PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN METODA IMMUNOCHROMATOGRAPHIC TEST (ICT) DENGAN PERWARNAAN GIEMSA PADA INFEKSI MALARIA FALCIPARUM DESRINAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN METODA IMMUNOCHROMATOGRAPHIC TEST (ICT) DENGAN PERWARNAAN GIEMSA PADA INFEKSI MALARIA FALCIPARUM DESRINAWATI"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN METODA IMMUNOCHROMATOGRAPHIC TEST (ICT) DENGAN PERWARNAAN GIEMSA PADA INFEKSI MALARIA FALCIPARUM DESRINAWATI Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh satu atau lebih dari empat Plasmodia yang menginfeksi manusia : P. Falciparum, P. Vivax, P.ovale dan P.malariae. 1 Dua spesies yang pertama ( P.falciparum, P.vivax) merupakan penyebab lebih dari 95% kasus malaria di dunia. P.falciparum ditemukan terutama di daerah tropis dan resiko kematian lebih besar bagi orang yang tidak imun, karena dapat menyerang sel darah merah disemua umur dan obat biasanya resistensi. 1 Terdapat bukti bahwa penyakit ini mempunyai tingkat endemisitas yang tinggi di beberapa kawasan pemukiman di daerah tropis dan subtropis sejak masa prasejarah. Hal ini berhubungan dengan modifikasi terhadap lingkungan alami yang dilakukan oleh manusia. 3 Sampai saat ini malaria masih merupakan problem didaerah tropis negara yang berkembang dengan juta kasus dan -3 meninggal pertahunnya. 1 Khususnya pada bayi dan anak angka kematian dan kesakitan pada umur dibawah 5 tahun adalah 6% dan 11%, di Afrika 10% angka kematian yang disebabkan oleh penyakit malaria. 4,5 Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. 6,7 Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah endemis dan yang non endemis malaria.6 Di daerah tersebut masih sering terjadi letusan wabah yang menimbulkan banyak kematian. Laporan pertama tentang adanya malaria di Indonesia oleh tentara Belanda. Dilaporkan adanya wabah di Cirebon pada tahun Penyebaran penyakit malaria di Propinsi Sumatera Utara terutama dijumpai sepanjang pantai timur dan barat. Pada daratan tinggi kasus malaria jarang ditemukan. Dari hasil survai malariometrik yang dilakukan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1993 di sebelas Kabupaten telah ditemukan dua spesies parasit yaitu P. falciparum dan P.vivax. Dari survai tersebut diperoleh angka malaria.7%. Penyebaran parasit malaria berdasarkan survai malariometrik adalah dipantai, daerah perbukitan dan daerah yang berdekatan dengan hutan lebat. 8 Hasil survai malariometrik pada daerah endemis malaria di propinsi Sumatera Utara selama kurun waktu 1989 sampai 1993 diperoleh angka parasite rate (PR) yang tinggi di beberapa daerah (PR>%) dan pada daerah lainnya rendah (PR<%). Kecamatan dengan parasite rate yang tinggi ditemukan di Kabupaten Mandailing Natal ( Madina ), Asahan, Nias, Tapanuli Utara, Karo dan Labuhan Batu. 8 Tahun 1999/000 pada High Prevalensi Area (HPA) dijumpai PR>4% dimana yang tertinggi Madina yaitu 10,65%. 9 Kabupaten Mandailing Natal terletak diantara lintang utara dan bujur timur dan luas wilayah kira-kira km, mempunyai 8 kecamatan dengan kondisi geografi yang luas terdiri dari hutan lebat, rawa-rawa, sungai-sungai dan persawahan. Mandailing Natal berbatas sebelah utara dengan Tapanuli Selatan, sebelah selatan dengan propinsi Sumatera Barat, sebelah barat dengan Samudera Hindia, sebelah timur dengan Propinsi Riau. Jumlah penduduk 003 Digitized by USU digital library 1

2 jiwa, pada desa Penyabungan jae jumlah laki-laki dan perempuan berjumlah 1,17 jiwa. Sedangkan pada desa Mompang jumlah laki-laki.184 dan perempuan.39 jiwa. Mata pencarian mayoritas petani dan nelayan, pola dan jenis penyakit yang terbanyak adalah malaria klinis 17,53%. 003 Digitized by USU digital library

3 Dengan banyaknya kasus malaria, maka kebutuhan akan suatu metoda untuk menegakkan diagnosis penyakit malaria yang sifatnya sensitif dan mendukung gejala-gejala klinis sangatlah perlu. 4 Di Thailand pada tahun 1971 mendiagnosis malaria secara simtomatik sehingga terjadi diagnosis yang meningkat. 11 Oleh karena itu diagnosis dini diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3 Biasanya diagnosis malaria ditegakkan dengan metoda konvensional memakai perwarnaan Giemsa pada apusan darah dan pemeriksaan di bawah sinar mikroskop, pemeriksaan ini sampai saat ini masih merupakan gold standard. Namun pemeriksaan ini masih terdapat beberapa kendala dan keterbatasan. Sebagai konsekwensinya diperlukan pengembangan berbagai metoda alternatif PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dimana Madina merupakan daerah malaria dengan prevalensi tertinggi di Sumatera Utara, maka kebutuhan akan suatu metoda untuk diagnosis malaria yang sifatnya mudah, cepat dan sensitive sangatlah diperlukan. Sampai saat ini Metoda Giemsa merupakan gold standard. Kelebihan dari metoda Giemsa ini adalah biaya relatif murah. Meskipun demikian masih terdapat kendala yaitu memerlukan tenaga laboratorium yang terlatih dan hasil diperoleh dalam waktu yang lebih lama (time consuming). 4 Untuk mengatasi kelemahan ini Parra dan kawan-kawan (1991) memperkenalkan Immunochromatographic test (ICT) untuk mendeteksi P.falciparum trophozoite histidine rich protein-ii (PfHRP-II). Uji ini lebih cepat dilakukan dan tidak membutuhkan peralatan laboratorium dan praktis dipakai di lapangan. 1 ICT ini harganya Rp HIPOTESIS Tidak ada perbedaan sensitifitas dan spesifisitas antara pemeriksaan ICT dengan pewarnaan Giemsa TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui sensitifitas dan spesifisitas uji tersebut terhadap infeksi P.falciparum 1.5. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai alat diagnostik alternatif dalam menegakkan diagnosis penyakit malaria falciparum secara cepat dengan metoda sederhana. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diagnosis malaria dapat dilakukan secara mikroskopis dan non mikroskopis. Uji mikroskopis dapat dilihat secara langsung di bawah mikroskop, seperti pemeriksaan darah tepi, Quantitative Buffy Coat (QBS), Acridine orange (AO). Sedangkan uji non mikroskopis berguna untuk mengidentifikasi pada antigen parasit atau antibodi antiplasmodial atau produksi metabolik parasit, seperti uji Polymerase Chain Reaction, Detection of antibodies by Radio Immuno Assay, Indirect Hemaglutination, Deoxyribonucleic acid dan Rapid Manual Test. 13 Immunochromatographic test (ICT) merupakan salah satu cara pemeriksaan rapid manual test. Uji ICT ini berdasarkan kepada deteksi antigen yang dikeluarkan oleh parasit malaria, yang spesifik terhadap Plasmodium falciparum Histidine Rich 003 Digitized by USU digital library 3

4 Protein II (PfHRP II) dapat melisiskan darah dengan menggunakan metoda immunochromatographic. 11 Pada P.falciparum semua umur sel darah merah terinfeksi. Sel darah merah merupakan bagian utama dalam infeksi malaria, semua manifestasi klinik mulanya melibatkan perubahan-perubahan dari sel darah merah. Parasit yang sedang berkembang memakan dan menghancurkan protein intrasel, terutama hemoglobin, sehingga fungsi transport dari sel merah terganggu, muncul antigen permukaan yang berbentuk kripta, sehingga sel darah merah menjadi lonjong dan tidak elastik lagi. Pada infeksi P.falciparum penonjolan membran muncul pada permukaan eritrosit dalam 4 jam kedua dari siklus aseksual. Pada sel darah merah terbentuk knob yang halus pada permukaan membran yang disebabkan oleh Pf Erythrocyte Membrane Protein I. Dengan meningkatnya densitas elektron, protein parasit yang kaya histidine dijumpai di bawah knob ini. Knob merupakan suatu rangkaian spesifik, jenis protein yang adhesif dengan berat molekul yang tinggi dimana knob menghubungkan sel darah merah dengan reseptor-reseptor pada lapisan endothelium vena dan kapiler, yang menyebabkan Cytoadherence. P. falciparum menginfeksi sel darah merah juga menarik sel darah yang tidak terinfeksi menjadi bentuk rossete (rose). Cytoadherence dan bentuk rossete ini merupakan patogenesis utama dari infeksi malaria P.falciparum, menghasilkan bentuk agregasi dari sel darah merah dan penumpukan sel darah merah intravaskuler dalam organorgan vital seperti dalam otak dan hati. 13 Eritrosit yang terinfeksi P.falciparum mensintesa beberapa histidine rich protein dan menimbulkan histidine yang tinggi, tetapi kadar asam amino yang rendah seperti H3 isoleucin atau S35 metionin. Sintesa PfHRP II dimulai dengan parasit-parasit yang berbentuk cincin dan berlanjut hingga stadium trofozoit. 14 Adapaun siklus hidup Plasmodia adalah sebagai berikut : Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus seksual di dalam hospes vetebrata dikenal sebagai skizogoni, dan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk anopheles, masuk ke dalam aliran darah hospes vertebrata melalui tusukan nyamuk itu, jasad yang langsing dan lincah ini dalam kurun waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati, melalui stadium eksoeritrositik dari pada daur hidupnya. Didalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon. Sebagain parasit tetap tidak tumbuh dan mengalami masa tidur (dormant) di dalam sel hati yang disebut hipnozoit. Sewaktu-waktu hipnozoit ini menjadi aktif dan berkembang menjadi skizon dan membentuk merezoit. Pembelahan ini dari skizon, menghasilkan sampai merezoit di dalam sel, dalam waktu 6 sampai 9 hari, tergantung pada spesies malaria. Sel hati yang mengandung parasit pecah, merezoit keluar dengan bebas, sebagian besar difagositosis. Oleh karena proses ini terjadi sebelum sel darah merah diinfeksi, maka lebih tepat disebut stadium praeritrositik dari pada eksoeritrositik. 1,15 Pada P.falciparum hanya berlangsung satu siklus eksoeritrositik, sedangkan spesies lainnya yang mempunyai hipnozoit dapat melanjutkan siklus ini sampai bertahun-tahun lamanya, sehingga relaps dapat terjadi setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun. Siklus eritrositik dimulai pada waktu merozoit hati memasuki sel darah merah. Parasit mulai tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang mempunyai bentuk cincin, yaitu trofozoit. Pada trofozoit yang sedang tumbuh sitoplasma membesar, bentuknya menjadi tidak teratur dan mulai membentuk pigmen. Trofozoit tumbuh menjadi skizon muda, kemudian menjadi skizon matang dan membelah menjadi banyak merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah memecah dan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar serta masuk ke dalam plasma darah. 1,15 Ada tiga HRP yang dibuat oleh P.falciparum pada stasium darah, disini dinotasikan sebagai PfHRP I, II dan III berdasarkan urutan penemuannya. 14,16 PfHRP 003 Digitized by USU digital library 4

5 I secara fenotip terkait dengan ekspresi tonjolan yang mirip knob pada membran permukaan eritrosit yang terinfeksi. PfHRP I tampaknya terkait dengan membran sel darah merah, khususnya sitoskleton dan hanya mempunyai knob positif. PfHRP II diekspresikan secara knob positif maupun knob negatif pada sel darah merah. Rangkaian DNA telah membuktikan bahwa PfHRP II mengandung 35 histidin dan juga kandungan alanin dan aspartat yang relatif tinggi masing-masing 40% dan 1% PfHRP III dengan rangkaian klon DNA mengandung 30% histidin dan 9% alanin.14 Penemuan Howard antibodi monoklonal 87 bereaksi secara spesifik dengan PfHRP II dan ini sangat berbeda dengan HRP I dan HRP III. 14 Uji ICT ini umumnya digunakan dalam bentuk uji strip yang mengandung antibodi monoklonal yang berlangsung pada antigen parasit. Pemeriksaan serologi rapid imunokromatolografi prinsipnya adalah deteksi antigen berdasarkan reaksi kompleks antigen-antibodi pada bahan nitroselulose acetat dimana kompleks tersebut diberi marka monoklonal antibodi (Mab) yang berlabel zat warna ( colloidal gold) sebagai penanda, sedangkan antigen non spesifik lainnya dipisahkan, sehingga muncul suatu tanda yang menyatakan hasil positif/negatif. 17 Uji ICT dapat mendeteksi P.falciparum dan non falciparum, tetapi tidak dapat membedakan antara P.vivax, P.ovale dan P. Malariae, maupun membedakan infeksi falciparum murni dari infeksi campuran yang termasuk P. Falciparum. 11 Uji ICT merupakan uji yang lebih cepat, mudah dilakukan dan tidak memerlukan laboratorium khusus, seperti sentrifus, dan mikroskop. Uji ini lebih praktis digunakan di lapangan. Diagnosis yang cepat dan akurat adalah kunci penanganan yang efektif untuk mengatasi penyakit malaria. 1 Selain ICT ada beberapa cara lain yang berdasarkan histidine rich protein II yaitu : ParaSight-F, Paracheck. Selain itu sudah dikembangkan pula uji Plasmodium Lactate Dehydrogenase (pldh). Test ini berdasarkan deteksi enzim glycolitic soluble yang dikeluarkan oleh parasit dengan kadar yang tinggi dalam darah. 13 Hingga saat ini diagnosis malaria dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa dan diperiksa di bawah mikroskop cahaya. Hasil pemeriksaan negatif tidak selalu berarti tidak mengidap penyakit malaria, khususnya pada orang-orang yang mendapat pengobatan anti malaria ataupun mereka yang tinggal di daerah hipoendemis. Sediaan darah tebal berguna untuk mengkonsentrasikan parasit di dalam bidang sediaan, jadi untuk menegakkan diagnosis malaria harus menggunakan sediaan darah tebal. Sediaan darah tipis berguna untuk melihat morfologi parasit sekaligus menentukan spesies parasit. 18 Kelebihan dari pewarnaan Giemsa ini adalah biaya relatif murah. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kendala dan keterbatasan, dengan tenaga laboratorium yang berpengalaman sekalipun, memakan waktu dan membutuhkan upaya yang intensif, terutama bila parasit sedikit atau tidak dijumpai di dalam darah pada saat pemeriksaan. 4,18 Dalam kasus-kasus dengan infeksi campuran P.vivax dan P.falciparum, sulit membuat diagnosis yang benar bila P.vivax hanya muncul stadium cincin atau bila persentase sel darah merah terinfeksi P.falciparum sangat sedikit Digitized by USU digital library 5

6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DESAIN PENELITIAN Metode yang digunakan adalah diagnostik dengan cara tersamar ganda untuk menilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi posotif, nilai prediksi negatif, akurasi dam prevalensi. 3.. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di daerah Kabupaten Mandailing Natal Kecamatan Penyabungan pada Puskesmas dan 1 Rumah Sakit yaitu : Puskesmas Penyabungan jae 3... Puskesmas Mompang Rumah Sakit Penyabungan Waktu penelitian 8 April - April POPULASI PENELITIAN Sampel diambil dari pasien yang berkunjung ke puskesmas dan Rumah Sakit. Umur sampel yang diambil : semua golongan umur 3.4. BESAR SAMPEL Besar sampel ditentukan : 0 n = zα PQ d P = Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari Q = 1 P D = Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki α = Tingkat kemaknaan P = 0,5 zα = 1,96 d = 10 Dengan memakai rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel minimal 96 orang KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI Kriteria inklusi : Setiap pasien yang datang dengan keluhan : Demam = 37,5 0 C Pucat Mencret Sakit Kepala Kriteria ekslusi : Penderita dengan infeksi lain (hepatitis, flebitis) Adanya riwayat makan obat antimalaria dalam satu minggu sebelumnya Penderita yang tidak bersedia diperiksa atau tidak mau mengikuti dalam penelitian ini IZIN PENELITIAN Dengan mengisi formulir yang diberikan petugas serta ditanda tangani oleh subjek sendiri atau orang tua subjek (lampiran1) 003 Digitized by USU digital library 6

7 3.7. CARA KERJA Pasien yang datang ke puskesmas dengan keluhan demam, pucat, mencret dan sakit kepala dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, pemeriksaan hepar dan lien. Kemudian pasien diberi izin subjek (lampiran 1) untuk ditanda tangani. Setiap pasien di ambil darah untuk pemeriksaan malaria dengan dua metoda yaitu (metoda Giemsa dan ICT) juga dilakukan pemeriksaan hemoglobin ( lampiran ) Metoda konvensional (pulasan Giemsa) Darah tipis sampel pada kaca objek, setelah kering difiksasi dengan metanol selama 5 detik kemudian diwarnai dengan Giemsa selama 30 menit. Cuci dengan air mengalir kemudian keringkan. Hasil pulasan dilihat dibawah mikroskop cahaya biasa untuk identifikasi parasit spesies. Sediaan adalah positif bila ditemukan spesies parasit pada pulasan Giemsa. Inti parasit terlihat berwarna merah dan sitoplasma berwarna biru keungu-unguan dengan pigmen terlihat berwarna coklat kehitaman Metoda ICT ICT berbentuk kartu segi empat merupakan uji diagnostik immunologik untuk mendeteksi P.falciparum didalam darah. Uji ini menggunakan antobodi yang spesifik terhadap PfHRP II antigen, buatan AMRAD, Australia. Sebelum digunakan kartu ICT dibuka dan letakkan diatas permukaan yang mendatar. Dengan menggunakan pipa kapiler yang tersedia, darah diambil dengan menusuk ujung jari dan pastikan bahwa pipa kaliper telah terisi penuh darah. Darah ditaruh pada daerah berwarna ungu yang ada pada kartu ICT, dilakukan dengan cara memegang pipa kapiler secara vertikal dan tekan ujungnya perlahan-lahan ke beberapa tempat di daerah ini. Kemudian teteskan reagen A ( yang telah tersedia) satu tetes pada bagian yang berwarna putih ( diatas bagian yang berwarna ungu) selanjutnya dua tetes reagen A ke bagian warna putih ( di bawah daerah berwarna ungu). Teteskan empat tetes reagen A ke tempat yang berada di atas bagian kiri dari kartu. Biarkan sampel darah memenuhi strip test, lalu tutup kartu. Dalam 3-4 menit dapat dibaca hasilnya dari celah yang terlihat pada kartu. Bila satu garis kontrol berarti negatif dan bila dua garis berarti positif falciparum. 003 Digitized by USU digital library 7

8 ANALISA DATA Data yang dinilai : Sensitivitas Spesifisitas Nilai Prediksi positif Nilai Prediksi negatif Akurasi Prevalensi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN Jumlah sampel yang diperiksa darahnya sebanyak 96 orang. Tabel 1. Karakteristik sampel Karakteristik n % Jenis kelamin Laki-la ki Perempuan Umur (tahun) > ,7 58,3 8,33 0,83 15,63 5,1 50,00 Dari tabel 1. Terlihat jumlah anak perempuan 56 orang (58,3%) lebih banyak dari pada anak laki-laki 40 orang (41,7%) Umur > 15 tahun yang terbanyak yaitu 48 orang (50%) kemudian umur 1 5 tahun 0 orang (0,83%) dan umur 6 10 tahun 15 orang (15,63%) Tabel. Distribusi umur dan jenis kelamin yang positif antara metoda Giemsa dan ICT Umur Giemsa Jumlah ICT Jumlah Laki-laki Perempuan n % Laki-laki Perempuan n % Umur (Tahun) > ,9 13,7 1,6 3,9 54, ,7 18,9 16,9 3,8 54,7 Jumlah Dari tabel. Terlihat anak laki-laki yang positif dengan Giemsa sebanyak 19 orang. Sementara pada ICT sebanyak orang. Pada anak perempuan jumlah yang positif dengan Giemsa sebanyak 3 orang. Pada ICT sebanyak 31 orang. Apabila dilihat dari segi umur disini terlihat, umur yang >15 tahun lebih banyak yang positif baik pada Giemsa maupun ICT 8:9. Kemudian diikuti umur 6 10 tahun 11: s9, baru kemudian umur 1 5 tahun 7: Digitized by USU digital library 8

9 Tabel 3. Gejala dan tanda pada penderita malaria Karakteristik Jumlah Giemsa ICT Gejala Mencret Sakit Kepala Tanda Demam > 37,5 0 C Anemi Splenomegali Hepatomegali ,1 (13/7) 66,7 (4/63) 5,1 ( 49/94) 55,6 (30/54) 4,4 (14/33) 16,7 (1/6) 55,6 (15/7) 66,7 (4/63 54, (51/94) 61,1 (33/54) 54,5 (18/33) 66,7 (4/6) Dari tabel 3. Disini terlihat bahwa gejala klinis yang lebih banyak yaitu sakit kepala 63 orang (66,7%) baik metoda Giemsa maupun metoda ICT. Sementara pemeriksaan fisik dijumpai demam 94 orang baik metoda Giemsa maupun ICT (5,1% : 54,%), sedangkan anemi 54 orang baik Giemsa maupun ICT ( 55,6%:61,1%), splenomegali 33 orang baik Giemsa maupun ICT (16,7%: 66,7%). Tabel 4. Gambaran Plasmodium malaria yang positif dengan metoda Giemsa dan ICT Plasmodium Giemsa ICT P. Falciparum P. Vivax Campuran (P.falciparum dan P.Vivax) Tabel 4. Disini terlihat gambaran Plasmodium malaria yang terbanyak positif dengan metoda Giemsa adalah P.falciparum 51 orang, P. vivax 10 orang dan campuran orang. Sedangkan dengan metoda ICT untuk P.falciparum 53 orang. Tabel 5. Perbandingan hasil metoda ICT dengan metoda Giemsa Giemsa Jumlah Positif Negative ICT Positif Negatif Jumlah Sensitivitas : 39/51 x 100 = 76,5% Spesifisitas : 31/45 x 100 = 68,9% Likelihood Ratio + : 76,5% x 31,1% =,45% Likelihood Ratio - : 3,5%/68,9% =0,34% Nilai prediksi positif : 39/53 x 100 = 73,6% Nilai prediksi negatif : 31/43 x 100 = 7,1% Akurasi : (39+31)/96x100 = 53,1% Prevalensi : 51/96 x 100 = 53,1% Pre test odds : 53,1/46,9 = 1,13% Tabel 5. Pada penelitian ini setelah diuji statistik didapatkan nilai sensitivitas 76,5%, nilai spesifisitas 68,9%, nilai prediksi positif 73,6%, nilai prediksi negatif 7,1%, akurasi 73% dan prevalensi 53,1%. 003 Digitized by USU digital library 9

10 Tabel 6. Sensitivitas terhadap ICT berdasarkan jumlah parasitemia Parasitemia (/mm3 darah) > 5000 Giemsa ICT Sensitivitas % , Tabel 6. Sensitivitas terhadap ICT berdasarkan jumlah parasitemia disini terlihat, bila jumlah parasitemia sensitivitas 88%, bila parasitemia nilai sensitivitas 85,7% dan bila jumlah parasitemia maka nilai sensivitasnya 100%. 4.. PEMBAHASAN Pada penelitian terlihat jumlah penderita perempuan 58,3% lebih banyak dari laki-laki 41,7%. Dari sebaran kelompok umur relatif tidak merata, terbanyak adalah kelompok umur > 15 tahun (50,00%). Apabila dilihat sebaran penderita malaria yang positif dengan Giemsa menurut jenis kelamin terlihat perempuan lebih banyak dari laki-laki yaitu 3:19. Hal ini berbeda dengan penelitian Husein Albar dimana laki-laki lebih banyak. 1 Bila dilihat dari kelompok umur yang terbanyak positif malaria dengan metode Giemsa adalah umur > 15 tahun. Dari penelitian Marleta di Nias ( Sumatera Utara) kasus malaria tertinggi terjadi pada usia 5 sampai dengan 14 tahun. Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan atau berbagai golongan umur sebenarnya disebabkan oleh faktor lain seperti pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan lain-lain. 8 Pada pengamatan kami gejala klinis yang menonjol adalah sakit kepala 63 orang, dan mencret 7 orang. Pada penelitian Husein Albar dijumpai demam 100%, mencret 31,6%. 1 Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam 94 orang, anemi 54 orang, splenomegali 33 orang. Pada penelitian Lubis NU dijumpai demam 100%, anemi 68%, splenomegali 50,5%. 3 Gambaran klinis dan pemeriksaan fisik seperti ini sering dijumpai pada penderita-penderita malaria karena dapat menyokong diagnosis malaria. 6,3 Gambaran Plasmodium terlihat yang terbanyak P. falciparum dan P.vivax, hal ini sama dengan penelitian Husein Albar dan Susanto. 4,1 Pada penelitian ini kami menggunakan metoda uji imunokromatografik (ICT) yang digunakan untuk mendeteksi infeksi P.falciparum. Didapatkan hasil dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas 76,5% dan 68,9% nilai prediksi positif 73,6% nilai prediksi negatif 7,1% sedangkan akurasi 73% dan prevalensi 53,1%. Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit International Timber Corparation Indonesia (ITCI), Balikpapan, Kalimantan Timur yang merupakan daerah endemis malaria, yang menggunakan Rapid Manual Test berupa uji dipstik yang mengandung antibodi monoklonal terhadap HRP-II didapatkan nilai sensitivitas 73,3% dan nilai spesifisitas 8,5%, nilai prediksi positif 85,% dan nilai prediksi negatif 74,6% dibandingkan dengan cara konvensional. 4 Thepsamarn dkk di perbatasan Thai-Myanmar memperoleh nilai sensitivitas dan spesifisitas 9,7% dan 95,1% nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif, 74,5% dan 98,8% dan akurasi 94,7% 1 Pieroni membandingkan ParaSight-F test dan ICT mendapatkan sensitivitas untuk ParaSight-F 94% dan ICT 90% sedangkan spesifisitas 95% dan 97%. Dari kedua kit ini disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna. 4 Penelitian di Sumba Indonesia tahun 1998 dengan menggunakan ICT didapat nilai sensitivitas 95,5%, spesifisitas 89,8%, nilai prediksi positif 88,1% dan 003 Digitized by USU digital library 10

11 nilai prediksi negatif 96,%. 5 di Berlin Rumah Sakit Virchow Campus melakukan perbandingan kit optimal dengan ICT dengan hasil sensitifitas ICT 9,5% dan nilai spesifisitas 98,3%, nilai prediksi positif 94,% dan nilai prediksi negatif 97,8%. Dibandingkan dengan optimal nilai prediksi negatif 96,7% 6 Di Teheran, Iran nilai sensitivitas 93% dan spesifisitas 100%. 7 University of Zurich Travel Clinic, Institute for Social and Preventive Medicine, Swizerland membandingkan Malaguick (ICT) dan ParaSight-F, kedua penelitian ini tidak berbeda bermakna. 8 Beadle dkk melaporkan penelitian di Kenya dengan nilai akurasi dipstick antigen capture assay pada P. falciparum Histidine-Rich Protein-II (PfHRP-II) hasilnya sensitivitas 96,5 100% untuk mendeteksi lebih dari 60 parasit asexual P. falciparum/µ1 darah darah, sensitivitas 70-81% untuk parasit/µ1 dan sensitivitas 11-67% untuk 10 parasit /µ. 9 Pada penelitian ini dijumpai parasitemia/mm3 darah 0-100, maka nilai sensitivitas 80%, bila parasitemia nilai sensitivitas 100%, dan bila > 5000 nilai sensitivitasnya 75%. Humar memperoleh nilai sensitivitas uji diagnostik 93% untuk parasitemia 100 parasit /µl 30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN DAN PENELELITIAN. Dari penelitian ini disimpulkan ICT dapat digunakan sebagai alat diagnostik alternatif dalam menegakkan diagnosis penyakit malaria falciparum di lapangan secara tepat dan sederhana, oleh karena nilai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi. 5.. SARAN Diperlukan penelitian lanjutan untuk membandingkan metoda ICT dengan Rapid Manual Test yang lain seperti Parachech untuk mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dan dengan harga yang lebih murah. DAFTAR PUSTAKA 1. Krogtad DJ. Plasmodium Species (malaria). Dalam : Principles and practice of infectious disease. Edisi ke-5.new York : Churchill Livingstone, 000.h Lubis CP. Sero-epidemiologi malaria. Majalah kedokteran Nusantara 1990; 3: Poolsuwan S. Malaria in prehistoric Southeastern Asia. Southeast J Trop Me Public Health 1995;6: Susanto L. Pribadi W, Astuty H. Diagnosis of malaria by the rapid manual test. Med J Indones 1995;4: Diallo AB, Serres GD, Beavogui AB, Lapointe C, Viens P. Home care of malaria infected children of less than 5 years of age in a rural area of the Republic of Guinea. WHO 001;79: Rampengan TH. Malaria. Dalam : Rampengan TH, Laurantz IR, penyunting Penyakit infeksi tropic pada anak. Jakarta : EGC, 1990.h Digitized by USU digital library 11

12 7. Gemijati S. Masalah malaria di Indonesia. Dalam : Pribadi W, Mulyono R, Sutanto I, penyunting. Kumpulan makalah symposium malaria. Jakarta : BPFKUI, 1991.h Siregar M. Epidemiologi malaria. Disampaikan pada symposium Recent Advances on Malaria, Medan, 6 Desember, Data stratifikasi malaria menurut dampak pemberantasan vector per-dati II Propinsi Sumatera Utara tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal rencana strategis tahun WHO. New perpectives malaria diagnosis, Report of a joint WHO/Usaid informal consultation, Geneva, 5-7 October, Thepsmarn P, Prayoollawongsu N, Puksupa P, at al. The ICT malaria PF : a sample rapid dipstick test for diagnosis of Plasmodium falciparum malaria at the Thai-Myanmar boerder. Southeast Asian J Trop Med Publ Health 1997;8:73-6. Kakkilaya BS. Diagnosis of malaria. Dr. B.S. Kakkilaya s Malaria Web Site Available from URL : of malaria.htm. 14. Howar RJ, Uni Shigeniko, Secretion of a malarial Histidine-Rich Protein (PfHRP-II) from Plasmodium falciparum-infection erytrocytes. J Cell Biol 1986;103: Pribadi W, Sungkar S. Malaria. Jakarta : BPFKUI, 1994.h Wellems TE, Howard RJ. Homologous genes encode two dipstick histidine richprotein- in the plasma of humans with malaria. J Clin Microbiol 1991:9: Informasi produk. AMRAD ICT malaria P.f 18. Dachlan YP. Imunodiagnosis penyakit malaria pada anak. Kumpulan naskah symposia. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak IX, Semarang : BP UNDIP, 1993.h Transprandist S, Tharavanij S, Yamokgul P, et al, Comparison between microscopic examination, elisa and quantitative buffy coat nalysis in the diagnosis of falciparum malaria in a endemic population. Southeast Asian J Trop Med Public Health 1995;6: Sastroasmoro S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta : Binapura, Husin Albar, Agustina IS, Paris Hangewa, Ismail Syamsiah. Malaria pada anak di RSU Ternate. Cermin Dunia Kedokteran 1994;96: Marleta R, Harijani AM, Sustriayu N, Sekartuti, Emiliana Tjitra. Penelitian malaria di Kecamatan Teluk Dalam, Nias, Sumatera Utara. Cermin Dunia Kedokteran 1996;106: Lubis NU. Gambaran penyakit malaria di Bagian Anak Rumah Sakit Umum Langsa Aceh Timur. Cermin Dunia Kedokteran 1994;94: Pieroni P, Mill CD, Ohr C, Harringtone MA, Kain KC. Comparison of the ParaSight-F test and the ICT malaria Pf test with the polymerase chain reaction for the diagnosis of Plasmodium falciparum malaria in travellers. Trans R Soc Trop Med Hyg 1998;9: Tjitra E, Suprianto S, Dyer et al. Fied evaluation of the ICT malaria P.f/P.v immunochromatographic test for detection of Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax in patient with a presumptive clinical diagnosis of malaria in eastern Indonesia. J Clin Microbiol 1999;37: Digitized by USU digital library 1

13 6. Jelinek T, Grobbusch M.P, Schwenke S et al. Sensitivity and specificity of dipstick test for rapid diagnosis of malaria in nonimmune travelers. J Clin Microbiol 1999;37: Pharm D GHE, Afshar A, Mohsenni G. Rapid immunochromatographic test ICT malaria Pf in diagnosis of Plasmodium falciparum and its application in the vivo drug susceptibility test. WHO : MAP : Funk M, Schlagenhauf P, Tschopp A, Steffen R. Malaquick versus ParaSight-F as a diagnostic aid in travellers s malaria. Trans R Soc Trop Med Hyg 1999;93: Beadle C, Long WG, Weiss RW at al. Diagnosis of malaria by detection of Plasmodium falciparum HRP- antigen with a rapid dipstick antigen-capturte assay. Lancet 1994;343: Humar A, Ohrt C, Harrington MA, Pillai D, Kain KC. ParaSight F test compared with the polymerase chain reaction and microscopy for the diagnosis of Plasmodium falciparum malaria in travelers. Am J Trop Med Hyg 1997;56: Digitized by USU digital library 13

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Malaria 2.1.1. Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat menjadi serius dan menjadi salah satu masalah besar kesehatan dunia. 20,21 Setiap

Lebih terperinci

Rapid Manual Test. falciparum. Desrinawati

Rapid Manual Test. falciparum. Desrinawati Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002: 147-151 Rapid Manual Test sebagai Alat Diagnostik Malaria falciparum Desrinawati Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh Plasmodium

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita dan ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria umumnya menyerang daerah tropis (Cina daerah Mekong, Srilangka, India, Indonesia, Filipina) dan subtropis (Korea Selatan, Mediternia Timur, Turki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit parasit paling umum di dunia dan menempati urutan ke 3 dalam tingkat mortalitas diantara prnyakit infeksi utama lainnya. Parasit protozoa penyebab malaria

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI

EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI J. Sains MIPA, April 2010, Vol. 16, No. 1, Hal.: 8-12 ISSN 1978-1873 EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI Johns F. Suwandi 1, W. Rudiyanto 2, W. Basuki 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ sub-tropis, negara berkembang maupun negara maju. Pada tahun 2012, diperkirakan ada 207 juta kasus

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOP DAN TES DIAGNOSTIK CEPAT DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS MALARIA

PEMERIKSAAN MIKROSKOP DAN TES DIAGNOSTIK CEPAT DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS MALARIA PEMERIKSAAN MIKROSKOP DAN TES DIAGNOSTIK CEPAT DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS MALARIA Wijaya Kusuma, A.A. Wiradewi Lestari, Sianny Herawati, I Wayan Putu Sutirta Yasa Bagian/SMF Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Malaria Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun)

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun) Kode/Nama Rumpun Ilmu: 307/Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun) KLONING DAN ANALISIS SEKUEN DBLβC2-VAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis

Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis Artikel Penelitian Gejala dan Malaria di Daerah Endemis Lambok Siahaan Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Abstrak: Sebuah penelitian cross-sectional dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatits B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang termasuk virus DNA, yang menyebakan nekrosis hepatoseluler dan peradangan (WHO, 2015). Penyakit Hepatitis B

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Dimas Aditia Gunawan, 2012 Pembimbing I : July Ivone, dr., MKK., MPd. Ked. Pembimbing II : Prof. Dr. Susy Tjahjani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

Gambaran prevalensi malaria pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Papua

Gambaran prevalensi malaria pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Papua Gambaran prevalensi malaria pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Papua 1 Sharky D. Daysema 2 Sarah M. Warouw 2 Johnny Rompis 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi terletak di Jalan Raya Karang Tengah km 14 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Dinas kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan Plasmodium malaria (Laaveran,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini 1 KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI (Dipersiapkan oleh Sitti Wahyuni) TUJUAN Umum: Setelah selesai melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1 1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel

Lebih terperinci

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : 298 304 ISSN 2252-5416 KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH Hemoglobin Level and Parasite Density of Malaria Patients in

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Definisi malaria Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit plasmodium ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh protozoa intrasel dari genus Plasmodium. Ada empat parasit yang dapat menginfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60 lintang utara dan 40 lintang selatan, meliputi

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 Janice Surjana, 2014 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DETEKSI PLASMODIUM SPP ANTARA METODE IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

PERBANDINGAN DETEKSI PLASMODIUM SPP ANTARA METODE IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION PERBANDINGAN DETEKSI PLASMODIUM SPP ANTARA METODE IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Johanes Nyoman D. Widiswara Mawan Josef S. B. Tuda Angle M. H. Sorisi Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK PEMANTAPAN MUTU INTERNAL LABORATORIUM DAN PROGRAM PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL MIKROSKOPIS MALARIA SIGIT SULISTYA, A.Md, AK BALAI LABORATORIUM KESEHATAN YOGYAKARTA PENYAKIT MALARIA Merupa k a n ma s a la

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama

Lebih terperinci

SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH

SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH 222 Abstract Marhum Nur Amani, Abdul Kadar, Solikhah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Lebih terperinci

Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan

Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan Medan Diduga Daerah Endemik Malaria Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksinya parasit malaria terhadap sel darah merah. Parasit malaria tergolong jenis parasit dari genus Plasmodium,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Key words: plasmodium malaria, immunochromatographic, diagnostic test, microscopic examination

PENDAHULUAN. Key words: plasmodium malaria, immunochromatographic, diagnostic test, microscopic examination UJI DIAGNOSTIK PLASMODIUM MALARIA MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI DIPERBANDINGKAN DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS (Diagnostic Test of Malaria by Immunochromatographic Method Compared to Microscopic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga dapat mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. B. Waktu dan tempat penelitian Tempat penelitian desa Pekacangan, Cacaban, dan Ketosari Kecamatan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE 2006-2010 Sahala Triyanto S,2012. Pembimbing I : Budi Widyarto Lana,dr., M.H. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 Cheria Serafina, 2012. Pembimbing I: July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing II : Adrian Suhendra, dr., SpPK.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae) yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL dr. Waode Mariyana dr. Isra Wahid, PhD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN Prevalensi pre_treatment BAB 4 HASIL PENELITIAN Sebanyak 1857 orang penduduk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penduduk laki-laki sebanyak 878 orang dan penduduk wanita sebanyak 979 orang. Gambar 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei ABSTRAK PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Lisa Marisa, 2009 Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP TINGGINYA PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DI DESA MESA KECAMATAN TNS (TEO NILA SERUA) KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2010 Helendra Taribuka,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit

Lebih terperinci

ARTIKEL. Reni Herman,* Endah Ariyanti,* Ervi Salwati,* Delima,* Emiliana Tjitra*

ARTIKEL. Reni Herman,* Endah Ariyanti,* Ervi Salwati,* Delima,* Emiliana Tjitra* ARTIKEL DETEKSI DAN SPESIASI PARASIT MALARIA SAMPEL MONITORING PENGOBATAN DIHYDROARTEMISININ- PIPERAQUINE DI KALIMANTAN DAN SULAWESI: MIKROSKOPIS VS POLYMERASE CHAIN REACTION Reni Herman,* Endah Ariyanti,*

Lebih terperinci

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GIEMSA TERHADAP HASIL PEWARNAAN SEDIAAN APUS DARAH TIPIS PADA PEMERIKSAAN Plasmodium sp Suryanta 1, Soebiyono 2, Eni Kurniati 3 1,2,3 Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini

Lebih terperinci

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk A. PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit peradangan hati akut atau menahun disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh seperti saliva, ASI, cairan

Lebih terperinci

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Gambaran Infeksi di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Nugraheni Maraelenisa Letelay 1, Ellya Rosa Delima 2 1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasitik yang ditularkan oleh nyamuk dan sepenuhnya dapat dicegah dan diobati. Tahun 2014, WHO melaporkan bahwa penularan malaria masih ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat

Lebih terperinci

CEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI

CEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI ARTIKEL CEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI Endah Ariyanti,* Riyanti E, Budi Prasetyorini, Aisyah, Khairiri,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Penelitian

Lebih terperinci

UJI PARASCREEN SEBAGAI DIAGNOSTIK ALTERNATIF MALARIA FALCIPARUM. Oleh. Jenny Ginting

UJI PARASCREEN SEBAGAI DIAGNOSTIK ALTERNATIF MALARIA FALCIPARUM. Oleh. Jenny Ginting UJI PARASCREEN SEBAGAI DIAGNOSTIK ALTERNATIF MALARIA FALCIPARUM Oleh Jenny Ginting T E S I S Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Dokter Spesialis Anak DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia, WHO, baru-baru ini membunyikan tanda bahaya untuk mewaspadai serangan berbagai penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, wabah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rabies merupakan penyakit zoonosis yang mematikan dan tersebar di seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan 70.000 orang meninggal setiap tahun karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus prioritas, salah satunya adalah pengendalian

Lebih terperinci