teknik scrolling dibedakan menjadi dua jenis yaitu alat masinal dan alat manual.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "teknik scrolling dibedakan menjadi dua jenis yaitu alat masinal dan alat manual."

Transkripsi

1 a. Pengetahuan Peralatan Kriya Kayu Pengetahuan alat yang dibutuhkan dalam membuat produk kriya kayu teknik scrolling dibedakan menjadi dua jenis yaitu alat masinal dan alat manual. Alat masinal adalah sebuah alat yang dilengkapi dengan mesin sebagai penggerak (motornya) dan komponen-komponen lain yang diperlukan dengan cara dirakit sehingga dapat bergerak secara stabil. Diantaranya yaitu: 1) Mesin Scroll 2) Gergaji mesin 3) Bor mesin 4) Ampelas mesin Alat manual adalah alat yang penggunaannya secara manual atau digerakan dengan tangan, diantaranya adalah: 1) Gergaji 2) Bor 3) Tang Kaitannya dengan pekerjaan pembuatan produk kriya kayu, peralatan yang digunakan terdiri dari alat utama dan alat pendukung, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut. b. Alat Utama Mesin scroll memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, tetapi fungsinya sama. Hanya dibedakan dalam kekuatan mesin, besar kecilnya rangka mesin, dan besar kecilnya no.mata gergaji dalam kemampuan memotong dan tebal benda kerja. Biasanya mesin scroll lebih ditekankan pada pembuatan produk kerajinan, membuat tulisan dari kayu (lettering), membuat hiasan yang akan diterapkan pada mebel, membuat Alat Permainan Edukatif (APE) seperti puzzle,

2 building blok, hammer set, set pasak bertingkat, kereta, papan huruf, papan angka, angka dan lain-lain. Contoh mesin scroll seperti tampak pada gambar berikut ini. Gambar 2.14 Mesin Scroll Sumber: Dokumen Sekolah (2011) Berikut ini akan dijelaskan jenis dan fungsi mesin scroll menurut Agustina (2010:8-9). 1) Jenis dan Fungsi Mesin Scroll a) Mesin Scroll Kecil Mesin scroll kecil digunakan untuk memotong dan membentuk kayu dengan ukuran kecil dan pendek (kayu tipis). Mesin ini digunakan untuk memotong dan membentuk kayu dengan ukuran panjang maksimal 25 cm dan tebal 1,5 cm. b) Mesin Scroll Sedang Mesin ini mempunyai kemampuan kemampuan potong lebih panjang dan lebih tebal dibanding mesin scroll kecil. Kelebihannya terletak pada motor dan daya jangkau yang lebih besar. Mesin ini dapat digunakan untuk memotong kayu dengan ukuran maksimal 60 cm dan ketebalan 4 cm. c) Mesin Scroll Besar Mesin ini memiliki kemampuan besar, mesin jenis ini mempunyai tangan penggerak rak sampai panjang maksimal 100cm 100 dan ketebalan sampai 6cm.

3 Mesin scroll besar banyak dibuat atau di rakit oleh pengrajin atau industri di Jepang. Berikut ini akan dijelaskan bagian-bagian mesin scroll menurut Agustina (2010:9-12). 2) Bagian-Bagian Mesin Scroll a) Kerangka Mesin Kerangka mesin berfungsi untuk tiang penyangga meja mesin, tangan penggerak, dan bagian mesin lain. b) Motor Penggerak Motor penggerak berfungsi untuk menggerakkan mesin scroll dengan cara mengubah arus listrik menjadi tenaga mekanik. c) Meja Kerja Meja kerja berfungsi sebagai landasan kerja, meja kerja dilengkapi dengan alat pengatur sudut meja yang berfungsi sebagai pengatur kemiringan benda kerja. d) Tangan Penggerak Atas dan Bawah Tangan penggerak atas dan bawah berfungsi untuk menggerakkan mata gergaji ke atas dan ke bawah sehingga terjadi gerakkan pemotongan. Bagian ini dilengkapi dengan dua penjepit dan kuncinya yang berfungsi untuk memegang mata gergaji. e) Stabilisator Stabilisator berfungsi untuk mengatur posisi mata gergaji, stabilisator terletak dibelakang mesin bagian atas. f) Stopper

4 Stopper (penahan kayu) berfungsi untuk menahan benda kerja agar tidak mudah terangkat, stopper dilengkapi dengan pembersih debu. g) Mata Gergaji Mata gergaji berfungsi untuk memotong kayu dengan bentuk, dan ukuran sesuai dengan gambar kerja. Kualitas mata gergaji sangat bervariasi tergantung kebutuhan, biasanya di tentukan oleh ukuran mata gergaji, misalnya ukuran mata gergaji 2 mm untuk memotong kayu dengan ketebalan kayu 2 cm dengan jenis kayu albasiah. h) Penjepit (pengunci mata gergaji scroll) Alat ini digunakan untuk memasang mata gergaji pada mesin scroll yang dilengkapi dengan kunci khusus untuk proses memasang dan membuka. c. Alat Pendukung Alat pendukung merupakan bagian dari alat pokok untuk melengkapi kelancaran dalam praktik membuat produk. Adapun peralatan pendukung yang digunakan untuk kerja scroll adalah: 1) Gunting Gunting adalah alat untuk memotong kertas, selain itu bisa juga digunakan untuk memotong pola gambar kerja agar lebih mudah dalam penetapan desain pada benda kerja. 2) Gergaji Gergaji digunakan untuk memotong bahan yang akan digunakan menjadi ukuran yang diperlukan. Gergaji ini terbuat dari campuran besi dan baja. Bentuk mata gergajinya segitiga sama kaki dengan tegak lurus di atas.

5 3) Tang Tang terbuat dari logam atau besi yang pada bagian pegangan dilapisi dengan karet plastik. Alat ini digunakan untuk mengencangkan sekrup dan juga untuk memotong mata gergaji yang terlalu panjang dan memotong kawat dan lainlain. 4) Bor Bor adalah alat yang yang digunakan untuk membuat lubang yang akan di scroll. Mesin bor ini terbuat dari logam dan baja yang dilengkapi dengan aksesoris kelengkapannya. 5) Siku-Siku Siku-siku pada pekerjaan scroll digunakan untuk mengukur atau mengecek tegak lurus atau kemiringan mata gergaji terhadap meja kerja, selain itu juga untuk mengecek hasil pemotongan bahan yang diperlukan apakah harus bersudut 90 atau yang lain. 6) Pensil Pensil digunakan untuk membuat gambar kerja (mendesain) selain itu juga digunakan untuk menandai ukuran dan memindahkan gambar pola pada pola kerja. Pensil ada beberapa jenis ukuran dari kertas dan lunaknya. Contoh 2B, 4B, 6B, dan sebagainya. 7) Mistar

6 Mistar adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan lebar bahan yang akan digunakan. Alat ini terbuat dari bahan logam dengan ukuran panjang ada yang 30 cm, 50 cm, 60 cm dan 100 cm. 8) Lem Lem berguna untuk menempelkan kertas pola pada papan atau kayu. 9) Ampelas Ampelas berfungsi untuk menghaluskan bekas potongan, menghaluskan permukaan, dan bagian-bagian yang kasar. 10) Kertas Kertas berguna untuk membuat gambar, desain, dan pola. d. Cara Mengoperasikan Mesin Scroll Pertama ketika akan mengoperasikan mesin scroll harus menghubungkan kabel power ke sumber listrik, hidupkan mesin scroll dengan menekan tombol yang berwarna hijau atau pada tulisan ON lalu letakkan benda kerja di atas mesin scroll dan peganglah dengan kuat, turunkan penahan kayu di atas benda kerja dengan lubang pipa pembersih debu kearah mata gergaji dan dorong benda kerja secara perlahan kearah mata gergaji sesuai gambar kerja. Mengoperasikan mesin scroll: a. Menghubungkan kabel power ke sumber listrik. b. Mengecek kemiringan meja scroll terhadap posisi mata gergaji dengan alat siku-siku. c. Meletakkan benda kerja di atas meja scroll dan menghidupkan mesin scroll dengan menekan tombol ON.

7 e. Cara Merawat Mesin Scroll Perawatan dan pemeliharaan mesin scroll dilakukan setiap selesai digunakan agar mesin siap dioperasikan setiap waktu, yang perlu diperhatikan dalam merawat mesin scroll ialah: 1) Melepas mata gergaji dari mesin scroll. 2) Membersihkan kedua mata gergaji dari debu dan serbuk kayu. 3) Memberi pelumas (oli atau paselin) pada pemutar stabilisator. 4) Memberi pelumas pada pemutar stopper dan mata gergaji. f. Penajaman dan Pembuatan Gigi Gergaji Mata gergaji yang berdiameter kecil buatan pabrik tidak dapat ditajamkan, karena terlalu kecil dan tidak ada alat kikir yang kecil. Mata gergaji yang dapat ditajamkan yaitu mata gergaji besar buatan perajin Jepara, cara menajamkannya dengan menggunakan kikir pada ujung mata gergaji sesuai dengan kemiringan mata gergaji. g. Pemasangan dan Pelepasan Mata Gergaji Scroll Mesin scroll tidak akan berfungsi tanpa ada mata gergaji, untuk itu sebelumnya perlu dilakukan pemasangan mata gergaji. Caranya dengan memutar stabilisator kearah kiri agar tangan pemegang gergaji dapat ditekan ke bawah, selanjutnya masukkan salah satu ujung mata gergaji bagian bawah dan mur diputar kekanan hingga kencang (gigi mata gergaji hendaknya selalu menghadap kebawah) ketika akan memotong bagian dalam, mata gergaji bagian atas di buka kemudian benda kerja yang sudah dilubangi dipasangkan pada mata gergaji bagian atas (dimasukkan) kemudian dikencangkan.

8 Proses pelepasan mata gergaji harus dilakukan secara urut, satu persatu, mulai dari mata gergaji bagian atas kemudian bagian bawah dengan cara mengendorkan mur penjepit. Mata gergaji lama kelamaan akan mudah patah, oleh karena itu perlu mata gergaji cadangan. Mata gergaji untuk mesin scroll memiliki jenis dan ukuran, oleh karena itu, ketika akan digunakan harus disesuaikan dengan media (kayu) yang akan dipotong baik ketebalannya maupun kekerasannya. 2. Pengetahuan Perlengkapan Kerja Kriya Kayu Setiap pelaksanaan kegiatan diperlukan perlengkapan kerja yang standar sehingga pada pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan tidak menemui banyak permasalahan. Perlengkapan yang diperlukan dalam teknik kerja scroll antara lain terkait dengan lingkungan tempat bekerja yang harus bersih, rapi, penerangan yang cukup, sirkulasi udara yang lancar, dan tersedianya alat pemadam (Hidrant). Selain itu juga didukung dengan pakaian kerja yang standar (dalam hal ini disesuaikan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan). a. Jenis Kelengkapan Pakaian Kerja Kelengkapan pakaian kerja yang diperlukan antara lain: 1) Pakaian kerja (baju kerja) 2) Sepatu (alas kaki yang aman) 3) Masker 4) Penutup kepala (topi kerja) 5) Kaca mata 6) Penutup telinga b. Keselamatan Kerja

9 Tujuan keselamatan kerja merupakan poin yang utama yang harus dijaga dalam setiap melaksanakan kegiatan agar pekerja dapat melakukan atau melaksanakan pekerjaannya meliputi keselamatan fisik dan non fisik. Lingkungan kerja dapat terjaga, nyaman dan aman, serta suasana menjadi kondusif dan menyenangkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja: 1) Ruang kerja yang cukup luas 2) Penerangan yang cukup 3) Ventilasi udara yang lancar 4) Tersedianya alat pemadam api (hidrant) 5) Tersedianya alat kebersihan dan tempat sampah 6) Penempatan alat-alat pada tempatnya 7) Tidak bergurau sewaktu bekerja 8) Tersedianya P3K 3. Tahapan Produksi Kriya Kayu dengan Teknik Scrolling Praktek kerja produksi kriya kayu khususnya dalam pembuatan alat permainan edukatif memiliki tahapan kerja yang harus dilaksanakan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian, dan penilaian produk. a. Tahap Persiapan 1) Menyiapkan ruang tempat kerja cukup luas, bersih, cahaya ruangan siang hari terang dengan penerangan alami, tekstur lantai kasar, ventilasi udara yang baik agar kesehatan terjamin, tidak lembab, tata kelola memperhatikan efektif dan efisien.

10 2) Menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan keselamatan kerja dengan baik (baju kerja, sepatu/alas kaki yang aman, masker, penutup kepala/topi kerja, kaca mata, penutup telinga, dan hal-hal lain yang dibutuhkan). 3) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dan mengkondisikan peralatan agar benar-benar siap digunakan. 4) Menyiapkan bahan kayu yang akan dipergunakan yang memiliki tingkat kekeringan sesuai dengan standar. 5) Memasang mata gergaji scroll pada mesin scroll dan memastikan alat tersebut siap dipakai. b. Tahap Pelaksanaan 1) Membuat gambar desain atau produk 2) Membuat pola sesuai gambar desain 3) Menjiplak pola pada kayu yang akan dipergunakan 4) Meletakkan benda kerja di atas landasan mesin scroll dan mengecek kesesuaian benda kerja dengan desain yang akan dipotong 5) Memotong benda kerja sesuai dengan desain 6) Menggunakan mesin scroll 7) Mengampelas bagian yang belum rapi 8) Mengecat benda kerja sesuai dengan desain 9) Mengkilatkan benda kerja dengan mempernis setelah cat mongering c. Tahap Penyelesaian Mengemas benda kerja yang telah selesai. d. Tahap Penilaian Produk 1) Ketepatan dalam memotong (sesuai garis atau gambar kerja). 2) Kehalusan bekas potongan.

11 3) Kesikuan hasil potongan (tegak lurus) atau kemiringan hasil potongan. 4) Kerapihan. 5) Kecepatan. A. Definisi Belajar dan Hasil Belajar 1. Definisi Belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu, oleh karena itu hendaknya seseorang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kehidupan yang dinamis dan penuh persaingan, dimana didalamnya termasuk belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan, dan perkembangan globalisasi. Diharapkan dengan belajar seseorang siap menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat. Belajar merupakan suatu proses perubahan sikap dan perilaku yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pendapat tersebut didukung oleh penjelasan Slameto (2003:2) bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Slameto tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha perubahan tingkah laku yang melibatkan jiwa dan raga sehingga menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, nilai, dan sikap yang dilakukan oleh seorang individu melalui latihan dan pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan yang selanjutnya dinamakan hasil belajar. 2. Hasil Belajar

12 Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan, sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Oemar Hamalik (1990:48) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005:3) hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pembuatan produk kriya kayu teknik scrolling merupakan kemampuan yang dapat dikuasai dari materi yang telah diajarkan mencakup tiga kemampuan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bloom di dalam Sudjana (2007:22-23) bahwa tingkat kemampuan atau penugasan yang dapat dikuasai oleh peserta didik mencakup tiga aspek yaitu: a. Kemampuan kognitif (cognitive domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelaktual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari: 1) Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. 2) Pemahaman (comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi. 3) Penerapan (application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. 4) Analisis (analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi kedalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. 5) Sintesis (synthesis), mengacu pada kemapuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. 6) Evaluasi (evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. b. Kemampuan afektif (affective domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral, dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:

13 1) Kemampuan menerima (receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulus yang tepat. 2) Sambutan (responding), merupakan sikap peserta didik dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. 3) Penghargaan (valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi. 4) Pengorganisasian (organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. 5) Karakteristik nilai (characterization by value), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya. c. Kemampuan psikomotor (psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi fisikis. Kawasan ini terdiri dari: 1) Persepsi (perseption), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. 2) Kesiapan (ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3) Gerakan terbimbing (guidance response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). 4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. 5) Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. 6) Penyesuaian pola gerak (adjusment), mencakup kemapuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. 7) Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka gerakgerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa sendiri. Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai acuan dasar dalam menempuh pembelajaran selanjutnya. Kemampuan dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor membuat produk kriya kayu teknik scrolling dalam menyiapkan peserta didik melaksanakan Uji Kompetensi.

14 B. Kesiapan Uji Kompetensi 1. Kesiapan Peserta Didik dalam Uji Kompetensi a. Pengertian Kesiapan Kesiapan merupakan salah satu faktor penunjang pencapaian keberhasilan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Pengertian kesiapan menurut Wasty Soemanto (2006:191) bahwa kesiapan adalah kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Pendapat lain menurut Cronbach dalam Wasty Soemanto (2006:191) bahwa kesiapan adalah segenap sikap atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu. Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto (2003:113) mengemukakan pengertian kesiapan dengan lebih jelas, yaitu: Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan untuk memberi respon. Pengertian kesiapan di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah kesediaan seseorang atau individu dalam melakukan kegiatan tertentu dengan segala kemampuan dan kondisinya, adapun kaitan dengan masalah yang diteliti artinya kesediaan peserta didik dengan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pembelajaran pembuatan produk kriya kayu teknik scrolling untuk mengikuti Uji Kompetensi. b. Prinsip-Prinsip Kesiapan Prinsip-prinsip kesiapan menurut Wasty Soemanto (2006:192), adalah sebagai berikut: 1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk kesiapan. 2) Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu. 3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik jasmaniah ataupun rohaniah. 4) Apabila kesiapan untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.

15 Mengacu pada prinsip-prinsip kesiapan di atas, maka kesiapan merupakan faktor yang penting bagi peserta didik dalam menghadapi Uji Kompetensi yang merupakan Ujian Nasional sebagai kunci kelulusan bagi peserta didik. c. Aspek-aspek kesiapan Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi dalam kesiapan menurut Slameto (2003:115) adalah sebagai berikut: 1) Kematangan Kematangan merupakan proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. 2) Kecerdasan Individu yang mempunyai kecerdasan normal atau di atas normal akan siap dalam menghadapi suatu masalah, sedangkan individu yang mempunyai kecerdasan di bawah normal tidak akan siap menghadapi suatu masalah. 3) Motivasi Motivasi adalah dorongan yang mendasar dalam melakukan setiap pekerjaan. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi akan menuntut dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang baru. 4) Keterampilan Aspek yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam mengembangkan dirinya adalah aspek keterampilan. 5) Kesehatan Kesehatan adalah hal yang sangat menunjang dalam melakukan sesuatu. Seseorang akan berhasil dengan maksimal jika kesehatannya baik dan terjaga. Aspek-aspek kesiapan harus dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi Uji Kompetensi, sehingga ketika mereka melaksanakan Uji Kompetensi tidak mendapatkan hambatan yang dapat mengganggu aktivitas pekerjaan, walaupun ada hambatan peserta didik mampu menghadapi dengan baik. 2. Pengertian Uji Kompetensi Pengertian Uji Kompetensi menurut pedoman pelaksanaan Uji Kompetensi tahun 2008/2009 DEPDIKNAS adalah salah satu ujian yang harus diikuti oleh peserta didik kelas 3 SMK, dimana hasil dari ujian ini akan menjadi tolak ukur kompetensi

16 peserta didik setelah menempuh pendidikan di SMK. Uji Kompetensi pada SMK merupakan bagian integral dari upaya peningkatan mutu lulusan. Melalui kegiatan Uji Kompetensi gambaran mutu hasil pendidikan secara nasional pada SMK diharapkan dapat diperoleh dengan lebih akurat. Pernyataan di atas penulis sarikan dari materi Uji Kompetensi (2008:4). Standar nilai minimum uji kompetensi untuk program stadi desain dan produk kriya kayu yaitu dengan nilai 7,6. Peserta didik dikatakan lulus dalam Uji Kompetensi bila telah mencapai standar nilai minimum tersebut. Penilaian pada dasarnya merupakan proses penentuan nilai hasil pengukuran dibandingkan dengan suatu kriteria. Penilaian berbasis kompetensi (competency based assessment) merupakan suatu proses penilaian dimana semua bukti-bukti hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan kriteria kinerja (performance criteria) yang dipersyaratkan dunia kerja, dijadikan acuan pengambilan keputusan apakah seseorang sudah kompeten atau belum. Terdapat dua jenis bukti hasil belajar yang dapat digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan yaitu: a. Bukti langsung, yaitu berupa hasil pengukuran langsung yang dilakukan oleh penilai atau asesor baik berupa tes hasil wawancara, maupun hasil pengamatan terhadap kinerja peserta. b. Bukti tidak langsung yang berasal dari: 1) Pihak ke tiga seperti guru pembimbing, teman sekelas, dan lain-lain. 2) Sumber-sumber lain seperti rencana kerja (proposal), gambar, kertas kerja, laporan, produk kerja, tugas, dan lain-lain. Penilaian hasil belajar dengan pendekatan berbasis kompetensi atau produksi lebih menitik beratkan pada bukti-bukti hasil belajar peserta didik, baik yang langsung atau yang tidak langsung. Penilaian hasil belajar ini yaitu mulai dari pemilihan judul

17 tugas akhir, penyusunan rencana kerja (proposal), proses pelaksanaan tugas akhir, hasil (produk) tugas akhir, hingga tahap pemasaran. Proses penilaian seperti di atas dapat dilaksanakan dalam suatu proses yang sistematis, terarah, menyeluruh dan berkelanjutan. Pernyataan di atas penulis sarikan dari materi Work Shop Uji Kompetensi (2004:6). Penilaian hasil belajar dengan pendekatan berbasis kompetensi dimaksudkan untuk menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dan juga akan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap hakikat kompetensi yang dipelajarinya, menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab, kemandirian, kemampuan berperan serta dalam kegiatan kelompok, dan kemampuan lain yang terkait dengan pengembangan kecakapan hidup (life skill) berdasarkan pertimbangan di atas, direktorat pendidikan menengah kejuruan memberlakukan Uji Kompetensi dengan pendekatan penilaian yang menyatu dengan proses pembelajaran akhir berbasis produksi (production based training). 3. Tujuan dan Fungsi Uji Kompetensi Secara umum tujuan Ujian Nasional dan Uji Kompetensi adalah sebagaimana yang ditegaskan pada Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dikeluarkan melalui keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003, yaitu: a. Mengukur pencapaian peserta didik. b. Mengukur mutu pendidikan pada tingkat nasional, tingkat provinsi, tingkat kabupaten atau kota, dan tingkat sekolah. c. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyrakat secara nasional, provinsi, kabupaten atau kota, dan sekolah. Secara khusus Ujian Nasional dan Uji Kompetensi pada SMK diharapkan dapat berfungsi sebagai:

18 a. Alat penjamin, pengawasan, dan pengendalian mutu pendidikan pada SMK. b. Bahan pertimbangan dalam penentuan kelulusan peserta didik. c. Umpan balik dalam perbaikan program pembelajaran pada SMK. d. Alat pendorong dalam peningkatan mutu pembelajaran dan prestasi hasil belajar peserta didik. Berdasarkan tujuan dan fungsi Ujian Nasional dan Uji Kompetensi di atas, maka Ujian Nasional dan Uji Kompetensi di SMK diarahkan untuk menjadi sarana kendali mutu pendidikan pada SMK yang dapat memotivasi pengembangan sistem nilai peduli mutu (sense of quality) sebagai bagian dari ukuran keberhasilan SMK. Setiap SMK harus menempatkan dan memberlakukan Uji Kompetensi secara proposional, tidak hanya mempersiapkan peserta didik semata-mata untuk lulus ujian, mengejar peringkat tanpa mengidahkan ketentuan dan aturan yang berlaku, yang pada gilirannya dapat menjadi bomerang yang membebani lulusan. Ujian Nasional dan Uji Kompetensi sebagai bagian integral dari implementasi kurikulum harus dapat berfungsi sebagai: a. Memotivasi sekolah agar selalu berusaha meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. b. Memberi penghargaan secara proposional atas keberhasilan setiap peserta didik menguasai kompetensi sesuai dengan bidang atau program keahlian. c. Memetakan mutu pendidikan dan prestasi lulusan serta keberhasilan SMK berdasarkan wilayah, bidang atau program keahlian dan sekolah dari waktu kewaktu. d. Dasar merumuskan bagi pengambilan keputusan untuk bahan kebijakan pembinaan SMK secara Nasional. C. Asumsi

19 Asumsi atau anggapan dasar, yang diyakini kebenarannya oleh peneliti dan dijadikan sebagai titik pangkal penelitian, acuan berfikir, dan acuan konseptual dalam seluruh kegiatan penelitian, sesuai pendapat Suharsimi Arikunto (2005:57) bahwa: asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas. Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Hasil Belajar Pembuatan Produk Kriya Kayu Teknik Scrolling dapat diketahui dari kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, yang ditunjukkan dari adanya perubahan tingkah laku yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, dalam membuat produk kriya kayu teknik scrolling. Asumsi ini ditopang oleh pendapat Sagala (2008:20), bahwa: Hasil belajar yaitu pola-pola perilaku yang terbimbing sehingga menghasilkan serangkaian tindakan-tindakan berupa penguasaan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan dalam melihat. Menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja. Pendapat Sagala diperkuat oleh pendapat Oemar Hamalik (2002:155), bahwa: Hasil belajar tampak dari adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan itu dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. 2. Uji Kompetensi adalah bentuk evaluasi akhir melalui proses pengukuran dan penilaian hasil belajar dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat kompetensi peserta didik untuk mendapatkan nilai kelulusan kompetensi di bidang Kriya Kayu. Pengertian Uji Kompetensi menurut pedoman pelaksanaan Uji Kompetensi tahun 2008/2009 DEPDIKNAS adalah salah satu ujian yang harus diikuti oleh peserta didik kelas 3 SMK, di mana hasil dari ujian ini akan menjadi tolak ukur kompetensi peserta didik setelah menempuh pendidikan di SMK. Uji Kompetensi pada SMK merupakan bagian integral dari upaya peningkatan mutu lulusan. Melalui kegiatan Uji

20 Kompetensi gambaran mutu hasil pendidikan secara nasional pada SMK diharapkan dapat diperoleh dengan lebih akurat. Pernyataan di atas penulis sarikan dari materi Uji Kompetensi (2008:4). 3. Kesiapan Mengikuti Uji Kompetensi merupakan suatu kondisi peserta didik setelah menyelesaikan serangkaian pembelajaran dan latihan atau keterampilan yang berkaitan dengan membuat produk kriya kayu teknik scrolling, dilandasi dengan kecakapan untuk mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya sehingga membuatnya siap mengikuti Uji Kompetensi. Pengertian kesiapan menurut Wasty Soemanto (2006:191) bahwa kesiapan adalah: kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Pendapat lain menurut Cronbach dalam Wasty Soemanto (2006:191) bahwa kesiapan adalah: segenap sikap atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu. Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto (2003:113) mengemukakan pengertian kesiapan dengan lebih jelas, yaitu: Keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Pengertian kesiapan di atas bahwa kesiapan adalah kesediaan seseorang atau individu dalam melakukan kegiatan tertentu dengan segala kemampuan dan kondisinya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

PRAKARYA. by F. Denie Wahana PRAKARYA by F. Denie Wahana (Produk Sederhana dengan Teknologi) Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

Peta Materi IV. Produk Sederhana dengan Teknologi Mekanik. Teknik Pembuatan. Mainan. dengan Teknologi. Mekanik. Teknologi Mekanik

Peta Materi IV. Produk Sederhana dengan Teknologi Mekanik. Teknik Pembuatan. Mainan. dengan Teknologi. Mekanik. Teknologi Mekanik BAB Peta Materi IV Produk Sederhana dengan Teknologi Merakit Produk Sederhana Menggunakan Teknologi Membuat Mainan dengan Teknologi Jenis-Jenis Produk Sederhana Menggunakan Peralatan Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3 1 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tentang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan Pada Materi Pajak Kelas VIII A SMP Negeri 2 Wonosari Opin Ahmad

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka

Lebih terperinci

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya Rekayasa Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga Prakarya 55 Peta Materi IV Produk Sederhana dengan Teknologi Merakit Produk Sederhana Menggunakan Teknologi Membuat Mainan dengan Teknologi

Lebih terperinci

GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU

GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat akandapat : 1. Menjelaskan jenis-jenis gergaji tangan 2. Menjelaskan karakteristik gergaji

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari materi kegiatan pembelajaran ini mahasiswa/peserta PPG akan dapat : 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING 3.1 RAHANG PENAHAN Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain yaitu - Kaki penahan - Batang ulir. Yang semua komponen akan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kondisi postur kerja operator di C.V. Beranda Kriya Graha dari 17 postur yang muncul dari 10 pekerjaan terdapat 6 postur kerja yang perlu tindakan perbaikan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU A. Bagan Proses Penciptaan Ide Studi Literatur Eksplorasi - Observasi - Dokumentasi - Pemilihan Media - Teknik Improvisasi Perancangan Bentuk Proses Pembentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat

Lebih terperinci

Palu Besi. Rivet 3. Penggaris Busur 4.

Palu Besi. Rivet 3. Penggaris Busur 4. NO. 1. GAMBAR Palu Besi 2. Rivet 3. Penggaris Busur 4. Penggaris Siku 5. Patri FUNGSI Alat untuk memukul atau membengkokan benda yang kerja yang keras sasuai dengan bentuk yang kita inginkan. Yaitu tangan

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Macam-macam Sambungan Pipa merupakan salah satu modul untuk membentuk kompetensi agar mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA BAG- TKB.001.A-76 45 JAM 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI TUGAS I MEMBUBUT POROS LURUS ( 2 JAM KEGIATAN )... 2 TUGAS II MEMBUBUT BERTINGKAT ( 4 JAM KEGIATAN )...

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET Oleh : Drs. Sutrisno, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek kerja bangku merupakan usaha sadar membekali individu dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan skill yang sesuai standar untuk bekerja di industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURBALINGGA SMK NEGERI 3 PURBALINGGA JL.LETNAN SUDANI -

Lebih terperinci

PUN M ALAT PEMOTONG MODEL JARI Panduan Keselamatan dan Pengoperasian

PUN M ALAT PEMOTONG MODEL JARI Panduan Keselamatan dan Pengoperasian PUN M ALAT PEMOTONG MODEL JARI 300-600 - 900 Panduan Keselamatan dan Pengoperasian Hanya untuk MEMOTONG material sabuk termoplastik. Penggunaan alat ini secara TIDAK BENAR ATAU TIDAK AMAN dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA 35 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA Dalam proses pembuatan karya seni, konsep adalah hal terpenting yang menjadi acuan dalam berkarya, yang menjadi dasar sebuah pemikiran. Konsep dari karya yang

Lebih terperinci

MEMBUAT ULIR DENGAN TANGAN

MEMBUAT ULIR DENGAN TANGAN MENGUASAI KERJA BANGKU MEMBUAT ULIR DENGAN TANGAN B.20.10 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET Oleh : Drs. Sutrisno, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester V DAFTAR ISI No. JST/MES/MES345/00 Revisi : 0 Tgl. : 5 September 0 Hal dari NOMOR DOKUMEN No. JST/MES/MES345/0 No. JST/MES/MES345/0 URAIAN MENYAMBUNG PIPA LURUS DENGAN LAS MIG MENYAMBUNG PIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: MELAKSANAKAN PEKERJAAN SAMBUNGAN BAJA DAN ALUMINIUM MODUL / SUB-KOMPETENSI: MEMBUAT

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Program Keahlian : Otomotif Perbaikan Kendaraan Ringan Kelas / Semester : XI / II Standar Kompetensi : Melaksanakan Prosedur Pengelasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nama : Tulis Namamu. NiM : Kelas/semester : 1B / Semester 1 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Disusun oleh : Nama : Tulis Namamu. NiM : Kelas/semester : 1B / Semester 1 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Disusun oleh : Nama : Tulis Namamu NiM : 321 12 030 Kelas/semester : 1B / Semester 1 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG TAHUN 201 LEMBAR PENGESAHAN Laporan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DALAM PROSES PENCIPTAAN SENI KRIYA KAYU I WAYAN JAGRI DI DESA SINGAPADU

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DALAM PROSES PENCIPTAAN SENI KRIYA KAYU I WAYAN JAGRI DI DESA SINGAPADU IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DALAM PROSES PENCIPTAAN SENI KRIYA KAYU I WAYAN JAGRI DI DESA SINGAPADU 1. Pendahuluan Oleh Nama: I Wayan Arissusila Nim : 201 121 001 Minat: Penciptaan Seni Seni kriya merupakan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 15 BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting) Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Alat Dan Bahan Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota maka alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi. 3.1.1. Alat Alat-alat yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN 1. Orisinalitas Casing kayu gaya klasik BAB II METODE PERANCANGAN Gambar 2. Five Wood Computer Case (Sumber : Google) Casing PC material kayu dengan model ini lebih mengutamakan sisi bentuk elegan namun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1. TEMPAT Pengujian dilakukan di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Medan Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...7

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...7 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...7 1. Umum...7 2. Kejuruan...8 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...15 SUBSTANSI PEMELAJARAN...16 1.

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

MODUL 11 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (ALAT BANTU KERJA LI STRI K) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MODUL 11 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (ALAT BANTU KERJA LI STRI K) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : MODUL 11 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (ALAT BANTU KERJA LI STRI K) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 1 Martil (Palu) Martil

Lebih terperinci

DOKUMENTASI SIKLUS I

DOKUMENTASI SIKLUS I DOKUMENTASI SIKLUS I DOKUMENTASI SIKLUS II KISI-KISI SOAL TES HASIL BELAJAR SIKLUS I Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan

Lebih terperinci

MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO 5. Bekerja di bengkel Kacamata

Lebih terperinci

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian PUN M Alat Pemotong Berbentuk Jari Manual 300-600 - 900 Panduan Keselamatan dan Pengoperasian Hanya untuk memotong material belt termoplastik. PERINGATAN Penggunaan alat ini secara TIDAK BENAR ATAU TIDAK

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 A. Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Hasil belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar

Lebih terperinci

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW PENDAHULUAN Metoda Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin

Lebih terperinci

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N ( ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 7 Bagian-bagian gergaji Gergaji terdiri dari

Lebih terperinci

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( ) PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS III SD MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA Oleh : Iin Nurbudiyani * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan

Lebih terperinci

2.6. Mesin Router Atas

2.6. Mesin Router Atas 2.6. Mesin Router Atas g f e d c b a Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Gb.5.2.89: Over Head Router Bagian-bagian Mesin Router Atas: a. Pedal untuk menaikturunkan mata pisau b. Pedal rem untuk menghentikan

Lebih terperinci

JOB SHEET I. KOMPETENSI

JOB SHEET I. KOMPETENSI JOB SHEET I. KOMPETENSI : MENYAMBUNG PLAT (LOGAM LEMBARAN) II. SUB KOMPETENSI : MENYAMBUNG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LIPATAN DAN PENGUAT TEPI SECARA MANUAL III. Tujuan Pembelajaran: Setelah proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN A. Kesalahan Pengukuran Menurut Soetojo dan Sustini (1993: 1), pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB 3 Etika dan Moral dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi B. Menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja C. Undang-Undang

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Baedhowi *) Abstrak: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN PELAJARAN : Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN PELAJARAN : Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN PELAJARAN 2013-2014 MATA PELAJARAN KELAS : Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif : X TKR Berilah tanda (X) pada jawaban A,B,C,D dan E yang kalian anggap paling benar! I. PILIHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN BAB III METODE PROSES PEMBUATAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya proses pembuatan dapur busur listrik, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan dapur busur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. IPA berasal dari kata sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Sains

BAB II KAJIAN PUSTAKA. IPA berasal dari kata sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Sains BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ILMU PENGETAHUAN ALAM IPA berasal dari kata sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Sains menurut Suyoso dalam Nana, dkk (2008) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Mata Pelajaran : Keterampilan Vokasional Paket Keterampilan : Seni dan Kerajinan Jenis Ketrampilan : Kriya Kayu SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA TUNA GRAHITA

Lebih terperinci