UJI KUANTITAS BAKTERI PADA DAGING AYAM RAS DAN DAGING AYAM BURAS KEMASAN Oleh: Dian Saraswati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI KUANTITAS BAKTERI PADA DAGING AYAM RAS DAN DAGING AYAM BURAS KEMASAN Oleh: Dian Saraswati"

Transkripsi

1 1 UJI KUANTITAS BAKTERI PADA DAGING AYAM RAS DAN DAGING AYAM BURAS KEMASAN Oleh: Dian Saraswati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan jarang kita jumpai dalam keadaan steril, walau ada beberapa jenis mikroorganisme yang tidak dapat tumbuh pada bahan pangan tertentu misalnya bahan pangan yang langsung diolah dan dikonsumsi, namun hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Selanjutnya dikatakan bahwa Populasi mikroorganisme yang berada pada suatu bahan pangan umumnya bersifat sangat spesifik dan tergantung pada jenis bahan pangan dan kondisi tertentu dari penyimpanannya. Ditambahkan pula bahwa : Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat bersifat fisik, kimia atau biologis Faktor-faktor pertumbuhan mikroorganisme tersebut antara lain faktor intrinsik (sifat dari bahan pangan tersebut), pengolahan berupa perubahan dari mikroflora awal sabagai akibat dari cara pengolahan, ekstrinsik (kondisi lingkungan dari penanganan dan penyimpanan bahan pangan), implisit (sifat-sifat dari mikroorganisme itu sendiri). Mikroorganisme dapat tumbuh pada bahan pangan yang banyak mengandung air, memiliki nilai gizi yang tinggi berupa protein, vitamin dan mineral. Daging ayam merupakan salah satu jenis daging yang dikenal oleh masyarakat, daging ayam yang sering dikonsumsi masyarakat ada dua macam yakni ayam ras dan ayam buras, kedua jenis ayam ini memiliki kandungan gizi yang berbeda termasuk kandungan airnya, seperti yang dinyatakan oleh Karyadi dan Muhilal (1992) bahwa ayam ras memiliki kandungan air sebesar 77,2 % dan daging ayam buras kandungan airnya sebesar 55,9 %. Selain itu daging ayam memiliki keunggulan jika dilihat dari jenis protein yang dikandungnya yaitu asam amino essensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Selain

2 2 mengandung protein daging ayam juga mengandung lemak relatif rendah yang terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Daging ayam mudah mengalami pembusukan atau kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas bakteri karena daging ayam memiliki kandungan air tinggi yang merupakan salah satu media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri dapat mengadakan kontak langsung dengan daging ayam melalui proses penanganan yang kurang baik mulai dari pengangkutan, pengolahan serta penyimpanannya. Menurut Fardiaz (1993 : 166) bahwa kontaminasi dan kebusukan daging biasanya dari bakteri pada permukaannya, yang kemudian masuk ke bagian dalam daging. Daging ayam banyak disukai oleh masyarakat karena daging ayam memiliki rasa yang lezat juga serat-serat dagingnya pendek-pendek dan lunak sehingga mudah dicerna dan berperan dalam usaha meningkatkan sumber gizi masyarakat. Dengan demikian daging ayam mempunyai potensi dalam memenuhi kebutuhan protein, di samping itu adanya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan hal ini maka permintaan para konsumen pun akan daging ayam semakin meningkat. Daging ayam selain rasanya enak, juga mudah diperoleh di pasaran sehingga banyak masyarakat yang mengkonsumsi daging ayam. Masyarakat umumnya menerima suatu bahan makanan itu tergantung dari kesegaran, bau dan rasa dari bahan makanan tersebut. Walaupun suatu bahan makanan memiliki nilai gizi yang tinggi tidak akan ada artinya apabila tidak mempunyai cita rasa yang diminati oleh para konsumen. Saat ini daging ayam sudah diproduksi dalam bentuk daging ayam kemasan dan sudah diperdagangkan di supermarket-supermarket. Salah satu supermarket yang ada di kota Gorontalo yang menjual daging ayam kemasan ini adalah supermarket Santika. Daging ayam yang sudah dikemas dalam bentuk daging ayam kemasan yang sering diperdagangkan di supermarket belum bisa dipastikan bahwa daging ayam tersebut masih memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi. Hal ini karena daging ayam mudah mengalami kerusakan atau pembusukan yang disebabkan oleh mikroba. Untuk itu perlu diperhatikan standar kualitas daging ayam, yang

3 3 memenuhi persyaratan kesehatan. Menurut DEPTAN (SNI. No ) bahwa standar maksimum cemaran mikroba pada daging segar dan beku sekitar 10 4 CFU/gram. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengadakan penelitian tentang Uji Kuantitas Bakteri pada Daging Ayam Ras dan daging Ayam Buras Kemasan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas timbul permasalahan yaitu : Apakah terdapat perbedaan antara jumlah bakteri pada daging ayam ras kemasan dengan daging ayam buras kemasan. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah. Untuk mengetahui perbedaan antara jumlah bakteri yang terdapat pada daging ayam ras kemasan dengan daging ayam buras kemasan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat khususnya penulis akan pentingnya mengetahui kualitas suatu bahan makanan. 2. Menambah pemahaman mahasiswa biologi, khususnya dalam kaitannya dengan mata kuliah mikrobiologi. 3. Untuk mengetahui mutu daging ayam kemasan ditinjau dari jumlah bakteri.

4 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Tentang Bakteri Bakteri berasal dari kata Bakterion yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan membelah diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop Bentuk dan Ukuran Bakteri Bakteri dapat ditumbuhkan dalam satu medium agar dan akan membentuk penampakan berupa koloni. Kusnadi dkk (2003) menyatakan koloni sel bakteri merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung. Koloni bakteri dapat berbentuk bulat tak beraturan dengan permukaan cembung, cekung atau datar serta tepi koloni rata atau bergelombang. Bentuk dan ukuran sel bakteri bervarisi. Ukuran bakteri berkisar antara panjang 0,5-10 dan lebar 0,5-2,5 tergantung jenisnya (Buckle,1987:25). Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas beberapa bentuk yaitu : 1. Bentuk bulat atau cocci (tunggal = cocus) 2. Bentuk batang atau bacilli (tunggal = bacillus) 3. Bentuk spiral atau spirili (tunggal = spirilum) 4. Bentuk koma atau vibrio (tunggal = vibrio) Pertumbuhan Bakteri Pertumbuhan mikroorganisme termasuk bakteri dipengaruhi oleh lingkungan antara lain, suhu, ph, oksigen, tekanan osmotik, air dan sebagainya (Tarigan,1988 dalam Hunalo). Schlegel (1994) mengemukakan bahwa Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersedianya air yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi adalah bahan makanan.

5 5 Pertumbuhan artinya pertambahan substansi hidup yang tidak reversibel biasanya disertai pertumbuhan ukuran dan pembelahan sel. Pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas beberapa fase yakni : fase lag, fase pertumbuhan logaritmik (eksponensial), fase konstan (stasionery) dan fase pertumbuhan yang menurun atau fase kematian. Seperti yang dijelaskan oleh Soeparno (1992) yaitu : 1. Fase penyesuaian diri (lag phase), merupakan fase dimana bakteri belum berkembang biak, tetapi aktivitas metabolismenya tinggi dan merupakan fase persiapan untuk fase berikutnya. 2. Fase pembelahan (exponential phase), merupakan fase dimana bakteri berkembang biak, jumlah bakteri meningkat secara exponensial. Pada pertengahan fase ini pertumbuhan bakteri sangat ideal dimana pembelahan terjadi dengan teratur. 3. Fase stasioner (stationery phase), merupakan fase dimana jumlah bekteri meningkat. Pada fase ini bakteri mulai ada yang mati, pembelahan terjadi secara teratur, semua bahan dalam sel berada dalam keadaan seimbang. 4. Fase penurunan (period of decline), merupakan fase dimana jumlah bakteri yang hidup berkurang dan mengalami penurunan 2.2 Tinjauan Tentang Daging Ayam Daging merupakan salah satu bahan makanan yang penting bagi kehidupan manusia, karena daging memiliki zat-zat makanan yang lengkap untuk pertumbuhan tubuh. Daging mengandung air, protein, karbohidrat, dan lemak yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan salah satu jenis daging yang mengandung zat-zat tersebut adalah daging ayam. Daging ayam merupakan sumber protein bagi manusia, tetapi daging ayam mempunyai sifat yang mudah rusak karena memiliki nilai gizi yang tinggi banyak mengandung air, protein, karbohidrat dan lemak sehingga sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kerusakan daging ayam dapat disebabkan oleh

6 6 lingkungan, aktifitas mikroba terutama bakteri, aktifitas enzim, suhu pemanasan, pendinginan, dan waktu penyimpanan Nilai Gizi Daging Ayam Daging adalah sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan perlu dikonsumsi oleh anak-anak dan orang dewasa agar cerdas, sehat, dan tumbuh secara normal. Daging yang akan kita konsumsi, haruslah daging yang baik dan sehat. Tanda-tanda daging yang sehat adalah : 1. Bersih/terang lapisan luar kering. 2. Berasal dari rumah potong hewan 3. Ada cap pemeriksaan dari pemerintah setempat. 4. Daging yang sudah ditiriskan tidak berdarah. 5. Aroma bau tidak amis dan tidak bau asam 6. Daging masih elastis dan tidak kaku (Anonim, 2002). Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang baik, karena mengandung asam amino essensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Selain itu serat-serat dagingnya pendek dan lunak sehingga mudah dicerna (Muchtadi dan Sugiyono, 1992 : 45). Hampir semua zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh ada pada daging ayam, pada dasarnya bahan makanan terdiri dari empat komponen yaitu : air, protein, karbohidrat dan lemak. Bahan makanan juga mengandung zat-zat anorganik dalam bentuk mineral dan komponen organik misalnya vitamin, enzim, dan pigmen. Menurut Whendrato dan Madyana (1992: 19) bahwa : daging ayam mempunyai kandungan air sekitar 70-75%, protein 20%, lemak 7%, vitamin, mineral dan karbohidrat. Secara singkat komponen gizi dalam tiap 100 gram daging ayam dapat dilihat dari tabel 1 untuk daging ayam buras dan daging ayam ras.

7 7 Tabel 1. Komposisi Gizi Daging Ayam Ras dan Ayam Buras No Komponen Air (%) Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Kolesterol (%) Sumber : Karyadi dan Muhilal (1992). Kadar/100 gram daging Ayam ras Ayam buras 77,2 55,9 20,5 31,2 5,1 18,2 3,5 2,5 6,0 6, Kerusakan Daging Oleh Mikroorganisme Suatu bahan makanan dikatakan rusak apabila menunjukkan adanya penyimpangan melalui batas yang diterima oleh panca indra atau parameter lain yang digunakan. Menurut Winarno dan Laksmi (2010) bahwa: Kerusakan ini disertai dengan perubahan komposisi yang menyebabkan bahan makanan tersebut menjadi busuk, dan akan dihasilkan zat-zat makanan yang berasal dari pemecahan protein, lemak, dengan cita rasa yang tidak diinginkan. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme di dalam daging antara lain temperatur, kadar air/kelembaban, oksigen, ph dan kandungan gizi. Daging ayam sangat memenuhi syarat untuk pertumbuhan mikroorganisme, karena daging ayam memiliki kadar air yang tinggi (kira-kira 68-75%), kaya akan zat yang mengandung nitrogen, karbohidrat, mineral dan mempunyai ph yang sangat baik (Muchtadi dan Sugiyono, 1992:59). Daging sejak dari pengeluaran darah sampai dikonsumsi akan mengalami kontaminasi dari luar secara terus-menerus. Menurut Nurwantoro dkk (1997:70), bahwa di rumah potong hewan sumber kontaminasi dapat berasal dari lingkungan sekitar seperti kulit hewan (kotoran pada kulit), isi saluran pencernaan, air, alat-alat yang dipergunakan selama proses mempersiapkan karkas misalnya pisau, udara dan manusia pekerja. Kontaminasi bakteri yang berasal dari saluran pencernaan ternak yang dipotong merupakan yang terbanyak, bisa juga berasal dari pekerja. Bakteri tersebut

8 8 antara lain Salmonella sp, Shigella sp, E.coli, Bacillus sp, Staphylococcus albus dan Staphylococcus aurcus. 1. Salmonella adalah jenis gram negatif, berbentuk batang bergerak serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat fakultatif anaerob. Tempat terdapatnya jenis mikroorganisme ini adalah pada alat-alat pencernaan hewan baik yang sudah diternakkna atau yang masih liar. 2. Shigella sp adalah jenis gram negatif, tidak bergerak, berbentuk batang dan bersifat fakultatif anaerob. Shigella tidak terdapat pada hewan, hanya terdapat pada bahan pangan adalah sebagai akibat pencemaran oleh para pengelola yang telah terinfeksi atau air yang tercemar. 3. Escherichia coli terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini adalah gram negatif, bergerak, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob. 4. Staphylococus sp adalah gram positif berbentuk bola yang umumnya tersusun berkelompok seperti buah anggur. Bakteri ini tidak bergerak, fakultatif anaerob dan dapat tumbuh pada produk-produk yang mengandung NaCl sampai 16%. Bakteri ini bersifat intoksikasi, pertumbuhan organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun enterotoksin, dimana apabila termakan dapat mengakibatkan keracunan mendadak yaitu kejang-kejang pada perut dan muntah-muntah yang hebat. 5. Bacillus sp adalah gram positif berbentuk batang, bergerak, dapat membentuk spora, bersifat fakultatif anaerob dan tersebar secara luas dalam tanah dan air. Sampai akhir-akhir ini organisme tersebut tidak digolongkan sebagai patogenik, akan tetapi sejumlah keracunan karena bahan pangan yang berhubungan dengan daging, saus ditemukan tercemar oleh banyak sel-sel Bacillus sp (Buckle, 1987 : 76-82) Mikroorganisme yang tumbuh pada daging akan mengakibatkan perubahan fisik, kimiawi serta perubahan bioligis yang tidak kita inginkan, yang membuat makanan tersebut rusak dan tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Mikroorganisme yang

9 9 tumbuh pada daging beku umumnya bersifat psikrofilik dan psikrotrofik. Bahan pangan yang disimpan pada suhu lemari es akan dirusak oleh spesies dari kelompok psikrofilik dan psikrotrofik sebagai contoh pada daging yang disimpan pada suhu lemari es. Mutu mikrobiologi ditinjau dari kerusakan oleh mikroorganisme akan menentukan daya simpan daging. Jumlah bakteri yang terdapat di dalam daging tersebut akan dapat menentukan keamanan daging. Untuk itu perhitungan jumlah mikroorganisme merupakan dasar yang penting dalam menentukan keamanan suatu makanan. Untuk itu sangatlah penting mengetahui jumlah kandungan bakteri. Hal ini telah ditetapkan peraturan-peraturan dan direkomendasikan tentang persyratan jumlah kandungan bakteri oleh DEPTAN (SNI No: ) seperti yang terdapat dalam tabel 2. Tabel 2.Persyaratan Cemaran Mikroba pada Daging No Jenis Cemaran Batas Maksimum Cemaran Mikroba 10 4 (CFU/gram) Mikroba Daging Segar/Beku Daging Tanpa Karkas Coliform Escherichia coli Enteracocci Staphylococcus aureus Clostridium sp Salmonella Champhylobacter sp Listeria sp 1 x 10² 5 x 10 1 x 10² 1 x 10² 0 negatif x 10² 5 x 10² 1 x 10² 1 x 10² 0 negatif 0 0 Sumber: Deptan (2000) 2.3 Analisis Mikroba pada Bahan Pangan Untuk menghitung jumlah mikroba pada bahan pangan ada beberapa metode yang dapat digunakan yang terdiri dari metode hitungan cawan, metode Most Propable Number (MPN) dan metode hitungan mikroskopik langsung. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode hitungan cawan hal ini

10 10 disebabkan bahan pangan yang akan diuji bersifat padat. Selain itu metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung. 2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus. 3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan menampakkan pertumbuhan spesifik. Untuk metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu : (1) Metode tuang (pour plate), dan (2) Metode permukaan (surface plate). Untuk melaporkan suatu hasil (jumlah bakteri) analisis mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Count (SPC), yang menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu contoh, Cara menghitung koloni pada cawan adalah sebagai berikut : 1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni. 3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Data yang dilaporkan sebagai SPC (Standar Plate Count) harus mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : 1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu satu angka di depan koma dan angka ke dua di belakang koma, jika angka ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka yang kedua.

11 11 2. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada cawan Petri hanya jumlah koloni pada pengenceran terendah yang dihitung, hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi hasil yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. 3. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan Petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung, misalnya dengan cara menghitung jumlahnya pada seperempat bagian cawan Petri, kemudian hasilnya dikalikan empat. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. 4. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah antara , dan perbandingan hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran labih kecil atau sama dengan dua, tentukan rata-rata dari kedua nilai tersebut dan memperhitungkan pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari dua, yang dilaporkan hanya hasil terkecil. 5. Jika digunakan dua cawan Petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu, meskipun salah satu dari cawan tersebut tidak memenuhi syarat diantara (Fardiaz, 1993 : 40-42). 2.4 Hipotesis Terdapat perbedaan antara jumlah kandungan bakteri pada daging ayam ras kemasan dengan daging ayam buras kemasan.

12 12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehehatan Universitas Negeri Gorontalo Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 bulan yaitu dari bulan Mei sampai bulan Juni Subyek Penelitian Yang menjadi subyek dalam penelitian ini berupa daging ayam ras kemasan dan daging ayam buras kemasan yang sudah disimpan selama dua minggu pada suhu 10ºC, di Supermarket Santika Departemen Store Kota Gorontalo. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat Expost facto yaitu membandingkan dan menggambarkan sesuatu yang terjadi secara alami, yaitu jumlah kandungan bakteri pada daging ayam ras kemasan dan daging ayam buras kemasan. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang dibahas dalam penelitian ini adalah : Variabel X 1 = Jumlah bakteri yang terdapat dalam daging ayam ras kemasan. Variabel X 2 = Jumlah bakteri yang terdapat dalam daging ayam buras kemasan..

13 13 Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis data di atas, maka digunakan uji kesamaan dua ratarata dengan menggunakan statistik uji t. Rumusnya adalah: t = X 1 X 2 s 1 /n /n 2 Dimana : S 2 = (n 1 1) s (n 2 1) s 2 2 n 1 + n 2-2 S = S 2 Keterangan : X 1 X 2 2 s 1 2 s 2 S = Rata-rata variabel yang diamati jumlah bakteri pada ayam ras kemasan = Rata-rata variabel yang diamati jumlah bakteri pada ayam buras kemasan = Varians pertumbuhan bakteri pada ayam ras kemasan = Varians pertumbuhan bakteri pada ayam buras kemasan = Standar defiasi gabungan n 1 = Jumlah ulangan bakteri pada cawan yang diamati pada ayam ras kemasan n 2 = Jumlah ulangan bakteri pada cawan yang diamati pada ayam buras kemasan. Kriteria Uji : H 0 Diterima, jika t hitung t daftar dan H i ditolak H 0 Ditolak, jika t hitung t daftar dan H i diterima. Diperoleh dari daftar t baku dengan menggunakan taraf nyata = 0,05 dan (db) = n 1 + n 2 2.

14 Bahan dan Alat Penelitian Bahan Penelitian 1. Daging ayam kemasan (daging ayam ras dan daging ayam buras) 2. Larutan garam fisiologis (NaCl 0,96% steril) 3. Aquades steril, 4. Alkohol 70% 5. NA (Nutrien Agar) 6. Kapas 7. Almunium Foil Alat Penelitian 1. Autoclove 2. Incubator 3. Kompor listrik 4. Petri disk diameter 10 cm 5. Timbangan digital 6. Tabung reaksi 7. Pisau 8. Blender 9. Colony Counter 10. Pinset 11. Pipet 12. Beaker glass 13. Masker 14. Spoit 15. Sarung tangan 16. Oven 3.7 Langkah Kerja 1. Sterilisasi

15 15 Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan udara panas atau uap air panas yang bertekanan tinggi dengan maksud membunuh semua jasad hidup mikroorganisme yang terdapat dalam alat atau bahan sehingga keadaan menjadi aseptik. Sebelum tahapan sterilisasi, terlebih dahulu alat dipersiapkan, kemudian dicuci dan dikeringkan. Tabung reaksi, gelas ukur, erlemeyer, pengaduk, cawan Petri, gelas beaker, pipet, pinset, alat-alat yang disterilkan, dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam satu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi. Kemudian disterilkan di oven pada suhu 160ºC selama 2 jam sedangkan alat dan bahan seperti sarung tangan, spoit, Nutrien agar, aquades dan NaCL disterilkan di autoclave pada suhu 121ºC selama menit. 2. Proses Pengenceran 10 gram daging ayam + 90 ml NaCl fisiologis suspensi Cara kerja yang dilakukan dalam penghitungan bakteri untuk penelitian ini adalah dengan cara menumbuhkan bakteri pada media Nutrien Agar pada cawan petri dengan menggunakan metode tuang atau pour plate. Daging ayam dikeluarkan dari kantong plastik dengan menggunakan pinset steril, kemudian daging ayamnya diambil pada bagian dada sebesar 10 gram dan dimasukkan ke dalam blender steril dan ditambahkan larutan NaCl 0,96 % steril sebanyak 90 ml lalu diblender selam 3 menit, diperoleh larutan 1:10 selanjutnya dilakukan pengenceran 1:100 dengan cara memipet dari larutan 1:10 sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam 9 ml NaCl 0,96 % dan dikocok hingga homogen. Kemudian pipet 1 ml larutan 1:100 dan dimasukkan ke dalam 9 ml NaCl 0,96 % dan dikocok hingga homogen diperoleh larutan 1:1000, selanjutnya dikerjakan seperti di atas, sehinggan diperoleh larutan dengan pengenceran 1: dari masing-masing pengenceran sebanyak 1 ml suspensi daging ayam dipindahkan ke dalam cawan Petri kemudian dituangkan juga Nutrien Agar cair sebanyak ml. Cawan Petri digerakkan perlahan-lahan agar suspensi daging ayam tercampur rata dalam media.

16 16 Kemudian didiamkan selama menit sampai Nutrien Agar menjadi dingin dan padat, dilakukan sebagai control dengan cara menuangkan ml Nutrien Agar dan 1 ml NaCl 0,96% fisiologis yang steril ke dalam cawan petri. Setelah Nutrien Agar menjadi dingin dan padat, cawan Petri disusun terbalik dan dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37 C selama 24 jam (Fardiaz,1993:38). Penghitungan jumlah bakteri dilakukan pada cawan petri yang ditumbuhi koloni bakteri antara , dengan menggunakan alat hitung (Quebec Colony Couter). Penghitungan jumlah total bakteri sama dengan rata-rata jumlah koloni x 1/faktor pengenceran.

17 17 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Sesuai dengan uraian dalam Bab II bahwa hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara jumlah bakteri pada daging ayam ras kemasan dengan daging ayam buras kemasan untuk itu dalam penelitian ini dilakukan suatu pengamatan langsung pada cawan petri yang ditumbuhi bakteri. Variabel yang diamati yaitu jumlah kandungan bakteri pada daging ayam ras dan daging ayam buras. Data yang diperoleh saat pelaksanaan penelitian dibahas serta dianalisis secara deskripsi dan statistik Data Hasil Penelitian Sebagaimana yang telah diuraikan di atas maka analisis deskriptif diperlakukan untuk melihat data setiap variabel yang diamati. Dalam hal ini variabel yang akan diamati yaitu jumlah kandungan bakteri pada daging ayam kemasan. Untuk keperluan analisis, data yang dianalisis adalah jumlah rata-rata data selama pengamatan. Data yang dianalisis merupakan rata-rata akumulasi jumlah ulangan dari setiap variabel yang diamati. Adapun variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut : Variabel X 1 = Jumlah kandungan bakteri yang terdapat pada daging ayam ras kemasan. Variabel X 2 = Jumlah kandungan bakteri yang terdapat pada daging ayam buras kemasan. Jumlah kandungan bakteri sesuai dengan hasil yang diperoleh di sajikan pada tabel 3.

18 18 Tabel 3.Hasil Perhitungan Perbandingan Jumlah Kandungan Bakteri Pada Ayam Ras Kemasan dan Daging Ayam Buras Kemasan (X 10 4 ) CFU/gram A B Ulangan Daging ayam ras Daging ayam buras 1 15,60 0,11 2 1,17 0,15 3 1,05 0,15 4 1,04 0,15 Jumlah 18,86 0,56 Rata-rata 4,71 0,14 Pada tabel 3. terlihat pada ulangan pertama sampai ulangan keempat pada daging ayam ras jumlah bakterinya adalah 15,60, 1,17, 1,05 dan 1,04 (X10 4 )CFU/gram. Sedangkan pada daging ayam buars jumlah bakterinya adalah 0,11, 0,15, 0,15 dan 0,15 (X10 4 ) CFU/gram. Dengan hasil tersebut dapat terlihat jelas perbedaan jumlah kandungan bakteri pada daging ayam ras dan bakteri pada daging ayam buras Analisis Statistik Perbandingan Jumlah Bakteri pada Daging Ayam Ras Kemasan dan Daging Ayam Buras Kemasan. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik uji kesamaan dua rata-rata. Analisis statistik pada hakekatnya digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang dikemukakan, dengan rumus sebagai berikut : H 0 Hi : t hitung t daftar ditolak : t hitung t daftar diterima Ho adalah merupakan hipotesa statistik sedangkan Hi adalah hipotesa penelitian atau hipotesa alternatif. Pada proses analisis nanti yang diharapkan adalah menolak Ho, sehingga Hi diterima Selanjutnya untuk analisis digunakan statistik uji t. dengan hasil sebagai berikut nilai t hitung sebesar 5,045 ini akan dibandingkan dengan nilai t daftar dengan taraf kepercayaan = 0,05 pada uji satu pihak dengan db = n 1 + n 2 2 = 6 maka nilai t daftar

19 19 = 2,447 dengan melihat jumlah tersebut maka t hitung lebih besar dari t daftar dengan demikian Hi diterima yang berarti hipotesis penelitian diterima, yaitu terdapat perbedaan jumlah bakteri pada daging ayam ras kemasan dengan jumlah bakteri pada daging ayam buras kemasan. Untuk menentukan nilai-nilai dalam analisis statistik untuk jumlah kandungan bakteri maka data yang diambil adalah data yang berdasarkan SPC. 4.2 Pembahasan Setelah dianalisis secara statistik uji t (uji kesamaan dua rata-rata) terdapat perbedaan antara jumlah bakteri pada daging ayam ras dengan daging ayam buras, dimana daging ayam buras jumlah bakterinya lebih sedikit dibanding jumlah bakteri pada daging ayam ras. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan kandungan air pada masing-masing daging ayam, dimana daging ayam ras kadar airnya (77,2%) lebih tinggi dari kadar air yang terdapat pada daging ayam buras (55,9%) (Karyadi dan Muhilal,1992). Bakteri akan tumbuh dengan baik pada bahan pangan yang memiliki kadar air diantara 68-75% (Muchtadji dan Sugiyono,1992). Dikemukakan pula oleh Schlegel (1994) bahwa Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersedianya air yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi dalam bahan makanan. Pada umumnya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada daging ada 2 macam, yaitu faktor intrinsik (faktor dalam) dan faktor ekstrinsik (faktor luar). Faktor dalam berasal dari daging yakni nutrisi, air, ph, potensi oksidasireduksi dan ada dan tidaknya substansi penghambat. Sedangkan faktor luar meliputi suhu, kelembaban relatif, oksogen atmosfer dan keadaan fisik daging. Daging ayam dengan nilai kandungan nutrisi yang sangat tinggi merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan nutrien nitrogen, energi, mineral dan vitamin untuk pertumbuhannya. Kebutuhan nitrogen bagi mikroorganisme dapat berasal dari asam amino, non protein, nitrogen atau peptida dan protein lain. Selain itu mikroorganisme membutuhkan air

20 20 karena kandungan air yang tersedia di dalam daging dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Pencemaran daging ayam oleh mikroorganisme terjadi karena kontaminasi sewaktu pemotongan dengan mikroba berasal dari kotoran, kulit, bulu, alat-alat penyembelihan, pekerja, air, udara dan lingkungan tempat pemotongan, tercemar selama dalam penyimpanan, dan pencemaran saat pengolahan (Nurwantoro dkk,1997). Kecepatan kerusakan daging tergantung pada jumlah mikroba awal dalam daging sehingga semakin cepat pula kerusakannya. Pada penelitian ini yang masih sesuai dengan angka TPC adalah jumlah bakteri yang terdapat pada daging ayam buras yang masih memenuhi batas maksimum cemaran mikroba yaitu 10 4 sedangkan untuk nilai TPC pada daging ayam ras jumlah bakterinya sudah tidak sesuai lagi dengan batas maksimum cemaran mikroba yaitu 10 4 pada daging segar. Daging ayam buras didapatkan jumlah bakterinya sebesar 0,14 x 10 4 angka tersebut masih dibawah batas cemaran mikroba yang sudah ditetapkan dan sehingga daging ayam buras masih layak untuk dikonsumsi dan pada daging ayam ras didapatkan jumlah bakterinya 4,715 x 10 4 angka tersebut sudah melewati batas cemaran mikroba yang sudah ditentukan maka dengan demikian daging ayam ras kemasan ini sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi.

21 21 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik suatu kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan hasil analisis statistik uji kesamaan dua rata-rata (Uji t), diperoleh untuk masing-masing variabel yang diamati yaitu variabel X 1 = jumlah bakteri pada daginga ayam ras kemasan dan variabel X 2 = jumlah bakteri pada daging ayam buras kemasan diperoleh hasil sebagai berikut nilai t hitung sebesar 5,045 ini akan dibandingkan dengan nilai t daftar dengan taraf kepercayaan = 0,05 pada uji satu pihak dengan db = n 1 + n 2 2 = 6 maka nilai t daftar = 2,447. Melihat jumlah tersebut maka t hitung > t daftar dengan demikian Hi diterima yang berarti hipotesis penelitian diterima, yaitu terdapat perbedaan jumlah bakteri pada daging ayam ras kemasan dengan jumlah bakteri pada daging ayam buras kemasan.yam ras dan jumlah bakteri pada daging ayam buras. Saran 1. Untuk memperoleh nilai gizi yang tinggi, disarankan bagi konsumen untuk mengkonsumsi daging ayam buras kemasan dibanding mengkonsumsi daging ayam ras kemasan. Hal ini karena pertumbuhan bakteri pada daging ayam buras kemasan lebih sedikit dibanding pertumbuhan bakteri pada daging ayam ras kemasan. 2. Perlu diadakan penelitian lanjut tentang identifikasi Salmonella yang terdapat pada daging ayam kemasan 3. Perlu diadakan penelitian tentang perbedaan lama penyimpanan daging ayam kemasan terhadap jumlah bakteri.

22 22 DAFTAR PUSTAKA Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik. Tersedia : Wordpress.com Ardiansyah.2007.Antimikroba dari tumbuhan. Artikel IPTEK : Dwidjoseputro Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang : Universitas Brawijaya Hanafiah,A.K Rancangan Percobaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa. Kadjintuni, R Uji Daya Hambat Madu Lebah Terhadap Bakteri Escherichia Coli. Skripsi tidak di terbitkan. UNG. Norell, A.S. dan Messley Microbiology Laboratory Manual. USA. Oswari,E Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta :FKUI.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 32 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015 di Laboratorium Teknologi Pakan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Sapi Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI

PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI Penularan Penyakit Melalui Makanan Sumber Kontaminasi:penjamah makanan Bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrobiologi Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak dapat dilihat dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 bulan dimulai bulan Oktober sampai Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian

Lebih terperinci

Peneliti Ir. Endang Soesetyaningsih

Peneliti Ir. Endang Soesetyaningsih LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM PENELITIAN PEMBINAAN BAGI TENAGA FUNGSIONAL NON DOSEN UNIVERSITAS JEMBER AKURASI TPC BAKTERI PADA DAGING SAPI UNTUK PERBAIKAN PRAKTIKUM DAN PENELITIAN MAHASISWA Peneliti

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Ternak Perah Sapi Perah, Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss 7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss Daging Itik setelah Mengalami Scalding dengan Malam Batik dilaksanakan pada bulan Juli 2013 - Juli 2013. Penelitian

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. Ikan teri (Stolephorus sp) asin kering yang dijadikan sampel berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan survei serta rancangan deskriptif dan eksploratif. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dianalisis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 26. Penelitian ini dilakukan di Pasar Tradisional di Kabupaten Semarang yaitu Pasar Projo Ambarawa, Pasar Sumowono, Pasar Babadan,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. AGB Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Klasifikasi Alat : 1. Alat untuk Pengamatan (Koloni dan Morfologi) 2. Alat untuk Sterilisasi 3. Alat untuk Kultivasi 4. Alat untuk Kuantifikasi Mikroorganisme

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur 14 BB III MTERI DN METODE Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur homogen dengan penambahan kunyit, gula aren, dan garam selama penyimpanan 6 hari dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia ARTIKEL PENELITIAN ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA 1 Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia 1 Dosen Pengajar Program Studi D-III Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian perbedaan jenis kemasan terhadap total bakteri dan sifat organoleptik ikan Pari asap yang diproduksi di Bandarharjo Semarang adalah eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum melakukan pengamatan terhadap bakteri dan jamur di laboratorium, telebih dahulu kita harus menumbuhkan atau membiakan bakteri/jamur tersebut. Mikroorganisme

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini, 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Itik merupakan salah satu unggas air yang lebih dikenal dibanding dengan jenis unggas air lainnya seperti angsa dan entog. Itik termasuk ke dalam kelas Aves,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di Laboratorium Kesuburan Tanah, dan Laboratorium Bioteknologi Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011 mengenai pengaruh suhu penyimpanan beku terhadap mikroba pada bahan pangan. Praktikum ini dilaksanakan agar praktikan dapat mengerjakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Dendeng daging sapi giling yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA mulut. 6) Bandeng presto merupakan makanan yan cukup populer sehingga dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bandeng Presto Jenis olahan bandeng presto adalah salah satu diversifikasi pengolahan hasil perikanan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah kubis fermentasi dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah kubis fermentasi dalam 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah kubis fermentasi dalam pellet terhadap populasi total bakteri dan keberadaan bakteri gram pada feses kelinci periode pertumbuhan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS Jumiati Catur Ningtyas*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 18,20 Lemak (g) 25,00 Kalsium (mg) 14,00 Fosfor (mg) 200,00 Besi (mg) 1,50 Vitamin B1 (mg) 0,08 Air (g) 55,90 Kalori (kkal)

TINJAUAN PUSTAKA. 18,20 Lemak (g) 25,00 Kalsium (mg) 14,00 Fosfor (mg) 200,00 Besi (mg) 1,50 Vitamin B1 (mg) 0,08 Air (g) 55,90 Kalori (kkal) TINJAUAN PUSTAKA Karkas Ayam Pedaging Ayam dibagi menjadi 2 tipe yaitu ayam petelur dan ayam pedaging. Ayam petelur adalah ayam yang dimanfaatkan untuk diambil telurnya sedangkan ayam pedaging adalah ayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi. 1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian 1. Karkas ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ayam broiler berumur 23-28 hari dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai Mei 2012. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Terpadu

Lebih terperinci

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging broiler merupakan komoditas yang banyak diperdagangkan dan sangat diminati oleh konsumen karena merupakan sumber protein hewani yang memiliki kandungan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK Bayu Nor Khotib 1, Yuliana Prasetyaningsih 2, Fitri Nadifah 3 1,2,3 D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tahapan Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian III.1.1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian. Pada tahap

Lebih terperinci

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penyimpanan dan jenis bahan pengemas terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penyimpanan dan jenis bahan pengemas terhadap 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pengaruh penyimpanan dan jenis bahan pengemas terhadap populasi bakteri asam laktat serta keberadaan bakteri gram pada pelet calf starter yang ditambah limbah kubis

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni 2011. Di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Pengujian a W di lakukan di Laboratorium Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 7. PERTUMBUHAN A. Pembelahan Sel Bakteri Pembelahan transversal/biner. Dalam persiapan pembelahan, sel memajang disebut

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Kementerian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coliform 1. Pengertian Coliform Coliform merupakan golongan bakteri intestinal yang hidup dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN Mikroba merupakan jenis mahluk hidup yang tersebar di seluruh lingkungan. Berbagai spesies mikroorganisme terdapat di sekitar kita, bahkan di tubuh kita. Pada umunya, mikroba banyak terdapat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan mendeskriptifkan atau memberi gambaran tentang hygiene sanitasi dan uji

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

PERTUMBUHAN JASAD RENIK PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium in vitro. B. Subjek Penelitian 1. Bakteri Uji: bakteri yang diuji pada penelitian ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci