju pertumbuhan ini diperkirakan akan terus bertahan, bahkan tidak tertutup kemungkinan meningkat sejalan dengan trend penggunaan bahan bakar alternatif berbasis minyak nabati atau BBN seperti biodiesel (Kemenperin, 2012)

2 2 Peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas atau perluasan lahan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan pertanian. Dalam peningkatan produktivitas dan/atau perluasan lahan masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain konversi, degradasi, ketersediaan sumber daya lahan, ancaman variabilitas, dan/atau perubahan iklim (Agus dan Subiksa, 2008). Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan marjinal. Lahan gambut adalah salah satu jenis lahan marjinal yang dipilih, terutama oleh perkebunan besar, karena relatif lebih jarang penduduknya sehingga kemungkinan konflik tata guna lahan relatif kecil (Agus dan Subiksa, 2008). Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Namun karena variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya, tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal pertanian. Dari 18,3 juta ha lahan gambut di pulau-pulau utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian (Agus dan Subiksa, 2008). Salah satu upaya dalam peningkatan produktivitas atau perluasan pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan gambut. Gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi lebih dari 65% (enam puluh lima prosen) yang terbentuk secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang terhambat proses dekomposisinya karena suasana anaerob dan basah (Agus dan Subiksa, 2008). Setiap lahan gambut mempunyai karakteristik yang berbeda tergantung dari sifat sifat dari badan alami yang terdiri dari atas sifat fisika, kimia, dan biologi serta macam sedimen di bawahnya, yang akan menentukan daya dukung wilayah gambut, menyangkut

3 3 kapasitasnya sebagai media tumbuh, habitat biota, keanekaragaman hayati, dan hidrotopografi (Agus dan Subiksa, 2008). Areal PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK) 1 Inderapura semuanya memiliki jenis lahan gambut. Lahan gambut termasuk salah satu lahan bermasalah baik dari segi fisik, kimia maupun biologinya. Untuk mengatasi permasalahan yang ada pada lahan gambut salah satunya adalah dengan cara pengaturan tata lahan dan air dengan membuat saluran drainasenya. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengambil judul laporan tugas akhir Tata Kelola Lahan dan Air pada Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK) 1 Inderapura Pesisir Selatan Sumatera Barat Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan tugas akhir/pkpm ini adalah : 1. Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pemahaman kegiatan di perusahaan/industri kelapa sawit secara umum. 2. Untuk mengetahui teknik pembukaan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit di PT. SAK 1 Inderapura. 3. Untuk mengetahui sistem tata kelola air yang baik di lahan gambut dan pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit di PT. SAK 1 Inderapura

4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah : 1. Memberikan pengalaman dari lapangan yang dapat menghubungkan pengetahuan akademik dengan keterampilan serta mampu mengidentifikasi pengalaman yang sesuai atau tidak dengan teori dan praktek yang pernah didapatkan. 2. Meningkatkan wawasan penulis dan pembaca laporan tugas akhir mengenai tata kelola air di lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit. 3. Menemukan solusi dari masalah yang ada pada tata kelola lahan dan air di lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit sehingga dapat dijadikan saran untuk perusahaan.

5 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pengertian Lahan Gambut Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (Corganik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Agus dan Subiksa, 2008) Lahan gambut adalah lahan yang berasal dari tumpukan sisa-sisa tanaman yang telah mati yang terdapat dalam rawa yang selalu tergenang air, dengan kadar bahan organik tinggi, sehingga tanah ini digolongkan tanah organik (Murti, 2005) Pembentukan Lahan Gambut Rawa merupakan tempat yang cocok untuk akumulasi endapan organik, karena lingkungannya menjadi ajang (medium) yang subur untuk menumbuhkan berbagai macam tumbuhan air, yang setelah mengalami sejumlah generasi tumbuh, mati dan tenggelam di dalam air tempat tumbuh. Air menghalangi udara yang diperlukan bagi oksidasi bahan organik. Perombakan bahan ini sebagian besar atas bantuan fungi, bakteri anaerob, algae dan beberapa jenis hewan aquatik mikro. Mikro organisme memecahkan struktur organik, membebaskan gasnya dan menyebabkan terbentuknya humus. Humus berupa senyawa ligno-protein yang membentuk poliuronida. Warna bahan organik menjadi cokelat atau hitam. Jika dekomposisi berlangsung cukup lama akan terbentuk profil tanah yang seluruhnya organik. Proses pembentukan gambut dimulai dari adanya danau dangkal yang secara perlahan ditumbuhi oleh tanaman air dan vegetasi lahan basah. Tanaman yang mati dan

6 6 melapuk secara bertahap membentuk lapisan yang kemudian menjadi lapisan transisi antara lapisan gambut dengan subtratum (lapisan di bawahnya) berupa tanah mineral. Tanaman berikutnya tumbuh pada bagian yang lebih tengah dari danau dangkal ini dan membentuk lapisan-lapisan gambut sehingga danau tersebut menjadi penuh (Agus dan Subiksa, 2008) Jenis Tanah Gambut Menurut Murti (2005), jenis tanah gambut ada tiga, yaitu : a. Gambut endapan Gambut endapan terdapat pada profil tanah yang paling bawah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami proses penghancuran dan penggumpalan atau dengan kata lain telah mengalami proses humifikasi seluruhnya. Endapan gambut berciri kompak, kenyal dan berwarna hijau tua jika masih dalam keadaan aslinya. b. Gambut berserat Gambut berserat berasal dari tumbuhan berserat seperti rumput dan lumut terdapat pada profil tanah bagian bawah dan biasanya terletak pada bagian bawah dan biasanya terletak pada bagian atas gambut endapan. c. Gambut berkayu Gambut berkayu, bahan pembentuk atau penyusunnya berasal dari kayu-kayuan yang biasanya terletak pada profil bagian atas, berwarna cokelat atau hitam bila basah Klasifikasi Tanah Gambut Menurut Agus dan Subiksa (2008), Gambut diklasifikasikan lagi berdasarkan berbagai sudut pandang yang berbeda dari tingkat kematangan, kedalaman, kesuburan dan posisi pembentukannya.

7 7 a. Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan menjadi : a.1. Gambut saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali, berwarna cokelat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya <15%. a.2. Gambut hemik (setengah matang) adalah gambut setengah lapuk, sebagian bagian asalnya masih bisa dikenali berwarna cokelat, dan bila diremas bahan seratnya 15-75%. a.3. Gambut fibrik (mentah) adalah gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna cokelat, dan bila diremas >75% seratnya masih tersisa. b. Berdasarkan kedalamannya gambut dibedakan menjadi : b.1. Gambut dangkal ( cm) b.2. Gambut sedang ( cm) b.3. Gambut dalam ( cm) b.4. Gambut sangat dalam (>300 cm) c. Berdasarkan proses dan lokasi pembentukannya, gambut dibagi menjadi : c.1. Gambut pantai adalah gambut yang terbentuk dekat pantai laut dan mendapat pengayaan mineral dari air laut. c.2. Gambut pedalaman adalah gambut yang terbentuk di daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi hanya oleh air hujan. c.3. Gambut transisi adalah gambut yang terbentuk diantara kedua wilayah tersebut, yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh air pasang laut Sifat Umum Tanah Gambut dan Permasalahannya a. Sifat Fisik Sebagian besar terdiri dari air dan sedikit mengandung udara, kemampuan mengikat airnya tinggi, dapat mencapai 2-4 kali lipat beratnya sehingga dalam keadaan

8 8 kering beratnya sangat ringan (berat volumenya kecil), berwarna cokelat kelam atau sangat hitam bila dalam keadaan basah (Murti, 2005). b. Sifat Kimia Memiliki ph yang sangat rendah, berkisar 4-4,5 (sangat masam), kandungan unsur hara seperti N, P, K, Ca cukup banyak meskipun relatif belum tersedia bagi tanaman, karena gambut belum terurai menjadi humus (Murti, 2005). c. Sifat Biologi Sebagian besar terdiri dari mikro organisme anaerob, sehingga proses penguraian gambut menjadi sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali (Murti, 2005). Menurut Agus dan Subiksa (2008), volume gambut akan menyusut bila lahan gambut didrainase, sehingga terjadi penurunan permukaan tanah (subsiden). Selain karena penyusutan volume, subsiden juga terjadi karena adanya proses dekomposisi dan erosi. Dalam 2 tahun pertama setelah lahan gambut didrainase, laju subsiden bisa mencapai 50 cm. Pada tahun berikutnya laju subsiden sekitar 2 6 cm per tahun tergantung kematangan gambut dan kedalaman saluran drainase. Adanya subsiden bisa dilihat dari akar tanaman yang menggantung. Menurut Agus dan Subiksa (2008), daya menahan atau menyangga beban (bearing capacity) pada lahan gambut sangat rendah. Hal ini menyulitkan beroperasinya peralatan mekanisasi karena tanahnya yang empuk. Gambut juga tidak bisa menahan pokok tanaman tahunan untuk berdiri tegak. Tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit atau kelapa seringkali doyong atau bahkan rebah. Pertumbuhan seperti ini dianggap menguntungkan karena memudahkan bagi petani untuk memanen sawit.

9 Tata Kelola Air Di Lahan Gambut Reklamasi gambut untuk pertanian tanaman tahunan memerlukan jaringan drainase yang dapat mengendalikan tata air dalam suatu wilayah dan drainase mikro untuk mengendalikan tata air di tingkat lahan. Sistem drainase yang tepat dan benar sangat diperlukan pada lahan gambut, baik untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Sistem drainase yang tidak tepat akan mempercepat kerusakan lahan gambut (Agus dan Subiksa, 2008). Kedalaman muka air tanah merupakan faktor utama penentu kecepatan subsidensi. Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah penggunaan alat-alat berat dan pemupukan. Proses subsidensi berlangsung sangat cepat, bisa mencapai cm per tahun pada awal dibangunnya saluran drainase, terutama disebabkan besarnya komponen konsolidasi dan pengerutan. Dengan berjalannya waktu maka subsidensi mengalami kestabilan. Subsidensi mencapai kestabilan pada tingkat 1,5-2 cm per tahun sesudah sekitar 28 tahun semenjak lahan didrainase. Kedalaman muka air tanah rata-rata mempunyai hubungan linear dengan tingkat subsidensi. Untuk Sarawak, Malaysia, dengan kedalaman air tanah rata-rata 100 cm, subsidensi bisa mencapai 8 cm per tahun dan untuk kedalaman muka air tanah rata-rata 25 cm, subsidensi sekitar 2 cm per tahun (Wosten, (1997) cit. Agus dan Subiksa, (2008)). Salah satu komponen penting dalam pengaturan tata air lahan gambut adalah bangunan pengendali berupa pintu air di setiap saluran. Pintu air berfungsi mengatur muka air tanah supaya tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam. Tanaman tahunan memerlukan saluran drainase dengan kedalaman berbeda-beda. Tanaman karet memerlukan saluran drainase mikro sekitar 20 cm, tanaman kelapa sedalam cm, sedangkan tanaman kelapa sawit memerlukan saluran drainase sedalam cm. Gambut yang relatif tipis (<100 cm) dan subur juga dapat ditanami dengan tanaman kopi dan kakao dengan saluran drainase sedalam cm (Agus dan Subiksa, 2008)

10 10 Pembuatan saluran air dan pengelolaan tata air bertujuan untuk mengatur dan mempertahankan tinggi permukaan air tanah di areal pertanaman. Di tempat tertentu seperti pada pertemuan saluran primer dengan sungai, pertemuan saluran primer dengan sekunder perlu dibuat pintu air otomatis dan akan buka apabila permukaan air di areal pertanaman lebih tinggi, dan sebaliknya akan tutup apabila permukaan air di areal pertanaman lebih rendah. Pengaturan air pada saluran drainase disesuaikan dengan kedalaman permukaan air tanah di lapangan yang dipertahankan pada kedalaman 60 cm 80 cm, untuk menjaga ketersediaan air dan menghindari lahan mudah terbakar (Apriyantono, 2009) Pemanfaatan Lahan Gambut Menurut Apriyantono (2009), pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit oleh pelaku usaha perkebunan meliputi perencanaan, pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan dan konservasi Perencanaan Perencanaan dilakukan melalui kegiatan inventarisasi dan identifikasi (pemetaan lahan), desain kebun, dan penyusunan rencana kerja tahunan. Inventarisasi dan identifikasi oleh lembaga berkompeten melalui kegiatan survei tanah dan evaluasi lahan yang mencakup pengumpulan data lahan gambut yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya kelapa sawit sesuai kriteria yang ditetapkan dan digambarkan dalam bentuk peta dengan skala 1 : atau sekurang-kurangnya 1 : Berdasarkan peta tersebut selanjutnya digambarkan desain kebun yang akan dikelola termasuk sarana pendukungnya serta rencana kerja tahunan mulai dari pembukaan lahan, penanaman pemeliharaan dan konservasi (Apriyantono, 2009).

11 Teknik Pembukaan Lahan Gambut a. Survey Survey tanah dimulai dengan orientasi. Orientasi lapangan yaitu melihat medan kerja secara keseluruhan untuk menyusun rencana kerja yang matang, biasanya disertai oleh pejabat setempat yang bersangkutan terutama dalam menentukan batas-batas kebun dan batas areal yang akan disurvey (Murti, 2005). Menurut Suwanto, Nainggolan dan Damadi (2005), norma teknis dari kegiatan survey areal gambut antara lain : 1. Pada survey awal, dipasang patok survei pada interval 50 m di sepanjang batas areal. 2. Pada survey dasar, dipasang patok survei pada interval 300 x 1000 m di dalam areal. 3. Pada survei lanjutan, dipasang patok survei pada interval 100 x 100 m. 4. Pada jalur rencana jalan/parit dipasang patok jalan/parit pada interval 50 m. 5. Data yang dicatat pada setiap titik survey (interval 300 x 1000 m atau 100 x 100 m) adalah : kode titik, topografi, jenis tanah, jenis vegetasi, sungai, ketinggian tempat, dan koordinat titik rujukan awal. 6. Sistem kode titik adalah sistem huruf-angka (misal : A24). 7. Dari hasil survey harus dapat dipetakan posisi sungai, rawa, bukit, lereng curam, areal datar, dan daerah larangan. 8. Alokasi waktu : 1 tahun. 9. Jarak yang digunakan adalah jarak horizontal (jarak 2 dimensi). 10. Peta hasil survey dibuat dengan skala 1 : Alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan survey areal gambut antara lain : parang, theodolit, kompas, inkilometer, pita ukur, abney level, waterpas, data logger, planimeter, peta dasar BPN, peta kontur, clipboard, dan kertas, patok kayu

12 12 keras 10x10x200 cm, palu kayu, cat putih, cat merah, dan cat biru. Untuk pembuatan peta adalah meja gambar, pena gambar, kertas grafik, kertas kalkir, kertas isometrik (Suwanto, et al, 2005). b. Penataan Kebun Menurut Suwanto, et al (2005), norma teknis penataan kebun antara lain : 1. Alokasi areal adalah : 1.1. Blok tanaman 91,36 % 1.2. Pembibitan 0,80 % 1.3. Pabrik dan kolam limbah 0,25 % 1.4. Kantor 0,02 % 1.5. Perumahan 1,35 % 1.6. Sarana umum 0,32 % 1.7. Jaringan jalan 3,20 % 1.8. Jaringan parit drainase 2,70 % 2. Pembagian blok tanaman, afdeling dan divisi : 2.1. Luas satu blok tanaman 20 ha-30 ha 2.2. Satu afdeling terdiri atas 20 blok 400 ha-600 ha 2.3. Satu divisi terdiri atas 3 afdeling ha ha 2.4. Satu kebun terdi atas 3 divisi ha ha Batas maksimal berlaku bila semua areal datar, dan batas minimal berlaku bila semua areal berbukit, sedangkan bila areal berombak dan bergelombang atau topografinya bervariasi maka berlaku angka diantara kedua batas tersebut. Dasar penentuan luas disini adalah topografi setiap blok, dimana luas afdeling akhirnya mengikuti total luas dari blok-blok yang menyusunnya, begitu juga luas divisi dan luas kebun.

13 13 3. Lokasi pembibitan, pabrik, kantor kebun, perumahan kebun, dan sarana umum harus berada di tengah kebun dan dekat sungai yang berair sepanjang tahun. Sedangkan lokasi perumahan afdeling harus berada di tengan afdeling dan dekat dengan sungai setempat. 4. Arah jalan : 4.1. Jalan produksi : Utara Selatan pada areal datar dan membujur bukit pada areal berbukit Jalan koleksi : Timur Barat pada areal datar dan melintang bukit pada areal berbukit. 5. Jadwal kerja : setelah selesai survei areal, alokasi waktu 2-4 minggu. 6. Norma kerja : pembuatan rancangan tata kebun = HK/1000 ha kebun. Alat yang digunakan untuk penataan kebun antara lain : pena gambar berbagai ukuran dan meja gambar/desain. Sementara bahan nya : kertas grafik (kertas milimeter), kertas kalkir, peta dasar BPN, data dan peta hasil survey, peta kontur dari bakosurtanal, hasil foto udara (jika ada) (Suwanto, et al, 2005). c. Pembersihan Lahan Gambut Menurut Suwanto, et al (2005), norma teknis kegiatan pembersihan lahan gambut antara lain : 1. Pembuatan parit keliling : Berbentuk V, disekeliling areal kebun Lebar atas 5 m, lebar bawah 2 m, dalam 2,5 m 2. Pembuatan parit pembuangan : Berbentuk V, dari parit keliling menuju sungai alami Lebar atas 6 m, lebar bawah 2,5 m, dalam 3 m 3. Pembuatan parit primer : Berbentuk V, dari dalam areal menuju parit keliling pada interval 1000 m.

14 14 Lebar atas 4 m, lebar bawah 1.5 m, dalam 2.5 m. Parit primer harus diselesaikan sebelum kegiatan lainnya dimulai. 4. Babat dan Imas : Semak dibabat tandas. Pohon ø < 10 cm dipotong ± 5 cm dari tanah. 5. Penumbangan : Tinggi tunggul maksimal 2 kali diameter pohon. 6. Pemangkasan : Seluruh cabang dan ranting besar dipotong. 7. Perumpukan : Jarak rumpukan 4 atau 6 jarak antar barisan tanaman, lebar rumpukan maksimal 3 m, arah rumpukan Utara-Selatan. 8. Pemadatan : Daerah diluar jalur rumpukan memadat minimal sedalam 50 cm. Dan lebar jalur yang dipadatkan minimal 10 m. 9. Jadwal kerja : Setelah selesai survei areal dan penataan kebun, pada musim kemarau selama 4-5 bulan. Menurut Apriyantono (2009), pembangunan saluran keliling (periphere drain) sebagai saluran batas areal; dan saluran batas berfungsi mengatur permukaan air tanah dan juga merupakan saluran utama. Saluran tersebut mempunyai lebar atas ± 4 m, lebar bawah ± 3 m dengan kedalaman 2 m 3 m. Menurut Apriyantono (2009), pembersihan lahan gambut yang masih memiliki semak belukar dan/atau pohon kecil-kecil (under brushing) dengan diameter kurang dari 2.5 cm dilakukan secara manual atau cara mekanis. Apabila pembukaan dilakukan secara mekanis, pemotongan kayu dilakukan menggunakan chainsaw, sebagai berikut : a. Arah penumbangan pohon mengikuti arah yang sudah ditentukan serta tidak melintang sungai dan jalan. b. Tinggi tunggul pohon yang ditumbang disesuaikan dengan diameter batang sebagai berikut : diameter cm, setinggi 40 cm, diameter cm,

15 15 setinggi 60 cm, diameter cm, setinggi 100 cm, diameter > 75 cm, setinggi 150 cm. c. Cabang dari ranting yang relatif kecil dipotong dan dicincang (direncek), sedangkan batang dan cabang besar dipotong dalam ukuran 2 3 m (diperun). d. Batang, cabang, dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan mengikuti jalur rumpukan, yaitu pada selang 2 jalur tanam dengan arah sejajar dengan jalur tanam tersebut. Alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembersihan areal gambut adalah : untuk buat parit : excavator, pancang 3 m, kompas, pita ukur, untuk babat & imas : parang dan kampak,untuk tumbang : chainsaw,untuk pangkas : chainsaw,untuk rumpuk : excavator (Suwanto, et al, 2005). d. Pemancangan Menurut Suwanto, et al (2005), norma teknis kegiatan pemancangan di lahan gambut antara lain : 1. Pola pemancangan : areal datar sampai miring ( ) : segitiga sama sisi (sistem mata lima). 2. Kerapatan : lahan gambut : pk/ha. 3. Jarak tanam (jarak pokok x jarak baris) : kerapatan 130 pk/ha : 9,42 m x 8,16 m. Kerapatan 136 pk/ha : 9,21 m x 7,98 m. Kerapatan 142 pk/ha : 9,02 m x 7,81 m. Kerapatan 148 pk/ha : 8,83 m x 7,65 m. Kerapatan 154 pk/ha : 8,66 m x 7,50 m. Kerapatan 160 pk/ha : 8,5 m x 7,36 m. 4. Arah barisan tanam : areal datar miring ( ) : Utara Selatan. 5. Jenis, ukuran dan warna pancang dapat dilihat pada tabel 1 : Tabel 1. Ukuran dan warna pancang Jenis pancang Tinggi Warna ujung Jumlah Pancang induk 4,0 m Kuning 1 bh/ha Pancang kepala 2,5 m Merah cerah 1 baris/ha Pancang isi 1,5 m Putih titik tanam

16 16 6. Jadwal kerja : setelah lahan bersih (pasca perumpukan) selama 2 3 bulan. Alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pemancangan areal gambut adalah : Theodolit, kompas, water pass, pita ukur, kawat panjang 100 m yang bertanda jarak antar pokok, kawat panjang 100 m yang bertanda jarak antar baris, pancang ukuran 4 m, 2,5 m, dan 1,5 m, cat tembok warna putih, merah cerah dan kuning (Suwanto, et al, 2005). e. Pembuatan saluran drainase Menurut Suwanto, et al (2005), jenis-jenis parit drainase yang dibuat di lahan gambut adalah : 1. Parit pembuangan (outlet drain), dari parit pinggir dan primer ke sungai alami. 2. Parit utama (main drain) atau parit primer, dari parit sekunder ke parit keliling. 3. Parit pengumpul (collection drain ) atau parit sekunder, dari parit tertier ke parit primer. 4. Parit lapangan (field drain) atau parit tertier, dari parit lapangan ke parit sekunder. 5. Parit pinggir (boundary drain), di pinggir kebun. Menurut Apriyantono (2009), drainase terdiri dari saluran primer, sekunder, dan tersier dengan ukuran saluran seperti yang terdapat pada table 2 di bawah ini. Tabel 2. Jenis dan ukuran saluran drainase Jenis saluran Lebar (m) Kedalaman (m) Atas Bawah Primer 3,0-6,0 1,2-1,8 1,8-2,5 Sekunder 1,8-2,5 0,6-0,9 1,2-1,8 Tersier 1,0-1,2 0,5-0,6 0,9-1,0

17 17 antara lain : Menurut Suwanto, et al (2005), norma teknis pembuatan parit drainase 1. Bentuk penampang parit : bentuk V atau trapezium terbalik. 2. Ukuran parit. Ukuran parit dibuat sesuai dengan ketentuan yang ada pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Ukuran parit Jenis parit Areal Mineral Areal Gambut L. Atas L. Dasar Dalam L. Atas L. Dasar Dalam Parit pembuangan 4,0 m 2,0 m 2,0 m 6,0 m 2,5 m 3,0 m Parit keliling ,0 m 2,0 m 2,5 m Parit primer 3,0 m 1,5 m 1,5 m 4,0 m 1,5 m 2,5 m Parit sekunder 2,0 m 1,5 m 1,0 m 2,5 m 1,0 m 2,0 m Parit tertier 1,0 m 0,5 m 0,5 m 1,5 m 0,5 m 1,0 m 3. Interval dan arah parit. 4 berikut. Interval dan arah parit dibuat sesuai dengan ketentuan yang ada pada table Tabel 4. Interval dan arah parit : Janis parit Interval Arah Parit primer m Utara - Selatan Parit sekunder 300 m Timur - Barat Parit tertier 2, 4, 8, 16 baris Utara - Selatan parit tertier parit sekunder parit primer parit pembuangan Gambar 1. Perbandingan jenis ukuran parit 4. Selain parit pinggir semua parit harus dibuat lurus.

18 18 5. Permukaan dasar parit harus lurus dan sedikit menurun kea rah hilir, tidak boleh bergelombang mengikuti permukaan tanah atas. 6. Pada persimpangan parit harus dibuat belokan ke arah aliran air. 7. Pintu air yang dipasang pada setiap pertemuan parit, harus bisa mempertahankan tinggi muka air pada kisaran cm dari permukaan tanah. 8. Norma tenaga : Parit pembuangan : m/jkt Parit pinggir Parit primer Parit sekunder Parit tertier : m/jkt : m/jkt : m/jkt : m/jkt Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan saluran drainase adalah : excavator ( untuk menggali hampir semua jenis parit dan pancang 2 m, pita ukur, kompas (untuk memancang jalur parit). f. Pembangunan Jalan Menurut Suwanto, et al (2005), jenis-jenis jalan berdasarkan fungsinya : 1. Jalan poros : jalan yang menghubungkan kantor kebun, pabrik, dan gerbang kebun. 2. Jalan utama : jalan yang menghubungkan kantor kebun/pembibitan atau pabrik dengan setiap afdeling. 3. Jalan produksi : jalan yang berada didalam afdeling yang menghubungkan antar jalan koleksi menuju jalan utama. 4. Jalan koleksi : jalan pengumpulan buah didalam afdeling yang tegak lurus dengan pasar pikul dan menuju jalan produksi, dimana pada kedua sisinya terdapat TPH.

19 19 Menurut Apriyantono (2009), pembangunan jalan di lahan gambut antara lain : 1. Produksi jalan berasal dari tanah galian, sedangkan perataan dan pemadatan menggunakan alat berat. 2. Pemadatan jalan dapat dilakukan dengan penyusunan batang kayu (gambangan) berdiameter 7 cm 10 cm. 3. Gambangan ditimbun dengan tanah mineral setebal 20 cm 30 cm, kemudian diratakan dan dipadatkan. 4. Alternatif teknologi pembangunan jalan di lahan gambut antara lain dengan teknologi geotekstil. 5. Pembangunan jalan panen sebagai sarana angkutan buah dilakukan bersama dengan pemadatan jalur tanam. 6. Alternatif lain untuk pengangkutan buah dari lapangan ke pabrik dengan membangun jaringan rel kereta mini (muntik). Menurut Suwanto, et al (2005), norma teknis pembangunan jalan kebun antara lain : a. Ukuran bagian bagian jalan : Ukuran bagian bagian jalan dibuat sesuai dengan ketentuan yang ada pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Ukuran bagian bagian jalan No Bagian jalan Lebar daerah milik jalan Lebar badan jalan Lebar bahu jalan Lebar parit jalan Jalan poros Jalan utama Jalan produksi Jalan koleksi 22 m 16 m 16 m 9 m 10 m 6 m 5 m 4 m 2 x 2 m 2 x 2 m 2 x 2 m 2 x 1 m 2 x 1 m 2 x 1 m 2 x 1 m 2 x 0,6 m

20 Lebar pinggir jalan Dalam parit jalan Interval jalan Kerapatan jalan 2 x 3 m 2 x 2 m 2 x 2,5 m 2 x 0,9 m 0,5 m 0,5 m 0,5 m 0,3 m m m / ha m/ha b. Bentuk badan jalan : cembung seperti punggung kerbau dengan kemiringan 2,5 0 (5%) c. Untuk jalan potongan, kemiringan tebing jalan maksimal d. Kemiringan tanjakan jalan maksimal 7 0 (12%). e. Tebal lapisan sirtu untuk pengerasan jalan : jalan poros dan jalan utama : 2 kali 10 cm (total 20 cm), jalan produksi dan jalan koleksi : 1 kali 10 cm. f. Jadwal kerja : setelah selesai pemancangan, pada musim kemarau, alokasi waktu 2 3 bulan. g. Jalur jalan harus mengikuti pancang tanam, yaitu titik-titik tanam yang memang diperuntukkan untuk jalan. h. Untuk jalan teras (jalan memotong lereng), parit jalan hanya dibuat di sebelah dalam (di bawah lereng). g. Pemadatan jalur tanaman Pemadatan jalur tanaman diperlukan agar akar tanaman dapat menjangkar kuat di dalam tanah, sehingga mengurangi kecenderungan tumbuh miring atau rebah. Setiap jalur tanam dilakukan pemadatan dengan cara mekanis (Apriyantono, 2009). h. Pembuatan lobang tanam

21 21 Menurut Apriyantono (2009), pembuatan lobang tanam kelapa sawit pada lahan gambut dengan metode triple hole (hole-inhole-inhole) untuk gambut dalam dan double hole (hole-inhole) untuk gambut sedang. Pada metode triple hole, lubang pertama berdimensi (140x140x60)cm, lubang kedua berdimensi (100x100x60)cm dan lubang ketiga (60x60x60) cm. Sedangkan metode double hole, lubang pertama berdimensi (100x100x60) cm dan lubang kedua berdimensi (60x60x60) cm. i. Penanaman Menurut Apriyantono (2009), penanaman dilakukan dengan memperhatikan daya dukung dari lahan gambut. Apabila pengaturan tata air dilakukan dengan baik, kegiatan penanaman dapat mengikuti ketentuan sebagai berikut : a. Kerapatan pohon kelapa sawit sebanyak 143 pohon setiap hektar (jarak tanam 9 m segitiga sama sisi) atau pada tingkat kerapatan lain sesuai dengan karakter panjang tajuk varietas kelapa sawit yang digunakan. b. Jika jalur tanaman dipadatkan, kelapa sawit ditanam dengan ukuran lubang tanam 60x60x60 cm. c. Jika jalur tanaman, kelapa sawit ditanam dengan sistem lubang dalam lubang (hole in hole planting) dengan ukuran lubang luar 100 cm x 100 cm x 60 cm dan lubang dalam 60 x 60 x 60 cm. Alternatif lain untuk pemadatan dapat dilakukan dengan pembuatan lubang tanam menggunakan puncher. d. Tunggul kayu yang terletak tepat di lubang tanaman dibongkar, jika tunggul tidak dapat dibongkar, lubang tanam dapat digeser searah dengan baris tanaman. e. Pupuk dasar yang digunakan di lubang tanaman dapat berupa 20 g CuSO4, 20 g ZnSO4, 20 g FeSO4, 500 g RP, 250 g kapur pertanian (kaptan) atau dolomit.

22 22 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM PKPM dilaksanakan di PT. Sumbar Andalas Kencana(SAK) I Inderapura yang terletak di Muara Sakai Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan. PKPM ini dilaksanakan pada tanggal 19 Maret sampai dengan 13 Juni Metode Kegiatan Dalam pelaksanaan kegiatan PKPM di PT. SAK I Inderapura, metode yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan dan data yang diperlukan adalah dengan cara : 1. Praktek Mahasiswa ikut mengerjakan semua kegiatan yang telah disepakati dengan pembimbing lapang dan kemudian prestasi kerjanya dinilai oleh pembimbing lapang. 2. Pengamatan Metode pengamatan dilakukan apabila kondisi tidak memungkinkan untuk mahasiswa mengerjakan suatu pekerjaan dengan alasan tertentu. 3. Diskusi Diskusi dilakukan khususnya untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan yang sudah tidak ada dilapangan dan tidak bisa untuk dilakukan kembali dan untuk memperoleh penjelasan mengenai kegiatan-kegiatan yang ada di lapangan tetapi tidak sesuai dengan teori yang dipelajari 4. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data sangat diperlukan bagi mahasiswa sebagai bahan dalam penyusunan laporan seperti keadaan iklim, data pembukaan lahan, dan tata kelola air dan data lainnya yang dianggap perlu.

23 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Gambaran Umum Perusahaan A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Sumbar Andalas Kencana I Inderapura Estate Pesisir Selatan berdiri pada tahun 2003 yang terletak di Muara Sakai Kec. Pancung Soal Kab. Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Adapun batas wilayah PT. Sumbar Andalas Kencana I Inderapura Pesisir Selatan Sumatera Barat adalah sebagai berikut : a) Sebelah Utara berbatasan dengan PT. IR. Sodetan II b) Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Sumbar Andalas Kencana II c) Sebelah Timur berbatasan dengan PT. IR. Sodetan I d) Sebelah Barat berbatasan degan lahan masyarakat B. Kondisi Lingkungan Perusahaan Kebun SAK I Inderapura memiliki topografi datar. Ketinggian tempat 0-2 m dari permukaan laut. Temperatur udara di PT. SAK I adalah C, dengan kelembaban udara 80%. Lama penyinaran 7-8 jam per hari, sementara curah hujan yaitu 3.606,95mm/tahun atau rata-rata curah hujan 300,58 mm/bulan. Jenis tanah di PT. SAK I Inderapura yaitu gambut hemik menuju saprik, dengan ph tanah 3,5-4. Usaha konservasi tanah yang dilakukan terutama pada areal gambut dengan membuat saluran drainase dimulai dari dalam blok. C. Luas Areal Yang Dikelola PT. SAK I memiliki pola perkebunan inti, yang mempunyai 2 divisi. Divisi I memiliki 3 afdeling (A, B, C) sedangkan pada divisi II terdiri dari 3 Afdeling (D, E, F). PT. SAK I Inderapura memiliki luas total 2.432,047 Ha yang terbagi menjadi 6 afdeling. Afdeling A dengan luas lahan 461,700 Ha. Afdeling B dengan luas lahan 445,718 Ha. Afdeling C dengan luas lahan 586,380 Ha. Afdeling D dengan luas lahan 294,959 Ha. Afdeling E dengan luas

24 24 lahan 297,470 Ha dan Afdeling F dengan luas lahan 345,847 Ha. Berdasarkan tahun tanam kelapa sawit di PT. SAK I Inderapura mempunyai tahun tanam 2004 dengan luas lahan 461,700 Ha dan tahun 2006 dengan luas 1.970,374 Ha. D. Produk Yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan oleh kebun PT. SAK I Inderapura yaitu Tandan Buah Segar Kelapa Sawit yang akan diolah di pabrik pengolahan PT. Sumatera Jaya Agro Lestari Teknik Pembukaan Lahan Gambut Di PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK) I Inderapura, lahan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit adalah lahan gambut. Digunakannya lahan gambut adalah karena tanaman kelapa sawit cocok pada lahan yang banyak mengandung air untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dipilihlah lahan gambut. Lahan gambut di PT. SAK I Inderapura seluas 2.432,047 Ha. Tingkat kematangan gambut nya adalah setengah matang (hemik) karena warnanya cokelat dan saat diremas masih banyak terasa kandungan seratnya. Kedalaman gambutnya rata-rata >3 m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4. Lahan gambut merupakan lahan yang bermasalah, baik dari segi fisik, kimia maupun biologinya. Karena itu diperlukan teknik pembukaan lahan gambut yang baik dan benar untuk budidaya kelapa sawit. A. Survei Areal Di PT. SAK I Inderapura jenis survei yang dilakukan adalah : 1. Survei awal (untuk menentukan batas-batas areal) 2. Survei dasar (untuk memeriksa kondisi di dalam areal) 3. Survei lanjutan (untuk memeriksa kondisi areal lebih rinci)

25 25 Prosedur kerja kegiatan survei areal gambut di PT. SAK I Inderapura antara lain : 1. Ditentukan satu tanda alam sebagai titik rujukan (misalnya persimpangan jalan atau cabang sungai yang telah ada di peta BPN) dan dicari koordinatnya. 2. Pada sepanjang batas areal, sesuai dengan peta dan patok BPN, dibuat jalur rintisan selebar 1.5 m, lalu diukur setiap jarak 50 m dan dipasangi patok merah. Penandaan batas dilakukan oleh surveyor dan manager proyek bersama dengan tokoh masyarakat lokal yang memahami tata batas lahan. 3. Dimulai titik rujukan awal, dibuat jalur rintisan dengan lebar 1.5 m arah Utara- Selatan (U-S) pada setiap interval 1000 m, kemudian juga dibuat jalur rintisan lebar 1.5 m arah Timur-Barat (T-B) pada setiap interval 300 m. Jalur rintisan ini dibuat dalam garis lurus, sehingga dalam pelaksanaannya harus mendaki bukit, menuruni lereng, dan menyeberangi sungai. 4. Pada setiap perpotongan jalur U-S dan T-B dipasang patok survei (warna putih), yang diberi tanda kode titik, sedangkan di sepanjang jalur rintisan yang akan digunakan sebagai jalur jalan dipasang patok jalan (warna merah) pada setiap interval 50 m. Jalur T-B diberi nama dengan huruf abjad, dan jalur U-S diberi kode dengan angka. 5. Data dari setiap titik survei (patok putih) dicatat dengan lengkap dan akurat pada buku catatan survei. Untuk mengetahui jenis tanah, perlu diikutkan surveyor tanah. 6. Pada kondisi khusus (rawa, bukit atau lereng curam), dibuat jalur rintisan pada setiap interval 100 m, lalu pada perpotongan jalur rintisan ini dipasang patok putih dan dicatat data dari setiap patok tersebut. Pada areal yang perlu drainase, mutlak harus diukur dan dicatat ketinggian tempat setiap titik survei. 7. Pada setiap perpotongan jalur survei dengan garis alam (sungai, tebing, dll) dipasang patok biru serta diukur dan dicatat jaraknya dari titik survei terdekat.

26 26 8. Posisi semua jalur survei digambar di peta dasar, setiap hasil survei. 9. Garis alam (sungai, parit, tebing, dll) digambarkan pada peta dasar. 10. Peta kontur dari Bakosurtanai hanya digunakan sebagai pembanding, bukan sebagai pedoman. Namun dalam penataan kebun, peta kontur sangat berguna untuk mendapatkan gambaran kebun secara kasar. B. Penataan Kebun Prosedur kerja penataan kebun di PT. SAK I Inderapura antara lain : 1. Dikumpulkan semua data hasil survei dan informasi lainnya yang diperlukan 2. Gambar garis keliling batas areal, termasuk garis batas & inclave didalam areal. 3. Gambar garis jalan-jalan produksi dengan peta no. 3 tebal. 4. Gambar garis jalan-jalan koleksi dengan pena palin tipis. 5. Gambar dan diarsir lokasi-lokasi untuk pembibitan, pabrik, kolam limbah, kantor kebun dan emplasemen kebun, perumahan kebun, sarana umum, dan perumahan afdeling. 6. Pilih masing-masing satu jalur terpendek dari jalur jalan yang sudah dibuat yang menghubungkan antara pembibitan dan pabrik dengan setiap afdeling dan antara afdeling satu dengan afdeling lainnya, kemudian jalur ini ditebalkan dengan pena no. 2 tebal. 7. Pilih satu jalur jalan terpendek dan paling layak yang menghubungkan antara pintu gerbang kebun dengan kantor kebun, pembibitan dan pabrik, kemudian jalur ini ditebalkan dengan pena paling tebal. 8. Apabila diperlukan parit drainase (misalnya untuk areal gambut dan mineral datar), maka dibuat garis putus-putus di samping jalan yang sudah ada sesuai dengan jenis paritnya (misalnya parit koleksi dibuat disamping jalan koleksi dan seterusnya), dengan ketebalan yang sama dengan jalan disampingnya.

27 27 9. Garis jalan otomatis menjadi garis batas blok, sedangkan untuk batas afdeling dibuat dengan gabungan tanda strip dan plus ( ) disamping jalur jalan yang ada. Gambar 2. Disain kebun di areal datar C. Pembersihan Areal Gambut Prosedur kerja kegiatan pembersihan areal gambut di PT. SAK I Inderapura antara lain : 1. Dibersihkan seluruh sungai alami yang ada di lokasi 2. Jalur yang akan dibuat parit dipancang dengan interval 50 m pada kedua tepinya sesuai dengan lebar parit. 3. Dibuat parit keliling dengan excavator di sepanjang batas keliling kebun, dengan ukuran lebar atas 5 m, lebar bawah 2 m dan dalam parit 2,5 m. 4. Dibuat parit primer arah Utara-Selatan dengan excavator pada setiap interval 1000 m yang ujung-ujungnya ditembuskan ke parit keliling. Ukuran parit primer yang dibuat adalah lebar atas 4 m, lebar bawah 1,5 m dan dalam parit 2,5 m.

28 28 5. Dibuat parit pembuangan dari parit keliling ke sungai alami dengan excavator pada titik kebun yang paling rendah. 6. Semak belukar dan pohon kecil (Ø < 10 cm) dibabat pendek dengan parang atau kampak. 7. Kayu besar (Ø > 10 cm) ditumbang menggunakan chainsaw secara sistematis dengan arah teratur, dimulai dari satu sisi blok sampai sisi lainnya blok itu. Untuk mengurangi resiko tertimpa pohon, pada hutan dengan kayu masih rapat penumbangan dapat digantung dulu (tidak sampai tumbang) sampai blok itu selesai, setelah itu baru pokok terakhir ditebang sampai tumbang sehingga menghasilkan efek tumbangnya pohon-pohon secara berantai karena ditimpa oleh pohon disebelahnya. 8. Pohon yang telah tumbang dipotong cabangnya. Untuk pohon > 60 cm dapat dipotong sepanjang 5 m dan dikeluarkan dari areal yang dimanfaatkan. 9. Dilakukan pemancangan rumpukan dengan pancang bertanda cat putih, dimana jarak antara rumpukan 4 atau 6 kali jarak antar baris tanaman dan interval pancang dalam rumpukan 25 m. 10. Pohon dan potongan cabangnya dirumpuk dengan boldozer sesuai dengan jalur yang telah dipancang dengan lebar rumpukan maksimal 3 m, sekaligus tunggultunggul pohon yang ada dibongkar dan ikut dirumpuk. 11. Jalur selebar minimal 10 m diantara jalur rumpukan, dipadatkan dengan excavator sampai sedalam 50 cm atau lebih dengan 3-4 kali gilasan bolak-balik.

29 29 D. Pemancangan Prosedur kerja kegiatan pemancangan lahan gambut di PT. SAK I Inderapura antara lain : 1. Pada setiap hamparan atau bidang datar, dibuat bak pancang seluas 1 Ha, yaitu diantara 4 pancang induk. Bak pancang ini berfungsi sebagai pedoman untuk membuat pancang di areal sekelilingnya melalui cara pembidikan. Pertama ditarik kawat 100 m yang bertanda jarak antar baris arah Timur-Barat dari satu pancang induk ke pancang induk lainnya, dimana pada tiap tanda baris ditancapkan pancang baris (tinggi 1,5 m). Lalu dilanjutkan hal yang sama diantara dua pancang induk lainnya pada sisi lain dari bak pancang. Kemudian ditarik kawat 100 m bertanda jarak antar pokok arah Utara-Selatan diantara 2 pancang baris, dimulai dari baris pertama setelah barisan pancang kepala, dimana pada setiap tanda pada kawat ditancapkan pancang isi. Hal sama dilanjutkan sampai baris terakhir dari bak pancang secara berurutan, dimana setiap perpindahan baris, kawat digeser arah Utara-Selatansejauh ½ jarak antar pokok. 2. Areal diluar bak pancang, dilakukan pemancangan dengan metode pembidikan untuk mempertemukan 3 arah barisan yang berlainan, dengan berpatokan kepada pancang kepala dan pancang isi yang sudah ada, baik pada areal datar maupun areal berombak dan bergelombang. Dalam kegiatan ini diperlukan 3 orang tenaga kerja, 1 orang sebagai pembidik ke arah satu titik yang sama, 1 orang penancap pancang dan 1 orang pembawa pancang.

30 30 Pancang induk Pancang kepala Pancang isi Pancang mati Gambar 3. Sistem pemancangan di areal datar s/d bergelombang E. Pembuatan Parit Drainase Prosedur kerja pembuatan parit drainase di PT. SAK I Inderapura antara lain : 1. Jalur yang akan dibuat parit harus dipancang sebelumnya pada kedua sisi setiap jarak 25 m. 2. Dimulai dari arah hulu atau bagian yang lebih tinggi, parit digali dengan excavator atau backhoe sesuai dengan ukuran masing-masing jenis parit dan bentuk yang telah ditentukan. 3. Tanah galian parit ditumpuk ke satu sisi parit sejauh 2 m dari pinggir parit, dimana tanah itu digunakan untuk membentuk badan jalan.

31 31 Keterangan : Parit tertier Parit sekunder Parit primer Parit keliling Parit pembuangan Parit sentral Jalan koleksi Jalan produksi Hutan Blok tanaman Gambar 4. Disain parit drainase

32 32 F. Pembuatan Jalan Prosedur kerja pembuatan jalan di lahan gambut di PT. SAK I Inderapura antara lain : 1. Jalur jalan dipancang dengan interval 25 m pada kedua batas bahu jalan. 2. Tanah galian parit diratakan dengan bulldozer atau excavator sampai batas pancang bahu jalan. 3. Bila diperlukan, diatas badan jalan dan bahu jalan disusun gambangan kayu dengan rapat dan rata. 4. Dilakukan penimbunan dengan tanah mineral kering setebal cm diatas badan dan bahu jalan dengan 4-6 kali aplikasi (4-6 lapis) 5. Tanah timbunan diratakan dengan grader sambil membentuk kecembungan yang diinginkan. 6. Badan jalan dan bahu jalan dipadatkan dengan compactor setiap lapisan timbunan. Prosedur kerja pengerasan jalan di lahan gambut PT. SAK I Inderapura antara lain : 1. Badan jalan dan bahu jalan dibentuk dan diratakan kembali dengan grader. 2. Dilakukan pemadatan badan jalan dan bahu jalan dengan compactor. 3. Sirtu yang cocok dan lebih mudah tersedia dituang di badan jalan pada setiap interval tertentu tergantung pada ketebalan yang diinginkan dan lebar jalan. 4. Dilakukan penyebaran dan perataan sirtu dengan grader. 5. Lapisan sirtu dan badan jalan dipadatkan dengan compactor sampai setengah bagian lapisan sirtu terbenam kedalam badan jalan. 6. Jika ternyata sirtu yang disebarkan tidak bisa padat dan bergeser ke bahu jalan akibat lalu lintas kendaraan, maka sebelum dipadatkan harus dilakukan penggaruan dengan grader untuk mencampur dan mengikat sirtu dengan tanah.

33 33 G. Pembuatan lubang tanam Untuk pembuatan lubang tanam pada PT. SAK 1 Inderapura yaitu dengan menggunakan metode hole in hole. Lubang pertama berukuran 100x100x60 cm dan lubang kedua berukuran 60x60x60 cm. Alat yang digunakan yaitu bakhet holing yang disambungkan pada lengan excavator. berikut ini. Contoh pembuatan lubang tanam hole in hole akan disajikan pada gambar 4 Gambar 4. Contoh lubang dalam lubang Tata Kelola Air di Lahan Gambut Di PT. SAK 1 Inderapura dibuat beberapa jenis parit drainase yaitu : a. Parit cacing ( field drain ) Parit cacing awalnya berbentuk V atau trapesium terbalik, tapi lama-kelamaan berubah menjadi petak persegi dikarenakan kegiatan cuci parit. Arah alirannya timur-barat ke parit sentral di tengah blok. b. Parit Sentral ( Sentral Drain) Parit sentral dibentuk melintang ditengah blok dengan arah utara-selatan sebagai penampung air dari parit cacing lalu dialirkan ke parit primer.

34 34 c. Parit Sekunder Parit sekunder terdapat antara tepi blok dan jalan produksi dengan arah utaraselatan sebagai penampung air dari parit cacing. d. Parit Primer Parit primer adalah parit penampung air dari parit sekunder lalu dialirkan ke parit keliling. e. Parit Keliling Parit keliling merupakan parit disekeliling areal gambut yang menampung air dari parit primer kemudian dialirkan ke parit pembuangan atau laut Pembahasan Menurut Agus dan Subiksa (2008), lahan gambut dengan ketebalan antara 1,4 2 m tergolong sesuai untuk beberapa tanaman tahunan seperti karet dan kelapa sawit. Gambut dengan ketebalan 2 3 m tidak sesuai untuk tanaman tahunan kecuali jika ada sisipan/pengkayaan lapisan tanah atau lumpur mineral. Gambut dengan ketebalan >3m diperuntukkan sebagai kawasan konservasi sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32/1990. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan lahan gambut dalam yang rapuh (fragile) apabila dikonversi menjadi lahan pertanian. Di PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK) I Inderapura memiliki lahan gambut dengan kedalaman gambut rata rata 3 m. Lahan gambut ini sebenarnya tidak cocok untuk ditanami tanaman tahunan. Tetapi PT. SAK 1 Inderapura melakukan pengelolaan khusus untuk pengaturan saluran drainase dan pemeliharaan muka air tanah sehingga menjadikan lahan yang sesuai untuk penanaman tanaman kelapa sawit. Metode yang digunakan pada saat pembuatan lubang tanam di PT. SAK I Inderapura tidak sesuai dengan teori karena lahan nya tergolong gambut dalam. Menurut Apriyantono

35 35 (2009), pembuatan lubang tanam kelapa sawit pada lahan gambut dengan metode triple hole (hole-in-hole-in-hole) untuk gambut dalam dan dan double hole (hole-in-hole) untuk gambut sedang. Pada metode triple hole, lubang pertama berdimensi (140x140x60) cm, lubang kedua berdimensi (100x100x60) cm dan lubang ketiga (60x60x60) cm. Sedangkan metode double hole, lubang pertama berdimensi (100x100x60) cm dan lubang kedua berdimensi (60x60x60) cm. Menurut Agus dan Subiksa (2008), gambut untuk pertanian tanaman tahunan memerlukan jaringan drainase makro yang dapat mengendalikan tata air dalam satu wilayah dan drainase mikro untuk mengendalikan tata air di tingkat lahan. Sistem drainase yang tepat dan benar sangat diperlukan pada lahan gambut, baik untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Sistem drainase yang tidak tepat akan mempercepat kerusakan lahan gambut. Masalah-masalah tata kelola air di PT. SAK I Inderapura antara lain : 1. Ukuran parit yang terdapat di perkebunan umumnya sudah tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pada tabel 6 disajikan sampel pengukuran jenis parit pada afdeling D pada beberapa blok. Tabel 6. Sampel pengukuran jenis parit pada afdeling D pada beberapa blok (2015) Jenis parit Blok Lebar atas Lebar dasar Dalam Parit primer D2 4,0 m 2,0 m 1,5 m D5 4,0 m 2,0 m 1,5 m D8 4,0 m 2,0 m 1,5 m Parit sekunder D2 3,6 m 1,5 m 1,15 m D5 3,9 m 1,7 m 0,9 m D8 3,9 m 1,7 m 0,8 m Parit tertier D2 1,1 m 0,7 m 0,9 m D5 1,1 m 0,7 m 0,9 m D8 1,2 m 0,9 m 1,0 m Parit sentral D2 1,5 m 1,3 m 0,85 m D5 1,5 m 1,3 m 0,85 m D8 1,6 m 1,3 m 1,3 m Sementara itu norma ukuran parit dapat dilihat pada tabel 7 :

36 36 Tabel 7. Norma ukuran parit Jenis parit Lebar atas Lebar dasar Dalam Parit primer 4,0 m 1,5 m 2,5 m Parit sekunder 2,5 m 1,0 m 2,0 m Parit tertier 1,5 m 0,5 m 1,0 m Parit sentral 1,5 m 1,0 m 1,5 m 2. Tinggi permukaan air di parit primer dan parit sekunder >70 cm dibawah permukaan tanah pada musim kemarau. Menurut Santobri (2008), secara khusus hal hal yang harus diperhatikan untuk menahan laju degradasi lahan gambut pada perkebunan kelapa sawit adalah membuat suatu sistem tata air (water management system) yang betul-betul terencana dengan baik sehingga dapat memperhatikan tinggi muka air yang sesuai. Secara umum tinggi muka air tanah gambut pada lahan kelapa sawit adalah 60 cm di bawah permukaan tanah. Dengan kedalaman muka air tanah 60 cm, diharapkan kelembapan tanah di bagian atasnya akan tetap terjaga dari kekeringan dan perakaran tanaman tidak tergenang. 3. Tidak adanya pintu-pintu pengaturan air di setiap pertemuan parit tertier dengan parit sekunder, parit sekunder dengan parit primer dan parit primer dengan parit keliling atau parit pembuangan. Menurut Agus dan Subiksa (2008), salah satu komponen penting dalam pengaturan tata air lahan gambut adalah bangunan pengendali berupa pintu air di setiap saluran. Pintu air berfungsi untuk mengatur muka air tanah supaya tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam. Menurut Apriyantono (2009), pembuatan saluran air dan pengelolaan tata air bertujuan untuk mengatur dan mempertahankan tinggi permukaan air tanah di areal pertanaman. Di tempat tertentu seperti pada pertemuan saluran primer dengan saluran sekunder perlu dibuat pintu air otomatis yang akan buka bila permukaan air di areal pertanaman lebih tinggi dan sebaliknya akan tutup apabila permukaan air di

37 37 areal pertanaman lebih rendah. Pengaturan air pada saluran drainase disesuaikan dengan kedalaman permukaan air tanah dilapangan yang dipertahankan pada kedalaman cm, untuk menjaga ketersediaan air dan menghindari lahan mudah terbakar. Perlunya menjaga tinggi air 70 cm di bawah permukaan tanah di PT. SAK I Inderapura antara lain : a. Menghindari terjadinya kebakaran di lahan gambut pada musim kemarau. b. Menjaga kelembaban tanah sehingga akar tanaman sawit mudah menyerap air dan unsur hara. c. Menghindari serangan eksplosif hama rayap. Karena hama rayap bersarang dalam tanah dengan kedalaman ±50 cm dari permukaan tanah. d. Mengurangi terjadinya subsidensi lahan sehingga pokok sawit tidak tumbang. e. Terhindarnya tanaman kelapa sawit dari kekeringan, kekurangan unsure hara dan air, serangan hama rayap dan pokok tumbang sehingga meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit. Di PT. SAK I Inderapura terdiri dari dua Divisi yaitu Divisi I yang terdiri dari Afdeling A, B dan C. Dan Divisi II terdiri dari Afdeling D, E dan F. Setiap areal Afdeling memiliki tahun tanam, SPH (Sawit Per Hektar) dan produksinya masingmasing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Produksi kelapa sawit di PT. SAK I Inderapura (Ha/th) AFD YOP SPH Ha Produksi (ton/ha/th) A ,700 12,814 13,548 13,192 B ,718 10,101 11,923 12,654 C ,380 9,688 10,299 11,692 D ,959 12,563 13,981 13,275 E ,470 13,854 13,277 13,549 F ,847 14,123 14,285 14,165

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tanggal : 16 Februari 2009 PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Peningkatan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, bahkan di dunia saat ini begitu pesat di dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang baru ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Produksi Kelapa Sawit Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas lahan dan benih kelapa sawit bermutu dan melaksanakan budidaya

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : 0901618 JURUSAN : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. Sembiring STIP-AP Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuan

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata

Lebih terperinci

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat

TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat-syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik

Lebih terperinci

Pengelolaan lahan gambut

Pengelolaan lahan gambut Pengelolaan lahan gambut Kurniatun Hairiah Sifat dan potensi lahan gambut untuk pertanian Sumber: I.G.M. Subiksa, Fahmuddin Agus dan Wahyunto BBSLDP, Bogor Bacaan Sanchez P A, 1976. Properties and Management

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN Bisnis utama PT Paya Pinang saat ini adalah industri agribisnis dengan menitikberatkan pada industri kelapa sawit diikuti dengan karet. Proses bisnis baik tanaman karet

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Daerah rawan longsor harus dijadikan areal konservasi, sehingga bebas dari kegiatan pertanian, pembangunan perumahan dan infrastruktur. Apabila lahan digunakan untuk perumahan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Teknis Penanaman Baru dan Replanting PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Pendahuluan Kelapa Sawit 2015 Negara Swasta Rakyat Luas (juta ha) CPO (juta ton) Produktivitas (ton CPO/ ha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP. Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang Suhendar Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan-lahan sub optimal pada masa yang datang merupakan pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk. 1992 dan Suryana. 2004). Hal ini terkait dengan masih berlangsungnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia Sampai tahun 2004, Indonesia berada pada urutan ke 15 negara penghasil gas rumah kaca tertinggi di dunia dengan emisi tahunan 378 juta ton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi dan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan yang juga merupakan tanaman setelah tanaman kedelai. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman tropic yang tumbuh yang

Lebih terperinci

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September ) KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b Tema 7 Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir & Daerah Aliran Sungai ke-1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 9 April 2015 Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai Muhammad Rijal

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. - Karet (Hevea Brasiliemis) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. - Karet (Hevea Brasiliemis) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang - Karet (Hevea Brasiliemis) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Areal Pasang Surut

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk tanaman kebun, hutan, ataupun pangan. Tetapi secara alami kesuburanan tanah

Lebih terperinci

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase 1 2 Latar Belakang Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. Banyak lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan telah terbakar dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebakaran gambut sangat mudah menyebar di areaarea

Lebih terperinci

Setitik Harapan dari Ajamu

Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu: Pelajaran tentang Sukses Pemanfaataan Gambut Dalam untuk Sawit Oleh: Suwardi, Gunawan Djajakirana, Darmawan dan Basuki Sumawinata Departemen Ilmu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN REPLANTING BGA Nomor :

LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN REPLANTING BGA Nomor : 1. Redesign Block a. Pekerjaan Redesign Block akan dikerjakan oleh Kontraktor yang sudah ditunjuk oleh Pihak Perusahaan, termasuk didalamnya pekerjaan Pancang Rumpukan, Pancang Jalan, Pancang Parit, Pancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal tidak berhutan.

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK. SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK. SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN LAHAN RAWA PASANG SURUT Merupakan lahan yang dipengaruhi oleh gerakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

Curah hujan tinggi, tanah masam & rawa bergambut. Curah hujan mm/tahun, dataran bergunung aktif. Dataran tinggi beriklim basah

Curah hujan tinggi, tanah masam & rawa bergambut. Curah hujan mm/tahun, dataran bergunung aktif. Dataran tinggi beriklim basah Diskusi selanjutnya dibatasi pada wilayah tropika Indonesia, yaitu negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau dan terbagi menjadi 34 wilayah provinsi dengan jumlah penduduk 251.857.940 jiwa

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian 19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran 14). Waktu penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN

PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN PAB245 (3-0) PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Sumberdaya Alam Sumberdaya alam adalah segala unsur

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB V PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di agroekosistem kelapa sawit yang berada pada 2 (dua) lokasi yang berbeda yaitu Kebun Meranti Paham

Lebih terperinci