PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN KOMODITI EKSPOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN KOMODITI EKSPOR"

Transkripsi

1 PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN KOMODITI EKSPOR PAKAIAN JADI TEKSTIL Oleh : Maria Christina Wahyu Pratiwi F PROGRAM STUDI DIPLOMA III BISNIS INTERNASIONAL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kini menghadapi era baru yang ditandai dengan kecenderungan globalisasi dunia sebagai akibat semakin banyaknya negara yang melaksanakan liberalisasi atau reformasi ekonomi yang ditunjang dengan majunya teknologi komunikasi dan transportasi. Untuk menghadapi era globalisasi perdagangan Internasional yang semakin meningkat dan tidak dapat dibatasi lagi, dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kualitas dengan skill. Skill dalam memahami prosedur di bidang ekspor impor sehingga proses kegiatan ekspor impor dapat berjalan dengan lancar dan tidak merugikan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ekspor impor. Globalisasi sendiri mengandung pengertian bahwa setiap negara, bahkan setiap bisnis dan perusahaan, menghadapi persaingan global, baik secara langsung maupun tidak langsung. Globalisasi telah mengubah secara drastis pola produksi dari perusahaan-perusahaan multinasional, yang semula berupaya memproduksi semua kebutuhannya menjadi spesialisasi produksi, yaitu hanya memproduksi komponen atau bagian tertentu saja, sedangkan komponen atau bagian lainya diproduksi oleh perusahaan perusahaan lain yang bertindak sebagai pemasok sehingga terjadi internasionalisasi produksi (Fandy Tjiptono, 2008: 325). Sejalan dengan adanya perubahan tersebut, kerjasama multilateral dan regional semakin banyak dikembangkan guna mengantisipasi perkembangan yang sedang dan akan terjadi.

3 Dalam rangka memasuki era globalisasi perdagangan dunia, ada beberapa langkah kebijaksanaan perdagangan luar negeri yaitu meningkatkan efektifitas dan efisiensi impor, dan meningkatkan kemampuan di dunia usaha untuk berperan dalam perdagangan internasional (Disperindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009 : 2). Sektor perdagangan merupakan salah satu motor penggerak utama perekonomian nasional, oleh karena itu berbagai kebijakan pemerintah guna mewujudkan iklim usaha yang lebih kondusif, melalui pemanfaatan potensi sumber daya nasional secara optimal untuk kemakmuran rakyat, merupakan keinginan yang sudah lama diharapkan oleh pelaku ekonomi. Sebagaimana sektor-sektor yang lain, maka sektor perdagangan juga menghadapi berbagai tantangan seperti penyedian bahan baku, modal eksportir dan tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dapat kita pahami, karena sektor perdagangan tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sektor-sektor lainnya. Sektor perdagangan merupakan salah satu motor penggerak utama perekonomian nasional, khususnya dalam bidang ekspor yang menjadi andalan pembangunan ekonomi daerah karena dapat memberikan efek ganda (multiplier effect) yaitu sebagai penyumbang devisa, memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan riil masyarakat. (Disperindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009 : 2). Kondisi perekonomian kini dihadapkan pada berbagai tantangan. Tantangan tersebut berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tantangan yang berasal dari dalam negeri antara lain ditandai dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan dari tahun 1997, adanya pergantian pimpinan negara yang mengalami kontroversi yang berakibat pada tidak stabilnya perdagangan bursa saham di Indonesia. Tantangan yang berasal dari luar negeri ditandai dengan adanya arus globalisasi.

4 Salah satu langkah terbaik untuk dapat mempercepat pemulihan ekonomi adalah dengan mendorong ekspor khususnya ekspor non migas. Artinya dengan meningkatkan ekspor berarti secara otomatis kegiatan berbagai bidang usaha dalam negeri juga akan ikut tumbuh yang pada akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan akan menciptakan lapangan kerja baru. Ekspor merupakan alternatif dalam melaksanakan pembangunan ekonomi yang bersifat strategis dalam kaitannya mendatangkan kekayaan negara berupa cadangan devisa yang tinggi (Amir MS, 1989 : 25). Maka ini merupakan kesempatan yang baik dan perlu mendapat perhatian lebih serta perlu dimanfaatkan untuk pemulihan kembali kinerja ekspor. Untuk itu perlu diadakannya terobosan baru dengan menciptakan strategi pengembangan ekspor antar pengusaha dengan pemerintah. Kegiatan ekspor impor merupakan kegiatan bisnis yang tidak mudah karena kegiatan ini melibatkan banyak pihak seperti eksportir, importir, bank devisa yang berfungsi memberikan jasa perbankan sebagai perantara antara importir dan eksportir dalam hal penyelesain pembayaran dengan menerbitkan letter of credit (L/C), perusahaan pelayaran (Freight Forwarder) baik darat, laut maupun udara dengan menerbitkan Bill of Loading (B/L), perusahaan asuransi yang berfungsi memberikan pengamanan dalam transaksi ekspor, Direktorat Jendral Bea dan Cukai yang berwenang mengesahkan pemuatan barang ke dalam kapal dengan menerbitkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), Dinas Perindustrian

5 Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang berperan sebagai penerbit Surat Keterangan Asal (SKA). Peningkatan aktifitas ekspor non migas dapat menaikan skala ekonomi eksternal, dimana industri-industri domestik yang mensuplai sektor non migas dengan masukan-masukan untuk mendapatkan keuntungan dari meningkatkan permintaan bagi produk-produk yang dihasilkan ( Maulidiyah dan Dwi, 2003 : 148 ). Berdasarkan keadaan negara Indonesia yang penulis perhatikan, hal ini dimaksudkan ekspor non migas dapat membantu perekonomian negara Indonesia yang sedang mengalami penurunan. Pelaksanaan peningkatan ekspor non migas tersebut, akan berjalan efektif apabila ada koordinasi pemerintah sebagai pembuat kebijakan dengan dunia usaha atau pengusaha sebagai pelaku ekspor. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia merupakan salah satu produk utama untuk ekspor non migas yang peningkatan ekspornya menjadi program pemerintah karena komoditi TPT memberikan kontribusi cukup besar terhadap perolehan devisa ekspor non migas, industrinya menyerap benyak tenaga kerja dan sebagai sumber pemenuhan kebetuhan sandang dalam negeri. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan instansi pemerintah yang salah satu kegiatanya adalah menangani masalah ekspor dan impor. Salah satu komoditi ekspor yang cukup potensial di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) khususnya pakaian jadi tekstil. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

6 mengembangkan komoditi ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) diharapkan akan membawa perubahan antara lain, memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang akan meningkatkan perekonomian nasional, menciptakan lapangan kerja, serta diharapkan dapat membantu peran dunia usaha mengembangkan produksi dan produktifitas perusahaan. Berdasarkan pada uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui peranan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap perkembangan komoditas ekspornya. Penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan dengan judul PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN EKSPOR PAKAIAN JADI TEKSTIL. B. Perumusan Masalah a. Bagaimana peran Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap perkembangan komoditi ekspor Pakaian jadi tekstil tersebut? b. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam usaha mengembangkan komoditi tersebut?

7 c. Upaya-upaya apa saja yang ditempuh oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut? C. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui peranan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap perkembangan komoditi ekspor pakaian jadi tekstil tersebut. b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam usaha mengembangkan komoditi tersebut. c. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang ditempuh oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menghadapi hambatanhambatan tersebut. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Pemerintah Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau tambahan dan acuan yang bermanfaat mengembangkan ekspor mebel pada kantor Disperindagkop Yogyakarta, sehingga bisa lebih menjadi

8 lebih baik lagi dan bisa lebih baik dalam menjalankan permasalahan dalam mengembangkan ekspor. 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan masukan dan dapat digunakan sebagai bahan atau acuan oleh masyarakat yang melakukan kegiatan perdagangan Internasional (Ekspor-Impor). 3. Bagi Akademisi Merupakan tambahan referensi bacaan dan informasi khususnya bagi mahasiswa Bisnis Internasional yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok permasalah yang sama. E. Metode Penelitian Suatu penelitian pada dasarnya bagian mencari, mendapatkan data untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil penelitian agar proses tersebut dapat berjalan lancar serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode penelitian. Metode penelitian tersebut meliputi : 1. Ruang Lingkup Penelitian a. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena ingin memperoleh gambaran yang jelas dan memberikan data yang akurat tentang peranan Dinas Perindustrian

9 Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah terhadap perkembangan pakaian jadi tekstil. b. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kantor Dinas Perindutrian Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, JL. Kusumanegara No.9 Yogyakarta, Telp (0274) Jenis dan Alat Pengumpulan Data a. Jenis Data 1) Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung pada Dinas Perindutrian Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2) Data Sekunder Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Data ini penulis peroleh dari buku maupun sumber bacaan lain yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

10 b. Alat Pengumpulan data 1) Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan Tanya jawab secara langsung atau tidak langsung yang dilaksanakan dengan tatap muka dengan pihak Dinas Perindutrian Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2) Studi pustaka Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku atau referensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3) Observasi Dalam penelitian ini, penulis melihat secara langsung tentang kegiatan yang dilakukan oleh Disperindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Sumber Data a. Sumber data primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung pada Disperindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Sumber data sekunder Yaitu data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Data ini penulis peroleh dari buku

11 maupun sumber bacaan lain yaitu Buku Praktek Dokumen Ekspor Impor, Buku Petunjuk Ekspor Indonesia.

12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Ekspor memegang peranan penting dalam kemajuan suatu negara, karena dengan melakukan kegiatan ekspor dapat terjalin hubungan antara negara. Ada beberapa pengertian ekspor menurut para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut : Ekspor adalah perdagangan dengan mengeluarkan barang dari dalam keluar pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (Ignatius Berry Punan, 2001: 195) Ekspor adalah upaya seorang pengusaha dalam memasarkan suatu barang atau komoditi yang dikuasainya ke Negara asing atau bangsa asing, dengan mendapatkan valuta (mata uang) asing, dan melakukan hubungan komunikasi dan korespondensi dalam bahasa asing pula (Pedoman pengelolaan ekspor, 2008, 1) Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir MS, 2004 : 1). Jadi berdasarkan ketiga pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah kegiatan penjualan komoditi yang dimiliki oleh Indonesia baik barang maupun jasa kepada bangsa lain dengan ketentuan yang berlaku dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing.

13 1. Para Pelaku Ekspor dan Dokumen yang Diterbitkan Tabel II.1 Para Pelaku Ekspor & Dokumen yang Diterbitkan PARA PELAKU EKSPOR DAN DOKUMEN YANG DITERBITKANNYA Para Pelaku Dokumen yang Diterbitkannya 1. Produsen 1. Kontrak penjualan 2. Manufacturer certificate 3. Instruction manual 4. Brosure 2. Eksportir 1. Brosur 2. Offer sheet 3. Sale s contract 4. Invoice 5. Consular Invoice 6. Packing List 7. Weight note measurement list 8. Letter of indemnity 9. Letter of subrogation 10. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) 11. Pemberitahuan ekspor barang tertentu lanjutan

14 Para Pelaku Dokumen yang Diterbitkannya 3. Bank 1. Akad Kredit 2. Letter of Credit 3. Surat setoran pajak (S.S.P) 4. Surat setoran bea cukai (S.S.B.C) 5. Nota perhitungan pembayaran wesel ekspor 4. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang 1. Certificate of quality 2. Test certificate 3. Chemical analysis 5. Usaha jasa transportasi (Freight Forwader) 1. Packing List 2. Measurement list 3. Weight note 6. Bea Cukai 1. Fiat (izin) memuat Barang 7. Dinas karantina makanan (produk hasil pertanian, hewan bahan hasil hewan, hasil bahan asal hewan) dll 1. Phytosanitary certificate Lanjutan

15 Para Pelaku Dokumen yang Diterbitkannya 8. Independent surveyor 1. Certificate of quality 2. Certificate of weight 3. Chemical analysis 4. Surveyor report 5. Inspection certificate 9. Dinas peternakan 1. Veterinary certificate 10. Perusahaan asuransi 1. Cover note 2. Insurance policy 11. Lembaga Promosi : BPEN ITPC-LPE- PIB-ATASE-JETRO- KOTRA-AMCHAM- INA dan lain-lain 1. General information 2. Trade promotion 3. Trade mission 4. Trade fairs 5. Trade consultation 12. Perusahaan pelayaran (shipping company) (Carriers) 1. Mate s Receipt 2. Bill of loading 3. Except bewijs (E.B) 4. Claims constatering bewijt (E.C.B) 13. Angkutan Udara 1. Airways bill (A.W.B) Lanjutan

16 Para Pelaku Dokumen yang Diterbitkannya 14. Kanwil Deperindag 1. Quota tekstil kopi dll 2. Surat Keterangan Asal (SKA) 3. Angka Pengemal ekspor (A.P.E) 4. Angka pengenal Impor Umum (A.P.I.U) 5. Angka pengenal impor terdaftar 15. Kantor Inspeksi Pajak 1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 16. Kedutaan Negara 1. Consuler Invoicer asing 2. Costums Invoice Sumber : Departemen Perdagangan R.I Tahun 2008 Berdasarkan tabel 2.1 mengenai para pelaku ekspor dan dokumen apa saja yang diterbitkan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Produsen Adalah seorang atau badan usaha yang memproduksi sendiri produk-produknya atau menjualnya ke eksportir yang kemudian diekspor. Dokumen yang diterbitkan adalah : a. Kontrak Penjualan b. Manufacturer certificate c. Instruction manual d. Brosure

17 2. Eksportir Adalah pelaku perdagangan internasional yang paling utama atau badan usaha atau perorangan untuk melakukan ekspor. Dokumen yang diterbitkan : a. Brosur b. Offer sheet c. Sale s contract d. Invoice e. Consular Incoice f. Packing list g. Weight note-measurement list h. Letter of indemnity dan letter of subrogation i. Pemberitahuan ekspor barang (PEB) dan Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT) 3. Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi untuk memberikan jasa perkreditan yang dapat meminjamkan dana kepada eksportir. Dokumen yang diterbitkan : a. Akad Kredit b. Letter of Credit

18 4. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Adalah suatu lembaga yang menyatakan tentang layak tidaknya produk untuk diekspor dan menyatakan mutu barang. Dokumen yang diterbitkan : a. Certificate of quality b. Test certificate c. Chemical analysis 5. Usaha jasa transportasi (Freight Forwader) Kegiatan yang diperlukan bagi terlaksanakannya pengiriman, pengangkutan, dan penerimaan barang dengan menggunakan multimoda transport baik melalui darat, laut dan atau udara (Suyono, 2003 : 155) Dokumen yang diterbitkan : a. Packing List b. Measurement list c. Weight note 6. Bea cukai Adalah pihak yang bertugas memeriksa barang-barang yang melewati daerah pabean dan memungut biaya atas barang-barang yang akan diekspor. Dokumen yang diterbitkan : Fiat (izin) memuat Barang

19 7. Dinas Karantina makanan Mengawasi dan menguji terlebih dahulu makanan yang akan diekspor maupun makanan import. Dokumen yang diterbitkan : Phytosanitary certificate 8. Independent Surveyor Pihak ketiga yang netral dan obyektif untuk memberikan kesaksian atas mutu, jenis, kuantum, keaslian, kondisi, harga, tarif bea dari produk yang diperdagangkan. Dokumen yang diterbitkan : a. Certificate of quality b. Certificate of weight c. Chemical analysis d. Surveyor report e. Inspection certificate 9. Dinas peternakan Mempunyai tugas pokok membantu dalam penyelanggaraan pengawasan kesehatan ternak-ternak yang akan diekspor baik itu bibit maupun ternak yang sudah siap potong. Dokumen yang diterbitkan :Veterinary certificate 10. Perusahaan asuransi Lembaga asuransi bertanggung jawab atas barang-barang ekspor yang diasuransikan dari segala resiko yang mungkin terjadi selama

20 barang masih dalam perjalanan atau sesuai dengan kontrak yang telah berlaku. Dokumen yang diterbitkan : a. Cover note b. Insurance policy 11. Lembaga promosi Tujuan dengan adanya lembaga promosi ini adalah untuk memperoleh informasi pasar dalam memasarkan suatu komoditas ke luar negeri. Lembaga promosi tersebut antara laian : Badan Pengembangan Ekspor Negara (BPEN), Indonesian Trade Promotion Centres (ITPI), Lembaga Penunjang Ekspor (LPE), Pusat Informasi Bisnis (PIB), Japan Eksternal Trade Organitation (JETRO), Korean Trade Agency (KOTRA), American Chamber of Comerce (AMCHAN), Indonesian Netherland Association (INA). Dokumen yang diterbitkan : a. General information b. Trade promotion c. Trade mission d. Trade fairs e. Trade consultation

21 12. Shipping Company Adalah perusahaan pelayaran yang bertanggungjawab mengangkut muatan sampai ke pelabuhan tujuan dan menyerahkan barang sampai kepada penerima atau importir yang disebut dalam B/L di pelabuhan tujuan. Dokumen yang diterbitkan : a. Mate s Receipt b. Bill of loading c. Except bewijs (E.B) d. Claims constatering bewijt (E.C.B) 13. Angkutan Udara Jasa pengangkutan barang-barang eksportir maupun importir yang menggunakan pesawat udara. Dokumen yang diterbitkan : Airways bill (A.W.B) 14. Kanwil Diperindag Adalah salah satu Instansi pemerintah, dimana salah satu kegiatannya adalah mengurus masalah ekspor impor. Kinerja pada bidang perdagangan ini adalah sebagai fasilitator, dimana dalam pelaksanaan kegiatannya, memberikan pembinaan kepada eksportir atau pengusaha, memberikan pelayanan dan pengesahan SKA.

22 Dokumen yang diterbitkan : a. Quota tekstil kopi dll b. Surat Keterangan Asal (SKA) c. Angka Pengemal ekspor (A.P.E) d. Angka pengenal Impor Umum (A.P.I.U) e. Angka pengenal impor terdaftar 15. Inspeksi pajak Adalah petugas pemeriksa pajak di antaranya adalah PPH (Pajak Penghasilan), PPN (Pajak Pertambahan Nilai), dan PPNBM (Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah). Dokumen yang diterbitkan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 16. Kedutaan Negara Asing Memberikan informasi mengenai peluang pasar ekspor di negara mereka ditempatkan. Dokumen yang diterbitkan : a. Consuler Invoicer b. Costums Invoice

23 2. Prosedur Ekspor Prosedur adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan secara berurutan dari langkah awal hingga langkah terakhir dalam rangka penyelesaian proses suatu pekerjaan. Dalam melakukan kegiatan ekspor dikenal juga dengan istilah prosedur ekspor adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor.

24

25 Berdasarkan gambar 2.1 mengenai prosedur ekspor dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Eksportir mengadakan koresponden, promosi dan negosiasi dengan importir di Luar Negeri ( mutu, harga, pengiriman dll ). Promosi adalah suatu usaha seorang penjual atau eksportir untuk memperkenalkan produknya kepada calon pembeli atau importir. Promosi merupakan langkah paling awal yang dilakukan eksportir supaya produknya dapat dikenal dan diminati oleh caloncalon importir. Cara-cara promosi yaitu biasanya dengan korespondensi, pameran dagang, memasang iklan di media cetak maupun internet, atau juga dengan membuka outlet-outlet di daerah potensial kunjungan wisata. Setelah Importir merasa tertarik, maka Importir memesan komoditi tersebut, dengan cara importir datang langsung keperusahaan atau menghubungi via internet atau telefon. Kemudian keduanya mengadakan Kontrak Dagang. Importir kemudian membuka Letter of Credit di negaranya untuk membayar komoditi yang diimpornya. 2. Eksportir dan Importir mengadakan kontrak jual beli (sale s contract) Sales contract dapat berbentuk lisan atau tulisan dimana pihak-pihak yang terlibat harus mematuhi dan melaksanakan perjanjian tersebut sesuai dengan yang telah disepakati bersama, supaya diketahui secara mendetail apa yang menjadi kewajiban

26 kedua pihak dalam melaksanakan ekspor. Kewajiban tersebut meliputi : ketentuan cara pembayaran, ketentuan penyerahan barang, persyaratan dokumen, dan ketentuan lain yang berkaitan dalam kegiatan perdagangan internasional. Proses kontrak dagang antara lain : a. Eksportir mempromosikan komoditi yang akan diekspor melalui media promosi seperti pameran dagang, iklan-iklan baik di dalam negeri maupun di luar negeri atau melalui badan-badan urusan promosi seperti Badan Pengembangan Ekspor Negara (BPEN), Lembaga Penunjang Ekspor (LPE), Kamar Dagang dan Industri - Industri (KADIN Indonesia), Atase Perdagangan RI ditiap Kedutaan Besar Asing yang ada di Jakarta, American Cahamber of Commerce (AMCHAM), China External Trade Association (CETRA), dan lain-lain. b. Importir yang berminat akan mengirimkan surat permintaan harga atau letter of inquiry kepada eksportir. Isi dari letter of inquiry tersebut adalah permintaan penawaran harga dengan memberikan mutu barang yang diinginkan, kuantum atau jumlah barang yang ingin dibeli, harga satuan dan total harga dalam valuta asing (valas) dan pelabuhan tujuan yang diinginkan. Maka dari itu letter of inquiry sangat penting dalam kegiatan ekspor impor, karena menentukan jadi tidaknya ekspor tersebut.

27 c. Offersheet yaitu eksportir memenuhi permintaan importir dengan surat peawaran harga. Offersheet sendiri biasanya berisi mengenai uraian barang yang akan diekspor, kejelasan mutu barang yang akan diekspor, kuantumnya atau jumlah barang yang akan diekspor, uraian mengenai harga barang ekspor, waktu dan tempat penyerahan barang ekspor, syarat pembayarannya, waktu pengapalan, cara pengepakan barang, cara pengenalan produk yang akan diekspor, yaitu melalui brosur dan gambar-gambar contoh barang dalam katalog. d. Importir mengirimkan surat pesanan kepada eksportir yang disebut ordersheet. e. Eksportir menyiapkan kontrak jual beli ekspor sesuai dengan data-data ordersheet dan offersheet. f. Setelah importir menyetujui sales contract maka importir akan menandatangani untuk dikembalikan ke eksportir satu copy, dan yang asli ditahan oleh importir sebagai dokumen asli transaksi, yang disebut sales confirmation. 3. Importir membuka atau mengirim L/C ( Letter of Credit ) melalui bank koresponden. Letter of credit (L/C) adalah instrument dalam bentuk surat yang diterbitkan oleh bank atas permintaan nasabahnya Importir atau Applicant dan ditujukan kepada bank lain di luar negeri atau Bank Correspondence atau Advising Bank untuk kepentingan eksportir atau Aplicant.

28 4. Bank Importir meneruskan L/C ( Letter of Credit ) kepada Bank Devisa. Importir meminta kepada bank devisa untuk membuka Letter of Credit sebagai dana yang dipersiapkan untuk melunasi pembayarannya kepada eksportir. 5. Bank Devisa meneruskan L/C ( Letter of Credit ) kepada Importir. Bank devisa atau bank eksportir memberikan konfirmasi terhadap L/C yang dikrimkan Advising Bank kepada bank devisa. 6. Eksportir menyiapkan barang-barangnya. Setelah penerimaan L/C maka eksportir menyiapkan barang yang telah dipesan importir sesuai dengan persyaratan dalam sale s contract. Eksportir mempersiapkan barang atau pengadaan barang yan akan diekspor sesuai dengan kontrak penjualan atau tertera didalam L/C dan membuat packing barang yang standar. Kemudian mempersiapkan dokumen barang yaitu, packing list, commercial invoice (faktur) dan sertifikat tentang barang (mutu) atau yang lainnya sesuai dengan permintaan pembeli atau importir. 7. Eksportir mendaftarkan PEB di Bea Cukai. Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan ke kantor pabean dengan menggunakan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang yang dapat dibuat dengan mengisi formulir atau dikirim ke Bea dan Cukai melalui media elektronik. Eksportir wajib mengisi lengkap dan benar kolom-kolom di formulir tersebut. Pendaftaran PEB disertai dengan NIPER (Nomor Induk Perusahaan) dan

29 dilengkapi dokumen pelengkap (packing list, invoice, surat izin ekspor). 8. Eksportir sendiri atau meminta bantuan EMKL untuk mengirim barang. Eksportir kemudian membuat dokumen shipping instruction yang ditujukan kepada pihak freight forwarder atau EMKL untukmengapalkan komoditi ekspor tersebut ke negara tujuan. 9. Eksportir atau melalui EMKL memesan Ruang kapal. Freight forwarder atau EMKL setelah menerima shipping instruction, packing list dan invoice dari eksportir kemudian EMKL melakukan booking atau memesan ruangan (tempat) kepada perusahaan pelayaran yang akan berangkat ke pelabuhan tujuan. 10. Eksportir sendiri atau EMKL memuatkan barangnya. Freight forwarder atau EMKL selanjutnya mengangkut muatan sampai ke pelabuhan tujuan, serta menyerahkan komoditi kepada importir yang disebut didalam B/L di pelabuhan tujuan. 11. EMKL memberitahukan kepada eksportir barang telah dikirim ke kapal. Setelah selesai pemuatan EMKL memberitahukan kepada eksportir bahwa barang telah dikirim ke importir 12. Eksportir mengajukan permohonan ke Dinas atau Subdin Perindag untuk mendapatkan SKA.

30 Freight forwarder atau EMKL setelah selesai memuatkan barang eksportir kemudian menyerahkan dokumen-dokumen (PEB,B/L) kepada eksportir. Dokumen tersebut digunakan sebagai pelengkap dalam pengurusan Surat Keterangan Asal (SKA). 13. Eksportir melakukan pencairan di Bank Devisa. Eksportir kemudian menghubungi advising bank setelah barang dikapalkan, untuk mencairkan sejumlah uang atas komoditas yang telah dikirim. 14. Bank Devisa eksportir mengirim dokumen ekspor kepada Bank Importir. Setelah eksportir mendapatkan pembayaran dari importir kemudian bank devisa mengirimkan dokumen ekspor, pencairan letter of credit ini dilampirkan beberapa dokumen sesuai yang diminta oleh importir atau sesuai yang ada di dalam L/C, seperti packing list, invoice, B/L (Bill of Loading), coo serta inspection s certivicate (dilampirkan bila ada permintaan dari importir). 15. Bank importir mengirim dokumen ekspor kepada Importir. Setelah bank importir menerima dokumen yang telah dikirimkan bank devisa, opening bank kemudian menyerahkan dokumen tersebut kepada importir.

31 16. Importir mengambil barang di pelabuhan. Shipping agent menyerahkan muatan kepada importir segera setelah pelunasan biaya yang menjadi hak shipping agent bersangkutan. B. Persyaratan Ekspor dan Pengelompokan Barang Ekspor 1. Peraturan Persyaratan Sebagai dasar hukum utama perdagangan ekspor di Indonesia adalah peraturan pemerintah nomor 16 tahun 1970 tentang Ekspor Impor dan lalu lintas Devisa yang kemudian peraturan ini diubah dengan UU nomor 1 tahun 1982 tanggal 16 Januari Dari beberapa peraturan-peraturan pokok tentang kegiatan ekspor di Indonesia, beberapa hal yang perlu diketahui sebagai berikut : a. Persyaratan Ekspor Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 01/M-DAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007 yang memuat beberapa persyaratan yang harus dilakukan oleh perusahaan atau perorangan agar dapat melakukan kegiatan ekspor, adalah : 1) Perusahaan tersebut telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan ( SIUP ). Syarat bagi calon eksportir, untuk memperoleh SIUP adalah : a) Perusahaan yang Berbadan Hukum Perseroan Terbatas :

32 (1) Fotokopi akta Notaris pendirian perusahaan; (2) Fotokopi akte perubahan perusahaan (bila ada); (3) Fotokopi surat keputusan pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia; (4) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggungjawab atau Direktur Utama Perusahaan; (5) Surat pernyataan dari pemohon SIUP tentang lokasi usaha perusahaan, (6) Foto penanggungjawab atau Direktur Utama Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar). b) Perusahaan Berbadan Hukum Koperasi : (1) Fotokopi akta Notaris pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari Instansi yang berwenang; (2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggungjawab atau pengurus Koperasi; (3) Surat pernyataan dari pemohon SIUP tentang lokasi usaha Koperasi; (4) Foto penanggungjawab atau Direktur Utama Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar). c) Perusahaan yang berbentuk CV dan Firma : (1) Fotokopi akta notaris pendirian perusahaan atau akte Notaris yang didaftarkan pada Pengadilan Negeri;

33 (2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik atau pengurus atau penanggungjawab perusahaan; (3) Surat pernyataan dan pemohon SIUP tentang lokasi usaha perusahaan; (4) Foto pemilik atau pengurus atau penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar). d) Perusahaan yang berbentuk Perorangan : (1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik atau pengurus atau penanggungjawab perusahaan; (2) Surat pernyataan dan pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan; (3) Foto pengurus atau penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar). 2) Izin usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga pemerintah non departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Eksportir yang melakukan kegiatan ekspor, calon eksportir harus melakukan izin usaha teknis dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), karena usaha yang dilakukan tersebut merupakan usaha perdagangan. Calon eksportir untuk mendapatkan izin usaha tersebut dapat mengurusnya pada Disperindag pada subdin Perdagangan kota atau kabupaten, dimana calon eksportir berdomisili.

34 Syarat mendapatkantdp berdasarkan pada Peraturan Daerah No 17 Tahun 2005 tentang wajib dafter perusahaan. Syarat untuk mendapatkan TDP tersebut antara lain : a) Foto copy KTP pemilik atau direktur atau penanggung jawab perusahaan. b) Foto copy izin teknis. c) Surat penunjukan pimpinan cabang, jika perusahaan tersebut perusahaan cabang, d) TDP pusat jika perusahaan cabang. e) Foto copy akta pendiriaan atau perubahan, jika berbentuk badan hukum. f) Foto copy SIUP. g) Foto copy NPWP. h) Foto copy pengesahan badan hukum atau keputusan menkeu, jika berbentuk PT. i) Materai senilai Rp. 6000,- ( enam ribu ) sebanyak 2 lembar. 2. Pengelompokan Barang Ekspor Barang ekspor adalah barang yang di keluarkan oleh eksportir dari Daerah Pabean Indonesia untuk dibawa atau dikirim ke luar negeri. Kebijakan ekspor yang ditetapkan oleh pemerintah pusat diperlukan dalam kegiatan mengeluarkan barang dari wilayah pabean Indonesia. Pemerintah pusat yang menetapkan kebijakan ekspor tersebut adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Kebijakan ekspor tersebut harus dilaksanakan mengingat jalannya komoditi

35 ekspor yang harus dilindungi dengan tujuan agar tetap terjaga kelestarian alamnya. Dalam pelaksanaannya komoditi ekspor Indonesia pemerintah pusat mengelompokkannya ke dalam pengelompokan barang ekspor. Peraturan barang ekspor tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan RI Nomor 01/M- DAG/PER/1/2007 Tanggal 18 Januari 2007, menetapkan bahwa barang-barang yang diekspor diklasifikasikan dalam tiga (3) kelompok yaitu : a. Barang yang diatur tata niaga ekspornya. Barang yang diatur tata niaga ekspornya adalah barang yang hanya dapat diekspor oleh eksportir terdaftar, Eksportir terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Eksportir terdaftar harus mendaftar ulang ke Departemen Perdagangan pusat yang berada di Jakarta. Tujuan dari peraturan ini adalah : 1) Menjaga stabilitas pengadaan, dan konsumsi negara 2) Menjaga lingkungan dan kelestarian alam 3) Memenuhi kebutuhan dan mendorong pengembangan industri di dalam negeri. Syarat untuk menjadi eksportir barang yang diatur tata niaganya adalah :

36 1) Memenuhi persyaratan umum sebagai eksportir. 2) Memenuhi persyaratan khusus sesuai dengan barang yang diatur (komoditi yang diatur). 3) Mendapat pengakuan sebagai eksportir terdaftar dari Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri. Komoditi yang diatur tata niaganya meliputi : 1) Produk Perkebunan antara lain : Kopi digongsang atau tidak digongsang, olahan. 2) Produk Kehutanan antara lain : Produk dari rotan ataupun kayu 3) Produk Industri antara lain : Asetat Anhidrida, Asam fenilasetat, Efedrin, Aseton, Butanol 4) Produk Pertambangan antara lain : Intan, timah, emas b. Barang yang diawasi ekspornya. Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang telah mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No 01/M-DAG/PER/1/2007, Tekstil dan Produk Tekstil merupakan barang yang bebas tataniaganya. Tujuan dari peraturan ini adalah : 1) Menjaga keseimbangan pasokan di dalam negeri dan tidak mengganggu konsumsi dalam negeri. 2) Menjaga kelestarian alam.

37 3) Memenuhi kebutuhan dan mendorong pengembangan industri di dalam negeri. Eksportir yang akan mengekspor barang yang diawasi ekspornya, harus : 1) Memenuhi persyaratan umum sebagai ekportir. 2) Memenuhi persyaratan khusus, yaitu telah mendapat rekomendasi dari Direktur Pembina Teknis yang bersangkutan dan atau Instansi atau Departemen lain yang terkait. 3) Mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk. Komoditi yang diawasi tata niaganya meliputi : 1) Produk Peternakan antara lain : Bibit sapi, sapi bukan bibit, kerbau, kulit, kulit buaya dalam bentuk wet blue, binatang liar dan tumbuhan. 2) Produk Perikanan antara lain : Ikan napoleon wrasse, benih ikan bandeng 3) Produk Perkebunan antara lain : Inti kelapa sawit (Palm Kernel) 4) Poduk Pertambangan antara lain : Minyak petroleum, gas, kokas petroleum, bijih logam mulia, perak, emas 5) Produk Industri antara lain : Sisa dan skrap dari besi, baja stainless, tembaga, kuningan, alumunium. c. Barang yang dilarang ekspornya Suatu barang dilarang ekspornya karena pertimbangan :

38 1) Untuk menjaga kelestarian alam 2) Untuk menjamin kebutuhan bahan baku bagi industry, terutama industry kecil 3) Merupakan barang yang bernilai sejarah dan budaya 4) Tidak memenuhi standar mutu. Komoditi yang dilarang tata niaganya meliputi : 1) Produk Perikanan antara lain : Anak ikan dan ikan Arwana, benih ikan sidat, ikan hias botia, udang galah ukuran 8 cm dan udang panadae 2) Produk Kehutanan antara lain : Kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem dari kayu dan kayu gergajian 3) Produk Kelautan antara lain : Pasir laut 4) Produk Pertambangan antara lain : Bijih timah dan consentratnya, abu dan residu yang mengandung arsenik, logam atau senyawanya, dll terutama yang mengandung timah, batu mulia 5) Produk Perkebunan antara lain : Karet bongkah, bahan r ing dan rumah asap

39 6) Produk Peternakan antara lain : Kulit mentah, pickled dan wet blue dari binatang melata reptil 7) Produk Industri antara lain : Skrap besi baja kecuali yang bersal dari pulau Batam 8) Produk Budaya antara lain : Barang kuno yang bernilai kebudayaan d. Barang yang bebas ekspornya Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak termasuk dalam pengelompokan barang yang diatur ekspornya, barang yang diawasi, serta barang yang yang dilarang ekspornya. Tujuan dari pembebasan untuk barang yang bebas ekspornya adalah : 1) Diversifikasi produk dan diversifikasi pasar 2) Pelaksanaan ekspor komoditi yang bebas ekspornya dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan umum sebagai eksportir. C. Pedoman Umum Tentang Surat Keterangan Asal (SKA) 1. Pengertian Surat Keterangan Asal (SKA) Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) adalah dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian Bilateral, Regional dan Multirateral serta ketentuan sepihak dari suatu negara tertentu, wajib disertakan pada barang ekspor Indonesia akan memasuki

40 wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut, berasal, dihasilkan dan atau diolah di Indonesia (Badan Pengembangan Ekspor Nasional, 2008: 42). Berdasarkan pengertian diatas, dinyatakan bahwa SKA dilandasi oleh kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah mitra dagang Indonesia yang dituangkan dalam perjanjian perdagangan bilateral, regional dan multirateral, sehingga (Unilateral) oleh negara pengimpor tertentu. Sebagai konsekuensinya, apabila barang ekspor Indonesia tidak disertai dengan SKA sebagaimana yang dipersyaratkan oleh negara tujuan ekspor Indonesia, maka negara pengimpor dapat menolak barang tersebut. 2. Peranan SKA dalam perdagangan Internasional terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : a. SKA Preferensi adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai persyaratan dalam memperoleh preferensi, yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk, yang diberikan oleh suatu negara atau kelompok negara tertentu. b. SKA Non Preferensi adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai dokumen pengawasan dan atas dokumen penyerta asal barang

41 yang disertakan pada barang ekspor untuk dapat memasuki suatu wilayah tertentu. 3. Jenis-jenis SKA terbagi menjadi : a. SKA Form A 1) Berfungsi sebagai SKA preference, mendapat keringanan atau pembebasan bea masuk. 2) Digunakan untuk ekspor dari negara yang sedang berkembang atau berlatarbelakang seperti : Indonesia ke negara maju yang termasuk negara GSP (Uni Eropa, Jepang, AS, Rusia dan lain-lain). 3) Untuk SKA form A, eksportir atau pihak lain memerlukan surat pernyataan dan struktur biaya per-unit baik untuk produsen eksportir atau eksportir bukan produsen, yang bentuknya sudah disediakan Instansi penerbit 4) Dalam hal barang ekspor yang sama, untuk permohonan SKA kedua dan seterusnya cukup melampirkan surat penegasan pemohon SKA Form A yang bentuknya sudah disediakan oleh Instansi penerbit 5) Untuk masa berlaku Form A untuk tujuan: Uni Eropa, Norwegia, swiss selama 10 bulan, sedangkan Jepang selama 12 bulan dan Kanada selama 24 bulan. b. SKA Form B Berfungsi sebagai SKA non preference, jika diminta oleh buyer dan hanya digunakan untuk monitoring ekspor

42 c. SKA Form D Berfungsi sebagai SKA preference antar negara-negara ASEAN yang termasuk dalam kelompok AFTA, dengan produk yang termasuk dalam list CEPT for AFTA (Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dll). Masa berlaku SKA Form D untuk negara ASEAN selama 4 bulan (untuk pengiriman langsung ) dan 6 bulan (melalui satu atau lebih pelabuhan di luar ASEAN). d. SKA Form E Berfungsi sebagai SKA Preference untuk mendapatkan penurunan tarif dari 5 s/d 40%, ekspor dari negara ASEAN ke China. e. SKA Form H Khusus untuk handicraft ke semua negara tujuan ekspor, berfungsi sebagai preference (penurunan tarif 5 s/d 40%). f. SKA Form AK Berfungsi sebagai SKA preference untuk mendapat pembebasan atau keringanan biaya masuk ekspor dari negara ASEAN ke Korea. g. SKA Form TP Form TP (Textile Product) untuk ke semua negara khusus untuk produk tekstil, apabila diminta oleh buyer dan mulai tahun

43 2004 perdagangan TP sudah bebas tidak menggunakan quota lagi, sehingga SKA form TP menjadi SKA non preference.

44 BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Lokasi Instansi Lokasi yang dijadikan obyek penelitian dan pencarian sumber data yaitu Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi Kantor Subdin Perindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bidang Perdagangan, yang berlokasi di Jalan Kusumanegara No. 133 Yogyakarta. 2. Visi dan Misi Pelaksanaan UU NO.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom dan Perda No. 3 Tahun 2004 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Surat Keputusan Gubernur No. 98 tahun 2004, maka ditetapkan Visi dan Misi Pemerintah Daerah dengan mengacu pada Visi dan Misi Pemerintah Daerah tersebut, Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi dan UKM ( Dinas Perindagkop dan UKM ) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut :

45 a. Visi Keberhasilan pembangunan sektor Indagkop merupakan prioritas yang utama dalam mempercepat pembangunan daerah. Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan perubahan ke arah perbaikan sistem pembinaan dengan menetapkan visi untuk menunjang keberhasilan tersebut. Visi Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut : Menjadi Akselelator Terwujudnya Indagkop yang maju dan Tangguh dalam Menghadapi Persaingan Global. b. Misi Misi yang bersifat ke dalam (inward) dan ke luar (outward) diperlukan oleh Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, sehingga seluruh aparat dan stakeholder dapat mengetahui peran Dinas Perindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pembinaan dan pengembangan sector Industri Perdagangan Koperasi Pertambangan dan Energi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Misi tersebut antara lain: a) Meningkatkan kinerja aparat untuk terwujudnya pelayanan prima dengan manajemen yang efisien b) Memperkuat pertumbuhan perekonomian daerah dengan mengoptimalkan Indagkoptamben c) Meningkatkan kemampuan peran masyarakat Indagkop untuk menuju daya saing pasar modal

46 Misi yang bersifat ke dalam ( inward ) dan ke luar ( outward ) adalah sebagai berikut : a) Kedalam ( inward ) Meningkatkan kinerja aparat untuk mewujudkan pelayanan prima dengan manajemen yang efisien. Artinya : Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berusaha menata dan membangun kinerja aparatur melalui manajemen yang efisien agar dapat dicapai suatu pelayanan yang prima dengan kualitas standar yang akhirnya dapat memuaskan dunia usaha dan masyarakat luas. b) Keluar ( outward ) (1) Memperkuat pertumbuhan perekonomian daerah dengan mengoptimalkan potensi Indagkptamben. Artinya : Terbatasnya potensi sumber daya yang tersedian di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka perlu mengoptimalkan pemenfaatan sumber daya Indagkop yang tersedia untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah. (2) Meningkatkan kemampuan peran masyarakat Indagkop untuk menuju daya saing pasar global. Artinya : Adanya perubahan yang cepat dan dinamis dalam pasar global Dinas Perindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

47 berusaha mendorong kemampuan dunia usaha untuk dapat mempunyai daya saing yang tinggi, mampu berkompetisi di pasar global sekaligus dapat memenangkan pasar global. 3. Fungsi Pokok dan Tugas Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan kewenangan dari pemerintah pusat berdasarkan PP NO. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Kewenangan propinsi tersebut di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM. Unsur dari Dinas Perinadagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut mempunyai fungsi pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah di bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM serta tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah. Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menyusun program dan pengendalian di bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM sesuai dengan rencana strategis pemerintah daerah; b. Merumuskan kebijakan teknis penyelenggaraan perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM; c. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan dibidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM.

48 d. Memberikan perijinan dan pelayanan umum di bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM sesuai dengan kewenangannya; e. Memfasilitasi penyelenggaraan di bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM lintas kabupaten atau kota; f. Memberdayakan sumber daya dan mitra kerja di bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM; g. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan. 4. Struktur Organisasi Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Uraian Fungsi Tugas Masing-masing Unit a. Stuktur Organisasi Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Stuktur Organisasi Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 0 tahun 2008 tentang organisasi dan tatalaksana dinas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 49 tahun 2008 tentang rincian tugas dan fungsi dinas dan UPT (Unit Pelayanan Terpadu) Dinas Perdagangan Disperindagkop dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta.

49

50 b. Fungsi dan tugas masing masing unit pada Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berikut ini : 1) Pelaksana Tugas (PLT) Sekertaris Bagian Pelaksana Tugas (PLT) sekretaris mempunyai fungsi penyelenggaraan keadministrasian dinas. Bagian ini mempunyai tugas untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya adalah sebagai berikut : a) Menyusun program bagian tata usaha; b) Mengelola keuangan dinas; c) Menyelenggarkan administrasi kepegawaian dinas; d) Menyelenggarakan urusan naskah dinas, kerumahtanggan, perlengkapan, kepustakaan, efisiensi, dan tatalaksana dinas; e) Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program bagian tata usaha. Bagian PLT Sekertaris terdiri dari : a) Subbag Program dan Informasi b) Subbag Keuangan c) Subbag Umum 2) Bidang Inlog Sandang dan Pangan Bagian Inalog Sandang dan Pangan terdiri dari : a) Seksi Industri Aneka b) Seksi Logam dan Elektronik c) Seksi Sandang dan Kulit

51 3) Bidang Inagro dan Kimia Bagian Inagro dan Kimia terdiri dari : a) Seksi Industri Kimia b) Seksi Industri Hasil Hutan danperkebunan c) Seksi Makanan, Minuman dan Tembakau 4) Bidang Perdagangan Dalam dan Luar Negeri (PDLN) Bidang perdagangan mempunyai fungsi bimbingan teknis pelaksanaan kebijakan di bidang usaha perdagangan, kerjasama dan penyaluran sarana perdagangan dan fasilitas ekspor dan impor. Bidang perdagangan Dalam dan Luar Negeri mempunyai tugas untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya adalah sebagai berikut : a) Menyusun program bidang perdaganga baik Luar maupun dalam negeri; b) Menyusun petunjuk teknis usaha perdagangan, kerjasama Luar Negeri dan penyaluran, sarana dan fasilitas ekspor dan impor; c) Melaksanakan pembinaan pelaksanaan kebijakan pengembangan usaha ekspor, fasilitas ekspor dan impor dan kerjasama perdagangan Luar Negeri; d) Memantau dan mengevaluasi iklim usaha; e) Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program bidang perdagangan

52 Bidang perdagangan Dalam dan Luar Negeri terdiri dari : a) Seksi Sarana dan Usaha Perdagangan b) Seksi Pengadaan dan Penyaluran c) Seksi Pengawasan Perdagangan 5) Unit Pelaksanaan Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mempunyai fungsi pembinaan dan fasilitas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mempunyai tugas untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya adalah sebagai berikut : a) Menyusun program bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; b) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan Koperasi; c) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan dan Usaha Kecil Menengah; d) Fasilitas pembiyaan Koperasi dan dan Usaha Kecil Menengah serta pengembangan perekonomian; e) Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program bidang Koperasi dan dan Usaha Kecil Menengah; Bidang Koperasi dan dan Usaha Kecil Menengah terdiri dari : a) Seksi Koperasi b) Seksi dan Usaha Kecil Menengah c) Seksi Pembiyaan dan Perekonomian Syariah

53 6) Bidang Pelayanan Bisnis Balai pengembangan bisnis dibentuk dengan Peraturan Daerah No. 7 tahun 2002, sedangkan mengenai uraian tugas dan tata kerjanya diatur dalam Keputusan Gubernur No. 158 tahun Berdasarkan Keputusan Gubernur, fungsi dan tugas balai pengembangan bisnis adalah sebagai berikut : balai pengembangan bisnis mempunyai fungsi sebagai penunjang teknis dinas di bidang pengembangan bisnis. Balai pengembangan bisnis mempunyai tugas untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya adalah sebagai berikut : a) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan bisnis; b) Menyelenggarakan konsultasi dan pelatihan bisnis; c) Melaksanakan promosi dan pemasaran; d) Melaksanakan kegiatan Ketatausahaan Bidang Pelayanan Bisnis terdiri dari : a) Seksi Bagian Tata Usaha (TU) b) Seksi Penyiapan Produksi c) Seksi Penyiapan 7) Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna Balai pengembangan teknologi tepat guna dibentuk dengan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2002, sedangkan mengenai uraian tugas dan tata kerjanya diatur dalam Keputusan Gubernur No 158 tahun Berdasarkan Keputusan Gubernur tersebut, fungsi dan

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3 Proses dan Prosedur Ekspor Pertemuan ke-3 PROSES PERDAGANGAN EKSPOR Kegiatan ekspor: Upaya seorang pengusaha dlm memasarkan komoditi yg dikuasainya ke negara lain atau bangsa asing, dg mendapatkan pembayaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-2

Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-2 Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional Pertemuan ke-2 TUJUAN PERDAGANGAN / PERNIAGAAN: 1.Memenuhi Kebutuhan Manusia 2.Memperoleh Penghasilan 3.Mengusahakan Pemerataan Hasil 4.Meningkatkan Kemakmuran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum

Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum Berdasarkan sumber KKP (2010), prosedur ekspor barang secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Eksportir dan importir mengadakan korespondensi/negoisasi.

Lebih terperinci

Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global

Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global Misi Menjadi Motor Penggerak Utama dan Ujung Tombak Pembangunan Ekonomi Jakarta DASAR HUKUM INTERNASIONAL Perjanjian

Lebih terperinci

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Proses Perdagangan Luar Negeri, Mahasiswa akan dapat menjelaskan proses perdagangan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis lakukan di PT. Alenatex Bandung. Disana penulis ditempatkan pada bidang ekspor, dibawah

Lebih terperinci

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor 1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1950, yang

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PROSEDUR PENERBITAN DAN PENGISIAN SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) FORM E SEBAGAI DOKUMEN EKSPOR OLEH DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI PROVINSI YOGYAKARTA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) disingkat SKA adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia yang telah memenuhi ketentuan asal barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor BAB I PENDAHULUAN Pengenalan transaksi ekspor impor Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih

Lebih terperinci

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI CARA MEMASUKI PASAR INTERNASIONAL 1. EXPORT 2. IMPORT 3. LICENCING 4. WARALABA 5. JOINT VENTURE 6 FOREIGN DIRECT 6. FOREIGN DIRECT INVESTMENT RISIKO YANG DIHADAPI SUATU NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya integrasi pasar pasar diseluruh dunia dalam satu tempat

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya integrasi pasar pasar diseluruh dunia dalam satu tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman teh mulai dikenal di Indonesia hanya sebagai tanaman hias. Melihat potensi yang besar pada waktu itu Pemerintahan Hindia Belanda yang menjajah Indonesia tertarik

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010 TENTANG SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan Nomor 17

Lebih terperinci

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 443/MPP/KEP/5/2002 TANGGAL 24 MEI 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 558/MPP/KEP/12/1998

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi 2.1.1 Pengertian Efisiensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 575/MPP/KEP/VIII/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 558/MPP/KEP/12/1998 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor : 575/MPP/Kep/VIII/2002 Tanggal : 6 Agustus 2002

LAMPIRAN. Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor : 575/MPP/Kep/VIII/2002 Tanggal : 6 Agustus 2002 Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor : 575/MPP/Kep/VIII/2002 Tanggal : 6 Agustus 2002 LAMPIRAN NO NOMOR JENIS BARANG POS TARIF I. BARANG YANG DIATUR EKSPORNYA 1. Maniok, khusus

Lebih terperinci

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 Tujuan Instruksional Khusus : Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Prosedur Impor, Mahasiswa akan dapat menjelaskan prosedur dan tata laksana impor di Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barangbarang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. No.528, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/3/2015

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I NOMOR 294/MPP/KEP/10/2001 TANGGAL 8 OKTOBER 2001 TENTANG PENCABUTAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 146/MPP/KEP/4/1999 DAN PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada PT.SAMUDERA INDONESIA cabang bandung Jawa Barat penulis ditempatkan di bagian pemasaran dan

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005 Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005 TENTANG PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICA TE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007

Menteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007 Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/2007---/M-DAG/PER/9/2007 TENTANG PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN)

Lebih terperinci

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 57/MPP/KEP/I/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 558/MPP/KEP/12/1998 TENTANG KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

Oleh: Ayu Sri Muslichah NIM:F BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Ayu Sri Muslichah NIM:F BAB I PENDAHULUAN Proses penerbitan dokumen surat keterangan asal (perbandingan manual dan otomasi ) di dinas perindustrian perdagangan dan koperasi Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Ayu Sri Muslichah NIM:F3104004 BAB I

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dalam negeri (daerah pabean), barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Oprasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Oprasional Manajemen Oprasional adalah serangkaian aktivitas untuk menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa melalui transformasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI I. TATALAKSANA EKSPOR 1. Kewenangan pemeriksaan barang-barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Impor Ekspor dalam Kepabeanan KegiatanImpor Ekspor merupakan faktor penentu dalam menentukan roda perekonomian di negara kita.seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

I. BARANG YANG DIATUR EKSPORNYA. 1. Maniok, khusus ekspor tujuan negara Uni Eropa :

I. BARANG YANG DIATUR EKSPORNYA. 1. Maniok, khusus ekspor tujuan negara Uni Eropa : NO. NOMOR POS TARIF Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor: 146/MPP/Kep/4/1999 JENIS BARANG I. BARANG YANG DIATUR EKSPORNYA 1. Maniok, khusus ekspor tujuan negara Uni Eropa :

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2015 KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5768). PERATURAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 558/MPP/Kep/12/1998 T E N T A N G KETENTUAN UMUM DI BIDANG EKSPOR

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 558/MPP/Kep/12/1998 T E N T A N G KETENTUAN UMUM DI BIDANG EKSPOR KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 558/MPP/Kep/12/1998 T E N T A N G KETENTUAN UMUM DI BIDANG EKSPOR MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1 Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Sisa dan Skrap Logam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 199

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Sisa dan Skrap Logam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 199 No.762, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Ekspor Sisa dan Skrap Logam. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR SISA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS Nama : Dinda Ningrum Gusliyati NPM : 52213554 Program Studi : DIII Manajemen Keuangan Pembimbing : Dr. Sri Murtiasih LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN 2010, No.591 10 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN. CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN Nomor

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BARANG EKSPOR PENGENALAN KEGIATAN SURVEYOR

PEMERIKSAAN BARANG EKSPOR PENGENALAN KEGIATAN SURVEYOR PEMERIKSAAN BARANG EKSPOR Latar Belakang Penjual dan Pembeli dipisahkan oleh jarak, batas Negara serta peraturan-peraturan yang menaungi mekanisme perdagangannya tidak sama. Penjual maupun pembeli tidak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Riwayat Perusahaan PT. Mega Segara merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi di Jakarta Utara yang bergerak di bidang jasa pengiriman

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. bahwa salah satu faktor yang mendukung kelancaran arus

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem No.1091, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Tekstil. Produk Tekstil Batik. Motif Batik. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Tertentu. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN Nomor :... (1). (2).,..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu negara terjadi karena kebutuhan barang maupun jasa yang tidak terdapat pada suatu negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1. Pengertian dan Pengaturan Transaksi Ekspor Impor untuk UKM Hubungan perdagangan luar negeri dalam hal ini ekspor impor sama halnya dengan perdagangan dalam negeri

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. peraturan perudang-undangan yang berlaku (Tandjung, 2011: 379).

BAB II LANDASAN TEORI. peraturan perudang-undangan yang berlaku (Tandjung, 2011: 379). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Impor Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Transaksi impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Pada dasarnya ekspor adalah mengeluarkan barang dari kawasan pabean pada suatu Negara. Menurut kamus lengkap perdagangan internasional, ekspor merupakan

Lebih terperinci

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me No.1922, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMDAG. Besi. Baja Paduan. Produk Turunan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-DAG/PER/12/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 16 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 16 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 16 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 9/MPP/Kep/1/2004 TENTANG KETENTUAN IMPOR BERAS

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 9/MPP/Kep/1/2004 TENTANG KETENTUAN IMPOR BERAS KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 9/MPP/Kep/1/2004 TENTANG KETENTUAN IMPOR BERAS MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Impor Transaksi Ekspor - Impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 10 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG

RGS Mitra 1 of 10 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG RGS Mitra 1 of 10 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penetapan

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985 LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985 I. TATALAKSANA EKSPOR Untuk memperlancar arus barang ekspor diambil langkah-langkah 1. Terhadap barang-barang ekspor

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1104, 2014 KEMENDAG. Verifikasi. Penelusuran Teknis. Perdagangan. Ketentuan Umum. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/M-DAG/PER/8/2014 TENTANG

Lebih terperinci

KUESIONER EFEKTIFITAS ATAS PENJUALAN VARIABEL DEPENDEN

KUESIONER EFEKTIFITAS ATAS PENJUALAN VARIABEL DEPENDEN LAMPIRAN KUESIONER EFEKTIFITAS ATAS PENJUALAN VARIABEL DEPENDEN Jawaban Kuesioner No Pertanyaan SS S RR TS STS. Pemrosesan Order Penjualan. Permintaan barang dagang oleh pelanggan diterima melalui telepon,

Lebih terperinci

YULI TRISNANINGRUM F BAB I PENDAHULUAN. Alat pembayaran luar negeri atau disebut foreign exchange currency atau

YULI TRISNANINGRUM F BAB I PENDAHULUAN. Alat pembayaran luar negeri atau disebut foreign exchange currency atau PROSES VERIFIKASI GSP (GENERALIZED SYSTEM OF PREFERENCE) SURAT KETERANGAN ASAL FORM A PADA DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL KOTA SURAKARTA YULI TRISNANINGRUM F333103101 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 166 /BC/2003 TENTANG TATALAKSANAPEMBERIAN CUSTOMS ADVICE DAN VALUATION RULING. SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.901, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Garam. anganperaturan MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM DENGAN

Lebih terperinci

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank 82 BABIV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menganalisa penerapan perlakuan akuntansi terhadap produk letter of credit (L/C) pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri (BSM) menerapkan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan kebijaksanaan kelancaran arus barang untukmenunjang

Lebih terperinci

TATAKERJA PENERBITAN NIPER

TATAKERJA PENERBITAN NIPER LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-141/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBEBASAN DAN/ATAU PENGEMBALIAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI SERTA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar BAB III DISKRIPSI LEMBAGA A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar Dinas Perindustrian, Perdagangan, koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen BAB IV Hasil Praktek Kerja dan Analisis 4.1 Sistem Komputerisasi yang digunakan Perusahaan ini telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi sebagai kegiatan operasional kerja. Database yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru dilaksanakan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru dilaksanakan dalam BAB II LANDASAN TEORI A. Proses Produksi Proses produksi adalah merupakan suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru dilaksanakan dalam perusahaan (Agus Ahyari,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-233/PJ./2003 Tanggal : 26 Agustus 2003 Perihal : Tatacara Pemberian Dan Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor Dan Atau Penyerahan

Lebih terperinci

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1011, 2015 KEMENDAG. Ban. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/M-DAG/PER/6/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAN DENGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEMUDAHAN IMPOR

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDLSTRUN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDLSTRUN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDLSTRUN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10/MPP/SK/1/1996 TENTANG KETENTUAN UMUM DI BIDANG EKSPOR MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

PROSEDUR PENERBITAN SKA FORM IJEPA PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA

PROSEDUR PENERBITAN SKA FORM IJEPA PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA 1 PROSEDUR PENERBITAN SKA FORM IJEPA PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 72 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KAYU BULAT JENIS MERBAU DI PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 72 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KAYU BULAT JENIS MERBAU DI PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 72 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KAYU BULAT JENIS MERBAU DI PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA Menimbang Mengingat : a. bahwa terhentinya eksport kayu

Lebih terperinci